analisis kebisingan pada kawasan

advertisement
Prosiding SNYuBe 2013
ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN “COMPRESSOR HOUSE
UREA-1” PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH
ACEH UTARA
Sabri
1*
dan Suparno
2
1
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam – Banda Aceh (23111)
2
PT. Pupuk Iskandar Muda, Krueng Geukueh, Aceh Utara.
*
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan suara yang terjadi
pada kawasan “Compressor House Urea-1” di PT. Pupuk Iskandar Muda Krueng
Geukueh, Aceh Utara. Pada kawasan ini terpasang kompresor yang digerakan
oleh turbin “Shin Nippon Machinery (GB102A/B-T”) dengan output 1030 KW/6188
rpm dan “Compressor Kobe Steel (GB102 A/B)”. Alat ukur yang digunakan adalah
Sound Level Meter SL-4001 dengan pembobotan A (A weighting) dan slow
response. Rentang waktu perekaman data dilakukan setiap 5 menit selama 12
jam pengukuran. Dari hasil analisis kebisingan di kawasan “Compressor House
Urea -1” didapat, tingkat tekanan suara maksimum, Lmax yang terjadi sebesar 120
dBA dan tingkat tekanan suara ekuivalen, Leq sebesar 110 dBA. Tingkat
kebisingan yang terjadi pada kawasan “Compressor House Urea-1” di PT PIM
Krueng Geukueh telah melampaui batas yang diijinkan. Dari hasil analisis serta
berdasarkan
peraturan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
Transmigrasi
No.13/MEN/X/2011 menunjukkan bahwa, karyawan hanya boleh berada di lokasi
yang terpapar kebisingan selama 2 menit, yaitu pada level kebisingan sebesar 109
dBA. Efek negatif dari kebisingan pada level ini dapat menyebabkan ketulian
permanen serta menurunkan kinerja karyawan yang bekerja pada kawasan
tersebut.
Kata kunci: tingkat tekanan suara, standar kebisingan, compressor house urea-1.
Pendahuluan
Gangguan pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) adalah tuli akibat
terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan
biasanya diakibatkan oleh bising di lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan jenis
ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis.
Secara umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya
mencapai 85 dBA atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran
corti pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi
pada kedua telinga.
Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising antara
lain intensitas bising yang tinggi serta berfrekuensi tinggi, lebih lama terpapar bising,
kepekaan dari masing-masing individu, dan faktor lain yang dapat menimbulkan
ketulian.
96
Prosiding SNYuBe 2013
Bising industri sudah lama merupakan masalah yang sampai sekarang belum dapat
ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi pendengaran
para pekerja, karena dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya
permanen. Sedangkan bagi pihak industri, bising dapat menyebabkan kerugian
ekonomi karena biaya ganti rugi. Oleh karena itu untuk mencegahnya diperlukan
pengawasan di area pabrik dan pemeriksaan terhadap pendengaran para pekerja
secara berkala [1].
Kebisingan adalah bentuk energi yang bila tidak disalurkan pada tempatnya akan
berdampak serius bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kebisingan di
“Compressor House Urea-1” PT. PIM sudah melewati ambang batas jika dibandingkan
dengan kebisingan area lainnya, sehingga tidak hanya menyebabkan gangguan
pendengaran dan ketulian, tetapi juga membahayakan kesehatan fisik dan psikis bagi
karyawan dan pekerja harian maupun karyawan yang bekerja pada area sekitarnya.
Hal ini, terlihat dari fakta-fakta berikut:
a. Laporan Hasil Pemantauan Lingkungan Kerja Pabrik-1 Nomor 713/ KK03/ 4230
Tanggal 21 Oktober 2011, bagian Hyperkes, Departemen Rumah Sakit, PT Pupuk
Iskandar Muda, Krueng Geukueh.
b. Kebisingan rata-rata pada tiap-tiap seksi area umumnya di atas 75 dBA, sementara
ambang batas yang diperkenankan hanya 70 dBA.
c. Perubahan perilaku karyawan saat berbicara dengan suara yang keras, menjadi
mudah marah, dan agresif, sehingga menjadi kepribadian tidak beretika ditengarai
sebagai akibat dari kebisingan.
Kebisingan. Kebisingan (noise) didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki
(unwanted sound), misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, dan
sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup.
Kebisingan juga diartikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
48 Tahun 1996) atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan pendengaran, seperti tertera tercantum dalam peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di tempat kerja, tabel 1.
Tabel 1. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja
Waktu paparan kebisingan (jam)
Intensitas kebisingan (dBA)
8
4
2
1
1/2
1/4
85
88
91
94
97
100
Tanggapan manusia terhadap bising ini dapat dikelompokan dalam tiga bagian, yaitu
tanggapan fisiologis, psikologis, dan fisio-psikologis. Tanggapan manusia terhadap
bising dengan tingkat intensitas yang tinggi (lebih dari 90 dBA) pada umumnya sama
untuk semua orang, artinya semua orang akan merasa “tuli” atau sakit telinganya
97
Prosiding SNYuBe 2013
menerima bising tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa tanggapan yang terjadi
adalah dominan tanggapan fisiologis, sedangkan tanggapan psikologis hampir tidak
ada. Untuk bising yang lebih rendah (60 – 80 dBA), maka hampir setiap orang akan
menanggapinya berbeda-beda. Ini berarti pengaruh psikologis mulai muncul,
disamping pengaruh fisiologis yang cukup nyata. Oleh karena itu tanggapan manusia
pada rentang tingkat bising ini dikategorikan sebagai tanggapan fisio-psikologis. Untuk
tingkat bising yang lebih rendah lagi (50 – 60 dBA), maka hampir setiap orang akan
menanggapinya berbeda-beda. Oleh karena itu tanggapan yang muncul ketika
seseorang berada pada lingkungan bising yang cukup rendah ini adalah tanggapan
psikologis [2,3].
Suara. Suara didefinisikan sebagai getaran yang ditransmisikan melalui suatu medium
elastis (gas, cair, atau zat padat) yang kemudian diterima dan dipersepsikan oleh
telinga manusia. Hal ini berarti ada tiga unsur pokok yang menyebabkan terjadinya
suara, yaitu adanya sumber getar, adanya medium elastis sebagai penghantar getaran
dan adanya penerima.
Menteri Lingkungan Hidup dalam peraturan no. 48 tahun 1996 menyebutkan,
kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan. Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja
no. 13, pasal 1 ayat 19, tahun 2011 menyebutkan semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran [4,5]
Suara dapat juga didefinisikan sebagai variasi perbedaan tekanan yang dapat didengar
oleh telinga manusia. Variasi tekanan tersebut berada antara 20 µPa (ambang dengar)
sampai dengan 100 Pa (ambang sakit).
Gelombang. Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu
medium. Pada
gelombang yang merambat, adalah energinya, bukan zat medium
perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat dari panjangnya dengan menghitung jarak
antara lembah dan bukit gelombang (gelombang tranversal) atau menghitung jarak
antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat
gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang tiap detik.
Metode Pengukuran Kebisingan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sound Level Meter tipe SL 4001
dan lokasi pengambilan data berada di kawasan “Compressor House Urea-1” PT PIM,
Krueng Geukeuh, Aceh Utara, seperti diperlihatkan pada gambar 1.
Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menetapkan titik-titik
pengukuran di kawasan “Compressor House Urea-1”. Selanjutnya dilakukan
pengukuran pada kawasan tersebut dengan menggunakan alat Sound Level Meter
pada mode weighting A dan slow response di lokasi yang paling bising dibandingkan
dengan lokasi lainnya. Set up pengukuran diatur pada interval 80 – 130 dBA, hal ini
disesuaikan dengan intensitas kebisingan tertinggi yang terjadi.
98
Prosiding SNYuBe 2013
Gambar 1. Denah lokasi pengambilan data kebisingan
Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh pada area “Compressor House Urea-1” telah terjadi
kebisingan yang tetap dan berlangsung secara kontinyu. Pengukuran tingkat
kebisingan menggunakan Sound Level Meter dilakukan selama 12 jam dengan waktu
perekaman data diambil setiap 5 menit. Dari hasil analisis, tingkat kebisingan suara
maksimum sebesar 113 dBA, dengan level kebisingan ekuivalen sebesar 110 dBA.
Dengan demikian, maka hampir semua pekerja yang berada di sekitar kawasan
“Compressor House Urea-1” tersebut sudah terpapar bising yang telah melebihi
standar yang diperbolehkan. Ini berarti ada pengaruh psikologis, disamping pengaruh
fisiologis. Sehingga dikategorikan sebagai tanggapan fisio-psikologis.
Kebisingan seperti ini dapat mempengaruhi kesehatan pekerja yang berujung pada
penurunan kinerja para karyawan karena bising yang terjadi telah melampaui nilai
ambang batas kebisingan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja. Dampak yang
ditimbulkan antara lain: menyebabkan perubahan ambang batas pendengaran
sementara jika terpapar dalam jangka waktu lama, rasa tidak nyaman ketika bekerja,
stres meningkat, kejengkelan, hilang konsentrasi dalam bekerja, dan sakit kepala.
Akibat yang sangat fatal adalah kehilangan pendengaran permanen karena suara
bising, dan hal ini disebut dengan “occupational hearing loss“ atau nama lainnya
ketulian akibat bising industri dan salah satu cara untuk mencegah dampak negatif
yang ditimbulkan oleh kebisingan maka para karyawan ataupun pekerja lainnya
disarankan untuk memakai ear-muff karena dapat mereduksi 50 dBA dibandingkan bila
99
Prosiding SNYuBe 2013
menggunakan ear-plug yang hanya mampu mengurangi 30 dBA serta dianjurkan tidak
berada di area kerja “Compressor House Urea-1” tersebut secara terus menerus
dalam waktu lama.
12
Jumlah Pemunculan
10
8
108.01 - 109.01
6
109.01 - 110.01
4
110,01 - 111.01
2
0
Tingkat Tekanan Suara (dBA)
Gambar 2. Histogram level kebisingan pada kawasan “Compressor House Urea-1”
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan
ekuivalen yang terjadi pada area “Compressor House Urea-1” berada di atas ambang
batas yang diizinkan yaitu sebesar 110 dBA yang terjadi terus menerus selama 8 jam
kerja per shift, sedangkan tingkat kebisingan di atas 109 dBA yang diperbolehkan oleh
Kepmenakertrans No 13/MEN/X/2011 hanya selama 2 menit. Jika melebihi waktu yang
diizinkan maka efek yang akan dirasakan adalah rasa tidak nyaman ketika bekerja,
stres meningkat, kejengkelan, hilang konsentrasi waktu bekerja, dan sakit kepala serta
ketulian permanen.
Referensi
[1] Ardhana Putra, I.B, 2000, Akustik untuk Teknik, Institut Teknologi Bandung, Jawa Barat.
[2] Doelle, L.L, 1972, Environmental Acoustic, terjemahan Lea Prasetio, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur.
[3] Hassal, J.R, 1987, Acoustic Noise Measurements, Penerbit Bruel & Kjear, Denmark.
[4]
Mediastika, Christina Eviutami, 2005, Akustika
Penerapannya di Indonesia, Erlangga, Jakarta.
Bangunan,
Prinsip-prinsip
dan
[5]
Murni, Andriana Y, 2003, Gangguan Pendengaran akibat Bising, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
100
Download