BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebisingan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebisingan adalah suatu bunyi dengan intensitas tinggi, merupakan
pencemaran yang mengganggu dan tidak disukai, dapat mengganggu percakapan
dan merusak alat pendengaran. Kondisi kebisingan sudah sangat umum ditemukan
saat ini, di lingkungan perkotaan, pabrik, bandara, jalan raya, bahkan di
pemukiman warga. Berdasarkan penelitian di bidang kesehatan masyarakat,
ditemukan fakta bahwa kebisingan berpengaruh terhadap kesehatan yang meliputi
kelainan pada kardiovaskular, sistem hormonal dan sistem kekebalan. Penelitian
yang dilakukan oleh Marpaung (2006) dengan menggunakan sampel tikus putih
(Rattus norvegicus) menunjukkan bahwa kebisingan dengan frekuensi 30.000 Hz,
intensitas 90 dB – 95 dB dan 100 dB – 105 dB selama 8 jam/hari selama 21 hari
menyebabkan peningkatan kadar kortisol dalam darah dan mengurangi berat
badan tikus dengan perbedaan yang signifikan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
tikus mengalami stres akibat pemberian stresor berupa kebisingan. Penelitian
Vitralasandri (2013) menjelaskan bahwa stressor kebisingan dengan frekuensi
30.000 Hz dengan durasi 30 menit/hari selama 14 hari dapat meningkatkan kadar
kortisol pada Mus musculus.
Kebisingan adalah salah satu bentuk stresor eksternal yang dapat memicu
proses fisiologis di dalam tubuh. Respons fisiologis yang terjadi adalah fight
(menghadapi) atau flight (menghindar). Proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh
ketika menghadapi suatu rangsang adalah dengan menjaga kondisi tubuh tetap
stabil dan seimbang, yang dikenal dengan kondisi homeostasis (Kay, 1998).
Aktivitas
untuk
menghindar
atau
menghadapi,
keduanya
memerlukan
ketersediaan energi. Dalam tubuh organisme, salah satu energi yang siap pakai
dalam bentuk senyawa adalah adenosin tri phosphat. Senyawa ATP disintesis di
dalam mitokondria melalui respirasi aerob terhadap glukosa.
Respons hewan uji terhadap stresor dapat diamati dari perubahan
perilakunya. Ada keterkaitan antara perubahan perilaku dan perubahan kondisi
fisiologi. Robert et al. (2001) mengutip dua penelitian lain dalam jurnalnya bahwa
1
jenis stresor yang diberikan juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kondisi fisiologis. Stresor berupa sengatan listrik dapat meningkatkan tekanan
darah (Adams et al., 1987). Stresor sengatan listrik ini apabila diberikan secara
berulang dapat menyebabkan imobilitas (Roozendal et al., 1990). Berdasarkan hal
ini maka perlu untuk dipelajari pengaruh stresor kebisingan ultrasonik ini terhadap
perilaku dan kondisi fisiologis. Perilaku yang mengindikasikan terjadinya stres
antara lain adalah perilaku waspada dan perilaku agresif (Robert et al., 2001).
Kebisingan ultrasonik telah diteliti memiliki dampak buruk terhadap organ
pendengaran (Acton & Carson, 1967). Kebisingan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah dan peningkatan detak jantung (Kempen et al., 2006).
Kebisingan juga dapat mengakibatkan penyakit jantung iskemik (Babisch et al.,
2003). Dampak kebisingan terhadap organ hepar belum diteliti, sehingga perlu
adanya sebuah penelitian yang membahas mengenai pengaruh stresor kebisingan
terhadap fungsi hepar. Kadar SGPT (serum glutamat piruvat transaminase) dan
bilirubin adalah variabel yang diteliti untuk mengetahui bagaimana pengaruh
kebisingan terhadap kondisi hepar. Berat badan, indeks hepatosomatik dan
struktur histologis hepar juga diamati dalam penelitian ini.
Hepar adalah organ penyimpanan glikogen utama. Glikogen yang
disimpan dalam hepatosit akan diubah menjadi glukosa ketika kadar glukosa
darah menurun atau ketika kebutuhan glukosa darah meningkat terutama dalam
kondisi stres. Pembentukan glukosa akan lebih meningkat karena pengaruh
hormon kortisol yang meningkat dalam kondisi stres. Proses yang terjadi terusmenerus ini akan menyebabkan kinerja hepar dalam memproduksi glukosa
melalui glikogenolisis meningkat. Hepar memiliki peran yang penting dalam
metabolisme glukosa (Junqueira and Carneiro, 2007). Zat residual berupa
Reactive Oxygen Spesies (ROS) hasil metabolisme glukosa ini juga akan
meningkat, sehingga apabila proses ini terjadi melebihi batas kemampuan hepar,
maka dapat mempengaruhi fungsi hepar.
Dampak kebisingan terhadap kondisi fisiologis ini diteliti lebih mendalam
pada penelitian payung “Respon Fisiologis Tikus Putih (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) Betina Galur Wistar terhadap Kebisingan” yang dilakukan
oleh tim peneliti Laboratorium Fisiologi Hewan dengan dana BOPTN Fakultas
2
Biologi UGM tahun anggaran 2013 dalam rangka Hibah Penelitian Biodiversitas
Tropika Dosen untuk Pengembangan Materi Pembelajaran. Dampak dari
kebisingan dengan frekuensi 45.000 Hz dan intensitas 120 dB ini, menurut Fitria
(2013) bahwa pemajanan kebisingan dengan frekuensi dan intensitas ini
menginisiasi aklimatisasi dan adaptasi individu tikus betina terhadap stresor
kebisingan, ditunjukkan dengan penurunan rasio N/L yang tidak diikuti dengan
peningkatan atau penurunan jumlah neutrofil, limfosit, maupun leukosit total dari
kisaran normal. Kebisingan ini memiliki kecenderungan meningkatkan kadar
kortisol serum (Widiyanto, 2013). Kebisingan ini menurut Mulyati (2013)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kadar glukosa darah tikus. Pemberian
kebisingan ini tidak memberikan pengaruh pada profil eritrosit (Burhanuddin,
2013). Kebisingan juga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah trombosit,
waktu perdarahan dan waktu koagulasi (Naintiwan, 2013). Berdasarkan beberapa
dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi fisiologis tikus putih betina galur
Wistar ini, maka perlu untuk diteliti dampak dari kebisingan dengan frekuensi
45.000 Hz dan intensitas 120 dB terhadap perilaku, fungsi, dan struktur histologis
hepar tikus putih betina galur Wistar.
B. Permasalahan
Bagaimanakah pengaruh stres kebisingan terhadap perilaku, kadar SGPT,
bilirubin, dan struktur histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout,
1769) betina Galur Wistar?
C. Tujuan Penelitian
Mempelajari pengaruh stres terhadap perilaku, kadar SGPT, bilirubin, dan
struktur histologis hepar tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) betina
Galur Wistar.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah informasi ilmiah mengenai
pengaruh stres kebisingan terhadap perilaku, fungsi dan struktur histologis hepar
terkait penyediaan energi melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis.
3
Download