BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lingkungan Kerja

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi
pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis. Sedangkan
pengaruhnya itu sendiri dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.
Menurut sarwono (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana
pegawa/karyawan melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang
kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan para pegawai untuk dapat
berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika
pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka pegawai tersebut
akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja
dipergunakan secara efektif dan optimis prestasi kerja pegawai juga tinggi.
Lingkungan kerja tersebut mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara
sesama pegawai dan hubungan kerja antar bawahan dan atasan serta lingkungan
fisik tempat pegawai bekerja.
2.2 Jenis Lingkungan Kerja
1). Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai
melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan
emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup:
1. Penerangan
2. suhu udara
3. sirkulasi udara
4. ukuran ruang kerja
5. suara bising
Suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan
kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.
Selanjutnya
menurut
Sarwono
(2005)
“Peningkatan
suhu
dapat
menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan
prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan semangat yang
merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan
suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya
pula prestasi kerja (Sarwono,2005).
2). Lingkungan Kerja Non Fisik
Lingkungan kerja non fisik ini merupakan lingkungan kerja yang tidak bisa
diabaikan. (Sarwono, 2005) perusahan hendaknya dapat mencerminkan kondisi
yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan, bawahan maupun yang
memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya
diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik dan pengendalian
diri. Membina hubungan yang baik antara sesama rekan kerja, bawahan maupun
atasan harus dilakukan.
2.2.1 Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Kegiatan Manusia
Menurut Sutalaksana (1979) kondisi lingkungan kerja yang mempengaruhi
kegiatan manusia ada beberapa faktor yaitu:
1. Temperatur
Dalam keadaan normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur
yang berbeda–beda, Tubuh manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keadaan normal ini dengan sesuatu system tubuh yang sangat
sempurna sehingg dapat menyesuaikan dengan perubahan– perubahan yang
terjadi di luar tubuhnya. Tetapi kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri
inipun ada batasannya. yaitu tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya
dengan temperature luar jika perubahan temperature luar tubuh initidak melebihi
dari 20% untuk kondisi panas dan 35%.
Tubuh manusia biasa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konversi. Radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau
kelebihan panasnya. Menurut penyelidikan apabila temperature udara lebih
rendah dari 17 OC berarti temperature udara ini ada dibawah kemampuan tubuh
untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal) maka tubuh manusia akan
mengalami kedinginan. Karena kehilangan panas tubuh yang sebagian besar di
akibatkan oleh konveksi dan radiasi.juga sebagian kecil akibat penguapan
sebaliknya apabila temperature udara terlalu panas dibanding temperature normal
tubuh maka akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih
besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistim
penguapannya.
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
yang berbeda-beda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehiungga
dapat menye suaikan dengan perubahan–perubahan yang terjadi kelebihan atau
kekurangan panasnya.
Menurut penyelidikan apabila temperatur udara lebih dari 17OC berarti
temperatur udara ini ada di bawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri
(35% dibawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan. Karena
hilangnya panas tubuh yang sebagian besar di akibatkan oleh konveksi dan
radiasi. Juga ada srbagian kecil yang di akibatkan oleh penguapan. Sehingga apa
bila suhu terlampau dingin akan menurunkan gairah kerja sebaliknya apa bila
temperatur udara lebih panas akan menimbulkan kelelahan tubuh manusia. seperti
yang di jelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel. 1 Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu
Tingkat
Pengaruh yang di timbulkan
temperatur
± 49OC
Temperature yang dapat di tahan sekitar 1 jam tetapi
jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental.
Lebih kurang 30OC aktifitas dan daya tanggap mulai
menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan
dalam pekerjaan timbul kesalahan fisik.
± 30 OC
Aktifitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan
cenderung
untuk
membuat
kesalahan,
timbul
kelelahan fisik.
± 24OC
Kondisi optimum.
± 10 OC
Kelakuan fisik yang extrim mulai muncul.
Sumber : (Suma’mur, 2009)
2. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek
secara jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan kebutuhan akan pencahayaan
yang baik akan makin di perlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang
memerlukan ketelitian penglihatan.
Fungsi utama penerangan di tempat kerja adalah untuk menerangi obyek
pekerjaan agar terlihat secara jelas , mudah di kerjakan dengan cepat, dan
produktifitas dapat meningkat. Penerangan di tempat kerja harus cukup.
Penerangan yang intensitasnya rendah (poor lighting) akan menimbulkan
kelelahan, ketegangan mata, dan keluhan pegal di sekitar mata. Penerangan yang
intensitasnya kuat akan dapt menimbulkan kesilauan, penerangan baik rendah
maupun kuat bahkan akan menimbulkan kecelakaan kerja.
Beberapa faktor yang menentukan baik – tidaknya penerangan di tempat kerja
adalah:
1. Ukuran obyek.
2. Derajat kontras antara obyek dengan sekitarnya.
3. Tingkat iluminasi ( yang menyebabkan obyek dan sekitarnya dapat terlihat
jelas), dan
4. Distribusi dan arah cahaya.
Sumber penerangan yang digunakan di tempat kerja di bedakan dalam dua
jenis, yakni:
a) Penerangan alami (bersumber dari cahaya matahari), penerangan alami di
tempat kerja harus di upayakan di terapkan.
b) Penerangan buatan (bersumber dari lampu) penerangan buatan hanya sebagai
penunjang pelengkap jika sumber tidak mencukupi kebutuhan
Bagian – bagian penting dalam pencahayaan
1. lumen
Lumen adalah suatu arus cahaya. Satu lumen sama dengan banyaknya
cahaya dari sebuah lilin standar yang jatuh pada sebuah bidang yang luasnya 1 ft 2
pada jarak 1 ft. lilin (candle) sama dengan intensitas cahaya dari sebuah black
body radiator berpijar pada suhu ekivalen dengan titik lebur logam platina yakni
1769 OC.brignees radiator (yang mengeluarkan cahaya radiasi) yang berpijar ini
bila di pandang dari arah tegak lurus adalah samadengan 60 candles cm2.
Iluminasi/ iIlumination adalah banyaknya cahaya yang
jatuh pada suatu
permukaan (satuannya food candle) Food candle adalah satuan iluminasi ( 1 FC =
1 lumen / ft2) = 10 lux. 1 lux = 1 lumen / 1m2.
Luminensi ( luminance ) adalah terangnya suatu permukaan luminance =
Reflectivity X Illumination. Satuan luminace adalah apostilb (ASB) atau stilb
(SB). 1 ASB = 0,32 candela / m2. 1 SB = 10.000 candela / m2 = 31,416 ASB
apostilb (ASB) biasanya di gunakan untuk menunjukkan luminance dari, dinding,
meja, kursi (atau lumence permukaan benda). Sedangkan stilb (SB) di gunakan
untuk menunjukan power dari sumber cahaya. Luminance beberapa sumber
cahaya, bulan = 0,25 stilb, langit cerah = 0,4 stilb, lilin menyala = 0,7 – 0,8 stilb,
lampu minyak tanah = 0,6 – 0,65 stilb, lampu TL = 0,45 – 0, 65 stilb dan lampu
pijar = 70 – 1000 stilb.
2. kontras
Kontras adalah perbedaan derajat antara terang relatif antara obyek dan
sekitarnya. Kontras = ( L1-L2) / L1.L2 =
The Brighther Of Contrasting
Object,L2 = The Brighther Of Contrasting Object,
3. Reflectance
Reflectance adalah persentase cahaya yang di pantulkan oleh suatu
permukaan, misalkan kertas putih mempunyai kemampuan pemantulan cahaya 70
% - 80 % sedangkan kertas warna hitam mempunyai kemampuan pemantulan
cahaya
1 % - 2%.
4. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan adalah kemampuan mata untuk membedakan bagian
detail dari obyek permukaan yang halus ketajaman penglihatan akan bersamaan
dengan meningkatnya tingkat luminensi pada medan penglihatan, dan mencapai
puncaknya pada 5000 apostilb. Luminensi 1-5000 apostilb akan meningkatkan
ketajaman penglihatan lebih dari
150 % ketajaman penglihatan akan bertambah bersamaan dengan meningkatnya
perbe aan luminensi antara obyek dan lingkungan sekitarnya.
Standart Pencahayaan di Ruangan
Menurut Suma’mur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas
penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja tidak
memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di bawah ini :
Tabel. 2 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Jenis
Pekerjaan
Contoh Pekerjaan
Tingkat Penerangan yang
Dibutuhkan (Lux)
Tidak teliti
Penimbunan barang
80-170
Agak Teliti
Pemasangan (tak teliti)
170-350
Teliti
Membaca, menggambar
350-700
Sangat teliti
Pemasangan
700-1000
Sumber : (Suma’mur, 2009)
3. Kebisingan
Pengertian kebisingan menurut beberapa ahli, antara lain:
 Menurut Doelle (1993): “suara atau bunyi secara fisis merupakan
penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastis seperti
misalnya udara. Secara fisiologis merupakan sensasi yang timbul sebagai
akibat propagasi energi getaran dari suatu sumber getar yang sampai ke
gendang telinga.”
 Menurut Patrick (1977): “kebisingan dapat pula diartikan sebagai bentuk
suara yang tidak sesuai dengan tempat dan waktunya.”
Jadi Kebisingan dapat juga diartikan bentuk suara yang tidak sesuai
dengan tempat dan waktunya, sehingga secara umum kebisingan dapat
diartikan sebagai suara yang merugikan manusia dan lingkungan. Bising
dikategorikan pada polutan lingkungan/buangan yang tidak terlihat, tapi
efeknya cukup besar. Kebisingan adalah bahaya yang umum di tempat kerja.
Sifat dan Sumber Bising
Sifat Bising
Sifat dari kebisingan menurut Bachtiar, (2003):
1. Kadarnya berbeda;
2. Jumlah tingkat bising bertambah, maka gangguan akan bertambah pula;
3. Bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu.
Sumber Bising
Sumber-sumber bising sangat banyak, namun dikelompokkan menjadi
kebisingan industri, kebisingan kegiatan konstruksi, kebisingan kegiatan olahraga
dan seni, dan kebisingan lalu lintas. Selanjutnya, emisi kebisingan dipantulkan
melalui lantai, atap, dan alat-alat.
Sumber bising secara umum menurut Bachtiar, (2003):
a. Indoor : manusia, alat-alat rumah tangga dan mesin;
b. Outdoor: lalu lintas, industri dan kegiatan lain.
Pembagian sumber bising lain dapat dibedakan menjadi:
Sumber terbesar: lalu lintas (darat, laut dan udara)
Tingkat tekanan suara dari lalu lintas dapat diprediksi dari:
a) Kecepatan lalu lintas;
b) Kecepatan kendaraan;
c) Kondisi permukaan jalan.
Industri: tergantung kepada jenis industri dan peralatan
a) Mesin-mesin proses, pemotong, penggerinda, blower, kompresor, kipas dan
pompa;
b) Sumber terbesarnya abrasi gas pada kecepatan tinggi, fan dan katup ketel uap.
Bidang jasa gedung: ventilasi, pembangkit pendingin ruangan, pompa pemanas,
plambing dan elevator;
Bidang domestik: kegiatan rumah tangga, vaccum cleaner, mesin cuci, dan
pemotong rumput;
Aktivitas waktu luang: balap mobil, diskotik, ski dan menembak
Jenis-Jenis Bising
Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan:
1. Bising terus menerus (continuous noise)
Bising terus-menerus (\Putra, 2009) adalah bising dimana fluktuasi dari
intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
1) Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini
relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturutturut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.
2) Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya
mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.
2. Bising terputus-putus (intermittent noise)
Adalah kebisingan saat tingkat kebisingan naik dan turun dengan cepat,
seperti lalu lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara (Bachtiar, 2003).
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang
berlangsung secar tidak terus-menerus, melainkan ada periode relatif tenang,
misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta api (Putra, 2009).
3. Bising tiba-tiba (impulsive noise)
Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek
awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan,
misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan
dan dari suara tembakan senjata api (Bachtiar, 2003). Bising jenis ini memiliki
perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan suara ledakan mercon,
Mermeriam
(Putra, 2009).
4. Bising berpola (tones in noise)
Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidakseimbangan atau
pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan
misalnya disebabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas, dan pompa.
Pola dapat diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau secara
objektif dengan analisis frekuensi (Bachtiar, 2003).
Efek Kebisingan
Kebisingan mempunyai pengaruh terhadap manusia, yaitu:
1. Gangguan kenyamanan dan stress pada anak-anak (Hernawan, 2008);
2. Kebisingan pada intensitas tinggi dan pemaparan yang lama dapat
menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran dan juga pada fungsinon
pendengaran yang bersifat subyektif seperti gangguan pada komunikasi,
gangguan
tidur,
gangguan pelaksanaan tugas dan perasaan tidak
senang/mudah marah (Anggraeni, 2006);
3. Gangguan pendengaran sebesar 3,85% untuk kebisingan impulsif dan
gangguan pendengaran sebesar 27,78% untuk kebisingan kontinyu pada
pekerja di industri kompor dan bengkel las Malang (Tamba , 2001)
4. Menurut Putra, (2009) dampak kebisingan bagi pekerja:
a. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila
terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini
disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur
dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan
keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,
susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama
dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres,
kelelahan dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara.
Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini
menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya
kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa
atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala
pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera
pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan
diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada
pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah
pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus
di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali,
biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas
kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya
digunakan untuk percakapan.
Adapun intensitas biasanya di ukur dengan satuan decibel (dB) yang
menunjukan besarnya arus energy per satuan luas. Berikut ini skala intensitas
yang biasa terjadi di suatu tempat atau akibat suatu alat / keadaan. Di bawah ini
adalah table nilai ambang batas kebisingan
Tabel. 3 Nilai ambang batas kebisingan
Decibel
Menulikan
120
110
Sangat hiruk
100
90
Kuat
80
70
Sedang
60
50
Tenang
40
30
Sangat tenang
20
10
Batas dengar tertinggi
Halilintar
Meriam
Mesin uap
Jalan hiruk – piruk
Perusahaan sangat gaduh
Pluit polisi
Kantor gaduh
Jalan pada umumnya
Radio
Rumah gaduh
Percakapan kuat
Radio perlahan
Rumah tenang
Kantor perorangan
Auditorium
percakapan
Suara daun – daun
Berisik
Batas dengar terendah
Sumber: Sutalaksana (1979)
2.3 Aplikasi statistik dalam pengolahan data
2.3.1 Test keseragaman data
Pemecahan keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah
dan tepat, disini hanya melihat data yang terlalu ekstrim, yang di maksud dengan
ekstrim disini adalah data terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari tren rata – ratanya, data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang dan
tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.
Misalnya pengukuran pendahuluan telah di lakukan dan di hasilkan 8 data,
kelompok ke 10 data tersebut ke dalam sub grup yang kemudian di lakukan
sebagai berikut:
a. Menghitung harga rata – rata dari rata sub grup:
𝑋=
∑𝑋 𝑖
𝑁
atau 𝑋 =
∑𝑋 𝑖
𝐾
Dimana:
X
= Harga rata – rata dari grub ke 1
N = Banyaknya data
K = Banyaknya sub grup yang terjadi
b. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan :
𝜎=
(𝑋𝑖 − 𝑋)2
𝑁−1
Dimana :
N = Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah di gunakan
X = Waktu yang di ambil selama pengukuran
𝜎 = Standar deviasi
c. Menghitung standar deviasi distri busi rata – rata sub grup:
𝜎
πœŽπ‘‹ =
𝑁
Dimana :
𝜎
= Standar deviasi dari subtitusi
𝑁 = sub grup dari subtitusi
Batas control atas dan control bawah untuk grub di cari dengan formulasi
sebagai berikut:
𝐡𝐾𝐴 = 𝑋 + 2πœŽπ‘‹
𝐡𝐾𝐡 = 𝑋 − 2πœŽπ‘‹
2.3.2 Test kecukupan data
Jika ternyata sub grup berada dalam batas control, maka pengukuran yaitu
dengan menggunakan tingkat ketelitian 5 % dan tingkat kepercayaan 95 % jika
rumus yang di gunakan :
𝑁=
40
𝑛 ∑𝑋𝑖2 −(∑𝑋 𝑖 )2
∑𝑋 𝑖
Dimana :
N = Jumlah yang di butuhkan untuk tingkat keyakinan dan ketelitian
yang di gunakan
N = Jumlah dan pengamatan
X = Jumlah data ke 1 = 1,2,3……….n
Kemudian di uji bentuk distribusi kemungkinan dengan goodness of fit di
pakai 5 % dan tingkat kepercayaan 95 %
Download