Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) PERSEPSI INTENSITAS MORAL DALAM PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN MORAL Murni Yuni Pangesti [email protected] Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research investigates the critical issues of ethical behavior particularly the role personal perception to the issues based on the situation in the ethical decision making process which is related to the accounting. This research is meant to test whether the accounting issue has an impact to the perception of the importance of moral intensity component and moral sensitivity which is felt by the students. This research is conducted in Surabaya Indonesia School of Economics (STIESIA) by using qualitative research. The collection of data is performed by distributing questionnaires which are based on four scenarios about moral issues in various accounting situations. The research data is obtained by performing survey method, i.e. a research is conducted by taking certain sample from a population by distributing questionnaires as the way of collecting the data. Keywords: Moral Intensity, Accounting Issue, the Making Process of Moral Decision, Repetitive Measurement MANOVA ABSTRAK Penelitian ini menyelidiki isu-isu kritis mengenai perilaku etis, khususnya peran persepsi individu terhadap isu-isu berdasarkan situasi dalam proses pembuatan keputusan etis yang berhubungan dengan akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah isu akuntansi memiliki dampak terhadap persepsi pentingnya komponen intensitas moral dan sensitivitas moral yang dirasakan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang didasarkan pada empat skenario mengenai isu-isu moral dalam berbagai situasi akuntansi. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode survei, yaitu penelitian dengan cara mengambil sampel tertentu dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner (angket) sebagai cara pengumpulan data. Kata Kunci: Intensitas Moral, Isu Akuntansi, Proses Pembuatan Keputusan Moral, Manova Pengukuran Berulang. PENDAHULUAN Perhatian pada isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi secara dramatis telah meningkat belakangan ini. Terlebih setelah kasus skandal-skandal khususnya di bidang akuntansi. Profesionalisme akuntan seolah dijadikan kambing hitam dan harus memikul tanggungjawab pihak lain yang seharusnya bertanggungjawab atas kegagalan itu. Di Indonesia isu-isu etika dalam dunia bisnis dan politik belakangan ini menarik perhatian masyarakat. Kondisi sosial politik negeri ini juga turut menghambat perkembangan etika bisnis di negeri ini. Contoh di dalam negeri adalah kasus penggelapan dana pembangunan Wisma Atlet oleh pihak kementrian olahraga yang di dalamnya Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 2 melibatkan mantan Putri Indonesia yaitu Angelina Sondakh. Kasus ini telah diperiksa oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dalam proses persidangan di Pengadilan Tinggi Negeri, Jakarta. Terjadinya kasus seharusnya memberi kesadaran untuk lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan profesi akuntan. Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaan profesionalnya (Ludigdo, 1999). Etika bisnis merupakan wilayah penerapan prinsip-prinsip moral umum pada wilayah tindak manusia di bidang ekonomi, khususnya bisnis. Ponemon dan Glazer (1990) menyatakan bahwa sosialisasi etika profesi akuntan pada kenyataanya berawal dari masa kuliah, dimana mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan profesional di masa datang. Agar, di masa yang akan datang para mahasiswa bisa memahami bagaimana bersikap profesional dan dalam ranah etika, bisnis, dan lingkungan hidup di dalamnya. Sehingga, mereka (mahasiswa) mampu mengaktualisasi diri sebagai makhluk beretika sekaligus sebagai insan bermoral dan mengerti mengenai pengambilan keputusan yang etis. Pendidikan etika bisnis harus dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai lingkungan bisnis dan lingkungan kerja yang akan mereka hadapi serta menyiapkan mahasiswa untuk bertahan dalam menghadapi tekanan lingkungan dan tidak mudah dipengaruhi oleh nilai-nilai buruk yang dihasilkan oleh lingkungan tempat mereka bekerja nanti. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Leitsch (2004), yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan akuntansi di Northeast, Amerika. Penelitian yang dilakukan Leitsch (2004) sebagai dasar penelitian dengan menggunakan Model Empat Komponen Rest dan Model Isu-Kontinjen Jones (1991) untuk menguji pengaruh persepsi intensitas moral dalam proses pembuatan keputusan moral. Penelitian juga pernah dilakukan oleh Novius dan Sabeni (2010) dengan sampel mahasiswa Akuntansi S1, PPA, dan S2. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Novius dan Sabeni (2010) adalah sampel yang digunakan mahasiswa S1-Akuntansi reguler. Dalam penelitian ini, dijelaskan sampel yang digunakan yaitu mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 dengan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen intensitas moral dan sensitivitas moral yang dirasakan mahasiswa. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal pengambilan sampel yaitu antara mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 dan semester 7. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Moral Istilah moral berasal dari bahasa latin. Cicero (106-93sM) yang pertama kali menerjemahkan istilah ta etha ke dalam bahasa Latin moral sekaligus memasukkannya ke dalam kosa kata filsafat. Secara etimologis, kata etika berasal dari kata Yunani ethos (tunggal) yang berarti adat, kebiasaan, watak, akhlak, sikap, perasaan, dan cara berpikir. Sebagai bentuk jamak dari ethos, ta etha berarti adat, kebiasaan atau pola pikir yang dianut oleh sekelompok orang yang disebut masyarakat atau pola tindakan yang dijunjung tinggi dan dipertahankan oleh masyarakat tersebut. Sehingga, kata „moral‟ sama dengan kata „etika‟ jika ditinjau dari kata Yunani ta etha (jamak), maka kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu adat, kebiasaan. Dengan kata lain, kalau arti kata ‟moral‟ sama dengan kata „etika‟, maka rumusan arti kata Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 3 „moral‟ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika Etika adalah ilmu tentang apa yang secara moral benar. Etika merupakan pernyataan benar atau salah yang menentukan perilaku seseorang tergolong bermoral atau tidak bermoral, baik atau buruk. Pernyataan etika dapat dituangkan dalam bentuk prinsip-prinsip etika yang secara normatif dipergunakan untuk membimbing tindakan seseorang menjadi perilaku yang bermoral. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika Bisnis Etika bisnis adalah perwujudan dari serangkaian prinsip-prinsip etika normatif ke dalam perilaku bisnis. Maka, etika bisnis berperan sebagai pedoman dalam menentukan benar tidaknya suatu tindakan yang dilakukan korporasi dalam menjalankan bisnisnya. Ada beberapa alasan mendasar tentang perlunya bisnis dijalankan secara etis menurut Lawrence dan Weber (2008, dalam Hendro Sigit, 2012). Pertama. Adanya pengaruh positif etika bisnis terhadap kemampulabaan (profitability) korporasi di masa mendatang. Kedua. Bisnis dijalankan secara etis sesuai perundang-undangan yang berlaku. Ketiga. Untuk mencegah kerugian (no-harm) besar bagi masyarakat dan pemangku kepentingan akibat dari tindakan sebuah korporasi. Keempat. Dalam persaingan bisnis yang ketat, para pelaku bisnis modern sangat sadar bahwa konsumen adalah benar-benar raja. Kelima. Untuk memerhatikan karyawan serta menjaga agar mereka betah bekerja pada korporasi tersebut. Keenam. Dalam sistem pasar terbuka, pemerintah bersifat netral agar efektif menjaga kepentingan dan hak semua pihak dijamin. Profesi Profesi adalah kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, yang hanya dapat dicapai melalui penguasaan pengetahuan yang berhubungan dengan sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya, serta diikat dengan suatu disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh para pelaku profesi tersebut. Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan hal-hal yang benar dan baik serta hal-hal yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Secara umum kode etik mengarahkan para pelaku profesi untuk memiliki karakter dasar profesional,yaitu bertanggungjawab, bersikap adil, bersikap obyektif dan independen, berintegrasi moral, juga memiliki kompeten. Penyimpangan etika dalam bisnis awal mulanya dipicu oleh menguatnya kepentingan pribadi yang jauh lebih besar dibandingkan kepentingan korporasi. Dengan tujuan utama untuk memperoleh keuntungan pribadi (personal gain) yang besar dalam tempo singkat telah mendorong banyak orang untuk melakukan cara apapun, termasuk yang melanggar atau tidak etis dalam memperoleh keuntungan. Potensi penyimpangan etika dalam bisnis juga berasal dari konflik kepentingan (conflicts of interest) seseorang terhadap pihak lain yang berhubungan dengan korporasi. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 4 Contoh: suap, gratifikasi, dan sumbangan dana kampanye. Adanya tekanan untuk terus mencetak laba dan nilai-nilai yang dianut oleh manajer atau CEO perusahaan. Isu Moral Komponen moral dari masalah, atau isu moral, dapat di karakteristikkan dalam istilah intensitas moral (moral intensity). Untuk memulai proses pembuatan keputusan moral, seseorang harus mampu untuk mengenali isu moral.Isu moral muncul ketika tindakan sesorang, ketika dengan bebas ditunjukkannya, dapat merugikan ataupun menguntungkan orang lain. Seseorang tersebut harus menyadari bahwa dia adalah pembawa moral (moral agent). Seseorang yang gagal mengenali isu moral akan gagal pula dalam melakukan proses pembuatan keputusan moral. Proses Pembuatan dan Pengambilan Keputusan Yang Efektif Proses membuat keputusan merupakan proses yang paling penting untuk kesempurnaan dalam bidang pengurusan untuk semua organisasi. Tujuan membuat keputusan adalah untuk memberi perbedaan kepada teknik-teknik penyelesaian masalah dan mengutarakan cara pembuatan keputusan secara individu dan perkumpulan. Dalam proses membuat keputusan, harus mengutarakan tiga perkara, yaitu proses membuat keputusan, orang yang membuat keputusan, dan keputusan yang dijalankan. Terdapat enam elemen-elemen dasar pengambilan keputusan yang efektif, yaitu menetapkan tujuan, identifikasi permasalahan, mengembangkan sejumlah alternatif, penilaian dan pemilihan alternatif, pelaksanaan keputusan, dan evaluasi dan pengendalian (koreksi). Dalam pengambilan keputusan individu, efektivitas keputusan tersebut ditentukan keyakinan diri, informasi, dan kemampuan untuk mengendalikan diri individu tersebut. Intensitas Moral Intensitas Moral (moral intensity) adalah sebuah konstruk yang meliputi karakteristikkarakteristik yang merupakan perluasan dari isu-isu yang terkait dengan imperatif moral dalam sebuah situasi atau dengan kata lain, intensitas moral merupakan penggambaran tingkat isu moral dalam situasi (Jones 2001, dalam Shafer, Morris dan Ketchand (2001)). Jones (1991) menyatakan bahwa semua isu (masalah) etika dapat diwakili dalam hal intensitas moral (moral intensity), yang mencakup enam elemen, yaitu Besaran Konsekuensi (the magnitude of consequences), Konsensus Sosial (social consensus), Probabilitas Efek (probability of effect), Kesegeraan Temporal (temporal immediacy), Kedekatan (Proximity), dan Konsentrasi Efek (concentration of effect). Model ini pertama kali diperkenalkan sebagai hasil penelitian dari psikologi moral. Rest (1986, dalam Cohen dan Bennie, 2006), menyatakan bahwa untuk bertingkah laku secara moral, seorang individu melakukan empat proses psikologi dasar, yaitu Recognize Moral Issue (pengenalan isu moral), Make Moral Judgment (melakukan pertimbangan moral), Establish Moral Intent (membentuk maksud atau niat moral), dan Engage Moral Behavior (menggunakan perilaku moral). Pengembangan Hipotesis Etika sangat erat kaitannya dengan hubungan yang mendasar antara manusia dan berfungsi untuk mengarahkan kepada perilaku moral. Rest (1986, dalam Cohen dan Bennie, 2006) menyatakan bahwa untuk bertingkah laku secara moral, seorang individu melakukan empat proses psikologi dasar, yaitu: Recognize Moral Issue (pengenalan isu moral), Make Moral Judgement (melakukan pertimbangan moral), Establish Moral Intent (membentuk maksud atau niat moral), dan Engage Moral Behavior (menggunakan perilaku moral). Jones (1991) membuat model pembuatan keputusan etis seseorang yang didasarkan pada empat komponen dari Rest (1986), yaitu pengakuan atas isu-isu moral (recognizing a moral issues); membuat judgement moral atau etis (making a moral judgement or ethical Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 5 judgement); penetapan maksud moral (establishing moral inten or behavior intention); melakukan perilaku moral (Engaging in moral behavior). Model Jones menjelaskan intensitas moral yang dirasakan (perceived moral intensity) atas suatu isu etika seharusnya mempengaruhi semua komponen proses pembuatan keputusan etis, termasuk judgement etis, dan intensi perilaku (behavioral intentions). Intensitas moral merupakan suatu kontraks yang multi dimensional yang terdiri atas enam komponen, yaitu besaran konsekuensi (the magnitude of consequences), konsensus sosial (social consensus), probabilitas efek (probability of effect), kesegeraan temporal (temporal immediacy), kedekatan (proximity), dan konsentrasi efek (concentration of effect). Intensitas moral pada hakekatnya bervariasi dari setiap isu, dengan sedikit isu mencapai tingkat yang tinggi dan banyak isu pada tingkat yang rendah. Reabilitas dan stabilitas intensitas moral tidak diketahui pasti, tapi parameter-parameter ini ditetapkan secara empiris. Jones (1991:373) menyatakan bahwa intensitas moral (moral intensity) terdiri atas enam elemen, yang terdiri atas besaran konsekuensi (the magnitude of consequences), konsensus sosial (social consensus), probabilitas efek (probability of effect), kesegeraan temporal (temporal immediacy), kedekatan (proximity), dan konsentrasi efek (concentration of effect). Penelitian yang dilakukan oleh Nikmatuniayah (2011) yang diberi judul ‛‛Intensitas Moral Mahasiswa Akuntansi Dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral” menyatakan bahwa dalam penelitian ini menunjukkan mahasiswa D3 dan D4 memiliki sensitivitas, intensitas moral, pertimbangan moral mempengaruhi isu-isu yang terdapat dalam skenario dan mengenali perbedaan pada skenario-skenario yang berbeda. Mahasiswa akuntansi (D3 dan D4) mengenal isu moral akuntansi dan mengetahui bahwa isu moral tersebut benar melibatkan masalah etika, memiliki pertimbangan moral dalam membuat keputusan moral. Dalam isu-isu intensitas moral rendah (lebih sedikit tidak beretika) mempengaruhi intensi atau niat moral mahasiswa akuntansi D3 dan D4 kompak. Flory, et al. (1992, dalam Leitsch, 2004) merangkum keenam komponen yang berkaitan dengan isu-isu (masalah) yang berhubungan dengan akuntansi ini dalam skenario yang berkaitan dengan situasi akuntansi. Jones (1991) mengembangkan suatu model isu-kontijen untuk lebih memahami pengaruh dari isu-isu moral yang terdiri atas konstruk intensitas moral yang digagas oleh Rest‟s (1986) melalui model empat komponennya untuk meneliti pengaruh perbedaan persepsi intensitas moral dalam proses pembuatan keputusan moral. Jones menyatakan bahwa isu intensitas moral berpengaruh secara signifikan terhadap proses pembuatan keputusan. Jones (1991) menyatakan bahwa isu intensitas moral akan mempengaruhi sensitivitas seseorang dalam kehidupannya. Isu-isu moral yang memiliki intensitas tinggi (lebih tidak beretika) akan lebih sering dikenali daripada isu-isu intensitas rendah (lebih sedikit tidak beretika). Oleh karena itu, hipotesis yang dapat dikembangkan dari uraian diatas adalah: H: Isu akuntansi berdampak terhadap pentingnya komponen Intensitas Moral dan Sensitivitas Moral yang dirasakan mahasiswa. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:126). Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Mahasiswa S1-Akuntansi reguler yaitu mahasiswa semester 1 dan mahasiswa semester 7 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya, (2) Mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 dianggap telah memahami dan menempuh semua mata kuliah Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 6 serta menyelesaikan mata kuliah yang ada dibandingkan mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 yang baru menempuh beberapa mata kuliah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket, berdasarkan empat skenario yang mengenai kasus masalah-masalah etika. Kuesioner (angket) yang akan disebarkan peneliti berjumlah 104 kuesioner yang masing-masing kelompok sampel mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 sebanyak 52 kuesioner dan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 sebanyak 52 kuesioner. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini menggunakan sumber kuesioner atau angket yang diadopsi dari Leitsch (2004) merangkum keenam komponen yang berkaitan dengan isu-isu (masalah) yang berhubungan dengan akuntansi ini dalam skenario yang berkaitan dengan situasi akuntansi. Penelitian ini kemudian dikembangkan oleh Novius dan Sabeni (2010), ada sembilan definisi operasional variabel. Pertama. Sensitivitas Moral (moral sensitivity) adalah kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etis yang terjadi (Shaub, 1989; Hebert et al., 1990). Sensitivitas moral didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengetahui bahwa suatu situasi memiliki makna etika ketika situasi itu dialami individu-individu (Shaub, 1989), yaitu kemampuan untuk mengetahui masalah-masalah etika (Hebert et al., 1990, dalam Jones, 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa sensitivitas moral mahasiswa diukur dengan untuk mengetahui apakah dalam setiap skenario terdapat problem atau masalah etika dengan menanyakan “situasi diatas melibatkan problema etika” dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tidak sensitif, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti sangat sensitif. Kedua. Pertimbangan Moral (moral judgment) mengarah pada pembuatan sebuah pertimbangan mengenai apakah kebenaran pasti dari tindakan secara moral seperti yang seharusnya dilakukan. Proses dari tahapan ini meliputi pemikiran perspektif dari pertimbangan profesionalnya dalam sebuah pemecahan yang ideal untuk sebuah dilema moral (Thorne, 2000). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pertimbangan moral mahasiswa diukur dengan menanyakan tingkat persetujuan mereka terhadap setiap tindakan dalam setiap skenario dengan pernyataan “(si pembuat keputusan) seharusnya (tidak) melakukan tindakan tersebut” dengan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tidak memiliki pertimbangan moral, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti sangat memiliki pertimbangan moral dalam membuat keputusan moral. Ketiga. Intensi Moral (moral intention). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010), diukur dengan menanyakan tingkat persetujuan mereka terhadap setiap tindakan dalam setiap skenario dengan pertanyaan “jika saya (si pembuat keputusan), saya akan membuat keputusan yang sama” dengan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tidak akan membuat keputusan yang sama, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti responden akan membuat keputusan yang sama dengan aktor dalam skenario. Keeempat. Besaran Konsekuensi (the magnitude of consequences), didefinisikan sebagai jumlah kerugian (atau manfaat) yang dihasilkan oleh pengorbanan (atau kebermanfaatan) dari sebuah tindakan moral (Jones, 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 7 pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “seluruh kerugian (jika ada) disebabkan tindakan aktor dalam skenario adalah kecil”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti pelaku telah membuat kerugian dengan keputusannya, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti pelaku dalam skenario telah membuat keputusan yang menimbulkan sedikit kerugian (jika ada). Kelima. Konsensus Sosial (social consensus) didefinisikan sebagai tingkat kesepakatan sosial bahwa sebuah tindakan dianggap jahat atau baik (Jones, 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “kebanyakan orang sepakat bahwa tindakan pelaku dalam skenario adalah salah”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tindakan pelaku benar, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti pelaku telah membuat keputusan yang salah. Keenam. Probabilitas Efek (probability of effect) merupakan sebuah fungsi bersama dari kemungkinan bahwa tindakan tertentu akan secara aktual mengambil tempat dan tindakan tersebut akan secara aktual menyebabkan kerugian (manfaat) yang terprediksi (Jones 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “kemungkinan tindakan pelaku dalam skenario tersebut akan menyebabkan kerugian secara actual adalah sangat kecil”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tindakan pelaku dalam membuat kerugian aktual tidak kecil, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti pelaku kemungkinan membuat kerugian aktual sangat kecil. Ketujuh. Kesegeraan Temporal (temporal immediacy) adalah jarak atau waktu antara pada saat terjadi dan awal mula konsekuensi dari sebuah tindakan moral tertentu (waktu yang makin pendek menunjukkan kesiapan yang lebih besar) (Jones 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “tindakan pelaku dalam skenario tidak akan menyebabkan kerugian dengan segera dimasa yang akan datang”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti tindakan pelaku akan menyebabkan kerugian di masa yang akan datang, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti pelaku menyebabkan kerugian di masa datang. Kedelapan. Efek Konsentrasi (concentration of effect) adalah sebuah fungsi infers dari jumlah orang yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sebuah tindakan yang dilakukan (Jones, 1991). Penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “keputusan (si pelaku) akan merugikan sedikit orang (jika ada)”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti keputusan pelaku akan merugikan orang lain, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti keputusan pelaku akan merugikan sedikit orang (jika ada). Kesembilan. Kedekatan (Proximity) adalah perasaan kedekatan (sosial, budaya, psikologi, atau fisik) yang dimiliki oleh pembawa moral (moral agent) untuk si pelaku dari kejahatan (kemanfaatan) dari suatu tindakan tertentu (Jones, 1991). Penelitian ini Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 8 menerapkan teknik pengumpulan data kuesioner yang dikembangkan Novius dan Sabeni (2010) menyatakan bahwa pengukuran dilakukan dengan menanyakan kepada mahasiswa “keputusan (si pelaku) akan mempengaruhi rekan kerjanya”, dan menyatakan tingkat persetujuan mereka dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Skala likert 1 menyatakan tingkat persetujuan dengan kriteria 1 = sangat tidak setuju (STS) yang berarti keputusan pelaku tidak akan mempengaruhi rekan kerjanya, dan 5 = sangat setuju (SS) yang berarti keputusan pelaku akan mempengaruhi rekan kerjanya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Lima puluh dua responden mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 dan semester 7 apabila dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin komposisinya ditunjukkan pada tabel 1 berikut ini. Semester 1 7 Tabel 1 Jenis Kelamin Mahasiswa S1-Akuntansi JENIS KELAMIN JUMLAH LAKI-LAKI 11 PEREMPUAN 41 TOTAL 52 LAKI-LAKI 16 PEREMPUAN 36 TOTAL 52 PROSENTASE 21,15 78,85 100 30,77 69,23 100 Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan yaitu persentase frekuensi responden mahasiswa S1-Akuntansi semester satu menurut jenis kelamin, bahwa dari 52 responden sebagian besar responden berjumlah 41 orang (78,85%) merupakan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan, sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin lakilaki berjumlah 11 orang dengan prosentase sebesar 21,15%. Persentase frekuensi responden mahasiswa S1-Akuntansi semester tujuh menurut jenis kelamin,52 responden sebagian besar responden berjumlah 36 orang (69,23%) merupakan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan, sedangkan responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang dengan prosentase sebesar 30,77%. Uji Validitas Item yang dikatakan konsisten secara internal bila item memiliki signifikansi uji korelasi dibawah 5%. Uji validitas yang dilakukan terhadap mahasiswa S1-Akuntansi, menunjukkan hasil yang memuaskan karena menunjukkan hasil yang valid. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 9 Skenario Skenario 1 TABEL 2 HASIL UJI VALIDITAS MAHASISWA Kode Instrumen Correlation Coefficient Signifikansi Ms 0,242 0,013 mj 0,220 0,025 mi 0,488 0,000 mc 0,799 0,000 sc 0,787 0,000 pe 0,656 0,000 ti 0,588 0,000 ce 0,438 0,000 pr 0,212 0,030 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Ms mj mi mc sc pe ti ce pr 0,703 0,652 0,578 0,730 0,643 0,653 0,685 0,681 0,216 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,027 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Ms mj mi mc sc pe ti ce pr 0,199 0,270 0,584 0,668 0,497 0,701 0,666 0,606 0,350 0,043 0,006 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Ms mj mi mc sc pe ti ce pr 0,453 0,412 0,633 0,674 0,357 0,579 0,495 0,620 0,446 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa semua indikator variabel-variabel tersebut dinyatakan valid karena p-value < 0,05. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas pada penelitian ini telah memberikan hasil yang memuaskan, karena dari seluruh pertanyaan untuk variabel-variabel Intensitas Moral yang diuji menunjukkan hasil reliabel. Hasil uji reliabilitas komponen-komponen intensitas moral ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini. TABEL 3 HASIL UJI RELIABILITAS MAHASISWA VARIABEL SKENARIO 1 SKENARIO 2 SKENARIO 3 SKENARIO 4 CRONBACH ALPHA 0,642 0,807 0,668 0,673 KETERANGAN RELIABEL RELIABEL RELIABEL RELIABEL Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 10 Hasil uji reliabilitas indikator pada tabel 3 tersebut, diperoleh nilai Croncbach Alpha > 0,60 sehingga dapat dipakai untuk melaksanakan penelitian atau menguji hipotesis. Statistik Deskriptif Tabel 4 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu sensitivitas moral, pertimbangan moral, intensi moral, besaran konsekuensi, konsensus sosial, probabilitas efek, kesegaran temporal, efek konsentrasi, dan kedekatan. Ms Mj Mi Mc Sc Pe Ti Ce Pr Issue Tabel 4 Statistik Deskriptif Mean Std. Deviation 1.00 3.7308 1.15103 104 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 1.00 2.00 3.00 4.00 Total 2.5577 3.4712 3.7115 3.3678 3.7115 2.4615 2.8365 3.6250 3.1587 2.5385 3.0096 2.9519 3.2115 2.9279 2.8173 2.8846 3.0481 3.1731 2.9808 2.7788 2.7788 2.7692 3.6538 2.9952 3.1058 3.1058 3.2596 3.3365 3.2019 2.9038 2.9712 3.1250 3.2981 3.0745 2.9808 2.8942 3.1827 3.4231 3.1202 4.1346 3.6635 3.7308 3.7212 3.8125 1.26818 1.18204 1.11192 1.26941 1.02088 1.18176 .90426 1.13366 1.18579 1.30662 1.33289 1.31000 1.25159 1.31885 1.36364 1.24095 1.31740 1.13584 1.27047 1.35787 1.35787 1.33097 .92189 1.30798 1.21414 1.25349 1.15746 1.25110 1.21936 1.29614 1.28816 1.17157 1.29134 1.26747 1.28457 1.23790 1.19680 1.16329 1.23405 .91437 1.00107 1.11678 1.04702 1.03595 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 104 104 104 104 416 N Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 11 Tabel 4 menunjukkan hasil dari statistik deskriptif, adalah: Pertama. Pada skenario-1 yaitu menyetujui laporan biaya yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Sensitivitas Moral memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,73. Nilai ini termasuk kategori tinggi sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-1. Hal ini berarti, skenario-1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan) sebagai hal yang dirasa lebih tidak beretika dari pada skenario-2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), skenario-3 (melanggar kebijakan perusahaan), dan skenario-4 (menambah kredit yang diragukan). Dalam hal ini mahasiwa S1-Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menyetujui laporan biaya yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Kedua. Pada skenario-1 yaitu menyetujui laporan biaya yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Pertimbangan Moral memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,71. Nilai ini termasuk kategori tinggi sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-1. Hal ini berarti, skenario-1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan) sebagai hal yang dirasa lebih tidak beretika dari pada skenario-2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), skenario-3 (melanggar kebijakan perusahaan), dan skenario-4 (menambah kredit yang diragukan). Hasil ini menunjukkan bahwa pemberitaan media mengenai skandal yang terjadi menyebabkan mahasiswa melakukan pertimbangan moral bahwa isu pada skenario-1 dianggap lebih tidak beretika dari pada isu-isu lainnya. Dalam hal ini mahasiwa S1-Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menyetujui laporan biaya yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Ketiga. Pada skenario-4 yaitu menambah kredit yang diragukan, mengenai komponenkomponen intensitas moral yaitu Intensi Moral memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,21. Nilai ini termasuk kategori cukup sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-4. Skenario-4 (menambah kredit yang diragukan) memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,21. Khusus untuk skenario-4, hasil ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Flory, et al. (1992), yang menunjukkan tindakan dalam skenario-3 dinyatakan lebih tidak beretika. Hal ini dapat disebabkan oleh tindakan yang dilakukan oleh Pelaku dalam skenario tersebut salah dari sudut akuntansi. Dalam hal ini mahasiwa S1-Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan bahwa menambah kredit yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Keempat. Pada skenario-4 yaitu menambah kredit yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Besaran Konsekuensi memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,17. Nilai ini termasuk kategori cukup sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-4. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menambah kredit yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Kelima. Pada skenario-4 yaitu menambah kredit yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Konsensus Sosial memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,65. Nilai ini termasuk kategori cukup sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-4. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menambah kredit yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 12 Keenam. Pada skenario-1 yaitu menyetujui laporan biaya yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Probabilitas Efek memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,11. Nilai ini termasuk kategori cukup sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-1. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menyetujui laporan biaya yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Ketujuh. Pada skenario-4 yaitu menambah kredit yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Kesegaran Temporal memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,29. Nilai ini termasuk kategori cukup sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-4. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menambah kredit yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Kedelapan. Pada skenario-4 yaitu menambah kredit yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Efek Konsentrasi memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 3,42. Nilai ini termasuk kategori tinggi sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-4. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menambah kredit yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Kesembilan. Pada skenario-1 yaitu menyetujui laporan biaya yang diragukan, mengenai komponen-komponen intensitas moral yaitu Kedekatan memiliki nilai rata-rata jawaban responden yang paling tinggi, yaitu 4,13. Nilai ini termasuk kategori tinggi sehingga responden memahami isu yang ada dalam skenario-1. Dalam hal ini mahasiwa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai anggapan (persepsi) bahwa menyetujui laporan biaya yang diragukan adalah sebagai hal yang dirasa tidak beretika. Uji Asumsi Ada dua macam uji asumsi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, sebagai berikut. Uji Homogenitas Varians Asumsi yang mendasari dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data adalah sama. Tabel 5 Hasil Uji Box’M Box's M 585.979 F 4.174 df1 135 df2 371748.405 Sig. .076 Tests the null hypothesis that the observed covariance matrices of the dependent variables are equal across groups3 a. Design: Intercept + MSMI + msmi_isue + isu + isu_MSMI + issue Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa varians homogen. Asumsi Homogenitas Varians telah terpenuhi, hal ini dapat dilihat dari nilai p-value statistik uji Box‟M adalah 0,076. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 13 Uji Korelasi-Bartlett Uji Korelasi-Bartlett tentang bentuk matriks korelasi (Bartlett‟s test of sphericity). Uji ini dimaksudkan untuk memastikan apakah matriks korelasi berasal dari matriks identitas atau bukan. Dengan ketentuan bahwa bila matriks korelasi merupakan matriks identitas (matriks dengan diagonal 1 dan selain diagonal 0), maka tidak dapat digunakan analisis Multivariate Analysis of Variance (MANOVA), sebaliknya bila matriks korelasi bukan matriks identitas, maka dapat digunakan analisis Multivariate Analysis of Variance (MANOVA). Tabel 6 Hasil Bartlett's Test Likelihood Ratio .000 Approx. Chi-Square .a Df 44 Sig. . Tests the null hypothesis that the residual covariance matrix is proportional to an identity matrix. a. Cannot produce the chi-square statistic because the error SSCP matrix is singular. b. Design: Intercept + MSMI + msmi_isue + isu + isu_MSMI + issue Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa ada korelasi antara variabel y dengan variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari nilai p-valuenya < 0,05 adalah 0,000. Uji Parsial (univariate test) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen (X1, X2,...,Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Tingkat signifikan menggunakan α = 5%. TABEL 7 UJI PARSIAL (UNIVARIATE TEST) KOMPONEN SENSITIVITAS MORAL/INTENSITAS MORAL (MSMI) UNTUK ISU AKUNTANSI Dependent Variable Mc Contrast Sc Contrast Error Error Pe Contrast Error Ti Contrast Error Ce Contrast Pr Contrast Error Error Sum of Squares 4.914 df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared 3 1.638 2.406 .067 .017 11.640 .000 .079 1.457 .226 .011 .691 .558 .005 .434 .729 .003 3.364 .019 .024 277.770 408 .681 32.196 3 10.732 376.186 408 .922 3 1.083 408 .744 3 .636 408 .921 3 .371 3.250 303.360 1.909 375.770 1.112 348.581 9.371 378.902 408 .854 3 3.124 408 .929 The F tests the effect of issue. This test is based on the linearly independent pairwise comparisons among the estimated marginal means. Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa faktor isu yang berdampak pada MS&MI adalah sc (social consensus), dilihat dari nilai p-valuenya adalah 0,000, dan pr (proximity), dilihat dari nilai p-valuenya adalah 0,019. Dari enam komponen diatas, dapat diketahui Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 14 faktor isu (masalah) yang berdampak pada MS&MI, adalah sc (social consensus) dan pr (proximity). Uji Perbedaan Skenario (pairwise comparison) Uji perbedaan skenario adalah uji perbedaan yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antar tiap-tiap skenario. Skenario yang digunakan dalam penelitian ini ada empat skenario (skenario-1, skenario-2, skenario-3, dan skenario-4). TABEL 8 PAIRWISE COMPARISONS KOMPONEN SENSITIVITAS MORAL/INTENSITAS MORAL (MSMI) UNTUK ISU AKUNTANSI Dependent Variable (I) issue (J) issue MSMI 1.00 2.00 3.00 4.00 Mean Difference (I-J) 95% Confidence Interval for Differencea Std. Error Sig.a Lower Bound Upper Bound 2.00 .990* .200 .000 .459 1.521 3.00 1.040* .255 .000 .364 1.716 4.00 1.884* .347 .000 .964 2.803 1.00 -.990* .200 .000 -1.521 -.459 3.00 .050 .206 1.000 -.497 .596 4.00 .894* .281 .010 .148 1.640 1.00 -1.040* .255 .000 -1.716 -.364 2.00 -.050 .206 1.000 -.596 .497 4.00 .844* .217 .001 .269 1.419 1.00 -1.884* .347 .000 -2.803 -.964 2.00 -.894* .281 .010 -1.640 -.148 3.00 -.844* .217 .001 -1.419 -.269 Based on estimated marginal means *. The mean difference is significant at the ,05 level. a. Adjustment for multiple comparisons: Bonferroni. Berdasarkan tabel 8, diketahui bahwa uji perbedaan skenario (pairwise comparison) menunjukkan bahwa dalam skenario yang tidak memiliki perbedaan dalam menanggapi isu akuntansi pada mahasiswa S1-Akuntansi, adalah skenario 2 (memanipulasi pembukuan perusahaan) dan skenario 3 (melanggar kebijakan perusahaan), hal ini pada dua skenario termasuk isu (masalah) yang sama menyangkut hal etika pegawai dalam suatu perusahaan. Uji Hipotesis Multivariate Analysis of Variance (MANOVA) Penelitian ini menggunakan General Linear Model (GLM) MANOVA pengukuran berulang (repeated measurement). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 15 TABEL 9 UJI MULTIVARIAT KOMPONEN SENSITIVITAS MORAL/INTENSITAS MORAL (MSMI) UNTUK ISU AKUNTANSI Efek MSMI MS MI mc sc pe ti ce pr Multivariat F sig 75.821 0.000 ISU 316.580 MSMI*ISU 1.759 MS MI 0.083 0,083 0.007 0.000 0.006 0.000 0.370 0.000 0.187 0.000 0.021 0.000 0.000 0.501 Korelasi mc sc 0.007 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.162 0.006 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.992 pe 0.370 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.165 ti 0.187 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.476 ce pr 0.021 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.004 0.000 0,501 0.162 0.992 0.165 0.476 0.004 - 0.000 0.000 Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa analisis multivariate menunjukkan efek signifikansi Wilk’s Lambda untuk Sensitivitas Moral/Intensitas Moral (MSMI), F(8,602)= 75.821, p=0.000. Untuk Isu Akuntansi (ISU) memiliki signifikansi F(8,137)= 316.580, p=0.000. Sedangkan interaksi MSMI dengan ISU memiliki signifikansi F(7,850)= 1.759, p=0.000. Suatu perbandingan estimasi rata-rata marjinal dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut signifikansi dari interaksi. Perbedaan signifikan dicatat antara Sensitivitas Moral (MS) dan variabel-variabel Intensitas Moral (MI); Besaran Konsekuensi (magnitude of consequencesmc) p=0.000, Konsensus Sosial (social consensus-sc) p=0.000, Probabilitas Efek (probability of effect-pe) p=0.000, Kesegeraan Temporal (temporal immediacy-ti) p=0.000, Efek Konsentrasi (concentration of effect-ce) p=0.000, dan Kedekatan (proximity-pr) p=0.000. Lebih lanjut, efek signifikansi untuk isu akuntansi diperoleh perbedaan antara Skenario; S1-S2 (p=0.000), S2-S3 (p=0.005), dan S2-S4 (p=0,000). P-value < 0,005, maka hipotesis yang menyatakan bahwa isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen-komponen intensitas moral dan sensitivitas mahasiswa S1-Akuntansi, diterima. Uji Dua Populasi (uji T-test) Uji dua populasi (uji T-test) adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa komparatif (uji perbedaan). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 16 Tabel 10 Hasil Uji Beda Dua Populasi (t-sample) t Equal variances assumed Persepsi Equal skenario 1 variances not assumed Equal variances assumed Persepsi Equal skenario 2 variances not assumed Equal variances assumed Persepsi Equal skenario 3 variances not assumed Equal variances assumed Persepsi Equal skenario 4 variances not assumed Independent Samples Test t-test for Equality of Means df Sig Mean Std. Error Difference Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -2.718 102 .008 -2.89345 1.06452 -5.00493 -2.723 101.771 .008 -2.89345 1.06274 -5.00146 -1.758 102 .004 -2.39808 1.36389 -5.10335 .30719 -1.770 92.609 .005 -2.39808 1.35452 -5.08804 .29189 -1.007 102 .042 -1.11099 1.10284 -3.29846 1.07648 -1.013 96.798 .037 -1.11099 1.09708 -3.28845 1.06648 -2.207 102 .030 -2.31447 1.04848 -4.39413 -.23480 -2.215 100.253 .029 -2.31447 1.04502 -4.38770 -.78197 -.78545 -.24124 Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa uji beda persepsi skenario 1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan), skenario 2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), skenario 3 (melanggar kebijakan perusahaan), dan skenario 4 (menambah kredit yang diragukan) pada mahasiswa S1-Akuntansi tersebut disajikan pada tabel 10 menunjukkan bahwa p-value < 0,05, maka terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7. Pada persepsi skenario 1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan), menunjukkan signifikan equal variances assumed 0,008, Skenario 2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), menunjukkan signifikan equal variances assumed 0,004, Skenario 3 (melanggar kebijakan perusahaan), menunjukkan signifikan equal variances assumed 0,042, dan skenario 4 (menambah kredit yang diragukan), menunjukkan signifikan equal variances assumed 0,030. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 17 Tabel 11 Hasil Group Statistik Uji Persepsi Skenario Mahasiswa semester 1 dan semester 7 Group Statistics Semester Persepsi skenario 1 Persepsi skenario 2 Persepsi skenario 3 Persepsi skenario 4 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Semester 1 52 30.1765 5.65134 .77627 Semester 7 52 27.2830 5.18346 .72583 Semester 1 52 27.5490 8.06559 1.10789 Semester 7 52 25.1509 5.56530 .77930 Semester 1 52 28.9412 6.31767 .86780 Semester 7 52 27.8302 4.79338 .67121 Semester 1 52 32.3333 5.77292 .79297 Semester 7 52 30.0189 4.86073 .68064 Berdasarkan hasil uji persepsi skenario, dapat diketahui bahwa mahasiswa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiwa S1-Akuntansi semester 7 mempunyai persepsi dalam menanggapi isu-isu moral dalam berbagai situasi di bidang akuntansi Pada tabel group statistik, persepsi tersebut dapat dilihat dari nilai standar deviasi. Pada skenario 1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan), uji persepsi mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 rata-rata diperoleh 30,176, dan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 rata-rata diperoleh 27,283. Pada skenario 2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), uji persepsi mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 rata-rata diperoleh 27,549, dan mahasiswa S1Akuntansi semester 7 rata-rata diperoleh 25,150. Pada skenario 3 (melanggar kebijakan perusahaan), uji persepsi mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 rata-rata diperoleh 28,941, dan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 rata-rata diperoleh 27,830. Pada skenario 4 (menambah kredit yang diragukan), uji persepsi mahasiswa S1-Akuntansi semester 1 rata-rata diperoleh 32,333, dan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 rata-rata diperoleh 30,018. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Dari analisis MANOVA menunjukkan bahwa isu akuntansi memiliki dampak terhadap pentingnya komponen-komponen intensitas moral dan sensitivitas moral ; (2) Berdasarkan uji parsial (uji univariate test) menunjukkan bahwa isu-isu akuntansi yang berdampak terhadap MS&MI adalah konsensus social (social consensus) dan kedekatan (proximity); (3) Berdasarkan uji perbedaan skenario (pairwise comparison) menunjukkan bahwa skenario yang tidak memiliki perbedaan dalam komponen intensitas moral dengan sensitivitas moral dalam pertanyaan skenario, adalah skenario 2 dan skenario 3; (4) Berdasarkan empat jenis skenario, yaitu skenario 1 (menyetujui laporan biaya yang diragukan), skenario 2 (memanipulasi pembukuan perusahaan), skenario 3 (melanggar kebijakan perusahaan), skenario 4 (menambah kredit yang diragukan), komponen dari intensitas moral yang memiliki rata-rata tertinggi dan deviasi standar terendah terdapat pada elemen kedekatan (proximity); (5) Berdasarkan uji dua populasi terdapat perbedaan persepsi mahasiswa S1Akuntansi semester 1 dengan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 dalam kasus yang ada dalam skenario. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 18 Saran Saran dari peneliti dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Penelitian ini diharapkan, dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian lebih lanjut, terutama bagi peneliti yang melakukan penelitian berkaitan dengan persepsi intensitas moral dalam proses pembuatan keputusan moral; (2) Penelitian mendatang hendaknya mengembangkan sendiri instrumen pengukuran variabel penelitian untuk menghindari adanya kelemahan yang diakibatkan oleh ketidaksesuaian penerjemahan instrumen pengukuran variabel penelitian; (3) Penelitian selanjutnya, responden yang akan digunakan tidak terbatas hanya pada mahasiswa, namun dapat juga dilakukan pada praktisi di bidang akuntansi, yaitu para auditor di perusahaan maupun di Kantor Akuntan Publik (KAP); (4) Penelitian langsung kepada objek penelitian dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung juga disarankan untuk menghindari respon bias akibat penggunaan kuesioner. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang digunakan yaitu mahasiswa S1Akuntansi semester 1 dan mahasiswa S1-Akuntansi semester 7 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Gozali, I. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hasan, I. 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Edisi Ketiga. Ghalia Indonesia. Bogor. Jones, T. 1991. Ethical Decision Making By Individuals In Organizations: An Issue Contingent Model. Journal Academy of Management Review 16(2): 366-395. Leitsch, D. 2004. Differences in the Perceptions of Moral Intensity in the Moral Decision Process: An Empirical Examination of Accounting Students. Journal of Business Ethics 53(1): 313–323. Ludigdo, U. dan M. Machfoedz. 1999. Persepsi Akuntan dan Mahasiswa terhadap Etika Bisnis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 2(1): 1-19. Nikmatuniayah. 2011. Intensitas Moral Mahasiswa Akuntansi Dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral. Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Semarang: 335344. Novius, A. dan A. Sabeni. 2010. Perbedaan Persepsi Intensitas Moral Dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral. Jurnal SNA X1 Akuntansi 4(1): 1-23 Novius, A. 2008. Perbedaan Persepsi Intensitas Moral Dalam Proses Pembuatan Keputusan Moral (Studi Survei pada Mahasiswa Akuntansi S1, Maksi, Pendidikan Profesi Akuntansi (PPA) Universitas Diponegoro Semarang. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Ponemon, L. dan A. Glazer. 1990. Accounting Education and ethical development: the influence of liberal learning on students and alumni in accounting practice. Journal Issues in Accounting Education 6(2): 195-208. Rest, J. R , P. H. Mussen , J. H. Flavell and E. M. Markman, John Wiley & Sons. 1983. Morality. Journal Handbook of Child Psychology 3(4): 556-629. Robbins, S. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi, Aplikasi. Edisi I Bahasa Indonesia. Jakarta. Robbins, S. 2002. Perilaku Organisasi. Edisi I Bahasa Indonesia. PT. Indeks. Jakarta. Shaub, M. 1989. An Empirical Examination of the Determinants of Auditor Ethical Sensivity. Desertation. Texas Tech University. American. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 10 (2014) 19 Sigit, H. 2012. Etika Bisnis Modern Pendekatan Pemangku Bisnis. Edisi Keempat. Unit penerbit dan Percetakan. Yogyakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Kombinasi (Mixed Methods). Edisi Pertama. Alfabeta. Bandung. Yosephus, S. 2010. Etika Bisnis: Pendekatan Filsafat Moral terhadap Perilaku Pebisnis Kontemporer. Edisi Pertama. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. ●●●