makalah komunikasi dalam konteks keperawatan

advertisement
MAKALAH
KOMUNIKASI dalam KONTEKS KEPERAWATAN
Disusun oleh kelompok VI
DESFIANA
ATILA NARIFA HARPI
WADIA YUWISDWI PUTRI
NINDY AYU PUTRI
MELANI SAPUTRI
NIA SUFRIANI
NOVELA DWISDAWITA
Lokal
: 1C
Prodi
: S1 Keperawatan
Dosen
: Ns. GUSLINDA,M.Kep.SP.Kep.J
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHIN AJARAN 2014/2015
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. Wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang diharapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana. Diamana makalah ini membantu tentang
“KOMUNIKASI dalam KONTEKS KEPERAWATAN” dan kiranya makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang KOMUNIKASI dalam KONTEKS
KEPERAWATAN.
Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat
baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan
memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,
sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan
demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang tidak pernah dapat dilepaskan dari setiap
aspek kehidupan manusia ( tindakan,perilaku manusia ). Komunikasi dalam bidang
keperawatan adalah Proses untuk menciptakan hubungan perawat,pasien atau dengan
tenaga kesehatan lainnya,dan untuk mengenal kebutuhan pasien serta menentukan rencana
tindakan dan kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut perawat kesehatan
mempunyai fungsi / peran sebagai pelaksana perawatan,pengelola perawatan,pendidikan
dan pengembangan ilmu keperawatan.
Dari keempat unsur fungsi yang melekat pada diri seorang perawat kesehatan dan yang
secara langsung berhubungan dengan intervensi keperawatan adalah fungsi pelaksana
perawat dan pengelola perawatan seseorang perawat kesehatan dalam melakukan
intervensi keperawatan harus dilakukan secara kompherensif dan sekaligus holistik. Pada
saat itulah komunikasi therapeutik dipergunakan pada saat intervensi kepada
pasien,interpersonal skill seorang perawat kesehatan dalam berkomunikasi menjadi suatu
tuntutan yang harus dipunyai.
Hal yang juga harus selalu diingat bahwa seseorang pernah mengucapkan sumpah /
janji bahwa dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan akan dilakukan secara
profesional. Profesionalitas akan dapat terjadi bila seorang perawat selalu menyadari akan
profesinya dan profesi akan menjadi profesionalitas bila seseoarang perawat selalu mampu
memadukan kemampuan kognitif,afektif,psychomotor dan setiap tindakannya didasari
pada perspektif dan prinsip-prinsip komunikasi therapeutik.
Komunikasi dalam bidang keperawatan adalah proses untuk menciptakan hubungan
perawat – pasien atau dengan tenaga kesehatan lainnya, dan untuk mengetahui komunikasi
yang terjadi dalam hubungan perawat dan klien (pasien).
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah utuk mengetahui komunikasi yang
terjadi dalam hubungan perawat dengan klien (pasien).
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi dalam proses keperawatan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pengkajian dalam tahap proses keperawatan ?
3. Apa yang dimaksud dengan diagnosa keperawatan dalam tahap proses
keperawatan ?
4. Apa yang dimkasud dengan pencernaan dalam tahap proses keperawatan ?
5. Untuk mengetahui bagaimana Komunikasi dalam Keperawatan
6. Untuk mengetahui bagaimna Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan
7. Untuk mengetahui bagaimana Gaya Komunikasi dan Pengertian Komunikasi
Therapeutik
8. Untuk mengetahui bagaimana Teknik Komunikasi Therapeutik
9. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan perawat dengan pasien
10. Untuk mengetahui bagaimana Hubungan perawat dengan pasien dalam konteks
etis
11. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dalam tahap proses keperawatan ?
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar :
a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi dalam proses keperawatan
b. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang cara berkomunikasi yang baik
dalam proses keperawatan yang baik
c. Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap proses keperawatan
E. Metode Penulisan
Adapun metodi penulisan yang kami susun dalam makalah ini bersumber dari bukubuku tentang komunikasi keperawatan dan juga dari browsing.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komunikasi dalam Konteks Keperawatan
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena dalamnya terjadi konfigurasi
berbagai macam aspek yakni aspek personal ( kognitif, afektif dan psychomotor ), sosial (
budaya, lingkungan,norma,etika ), pemenuhan kebutuhan dan agama. Konfigurasi dari
berbagai aspek akan terwujud dalam perilaku. Perilaku merupakan perwujudan nyata dari
interaksi
dengan
sesamanya,perilaku
merupakan
aktualisasi
diri
merupakan
pengkomunikasian diri kepada orang lain.
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi
yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal , intrapersonal dan komunal / kelompok.
Mundakir (2006) “Komunikasi dalam prosesnya terjadi tiga tahapan yakni komunikasi
intrapersonal,interpersonal dan publik”. Pada tindakan atau inrtervensi keperawatan
umumnya berbentuk komunikasi secara interpersonal langsung dengan jenis verbal
maupun non verbal. Kemampuan interaktif, perawat kesehatan dengan pasien mempunyai
karakter spesial. Dalam tindakan atau perilaku kedua belah pihak menunjukan aspek sosial
dan profesional. Setiap komunikasi mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan
suatu metode , sehingga pencapaian tujuan dapat optimal. Komunikasi interaktif perawat
kesehatan dengan pasien tujuannya adalah kesembuhan pasien dari sakit yang dideritanya.
Bila harapan pasien untuk sembuh lambat bahkan tidak terjadi seorang perawat secara
moral sering kali merasa ikut bersalah. Perasaan yang sering kali muncul dalam diri
seorang perawat yang baik dan profesional, menunjukan bahwa komunikasi dalam
keperawatan mempunyai kekhususan yakni menyangkut kelangsungan kehidupan seorang
manusia.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi therapeutik, artinya
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan kasiat therapi dalam proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat kesehatan harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi therapeutik agar kebutuhan , kepuasan pasien dapat di
penuhi.
B. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pengkajian dilakukan
oleh perawat dalam rangka pengumpulan data klien. Data klien diperoleh melalui
wawancara (anamnesa), pemeriksaan fisik, pemetiksaan diagnostik (laboratorium,foto,dan
sebagainya), informasi atau catatan dari tenaga kesehatan lain, dan dari keluarga klien.
Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien. Untuk itu selain
perlunya meningkatkan kemampuan komunikasi bagi perawat, kemampuan komunikasi
klien juga perlu ditingkatkan.Perawat perlu mengetahui hambatan, kelemahan dan gaya
klien dalam berkomunikasi. Perawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi
kapan dan dimana komunikasi dilakukan , penggunaan bahasa, usia dan perkembangan
klien. Banyak hal yang dapat menjadi hambatan klien untuk mengirim atau memberikan
informasi, menerima, dan memahami pesan yang diterima klien.
Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus di perhatikan oleh perawat antara lain :

Language Deficits
 Perawat perlu menentukan bahasa yang di pahami oleh klien dalam
berkomunikasi karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi presepsi
dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat.

Sensory Deficits
 Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan faktor
penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima
dengan baik apabila kemampuan sensori klien berfungsi dengan baik. Untuk
klien yang mengalami kelemahan mendengar, maka ada tahapan yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pengkajian, yaitu mencari kepastian medik
yang mengindikasikan adanya kelemahan mendengar, memperhatikan apakah
klien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan
apakah klien mampu melihat muka dan bibir kita saat berbicara, dan
memperhatikan apakah klien mampu menggunakan tangannya sebagai bentuk
komunikasi nonverbal.

Cognitive Impairrnents
 Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif (misalnya pada
klien CVA, Alzheimer’s, tumor otak) dapat mempengaruhi kemampuan klien
dalam mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pada klien
yang mengalami gangguan kognitif ini, perawat dapat menilai apakah klien
merespon (baik respon verbal maupun nonverbal) ketika ditanya ?. Apakah
klien dapat mengucapkan kata atau kalimat dengan benar ?. Apakah klien
dapat mengingat dengan baik ? dan sebagainya

Structural Deficits
 Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama pada struktur yang
berhubungan langsung dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan
hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.

Paralysis kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ektremitas atas akan
menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.
Perawat perlu memperhatikan apakah ada kemampuan nonverbal klien yang bisa
ditunjukan dalam rangka memberikan informasi kepada perawat.\
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam
tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat
dengan melibatkan klien, keluarga klien, dan tenaga kesehatan lainnya tentang masalah
yang dialami klien. Proses penentuan masalah klien dengan melibatkan beberapa pihak
tersebut adalah upaya untuk menvalidasi, memperkuat dan menentukan priotas masalah
klien dengan benar. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasi kepada klien dapat
berakibat salahnya penilain perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat
yang komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan faktor penting dalam
penetapan diagnosa keperawatan yang tepat. Kemampuan komunikasi disini juga
diperlukan dalam menulis analisis data yang didapat dari pengkajian serta mendiskusikan
masalah yang ditemukan baik kepada klien, keluarga, maupun kepada sesama perawat.
D. Rencana Keperawatan
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan
komunikasidengan
klien
sangatlah
penting
untuk
menentukan
pilihan
rencana
keperawatan yang akan dilakukan. Misalnya, sebelum perawat memberikan diet makanan
bagi klien, perawat perlu mengetahui makanan pilihan yang disukai atau yang alergi bagi
klien sehingga tindakan yang dilakukan menjadi efektif. Rencana tindakan yang dibuat
perawat merupakan media komunikasi antara petugas kesehatan sehingga perencanaan
yang disusun perawat dinas pagi dapat di evaluasi atau di lanjutkan oleh perawat dinas
sore dan seterusnya model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat
dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur dan efektif.
Pada tahap perencanaan ini, perawat harus menentukan prioritas masalah yang harus
diselesaikan, merumuskan tujuan tindakan dan kriteria hasil (kriteria evaluasi). Rencana
tindakan dibuat untuk mengatasi etiologi atau penyebab terjadinya masalah. Penentuan
etiologi atau penyebab dari masalah klien memerlukan kecermatan dan pengetahuan yang
lebiah agar acuan dalam membuat rencana tindakan sesuai dengan sasaran. Kegagalan
dalam menentukan etiologi dengan tepat akan berpengaruh terhadap rumusan tujuan
tindakan keperawatan dan mengganggu keberhasilan tindakan.
E. Komunikasi Interpersonal dalam keperawatan
Dalam publikasi dinamis Peplau tentang Interpersonal Relation in Nursing, telah
dipresentasikan kerangka konseptual suatu proses therapeutik antara perawat dengan
pasien. Dalam prestasinya Peplau mengatakan bahwa komunikasi perawat dengan pasien
dipengaruhi faktor-faktor yang komplek meliputi faktor lingkungan dan interaksi yang
pernah mereka alami mulai dari oarang tua, yang dilandasi pada sikap-sikap, kepercayaan,
dan pengalaman hidupnya pada budaya yang ikut menanamkan value kehidupan.
Empat fase interrelasi perawat pasien yang berkaitan dengan tanggung jawab dan tugas
perawat kesehatan terhadap pasien adalah :
1. Orientasi ( orientation )
Pada fase ini seorang perawat harus mampu menangkap bahwa pasien ingin mencari
kesembuhan penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh perawat.
Untuk seorang perawat harus mampu melakukan anamnese dengan baik, dengan
mengaplikasikan prinsip-prinsip komunikasi therapeutik, fase orintasi sering juga
disebut fase pengenalan, pendahuluan.
2. Identikfikasi ( identification )
Interaksi perawat –pasien hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan,
pengertian relasi yang saling membantu. Interaksi perawat-pasien berproses seperti di
harapkan bila dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi efektif.
3. Eksploitasi ( exploitation )
Interrelasi perawat-pasien,akan menumbuhkan pengertian pasien terhadap proses
system asuhan, sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang muncul dari
dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain pasien dapat ditimbulkan
pengertian, dan kesadaran self-care, sehingga peran perawat dan pasien dalam proses
keperawatan untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik (kolaborasi)
4. Resolusi ( resolution )
Tahap yang keempat merupakan tahap yang penting dalam intervensi keperawatan.
Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui hubungan kesehatan perawatpasien dengan menggunakan komunikasi efektif. Harapan, kebutuhan pasien
merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan terhadap
pasiennya, resolusi problem asuhan keperawatan akan jelas karena kebutuhan dan
harapan pasien sudah diketahui. Fase yang keempat ini sering kali disebut dengan fase
terminasi.
F. Gaya komunikasi
Bila kita memikirkan berkomunikasi, kita sering memimpikan dirinya sediri sedang
berbicara dengan orang lain. Kenyataannya bahwa komunikasi adalah berbicara,
mendengar, berpikir, interaksi, merencana, merespon secara simultan. Berarti komunikasi
adalah alat untuk mengerti perspektif personal orang lain dan mengintrepertas dan
merespon yang didasarkan pengalaman personal.
Interaksi
perawat-pasien
menyaratkan
semua
perawat
mempunyai
pengertian,perhatian, minat, dan kompetensi menganalisa perilaku dan emosional terhadap
konteks terhadap interaksi yang terjadi antara perawat-pasien. Gaya komunikasi perawatpasien dipengaruhi oleh kemahiran / keterampilan perawat menegakkan hubungan,
kepercayaan dan emphaty dengan menggunakan gaya mendengarkan aktif sebagai sarana
yang memfasiitasi hubungan perawat-pasien dalam asuhan keperawatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif :
 Hubungan
 Kepercayaan
 Emphaty
 Cara / media penyampaian pesan
 Kekuatiran dan stress
 Bahasa ( verbal komunikasi )
 Bahasa tubuh ( nonverbal komunikasi )
 Jarak
G. Pengertian Komunikasi Therapeutik
Karakteristik hubungan anatar perawat-klien adalah berupa perilaku , pikiran dan
perasaan. Juga penting untuk membedakan antara dukungan sosial dan dukungan
profesional (Mundakir,2006). Dukungan sosial terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dari
jaringan umum sosial dan hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan
saling percaya dan kesempatan melakukan kegiatan.
Ada 4 fase dalam melakukan hubungan antara perawat-klien yaitu :
a. Fase Prainteraksi
 Kesiapan untuk perawat baru. Fase interaksi merupakan awal dimulainya
kontak pertama dengan klien. Juga sebagai awal perawat dalam
mengeksplorasi diri. Tugas dari fase ini di harapkan klien mendapatkan
informasi yang baik dan perawat mempunyai perencanaan untuk
melakukan interaksi pertama kali dengan klien. Pengkajian perawat segera
di mulai, tetapi pekerjaan yang dilakukan harus berhubungan dengan apa
yang dilakukan pada klien kemudian fase kedua adalah hubungan.
b. Fase Introduksi atau Orientasi
 Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien.
Bentuk kontrak. Pada fase ini hubungan dibangun dengan saling percaya,
saling mengerti, kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk kontrak
dengan klien. Kontrak dimulai dengan introduksi perawat-klien, nama
yang disenangi, dan harapan dari peran. Yang termasuk peran adalah
tanggung jawab dan harapan klien dan perawat, bisa dijabarkan oleh
perawat ataupun tidak. Pada tahap ini juga didiskusikan tujuan hubungan
dengan
memperhatikan
atau
fokus
dengan
klien
menampilkan
kehidupannya dan area konflik.
c. Fase kerja
 Harus kerja yang terapeutik agar dapat dilakukan fase kerja. Perawat dan
klien
mengeksplorasikan
stressor
dan
meningkatkan
wawasan
perkembangan dari klien dengan menyamakan persepsi, pikiran, perasaan
dan tindakan. Wawasan diharuskan untuk mengartikan tindakan yang
terjadi dan perubahan perilaku. Ini dapat diintegrasikan dengan
penampilan kehidupan individu. Perawat membantu klien untuk dapat
menurunkan kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung
jawab diri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku secara aktual.
d. Fase Terminasi
 Terminasi merupakan hal yang sangat sulit taetapi penting pada fase ini
karena merupakan hubungan therapeutik klien dan perawat. Selama fase
terminasi, belajar untuk meningkatkan kemampuan klien dan perawat.
Setiap waktu perubahan perasaan dan memori data evaluasi secara
menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai klien.
H. Teknik Komunikasi Therapeutik
Komunikasi therapeutik dasar dari hubungan interaktif, yang di landasi oleh freme of
reference and field of experience. Dari kedua belah yang terlibat dalam proses komunikasi
(perawat-pasien). Bobot / mutu interaksi dan kemampuan meningkatkan komunikasi
therapeutik dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi sikap perawat, kemampuan
perawat, mengerti dan memahami perilaku yang berkaitan dengan kontek sosial, adanya
sifat terbuka untuk mendengar dan merespon secara emphati terhadap pasien dan juga
keluarganya maupun teman-teman.
Teknik komunikasi therapeutik adalah :
a) Diam
b) Pembukuan yang luas
c) Bersifat spesifik dan tentatif
d) Mengajukan pertanyaan terbuka
e) Sentuhan
f) Menyatakan kembali ucapan klien
g) Klarifikasi
h) Berbagi persepsi atau mencari validasi konsensus
i) Menawarkan diri untuk membantu
j) Memberikan informasi
k) Mengungkapkan penghargaan
l) Mengklarifikasi waktu atau urutan kejadian
m) Mengorientasikan realitas
n) Memfokuskan
o) Refleksi
p) Meringkas dan merencanakan
I. Hubungan Perawat dan pasien
Perawat sebgai salah satu tenaga keperawtan, dalam menjanlin hubungan dengan
pasien merupakan yang pertama dan terlama. Dengan demikian mutlak membutuhkan
kemampuan berkomunikasi interpersonal dalam membina hubungan tersebut. Dalam
menjalankan fungsi dan perannya adalah sebagai berikut : sebagai pemberi pelayanan,
pendidikan, pengelola, dan peneliti. Sebagai sorang yang profesional berada dalam posisi
yang menentukan untuk melindungi hak-hak pasien unyuk mendapatkan : pelayanan
asuhan keperawtan yang aman dan bermutu, informasi yang diperlukan keluasan pribadi
(privacy), menolak terapi / perawatan, dan kerahasiaan akan keberadaan data diri pasien.
J. Hubungan perawat dan pasien dalam konteks etis
Seorang pasien dalam situasi menjadi psien mempunyai tujuan tertentu. Seorang
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan juga mempunyai tujuan tertentu. Kondisi
yang dihadapi pasien merupakan penentu peran perawat terhadap pasien . Untuk
menjelaskan peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada
pandangan dasar Helldegard .E Peplay , tentang hubungan perawat dan pasien dalam
asuhan keperawatan, merupakan rasa percaya, pengukuran pemecahan masalah ( Problem
Solving ), dan kolaborasi.
Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat dapat berperan sebagai konselor
pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya. Perawat
juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara
kandung, atau teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaanya. Fokus utama dari
perhatian etis dalam keputusan tindakan asuhan keperawatan seharusnya adalah
kesejahteraan individu, dan walaupun pasien mempunyai peran integral dan bahan peran
sentral dalam pengambilan keputusan, maka pasien tidak lagi mempunyai hak untuk
memaksa perawat, sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
K. Evaluasi Komunikasi
Antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tindakan
yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil
yang positif bagi klien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap
sebelumnya. Evaluasi yang dilaksanakan meliputi aspek kognitif, sikap dan keterampilan
yand dapat diungkapkan klien secara verbal maupun nonverbal. Pada tahap ini juga
memberi kesempatan bagi perawat untuk melihat kembali tentang efektivitas rencana
tindakan yang telah dilakukan. Semua tahapan proses keperawatan tersebut membutuhkan
kemampuan komunikasi yang adekuat. Komunikasi merupakan kegiatan mengumpulkan,
memadukan, menyamakan, dan menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya hubungan antara perawat dan pasien berdasarkan pada sifat alamiah
perawat dan pasien. Dalam interaksi perawat dan pasien, peran yang dimiliki masingmasing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai peran
dan hak sebagai pasien dan perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan mempunyai
peran dan hak sebagai perawat.
Dalam konteks keperawatan hubungan perawat-pasien,maka setiap hubungan harus
didahului dengan kontrak dan kesepakatan bersama,dimana pasien mempunyai peran
sebagai pasien dan perawat sebagai pelaksana asuha keperawatan.Komunikasi therapeutik
merupakan hal yang sentral dalam asuhan keperawatan. Komunikasi therapeutik adalah
landasan interaksi perawat-pasien dan dapat juga menjadikan kesempatan yang baik untuk
menumbuhkan
kepercayaan,
dalam
melakukan
anamenese
meruapakn
sarana
mengumpulkan
data pasien sesuai yang dibutuhkan, dapat menumbuhkan kolaborasi
pasien dengan tenaga penunjang keperawatan lain, dapat mempermudah diagnosa dan
memperlancar intervensi yang seharusnya dilakukan oleh seorang perawat kesehatan.
Komunikasi
therapeutik
menjadi
suatu
keharusan
untuk
dipahami
dan
diimplementasikan oleh seorang perawat dalam melakukan tindakan kepada pasien.
Profesionalitas seorang perawat kesehatan akan dapat diwujudkan dengan kemampuan
seorang perawat kesehatan mengkomunikan kapabelitas kognitif, afektif, dan psychomotor
menjadi suatu konfigurasi integral dalam memenuhi espektasi kliennya, dengan memaknai
komunikasi dirinya dengan nilai-nilai therapeutik. Secara holistik kepada klien / pasien.
Adapun tahap proses keperawatan yaitu :
a. Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam
tahap pengkajian.
c. Perencanaan dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada
klien,interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan
pilihan rencana keperawatan yang akan dilakukan.
d. Evaluasi komunikasi antara perawat dan klien pada tahap ini adalah untuk
mengevaluasi apakah tindakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan
lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagi klien, sebagaimana krietria
hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya.
B. Saran
Bagian akhir dari makalah ini, kami sarankan bahwa aturan komunikasi dalam proses
keperawatan yang telah ditetapkan dapat dijalankan sesuai prosedurnya dan mahasiswa/i
diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam mengumpulkan, mamadukan, menyamakan,
menyalurkan informasi dalam pelayanan kesehatan dan meningkatkan kinerja dalam
mewujudkan komunikasi yang adekuat sehingga mampu menjadi mahasiswa/i profesional
dalam berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal serta diharapkan memiliki
pemahaman yang mendalam tentang komunikasi.
Daftar Pustaka
Baradero, Mary. 2006. Buku Saku Konseling Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Mundakir. 2006. Tahap-tahap Proses Keperawatan Dalam Komunikasi Proses
Keperawatan. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Stephen W. Hulejohn, Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi : EGC
Download