PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis dengan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang melimpah, sehingga disebut sebagai negara megabiodiversitas. Kekayaan tersebut harus dilindungi dan dilestarikan agar tidak terjadi kepunahan. Pelestarian keanekaragaman hayati melalui pemanfaatan secara positif dapat bermakna sebagai pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam ilmu pengetahuan yang mendukung upaya konservasi. Trenggiling Jawa (Manis javanica) merupakan salah satu jenis hewan yang dikhawatirkan akan mengalami kepunahan. Trenggiling termasuk hewan langka yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia, berdasarkan PP Nomor 7 tahun 1999. IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) memasukkan trenggiling dalam kategori endangered yang artinya status konservasi yang diberikan kepada spesies yang sedang menghadapi risiko kepunahan di alam liar yang tinggi pada waktu akan datang, sehingga masuk dalam daftar Red List. Berbeda dengan IUCN, CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) yang mengatur perdagangan spesies satwa dan tumbuhan yang terancam punah, memasukkan trenggiling ke dalam daftar Appendix II. Artinya trenggiling Jawa tidak boleh diperjualbelikan secara bebas karena memiliki risiko kepunahan yang tinggi. Risiko kepunahan trenggiling Jawa dapat diakibatkan oleh perburuan ilegal dan kerusakan habitat (IUCN 2011). Menurut Soehartono dan Mardiastuti (2003), trenggiling akan terancam punah jika perdagangannya tidak diatur. Populasi trenggiling di alam diduga semakin menurun akibat semakin maraknya perburuan dan perdagangan ilegal trenggiling serta kerusakan habitat. Maraknya perburuan dan perdagangan trenggiling disebabkan oleh kepercayaan sebagian masyarakat, khususnya masyarakat Cina, bahwa sisik dan daging trenggiling berkhasiat untuk menyembuhkan keracunan, inflamasi, scabies, dan reumatik (Nowak 1999). Trenggiling hidup di hutan tropis dataran rendah dan merupakan spesies mamalia yang unik, karena sisik yang menutupi seluruh bagian atas tubuhnya dan membuatnya lebih mirip reptil. Sistem pencernaan trenggiling memiliki keunikan dan mirip dengan unggas. Hewan ini tidak memiliki gigi (toothless), namun memiliki lidah yang dapat menjulur panjang hampir sepanjang tubuhnya. Penampakan lambung secara eksterior tidak berbeda dengan lambung mamalia monogastrik pada umumnya, yaitu berbentuk menyerupai kacang mede atau kacang merah. Perbedaan terlihat pada bagian internal lambung yaitu bagian berdinding otot tebal yang mirip gizzard pada sistem pencernaan unggas (Nisa’ 2005). Keunikan lainnya adalah trenggiling dapat menggulung tubuhnya serta menggelinding dan memiliki ekor yang digunakan untuk berpegangan (prehensile) pada saat memanjat atau menahan tubuh saat berdiri dengan kedua kaki belakangnya. Selain itu trenggiling merupakan hewan plantigradi dan masing-masing kakinya memiliki lima buah jari. Setiap jari dilengkapi kuku cakar yang cukup panjang dan berguna pada saat memanjat maupun menggali tanah untuk membuat sarang di bawah tanah (Attenborough 2007). Sebagai hewan plantigradi, trenggiling memiliki kemampuan yang baik dalam memanjat dan menggali. Aktivitas ini melibatkan skeleton tungkai dan otot-ototnya. Sejauh ini penelitian mengenai skelet tungkai sudah dilakukan (Cahyono 2007), namun penelitian mengenai otot-otot daerah tungkai trenggiling belum pernah dilaporkan. Penelitian mengenai anatomi trenggiling yang sudah dilaporkan, antara lain pada otot mastikasi (Endo et al. 1998), organ pencernaan (Nisa’ 2005; Junandar 2007; Gofur 2007; Sari 2007), saluran pernafasan (Ruhyana 2007), dan organ reproduksi betina (Kimura 2006; Rahmawati 2011). Penelitian mengenai anatomi otot-otot trenggiling penting dilakukan untuk dapat menjelaskan kaitan antara struktur otot dan fungsi yang dapat dilakukannya dalam perilaku hariannya. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari anatomi otot-otot daerah bahu dan lengan atas trenggiling Jawa (Manis javanica), beserta origo dan insersionya. Penelitian ini membandingkan fungsi anatomi otot-otot daerah bahu dan lengan atas trenggiling tersebut dengan hewan lain, khususnya anjing dan beruk. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam memperkaya data biologi satwaliar di Indonesia khususnya Manis javanica dan sebagai data dasar mengenai anatomi otot trenggiling untuk memahami perilakunya yang penting dalam upaya konservasi.