APA YANG BARU DAN BERUBAH Disalin oleh Lena Abdi dari tulisan RP Bernardus Boli Ujan, SVD TANDA SALIB • In nomine Patris... = Dalam nama Bapa... Tak ada alternatif terjemahan “Demi nama Bapa” dan “Atas nama Bapa”. Kata depan “in” bahasa Latin dalam konteks ini, akan lebih tepat-benar bila diterjemahkan dengan “dalam” karena memuat makna yang dimaksudkan oleh Gereja, yaitu bahwa ada persatuan mistik sebagai pengalaman akan adanya hubungan amat erat antara manusia beriman dengan Tuhan sumber hidup. Pada saat ini manusia beriman bersatu erat dengan Allah Tritunggal serta merasa mampu melakukan kegiatan liturgis dengan daya kekuatan Allah dan demi kepentingan Allah yaitu demi kemuliaan Allah dan keselamatan banyak orang yang dilayani. RUMUS SALAM • Ada tiga rumus salam liturgis (bukan salam profan): • Gratia Domini nostri Iesu Christi, et caritas Dei, et communicatio Sancti Spiritus sit cum omnibus vobis = Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan dengan Roh Kudus bersamamu. • Gratia vobis et pax a Deo Patre nostro et Domino Iesu Christo = Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus bersamamu. • Dominus vobiscum = Tuhan bersamamu. • Et cum spiritu tuo = Dan bersama rohmu. • Dengan demikian rumus salam “Tuhan sertamu – Dan sertamu juga” dihilangkan karena terjemahannya kurang harafiah. Demikian juga rumus “Tuhan beserta kita” tidak dipakai lagi karena tidak pernah dalam tradisi liturgi terdapat salam Dominus nobiscum. • Kalau ada Uskup, ganti salam “Tuhan bersamamu”, pada kesempatan salam pertama ini ia berkata: Pax vobis = Damai bersamamu. KATA PENGANTAR • Kata Pengantar, tanpa judul, hanya ada rubrik: Sacerdos, vel diaconus vel alius minister, potest brevissimis verbis introducere fideles in Missam diei = Imam, atau diakon, atau seorang pelayan lain dapat mengarahkan umat beriman kepada Misa pada hari yang bersangkutan dengan katakata yang sangat singkat. Ungkapan “dengan katakata yang sangat singkat” bermaksud menghindarkan verbalisme pada kesempatan ini dan menghilangkan kecenderungan membuat homili singkap pertama di awal perayaan Ekaristi. PERNYATAAN TOBAT • • • • • Hanya ada tiga cara dalam teks asli. Cara lain yang kita tambah dalam TPE 2005 dihilangkan. Ketiga cara dalam naskah asli adalah: = Confiteor... = Saya mengaku ... Dalam rumus ini mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa diterjemahkan dengan: saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Angka tiga dalam tradisi liturgi mengungkapkan kesungguhan kita. Dalam hal ini kita sungguh mengakui kesalahan kita, sungguh menyesal dan sungguh bertobat. Rubrik untuk kata-kata ini percutientes sibi pectus secara harafiah berarti seraya menepuk dada sendiri, tetapi kita terjemahkan dengan sambil menebah dada, karena dalam bahasa Indonesia menepuk dada berarti membanggakan-menyombongkan diri. = Miserere nostri, Domine = Kasihanilah kami, ya Tuhan. = Qui missus est sanare contritos corde = Engkau yang diutus untuk menyembuhkan hati yang remuk-redam, Tuhan kasihanilah... Dalam rumus pernyataan tobat yang ketiga kita sudah menyerukan “Tuhan kasihanilah” sebagai bagian utuh dari pernyataan tobat, oleh karena itu jika kita menggunakan rumus alternatif ini, tidak perlu lagi kita mendoakan atau menyanyikan “Tuhan Kasihanilah”. Sesudah pernyataan tobat ini kita langsung mendoakan/menyanyikan “Kemuliaan” bila dimungkinkan atau langsung mengucapkan Doa Kolekta kalau tidak ada “Kemuliaan”. Doa Absolusi di akhir pernyataan tobat • tidak disertai rubrik penumpangan tangan imam dan berkat, karena hal ini merupakan forma sacramenti dari Sakramen Pengampunan. Kalau kita melakukannya, maka akan timbul salah paham seakan-akan Ekaristi juga mengampuni semua dosa berat yang sebenarnyya menurut Gereja hanya mungkin lewat Sakramen Pengakuan. • Selain tiga cara pernyataan tobat ini, di bagian lampiran ada cara lain untuk pernyataan tobat, yaitu mengenangkan rahmat pembaptisan yang mengampuni dosa-dosa kita dengan ritus perecikan air suci (pembaptisan) diiringi lagu yang sesuai seperti Asperges me (dalam masa Adven, Natal, Prapaskah dan masa Biasa) atau Vidi aquam (pada masa Paskah). Ritus ini biasanya dipakai pada Hari Minggu atau Hari Raya. LITURGI SABDA • Di akhir bacaan Injil, diakon atau imam yang memaklumkan Injil berseru: Verbum Domini = Sabda Tuhan. Seruan ini sama dengan yang diserukan oleh lektor setelah bacaan pertama/kedua. Tidak ada seruan alternatif lain. • Credo, ada dua naskah, yaitu Syahadat panjang (Nikea-Konstantinopel) dan syahadat singkat (syahadat para rasul). LITURGI EKARISTI • • • Offertorium = Persembahan Pada bagian ini kita menggunakan kata Offertorium dan offerimus panem... offerimus calicem = Persembahan dan mempersembahkan roti... mempersembahkan piala. Kata benda offertorium di sini harus dimengerti sebagai Persiapan Persembahan, karena pada kesempatan ini kita mempersiapkan bahan-bahan persembahan Yesus Kristus (roti dan anggur) dan bahan lain yang ada pada kita untuk disatukan dengan bahan persembahan Yesus Kristus agar pada waktunya menjadi satu persembahan-kurban saja dalam Doa Ekaristi yaitu kurban syukur Yesus Kristus. Pada bagian Offertorium dipakai juga kata kerja offerimus (offere) dan kata kerja yang sama dipakai dalam Doa Ekaristi, selalu dalam arti mempersembahkan, namun perlu kita ingat bahwa dalam Doa Ekaristi tidak pernah dipakai kata offertorium (kata benda) untuk persembahan. Ada kata lain yang dipakai untuk persembahan dalam Doa Ekaristi yaitu: sacrificium, oblatio, hostia. Singkatnya offertorium tidak sama dengan sacrificium, oblatio atau hostia, walaupun kita terjemahkan dengan kata yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu persembahan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa Doa Ekaristi adalah offertorium tetapi sebaliknya kita dapat mengatakan bahwa Doa Ekaristi adalah sacrificium, oblatio atau hostia. Doa Ekaristi tidak sama dengan offertorium karena offertorium berarti roti dan anggur disiapkan supaya layak sebagai bahan kurban Yesus Kristus dan nanti menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus (sacrificium, oblatio, hostia) dalam Doa Ekaristi. DOA EKARISTI (DE=DSA) • Tidak ada lagi teks lampiran Doa Ekaristi untuk anak-anak dan remaja (VIII-X). Sesuai urutan Ordo Missae, naskah DE Tobat (I dan II) terdapat pada bagian lampiran Ordo Missae. • Prex Eucharitica = Doa Ekaristi untuk ganti Doa Syukur Agung. • Sursum corda = Arahkanlah hatimu kepada Tuhan • Habemus ad Dominum = Sudah kami arahkan • Pada bagian awal prefasi sebenarnya ada empat kata (dignum, iustum, aequum, salutare) yang mengungkapkan alasan untuk bersyukur kepada Allah. Namun dalam terjemahan lama, kita hanya menggunakan dua kata yaitu dignum dan iustum. Maka harus kita terjemahkan secara lengkap karena masing-mmasingnya mepunyai arti yang khusus: dignum = layak; iustum = benar atau adil; aequum = pantas; salutare = menyelamatkan. Keseluruhannya berbunyi: Sungguh layak dan pantas, benar dan menyelamatkan bahwa... • DE II harus sesuai teks asli, maka tambahan rumus untuk Hari Minggu dan Hari Raya dihilangkan. • Prefasi tambahan dari Indonesia (Prefasi Pesta Panen dan Prefasi Tanah Air 1 dan 2) dihilangkan. Tambahantambahan ini bisa diperjuangkan untuk menjadi naskah prefasi yang akan dimasukkan pada bagian lampiran kalau mendapat rekonyisi. • Kudus-kudus... • Benedictus qui venit in nomine Domini = Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Tidak dipakai lagi “atas nama Tuhan”. Sama seperti rumusan tanda salib, kata “dalam nama Tuhan” menyatakan persatuan mistik dengan Tuhan. • Kata-kata konsekrasi: Accipite et manducate ex hoc omnes, Hoc est enim corpus meum, quod pro vobis tradetur = Terimalah dan makanlah ini, hai kamu semua sebab inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu Accipite et bibite ex eo omnes, Hoc est enim calix sanguinis mei novi et aeterni testamenti Qui pro vobis et pro multis effundetur In remissionem peccatorum. Hoc facite in meam comemorationem = Terimalah dan minumlah ini, hai kamu semua, sebab inilah piala darah-Ku darah perjajian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku. • Kata-kata yang tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia selama ini adalah: ex eo, omnes, enim, dan yang terjemahannya tidak harafiah adalah pro multis. Kata-kata ini sudah dipertanyakan oleh KITS pada tahun 1984, juga pada tahun 2004 dan 2008 serta 2013 dan terakhir kali pada tahun 2014. Ada penjelasan yang memadai bagi KITS antar lain bahwa arti dari kata-kata itu sudah jelas dalam naskah bahasa Indonesia, walau tidak diterjemahkan kata per kata, namun pertanyaan itu selalu muncul karena kata-kata itu merupakan bagian dari kata-kata konsekrasi sebagai bagian dari forma sacramenti Ekaristi yang diperiksa dengan amat teliti dalam setiap terjemahan bahasa manapun. Setiap kata mempunyai makna untuk menggarisbawahi hal tertentu: • • Permintaan CONGREGATIO DE CULTU DIVINO ET DISCIPLINA SACRAMENTORUM dalam suratnya Prot. N. 878/08/L, Vatican City State, 3 June 2013 yang dditujukan kepada KWI antara lain berbunyi: The interlinear text of the sacramental formula that the Bishops have sent to the Congregation still has the vernacular translation "bagi semua orang" and corresponding "all" in English. The possible translation of "pro multis" as "bagi banyak orang" alone should be included in the interlinear text. The Bishops may be aware of the fact that there is a necessary process for examination of the sacramental formula in all the languages and subsequently it should be presented by this Congregation to the Holy Father for the approval. This process is prescribed as a guarantee of the quality of the translation and to ensure that the local usage is in full harmony with the tradition of the Catholic Church. Therefore, Bishops Conference would have to send the definite translation of the sacramental formula after having presented it for the canonical voting. The Congregation encourages the Bishops to send also a report of the canonical voting. • Ex eo = ini, bukan itu, bukan yang lain, tetapi “ini” menunjukkan hal yang ada pada Yesus, pada tangan-Nya atau pada diri-Nya. Kata “ini” pada baris berikut (hoc) berfungsi menegaskan makna dari ex eo • Omnes = hai kamu semua, berarti bukan satu dua orang saja karena ditujukan kepada semua murid/rasul yang hadir dan juga kepada semua yang menjadi murid/rasul Yesus seperti mereka semua yang hadir waktu perjamuan malam itu. Semua mereka itu adalah orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus, yang bersedia dan siap serta layak untuk menerima-Nya. • Enim = sebab, karena. Kata ini menegaskan alasan mendasar untuk menerima dan makan/minum roti dan anggur kudus yaitu karena ini adalah tubuh dan darah Kristus sendiri sebagai makanan surgawi, bukan santapan jasmani • Pro multis = untuk banyak orang. Memang pro multis mengandung arti untuk semua orang, tetapi secara harafiah diterjemahkan: untuk banyak orang. Dengan ungkapan “untuk banyak orang” menjadi lebih jelas bahwa kematian Yesus mendatangkan anugerah keselamatan bagi semua orang secara obyektif, tetapi anugerah itu diberi kepada manusia yang memiliki kebebasan untuk menerima atau menolaknya. Itu berarti ada kemungkinan orang tertentu dengan tahu dan mau, secara subyektif, menolak anugerah keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Jadi tidak semua orang mengalami anugerah keselamatan yang dibawa oleh Yesus. Yang menolaknya tidak akan selamat, tetapi yang menerima dengan sukacita, akan selamat. • Mysterium fidei = Maklumkanlah misteri iman kita. Ini sebenarnya sebuah sisipan di tengah DE yang mengingatkan umat beriman akan inti misteri yang sedang dirayakan. Seruan umat ada tiga: • = Wafat-Mu kami maklumkan... • = Setiap kali kami makan roti ini... • = Penyelamat dunia, selamatkanlah kami... • Tiga seruan anamnesi yang lain dihilangkan. Bisa diminta rekonyisi untuk tiga seruan anamnesis lain dan kalau diterima, akan dimasukkan dalam lampiran TPE. BAPA KAMI • Sanctificetur nomen tuum = Kuduslah namaMu... Dengan seruan ini umat mengakui imannya akan Allah yang mahakudus dan menyampaikan pujian serta syukur kepadaNya. Bisa juga diterjemahkan dengan “dikuduskanlah nama-Mu” tetapi akan muncul pertanyaan: dikuduskan oleh siapa? Apakah sebelumnya Allah berdosa sehingga harus dikuduskan? Kita yakin bahwa dari kekal Allah adalah mahakudus dan tanpa henti menguduskan diri-Nya sendiri. • Panem nostrum quotidianum da nobis hodie = Berilah kami pada hari ini roti sehari-hari... Ini merupakan terjemahan teks asli. Gereja yakin sampai sekarang bahwa ungkapan ini adalah katakata Yesus sendiri, termasuk kata “roti sehari-hari” (panem quotidianum). Mengucapkan kata-kata Yesus sendiri berarti mengambil bagian dalam doa-Nya (tanpa mengubahnya) seperti tertulis dalam Kitab Suci dan sekaligus menjadi satu tanda pengakuan akan historitas Yesus Kristus. Kita dapat menafsirkan dan merenungkan isinya, tetapi bukan pada saat kita mengucapkan doa-Nya • Sebenarnya usul untuk menggunakan terjemahan yang lebih mendekati teks asli sesuai Kitab /suci sudah disampaikan oleh Lembaga Alkitab Indonesia melalui Komisi Liturgi KWI kepada KWI dalam sidang tahunan bulan November 2003, namun pada waktu itu para Uskup belum dapat menyetujuinya karena pertimbangan pastoral. Semoga kali ini usul perubahan penggalan kalimat ini dapat diterima. EMBOLISME • Embolismus hanya satu yaitu perpanjangan doa bebaskanlah kami dari yang jahat... Dua rumus alternatif lain dapat diusulkan oleh Gereja Indonesia untuk jadi bagian dari lampiran. Doa Damai: • Rumus doa ini adalah doa langsung kepada Yesus Kristus dan didoakan oleh imam. Umat mengamini doa ini dengan seruan Amin KOMUNI • Domine, non sum dignus ut intres sub tectum meum = Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan masuk ke bawah atap rumahku. Dalam hal ini, sesuai tuntutan instruksi Liturgiam Authenticam, kita perlu mempertahankan gambaran simbolis asli “masuk ke bawah atap rumah” yang memperkuat ungkapan kerendahan hati di hadapan Tuhan yang mulia. • ...sed tantum dic verbo et sanabitur anima mea = tetapi katakanlah sepata kata saja maka jiwaku akan sembuh. • Amanat Singkat. Tidak ada rubrik tersendiri. • • Rumus berkat alternatif: Doa Untuk Umat, ada 28 rumus. Tambahan dalam bahasa Indonesia (ada 12 rumus) dihilangkan. Bisa diusulkan untuk jadi lampiran. Perubahan rubrik dan tata gerak liturgis yang penting. • Ada sejumlah rubrik dan sikap liturgis yang lebih rinci dalam TPE 2005 juga dihilangkan, misalnya rubrik perarakan masuk, sikap di kaki altar pada akhir perarakan masuk, pada saat penghunjukan tubuh dn darah Kristus sesudah kata-kata konsekrasi, juga dihilangkan. Rincian rubrik dan sikap liturgis tambahan ini bisa diusulkan lagi untuk jadi lampiran. Persoalan Pastoral Yang Sering Dialami Terkait TPE • = Orang sudah biasa dengan terjemahan bebas dengan menggunakan rumusanrumusan idiomatis yang mengutamakan bahasa yang mudah dimengerti dan indah didengar telinga. Namun disadari bahwa kemudahan dan keindahan ini, dalam bagian tertentu, menyebabkan kita kehilangan sebagian dari kebenaran dan ketepatan uangkapan iman. • Selain itu kemudahan dan keindahan selama ini membuat orang tertentu merasa agak alergi dengan terjemahan harafiah. Dalam hal ini perlu upaya serius untuk menemukan rumusan terjemahan yang harafiah tetapi mudah dimengerti dan indah didengar. Selanjutnya perlu katekese yang memadai untuk membantu umat beriman memahami makna yang ada di balik rumusan-rumusan yang agak abstrak. • = Perlu mengusulkan teks-teks alternatif yang lebih sesuai dengan gaya bahasa Indonesia agar dapat diterima untuk dimasukkan sebagai lampiran. Usulanusulan itu adalah semua teks yang sudah terdapat dalam TPE 2005, ditambah seruan singkat di tengah DSA yang bersifat devosional dan populer berdasarkan kemungkinan yang diberikan oleh Paus pada bulan Juli 2004 kepada Gereja Indonesia sebagai suatu kekecualian • Semua usulan itu harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia disertai penjelasan singkat dan laporan proses voting dan aprobasi dari para uskup sebagai bukti untuk memperoleh rekonyisi • = Perubahan naskah kata-kata konsekrasi, (karena ditambah terjemahan ex hoc, ex eo, omnes, enim, pro multis) harus disampaikan lebih dahulu kepada Kongregasi Propaganda Fide sebelum menyampaikannya kepada KITS. • Perlu siapkan pertanggungjawabannya dalam bahasa Inggris. Hendaknya didahulukan aprobasi modifikasi kata-kata konnsekrasi dan seruan singkat di tengah DSA agar dapat diminta rekonyisi lebih dahulu untuk dimasukkan dalam naskah Tata Perayaan Ekaristi pada saat memproses rekonyisi seluruh terjemahan TPE.