BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan salah satu makronutrien yang dibutuhkan tubuh setiap harinya untuk menunjang kehidupan. Pada saat ini banyak berkembang penelitian yang bertujuan untuk mengisolasi protein, salah satunya adalah konsentrat protein. Konsentrat protein biasa digunakan sebagai bahan dasar makanan karena memiliki sifat fungsional yang hampir mirip dengan sifat fungsional protein pada produk segar (Martin, 2000). Konsentrat protein yang dibuat dengan bahan baku daging ikan memiliki asam amino essensial yang lengkap dan dalam jumlah yang tinggi sehingga cocok diaplikasikan untuk produk makanan bayi (Windsor, 2001). Salah satu produk ikan air tawar yang tingkat produksinya tinggi adalah ikan lele yang mencapai 200 juta ton pada tahun 2009. Ikan lele merupakan ikan dengan kandungan protein menengah yaitu sekitar 17%. Pada saat ini telah banyak dilakukan penelitian tentang produk hasil perikanan dengan bahan baku ikan lele. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi ikan lele (Amri, 2008). Produk perikanan baik perikanan air tawar ataupun air laut telah banyak dikembangkan hingga saat ini, salah satunya adalah Konsentrat Protein Ikan (KPI) atau Fish Concentrate Protein (FCP). KPI berbentuk seperti tepung yang tidak 1 berbau ikan, tidak berwarna, dan memiliki kadar protein tinggi yaitu sekitar 6067,5%. Prinsip dasar pembuatan KPI adalah penghilangan sebagian besar air dan lemak dari ikan segar sehingga kadar protein pada produk akhirnya menjadi lebih tinggi daripada kadar protein pada ikan segar. KPI ini dapat diaplikasikan ke produkproduk pangan yang membutuhkan bahan baku berprotein tinggi (Martin, 2000). Syarat KPI yang bermutu baik antara lain adalah memiliki kadar protein yang tinggi dan kadar lemak yang rendah. Ikan lele memiliki kandungan protein pada level menengah, namun penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi ikan lele sebagai bahan baku KPI dengan mengoptimalkan proses pembuatan KPI sehingga dapat dihasilkan KPI dengan mutu yang baik. KPI ikan nila yang dibuat dengan tiga kali proses defatting dan waktu 20 menit memiliki kadar protein 81.62% (Hendra, 2008). Pada penelitian ini, akan dilakukan upaya peningkatan kadar protein KPI dari ikan lele dengan dengan melakukan penambahan garam (NaCl dan Na-bikarbonat), dan melakukan pengulangan tahapan defatting lemak hingga empat kali. Adanya penambahan garam dan pengulangan tahapan defatting tersebut diharapkan dapat meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar lemak KPI lele. Bayi yang berumur 0-6 bulan mendapatkan kecukupan gizinya melalui ASI. Bayi yang telah berumur empat hingga enam bulan memerlukan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Hal ini dikarenakan pencernaan bayi sudah mulai kuat pada bayi memasuki usia empat bulan dan ASI saja sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya setiap hari. Makanan pendamping ASI tersebut harus bergizi tinggi seperti memiliki kandungan protein yang tinggi seperti yang dipersyaratkan 2 FAO (1991) yaitu 15% dari total bahan. KPI dapat dijadikan sebagai salah satu bahan baku pembuatan MP-ASI karena kandungan proteinnya tinggi (FAO, 1991). Produk KPI telah banyak diaplikasikan ke beberapa produk pangan untuk substitusi kandungan proteinnya. Salah satu produk yang disubstitusi dengan KPI yang memberikan hasil yang baik dari segi organoleptik adalah produk makanan bayi (Windsor, 2001). Adanya KPI dari ikan lele yang diaplikasikan sebagai makanan bayi pendamping ASI diharapkan dapat membantu mencukupi kebutuhan gizi bayi di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Pada formulasi MP-ASI, sumber protein yang baik bisa didapat dari susu skim. Harga susu skim yang tinggi membuat masyarakat tidak menggunakan susu skim dalam formulasi MP-ASI sehingga banyak bayi yang kekurangan gizi terutama dari segi protein. Pada saat ini banyak dilakukan penelitian untuk mencari sumber protein alternatif pengganti susu skim dari produk hewani atau nabati. Ikan lele yang memiliki kandungan protein tinggi dapat diolah menjadi konsentrat protein ikan (KPI) sebagai sumber protein alternatif pengganti susu skim. Ikan lele memiliki kandungan lemak sebesar 5% (Martin, 2000) sehingga harus dilakukan penghilangan lemak pada pembuatan KPI. Adanya KPI dalam formulasi makanan pendamping ASI sebagai pengganti susu skim diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi terutama dari segi protein. 3 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah memanfaatkan dan mengolah ikan lele sebagai konsentrat protein ikan serta mengaplikasikannya pada formulasi makanan pendamping ASI. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. menentukan metode yang terbaik dari faktor ada atau tidaknya pengaruh penambahan garam (NaCl dan Na-bikarbonat) dan pengulangan tahapan defatting dari segi kadar protein, kadar lemak, kadar air, rendemen, aroma, dan derajat putih dalam pembuatan KPI dari ikan lele, 2. mempelajari karakteristik KPI yang dihasilkan dari metode terbaik dari segi komposisi proksimat, densitas kamba, daya serap air, daya serap minyak, profil asam amino, dan daya cerna protein in vitro, 3. menentukan formulasi makanan pendamping ASI terbaik dari segi penilaian organoleptik dengan faktor jumlah substitusi KPI dengan susu skim, 4. mempelajari karakteristik makanan pendamping ASI yang dihasilkan dari formulasi terpilih dengan membandingkan dengan formula tanpa substitusi KPI dan formula komersial dari segi densitas kamba, daya serap air, daya serap minyak, dan komposisi proksimat, 5. mempelajari karakteristik makanan pendamping ASI yang dihasilkan dari formulasi terpilih dari segi profil asam amino, dan daya cerna protein in vitro. 4