hubungan antara asupan vitamin c, indeks massa tubuh, dan

advertisement
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C, INDEKS
MASSA TUBUH, DAN KEJADIAN ANEMIA PADA
MAHASISWI PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Farid Nurdiansyah
NIM : 109103000030
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 September 2012
Farid Nurdiansyah
ii
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C, INDEKS MASSA TUBUH,
DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD UIN SYARIF
HIDAYATULLAH
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Farid Nurdiansyah
NIM: 109103000030
Pembimbing 1
dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK
Pembimbing 2
dr. Hadianti, Sp.PD
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C,
INDEKS MASSA TUBUH, DAN
KEJADIAN ANEMIA PADA
MAHASISWI PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH yang diajukan oleh
Farid Nurdiansyah (NIM: 109103000030), telah diujikan dalam sidang di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada September 2012. Laporan penelitian ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.
Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 21 September 2012
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Hadianti, Sp.PD
dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK
dr. Hadianti, Sp.PD
Penguji 1
Penguji 2
dr. Agi Harliani S., M. Biomed
dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, Sp.GK
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN SH Jakarta
Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And
DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian ini dapat terwujud
walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa manusia menuju jalan lurus dan diridhoi Allah SWT.
Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
ini yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Vitamin C, Indeks Massa Tubuh,
dan Kejadian Anemia pada Mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah”, sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini
banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar penulis maupun dari
dalam diri penulis. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penulis banyak
mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah memberikan
masukan untuk penelitian saya.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang juga merupakan dosen
pembimbing penelitian saya atas segala masukan dan motivasinya dalam proses
penelitian dan penyusunan laporan penelitian saya.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2009, yang telah banyak “menyadarkan” saya dengan
mem-follow-up di setiap akhir modul untuk mempercepat penyelesaiaan
penelitian ini.
4. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK dan dr. Hadianti. Sp.PD sebagai dosen
pembimbing penelitian saya, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama
penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.
5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, terutama
orang tua penulis yang telah memberikan motivasi serta pengertian selama penulis
melakukan penelitian ini.
6. Sahabat dan teman-teman beserta seluruh staf pengajar dari Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hiayatullah Jakarta.
v
7. Kawan-kawan kelompok riset seperjuangan Eka, Amel, Neneng, dan Tarik
8. Semua responden mulai dari angkatan 2009-2011 terima kasih telah bersedia
menyediakan waktunya menjadi sample penelitian saya.
Semoga dengan selesainya laporan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan kita semua terutama mengenai vitamin C, indeks massa tubuh, dan
anemia.
Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 18 September 2012
Penulis
vi
ABSTRAK
Farid Nurdiansyah. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Antara Asupan
Vitamin C, Indeks Massa Tubuh, dan Kejadian Anemia pada Mahasiswi PSPD
UIN Syarif Hidayatullah. 2012
Anemia adalah salah satu masalah kesehatan pada remaja dan dewasa.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi anemia perempuan dewasa
(>15 tahun) perkotaan menurut provinsi di Indonesia adalah 19,7 %, sedangkan
untuk DKI Jakarta adalah 27,6 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Jumlah sampel
yang digunakan adalah 92 responden. Analisis asupan vitamin C menggunakan
metode food record 24 jam selama 3 hari (2 hari aktif dan 1 hari weekend) dan
metode semikuantitatif food frequency questionary untuk mengetahui jenis dan
frekuensi makan. Penelitian ini menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan, asupan vitamin C tidak berhubungan dengan kejadian
anemia (p=0,066), tetapi responden dengan asupan vitamin C kurang mempunyai
kemungkinan 1,68 kali lipat mengalami anemia (PR=1,68; 95%CI=1,084-2,612).
Indeks massa tubuh berhubungan kejadian anemia (p=0,003). Kesimpulannya
adalah asupan vitamin C tidak berhubungan dengan kejadian anemia, responden
dengan asupan vitamin C kurang mempunyai kemungkinan 1,68 kali mengalami
anemia, dan indeks massa tubuh berhubungan dengan kejadian anemia.
Kata kunci: anemia, asupan vitamin C, indeks massa tubuh
vii
ABSTRACT
Farid Nurdiansyah. Medical Education Study Program. Relationship of Intake
Vitamin C, Body Mass Index, And Anemic Case in Student PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Grade 2009-2011. 2012
Anemia is one of health problem in adolescents and adults. Based on data
Riskesdas 2007, the prevalence of anemia among adult women (> 15 years)
according to provincial cities in Indonesia is 19,7%, while Jakarta is 27,6%. This
study aimed to examine the relationship of vitamin C intake, body mass index,
and anemia. This research is a descriptive analytical cross-sectional study design.
Sampling is done by simple random method. The number of samples were 92
respondents. Analysis of vitamin C intake used the food record 24 hours for 3
days (2 weekday and 1 weekend) and semiquantitative food frequency
questionnary method to determine the type and frequency of eating. This study
used chi-square test. Based on the results obtained, the intake of vitamin C was
not associated with anemia (p = 0,066), but respondents with poor vitamin C
intake had possibility 1,68 times to have anemia (PR=1,68; 95%CI=1,084-2,612).
Anemia related to body mass index (p = 0.003). The conclusion was that vitamin
C intake was not associated with the incidence of anemia, vitamin C intake of the
respondents with poor vitamin C intake had possibility 1,68 times to have anemia
and body mass index related to anemia.
Keywords: anemia, vitamin C intake, body mass index
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
2.1. Anemia ......................................................................................................... 4
2.1.2 Tanda dan Gejala Anemia ...................................................................... 4
2.1.3 Cara Mengukur Hemoglobin.................................................................. 5
2.1.4 Hemoglobinometer ................................................................................. 6
2.2 Vitamin C ...................................................................................................... 6
2.2.1 Metabolisme Vitamin C ......................................................................... 6
2.2.2 Bentuk Sediaan dan Sumber Vitamin C ................................................ 7
2.2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) .............................................................. 8
2.2.4 Hubungan Vitamin C terhadap Anemia ................................................. 8
2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) ......................... 11
2.4 Survei Konsumsi Makanan ......................................................................... 12
2.4.1 Estimated Food Records ...................................................................... 12
2.4.2 Metode Frekuensi Makanan (Food frequency) .................................... 14
ix
2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia ................................. 15
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................ 16
2.6 Definisi Operasional.................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................. 18
3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 18
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 18
3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................. 18
3.3.1 Jumlah Sampel ..................................................................................... 18
3.3.2 Kriteria Sampel .................................................................................... 19
3.4 Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 20
3.5. Manajemen Data ........................................................................................ 21
3.5.1 Teknik Pengumpulan data .................................................................... 21
3.5.2 Pengolahan ........................................................................................... 21
3.5.3 Analisis..................................................................................................... 22
3.5.4 Rencana Penyajian Data ...................................................................... 22
BAB IV ................................................................................................................. 24
4.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 24
4.2 Analisis Univariat........................................................................................ 24
4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb ......................................... 24
4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut Food record dan Food frequency ... 25
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Vitamin C ....................... 26
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan IMT .............................................. 27
4.3 Analisis Bivariat .......................................................................................... 28
4.3.1 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb ...................... 28
4.3.2 Hubungan antara IMT dengan Kadar Hb ............................................. 30
4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 31
BAB V................................................................................................................... 32
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 32
x
5.2 Saran ............................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33
Lampiran-lampiran .............................................................................................. 35
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kriteria Anemia Menurut WHO ............................................................ 4
Tabel 2. 2 Nilai vitamin C berbagai bahan makanan .............................................. 7
Tabel 2. 3 Angka Kecukupan Gizi Vitamin C ........................................................ 8
Tabel 2. 4 Klasifikasi indeks massa tubuh Asia Pasifik ....................................... 12
Tabel 4. 1 Karakteristik responden ....................................................................... 24
Tabel 4. 2 Distribusi responden berdasarkan kadar Hb ........................................ 25
Tabel 4. 3 Rerata analisis asupan food record dan semikuantitif food frequency 26
Tabel 4. 4 Distribusi responden berdasarkan analisis asupan vitamin C .............. 27
Tabel 4. 5 Distribusi responden berdasarkan IMT ................................................ 27
Tabel 4. 6 Hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb ......................... 28
Tabel 4. 7 Hubungan antara IMT dengan kadar Hb.............................................. 30
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Anemia adalah salah satu masalah kesehatan pada remaja dan dewasa.
Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO (2008), prevalensi kejadian
anemia di dunia antara tahun 1993 sampai 2005 sebanyak 24,8 % dari total
penduduk dunia (hampir 2 milyar penduduk dunia). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi anemia perempuan dewasa
(>15 tahun) perkotaan menurut provinsi di Indonesia adalah 19,7 %, sedangkan
untuk DKI Jakarta adalah 27,6 %. Ini menunjukan bahwa prevalensi anemia
perempuan dewasa di DKI Jakarta di atas rata-rata angka nasional.1,2
Anemia mempunyai andil besar terhadap rendahnya kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Masalah anemia ini menjadi salah satu penyebab rendahnya
indeks kualitas hidup manusia Indonesia. Data UNDP (United Nations
Development Program) pada tahun 2004 mengenai indeks pembangunan manusia
menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-111 dari 177 negara di dunia.
Penelitian Husaini et al menyebutkan bahwa dampak anemia pada kelompok
penduduk dewasa ternyata juga mengurangi produktivitas kerjanya.3,4
Wanita berisiko lebih tinggi mengalami anemia daripada pria karena
wanita setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Haid merupakan
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi)
dinding endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah ratarata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28
hari dan diatur oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu wanita
khususnya mahasiswi memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas
perkuliahan maupun organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan yang
teratur. Kebiasaan mahasiswi dalam mengkonsumsi minuman yang dapat
1
2
menghambat absorpsi zat besi dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan
yang meningkatkan absorpsi zat besi contohnya vitamin C akan juga akan
mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang. Sedangkan pola makan yang tidak
teratur akan mempengaruhi asupan makanan. Asupan makanan yang kurang akan
mempengaruhi status gizi seseorang. Menurut Thompson (2007) yang diacu oleh
Arumsari (2008), status gizi mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi
hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah
kadar Hbnya.5
Berdasarkan data dan uraian tersebut, penulis akan melakukan penelitian
tentang hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian
anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 20092011.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan
kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2009-2011?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan
kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2009-2011.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya prevalensi anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011.
2. Diketahuinya jumlah rata-rata asupan vitamin C pada mahasiswi PSPD
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011.
3
3. Diketahuinya indeks massa tubuh mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
-Untuk menambah wawasan tentang hubungan antara asupan vitamin C,
indeks massa tubuh, dan kejadian anemia.
-Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4.2 Bagi Responden
Sebagai informasi tentang pentingnya asupan vitamin C, indeks massa
tubuh, dan kejadian anemia.
1.4.3 Bagi Masyarakat Umum
Memberikan informasi bagi masyarakat umum mengenai hubungan antara
asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia.
1.4.4 Bagi Institusi
-Sebagai informasi kepada bagian kemahasiswaan mengenai mahasiswi
yang anemia dan indeks massa tubuh kurang.
-Sebagai informasi dan datadasar mengenai pembelajaran mahasiswa yang
disimpan di perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan berkurangnya hingga di bawah nilai normal
jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah.6
Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukan penurunan
jumlah eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Pada
umumnya ketiga parameter tersebut saling bersesuaian. Nilai normal hemoglobin
sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya
kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, untuk menentukan
anemia atau tidak anemia perlu ditentukan titik pemilah (cut off point) kadar
hemoglobin. WHO menetapkan cut off point anemia untuk keperluan penelitian
lapangan seperti terlihat pada tabel 2.1.7
Tabel 2. 1 Kriteria Anemia Menurut WHO
Kelompok
Kriteria Anemia (Hb)
Laki-laki dewasa
<13 g/dl
Wanita dewasa tidak hamil
<12 g/dl
Wanita hamil
<11 g/dl
Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati (2007,p.622)
2.1.2 Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok,
yaitu7:
1.
Tanda dan gejala anemia umum
Gejala umum anemia atau sindrom anemia muncul pada setiap kasus
anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7
4
5
g/dl). Gejala ini terdiri atas rasa lemah, lesu, cepat lelah, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dispepsia. Pada
pemeriksaan fisik, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada
konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku
2.
Gejala khas masing-masing anemia
o Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis, dan kuku sendok (koilonychia)
o Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologik pada defisiensi
vitamin B12
o Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi
o Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali, dan hepatomegali
3.
Gejala penyakit dasar
Gejala anemia yang timbul akibat penyakit dasar sangat bervariasi
bergantung pada penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing
tambang: sakit perut, pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak
tangan.
2.1.3 Cara Mengukur Hemoglobin
Untuk mendeteksi keadaan anemia seseorang, parameter yang biasa dan
telah digunakan secara luas adalah hemoglobin (Hb), karena pada umumnya
tujuan dari berbagai penelitian adalah menetapkan prevalensi anemia dan bukan
prevalensi kurang besi. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada
sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml
darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. 7,8
Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan secara automatik oleh mesin
yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Untuk
pengukuran ini diperlukan darah kapiler. Pada orang dewasa, darah kapiler
diambil dari ujung jari atau daun telinga. Pada bayi dan anak kecil, darah kapiler
diambil dari tumit atau ibu jari kaki. Pengambilan darah kapiler dilakukan pada
tempat yang tidak mengalami cyanosis atau gangguan peredaran darah. Tempat
6
pengambilan darah vena pada orang dewasa adalah di vena dalam fossa cubiti,
pada bayi vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis superior.
2.1.4 Hemoglobinometer
Hemoglobinometer adalah suatu alat untuk mengukur kadar hemoglobin
dalam darah. Portable hemoglobinometer menyediakan pengukuran yang mudah
dan terpercaya terhadap kadar hemoglobin yang dapat digunakan khususnya di
daerah yang tidak memiliki laboratorium. Portable hemoglobinometer adalah
suatu alat noninvasif untuk menentukan konsentrasi oksigen di jaringan yang
diambil dari permukaan kulit. Meskipun cara penetapan kadar hemoglobin dalam
darah yang dianjurkan masa kini bukanlah yang memakai hemoglobinometer
menurut sahli, tapi cara ini masih berguna dalam laboratorium kecil.8
2.2 Vitamin C
Vitamin C atau asam askorbat disintesis dari glukosa dan galaktosa dari
tanaman dan kebanyakan hewan.9 Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil,
tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan
udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam
larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.10
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),
korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna
melalui transpor aktif.11
2.2.1 Metabolisme Vitamin C
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi
pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta.
Rata-rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi
sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke
semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, hipofisis,
7
dan retina.11 Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C apabila
konsumsi vitamin C mencapai 100 mg/hari.
Status vitamin C di dalam tubuh diketahui melalui tanda-tanda klinik dan
pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik kekurangan
vitamin C antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit.
Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat terlihat apabila kadar vitamin C
darah di bawah 0,20 mg/dl.11
2.2.2 Bentuk Sediaan dan Sumber Vitamin C
Vitamin C alami terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Daftar
kandungan Vitamin C dalam buah dan sayur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 2 Nilai vitamin C berbagai bahan makanan
Sumber :Almatsier (2004)
Preparat vitamin C dapat berbentuk tablet atau larutan yang mengandung
50-1500 mg. Untuk sediaan suntikan terdapat larutan yang mengandung vitamin
C 100-500 mg.12
8
2.2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Angka kecukupan gizi sehari vitamin C untuk Indonesia menurut Widya
Karya Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. 3 Angka Kecukupan Gizi Vitamin C
Sumber : Widya karya pangan dan gizi (2004)
2.2.4 Hubungan Vitamin C terhadap Anemia
Vitamin C mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyerapan
besi terutama dari besi nonhem yang banyak ditemukan dalam makanan nabati.
Bahan makanan yang mengandung besi hem yang mampu diserap sebanyak 37%
sedangkan bahan makanan golongan besi nonhem hanya 5% yang dapat diserap
oleh tubuh. Penyerapan besi nonhem dapat ditingkatkan dengan kehadiran zat
pendorong penyerapan seperti vitamin C dan faktor-faktor pendorong lain seperti
9
daging, ayam, ikan.13 Vitamin C meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi
ion ferri menjadi ion ferro.14 Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkatkan
empat kali lipat bila disertai vitamin C. Vitamin C juga berperan dalam
memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke ferritin.9
Proses absorpsi besi terutama terjadi terutama di bagian proksimal
duodenum. Proses absorbsi besi dibagi dalam 3 fase:7
1. Fase luminal : yaitu besi yang ada dalam makanan diolah di dalam
lambung agar siap untuk diserap di duodenum . Pada fase ini besi di dalam
makanan terbagi dalam dua bentuk yaitu :
a. Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsinya tinggi,
bioavabilitas tinggi.
b. Besi non-heme : berasal dari sumber tumbuh-tumbuhan, tingkat
absorbsinya rendah, dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat
sehingga bioavabilitasnya rendah.
Yang merupakan bahan sebagai pemacu absorbsi besi adalah “ meat factors “ dan
vitamin C, sedangkan sebagai bahan penghambat ialah tanat, phytat dan serat
(fiber). Dalam lambung karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari
ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk Fe3+ ke
Fe2+ yang siap untuk diserap.
2. Fase mukosal : yaitu proses penyerapan dalam mukosa usus yang
merupakan suatu proses yang aktif. Penyerapan pada fase ini terutama
terjadi melalui duodenum dan jejunum proksimal. Besi dipertahankan
dalam keadan terlarut yang dipengaruhi oleh asam lambung. Sel absorptif
yang terletak pada puncak dari vili usus (apical cell). Pada brush border
dari sel absortif, Fe3+ dikonversi menjadi Fe2+ oleh enzim ferireduktase,
yang dimediasi oleh protein duodenal cytochrome b-like (DCYTB).
Transport Fe2+ melalui membran difasilitasi oleh divalent metal
transporter (DMT 1, disebut juga sebagai Nramp 2). Setelah besi masuk
ke dalam sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin, sebagian
10
diloloskan melalui basolateral transporter (ferroprotin disebut juga
sebagai IREG 1) ke dalam kapiler usus. Besi heme diabsorbsi melalui
proses yang berbeda yang mekanismenya belum diketahui dengan jelas.
Besi heme dioksidasi menjadi hemin, yang kemudian diabsorbsi secara
utuh yang diperkirakan melalui suatu reseptor. Absorbsi besi heme jauh
lebih efisien dibandingkan dengan besi non-heme.
Gambar 2.1 Penyerapan besi hem dan non-hem
Sumber : Krause’s (2012)
3. Fase korporeal : yaitu proses yang meliputi transportasi besi dalam
sirkulasi, utilisasi besi oleh sel – sel yang memerlukan, dan penyimpanan
besi (storage) oleh tubuh. Besi setelah diserap oleh enterosit (epitel usus),
melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus kemudian dalam
darah diikat oleh apotransferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel
RES melalui proses pinositosis. Satu molekul transferin dapat mengikat
maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin akan diikat
11
oleh reseptor transferin yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel
normoblas, kompleks transferin dan reseptor transferin akan terlokalisir
pada suatu cekungan yang dilapisi oleh klatrin, cekungan ini mengalami
invaginasi sehingga membentuk endosom, menyebabkan perubahan
konformasional dalam protein sehingga melepaskan ikatan besi dengan
transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan
bantuan DMT1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin
mengalami siklus kembali ke permukaan sel sehingga dapat dipergunakan
kembali.
Beberapa penelitian membuktikan pengaruh asupan vitamin C terhadap
kejadian anemia. Penelitian Safyanti menemukan bahwa remaja putri yang
konsumsi vitamin C kurang dari 100% AKG memiliki risiko 3,5 kali lebih tinggi
mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi
vitamin C ≥ 100% AKG.15 Satyanigsih dan Kwatrin pada tahun 2007 juga
menemukan hal yang sama, yaitu risiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali
lipat pada remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang dari AKG.16 Penelitian
Guntur pada tahun 2004 juga menemukan bahwa frekuensi konsumsi vitamin C
dan kadar Hb menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,000). Persamaan
regresi linier menunjukkan bahwa setiap bertambahnya frekuensi konsumsi
vitamin C 1 kali akan meningkatkan kadar Hb sebesar 0,06 g/dL.
Artinya
semakin sering seseorang mengkonsumsi vitamin C, semakin tinggi kadar Hb.17
2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat
badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan
berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh
karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
12
Untuk mengetahui IMT orang dewasa digunakan data berat badan dan
tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur di atas 18
tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Batas ambang IMT untuk Indonesia menggunakan klasisikasi IMT Asia Pasifik.
Tabel 2. 4 Klasifikasi indeks massa tubuh Asia Pasifik
Kategori
IMT (kg/m2)
Underweight
<18,5
Normal
18,5-22,9
Overweight
23,0-24,9
Obese
>25,0
Sumber : World Health Organization (2000)
2.4 Survei Konsumsi Makanan
Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui
kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut.
2.4.1 Estimated Food Records
Metode ini disebut juga food record atau diary records, yang digunakan
untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta
untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan
dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram)
13
selama periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan
pengolahan makanan tersebut.
Langkah-langka pelaksanaan food record:
 Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram
(nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan)
 Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukran berat (gram) untuk
bahan makanan yang dikonsumsi tadi.
 Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM.
 Membandingkan dengan AKG.
Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati
sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh
individu.
Kelebihan metode estimated food record:
 Metode ini relatif murah dan cepat.
 Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar.
 Dapat diketahui zat gizi sehari
 Hasilnya relatif lebih akurat.
Kekurangan metode estimated food record:
 Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan
responden mengubah kebiasaan makannya.
 Tidak cocok untuk responden yang buta huruf.
 Sangat bergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
14
2.4.2 Metode Frekuensi Makanan (Food frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode
tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun.
Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tetapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunanakan dalam
penelitian epidemiologi gizi.
Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau
makanan dan frekuensi konsumsi makanan tersebut pada periode tertentu.
Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang
dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.
Langkah-langkah metode frekuensi makanan:
 Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang
tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran
porsinya.
 Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan
makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat
gizi tertentu selama periode tertentu pula.
Kelebihan metode frekuensi makanan:
 Relatif murah dan sederhana.
 Dapat dilakukan sendiri oleh responden.
 Tidak membutuhkan latihan khusus.
 Dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan
makan.
15
Kekurangan metode frekuensi makanan:
 Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari.
 Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.
 Cukup menjemukan bagi pewanwancara.
 Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan
makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.
 Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.
2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya.
Salah satu penyebab anemia adalah kurang asupan zat besi yang diperoleh
dari konsumsi makanan sehari-hari. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan
erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang
baik, maka status gizi juga hampir dipastikan baik. Sebaliknya bila makanan yang
dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi, salah
satunya anemia.
Penelitian yang dilakukan oleh Peni (2009) menunjukkan bahwa 95,7%
responden dengan status gizi kurang menderita anemia, sedangkan responden
yang status gizi normal 54,5% menderita anemia. Dari uji statistik didapatkan
adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia (p=0,001).18
Menurut Thompson (2007) yang diacu oleh Arumsari (2008), status gizi
mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin; artinya semakin
buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya.5
16
2.5 Kerangka Konsep
Faktor penghambat
penyerapan Fe
Riwayat gagal
ginjal kronik
Asupan sumber Fe,
asam folat, vitamin
B12
Asupan vitamin C
Status gizi
Anemia
Riwayat Perdarahan
akut/kronik
Keterangan :
variabel yang akan diteliti
variabel yang tidak diteliti
hubungan yang akan diteliti
hubungan yang tidak diteliti
Infeksi
-malaria
-HIV
-cacing
tambang
17
2.6 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
penguk
uran
1.
Asupan
Jumlah dan
vitamin C
Angket
-Food record
1.Cukup
frekuensi vitamin C
-Semikuantitatif
( ≥ 60 mg per hari)
yang dikonsumsi
FFQ
2.Kurang
seseorang
2.
Anemia
Ordinal
(< 60 mg per hari )
suatu keadaan
Mengambil
Hemoglobino
1.Normal
berkurangnya
sedikit darah
meter
(Hb ≥ 12 gr/dl)
hingga di bawah
dari ujung
2.Anemia
nilai normal jumlah
jari subjek
(Hb < 12 gr/dl)
sel darah merah,
penelitian
kuantitas
dengan
hemoglobin, dan
mengguna
volume packet red
kan lancet
blood cells
untuk
(hematokrit) per
mendapatka
100 ml darah.6
n nilai kadar
Ordinal
hemoglobin
3.
Indeks
Nilai yang diambil
Mengukur
1.Underweight
massa
dari perhitungan
berat badan
IMT <18,5 kg/m2
tubuh
antara berat badan
dan
2.Normal
(BB) dan tinggi
badan
badan (TB)
seseorang.
17
tinggi
IMT 18,5–22,9 kg/m2
3.Overweight
IMT 23–24,9 kg/ m2
4. Obese
IMT ≥25 kg/m2
Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan
rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia pada mahasiswi
PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 16 Juli – 2 September 2012.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi untuk penelitian ini adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Angkatan 2009-2011. Sedangkan sampel penelitian ini adalah
mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal dan telah menandatangani
lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian. Metode sampling pada
penelitian ini adalah simple random sampling dengan teknik menunjuk secara
acak sampel di setiap angkatan.
3.3.1 Jumlah Sampel
n1  n2
Z

2 PQ  Z
P1Q1  P2 Q2
P1  P2 2

2
Keterangan:
Zα
: deviat baku alpha, ditetapkan sebesar 5% Zα = 1,64
Zβ
: deviat baku beta ditetapkan sebesar 20% Zβ = 0,84
18
19
P2
: proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau
kontrol
Q2
: 1-P2
P1
: proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus
Q1
: 1-P1
P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna
P
: proporsi total =
Q
: 1-P
P1  P2
2
Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 yang
kemudian ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 99.
3.3.2 Kriteria Sampel
3.3.2.1 Kriteria Inklusi

Mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal.

Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti
penelitian.
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi

Mengalami infeksi malaria, HIV, atau cacing tambang

Memiliki riwayat gagal ginjal kronik

Memiliki riwayat perdarahan akut atau kronik

Vegetarian
3.3.2.3 Kriteria Drop-out

Tidak mengumpulkan hasil asupan makanan yaitu food record dan
semikuantitatif food frequency quistioner yang telah dibagikan.

Tidak mengikuti tes Hb.
20
3.4 Cara Kerja Penelitian
Pengumpulan
data populasi
Pembuatan food record
dan semikuantitatif FFQ
Validasi Food record dan semikuantitatif FFQ
Sampling dengan
kriteria inklusi
Pembagian food record
dan semikuantitatif FFQ
Pengukuran
IMT dan Hb
Pengolahan data food record
dan semikuantitatif FFQ
menggunakan nutrisurvey
Pengelolaan SPSS
21
3.5. Manajemen Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan data
a. Data primer
Data konsumsi makanan meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi makanan
mahasiswi diperoleh dengan menggunakan formulir food record 3 hari dan
semikuantitaif food frequency quistioner (FFQ). Pengukuran berat badan
menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan microtoise. Data
kadar hemoglobin diperoleh dengan menggunakan alat hemoglobinometer.
Cara pengambilan sampel darah :
1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70%
2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada ujung jari
subjek penelitian.
3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol.
4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan di atas test card dan
bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol.
b. Data sekunder
Data sekunder penelitian ini adalah data mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah angkatan 2009-2011 yang masih aktif yang diperoleh dari bagian
administrasi PSPD UIN Syarif Hidayatullah.
3.5.2 Pengolahan
Setelah data terkumpul dilakukan proses editing, yaitu memeriksa data
hasil pengisian pencatatan oleh eneliti. Setelah proses editing selesai, tahap
selanjutnya adalah proses men-entry data ke perangkat komputer lalu dilakukan
coding yaitu mengkategorikan data serta dilakukan proses cleaning data untuk
membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih,
baru dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat
lunak pengolah data. Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data:
22
Editing
data
Data
Entry data
ke komputer
Coding
data
Cleaning
data
3.5.3 Analisis
3.5.3.1 Analisis Univariat
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah sampel yang
mengalami anemia, tidak anemia, serta gambaran asupan vitamin C dan indeks
massa tubuh dengan menyajikan data dalam bentuk tabel.
3.5.3.2 Analisis Bivariat
Analisis ini merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara
variabel dependen dan independen dengan melakukan uji chi-square. Uji chisquare dilakukan untuk menganalisis variabel dependen (anemia) dengan variabel
independen (asupan vitamin C dan status gizi), dimana kedua variabel ini bersifat
kategorik.
Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, di mana dalam
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua
variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho
ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p >
0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan dijumpai nilai E<5,
maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5,
maka nilai p dapat dilihat dari nilai continuity correction.
3.5.4 Rencana Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tekstural dan tubural. Untuk data distribusi
normal digunakan nilai rata-rata dan standar deviasi sedangkan untuk data
distribusi tidak normal digunakan nilai tengah dan nilai minimum-maksimum.
23
Kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Data disusun dalam bentuk laporan
hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan dengan survey konsumsi menggunakan food
record dan food frequency questioner serta dilakukan pengukuran IMT dan kadar
Hb pada tanggal 16 Juli – 2 September 2012. Dari sebanyak 99 responden, 7
responden tidak dimasukkan dalam penelitian karena mengalami drop-out,
sehingga pengolahan data dilakukan terhadap 92 responden.
Tabel 4. 1 Karakteristik responden
Jumlah
Persentase
2009
18
19%
2010
41
44,6%
2011
33
35,9%
Total
92
100%
Angkatan
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 92
responden diketahui bahwa sebagian besar responden dari angkatan 2010
(44,6%).
4.2 Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen.
4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb
Nilai tengah responden berdasarkan kadar Hb adalah 12,2 g/dl (9,7 – 13,9
g/dl).
24
25
Tabel 4. 2 Distribusi responden berdasarkan kadar Hb
Jumlah
Persentase
<12 gr/dl
43
46,7%
≥12 gr/dl
49
53,3%
Total
92
100%
Kadar Hb
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa 43 responden (46,7%) kadar Hb
nya kurang dan 49 responden (53,3%) kadar Hb nya normal.
Bila dibandingkan dengan laporan Riskesdas tahun 2007, angka
inimelebihi prevalensi anemia penduduk dewasa wanita yaitu 19,7%.
Hal ini sangat mengkhawatirkan karena mahasiswi PSPD memiliki jadwal
akademik yang padat. Apabila mereka mengalami anemia mungkin dapat
mempengaruhi proses belajar. Hemoglobin berperan membawa oksigen ke
jaringan seluruh tubuh, jika jaringan kekurangan oksigen, maka akan
menyebabkan proses metabolisme di dalam sel tubuh mengalami gangguan,
akibatnya badan terasa lemas karena terjadi timbunan asam laktat pada otot dan
mudah mengantuk karena otak kekurangan oksigen.
4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut Food record dan Food frequency
Metode food record digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi
dengan responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum
setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang
dalam ukuran berat (gram)
dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut),
termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Sedangkan metode
food frekuensi adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi
sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,
minggu, bulan, atau tahun.
26
Tabel 4. 3 Rerata analisis asupan food record dan semikuantitif food frequency
Nutrisi
Rerata food record
Rerata
semikuantitif
food frequency
Kalori
932,96 kkal
-
Karbohidrat
101,59 gr
-
Protein
41,31 gr
-
Lemak
40,31 gr
-
Vitamin C
28,11 mg
82,37 mg
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan perbedaan antara hasil analisis food
record dan semikuantitif food frequency, yaitu vitamin C.
Hasil ini ada perbedaan yang mencolok karena pada metode food record
ini responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap
kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga (URT) dalam 3 hari (satu hari
weekend dan 2 hari weekdays) dan metode ini dilaksanakan ketika bulan
ramadhan. Dua hal tersebut bisa mempengaruhi hasil food record karena pada
puasa ramadhan terjadi perubahan pola makan, dari semula tiga kali menjadi dua
kali. Diperkirakan perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif menurunkan
jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh.19 Penelitian ini dilakukan dibulan
ramadhan karena keterbatasan waktu dalam pengambilan data.
Oleh karena itu pembahasan analisis asupan selanjutnya yang digunakan
adalah hasil analisis semikuantitif food frequency questioner.
4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Vitamin C
Nilai tengah responden berdasarkan asupan vitamin C adalah 79,5 mg/hari
(40 – 140 mg/hari). Nilai ini kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan
vitamin C wanita golongan umur 19 – 22 tahun yaitu sebesar 60 mg/hari.
27
Tabel 4. 4 Distribusi responden berdasarkan analisis asupan vitamin C
Jumlah
Persentase
Kurang
11
12%
Cukup
81
88%
Total
92
100%
Asupan Vitamin C
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar hasil asupan
vitamin C adalah 81 responden (88%) asupan vitamin C nya cukup dan 11
responden (12%) asupan vitamin C nya kurang.
Vitamin C berperan dalam absorpsi Fe dalam tubuh. Jika asupan vitamin
C cukup maka absorpsi Fe dalam tubuh akan baik.
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan IMT
Nilai tengah responden berdasarkan IMT adalah 21,13 kg/m2 (16,22 -27,99 kg/m2). Gambaran distribusi IMT pada responden tercantum pada tabel 4.5.
Tabel 4. 5 Distribusi responden berdasarkan IMT
Jumlah
Persentase
Underweight
13
14,1%
Normal weight
62
67,4%
Overweight
8
8,7%
Obese
8
8,7%
Total
92
100%
IMT
Berdasarkan
mempunyai
tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden
status gizi normal (67,4%) dan 13 responden (14,1%) yang
mempunyai status gizi kurang.
28
Laporan Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa secara nasional
persentase status gizi kurang penduduk dewasa wanita adalah 12,3%. Sedangkan
penelitian Agus mendapatkan bahwa 27,5% dari 40 responden mahasiswi
Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan mempunyai indeks massa
tubuh kurang. 20
Rendahnya status gizi pada wanita usia subur jika mereka hamil akan
berpengaruh pada kehamilannya yaitu berat badan lahir rendah dan kelahiran
preterm.21 Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan atau IMT obesitas
memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti keguguran, persalinan operatif,
preeklamsia, thromboemboli, kematian perinatal dan makrosomia.22
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis
uji Chi-square.
4.3.1 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb
Tabel 4. 6 Hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb
Kadar Hb
Asupan
< 12 gr/dl
≥ 12 gr/dl
N (%)
N (%)
Kurang
8 (72,7)
3 (27,3)
11 (11,9)
Cukup
35 (43,2)
46 (56,8)
81 (88,1)
N (%)
IK
95%
Vitamin C
1,084-
PR
P
1,68
0,066
2,612
Total
43 (46,7)
49 (53,3)
92 (100)
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 8 responden yang asupan
vitamin C nya kurang mengalami anemia dan 3 responden yang asupan vitamin C
nya kurang tidak mengalami anemia. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil
29
bahwa asupan vitamin C tidak berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya
anemia (p=0,066). Hal ini berbeda dengan Penelitian Guntur yang menemukan
bahwa frekuensi konsumsi vitamin C dan kadar Hb menunjukkan hubungan yang
bermakna (p=0,000). Persamaan regresi linier menunjukkan bahwa setiap
bertambahnya frekuensi konsumsi vitamin C 1 kali akan meningkatkan kadar Hb
sebesar 0,06 g/dL. Artinya, semakin sering seseorang mengkonsumsi vitamin C,
semakin tinggi kadar Hb.
Hasil ini tidak berhubungan secara signifikan disebabkan oleh:
1. Mungkin saja asupan Fe responden kurang. Hal ini menjelaskan bahwa
walapun asupan vitamin C nya cukup tapi kalau asupan Fe nya kurang
maka hal ini bisa mempengaruhi status anemia seseorang karena
vitamin C berperan meningkatkan absorpsi Fe dalam tubuh yaitu
dengan mereduksi feri menjadi fero.
2. Absorpsi Fe bisa dipengaruhi oleh zat penghambat Fe yang pada
penelitian ini tidak disingkirkan. Contoh zat penghambat Fe yaitu asam
fitat, asam oksalat, dan polifenol seperti tanin yang terdapat pada teh
dan kopi. Walaupun asupan Fe nya cukup tetapi zat penghambatnya
banyak, maka hal itu juga bisa mempengaruhi absorpsi Fe juga.
Namun berdasarkan prevalensi ratio didapatkan nilai 1,68 dengan IK 95%
1,084-2,612 artinya responden dengan asupan vitamin C kurang mempunyai
kemungkinan 1,68 kali lipat mengalami anemia dibandingkan dengan responden
yang asupan vitamin C nya cukup. Penelitian Satyanigsih dan Kwatrin pada tahun
2007 menyebutkan bahwa remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang dari
AKG memiliki risiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali lipat.16
30
4.3.2 Hubungan antara IMT dengan Kadar Hb
Tabel 4. 7 Hubungan antara IMT dengan kadar Hb
Kadar Hb
IMT
Underweight
< 12 gr/dl
≥ 12 gr/dl
N (%)
N(%)
11 (84,6)
2 (15,4)
N (%)
P
13 (14,1)
0,003
Normal
32 (40,5)
47 (59,5)
79 (85.9)
Total
43 (46,7)
49 (53,3)
92 (100)
Pada tabel 4.5 mengenai distribusi responden berdasarkan IMT pembagian
kategorinya ada 4, yaitu underweight, normal, overweight, dan obese. Ketika
diuji menggunakan chi-square 4x2 ternyata untuk uji chi-square tidak memenuhi
syarat sehingga harus dijadikan tabel 2x2 (kategori normal, overweight, dan obese
dijadikan satu kategori menjadi normal) seperti tampak pada tabel 4.7.
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa ada 11 responden yang status
gizinya underweight mengalami anemia dan 32 responden yang status gizinya
normal mengalami anemia. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil bahwa
IMT berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya anemia (p = 0,003).
IMT merupakan salah satu contoh penilaian status gizi dengan
antropometri. Status gizi menggambarkan apa yang dikonsumsi seseorang dalam
jangka waktu yang cukup lama. Status gizi merupakan hasil metabolisme dari
makronutrien.
Biasanya
asupan
makronutrien
disertai
dengan
asupan
mikronutrien. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik,
maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai
gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi, salah satunya anemia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah
Indriawati yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan makan (yang meliputi: kebiasaan diet, kebiasaan makan sumber protein
31
hewani dan kebiasaan minum teh) dan status gizi dengan kejadian anemia remaja
putri (p < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di atas karena
sebagian besar responden sama-sama memiliki kebiasaan kurang mengkonsumsi
makanan sumber zat besi.23
4.4 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya
menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen
pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab
akibat.
2. Penelitian dilakukan pada bulan ramadhan yang menyebabkan hasil food
record tidak menggambarkan asupan yang sebenarnya. Karena pada bulan
ramadhan terjadi perubahan pola makan, yang semula tiga kali menjadi
dua kali
3. Penilaian asupan vitamin C berdasarkan food record dan semikuantitatif
food frequency questionnary bersifat subyektif. Karena dalam pengisian
dilakukan oleh responden sendiri, mungkin saja terjadi kesalahan dalam
pengisian.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa :
a)
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar (46,7%) mahasiswi
PSPD UIN Syarif Hidayatullah mengalami anemia.
b)
Rata-rata asupan vitamin C pada mahasiswi PSPD UIN Syarif
Hidayatullah adalah 79,5 mg/hari.
c)
Berdasarkan indeks massa tubuh, sebanyak 14,1% responden underweight,
67,4% normal, 8,7% overweight, dan 8,7% obese.
d)
Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian anemia
(p=0,066).
e)
Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian anemia
(p=0,003).
5.2 Saran
a. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan tidak pada bulan ramadhan karena pada
bulan ramadhan terjadi perubahan pola makan yang mengakibatkan penurunan
asupan gizi.
b. Sebaiknya pengisian food record dan semikuantitatif food frequency
questionnary ditanyakan oleh peneliti kepada responden supaya tidak terjadi
perbedaan persepsi dalam pengisian.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan
kesehatan departemen kesehatan republik indonesia; 2007.
2. World Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993–2005 :
WHO global database on anaemia. Geneva: WHO Press; 2008.
3. Bappenas. Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2011-2015. Jakarta:
Bappenas; 2011.
4. Anonim. Anemia defisiensi besi apa bahayanya untuk anak kita?. [online].
2007
[cited
2012
July
30].
Available
from:
http://library.unud.ac.id/kliping/wpcontent/uploads/2012/Kesehatan/Anemia_Defisiensi_Besi.htm
5. Arumsari. Faktor risiko anemia pada remaja putri peserta program
pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi (PPAGB) di kota Bekasi.
Bogor: Skripsi GMSK IPB; 2008
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC; 2005.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakti dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmju Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p.622.p.634-35
8. Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat;
2009.
9. L. Kathleun M, Sylvia ES, Janice LM. Kraus’s food and the nutrition care
procss thirteenth edition. USA: Elsevier; 2012
10. Sunita A. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004.
11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC; 2011.
12. Goodman A. and Gilman L. The pharmacological basis of therapeutics. New
York: The McGraw-Hill Company; 2006.
34
13. Berdanier et. all. Hanbook of Nutrion and Food. Washington DC: CRC
Press; 2002.
14. Janet RH. How important is dietary iron bioavailability? The american
Journal of Clinical Nutrition 2001;73:3–4
15. Styaningsih, Elsa. Anemia gizi pada remaja putri SMK Amaliyah Sekadau
Kalimantan Barat tahun 2007. Depok: Tesis FKMUI; 2007
16. Kwatrin, Eva. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi
SMUN Bayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten tahun 2007. Depok: Tesis
FKMUI; 2007.
17. I Dewa N, Ibnu F, Bachyar B. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2001.
18. Peni C.I. Hubungan antara status gizi dan menstruasi dengan kejadian
anemia pada santri putri pondok pesantren al-hidayah kecamatan
karangayung kabupaten grobogan tahun 2009. Semarang: Skripsi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang; 2009.
19. Lia R. Studi tentang konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik saat
puasa dan tidak puasa pada mahasiswa putri tingkat persiapan bersama
institut pertanian bogor.Bogor: Skripsi program studi gizi masyarakat dan
sumberdaya keluarga fakultas pertanian institut pertanian bogor; 2008.
20. Agus M. Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa
pendidikan teknologi kimia industri (PTKI) medan tahun 2010. Medan:
Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat; 2010.
21. Papathakis P, Rollins N. HIV and nutrition: pregnant and lactating women.
WHO [homepage on the internet]. c2005 [updated 2005 April 13; cited 2010
Dec
19].
Available
from:
http://www.who.int/nutrition/topics/Paper
%20Number%203%20-%20Pregnant%20and%20Lactation.pdf
22. Yu CKH, Teoh TG, Robinson S. Obesity in pregnancy. Br J of Obstet
Gynaecol. 2006;113:1117-25.
35
23. Indah I. Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid ,
Pengetahuan Tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1
Cibinong Kabupaten Bogor. 2001.
36
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Farid Nurdiansyah
Tempat Tanggal Lahir
: Ponorogo, 12 April 1990
Alamat
: Jl. Raya Solo RT 1 RW 1 Somoroto Ponorogo
Email
: [email protected]
No. Telepon
: 085749012161
Riwayat Pendidikan
:
 TK Garuda VI Somoroto (1996-1997)
 SDN 1 Somoroto (1997-2002)
 SMPN 3 Peterongan Jombang (2003-2005)
 SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI Jombang (2006-2009)
 Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2009-sekarang)
37
Lampiran 2
Lembar Food record dan Semikuantitatif Food Frequency Questionnary
Nama Responden
:
Tanggal Lahir/umur :
BB/TB
:
BMI
:
Formulir Food record 3 Hari
Petunjuk pengisian
1. Isi form food record pada 2 hari weekday (senin-jumat) dan salah satu hari
weekend (sabtu atau minggu) mulai kalian bangun pagi sampai tidur
kembali di malam hari
2. Contoh pengisian jumlah dan ukuran
Nasi 1(jumlah) porsi(ukuran)
Hati sapi  1 potong sedang
Mangga 2 buah
Sayur bayam 1 mangkok
3. Apabila kalian makan makanan kemasan atau minum minuman kemasan,
tuliskan mereknya, misal:
Indomie mie goreng  1 bungkus jumbo
Kopi nescafe moccacino 1 kaleng
4. Apabila kalian konsumsi suplemen(contohnya vitamin, dll), tuliskan
mereknya
5. Bila tabel tidak cukup bisa tuliskan di balik lembar kertas isian
38
Hari
/tgl
I
Waktu
makan
Bahan
Makanan
Jumlah
Ukuran
Dimana
Jumlah
Ukuran
Dimana
..................
.
..../..../2012
Hari /tgl
II
..................
.
..../..../2012
Waktu
makan
Bahan
Makanan
39
Hari /tgl
III
..................
.
..../..../2012
Waktu
makan
Bahan
Makanan
Jumlah
Ukuran
Dimana
40
Lembar Semikuantitatif Food Frequency Questionnary
Nama Responden
:
Tanggal Lahir/umur :
BB/TB
:
BMI
:
Asupan vitamin C
:
No
Bahan makanan
Ukuran
1
Kentang
(210gr)
Singkong
(120gr)
Pete segar
(55gr)
Hati sapi
(35gr)
Bayam
2 bh sdg
2
3
4
5
6
9
Cabe hijau besar
segar
Cabe rawit segar dg
biji
Cabe rawit segar
tanpa biji
Daun oyong
10
Daun pepaya
11
Daun singkong
12
Daun tales
13
Daun kangkung
14
Daun katuk
15
Kemangi
16
Kol kembang
17
Kacang panjang
18
Kangkung
19
Labu waluh
20
Lobak
21
Melinjo(tangkil)
7
8
1 ½ ptg
½ gls
1 ptg sdg
1 sdm /1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
Jumlah
Tidak
pernah
Setiap
hari
Dalam
Seminggu
Dalam
Sebulan
Dalam
Setahun
41
22
Pare
23
Sawi
24
Selada air
25
Tomat masak
26
Tomat muda
27
Bengkuang
(320gr)
Buncis
28
29
33
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
46
47
48
49
Strowberi
(215gr)
Kiwi
(110gr)
Alpukat
(50gr)
Pisang
(50gr)
Belimbing
(140gr)
Durian
(35gr)
Jambu biji
(100gr)
Jambu monyet
(80gr)
Jeruk bali
Jeruk keprok, jeruk
garut
(115gr)
Jeruk manis
(110gr)
Jeruk nipis
(135gr)
Kedondong
(120gr)
Mangga masak pohon
(50gr)
Mangga muda
(50gr)
Nanas
(75gr)
Pepaya
(100gr)
Rambutan
(75gr)
Sirsak
(60gr)
Srikaya
(50gr)
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
1
sdm/1
mngkuk
2 bj bsr
1
sdm/1
mngkuk
4 bh bsr
1 ½ bh
½ bh bsr
1 ptg sdg
1 bh bsr
2 bj bsr
1 bh bsr
1 bh bsr
1 ptg bsr
1 bh sdg
2 bh sdg
1 ¼ gls
2 bh sdg
½ bh bsr
½ bh bsr
1/6 bh sdg
1 ptg sdg
8 bh
½ gls
2 bh bsr
42
50
Bandeng, presto
(50gr)
Minuman/juice/suplemen
yg mengandung vit.C
(merek, mg)
1 ptg sdg
43
Lampiran 3
Hasil data statistik
1. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan
Angkatan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
2009
18
19.6
19.6
19.6
2010
41
44.6
44.6
64.1
2011
33
35.9
35.9
100.0
Total
92
100.0
100.0
2. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Anemia
status anemia
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Anemia
43
46.7
46.7
46.7
Normal
49
53.3
53.3
100.0
Total
92
100.0
100.0
3. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi IMT
klasifikasi imt
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
underweight
13
14.1
14.1
14.1
Normal
63
68.5
68.5
82.6
8
8.7
8.7
91.3
overweight
44
Obese
Total
8
8.7
8.7
92
100.0
100.0
100.0
4. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Food Frequency
Asupan Vitamin C
food frequency asupan vit c
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
kurang
11
12.0
12.0
12.0
cukup
81
88.0
88.0
100.0
Total
92
100.0
100.0
5. Tabel Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia
klasifikasi imt * status anemia Crosstabulation
status anemia
anemia
klasifikasi imt
kurang
normal, lebih, dan obes
Total
Count
11
2
13
Expected Count
6.1
6.9
13.0
Count
32
47
79
36.9
42.1
79.0
43
49
92
43.0
49.0
92.0
Expected Count
Total
normal
Count
Expected Count
Chi-square Tests
Value
Pearson Chi-square
8.725a
df
1
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
.003
45
Continuity Correctionb
7.043
1
.008
Likelihood Ratio
9.333
1
.002
Fisher's Exact Test
.005
Linear-by-Linear Association
8.630
N of Valid Casesb
1
.003
.003
92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,08.
b. Computed only for a 2x2 table
6. Tabel Hubungan Hasil Food Frequency Asupan Vitamin C dengan
Kejadian Anemia
food frequency asupan vit c * status anemia Crosstabulation
status anemia
anemia
food frequency asupan vit c
kurang
cukup
Count
Total
8
3
11
Expected Count
5.1
5.9
11.0
Count
35
46
81
37.9
43.1
81.0
43
49
92
43.0
49.0
92.0
Expected Count
Total
normal
Count
Expected Count
Chi-square Tests
Value
df
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
3.390a
1
.066
Continuity Correctionb
2.308
1
.129
Likelihood Ratio
3.465
1
.063
Pearson Chi-square
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
.106
3.353
1
.067
.064
46
N of Valid Casesb
92
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,14.
b. Computed only for a 2x2 table
7. Risk Estimate Hubungan Hasil Food Frequency Asupan Vitamin C
dengan Kejadian Anemia
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds
Ratio
frequency
for
asupan
Lower
Upper
food
vit
c
3.505
.866
14.182
1.683
1.084
2.612
.480
.180
1.284
(kurang / cukup)
For cohort status anemia =
anemia
For cohort status anemia =
normal
N of Valid Cases
92
8. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kadar hb
.153
92
.000
.943
92
.001
Imt
.102
92
.019
.956
92
.004
food frequency quisioner vit c
.127
92
.001
.941
92
.000
food frequency quisioner fe
.175
92
.000
.856
92
.000
a. Lilliefors Significance Correction
47
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kadar hb
.153
92
.000
.943
92
.001
Imt
.102
92
.019
.956
92
.004
food frequency quisioner vit c
.127
92
.001
.941
92
.000
food frequency quisioner fe
.175
92
.000
.856
92
.000
9.
Deskriptif Kadar Hb, IMT, Food Frequency, dan Asupan Vitamin C
Descriptives
Statistic
kadar hb
Mean
11.8696
95% Confidence Interval for Lower Bound
11.6419
Mean
Upper Bound
11.8746
Median
12.2000
Std. Deviation
1.209
1.09932
Minimum
9.70
Maximum
13.90
Range
4.20
Interquartile Range
1.90
Skewness
.11461
12.0972
5% Trimmed Mean
Variance
Std. Error
-.193
.251
48
Kurtosis
imt
-1.124
.498
Mean
21.1479
.26675
95% Confidence Interval for Lower Bound
20.6181
Mean
21.6778
Upper Bound
5% Trimmed Mean
21.0295
Median
21.1350
Variance
6.547
Std. Deviation
2.55862
Minimum
16.22
Maximum
27.99
Range
11.77
Interquartile Range
2.70
Skewness
.663
.251
Kurtosis
.691
.498
2.14542
food frequency quisioner vit
Mean
82.3728
c
95% Confidence Interval for Lower Bound
78.1112
Mean
86.6344
Upper Bound
5% Trimmed Mean
81.6338
Median
79.5000
Variance
423.459
Std. Deviation
2.05781E1
Minimum
40.00
Maximum
140.00
Range
100.00
Interquartile Range
19.35
Skewness
.648
.251
1.076
.498
Mean
20.7663
.80575
95% Confidence Interval for Lower Bound
19.1658
Mean
22.3668
Kurtosis
food frequency quisioner fe
Upper Bound
5% Trimmed Mean
20.5483
Median
18.0500
49
Variance
Std. Deviation
59.729
7.72846
Minimum
11.30
Maximum
35.70
Range
24.40
Interquartile Range
15.20
Skewness
Kurtosis
.476
.251
-1.400
.498
Download