HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C, INDEKS MASSA TUBUH, DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Farid Nurdiansyah NIM : 109103000030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 18 September 2012 Farid Nurdiansyah ii HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C, INDEKS MASSA TUBUH, DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) Oleh Farid Nurdiansyah NIM: 109103000030 Pembimbing 1 dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK Pembimbing 2 dr. Hadianti, Sp.PD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2012 M iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA ASUPAN VITAMIN C, INDEKS MASSA TUBUH, DAN KEJADIAN ANEMIA PADA MAHASISWI PSPD UIN SYARIF HIDAYATULLAH yang diajukan oleh Farid Nurdiansyah (NIM: 109103000030), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada September 2012. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 21 September 2012 DEWAN PENGUJI Ketua Sidang Pembimbing 1 Pembimbing 2 dr. Hadianti, Sp.PD dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK dr. Hadianti, Sp.PD Penguji 1 Penguji 2 dr. Agi Harliani S., M. Biomed dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS, Sp.GK PIMPINAN FAKULTAS Dekan FKIK UIN SH Jakarta Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian ini dapat terwujud walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia menuju jalan lurus dan diridhoi Allah SWT. Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara Asupan Vitamin C, Indeks Massa Tubuh, dan Kejadian Anemia pada Mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar penulis maupun dari dalam diri penulis. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penulis banyak mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah memberikan masukan untuk penelitian saya. 2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang juga merupakan dosen pembimbing penelitian saya atas segala masukan dan motivasinya dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian saya. 3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program Studi Pendidikan Dokter 2009, yang telah banyak “menyadarkan” saya dengan mem-follow-up di setiap akhir modul untuk mempercepat penyelesaiaan penelitian ini. 4. dr. Witri Ardini, M. Gizi, Sp.GK dan dr. Hadianti. Sp.PD sebagai dosen pembimbing penelitian saya, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, terutama orang tua penulis yang telah memberikan motivasi serta pengertian selama penulis melakukan penelitian ini. 6. Sahabat dan teman-teman beserta seluruh staf pengajar dari Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hiayatullah Jakarta. v 7. Kawan-kawan kelompok riset seperjuangan Eka, Amel, Neneng, dan Tarik 8. Semua responden mulai dari angkatan 2009-2011 terima kasih telah bersedia menyediakan waktunya menjadi sample penelitian saya. Semoga dengan selesainya laporan penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua terutama mengenai vitamin C, indeks massa tubuh, dan anemia. Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ciputat, 18 September 2012 Penulis vi ABSTRAK Farid Nurdiansyah. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Antara Asupan Vitamin C, Indeks Massa Tubuh, dan Kejadian Anemia pada Mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah. 2012 Anemia adalah salah satu masalah kesehatan pada remaja dan dewasa. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi anemia perempuan dewasa (>15 tahun) perkotaan menurut provinsi di Indonesia adalah 19,7 %, sedangkan untuk DKI Jakarta adalah 27,6 %. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Jumlah sampel yang digunakan adalah 92 responden. Analisis asupan vitamin C menggunakan metode food record 24 jam selama 3 hari (2 hari aktif dan 1 hari weekend) dan metode semikuantitatif food frequency questionary untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan. Penelitian ini menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, asupan vitamin C tidak berhubungan dengan kejadian anemia (p=0,066), tetapi responden dengan asupan vitamin C kurang mempunyai kemungkinan 1,68 kali lipat mengalami anemia (PR=1,68; 95%CI=1,084-2,612). Indeks massa tubuh berhubungan kejadian anemia (p=0,003). Kesimpulannya adalah asupan vitamin C tidak berhubungan dengan kejadian anemia, responden dengan asupan vitamin C kurang mempunyai kemungkinan 1,68 kali mengalami anemia, dan indeks massa tubuh berhubungan dengan kejadian anemia. Kata kunci: anemia, asupan vitamin C, indeks massa tubuh vii ABSTRACT Farid Nurdiansyah. Medical Education Study Program. Relationship of Intake Vitamin C, Body Mass Index, And Anemic Case in Student PSPD UIN Syarif Hidayatullah Grade 2009-2011. 2012 Anemia is one of health problem in adolescents and adults. Based on data Riskesdas 2007, the prevalence of anemia among adult women (> 15 years) according to provincial cities in Indonesia is 19,7%, while Jakarta is 27,6%. This study aimed to examine the relationship of vitamin C intake, body mass index, and anemia. This research is a descriptive analytical cross-sectional study design. Sampling is done by simple random method. The number of samples were 92 respondents. Analysis of vitamin C intake used the food record 24 hours for 3 days (2 weekday and 1 weekend) and semiquantitative food frequency questionnary method to determine the type and frequency of eating. This study used chi-square test. Based on the results obtained, the intake of vitamin C was not associated with anemia (p = 0,066), but respondents with poor vitamin C intake had possibility 1,68 times to have anemia (PR=1,68; 95%CI=1,084-2,612). Anemia related to body mass index (p = 0.003). The conclusion was that vitamin C intake was not associated with the incidence of anemia, vitamin C intake of the respondents with poor vitamin C intake had possibility 1,68 times to have anemia and body mass index related to anemia. Keywords: anemia, vitamin C intake, body mass index viii DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii BAB I ...................................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 BAB II ..................................................................................................................... 4 2.1. Anemia ......................................................................................................... 4 2.1.2 Tanda dan Gejala Anemia ...................................................................... 4 2.1.3 Cara Mengukur Hemoglobin.................................................................. 5 2.1.4 Hemoglobinometer ................................................................................. 6 2.2 Vitamin C ...................................................................................................... 6 2.2.1 Metabolisme Vitamin C ......................................................................... 6 2.2.2 Bentuk Sediaan dan Sumber Vitamin C ................................................ 7 2.2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) .............................................................. 8 2.2.4 Hubungan Vitamin C terhadap Anemia ................................................. 8 2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) ......................... 11 2.4 Survei Konsumsi Makanan ......................................................................... 12 2.4.1 Estimated Food Records ...................................................................... 12 2.4.2 Metode Frekuensi Makanan (Food frequency) .................................... 14 ix 2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia ................................. 15 2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................ 16 2.6 Definisi Operasional.................................................................................... 17 BAB III ................................................................................................................. 18 3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 18 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 18 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................. 18 3.3.1 Jumlah Sampel ..................................................................................... 18 3.3.2 Kriteria Sampel .................................................................................... 19 3.4 Cara Kerja Penelitian .................................................................................. 20 3.5. Manajemen Data ........................................................................................ 21 3.5.1 Teknik Pengumpulan data .................................................................... 21 3.5.2 Pengolahan ........................................................................................... 21 3.5.3 Analisis..................................................................................................... 22 3.5.4 Rencana Penyajian Data ...................................................................... 22 BAB IV ................................................................................................................. 24 4.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 24 4.2 Analisis Univariat........................................................................................ 24 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb ......................................... 24 4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut Food record dan Food frequency ... 25 4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Vitamin C ....................... 26 4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan IMT .............................................. 27 4.3 Analisis Bivariat .......................................................................................... 28 4.3.1 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb ...................... 28 4.3.2 Hubungan antara IMT dengan Kadar Hb ............................................. 30 4.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 31 BAB V................................................................................................................... 32 5.1 Simpulan ..................................................................................................... 32 x 5.2 Saran ............................................................................................................ 32 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33 Lampiran-lampiran .............................................................................................. 35 xi DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 Kriteria Anemia Menurut WHO ............................................................ 4 Tabel 2. 2 Nilai vitamin C berbagai bahan makanan .............................................. 7 Tabel 2. 3 Angka Kecukupan Gizi Vitamin C ........................................................ 8 Tabel 2. 4 Klasifikasi indeks massa tubuh Asia Pasifik ....................................... 12 Tabel 4. 1 Karakteristik responden ....................................................................... 24 Tabel 4. 2 Distribusi responden berdasarkan kadar Hb ........................................ 25 Tabel 4. 3 Rerata analisis asupan food record dan semikuantitif food frequency 26 Tabel 4. 4 Distribusi responden berdasarkan analisis asupan vitamin C .............. 27 Tabel 4. 5 Distribusi responden berdasarkan IMT ................................................ 27 Tabel 4. 6 Hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb ......................... 28 Tabel 4. 7 Hubungan antara IMT dengan kadar Hb.............................................. 30 xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anemia adalah salah satu masalah kesehatan pada remaja dan dewasa. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Menurut WHO (2008), prevalensi kejadian anemia di dunia antara tahun 1993 sampai 2005 sebanyak 24,8 % dari total penduduk dunia (hampir 2 milyar penduduk dunia). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi anemia perempuan dewasa (>15 tahun) perkotaan menurut provinsi di Indonesia adalah 19,7 %, sedangkan untuk DKI Jakarta adalah 27,6 %. Ini menunjukan bahwa prevalensi anemia perempuan dewasa di DKI Jakarta di atas rata-rata angka nasional.1,2 Anemia mempunyai andil besar terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Masalah anemia ini menjadi salah satu penyebab rendahnya indeks kualitas hidup manusia Indonesia. Data UNDP (United Nations Development Program) pada tahun 2004 mengenai indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ke-111 dari 177 negara di dunia. Penelitian Husaini et al menyebutkan bahwa dampak anemia pada kelompok penduduk dewasa ternyata juga mengurangi produktivitas kerjanya.3,4 Wanita berisiko lebih tinggi mengalami anemia daripada pria karena wanita setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi). Haid merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dinding endometrium. Banyaknya darah yang dikeluarkan saat haid adalah ratarata 15-60 ml dan berlangsung selama 3-5 hari. Siklus haid normal rata-rata 28 hari dan diatur oleh hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selain itu wanita khususnya mahasiswi memiliki kesibukan yang tinggi baik dalam aktivitas perkuliahan maupun organisasi yang nanti akan mempengaruhi pola makan yang teratur. Kebiasaan mahasiswi dalam mengkonsumsi minuman yang dapat 1 2 menghambat absorpsi zat besi dan kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang meningkatkan absorpsi zat besi contohnya vitamin C akan juga akan mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang. Sedangkan pola makan yang tidak teratur akan mempengaruhi asupan makanan. Asupan makanan yang kurang akan mempengaruhi status gizi seseorang. Menurut Thompson (2007) yang diacu oleh Arumsari (2008), status gizi mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya.5 Berdasarkan data dan uraian tersebut, penulis akan melakukan penelitian tentang hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 20092011. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya prevalensi anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011. 2. Diketahuinya jumlah rata-rata asupan vitamin C pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011. 3 3. Diketahuinya indeks massa tubuh mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2009-2011. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti -Untuk menambah wawasan tentang hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia. -Sebagai acuan penelitian-penelitian selanjutnya. 1.4.2 Bagi Responden Sebagai informasi tentang pentingnya asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia. 1.4.3 Bagi Masyarakat Umum Memberikan informasi bagi masyarakat umum mengenai hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia. 1.4.4 Bagi Institusi -Sebagai informasi kepada bagian kemahasiswaan mengenai mahasiswi yang anemia dan indeks massa tubuh kurang. -Sebagai informasi dan datadasar mengenai pembelajaran mahasiswa yang disimpan di perpustakaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah suatu keadaan berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells (hematokrit) per 100 ml darah.6 Parameter yang paling umum dipakai untuk menunjukan penurunan jumlah eritrosit adalah kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Pada umumnya ketiga parameter tersebut saling bersesuaian. Nilai normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologik tergantung pada umur, jenis kelamin, adanya kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, untuk menentukan anemia atau tidak anemia perlu ditentukan titik pemilah (cut off point) kadar hemoglobin. WHO menetapkan cut off point anemia untuk keperluan penelitian lapangan seperti terlihat pada tabel 2.1.7 Tabel 2. 1 Kriteria Anemia Menurut WHO Kelompok Kriteria Anemia (Hb) Laki-laki dewasa <13 g/dl Wanita dewasa tidak hamil <12 g/dl Wanita hamil <11 g/dl Sumber: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati (2007,p.622) 2.1.2 Tanda dan Gejala Anemia Tanda dan gejala anemia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu7: 1. Tanda dan gejala anemia umum Gejala umum anemia atau sindrom anemia muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan hemoglobin sampai kadar tertentu (Hb<7 4 5 g/dl). Gejala ini terdiri atas rasa lemah, lesu, cepat lelah, tinnitus, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas, dan dispepsia. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku 2. Gejala khas masing-masing anemia o Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychia) o Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12 o Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi o Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali, dan hepatomegali 3. Gejala penyakit dasar Gejala anemia yang timbul akibat penyakit dasar sangat bervariasi bergantung pada penyebab anemia tersebut. Misalnya gejala akibat infeksi cacing tambang: sakit perut, pembengkakan parotis, dan warna kuning pada telapak tangan. 2.1.3 Cara Mengukur Hemoglobin Untuk mendeteksi keadaan anemia seseorang, parameter yang biasa dan telah digunakan secara luas adalah hemoglobin (Hb), karena pada umumnya tujuan dari berbagai penelitian adalah menetapkan prevalensi anemia dan bukan prevalensi kurang besi. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. 7,8 Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan secara automatik oleh mesin yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap darah. Untuk pengukuran ini diperlukan darah kapiler. Pada orang dewasa, darah kapiler diambil dari ujung jari atau daun telinga. Pada bayi dan anak kecil, darah kapiler diambil dari tumit atau ibu jari kaki. Pengambilan darah kapiler dilakukan pada tempat yang tidak mengalami cyanosis atau gangguan peredaran darah. Tempat 6 pengambilan darah vena pada orang dewasa adalah di vena dalam fossa cubiti, pada bayi vena jugularis superficialis atau sinus sagitalis superior. 2.1.4 Hemoglobinometer Hemoglobinometer adalah suatu alat untuk mengukur kadar hemoglobin dalam darah. Portable hemoglobinometer menyediakan pengukuran yang mudah dan terpercaya terhadap kadar hemoglobin yang dapat digunakan khususnya di daerah yang tidak memiliki laboratorium. Portable hemoglobinometer adalah suatu alat noninvasif untuk menentukan konsentrasi oksigen di jaringan yang diambil dari permukaan kulit. Meskipun cara penetapan kadar hemoglobin dalam darah yang dianjurkan masa kini bukanlah yang memakai hemoglobinometer menurut sahli, tapi cara ini masih berguna dalam laboratorium kecil.8 2.2 Vitamin C Vitamin C atau asam askorbat disintesis dari glukosa dan galaktosa dari tanaman dan kebanyakan hewan.9 Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.10 Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor aktif.11 2.2.1 Metabolisme Vitamin C Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, hipofisis, 7 dan retina.11 Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C apabila konsumsi vitamin C mencapai 100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh diketahui melalui tanda-tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik kekurangan vitamin C antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda dini kekurangan vitamin C dapat terlihat apabila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl.11 2.2.2 Bentuk Sediaan dan Sumber Vitamin C Vitamin C alami terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran. Daftar kandungan Vitamin C dalam buah dan sayur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. 2 Nilai vitamin C berbagai bahan makanan Sumber :Almatsier (2004) Preparat vitamin C dapat berbentuk tablet atau larutan yang mengandung 50-1500 mg. Untuk sediaan suntikan terdapat larutan yang mengandung vitamin C 100-500 mg.12 8 2.2.3 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Angka kecukupan gizi sehari vitamin C untuk Indonesia menurut Widya Karya Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. 3 Angka Kecukupan Gizi Vitamin C Sumber : Widya karya pangan dan gizi (2004) 2.2.4 Hubungan Vitamin C terhadap Anemia Vitamin C mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyerapan besi terutama dari besi nonhem yang banyak ditemukan dalam makanan nabati. Bahan makanan yang mengandung besi hem yang mampu diserap sebanyak 37% sedangkan bahan makanan golongan besi nonhem hanya 5% yang dapat diserap oleh tubuh. Penyerapan besi nonhem dapat ditingkatkan dengan kehadiran zat pendorong penyerapan seperti vitamin C dan faktor-faktor pendorong lain seperti 9 daging, ayam, ikan.13 Vitamin C meningkatkan absorpsi besi dengan mereduksi ion ferri menjadi ion ferro.14 Absorpsi besi dalam bentuk nonhem meningkatkan empat kali lipat bila disertai vitamin C. Vitamin C juga berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke ferritin.9 Proses absorpsi besi terutama terjadi terutama di bagian proksimal duodenum. Proses absorbsi besi dibagi dalam 3 fase:7 1. Fase luminal : yaitu besi yang ada dalam makanan diolah di dalam lambung agar siap untuk diserap di duodenum . Pada fase ini besi di dalam makanan terbagi dalam dua bentuk yaitu : a. Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsinya tinggi, bioavabilitas tinggi. b. Besi non-heme : berasal dari sumber tumbuh-tumbuhan, tingkat absorbsinya rendah, dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga bioavabilitasnya rendah. Yang merupakan bahan sebagai pemacu absorbsi besi adalah “ meat factors “ dan vitamin C, sedangkan sebagai bahan penghambat ialah tanat, phytat dan serat (fiber). Dalam lambung karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk Fe3+ ke Fe2+ yang siap untuk diserap. 2. Fase mukosal : yaitu proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses yang aktif. Penyerapan pada fase ini terutama terjadi melalui duodenum dan jejunum proksimal. Besi dipertahankan dalam keadan terlarut yang dipengaruhi oleh asam lambung. Sel absorptif yang terletak pada puncak dari vili usus (apical cell). Pada brush border dari sel absortif, Fe3+ dikonversi menjadi Fe2+ oleh enzim ferireduktase, yang dimediasi oleh protein duodenal cytochrome b-like (DCYTB). Transport Fe2+ melalui membran difasilitasi oleh divalent metal transporter (DMT 1, disebut juga sebagai Nramp 2). Setelah besi masuk ke dalam sitoplasma, sebagian disimpan dalam bentuk feritin, sebagian 10 diloloskan melalui basolateral transporter (ferroprotin disebut juga sebagai IREG 1) ke dalam kapiler usus. Besi heme diabsorbsi melalui proses yang berbeda yang mekanismenya belum diketahui dengan jelas. Besi heme dioksidasi menjadi hemin, yang kemudian diabsorbsi secara utuh yang diperkirakan melalui suatu reseptor. Absorbsi besi heme jauh lebih efisien dibandingkan dengan besi non-heme. Gambar 2.1 Penyerapan besi hem dan non-hem Sumber : Krause’s (2012) 3. Fase korporeal : yaitu proses yang meliputi transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel – sel yang memerlukan, dan penyimpanan besi (storage) oleh tubuh. Besi setelah diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus, memasuki kapiler usus kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui proses pinositosis. Satu molekul transferin dapat mengikat maksimal dua molekul besi. Besi yang terikat pada transferin akan diikat 11 oleh reseptor transferin yang terdapat pada permukaan sel, terutama sel normoblas, kompleks transferin dan reseptor transferin akan terlokalisir pada suatu cekungan yang dilapisi oleh klatrin, cekungan ini mengalami invaginasi sehingga membentuk endosom, menyebabkan perubahan konformasional dalam protein sehingga melepaskan ikatan besi dengan transferin. Besi dalam endosom akan dikeluarkan ke sitoplasma dengan bantuan DMT1, sedangkan ikatan apotransferin dan reseptor transferin mengalami siklus kembali ke permukaan sel sehingga dapat dipergunakan kembali. Beberapa penelitian membuktikan pengaruh asupan vitamin C terhadap kejadian anemia. Penelitian Safyanti menemukan bahwa remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang dari 100% AKG memiliki risiko 3,5 kali lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi vitamin C ≥ 100% AKG.15 Satyanigsih dan Kwatrin pada tahun 2007 juga menemukan hal yang sama, yaitu risiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali lipat pada remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang dari AKG.16 Penelitian Guntur pada tahun 2004 juga menemukan bahwa frekuensi konsumsi vitamin C dan kadar Hb menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,000). Persamaan regresi linier menunjukkan bahwa setiap bertambahnya frekuensi konsumsi vitamin C 1 kali akan meningkatkan kadar Hb sebesar 0,06 g/dL. Artinya semakin sering seseorang mengkonsumsi vitamin C, semakin tinggi kadar Hb.17 2.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) Salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan metode sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan risiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. 12 Untuk mengetahui IMT orang dewasa digunakan data berat badan dan tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: Batas ambang IMT untuk Indonesia menggunakan klasisikasi IMT Asia Pasifik. Tabel 2. 4 Klasifikasi indeks massa tubuh Asia Pasifik Kategori IMT (kg/m2) Underweight <18,5 Normal 18,5-22,9 Overweight 23,0-24,9 Obese >25,0 Sumber : World Health Organization (2000) 2.4 Survei Konsumsi Makanan Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. 2.4.1 Estimated Food Records Metode ini disebut juga food record atau diary records, yang digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) 13 selama periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Langkah-langka pelaksanaan food record: Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram (nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan) Petugas memperkirakan/estimasi URT ke dalam ukran berat (gram) untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM. Membandingkan dengan AKG. Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Kelebihan metode estimated food record: Metode ini relatif murah dan cepat. Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar. Dapat diketahui zat gizi sehari Hasilnya relatif lebih akurat. Kekurangan metode estimated food record: Metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering menyebabkan responden mengubah kebiasaan makannya. Tidak cocok untuk responden yang buta huruf. Sangat bergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi. 14 2.4.2 Metode Frekuensi Makanan (Food frequency) Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. Selain itu dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tetapi karena periode pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunanakan dalam penelitian epidemiologi gizi. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi konsumsi makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden. Langkah-langkah metode frekuensi makanan: Responden diminta untuk memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran porsinya. Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat gizi tertentu selama periode tertentu pula. Kelebihan metode frekuensi makanan: Relatif murah dan sederhana. Dapat dilakukan sendiri oleh responden. Tidak membutuhkan latihan khusus. Dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan. 15 Kekurangan metode frekuensi makanan: Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data. Cukup menjemukan bagi pewanwancara. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi. 2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya. Salah satu penyebab anemia adalah kurang asupan zat besi yang diperoleh dari konsumsi makanan sehari-hari. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga hampir dipastikan baik. Sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi, salah satunya anemia. Penelitian yang dilakukan oleh Peni (2009) menunjukkan bahwa 95,7% responden dengan status gizi kurang menderita anemia, sedangkan responden yang status gizi normal 54,5% menderita anemia. Dari uji statistik didapatkan adanya hubungan status gizi dengan kejadian anemia (p=0,001).18 Menurut Thompson (2007) yang diacu oleh Arumsari (2008), status gizi mempunyai korelasi positif dengan konsentrasi hemoglobin; artinya semakin buruk status gizi seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya.5 16 2.5 Kerangka Konsep Faktor penghambat penyerapan Fe Riwayat gagal ginjal kronik Asupan sumber Fe, asam folat, vitamin B12 Asupan vitamin C Status gizi Anemia Riwayat Perdarahan akut/kronik Keterangan : variabel yang akan diteliti variabel yang tidak diteliti hubungan yang akan diteliti hubungan yang tidak diteliti Infeksi -malaria -HIV -cacing tambang 17 2.6 Definisi Operasional No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala penguk uran 1. Asupan Jumlah dan vitamin C Angket -Food record 1.Cukup frekuensi vitamin C -Semikuantitatif ( ≥ 60 mg per hari) yang dikonsumsi FFQ 2.Kurang seseorang 2. Anemia Ordinal (< 60 mg per hari ) suatu keadaan Mengambil Hemoglobino 1.Normal berkurangnya sedikit darah meter (Hb ≥ 12 gr/dl) hingga di bawah dari ujung 2.Anemia nilai normal jumlah jari subjek (Hb < 12 gr/dl) sel darah merah, penelitian kuantitas dengan hemoglobin, dan mengguna volume packet red kan lancet blood cells untuk (hematokrit) per mendapatka 100 ml darah.6 n nilai kadar Ordinal hemoglobin 3. Indeks Nilai yang diambil Mengukur 1.Underweight massa dari perhitungan berat badan IMT <18,5 kg/m2 tubuh antara berat badan dan 2.Normal (BB) dan tinggi badan badan (TB) seseorang. 17 tinggi IMT 18,5–22,9 kg/m2 3.Overweight IMT 23–24,9 kg/ m2 4. Obese IMT ≥25 kg/m2 Ordinal BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin C, indeks massa tubuh, dan kejadian anemia pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kampus FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juli – 2 September 2012. 3.3. Populasi dan Sampel Populasi untuk penelitian ini adalah mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2009-2011. Sedangkan sampel penelitian ini adalah mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal dan telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian. Metode sampling pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan teknik menunjuk secara acak sampel di setiap angkatan. 3.3.1 Jumlah Sampel n1 n2 Z 2 PQ Z P1Q1 P2 Q2 P1 P2 2 2 Keterangan: Zα : deviat baku alpha, ditetapkan sebesar 5% Zα = 1,64 Zβ : deviat baku beta ditetapkan sebesar 20% Zβ = 0,84 18 19 P2 : proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, tidak terpajan atau kontrol Q2 : 1-P2 P1 : proporsi pada kelompok uji, berisiko, terpajan atau kasus Q1 : 1-P1 P1-P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna P : proporsi total = Q : 1-P P1 P2 2 Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel sebanyak 90 yang kemudian ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 99. 3.3.2 Kriteria Sampel 3.3.2.1 Kriteria Inklusi Mahasiswi yang mempunyai siklus menstruasi normal. Telah menandatangani lembar persetujuan dan bersedia mengikuti penelitian. 3.3.2.2 Kriteria Eksklusi Mengalami infeksi malaria, HIV, atau cacing tambang Memiliki riwayat gagal ginjal kronik Memiliki riwayat perdarahan akut atau kronik Vegetarian 3.3.2.3 Kriteria Drop-out Tidak mengumpulkan hasil asupan makanan yaitu food record dan semikuantitatif food frequency quistioner yang telah dibagikan. Tidak mengikuti tes Hb. 20 3.4 Cara Kerja Penelitian Pengumpulan data populasi Pembuatan food record dan semikuantitatif FFQ Validasi Food record dan semikuantitatif FFQ Sampling dengan kriteria inklusi Pembagian food record dan semikuantitatif FFQ Pengukuran IMT dan Hb Pengolahan data food record dan semikuantitatif FFQ menggunakan nutrisurvey Pengelolaan SPSS 21 3.5. Manajemen Data 3.5.1 Teknik Pengumpulan data a. Data primer Data konsumsi makanan meliputi jenis, jumlah, dan frekuensi makanan mahasiswi diperoleh dengan menggunakan formulir food record 3 hari dan semikuantitaif food frequency quistioner (FFQ). Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan microtoise. Data kadar hemoglobin diperoleh dengan menggunakan alat hemoglobinometer. Cara pengambilan sampel darah : 1. Ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol 70% 2. Setelah itu, dengan menggunakan hemolet, lancet ditusukkan pada ujung jari subjek penelitian. 3. Darah yang pertama keluar diusap dengan kapas alkohol. 4. Darah yang keluar seterusnya diambil dan diletakkan di atas test card dan bersihkan tangan subjek penelitian dengan kapas alkohol. b. Data sekunder Data sekunder penelitian ini adalah data mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2009-2011 yang masih aktif yang diperoleh dari bagian administrasi PSPD UIN Syarif Hidayatullah. 3.5.2 Pengolahan Setelah data terkumpul dilakukan proses editing, yaitu memeriksa data hasil pengisian pencatatan oleh eneliti. Setelah proses editing selesai, tahap selanjutnya adalah proses men-entry data ke perangkat komputer lalu dilakukan coding yaitu mengkategorikan data serta dilakukan proses cleaning data untuk membersihkan kesalahan data yang dimasukkan. Setelah data benar-benar bersih, baru dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data dengan menggunakan perangkat lunak pengolah data. Berikut bagan yang menjelaskan proses pengolahan data: 22 Editing data Data Entry data ke komputer Coding data Cleaning data 3.5.3 Analisis 3.5.3.1 Analisis Univariat Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah sampel yang mengalami anemia, tidak anemia, serta gambaran asupan vitamin C dan indeks massa tubuh dengan menyajikan data dalam bentuk tabel. 3.5.3.2 Analisis Bivariat Analisis ini merupakan suatu analisis untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dengan melakukan uji chi-square. Uji chisquare dilakukan untuk menganalisis variabel dependen (anemia) dengan variabel independen (asupan vitamin C dan status gizi), dimana kedua variabel ini bersifat kategorik. Melalui uji statistik chi-square akan diperoleh nilai p, di mana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact. Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai continuity correction. 3.5.4 Rencana Penyajian Data Data disajikan dalam bentuk tekstural dan tubural. Untuk data distribusi normal digunakan nilai rata-rata dan standar deviasi sedangkan untuk data distribusi tidak normal digunakan nilai tengah dan nilai minimum-maksimum. 23 Kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Data disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk selanjutnya dipresentasikan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan dengan survey konsumsi menggunakan food record dan food frequency questioner serta dilakukan pengukuran IMT dan kadar Hb pada tanggal 16 Juli – 2 September 2012. Dari sebanyak 99 responden, 7 responden tidak dimasukkan dalam penelitian karena mengalami drop-out, sehingga pengolahan data dilakukan terhadap 92 responden. Tabel 4. 1 Karakteristik responden Jumlah Persentase 2009 18 19% 2010 41 44,6% 2011 33 35,9% Total 92 100% Angkatan Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 92 responden diketahui bahwa sebagian besar responden dari angkatan 2010 (44,6%). 4.2 Analisis Univariat Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masingmasing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun independen. 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hb Nilai tengah responden berdasarkan kadar Hb adalah 12,2 g/dl (9,7 – 13,9 g/dl). 24 25 Tabel 4. 2 Distribusi responden berdasarkan kadar Hb Jumlah Persentase <12 gr/dl 43 46,7% ≥12 gr/dl 49 53,3% Total 92 100% Kadar Hb Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa 43 responden (46,7%) kadar Hb nya kurang dan 49 responden (53,3%) kadar Hb nya normal. Bila dibandingkan dengan laporan Riskesdas tahun 2007, angka inimelebihi prevalensi anemia penduduk dewasa wanita yaitu 19,7%. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena mahasiswi PSPD memiliki jadwal akademik yang padat. Apabila mereka mengalami anemia mungkin dapat mempengaruhi proses belajar. Hemoglobin berperan membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh, jika jaringan kekurangan oksigen, maka akan menyebabkan proses metabolisme di dalam sel tubuh mengalami gangguan, akibatnya badan terasa lemas karena terjadi timbunan asam laktat pada otot dan mudah mengantuk karena otak kekurangan oksigen. 4.2.2 Rerata Analisis Asupan Menurut Food record dan Food frequency Metode food record digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi dengan responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam Ukuran Rumah Tangga (URT) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu (2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan tersebut. Sedangkan metode food frekuensi adalah untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, atau tahun. 26 Tabel 4. 3 Rerata analisis asupan food record dan semikuantitif food frequency Nutrisi Rerata food record Rerata semikuantitif food frequency Kalori 932,96 kkal - Karbohidrat 101,59 gr - Protein 41,31 gr - Lemak 40,31 gr - Vitamin C 28,11 mg 82,37 mg Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan perbedaan antara hasil analisis food record dan semikuantitif food frequency, yaitu vitamin C. Hasil ini ada perbedaan yang mencolok karena pada metode food record ini responden diminta untuk mencatat semua yang dia makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam ukuran rumah tangga (URT) dalam 3 hari (satu hari weekend dan 2 hari weekdays) dan metode ini dilaksanakan ketika bulan ramadhan. Dua hal tersebut bisa mempengaruhi hasil food record karena pada puasa ramadhan terjadi perubahan pola makan, dari semula tiga kali menjadi dua kali. Diperkirakan perubahan frekuensi makan ini secara kuantitatif menurunkan jumlah asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh.19 Penelitian ini dilakukan dibulan ramadhan karena keterbatasan waktu dalam pengambilan data. Oleh karena itu pembahasan analisis asupan selanjutnya yang digunakan adalah hasil analisis semikuantitif food frequency questioner. 4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Vitamin C Nilai tengah responden berdasarkan asupan vitamin C adalah 79,5 mg/hari (40 – 140 mg/hari). Nilai ini kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan vitamin C wanita golongan umur 19 – 22 tahun yaitu sebesar 60 mg/hari. 27 Tabel 4. 4 Distribusi responden berdasarkan analisis asupan vitamin C Jumlah Persentase Kurang 11 12% Cukup 81 88% Total 92 100% Asupan Vitamin C Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar hasil asupan vitamin C adalah 81 responden (88%) asupan vitamin C nya cukup dan 11 responden (12%) asupan vitamin C nya kurang. Vitamin C berperan dalam absorpsi Fe dalam tubuh. Jika asupan vitamin C cukup maka absorpsi Fe dalam tubuh akan baik. 4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan IMT Nilai tengah responden berdasarkan IMT adalah 21,13 kg/m2 (16,22 -27,99 kg/m2). Gambaran distribusi IMT pada responden tercantum pada tabel 4.5. Tabel 4. 5 Distribusi responden berdasarkan IMT Jumlah Persentase Underweight 13 14,1% Normal weight 62 67,4% Overweight 8 8,7% Obese 8 8,7% Total 92 100% IMT Berdasarkan mempunyai tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden status gizi normal (67,4%) dan 13 responden (14,1%) yang mempunyai status gizi kurang. 28 Laporan Riskesdas tahun 2010 menyebutkan bahwa secara nasional persentase status gizi kurang penduduk dewasa wanita adalah 12,3%. Sedangkan penelitian Agus mendapatkan bahwa 27,5% dari 40 responden mahasiswi Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan mempunyai indeks massa tubuh kurang. 20 Rendahnya status gizi pada wanita usia subur jika mereka hamil akan berpengaruh pada kehamilannya yaitu berat badan lahir rendah dan kelahiran preterm.21 Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan atau IMT obesitas memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti keguguran, persalinan operatif, preeklamsia, thromboemboli, kematian perinatal dan makrosomia.22 4.3 Analisis Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-square. 4.3.1 Hubungan antara Asupan Vitamin C dengan Kadar Hb Tabel 4. 6 Hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar Hb Kadar Hb Asupan < 12 gr/dl ≥ 12 gr/dl N (%) N (%) Kurang 8 (72,7) 3 (27,3) 11 (11,9) Cukup 35 (43,2) 46 (56,8) 81 (88,1) N (%) IK 95% Vitamin C 1,084- PR P 1,68 0,066 2,612 Total 43 (46,7) 49 (53,3) 92 (100) Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 8 responden yang asupan vitamin C nya kurang mengalami anemia dan 3 responden yang asupan vitamin C nya kurang tidak mengalami anemia. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil 29 bahwa asupan vitamin C tidak berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya anemia (p=0,066). Hal ini berbeda dengan Penelitian Guntur yang menemukan bahwa frekuensi konsumsi vitamin C dan kadar Hb menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,000). Persamaan regresi linier menunjukkan bahwa setiap bertambahnya frekuensi konsumsi vitamin C 1 kali akan meningkatkan kadar Hb sebesar 0,06 g/dL. Artinya, semakin sering seseorang mengkonsumsi vitamin C, semakin tinggi kadar Hb. Hasil ini tidak berhubungan secara signifikan disebabkan oleh: 1. Mungkin saja asupan Fe responden kurang. Hal ini menjelaskan bahwa walapun asupan vitamin C nya cukup tapi kalau asupan Fe nya kurang maka hal ini bisa mempengaruhi status anemia seseorang karena vitamin C berperan meningkatkan absorpsi Fe dalam tubuh yaitu dengan mereduksi feri menjadi fero. 2. Absorpsi Fe bisa dipengaruhi oleh zat penghambat Fe yang pada penelitian ini tidak disingkirkan. Contoh zat penghambat Fe yaitu asam fitat, asam oksalat, dan polifenol seperti tanin yang terdapat pada teh dan kopi. Walaupun asupan Fe nya cukup tetapi zat penghambatnya banyak, maka hal itu juga bisa mempengaruhi absorpsi Fe juga. Namun berdasarkan prevalensi ratio didapatkan nilai 1,68 dengan IK 95% 1,084-2,612 artinya responden dengan asupan vitamin C kurang mempunyai kemungkinan 1,68 kali lipat mengalami anemia dibandingkan dengan responden yang asupan vitamin C nya cukup. Penelitian Satyanigsih dan Kwatrin pada tahun 2007 menyebutkan bahwa remaja putri yang konsumsi vitamin C kurang dari AKG memiliki risiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali lipat.16 30 4.3.2 Hubungan antara IMT dengan Kadar Hb Tabel 4. 7 Hubungan antara IMT dengan kadar Hb Kadar Hb IMT Underweight < 12 gr/dl ≥ 12 gr/dl N (%) N(%) 11 (84,6) 2 (15,4) N (%) P 13 (14,1) 0,003 Normal 32 (40,5) 47 (59,5) 79 (85.9) Total 43 (46,7) 49 (53,3) 92 (100) Pada tabel 4.5 mengenai distribusi responden berdasarkan IMT pembagian kategorinya ada 4, yaitu underweight, normal, overweight, dan obese. Ketika diuji menggunakan chi-square 4x2 ternyata untuk uji chi-square tidak memenuhi syarat sehingga harus dijadikan tabel 2x2 (kategori normal, overweight, dan obese dijadikan satu kategori menjadi normal) seperti tampak pada tabel 4.7. Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa ada 11 responden yang status gizinya underweight mengalami anemia dan 32 responden yang status gizinya normal mengalami anemia. Berdasarkan uji chi-square didapatkan hasil bahwa IMT berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya anemia (p = 0,003). IMT merupakan salah satu contoh penilaian status gizi dengan antropometri. Status gizi menggambarkan apa yang dikonsumsi seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama. Status gizi merupakan hasil metabolisme dari makronutrien. Biasanya asupan makronutrien disertai dengan asupan mikronutrien. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi, salah satunya anemia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah Indriawati yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan (yang meliputi: kebiasaan diet, kebiasaan makan sumber protein 31 hewani dan kebiasaan minum teh) dan status gizi dengan kejadian anemia remaja putri (p < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di atas karena sebagian besar responden sama-sama memiliki kebiasaan kurang mengkonsumsi makanan sumber zat besi.23 4.4 Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya hubungan sebab akibat. 2. Penelitian dilakukan pada bulan ramadhan yang menyebabkan hasil food record tidak menggambarkan asupan yang sebenarnya. Karena pada bulan ramadhan terjadi perubahan pola makan, yang semula tiga kali menjadi dua kali 3. Penilaian asupan vitamin C berdasarkan food record dan semikuantitatif food frequency questionnary bersifat subyektif. Karena dalam pengisian dilakukan oleh responden sendiri, mungkin saja terjadi kesalahan dalam pengisian. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian,dapat disimpulkan bahwa : a) Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar (46,7%) mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah mengalami anemia. b) Rata-rata asupan vitamin C pada mahasiswi PSPD UIN Syarif Hidayatullah adalah 79,5 mg/hari. c) Berdasarkan indeks massa tubuh, sebanyak 14,1% responden underweight, 67,4% normal, 8,7% overweight, dan 8,7% obese. d) Tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin C dengan kejadian anemia (p=0,066). e) Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian anemia (p=0,003). 5.2 Saran a. Waktu penelitian sebaiknya dilakukan tidak pada bulan ramadhan karena pada bulan ramadhan terjadi perubahan pola makan yang mengakibatkan penurunan asupan gizi. b. Sebaiknya pengisian food record dan semikuantitatif food frequency questionnary ditanyakan oleh peneliti kepada responden supaya tidak terjadi perbedaan persepsi dalam pengisian. 32 33 DAFTAR PUSTAKA 1. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan republik indonesia; 2007. 2. World Health Organization. Worldwide prevalence of anaemia 1993–2005 : WHO global database on anaemia. Geneva: WHO Press; 2008. 3. Bappenas. Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2011-2015. Jakarta: Bappenas; 2011. 4. Anonim. Anemia defisiensi besi apa bahayanya untuk anak kita?. [online]. 2007 [cited 2012 July 30]. Available from: http://library.unud.ac.id/kliping/wpcontent/uploads/2012/Kesehatan/Anemia_Defisiensi_Besi.htm 5. Arumsari. Faktor risiko anemia pada remaja putri peserta program pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi (PPAGB) di kota Bekasi. Bogor: Skripsi GMSK IPB; 2008 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC; 2005. 7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakti dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmju Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p.622.p.634-35 8. Gandasoebrata, R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. 9. L. Kathleun M, Sylvia ES, Janice LM. Kraus’s food and the nutrition care procss thirteenth edition. USA: Elsevier; 2012 10. Sunita A. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2004. 11. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2011. 12. Goodman A. and Gilman L. The pharmacological basis of therapeutics. New York: The McGraw-Hill Company; 2006. 34 13. Berdanier et. all. Hanbook of Nutrion and Food. Washington DC: CRC Press; 2002. 14. Janet RH. How important is dietary iron bioavailability? The american Journal of Clinical Nutrition 2001;73:3–4 15. Styaningsih, Elsa. Anemia gizi pada remaja putri SMK Amaliyah Sekadau Kalimantan Barat tahun 2007. Depok: Tesis FKMUI; 2007 16. Kwatrin, Eva. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi SMUN Bayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten tahun 2007. Depok: Tesis FKMUI; 2007. 17. I Dewa N, Ibnu F, Bachyar B. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2001. 18. Peni C.I. Hubungan antara status gizi dan menstruasi dengan kejadian anemia pada santri putri pondok pesantren al-hidayah kecamatan karangayung kabupaten grobogan tahun 2009. Semarang: Skripsi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang; 2009. 19. Lia R. Studi tentang konsumsi pangan, status gizi dan aktivitas fisik saat puasa dan tidak puasa pada mahasiswa putri tingkat persiapan bersama institut pertanian bogor.Bogor: Skripsi program studi gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga fakultas pertanian institut pertanian bogor; 2008. 20. Agus M. Pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa pendidikan teknologi kimia industri (PTKI) medan tahun 2010. Medan: Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat; 2010. 21. Papathakis P, Rollins N. HIV and nutrition: pregnant and lactating women. WHO [homepage on the internet]. c2005 [updated 2005 April 13; cited 2010 Dec 19]. Available from: http://www.who.int/nutrition/topics/Paper %20Number%203%20-%20Pregnant%20and%20Lactation.pdf 22. Yu CKH, Teoh TG, Robinson S. Obesity in pregnancy. Br J of Obstet Gynaecol. 2006;113:1117-25. 35 23. Indah I. Hubungan Anemia dengan Kebiasaan Makan, Pola Haid , Pengetahuan Tentang Anemia dan Status Gizi Remaja Putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor. 2001. 36 Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Farid Nurdiansyah Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 12 April 1990 Alamat : Jl. Raya Solo RT 1 RW 1 Somoroto Ponorogo Email : [email protected] No. Telepon : 085749012161 Riwayat Pendidikan : TK Garuda VI Somoroto (1996-1997) SDN 1 Somoroto (1997-2002) SMPN 3 Peterongan Jombang (2003-2005) SMA Darul Ulum 2 BPPT RSBI Jombang (2006-2009) Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-sekarang) 37 Lampiran 2 Lembar Food record dan Semikuantitatif Food Frequency Questionnary Nama Responden : Tanggal Lahir/umur : BB/TB : BMI : Formulir Food record 3 Hari Petunjuk pengisian 1. Isi form food record pada 2 hari weekday (senin-jumat) dan salah satu hari weekend (sabtu atau minggu) mulai kalian bangun pagi sampai tidur kembali di malam hari 2. Contoh pengisian jumlah dan ukuran Nasi 1(jumlah) porsi(ukuran) Hati sapi 1 potong sedang Mangga 2 buah Sayur bayam 1 mangkok 3. Apabila kalian makan makanan kemasan atau minum minuman kemasan, tuliskan mereknya, misal: Indomie mie goreng 1 bungkus jumbo Kopi nescafe moccacino 1 kaleng 4. Apabila kalian konsumsi suplemen(contohnya vitamin, dll), tuliskan mereknya 5. Bila tabel tidak cukup bisa tuliskan di balik lembar kertas isian 38 Hari /tgl I Waktu makan Bahan Makanan Jumlah Ukuran Dimana Jumlah Ukuran Dimana .................. . ..../..../2012 Hari /tgl II .................. . ..../..../2012 Waktu makan Bahan Makanan 39 Hari /tgl III .................. . ..../..../2012 Waktu makan Bahan Makanan Jumlah Ukuran Dimana 40 Lembar Semikuantitatif Food Frequency Questionnary Nama Responden : Tanggal Lahir/umur : BB/TB : BMI : Asupan vitamin C : No Bahan makanan Ukuran 1 Kentang (210gr) Singkong (120gr) Pete segar (55gr) Hati sapi (35gr) Bayam 2 bh sdg 2 3 4 5 6 9 Cabe hijau besar segar Cabe rawit segar dg biji Cabe rawit segar tanpa biji Daun oyong 10 Daun pepaya 11 Daun singkong 12 Daun tales 13 Daun kangkung 14 Daun katuk 15 Kemangi 16 Kol kembang 17 Kacang panjang 18 Kangkung 19 Labu waluh 20 Lobak 21 Melinjo(tangkil) 7 8 1 ½ ptg ½ gls 1 ptg sdg 1 sdm /1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 Jumlah Tidak pernah Setiap hari Dalam Seminggu Dalam Sebulan Dalam Setahun 41 22 Pare 23 Sawi 24 Selada air 25 Tomat masak 26 Tomat muda 27 Bengkuang (320gr) Buncis 28 29 33 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 46 47 48 49 Strowberi (215gr) Kiwi (110gr) Alpukat (50gr) Pisang (50gr) Belimbing (140gr) Durian (35gr) Jambu biji (100gr) Jambu monyet (80gr) Jeruk bali Jeruk keprok, jeruk garut (115gr) Jeruk manis (110gr) Jeruk nipis (135gr) Kedondong (120gr) Mangga masak pohon (50gr) Mangga muda (50gr) Nanas (75gr) Pepaya (100gr) Rambutan (75gr) Sirsak (60gr) Srikaya (50gr) mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 1 sdm/1 mngkuk 2 bj bsr 1 sdm/1 mngkuk 4 bh bsr 1 ½ bh ½ bh bsr 1 ptg sdg 1 bh bsr 2 bj bsr 1 bh bsr 1 bh bsr 1 ptg bsr 1 bh sdg 2 bh sdg 1 ¼ gls 2 bh sdg ½ bh bsr ½ bh bsr 1/6 bh sdg 1 ptg sdg 8 bh ½ gls 2 bh bsr 42 50 Bandeng, presto (50gr) Minuman/juice/suplemen yg mengandung vit.C (merek, mg) 1 ptg sdg 43 Lampiran 3 Hasil data statistik 1. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Angkatan Angkatan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent 2009 18 19.6 19.6 19.6 2010 41 44.6 44.6 64.1 2011 33 35.9 35.9 100.0 Total 92 100.0 100.0 2. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Anemia status anemia Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent Anemia 43 46.7 46.7 46.7 Normal 49 53.3 53.3 100.0 Total 92 100.0 100.0 3. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Klasifikasi IMT klasifikasi imt Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent underweight 13 14.1 14.1 14.1 Normal 63 68.5 68.5 82.6 8 8.7 8.7 91.3 overweight 44 Obese Total 8 8.7 8.7 92 100.0 100.0 100.0 4. Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Food Frequency Asupan Vitamin C food frequency asupan vit c Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent kurang 11 12.0 12.0 12.0 cukup 81 88.0 88.0 100.0 Total 92 100.0 100.0 5. Tabel Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Anemia klasifikasi imt * status anemia Crosstabulation status anemia anemia klasifikasi imt kurang normal, lebih, dan obes Total Count 11 2 13 Expected Count 6.1 6.9 13.0 Count 32 47 79 36.9 42.1 79.0 43 49 92 43.0 49.0 92.0 Expected Count Total normal Count Expected Count Chi-square Tests Value Pearson Chi-square 8.725a df 1 Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) .003 45 Continuity Correctionb 7.043 1 .008 Likelihood Ratio 9.333 1 .002 Fisher's Exact Test .005 Linear-by-Linear Association 8.630 N of Valid Casesb 1 .003 .003 92 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,08. b. Computed only for a 2x2 table 6. Tabel Hubungan Hasil Food Frequency Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia food frequency asupan vit c * status anemia Crosstabulation status anemia anemia food frequency asupan vit c kurang cukup Count Total 8 3 11 Expected Count 5.1 5.9 11.0 Count 35 46 81 37.9 43.1 81.0 43 49 92 43.0 49.0 92.0 Expected Count Total normal Count Expected Count Chi-square Tests Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) 3.390a 1 .066 Continuity Correctionb 2.308 1 .129 Likelihood Ratio 3.465 1 .063 Pearson Chi-square Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association .106 3.353 1 .067 .064 46 N of Valid Casesb 92 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,14. b. Computed only for a 2x2 table 7. Risk Estimate Hubungan Hasil Food Frequency Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio frequency for asupan Lower Upper food vit c 3.505 .866 14.182 1.683 1.084 2.612 .480 .180 1.284 (kurang / cukup) For cohort status anemia = anemia For cohort status anemia = normal N of Valid Cases 92 8. Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kadar hb .153 92 .000 .943 92 .001 Imt .102 92 .019 .956 92 .004 food frequency quisioner vit c .127 92 .001 .941 92 .000 food frequency quisioner fe .175 92 .000 .856 92 .000 a. Lilliefors Significance Correction 47 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. kadar hb .153 92 .000 .943 92 .001 Imt .102 92 .019 .956 92 .004 food frequency quisioner vit c .127 92 .001 .941 92 .000 food frequency quisioner fe .175 92 .000 .856 92 .000 9. Deskriptif Kadar Hb, IMT, Food Frequency, dan Asupan Vitamin C Descriptives Statistic kadar hb Mean 11.8696 95% Confidence Interval for Lower Bound 11.6419 Mean Upper Bound 11.8746 Median 12.2000 Std. Deviation 1.209 1.09932 Minimum 9.70 Maximum 13.90 Range 4.20 Interquartile Range 1.90 Skewness .11461 12.0972 5% Trimmed Mean Variance Std. Error -.193 .251 48 Kurtosis imt -1.124 .498 Mean 21.1479 .26675 95% Confidence Interval for Lower Bound 20.6181 Mean 21.6778 Upper Bound 5% Trimmed Mean 21.0295 Median 21.1350 Variance 6.547 Std. Deviation 2.55862 Minimum 16.22 Maximum 27.99 Range 11.77 Interquartile Range 2.70 Skewness .663 .251 Kurtosis .691 .498 2.14542 food frequency quisioner vit Mean 82.3728 c 95% Confidence Interval for Lower Bound 78.1112 Mean 86.6344 Upper Bound 5% Trimmed Mean 81.6338 Median 79.5000 Variance 423.459 Std. Deviation 2.05781E1 Minimum 40.00 Maximum 140.00 Range 100.00 Interquartile Range 19.35 Skewness .648 .251 1.076 .498 Mean 20.7663 .80575 95% Confidence Interval for Lower Bound 19.1658 Mean 22.3668 Kurtosis food frequency quisioner fe Upper Bound 5% Trimmed Mean 20.5483 Median 18.0500 49 Variance Std. Deviation 59.729 7.72846 Minimum 11.30 Maximum 35.70 Range 24.40 Interquartile Range 15.20 Skewness Kurtosis .476 .251 -1.400 .498