MANFAAT PENINGKATAN KECERDASAN EMOSIONAL BAGI PNS DAN PEMIMPIN (Study Pustaka) Oleh Samsul Hidayat, M.Ed (Widyaiswara Madya BKD & DIKLAT Provinsi NTB) ABSTRAKSI Kenyataan menunjukkan bahwa IQ tinggi bukanlah jaminan seseorang agar dapat sukses,melainkan harus pula dengan dukungan EQ. Orang yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan sosialnya, dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah laku yang ditunjukkannya. Para ahli mengemukakan beberapa macam emosi dalam bentuk Amarah, beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, kesedihan, pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa, rasa takut, cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, kenikmatan, bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga, cinta, penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan, terkejut, terkesiap, terkejut, jengkel, hina, jijik, muak, mual, tidak suka, h) malu : malu hati, kesal. Orang yang cerdas emosionalnya akan berhasil mengatasi berbagi gangguan dan tidak memperturutkan emosinya. Ia dapat mengendalikan perilakunya dan emosinya dengan baik. Lima (5) aspek emosi antara lain : a) kesadaran diri (self awareness), b)mengelola emosi (managing emotions), c) memotivasi orang lain, d) empati (emphaty) dan e)menjaga relasi (handling relationship). Untuk meningkatkan Kecerdasan Emosional dengan cara, a) Mengenali emosi diri, b) Melepaskan emosi negative, c)Mengelola emosi diri sendiri, d)Memotivasi diri sendiri, e) Mengenali emosi orang lain, f) Mengelola emosi orang lain, g) Memotivasi orang lain. Dalam melatih meningkatkan KE harus dilakukan secara berkesinambungan sampai akhirnya membentuk suatu karakter bagi manusia itu sendiri. Kata kunci: Emosional, spiritual, spiritual, aspek, berkesinambungan, Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 1 PENDAHULUAN Salah satu komponen penting untuk bisa hidup di tengah-tengah masyarakat adalah kemampuan untuk mengarahkan emosi secara baik. Penelitian yang dilakukan oleh Goleman (Ubaydillah, 2004:1) menunjukkan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% sisanya 80% ditentukan oleh serumpun faktor yang disebut kecerdasan emosi. Dalam kenyataannya sekarang ini dapat dilihat bahwa orang yang berIQ tinggi belum tentu sukses dan belum tentu hidup bahagia. Orang yang ber-IQ tinggi tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan persoalan hidup karena tidak dapat berkonsentrasi. Emosinya yang tidak berkembang, tidak terkuasai, sering membuatnya berubah-ubah dalam menghadapi persoalan dan bersikap terhadap orang lain sehingga banyak menimbulkan konflik. Emosi yang kurang terolah juga dengan mudah menyebabkan orang lain itu kadang sangat bersemangat menyetujui sesuatu, tetapi dalam waktu singkat berubah menolaknya, sehingga mengacaukan kerja sama yang disepakati bersama orang lain. Maka, orang itu mengalami kegagalan. Dahulu orang lebih mengandalkan sesuatu berdasarkan pada kecerdasan intelektual (IQ).Seiring dengan perkembangan zaman kondisi tersebut berubah dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient).Dahulu banyak yang berpendapat bahwa orang yang memiliki IQ tinggi akan memberikan pengaruh sangat besar bagi peradaban dunia.Sekarang pernyataan tersebut dibantah dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa IQ tinggi bukanlah jaminan seseorang agar dapat sukses,melainkan harus pula dengan dukungan EQ.Riset membuktikan bahwa seorang eksekutif atau professional yang memiliki EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik yang sedang dihadapinya. Di lain pihak beberapa orang yang IQ-nya tidak tinggi, karena ketekunan dan emosinya yang seimbang, sukses dalam belajar dan bekerja. Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan diri dan Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 2 lingkungannya, mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri, dapat mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta mampu bekerja sama dengan orang lain yang mempunyai latar belakang yang beragam. Ini berarti orang yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan sosialnya, dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah laku yang ditunjukkannya. PENGERTIAN EMOSI MENURUT BEBERAPA AHLI Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Kadang dalam emosi, kita cenderung menganggap nya sebagai reaksi berlebihan atas ada nya prilaku kurang berkenan yang kita terima, karena banyak juga yang selalu mengaitkan kata emosi hanya dengan perasaan marah atau kecewa. Menurut Daniel Goleman, emosi adalah suatu perasaan dan fikiran yang khas, keadaan psikologis dan biologis yang merupakan dorongan untuk bereaksi atau bertindak karena ada nya rangsangan baik dari dalam maupun dari luar individu, dimana hal tersebut bisa berupa; marah, sedih, bahagia, takut, jengkel, malu, terkejut, cinta, benci, puas. yang secara keseluruhan merupakan respon atas stimulus yang di terima. Selanjutnya Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan tokoh lainnya, yaitu :a) Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati, b) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa, c) Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri, d) Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga, e) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan, f) Terkejut : terkesiap, terkejut, g) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka, h) malu : malu hati, kesal. Aristoteles dalam The Nichomacea Ethics adalah bukan emosionalitas yang menjadi masalah, tetapi lebih ke bagaimana kita bisa mengekspresikan dan mengendalikan semua jenis emosi dan menguasai nya dengan kecerdasan, bahkan Nafsu Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 3 jika di latih dengan baik akan menghasilkan kebijaksanaan. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995). Robert K.Cooper, Ph.D. menjawab bahwa “Kecerdasan Emosi adalah kemampuan merasakan,memahami dan secara efektif menerapkan daya serta kepekaan emosi sebagai sumber energi,informasi,koneksi dan pengaruh yang manusiawi.” Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). KECERDASAN DAN KEHIDUPAN Suparno (2004:21) yang menjelaskan jika kecerdasan seseorang tidak hanya bersifat teoritik saja, akan tetapi harus dibuktikan secara nyata dalam kehidupan seharihari. Kecerdasan emosi merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki oleh seseorang dan sangat berguna untuk menghadapi, memperkuat diri, atau mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Menurut Goleman, biasanya pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress, sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 4 emosi yang tinggi, bisa bergaul, bertemen, bekerjasama, dan bercreasi dengan baik, sinergi dan bahagia. Contoh kasus kecerdasan emosi yaitu, ada seorang wanita yang sedang mengalami emosi besar karena dicemooh oleh temannya sendiri, tapi dia tidak bisa mengungkapkan kekesalannya terhadap temannya itu. Sedangkan dia sakit hati mendengar cemoohannya, tapi dia pendam sampai menimbulkan dendam. Emosi yang dia pendam mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri dan temannya. Contoh yang seperti itu adalah tingkat kecerdasan emosi yang sangat rendah. Seharusnya bicarakanlah secara baik-baik agar semua masalah nya selesai dan tidak menimbulkan kerugian baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Dan contoh yang lainnya, terkadang jika kita sedang marah biasanya ingin melempar suatu barang misalnya buku, tetapi jika orang yang memiliki kecerdasan dalam emosi biasa nya selalu berfikir dahulu, untuk apa kita melepar barang, dampak nya kedepan akan seperti apa, dan apa manfaatnya, sehingga orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi, bisa mengendalikan emosi nya. PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence mengatakan bahwa orang-orang yang sering bertindak ceroboh, tanpa berfikir panjang, tidak memiliki empati dan kurang bersabar merupakan orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah. Rendahnya tingkat kecerdasan emosional, tidak hanya membawa petaka bagi dirinya sendiri, tetapi juga sangat membahayakan orang lain dan lingkungannya. Contohnya, beberapa bulan yang lalu, Di Tanah Air kita dikejutkan dengan peristiwa yang sangat memilukan yaitu ada seorang Bapak yang tega membunuh anaknya dengan begitu kejinya hanya karena anaknya rewel. Selang beberapa lama terjadi lagi peristiwa yang hampir sama di Jember, bedanya kali ini adalah seorang anak yang tega menghabisi nyawa ibu kandungnya sendiri hanya karena sering dimarahai (Jawa Pos). Dua contoh diatas merupakan penyimpangan perilaku/penyimpangan emosi yang berat, tindakan tersebut tentu melanggar aturan-aturan hukum, agama serta norma-norma peradaban umat Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 5 manusia. Penyimpangan perilaku yang negatif semakin hari kian meningkat dengan kasus-kasus penyimpangan perilaku yang semakin berat dan membahayakan. Kedua pelaku diatas yang berbeda usia dan latar belakang namun sama-sama memiliki tingkat pengendalian diri dan kesabaran yang amat rendah/jelek. Emosi sangat mempengaruhi kehidupan manusia , ketika dia mengambil keputusan tidak jarang keputusan yang diambil melalui emosinya. Tidak ada sama sekali keputusan yang diambil manusia murni dari pemikiran rasionya (akalnya), karena seluruh keputusannya memiliki warna emosional. Jika kita memperhatikan keputusan-keputusan dalam kehidupan manusia, ternyata keputusannya lebih banyak ditentukan oleh emosinya daripada akal sehatnya. Tragisnya, semakin banyak saat ini orang yang memiliki tingkat emosional yang rendah. Daniel Goleman juga mengatakan bahwa yang menentukan sukses dalam kehidupan manusia bukanlah kecerdasan intelektual, tetapi kecerdasan amosional. Kecerdasan Emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Dalam Islam, kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri itu disebut sabar. Orang yang paling sabar adalah orang yang paling tinggi kecerdasan emosionalnya. Ia biasanya tabah dalam menghadapi kesulitan. Ketika belajar orang ini tekun. Ia memiliki empati yang tinggi, tanggap terhadap lingkungan sosialnya, berdisiplin dan bertanggung jawab. Ia berhasil mengatasi berbagi gangguan dan tidak memperturutkan emosinya. Ia dapat mengendalikan perilakunya dan emosinya. (Jalaluddin Rakhmat,2001). Saya bisa membayangkan betapa menyesalnya orang tua yang telah tega menghabisi nyawa anaknya sendiri dan seorang anak yang juga tega membunuh ibu kandungnya , apalagi hanya dilatar belakangi oleh persoalan yang boleh dikata amat sepele!. Mereka bertindak terlalu cepat, gegabah, sembrono dan brutal, itu menunjukkan kurang terlatihnya emosi mereka. Tidak terbiasa bersabar. Mereka mengedepankan emosinya dalam bertindak. Kecerdasan emosional dalam diri sendiri dapat membantu Anda mengatur dan mengelola emosi Anda, sementara mengakui emosi orang lain dapat menciptakan empati dan keberhasilan dalam hubungan Anda, baik hubungan pribadi maupun hubungan professional. CARA (KIAT) MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 6 .Ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan sebagai langkah awal guna meningkatkan kecerdasan emosi. Dua ahli EQ (Emotional Quotient), Salovey & Mayer (1990) – pengembang konsep EQ, jauh sebelum Goleman merangkumnya menjadi lima aspek berikut ini : a) kesadaran diri (self awareness), b) mengelola emosi (managing emotions), c) memotivasi diri sendiri (motivating oneself), d) empati (emphaty) dan e)menjaga relasi (handling relationship). Seperti halnya Peter dan Salovey, pada mulanya Daniel Goleman pun menyebut 5 dimensi guna mengembangkan kecerdasan emosi yaitu dalam bentuk: a) Penyadaran Diri, b) Mengelola Emosi, c) Motivasi Diri, d) Empati dan e) Ketrampilan Sosial. Dalam buku “The emotionally Intelligent Workplace” Goleman menjelaskan bahwa perilaku EQ tidak bisa hanya dilihat dari sisi setiap kompetensi EQ melainkan harus dari satu dimensi atau setiap cluster-nya. Kemampuan penyadaran social (social awareness) misalnya tidak hanya tergantung pada kompetensi empati semata melainkan juga pada kemampuan untuk berorientasi pelayanan dan kesadaran akan organisasi. Dikatakannya pula ada kaitan antara dimensi EQ yang satu dengan lainnya. Jadi tidaklah mungkin memiliki ketrampilan sosial tanpa memiliki kesadaran diri, pengaturan diri maupun kesadaran sosial. Ada beberapa cara, yang juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang kami ambil dalam artikelnya Mocendink, yaitu: a) Mengenali emosi diri. Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan, berupa pesan dari emosi antara lain rasa takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian dan sebagainya, b) Melepaskan emosi negative. Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pekerjaan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan bawahan maupun atasan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 7 bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul, c)Mengelola emosi diri sendiri.Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya. Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya, d)Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Orang-orang yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. e) Mengenali emosi orang lain. Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif, f) Mengelola emosi orang lain.Jika ketrempilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 8 Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam dunia industri hubungan antar korporasi atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar individu. Semakin tinggi kemampuan individu dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain, g) Memotivasi orang lain. Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi). Menurut Mayer dalam bukunya (Goleman, 2002 : 65), orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. Mungkin tidak semua dari kita memiliki psikoterapis untuk meningkatkan kecerdasan emosional kita, namun kini kita bisa menjadi terapis sendiri. Hal yang sama juga dilakukan oleh Freud, seorang tokoh psikoanalisis. Semua itu dimulai dengan belajar bagaimana untuk mendengarkan perasaan-perasaan Anda. Meskipun tidak mudah, mengembangkan kemampuan untuk mengelola emosi Anda sendiri, namun ini adalah langkah pertama dan paling penting. Norman Rosenthal, MD, seorang psychiatrist dan peneliti seasonal affective disorder menjelaskan dalam sebuah bukunya yang berjudul Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 9 “The Emotional Revolution”, dikutip dari psychology today (5/1/12), berikut adalah 10 cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional kita, dengan cara: 1) Coba rasakan dan pahami perasaan anda. Jika perasaan tidak nyaman, kita mungkin ingin menghindari karena mengganggu. Duduklah, setidaknya dua kali sehari dan bertanya, “Bagaimana perasaan saya?” mungkin memerlukan waktu sedikit untuk merasakannya. Tempatkan diri Anda di ruang yang nyaman dan terhindar dari gangguan luar, 2) Jangan menilai atau mengubah perasaan Anda terlalu cepat. Cobalah untuk tidak mengabaikan perasaan Anda sebelum Anda memiliki kesempatan untuk memikirkannya. Emosi yang sehat sering naik dan turun dalam sebuah gelombang, meningkat hingga memuncak, dan menurun secara alami. Tujuannya adalah jangan memotong gelombang perasaan Anda sebelum sampai puncak, 3) Lihat bila Anda menemukan hubungan antara perasaan Anda saat ini dengan perasaan yang sama di masa lalu. Ketika perasaan yang sulit muncul, tanyakan pada diri sendiri, “Kapan aku merasakan perasaan ini sebelumnya?” Melakukan cari ini dapat membantu Anda untuk menyadari bila emosi saat ini adalah cerminan dari situasi saat ini, atau kejadian di masa lalu Anda, 4) Hubungkan perasaan Anda dengan pikiran Anda. Ketika Anda merasa ada sesuatu yang menyerang dengan luar biasa, coba untuk selalu bertanya, “Apa yang saya pikirkan tentang itu?” Sering kali, salah satu dari perasaan kita akan bertentangan dengan pikiran. Itu normal. Mendengarkan perasaan Anda adalah seperti mendengarkan semua saksi dalam kasus persidangan. Hanya dengan mengakui semua bukti, Anda akan dapat mencapai keputusan terbaik, 5) Dengarkan tubuh Anda. Pusing di kepala saat bekerja mungkin merupakan petunjuk bahwa pekerjaan Anda adalah sumber stres. Sebuah detak jantung yang cepat ketika Anda akan menemui seorang gadis dan mengajaknya berkencan, mungkin merupakan petunjuk bahwa ini akan menjadi “sebuah hal yang nyata.” Dengarkan tubuh Anda dengan sensasi dan perasaan, bahwa sinyal mereka memungkinkan Anda untuk mendapatkan kekuatan nalar, 6)Jika Anda tidak tahu bagaimana perasaan Anda, mintalah bantuan orang lain. Banyak orang jarang menyadari bahwa orang lain dapat menilai bagaimana perasaan kita. Mintalah seseorang yang kenal dengan Anda (dan yang Anda percaya) bagaimana mereka melihat perasaan Anda. Anda akan menemukan jawaban yang mengejutkan, baik dan mencerahkan, 7) Masuk ke alam bawah sadar Anda. Bagaimana Anda lebih menyadari perasaan bawah sadar Anda? Coba asosiasi bebas. Dalam keadaan santai, biarkan pikiran Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 10 Anda berkeliaran dengan bebas. Anda juga bisa melakukan analisis mimpi. Jauhkan notebook dan pena di sisi tempat tidur Anda dan mulai menuliskan impian Anda segera setelah Anda bangun. Berikan perhatian khusus pada mimpi yang terjadi berulang-ulang atau mimpi yang melibatkan kuatnya beban emosi, 8) Tanyakan pada diri Anda: Apa yang saya rasakan saat ini. Mulailah dengan menilai besarnya kesejahteraan yang anda rasakan pada skala 0 dan 100 dan menuliskannya dalam buku harian. Jika perasaan Anda terlihat ekstrim pada suatu hari, luangkan waktu satu atau dua menit untuk memikirkan hubungan antara pikiran dengan perasaan Anda, 9) Tulislah pikiran dan perasaan Anda ketika sedang menurun. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan menuliskan pikiran dan perasaan dapat sangat membantu mengenal emosi Anda. Sebuah latihan sederhana seperti ini dapat dilakukan beberapa jam per minggu, 10) Tahu kapan waktu untuk kembali melihat keluar. Ada saatnya untuk berhenti melihat ke dalam diri Anda dan mengalihkan fokus Anda ke luar. Kecerdasan emosional tidak hanya melibatkan kemampuan untuk melihat ke dalam, tetapi juga untuk hadir di dunia sekitar Anda. Ketrampilan Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu: rasa empati (memahami orang lain secara mendalam), mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat. Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk: membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis, bekerja dalam kelompok secara harmonis, berbicara dan mendengarkan secara efektif, mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif), mengatasi masalah dengan teman yang nakal, berempati pada sesame, memecahkan masalah, mengatasi konflik, membangkitkan rasa humor, memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit, menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri dan menjalin keakraban. PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DAN SPIRITUAL (SQ) Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 11 Dalam berbagai situasi,EQ mempunyai pengaruh yang sangat lebih besar, dibandingkan dengan IQ, seperti dalam penetapan sebuah visi,cara untuk berkomitmen dll. Pengembangan EQ dalam dunia pendidikan masih tergolong lemah, semuanya lebih dialihkan pada kemampuan atau kecerdasan intelektual (IQ) semata. Padahal IQ hanyalah suatu “kemampuan dasar” yang cenderung terbatas pada ketermpilan standar dalam melakukan suatu aktivitas. Berbeda jika EQ diterapkan dalam pendidikan formal maupun nonformal, maka adanya dorongan untuk menjadi orang yang sukses bukan sesuatu yang sulit diraih.Goleman menerangkan dalam bukunya tentang keunggulan EQ dalam mencapai prestasi. Alhasil,dari teori tersebut banyak diciptakan orang-orang sukses,tidak hanya di negaranya,bahkan di seluruh dunia,seperti yang terjadi pada Bill Gates,orang terkaya di dunia. Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ, ternyata ditemukan sebuah paradoks yang membahayakan.Sementara skor IQ anak-anak makin tinggi,kecerdasan emosi mereka justru menurun.Yang paling mengkhawatirkan adalah data hasil survey besar-besaran terhadap orang tua dan guru bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi bila dibandingkan dengan generasi terdahulunya. Ditemukan inti kemampuan pribadi dan social yang sama,yang terbukti kemudian menjadi inti utama keberhasilan yaitu Kecerdasan Emosi. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi (EQ), yang dipercaya mempunyai peranan penting dalam usahanya mencapai suatu kesuksesan? Jadi,jelas sekali bahwa kecerdasan emosi (EQ) bersumber dari hati yang sebenarnya adalah kekuatan yang melebihi kemampuan dari intelektual (IQ) yang mampu mengarahkan manusia untuk mencapai apa yang menjadi keinginannya. Satu hal yang harus diperhatikan dari EQ ini yaitu jangan hanya menjadikannya sebagai suatu ilmu saja tanpa adanya realisasi yang nyata.Artinya,terkadang kita tahu tentang hal yang baik dan buruk. Di sinilah pentingnya realisasi atau pelatihan dari apa yang sudah dipelajari. Karyawan cenderung bersemangat untuk mempraktikkannya secara nyata.Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama,karena mereka kembali pada keadaan sebelumnya dengan alasan tertentu.Sehingga apa yang pernah dipelajari pada waktu pelatihan seakan tidak pernah terjadi. Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 12 Di samping itu,melatih kecerdasan emosi tidak cukup hanya dengan membaca buku atau dipraktikkan selama beberapa kali saja,tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan sampai akhirnya membentuk suatu karakter bagi manusia itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Stephen R. Covey,yaitu”Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib.” Sedangkan Kecerdasan spiritual berhubungan dengan perlindungan dan pengembangan jiwa, yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford didefinisikan sebagai “identitas moral dan emosional” serta intensitas dari “energi intelektual dan emosional”. Kecerdasan spiritual (SQ), pertama kali dicetuskan oleh Danah Zohar dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University yang diperoleh berdasarkan penelitian ilmiah yang sangat komprehensif. Pada tahun 1977, seorang ahli syaraf, V.S. Ramachandran bersama dengan timnya dari California University, menemukan keberadaan God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan syaraf dan otak. Kemudian dari spiritual center ini akan menghasilkan suara hati yang memiliki kemampuan lebih dalam menilai suatu kebenaran bila dibandingkan dengan pancaindra. Begitu hebatnya kekuatan dari suara hati yang berada di dalam God Spot, tetapi bagaimana bentuk dan jenisnya itu, belum ada satu orang penulis barat yang dapat mengidentifikasi suara hati tersebut. Dilihat dari sejarahnya,antara EQ dan SQ memiliki jalan yang bertolak belakang, di mana pendukung aliran spiritual mencoba untuk menghalangi realitas ilmu.Walaupun keduanya berbeda, namun sebenarnya antara EQ dan SQ mempunyai kemampuan yang sama pentingnya dan saling mengisi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian terangkum ke dalam ESQ (Emotional and Spiritual Quotient), yaitu tingkat pemikiran baru yang dapat mengatasi permasalahan dalam hal pengembangan emosi dan spiritual berdasarkan prinsip. Adanya penggabungan ini dapat membentuk pribadi yang optimis, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, berkreativitas, memiliki ketahanan mental, berintegrasi dan sebagainya yang kemudian dapat memberikan kesuksesan dalam kehidupan. Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 13 Kecerdasan emosi (EQ) ataupun Kecerdasan Spiritual (SQ), memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mencapai kesuksesan dalam karier bila dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ).Tetapi, bagaimana caranya untuk meningkatkan ESQ yang ada di dalam diri? Daniel Goleman, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, menjawab bahwa dalam meningkatkan EQ sangat berbeda dengan IQ, yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup. Bila kemampuan murni kognitif relative tidak berubah, kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja.Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, pemarah, kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi. Peningkatan EQ menurut Robert K. Cooper, Ph.D. dan Ayman Sawaf,yaitu: ”Duduklah dengan tenang, pasang telinga hati Anda, keluarlah dari pikiran Anda dan masuklah ke dalam hati. yang penting di sini menulis apa yang Anda rasakan.” Tujuan utama dari cara tersebut yaitu agar dapat masuk ke dalam hati dan keluar melalui pikiran. Keterkaitan yang erat antara ESQ dengan suara hati dapat menumbuhkan kekuatan yang tersembunyi di dalam jiwa dan mencerdaskan emosi serta spiritual Anda. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu perasaan (afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya. Salah satu aspek penting dari kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengendalikan dan mengevaluasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain dan menggunakannya sebagai informasi yang tepat. Membahas soal emosi maka sangat erat kaitannya dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres. Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada kita. Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 14 Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya. Jika seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang tersebut akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang ada tanpa membuat masalah yang baru DAFTAR PUSTAKA 1. Agus Ngermanto.2006, Quantum Quantient, Cara praktis melecitkan Kecerdasan IQ .EQ dan SQ yang harmonis. Bandung 2. Agustian, A.G. 2004a. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Cetakan Kedelapanbelas. Arga, Jakarta. 3. Agustian, A.G. 2004b. Rahasia Sukses Membangkitan ESQ Power: sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan.Cetakan Ketiga. Arga, Jakarta. 4. Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi.Cetakan Keempat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 5. Bulo, W.E.L. 2002. Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi terhadap EQ,Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6. Dani, K. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Putra Harsa, Surabaya. 7. Felde. Borgoyne.Boidel , 2008, Kiat Pengembagan Diri,Jakarta. 8. Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak jilid 2. Jakarta : Erlangga 9. Wibowo, B.S. 2002.”Sharpehing Our Concept And Tools”. Bandung. PT Syamil Cipta. Tulisan ini telah diperiksa & diteliti oleh Tim Editor Website BKD & Diklat Prov.NTB 15