kajian tingkat pemenuhan bahan baku industri

advertisement
KAJIAN TINGKAT PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI
PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN
SAMUDERA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
(STUDI KASUS PT. KELOLA MINA LAUT)
SHINTA UMAR TOMASINA
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKIRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku
Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut) adalah karya saya sendiri dengan
arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Shinta Umar Tomasina
ABSTRAK
SHINTA UMAR TOMASINA, C44060587. Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan
Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari,
Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut). Dibimbing oleh
DINARWAN.
Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut (KML) merupakan salah satu
perusahaan yag bergerak dibidang pengolahan ikan yang tergabung dalam
kawasan PPS kendari. PT. KML memiliki kapasitas terpasang sebesar 2.920
ton/tahun dengan target pemenuhan bahan baku sebesar 2000 ton/tahun.
Penelitian ditujukan untuk mengkaji tingkat pemenuhan bahan baku yg disediakan
PPS Kendari terhadap kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan yang ada.
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui metode tabulasi. Pemenuhan
bahan baku PT. KML setiap tahun selama tiga tahun, pada tahun 2007 adalah
sebesar 1.792,791 ton, pada tahun 2008 sebesar 1.649,636 ton dan pemenuhan
bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar 1.602,912 ton. Pemenuhan
kebutuhan bahan baku ikan di perusahaan pengolahan ikan dapat disediakan
80 % oleh PPS Kendari. Pada tahun 2007 produksi HT di PPS Kendari sebesar
33.198,1 ton mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan
sebesar 9.273,42 ton. Pada tahun 2008 produksi HT yang didaratkan di PPS
Kendari sebesar 14.302,8 ton dan dapat memenuhi kebutuhan industri pengolahan
ikan sebesar 8.545,82 ton, begitu pula dengan tahun 2009 bahan baku yang
tersedia di PPS Kendari sebesar 16.541,70 ton dan mampu memenuhi kebutuhan
perusahaan pengolahan ikan sebesar 8.303,81 ton.
Kata kunci: pemenuhan, bahan baku, industri pengolahan ikan, PT. KML.
© Hak cipta IPB, tahun 2010
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber:
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.
KAJIAN TINGKAT PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI
PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN
SAMUDERA KENDARI, SULAWESI TENGGARA
(STUDI KASUS PT. KELOLA MINA LAUT)
SHINTA UMAR TOMASINA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
: Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan
Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut).
Nama
: Shinta Umar Tomasina
NRP
: C44060587
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui:
Pembimbing
Ir. Dinarwan, MS.
NIP: 19630823 198803 1 002
Diketahui:
Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc.
NIP: 19621223 198703 1 001
KATA PENGANTAR
Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan pada bulan Februari 2010 ini adalah tingkat pemenuhan bahan
baku di industri pengolahan ikan, dengan judul penelitian adalah Kajian Tingkat
Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut).
Penelitian dilakukan di PPS Kendari, bertujuan untuk mengetahui pola
pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan, pemenuhan bahan baku industri
pengolahan ikan yang dapat disediakan oleh PPS Kendari dan peran PPS Kendari
dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan di PPS
Kendari Sulawesi Tenggara.
Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Agustus 2010
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga
wajib saya berikan kepada:
1) Ir. Dinarwan, MS. sebagai pembimbing yang tiada lelah memotivasi dan
membimbing dalam penulisan skripsi hingga selesai. Bimbingannya begitu
tulus dan ikhlas.
2) Iin Solihin S.pi,M.Si sebagai dosen penguji dan Dr.Ir. Mohammad Imron,
MSi sebagai komisi pendidikan
telah banyak memberikan saran dalam
perbaikan skripsi.
3) Staf PT. KML (Mas Agus Syamsul Anam) telah banyak membantu terima
kasih atas informasi dan datanya.
4) Staf Kantor Dinas Perikanan Tingkal I Sulawesi Tenggara (mas ardin) atas
intormasi dan bantuan yang diberikan.
5) Kepala dan staf PPS Kendari atas kemudahan yang diberikan selama penulis
di lapangan.
6) Kedua orangtuaku Ir.H.Umar Mide dan Hj. Assarmani serta adikku Furqan
tiada hentinya memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya, pengorbanan
mereka sungguh luar biasa.
7) Keluarga besar di Palopo dan di Kendari yang senantiasa mendoakan selalu.
8) seseorang sang penyemangat setiaku, pengobat keluh dan kesah dan
pengantar kegembiraan.
9) “Anak Kodok” (Iin, Lya, Poppy dan Eny )lalu “Anak Rangerz” (Wulan,
Chika, NaLe dan Ina) kemudian Sista – sistaku (ImeL, Ama, Nada), Bebi –
bebiku (Nanda dan Cumz), kalian sahabat terbaikku untuk sekarang, nanti
dan selamanya.
10) Teman seperjuangan anak PSP angkatan 43, terima kasih semangat dan
kebersamaan kalian selama ini “Ga’ ada Lo ga’ Rame”!!!
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas bimbingan dan bantuan yang
telah diberikan. Amin.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Palopo Propinsi Sulawesi
Selatan, pada tanggal 20 Agustus 1988 dari pasangan
Ir. H.Umar Mide dan Hj.Assamarni. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai di SDN 01 Unaaha
selama 5 tahun kemudian melanjutkan kelas 6 di SDN 06
Kendari dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan di SLTPN 4 Kendari
selama 3 tahun dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan studi ke SMAN 4 Kendari dan lulus pada tahun 2006. Penulis
diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006
melalui jalur USMI kemudian Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Mayor
Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Selarna menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan
seperti menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf informasi dan komunikasi periode
2008/2009. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Kajian Tingkat
Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut)”.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL…………………………………........................................
xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………...................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...
xiv
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….
1.2 Tujuan Penelitian……………………………………………………..
1.3 Manfaat Penelitian……………………………………………………
1
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Perikanan…………………………………………………
2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan………………………………
2.1.2 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan……………………
2.2 Pelabuhan Perikanan Samudera……………………………………..
2.3 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera………………………..
2.4 Produksi Perikanan…………………………………………………..
2.5 Industri Pengolahan Ikan……………………………………………..
2.5.1 Industri perikanan………………………………………………
2.5.2 Pengolahan ikan………………………………………………..
2.6 Permintaan Hasil Perikanan………………………………………….
4
4
4
6
7
9
11
11
13
14
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………..
3.2 Metode Penelitian……………………………………………………
3.3 Analisis Data………………………………………………………...
16
16
17
4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Kota Kendari……………………………………..
4.1.1 Letak geografis dan topografi………………………………
4.1.2 Keadaan klimatologi…………………………………………
4.1.3 Kependudukan………………………………………………..
4.1.4 Produksi perikanan daerah…………………………………...
4.1.5 Keadaan unit penangkapan ikan……………………………
4.1.5.1 Kapal………………………………………………….
4.1.5.2 Nelayan……………………………………………….
4.15.3 Alat tangkap…………………………………………...
4.2 Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari……………………………
4.2.1 Lokasi pelabuhan perikanan samudera kendari………………
4.2.2 Sejarah pelabuhan perikanan samudera Kendari……………...
4.2.3 Struktur organisasi dan tata kerja PPS Kendari……………….
19
19
20
20
21
23
23
28
35
40
40
40
42
x 4.2.4 Keadaan UPI pelabuhan perikanan samudera Kendari……….
4.2.4.1 Kapal dan alat tangkapnya…………………………….
4.2.4.2 Nelayan………………………………………………...
4.2.5 Kondisi industri perikanan PPS Kendari………………………
4.3 Industri Pengolahan Ikan PT. Kelola Mina Laut…………………….
4.3.1 Lokasi, sejarah dan perkembangan PT. KML di PPS Kendari..
4.3.2 Bidang usaha…………………………………………………..
4.3.3 Struktur organisasi……………………………………………..
4.3.4 Fasilitas perusahaan……………………………………………
44
44
45
46
47
47
49
51
53
5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.2
Rencana Pemenuhan Bahan baku di PT. KML……………………
5.1.1 Sumber bahan baku…………………………………………..
5.1.2 Pembelian dan penerimaan bahan baku…………………….
Pola – pola Pemenuhan Kebutuhan Bahan baku PT. KML…….
Sistem Kerja Sama Antara PT. KML dengan Nelayan/supplier….
Realisasi Pemenuhan Bahan baku di PT. KML…………………
Analisis Pemenuhan Bahan Baku di PT. KML……………………
Ketersediaan Bahan Baku Perusahaan Lainnya…………………
Peranan PPS Kendari Terhadap Pemenuhan BB Perusahaan
Pengolahan………………………………………………………..
56
56
57
58
60
61
66
68
72
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
6.2
Kesimpulan…………………………………………………………..
Saran…………………………………………………………………
77
77
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
78
LAMPIRAN……………………………………………………………........
80
xi DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah penduduk Kota Kendari, Tahun 2004 – 2008……………………
20
2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan Februari
2006 – Agustus 2008…………………………………………………….
21
3 Jumlah perahu perikanan tangkap menurut kategori kapal, periode
2001 – 2008………………………………………………………………
24
4 Jumlah nelayan perikanan tangkap menurut kategori nelayan tahun
2001 – 2008…………………………………………………………… ..
28
5 Jumlah RTP/PP perikanan tangkap menurut kategori besarnya usaha
Tahun 2001 – 2008………………………………………………………
32
6 Jumlah Unit alat tangkap ikan di perairan laut menurut jenis alat tangkap
Tahun 2001 – 2008………………………………………………………
36
7 Jenis kapal yang berlabuh di PPS Kendari………………………………
45
8 Jumlah nelayan menurut jenis kapal…………………………………….
46
9 Perolehan bahan baku Tahun 2007……………………………………..
62
10 Perolehan bahan baku Tahun 2008……………………………………..
64
11 Perolehan bahan baku Tahun 2009……………………………………..
65
12 Kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan ……………………..
70
xii DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Trend perkembangan jumlah perahu tanpa motor……………………….
25
2
Trend perkembangan jumlah kapal motor tempel……………………….
26
3
Trend perkembangan jumlah kapal motor……………………………….
27
4
Trend perkembangan jumlah kapal total…………………………………
27
5
Trend perkembangan jumlah nelayan penuh …………………………….
29
6
Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan utama…………………..
30
7
Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan tambahan……………….
30
8
Trend perkembangan jumlah nelayan total……………………………….
31
9
Trend perkembangan jumlah RTP tanpa perahu …………………………
33
10 Trend perkembangan jumlah RTP dengan perahu tanpa motor………….
33
11 Trend perkembangan jumlah RTP dengan kapal motor………………….
34
12 Trend perkembangan jumlah RTP total ………………………………….
35
13 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat kantong ……………….
37
14 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat cincin ………………….
37
15 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring insang …………………
38
16 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat ………………..
39
17 Trend perkembangan jumlah alat tangkap total …………………………
39
18 Sumber pengadaan bahan baku di PT. KML
59
xiii DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari Tahun 2008…………………………………………
81
2 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2007…………………
83
3 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2008…………………
86
4 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2009…………………
89
5 Peta Sulawesi Tenggara ………………………………………………..
92
6 Lay out PPS Kendari …………………………………………………..
93
7 Kondisi Masing – masing Fasilitas PPS kendari sampai tahun 2008……
94
8 Struktur Organisasi PPS kendari………………………………………..
97
9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku PT. KML …………….
98
10 Contoh Produk Olahan PT. KML ………………………………………
101
11 Area Luar Pengadaan PT. KML ………………………………………..
102
12 Struktur Organisasi PT. Kelola Mina Laut……………………………...
103
xiv 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sektor perikanan berkembang secara bertahap dan begitu pula terhadap
program diversifikasi usaha penangkapan. Telah ditetapkan bahwa sasaran sektor
perikanan adalah peningkatan bahan baku industri, peningkatan nilai ekspor dan
mengurangi impor, peningkatan konsumsi ikan dalam negeri, pemerataan
kesempatan berusaha dan bekerja serta pemerataan pendapatan dan kesejahteraan
nelayan dan petani ikan. Sesuai dengan undang-undang perikanan No. 31 tahun
2004 pasal 3 dijelaskan bahwa pengelolaan perikanan memiliki tujuan yang
berhubungan dengan industri perikanan yaitu: (i) meningkatkan penerimaan dan
devisa negara, (ii) mendorong perluasan kesempatan kerja, (iii) meningkatkan
ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, (iv) meningkatkan produktivitas,
mutu, nilai tambah, dan daya saing serta (v) meningkatkan ketersediaan bahan
baku untuk industri pengolahan ikan. Jika dilihat tujuan pengelolaan perikanan
yang kelima maka telah jelas bahwa suatu industri pengolahan ikan berfungsi
menjembatani secara langsung antara sumberdaya laut dengan masyarakat
perikanan. Oleh karena itu industri pengolahan ikan membutuhkan bahan baku
berupa ikan dalam jumlah yang besar guna pengembangan industri perikanan
yang tangguh.
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terletak di Propinsi Sulawesi
Tenggara Kecamatan Abeli dan Kelurahan Lapulu. PPS Kendari merupakan salah
satu pelabuhan samudera di wilayah bagian timur Indonesia yang sudah lama
berdiri dan berkembang. Dalam operasionalnya perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi di Pelabuhan Perikanan Samudera ini ditunjang oleh pihak swasta untuk
berinvestasi, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja
dan kesempatan berusaha bagi masyarakat perikanan. Pada kawasan PPS Kendari
terdapat 25 perusahaan yang terikat kontrak penggunaan kavling industri, dimana
sebagian besar perusahaan tersebut sudah operasional dalam bidang usaha yang
beraneka ragam. Perkembangan industri pengolahan ikan yang terdapat baik di
luar maupun di dalam PPS Kendari dapat diperhatikan pada Lampiran 1.
2 Wilayah perairan Indonesia bagian timur memiliki potensi perikanan yang
besar sehingga keberadaan PPS Kendari sangat dibutuhkan oleh nelayan ataupun
oleh pelaku usaha lainnya di sektor perikanan. Dilihat dari fungsinya pelabuhan
perikanan berperan sebagai pusat pengembangan aktifitas ekonomi baik ditinjau
dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran ikan. Proses penangkapan ikan
dan proses penanganan hasil tangkapan ikan merupakan salah satu proses penting
yang perlu diperhatikan. Dengan proses penanganan yang baik tentunya kualitas
dari ikan hasil tangkapan akan terjaga dan harga jual pun menjadi jauh lebih
tinggi. Diperlukan peranan dari berbagai pihak khususnya manajemen pelabuhan
agar keberhasilan dalam pengelolaan bidang perikanan dapat dicapai dengan baik.
Terhadap kelangsungan aktivitas industri perikanan, khususnya industri
pengolahan hasil perikanan diperlukan adanya kontinuitas bahan baku ikan.
Untuk kepentingan tersebut maka perlu diketahui apakah kontinuitas supply bahan
baku ikan dapat dipenuhi atau tidak. Kuantitas supply bahan baku ikan dapat
diketahui dengan pasti bila diketahui pula dengan pasti seberapa banyak
permintaan akan bahan baku ikan yang digunakan sebagai bahan baku industri.
PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu industri pengolahan ikan yang
memerlukan bahan baku industri secara kontinyu. Dengan asumsi bahwa industri
pengolahan ikan lainnya juga memerlukan bahan baku yang serupa (dalam jenis
dan kuantitasnya), maka apakah Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dapat
menyediakan bahan baku industri tersebut? Beberapa alasan PT. Kelola Mina
Laut dijadikan objek penelitian antara lain, (1) PT. Kelola Mina laut merupakan
salah satu perusahaan terbesar di kawasan PPS kendari (2) dari semua industri
pengolahan yang ada di kawasan PPS kendari hanya perusahaan ini yang
didapatkan data terlengkap (3) beberapa perusahaan lain sudah lama berdiri, tetapi
saat ini sudah tidak aktif beroperasi (4) Data produksi dari perusahaan lain sulit
didapatkan (5) banyak perusahaan baru tetapi data yang dimiliki tidak lengkap
sehingga tidak memenuhi syarat dari penelitian ini.
Ada kalanya hasil tangkapan yang didaratkan di suatu pelabuhan perikanan
tidak dimanfaatkan secara optimal yang menyebabkan bahan baku ikan untuk
industri pengolahan menjadi terbatas sehingga aktivitas industri pengolahan ikan
menjadi terhambat. Ada kalanya pula hasil tangkapan yang didaratkan di suatu
3 PP tidak mencukupi terhadap kebutuhan bahan baku industri yang berada di
sekitar PP tersebut, sehingga hal yang demikian dapat menyebabkan industri
perikanan menjadi mati. Dengan adanya ilustrasi seperti diatas maka perlu kiranya
dilakukan kajian tingkat pemenuhan terhadap ketersediaan dan kebutuhan bahan
baku ikan pada industri pengolahan yang berada di area atau di sekitar Pelabuhan
Perikanan sehingga industri tersebut dapat berkembang.
1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
Menganalisis tingkat pemenuhan bahan baku dari industri pengolahan ikan
PT. Kelola Mina laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara.
2.
Mengetahui pola pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan PT.
Kelola Mina Laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara.
3.
Mengetahui peranan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dalam
pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan.
1.3
Manfaat Penelitian
Hasil
dari
penelitian
diharapkan
dapat
membantu
meningkatkan
kewaspadaan dalam menjaga ketersediaan bahan baku ikan bagi industri
pengolahan ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari serta mampu
mengatasi permasalahan di lapangan berkaitan dengan kebutuhan bahan baku,
sehingga industri yang ada dapat beroperasi dengan tanpa gejolak.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pelab uhan Perikanan
2.1.1 Peng ertian p elab uhan p erikanan
Pada sekto r kelautan dan p erikanan terdap at keg iatan p em anfaatan
sum berday a p erikanan y ang m em erlukan adany a fasilitas p endaratan ikan atau
p elabuhan y ang khusus m elay ani aktivitas industri dan p erdag ang an ikan. Dalam
hal ini p elabuhan y ang khusus m elay ani keg iatan p erikanan m erup akan fasilitas
p endaratan y ang m enjadi p ang kalan bag i kap al-kap al p erikanan dan m enjadi
term inal y ang
m eng hubung kan keg iatan p erikanan di laut dan di darat
(M urdiy anto , 2004).
M enurutDep artem en Pertanian dan Dep artem en Perhubung an (1996) diac u
dalam M urdiy anto (2004) Pelabuhan p erikanan adalah sebag ai tem p atp elay anan
um um bag i m asy arakatnelay an dan usaha p erikanan, sebag ai p usatp em binaan
dan p ening katan keg iatan eko no m i p erikanan y ang dileng kap i deng an fasilitas di
daratdan di p erairan sekitarny a untuk dig unakan sebag ai p ang kalan o p erasio nal
tem p at berlabuh, bertam bat, m endaratkan hasil, p enang anan, p eng o lahan,
distribusi dan p em asaran hasil p erikanan.
M enurut Lubis (2004) p elabuhan p erikanan adalah w ilay ah p erp aduan
antara w ilay ah daratan dan w ilay ah lautan y ang dip erg unakan sebag ai p ang kalan
keg iatan p enang kap an ikan dan dileng kap i deng an fasilitas sejak ikan didaratkan
sam p ai ikan didistribusikan. Selain itu, p elabuhan p erikanan adalah sebag ai
tem p atuntuk berlabuh dan bertam batny a kap al y ang hendak bo ng kar m uathasil
tang kap an atau m eng isi bahan p erbekalan untuk m elakukan p enang kap an ikan di
laut.
2.1.2 F ung si dan p eranan p elab uhan p erikanan
M enurutM urdiy anto (2004) p elabuhan p erikanan m em p uny ai fung si y ang
bersifatum um (g eneral func tio n) dan fung si khusus (sp ec ial func tio n). F ung si
um um m erup akan fung si y ang terdap at p ula p ada p elabuhan lain (p elabuhan
um um atau p elabuhan tataniag a). Beberap a fung si um um p elabuhan m erup akan
5 tug as p o ko k m elindung i kap al dan p elay anan lainny a y ang harus dap atdilakukan
di setiap p elabuhan p erikanan sep erti jug a di p elabuhan y ang bukan untuk
keg iatan p erikanan. Sedang kan y ang dim aksudkan deng an fung si khusus dalam
hal ini adalah fung si-fung si y ang berkaitan deng an m asalah p erikanan y ang
m em erlukan p elay anan khusus p ula y ang belum terlay ani o leh adany a berbag ai
fasilitas fung si um um . C o nto h fung si khusus p ada p elabuhan p erikanan m isalny a
fasilitas tem p atp elelang an ikan, fasilitas untuk p enang anan serta p eng o lahan ikan.
F ung si khusus ini terutam a y ang diturunkan dari karakteristik ko m o ditas
p erikanan y ang sifatny a m udah busuk. Sifat m udah busuk ini m eng hendaki
p elay anan khusus berup a p erlakuan p enang anan, p endistribusian hasil ikan sec ara
c ep atataup un p eng o lahan y ang tep at.
Pelabuhan p erikanan m em ainkan p eranan p enting dalam m ensup lai bahan
m akanan sebag ai sum ber p ro tein hew ani g una m endukung stabilitas kehidup an
m asy arakatdan p em bang unan eko no m i nasio nal. Peranan lainny a adalah sebag ai
p usatkehidup an m asy arakatnelay an.
M enurut Sub Direkto rat Bina Prasarana Perikanan (198 2) diac u dalam
F atm aw ati (2000) bahw a p eranan p elabuhan p erikanan adalah:
1)
Sebag ai p usatuntuk aktifitas p ro duksi, y aitu:
a. Tem p atm endaratkan hasil tang kap an.
b. Tem p atuntuk p ersiap an o p erasi p enang kap an ikan (m em p ersiap kan alat
tang kap , bahan bakar, air, p erbaikan kap al dan istirahat anak buah
kap al).
2)
Sebag ai p usatdistribusi, y aitu:
a. Tem p attransaksi jual beli ikan.
b. Term inal untuk m endistribusikan ikan.
c . Pusatp eng o lahan hasillaut.
3)
Sebag ai p usatkeg iatan m asy arakatnelay an, y aitu:
a. Pusatkehidup an m asy arakatnelay an.
b. Pusatp em bang unan eko no m i m asy arakatnelay an.
c . Pusatlalu lintas dan jaring an info rm asi antar nelay an m aup un deng an
m asy arakatluar.
6 2.2
Pelab uhan Perikanan Sam udera (PPS)
M enurut Direkto rat Jenderal Perikanan (1994) diac u dalam F atm aw ati
(2000) m eng em ukakan kriteria y ang harus dim iliki o leh PPS (p elabuhan
p erikanan tip e A), antara lain:
1)
M endukung keg iatan p enang kap an ikan di w ilay ah Z EE dan p erairan
internasio nal.
2)
M em iliki fasilitas tam batlabuh untuk kap al p erikanan deng an ukuran 60 G T
keatas.
3)
M am p u m enam p ung 100 buah kap alp erikanan sekalig us.
4)
Jum lah ikan y ang didaratkan sekitar 200 to n p er hari atau 7 2.000 to n p er
tahun.
Ag ar dap at m em enuhi kriteria di atas, PPS dileng kap i deng an berbag ai
fasilitas y ang dibedakan atas 3 g o lo ng an, y aitu: (Direkto ratJenderal p erikanan,
1994) diac u dalam (F atm aw ati, 2000).
1)
F asilitas Pokok
M erup akan fasilitas y ang dip erlukan untuk kep enting an asp ek keselam atan
p elay aran sekalig us tem p at berlabuh dan bertam bat serta bo ng kar m uat
kap al-kap alp erikanan.F asilitas p o ko k terdiri dari:
a. Sarana p elindung
:Pem ec ah g elo m bang (break w ater), p enang kap
p asir, turap p enahan tanah (revetm ent).
b. Sarana tam bat
:Derm ag a, tiang tam bat(bo lder), p elam p ung
tam bat, jetty , bo llard dan p ier.
c . Sarana p erairan
:Alur dan ko lam p elabuhan
d. Sarana transp o rtasi :Jem batan, j
alan ko m p leks dan tem p atp arkir.
2)
F asilitas F ung sional
F asilitas fung sio nal adalah fasilitas y ang lang sung dim anfaatkan untuk
kep enting an m anajem en p elabuhan p erikanan y ang dap at diusahakan o leh
p ero rang an atau badan hukum . F asilitas ini terdiri dari fasilitas y ang dap at
diusahakan dan fasilitas y ang tidak dap atdiusahakan.
F asilitas fung sio nal y ang dap atdiusahakan adalah:
a. F asilitas p em eliharaan kap al dan alat p erikanan y ang terdiri dari
beng kel, slip w ay /do c k dan tem p atp enjem uran jaring .
7 b. Lahan untuk kaw asan industri.
c . F asilitas p em aso k air dan bahan bakar untuk kap al dan kep erluan
p eng o lahan ikan.
d. F asilitas p em asaran, p enang anan hasil tang kap an, p eng aw etan dan
p eng o lahan, g edung TPI, tem p at p enjualan hasil tang kap an, g udang
p eny im p anan hasil o lahan ikan, p abrik es, fasilitas p em bekuan, c o ld
sto rag e, p eralatan p ro c essing , derek/c rane, lap ang an p enum p ukkan
jaring .
F asilitas fung sio nal y ang tidak dap atdiusahakan adalah:
a. F asilitas navig asi
:alatbantu navig asi, ram bu-ram bu dan m erc usuar
b. F asilitas ko m unikasi :stasiun ko m unikasi serta p eralatanny a.
3)
F asilitas Tam b ahan
F asilitas tam bahan adalah fasilitas y ang sec ara tidak lang sung dap at
m ening katkan kesejahteraan nelay an serta m em beri kem udahan bag i
m asy arakatum um .F asilitas ini terdiri dari:
a. Sarana kesej
ahteraan nelay an y ang terdiri dari tem p atp eng inap an, kio s
bahan p erbekalan, alatp erikanan, tem p atibadah dan balai p ertem uan
nelay an.
b. F asilitas p eng elo laan p elabuhan y ang terdiri dari kanto r, p o s p enjag aan,
p erum ahan kary aw an dan m ess o p erato r.
c . F asilitas p eng elo laan lim bah, baik lim bah y ang berasal dari sisa bahan
bakar kap al y ang terc ec er m aup un y ang berasal dari keg iatan industri
p erikanan.
2.3
Op erasional PPS
Op erasio nal Pelabuhan Perikanan adalah tindakan atau g erakan sebag ai
p elaksanaan renc ana y ang telah dikem bang kan untuk m em anfaatkan fasilitas p ada
PP/PPI ag ar berday a g una dan bernilai g una (efektif dan efesien) sec ara o p tim al
bag i fasilitas itu sendiri atau fasilitas lainny a y ang terkait. Sebag ai p rasarana dan
sarana p erikanan tang kap PP/PPI m em p uny ai fung si dan fasilitas y ang telah
ditetap kan sesuai deng an p erenc anaan y ang dibuat (M urdiy anto , 2004).
8 Keberhasilan suatu keg iatan o p erasio nal p elabuhan p erikanan terg antung
p ada kelanc aran aktifitasny a m ulai dari p ro ses p endaratan hasil tang kap an,
p elelang an, p eng o lahan hing g a p em asaran hasil tang kap an (Afandy , 1998 diac u
dalam F atm aw ati , 2000). Sec ara um um o p erasio nal p elabuhan p erikanan adalah
berfung siny a p rasarana dan sarana y ang m endo ro ng terseleng g arany a keg iatan
p ro duksi ikan dan j
asa di bidang ag ro industri dan ag ribisnis p erikanan (Direkto rat
Jenderal p erikanan, 1999b diac u dalam F atm aw ati , 2000).
Adap un keg iatan y ang berlang sung di p elabuhan p erikanan adalah (Sub
Direkto ratBina Prasarana Perikanan, 1994 diac u dalam F atm aw ati , 2000):
1)
Pendaratan ikan
Pendaratan ikan di p elabuhan p erikanan sebag ian besar berasal dari kap al
p enang kap ikan y ang m endaratkan hasil tang kap anny a di p elabuhan itu,
hany a sebag ian kec il berasal dari p ang kalan p endaratan ikan dan p elabuhan
lain y ang dibaw a ke p elabuhan itu deng an m eng g unakan sarana transp o rtasi
darat. Sep erti halny a PPS Kendari, ikan y ang didaratkan j
ug a berasal dari
kap al-kap al p eng um p ul dan p eng ang kutm ilik p erusahaan p enang kap an dan
p eng o lahan ikan, y ang m eng um p ulkan ikan dari sentra-sentra p ro duksi
nelay an kec il di w ilay ah p esisir p antai dan di teng ah laut.
2)
Penang anan, p eng o lahan dan p em asaran ikan
Sistem p enang anan ikan di PPS Kendari dilakukan deng an es dan udara
ding in dan p eng o lahan ikan dim aksudkan untuk m em p ertahankan m utu
sehing g a w aktu p em asaran m enjadi lebih lam a serta dap at m ening g ikan
nilai jual ikan. J
enis usaha p eng o lahan ikan y ang terdap atdi PPS Kendari
adalah p eng asap an, p em buatan tep ung ikan dan dag ing rebus serta
p em bekuan ikan fillet.
Adap un keg iatan p em asaran y ang dilakukan di PPS Kendari lebih bersifat
eksp o r deng an sistem rantai p em asaran y ang tidak m elalui TPI. Ikan-ikan
y ang didaratakan di derm ag a PPS Kendari lang sung ditam p ung o leh
p erusahaan p eng o lah y ang ada di dalam kaw asan p elabuhan lalu dieksp o r ke
neg ara tujuan.
9 3)
Peny aluran p erbekalan
Penjualan atau p eng isian p erbekalan y ang berkaitan deng an fasilitas
p elabuhan p erikanan saatini adalah p eny aluran BBM , p enjualan air bersih,
p enjualan es dan suku c adang .
Pelay anan p erbekalan ini um um ny a
diadakan o leh p ihak UPT p elabuhan, KUD, ko p erasi p eg aw ai p elabuhan,
BUM N dan p ihak sw asta.
2.4
Produksi Perikanan
M enurutSo em arto (197 5) p ro duksi p erikanan adalah p ro duk p enang kap an
atau hasil p em eliharaan sem ua binatang /tanam an air sep erti kerang , ko do k,
rum p utlaut, ikan, udang , kep iting dan terip ang term asuk p ro duk atau hasil y ang
diko nsum si/dim akan sendiri. Pro duksi hasil p erikanan dap atberup a hasil y ang
seg ar dan dap atberup a hasil o lahan. Hasil y ang seg ar m erup akan hasil tang kap an
dan hasil p em eliharaan dan p eng um p ulan. Pro duksi p erikanan dap atdibedakan
m enjadi 3 y aitu p ro duksi ikan ko nsum si, p ro duksi ikan um p an dan p ro duksi
benih.
M enurut Statistik Perikanan tang kap diac u dalam Dinas Kelautan dan
Perikanan Pro vinsi Sulaw esi teng g ara (2008 ) bahw a ruang ling kup dan definisi
p ro duksi Perikanan y ang dig unakan disini m eng ikuti p rinsip y ang diterap kan
F AO, y aitu :
a.
Term asuk Pro duksi
(i) Data p ro duksi m enc akup sem ua hasil p enang kap an ikan/binatang air
lainny a/tanam an air y ang ditang kap dari sum ber Perikanan alam i atau
dari tem p at p em eliharaan, baik y ang diusahakan o leh p erusahaan
m aup un rum ah tang g a Perikanan.
(ii) Y ang dic ac ah sebag ai p ro duksi tidak hany a jum lah hasil p enang kap an
y ang dijual, tetap i term asuk jug a hasil p enang kap an y ang dim akan
nelay an/rum ah tang g a Perikanan atau y ang diberikan kep ada nelay an
sebag ai up ah kerja
b.
Tidak Term asuk Pro duksi
(i) Data p ro duksi ikan m enc akup hasil p enang kap an y ang ditang kap dalam
rang ka sp o rt/ o lahrag a dan rekreasi atau keg em aran (ho bby ).
10 (ii) Data p ro duksi tidak m enc akup hasil p enang kap an y ang dibuang ke laut
seg era setelah ikan /binatang air lainny a /tanam an air tertang kap .
Selain itu dalam satuan p eng ukuran p ro duksi y ang diterap kan o leh F AO, terdiri
dari:
a.
Berat/ Vo lum e Pro duksi
Y ang dim aksud deng an berat p ro duksi adalah berat p ada w aktu hasil
p enang kap an didaratkan. Jadi kalau hasil p enang kap an didaratkan sesudah
dio lah di atas kap al p enang kap an atau di daerah p enang kap an, m aka
beratny a harus dikem balikan ke dalam beratbasah.
b.
Nilai Pro duksi
Y ang dim aksud nilai p ro duksi adalah nilai p ada w aktu hasil p enang kap an
didaratkan.J
adi harg a y ang dig unakan adalah harg a p ro dusen.
M enurutPane (2008 ) diac u dalam w ido do (2009), p em ec ahan p erm asalahan
p ro duksi hasil tang kap an suatu p elabuhan p erikanan dap at diketahui deng an
m eng analisis fakto r internal dan eksternal p elabuhan p erikanan tersebut. F akto rfakto r internal dan eksternal m erup akan fakto r-fakto r y ang berhubung an deng an
p ro duksi hasil tang kap an di p elabuhan p erikanan. F akto r internal y ang
berhubung an deng an keberadaan atau ketersediaan p ro duksi hasil tang kap an di
p elabuhan p erikanan m elip uti fasilitas-fasilitas terkaitp ro duksi hasil tang kap an
(derm ag a p endaratan, ko lam p elabuhan, bahan-bahan kebutuhan m elaut, dan
p abrik es) y ang disediakan p ihak p elabuhan p erikanan, jasa-jasa terkaitp ro duksi
hasil tang kap an y ang disediakan p ihak p elabuhan p erikanan atau p ihak lainny a di
p elabuhan p erikanan (p elay anan atau fasilitas-fasilitas y ang diseleng g arakan atau
dikelo la o leh p ihak p elabuhan p erikanan atau p ihak lainny a di p elabuhan
p erikanan (sw asta, ko p erasi), kebij
akan-kebijakan y ang dikeluarkan o leh p ihak
p elabuhan p erikanan y ang berhubung an deng an p ro duksi hasil tang kap an baik
lang sung atau tidak lang sung , dan bany akny a arm ada p enang kap an di p elabuhan
p erikanan tersebut).
F akto r-fakto r eksternal y ang berhubung an deng an p ro duksi hasil tang kap an
di p elabuhan p erikanan m elip uti ketersediaan sum ber day a ikan (SDI), jarak
p elabuhan p erikanan ke daerah p enang kap an ikan (DPI) dim ana SDI tersebut
berada, kebijakan-kebij
akan instansi di atasny a (Ditj
en Perikanan Tang kap dan
11 DKP), instansi terkaitlainny a (Dinas Kelautan dan Perikanan) y ang berhubung an
atau berp eng aruh lang sung atau tidak lang sung terhadap p ro duksi hasil tang kap an,
harg a dan ketersediaan BBM
dan fakto r eksternal, y ang sp esifik sep erti
p erm asalahan sedim entasi y ang bany ak ditem ui di Pelabuhan Perikanan (PP) atau
Pang kalan Pendaratan Ikan (PPI) p antai utara Jaw a (PPN Pekalo ng an, PPP
Bajom uly o -Juw ana, PPI-PPI di w ilay ah Tuban, Lam o ng an dan Kalim antan barat
(PPI Sing kaw ang , PPI m em p aw ah),
Kalim antan Tim ur (PPI M ang g ar-Balik
Pap an) dll.
2.5
Industri Peng olahan Ikan
2.5.1 Industri p erikanan
Industri p eng o lahan ikan adalah kelo m p o k usaha di p elabuhan p erikanan
y ang aktivitasny a bersifatlang sung deng an up ay a m eng hasilkan p ro duk o lahan
ikan (dalam arti luas: ikan, c rustac ean, m o luska, binatang air lainny a dan
tum buhan air dari hasil tang kap an/eksp lo itasi alam i, hasil budiday a) dalam jum lah
besar (Pane, 2002 diac u dalam Hadiy anto , 2004).
M enurutSo em arto (197 5), p eng usahaan p erikanan adalah suatu investasi
atau p enanam an m o dal dalam p enang kap an atau kultur p erikanan dan m erup akan
suatu usaha y ang bersifat suatu kesatuan. Investasi dalam usaha p erikanan
m em berikan c iri dari tip e p eng usahaan. Tip e p eng usahaan y ang ada di Indo nesia
adalah:
1)
Perikanan raky at, y aitu usaha p erikanan y ang dilakukan o leh rum ah tang g a
raky atjug a disebutSubsistenc e F ishery atau Artisanal F ishery , ho use ho ld
fishery .
2)
Perikanan industri, y aitu usaha p erikanan y ang dilakukan o leh badan
usaha/F ishing Co m p any . Industri p erikanan ini dap atberbentuk:
a. Perusahaan Neg ara, Perusahaan Um um (Perum ), PT.Persero
b. Perusahaan Sw asta Nasio nal
c . Ko p erasi
M enurut Praw iro sento no
(2002), bahw a industri adalah kelo m p o k
p erusahaan y ang m em p uny ai keg iatan sejenis baik sec ara vertikal m aup un
ho rizo ntal.Klasifikasi industri dibag i m enjadi em p at, y aitu:
12 1)
Klasifikasi berdasarkan hubung an vertikal.
Hubung an vertikal adalah adany a hubung an dalam bentuk p eng g unaan
p ro duk hasil akhir suatu kelo m p o k p erusahaan sebag ai bahan baku o leh
p erusahaan lain. Hubung an vertikal tersebutterdiri dari industri hulu dan
industri hilir. Kelo m p o k industri hulu adalah p erusahaan y ang m em buat
p ro duk y ang dap atdig unakan o leh p erusahaan lain, sedang kan kelo m p o k
industri adalah p erusahaan y ang m eng g unakan p ro duk p erusahaan lain
sebag ai bahan baku untuk kem udian dip ro ses m enj
adi barang j
adi atau
seteng ah jadi.
2)
Klasifikasi industri atas dasar hubung an ho rizo ntal.
Hubung an ho rizo ntal adalah p eninjauan atas dasar hubung an sejajar antara
p ro duk y ang dihasilkan m asing -m asing p erusahaan.
3)
Klasifikas industri atas dasar skala usaha.
a. Industri skala usaha kec il
Berdasarkan BPS tahun 2003 skala usaha kec il y aitu industri deng an
jum lah tenag a kerja 5 sam p ai 19 o rang deng an o m set p enjualan
p ertahunny a kurang dari 1 m ily ar rup iah.
b. Industri skala usaha m eneng ah
Industri skala m eneng ah y aitu industri deng an jum lah tenag a kerj
a 20
sam p ai 99 o rang deng an o m setp enjualan 1 sam p ai 50 m ily ar rup iah
p ertahun.
c . Industri skala usaha besar
Industri skala usaha besar y aitu industri y ang m em iliki jum lah tenag a
kerja lebih dari 100 o rang deng an o m setp enjualan lebih dari 50 m ily ar
rup iah p ertahun.
4)
Klasifikasi industri atas dasar ting katan jenis p ro duksi
a. Industri ring an
Jenis industri ring an adalah kelo m p o k p erusahaan y ang m em p ro duksi
barang -barang ko nsum si, m isalny a industri m akanan ternak dan industri
tep ung terig u.
13 b. industri m eneg ah
Jenis industri y ang term asuk industri m eneng ah antara lain adalah
industri ban m o bil, industri sem en, industri kim ia, industri farm asi, dan
sebag ainy a
c . industri berat
Jenis industri y ang term asuk dalam industri beratantara lain adalah
industri p em buatan trakto r, industri p em buatan m esin-m esin m o bil,
industri p em buatan p esaw atterbang dan heliko p ter, dan sebag ainy a.
2.5.2 Peng olahan ikan
M enurut So em arto (197 5), Peng o lahan ikan m erup akan usaha lanjutan
darip ada usaha p enang kap an y ang sang at terg antung p ada keg iatan usaha
p enang kap an. Peng o lahan ikan dilakukan sec ara tradisio nal dan sec ara m o dern.
C iri khas c ara p eng o lahan tradisio nal adalah m eng g unakan p eralatan y ang
sederhana dan bahan-bahan y ang tradisio nal sep erti rem p ah-rem p ah sedang kan
p eng o lahan m o dern adalah m eng g unakan m esin-m esin dan m eng hasilkan p ro duk
dalam jum lah m assal. Adap un p eng o lahan tradisio nal dap atberup a p eng asinan,
p eng ering an, p em indang an, trasi, p etis, kerup uk, p eng asap an dan p eda.
Tujuan p eng o lahan ikan, y aitu:(OF C F , 198 7 )
a.
Peny ediaan Day a-Peng aw etan
Ikan dan tiram sang at m udah m em busuk dan kehilang an keseg aranny a.
Oleh karenany a, deng an day a-p eng aw etan y ang lebih baik adalah m utlak
p erlu bag i p em anfaatanny a.
Telah dilaksanakan p ro ses-p ro ses untuk
m em berikan day a-p eng aw etan y ang lebih baik bag i ikan sep erti p em bekuan,
p eng ering an, p eng asinan, p eng ep akan, p em anasan dan lain-lainny a.
b.
M ening katny a nilai y ang bertam bah
Sebag ian besar ikan dan tiram sang atlezatdeng an aneka rag am c ita rasa
diantara berbag ai j
enis ikan y ang berbeda-beda. Oleh karenany a, sebag ian
besar diantarany a dilahap sebag ai m akanan seg ar sep erti sashim i, sushi, ikan
p ang g ang dan ikan rebus. Nam un dem ikian, sebag ian diantarany a terasa
ham bar dan m em erlukan p eng em bang an teknik p eng o lahan y ang lebih
14 c ang g ih dem i m ening katkan c ita rasany a bag i p eng g unaan y ang lebih luas
di kaw asan-kaw asan ko ta m aup un p edalam an.
c.
Pem anfaatan y ang efektif
Pem anfaatan y ang efektif adalah p eny adap an dan p em anfaatan unsur-unsur
efektif dari lim bah c airan dan lim bah-lim bah lainny a. M isalny a saja, air
lim bah y ang berasal dari p abrik-p abrik ikan c inc ang y ang dibekukan setelah
dig unakan dap at dig unakan untuk m em bersihkan.
Tum p ahan zat-zat
tersebutke sung ai dan lautakan m eny ebabkan p o lusi terhadap m utu air.
Oleh karenany a, p erlu dilakukan p eny adap an kem bali zat-zat tersebut,
m eng o lahny a kem bali ke dalam p ang an, m akanan ternak, atau bahan baku
berup a m iny ak dan lem ak industri.
2.6
Perm intaan HasilPerikanan
M enurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), p erm intaan (dem and) dap at
didefinisikan sebag ai jum lah suatu barang y ang akan dibeli o leh ko nsum en p ada
ko ndisi, w aktu dan harg a tertentu. Karena p em belian-p em belian p ada suatu
jang ka w aktu berubah m enurutharg a, m aka sesung g uhny a kita tidak m endap atkan
suatu jum lah, tetap i suatu urutan jum lah-jum lah tertentu berhubung deng an
p erbedaan harg a y ang m ung kin terjadi.
Perm intaan (dem and) m enunjukkan berap a bany ak suatu barang akan dibeli
o leh individu atau sejum lah individu p ada berbag ai harg a, deng an m eng ang g ap
bahw a ada hubung an berlaw anan arah antara j
um lah y ang dim inta deng an harg a.
Ini berarti, j
ika harg a lebih ting g i m aka jum lah barang y ang dibeli lebih kec il dan
jika harg a lebih rendah m aka j
um lah y ang dibeli lebih besar. Berbag ai istilah
p erm intaan y ang sering kali dip erg unakan adalah sebag ai berikut:
1)
Perm intaan individu, dap atdip andang sebag ai suatu daftar dari jum lah suatu
p ro duk y ang akan dibeli o leh seseo rang p ada berbag ai harg a.
2)
Perm intaan ko nsum en, berarti jum lah barang y ang akan dibeli o leh
ko nsum en akhir di suatu p asar ec eran p ada harg a ec eran tertentu selam a
suatu j
ang ka w aktu tertentu.
15 3)
Perm intaan turunan, adalah p erm intaan tidak lang sung m isalny a p erm intaan
y ang terdap at di p asar g ro sir, di p asar p eng o lahan dan p erm intaan di
berbag ai ting katp edag ang p erantara.
M enurutBo erm a (1968 ) diac u dalam Hanafiah dan Saefuddin (2006), di
neg ara-neg ara berkem bang terutam a Am erika Utara dan Ero p a Barat, p erm intaan
akan ikan terp usatp ada jenis-jenis tertentu. Perubahan um um (The g eneral trend)
m eng arah p ada j
enis-jenis y ang diang g ap m ew ah, m udah dio lah, dan p ro dukp ro duk deng an c iri m em p erm udahkan (y aitu siap untuk disajikan). Sedang jenisjenis ikan lainny a y ang nilainy a lebih rendah berada dalam p ersaing an kuat
deng an p ro duk p ro tein hew ani sep erti hasil p eternakan, dag ing , telur dan
sebag ainy a. Ko nsum si ikan dan shell fish berbeda-beda di antara ko nsum en atau
keluarg a, dan p erbedaan ini disebabkan o leh beberap a fakto r. F akto r-fakto r y ang
m em p uny ai p eng aruh p enting dalam ko nsum si hasil p erikanan adalah p endap atan
ko nsum en, p ekerjaan, lo kasi ko nsum en, besarny a keluarg a, ag am a dan
p endidikan.
M enurutHanafiah dan Saefuddin (2006), jum lah suatu p ro duk y ang akan
dibeli o leh ko nsum en di suatu p asar selam a suatu p erio de w aktu tertentu dan p ada
harg a tertentu ditentukan o leh sejum lah fakto r y ang terp enting diantarany a:
1)
Jum lah ko nsum en p o tensial atau p enduduk di p asar;
2)
Ting katp endap atan ko nsum en;
3)
Kebiasaan dan kesenang an ko nsum si dari ko nsum en;
4)
Adany a dan harg a barang p eng g anti.
3 METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010
dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi
Tenggara.
3.2
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus,
dengan kasus tingkat pemenuhan bahan baku ikan yang tersedia di industri
pengolahan ikan sekitar PPS Kendari. Kasus tersebut dikaji dengan menggunakan
satu buah industri pengolahan ikan dari 25 buah industri yang ada di PPS Kendari,
dimana industri tersebut merupakan salah satu industri yang terbesar di kawasan
PPS Kendari yaitu PT. Kelola Mina Laut. Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui:
1)
Pengamatan langsung dan pencatatan di lapangan terhadap:
Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut: pengamatan kondisi
perusahaan, kondisi pabrik pengolahan, fasilitas perusahaan, jenis produk
olahan dan kondisi serta kuantitas bahan baku yang digunakan.
2)
Wawancara dan pengisian kusioner kepada:
a.
Pengelola PPS bagian informasi: pendistribusian bahan baku ikan ke
perusahaan perikanan di sekitar PPS Kendari, jumlah produksi hasil
tangkapan dan jumlah industri di PPS Kendari.
b.
Pihak industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut: Kebutuhan
bahan baku, asal bahan baku, kapasitas industri, produksi bahan baku
(jumlah dan jenis), permasalahan dalam penerimaan bahan baku,
distribusi produk olahan dan jenis pengolahan.
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui:
1)
Pengelola PPS Kendari
a.
Buku laporan tahunan PPS
b.
Profil PPS kendari
17 c.
2)
3)
3.3
Data produksi PPS ikan yang didaratkan di PPS
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tenggara
a.
Kondisi umum perikanan Sulawesi Tenggara
b.
Profil Perikanan Sulawesi Tenggara
c.
Nilai dan Volume penangkapan ikan di laut menurut jenis ikan
d.
Data perikanan tangkap Sulawesi Tenggara
e.
Jumlah unit penangkapan ikan di perairan laut
a.
Buku laporan tahunan statistik perikanan tangkap
Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut
a.
Data jumlah kebutuhan bahan baku ikan
b.
Data jumlah pembelian bahan baku ikan
c.
Profil perusahaan
d.
Latar belakang perusahaan
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui metode tabulasi yang
dianalisis melalui komponen-komponen berikut ini:
1)
Rencana pemenuhan bahan baku
Analisis data dilakukan untuk mengetahui darimana saja PT. Kelola Mina
Laut memperolah bahan baku perusahaannya dan bagaimana pola – pola
pemenuhan bahan baku ikan tersebut, apakah berasal dari armada
penangkapan sendiri, nelayan PPS Kendari atau berasal dari luar PPS
Kendari.
2)
Sistem kerja sama PT. Kelola Mina Laut dengan nelayan PPS Kendari.
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan kerja sama
PT. Kelola Mina Laut dengan masyarakat nelayan setempat
3)
Realisasi pemenuhan bahan baku.
Analisis data dilakukan melalui metode tabulasi untuk mengetahui jenis
ikan apa saja yang digunakan oleh PT. Kelola Mina Laut dan berapa jumlah
serta persentase permintaan bahan baku ikan yang diterima.
4)
Hubungan antara rencana pemenuhan bahan baku dengan realisasi
pemenuhan bahan baku.
18 Analisis data dilakukan untuk mengetahui kapasitas yang dibutuhkan oleh
PT. Kelola Mina Laut, kebutuhan bahan baku yang dilakukan dengan
membandingkan antara jumlah bahan baku yang diterima perusahaan
dengan kapasitas yang disediakan oleh perusahaan dan berapa persen
permintaan yang dicapai berdasarkan kapasitas bahan baku apakah
memenuhi atau tidaknya kebutuhan bahan baku PT. Kelola Mina Laut.
5)
Analisis kebutuhan bahan baku total industri pengolahan ikan yang ada di
PPS kendari.
Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan bahan baku
ikan dari industri – industri pengolahan ikan yang terdapat di PPS kendari.
Analisis dilakukan secara sederhana dengan perhitungan aljabar sederhana.
4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN
4.1
Keadaan Umum Kota Kendari
4.1.1 Letak geografis dan topografi
Wilayah Kota Kendari merupakan ibukota Kendari dan sekaligus sebagai
ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendari terletak di bagian Selatan garis
Khatulistiwa yang berada di antara 3° 54' 30" - 4° 3' 11" LS dan membentang dari
barat ke Timur diantara 122° 23' - 122° 39' BT. Luas wilayah Kota Kendari ±
295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas 4 wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten
Kendari, Kolaka, Muna dan Buton, dan 1 wilayah kotamadya yaitu Kotamadya
Kendari, serta 1 wilayah kota administratif yaitu Kotif Bau-Bau. Wilayah Kota
Kendari berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Soropia dan Kabupaten Konawe
Sebelah Timur : Laut Kendari
Sebelah Selatan : Kecamatan Moramo, Kecamatan Konda dan Kabupaten Konawe
Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan dan Kecamatan
Sampara, Kabupaten Konawe.
Provinsi Sulawesi tenggara memiliki luas kurang lebih 153.019 km2 yang
terdiri dari wilayah daratan seluas 38.140 km2 dan wilayah perairan laut seluas
114.879,00 km2. Karena didominasi oleh perairan laut maka provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Apabila
seluruh potensi kelautan dan perikanan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka
pendapatan pembudidaya ikan dan nelayan dapat terus ditingkatkan.
Kondisi topografi daerah Sulawesi Tenggara umumnya bergunung,
bergelombang dan berbukit-bukit. Dataran yang berbukit, dilewati oleh sungaisungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil
lautnya. Permukaan tanah pegunungan relatif rendah (sebagian besar berada pada
ketinggian 100 - 500 meter diatas permukaan laut) dan yang digunakan untuk
usaha mencapai ± 1.167.039 Ha.
20 4.1.2 Keadaan klimatologi
Wilayah Kota Kendari dikenal dengan dua musim yaitu Musim Kemarau
(Agustus - Oktober) dan Musim Hujan (November - Maret).
Keadaan
Klimatologi wilayah ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus angin. Pada
musim kemarau, curah hujan berkurang karena angin yang bertiup dari arah timur
yang berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung uap air. Sedangkan
ketika musim hujan, angin bertiup banyak dari Benua Asia dan Samudera Pasifik
yang banyak mengandung uap air. Sulawesi Tenggara dikenal beriklim tropis
karena letak wilayah ini berada di sekitar daerah khatulistiwa, umumnya tinggi
wilayah daratannya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan memiliki
curah hujan yang tidak merata di wilayahnya sehingga menimbulkan wilayah
daerah basah dan wilayah daerah semi kering.
4.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk kota Kendari pada tahun 2004 – 2008 mengalami
peningkatan laju pertumbuhan sebesar 6,56 persen pertahun, dimana pada tahun
2004 jumlah penduduknya sebanyak 222.955 jiwa sedangkan tahun 2008 jumlah
penduduknya telah mencapai 254.236 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 123.150 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 131.086 jiwa.
Berdasarkan kriteria BPS jumlah penduduk kota Kendari dapat digolongkan
sebagai kelas kota sedang dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai
500.000 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk kota Kendari sejak tahun
2004 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Jumlah penduduk kota Kendari, Tahun 2004 - 2008
No
1
2
3
4
5
Tahun
2004
2005
2006
2007
2008
Jumlah penduduk (jiwa) Perubahan (%)
222.955
226.056
1,4
244.586
8,2
251.477
2,8
254.236
1,1
Sumber: W.Septianto, 2008
Dilihat dari fungsinya, kota Kendari disebut sebagai kota dagang, kota
pelabuhan dan kota pembangunan, masih banyak sumberdaya alam dan lahanlahan yang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terbukanya peluang dan
21 kesempatan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. Mata pencaharian penduduk
kota Kendari sebagian besar bergantung pada sektor pertanian yang menyerap
tenaga kerja lebih banyak hingga tahun 2008 sebanyak 1.063.117 orang
dibandingkan tahun 2007. Selain itu, juga terjadi penambahan tenaga kerja pada
sektor perdagangan sebanyak 262.533 orang, sebaliknya pada sektor industri
semakin mengalami penurunan 8.617 orang, sektor bangunan menurun 806 orang
dan sektor angkutan menurun 2.354 orang bila dibandingkan Agustus 2007.
Secara keseluruhan perubahan jumlah penduduk yang bekerja di masing-masing
sektor (lapangan pekerjaan utama) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan
Februari 2006 – Agustus 2008
No
Lapangan
Pekerjaan
1
2
3
4
5
6
Pertanian
Industri
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Jasa
Pertambangan
dan Keuangan
7
Jumlah Tenaga Kerja (jiwa)
2006
2007
2008
Feb
Agst
Feb
Agst
Feb
Agst
529.746 502.473 556.416 512.140 524.491 538.626
48.612 59.341 58.024 54.233 58.067 45.616
21.904 22.329 30.490 33.675 30.741 32.869
104.215 114.991 125.102 127.469 134.752 127.781
47.410 46.915 49.026 48.663 47.686 46.309
71.426 78.703 87.904 102.412 98.624 115.142
8.855
10.570
16.198
16.009
10.724
16.775
Keterangan:
1. Usia pekerja 15 tahun keatas
2. Sumber: W.Septianto, 2008
4.1.4 Produksi perikanan daerah
Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara didominasi oleh perairan laut
yang memiliki pulau – pulau kecil ±530 buah dengan panjang garis pantai ± 1.740
km, berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI
713) yang meliputi perairan selat Makassar, teluk Bone, laut Flores, laut Bali dan
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI 714) yang meliputi
teluk Tolo dan laut Banda yang mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar
kurang lebih 1.520,38 MT. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap, volume
produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,75 %
pertahun yaitu pada tahun 2001 sebesar 164.066,1 ton menjadi 213.309,3 ton
pada tahun 2008, sedangkan nilai produksinya juga mengalami kenaikan rata-rata
22 sebesar 21,49 % pertahun yaitu dari Rp. 853.601.805 pada tahun 2001 menjadi
Rp. 2.321.338.817 pada tahun 2008.
Selain peningkatan produksi perikanan tangkap, perkembangan volume
produksi penangkapan ikan diperairan laut juga mengalami peningkatan rata-rata
3,79 % pertahun yaitu pada tahun 2001 sebanyak 159.873,3 ton meningkat
menjadi 208.303,2 ton pada tahun 2008 dan nilai produksinya mengalami
kenaikan rata-rata 21,82 % pertahun yaitu dari Rp. 832.119.905 pada tahun 2001
menjadi Rp. 2.284.864.860 pada tahun 2008.
Disamping penangkapan ikan di laut, Sulawesi Tenggara juga memiliki
potensi penangkapan ikan di perairan umum yang mencapai 26.859 ton/tahun dan
wilayah penangkapan seluas 60.000 ha, dengan komoditi unggulan ikan mas, nila
dan gabus. Sampai dengan tahun 2008, penangkapan ikan di perairan umum baru
termanfaatkan sebesar 18,64% dengan produksi sebesar 5.006,7 ton (Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008).
Potensi lahan pasang surut yang bisa dikonversi menjadi tambak
diperkirakan seluas 44.669 Ha, sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar
14.781,7 Ha (33,09 %) dengan produksi sebesar 24.384,4 ton (Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008). Hal ini menunjukan bahwa tingkat
produktivitas tambak di Sulawesi Tenggara masih dapat terus ditingkatkan.
Masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas tambak ini antara lain
terjadinya serangan hama dan penyakit udang, terbatasnya tambak yang
berpengairan teknis, tingginya biaya operasional dan rendahnya pengetahuan serta
keterampilan pembudidaya ikan/udang.
Budidaya laut saat ini sudah mulai berkembang, terutama untuk jenis-jenis
komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti rumput laut, mutiara,
ikan kerapu, lobster dan kerang - kerangan. Potensi budidaya laut hampir merata
di seluruh pesisir Sulawesi Tenggara khususnya budidaya rumput laut, karena
perairan pantai di Sulawesi Tenggara pada umumnya subur dan mempunyai
pergantian air yang cukup. Namun demikian perkembangan budidaya laut di
daerah ini dapat diketegorikan lambat, hal ini antara lain disebabkan tingginya
biaya investasi, tingginya biaya operasional dan rendahnya pengetahuan serta
keterampilan pembudidaya. Potensi pengembangan budidaya laut di Sulawesi
23 Tenggara seluas 230.170 ha sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 32.922,0
Ha (16,82 %) dengan produksi sebesar 493.834,4 ton (Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008).
Budidaya ikan air tawar belum berkembang baik di Sulawesi Tenggara. Hal
ini disebabkan oleh rendahnya animo masyarakat untuk mengkonsumsi ikan air
tawar dan biaya produksi yang relatif tinggi serta terbatasnya pemasaran karena
pada umumnya pembudidaya ikan air tawar dilakukan dalam skala kecil. Potensi
pengembangan budidaya air tawar di Sulawesi Tenggara seluas 20.850 Ha,
sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 1.178,2 Ha (5,64 %) dengan produksi
sebesar 960,4 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara
2008).
Kawasan pesisir pada umumnya dihuni oleh nelayan dan pembudidaya ikan
yang sebagian besar masih dikategorikan miskin, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan akses masyarakat terhadap modal dan teknologi. Nelayan miskin
biasanya tidak memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melakukan
penangkapan ikan, yang cenderung berbuat merusak habitat, akibatnya juga
merusak dan mengurangi populasi ikan, serta kepemilikan sarana/prasarana,
teknologi yang kurang mendukung untuk memperoleh hasil yang memadai. Pola
pemanfaatan tersebut dapat menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem
sumberdaya pesisir dan menurunnya daya dukung lingkungan sebagai tempat
tinggal berbagai organisme yang ada.
4.1.5 Keadaan unit penangkapan ikan
4.1.5.1 Kapal
Jenis perahu atau kapal penangkap yang digunakan dalam operasi
penangkapan ikan di wilayah perairan Sulawesi Tenggara digolongkan menjadi
tiga jenis yaitu perahu tidak bermotor berupa perahu jukung dan perahu papan,
kapal motor tempel dan kapal bermotor. Pada periode tujuh tahun terakhir (20012008) perkembangan jumlah keseluruhan armada penangkapan ikan mengalami
peningkatan sebesar 5,57 % per tahun dari 22.291 unit pada tahun 2001 telah
mencapai 32.222 unit pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan
nelayan terhadap kapal penangkapan ikan terkait dengan kondisi perkembangan
24 teknologi dan kondisi potensi sumberdaya laut yang cukup besar untuk
dimanfaatkan.
Jenis dan jumlah armada penangkapan di Provinsi Sulawesi
Tenggara secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah perahu/kapal perikanan tangkap menurut kategori kapal
periode 2001 - 2008
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Kecerendungan
perkembangan
Jenis Armada (unit)
Perahu
kapal motor
kapal
tanpa motor
tempel
motor
17.511
3.762
1.019
17.657
3.772
1.019
21.349
4.379
1.349
22.308
4.592
906
20.904
4.426
906
20.446
10.725
2.422
20.004
8.840
2.812
16.085
13.275
2.862
-28
+1319
+299
Jumlah
(unit)
22.291
22.448
22.077
27.806
26.236
33.593
31.656
32.222
+1768
Keterangan:
1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008
2) (-) yaitu menurun tiap tahun
(+) yaitu meningkat tiap tahun
Umumnya nelayan Sulawesi Tenggara dominan menggunakan perahu tanpa
motor sebab jenis perahu ini lebih mudah dalam pengoperasiannya dan biaya yang
dikeluarkan relatif murah karena tidak perlu menggunakan bahan bakar, yang
telah mencapai 16.085 unit pada tahun 2008 atau 49,9 % terhadap total
armada/kapal penangkapan ikan. Namun jika dilihat perkembangannya dari tahun
2001 sampai dengan tahun 2008 bahwa perahu tanpa motor cenderung mengalami
penurunan.
Selanjutnya, kapal motor tempel adalah jenis kapal lain yang
sebagian digunakan nelayan setelah perahu tanpa motor, dimana jumlahnya setiap
tahun cenderung meningkat dari tahun 2001 sebanyak 3.762 unit menjadi 13.275
unit atau 31,6 % pada tahun 2008. Bertambahnya kapal motor tempel akan
memungkinkan nelayan melakukan pengoperasian dengan jarak yang lebih jauh
sampai menuju daerah fishing ground. Adapun jenis kapal yang paling sedikit
dioperasikan nelayan Sulawesi Tenggara adalah jenis kapal motor, meskipun
demikian jumlah perahu ini semakin meningkat pesat pertahun hingga mencapai
2.862 unit 8,88 % pada tahun 2008 terhadap total armada/kapal penangkapan
25 ikan. Berikut kecerendungan perkembangan jumlah armada penangkapan ikan
berdasarkan jenis kapal periode tahun 2001 – 2008 pada Gambar 1 s/d gambar 4
Trend Perkembangan Jumlah Perahu tanpa motor
Linear Trend Model
Yt = 19659,4 - 28,0952* t
23000
Variab le
A ctual
F its
F o recasts
Perahu tanpa motor
22000
21000
A ccuracy M easu res
MA PE
10
MA D
1854
M SD
4174618
20000
19000
18000
17000
16000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 1 Trend perkembangan jumlah perahu tanpa motor
Gambar 1 di atas memperlihatkan trend perkembangan jumlah perahu tanpa
motor pada periode 2001 – 2008 yang terlihat cenderung menurun, dengan
persamaan yang dihasilkan adalah yt= 19659,4 – 28,0952t (Yt= Jumlah perahu
tanpa motor pada tahun ke t) menunjukkan bahwa tiap tahunnya jumlah perahu
tanpa motor yang digunakan nelayan mengalami penurunan sebesar 28 unit.
Penurunan ini dapat disebabkan kapal tersebut masih sangat bersifat tradisional
yang sudah tidak mendukung lagi dalam operasi penangkapan ikan dalam jarak
yang jauh sehingga banyak nelayan berpindah pada jenis kapal yang lebih
modern. Pada gambar di atas juga meramalkan kondisi jumlah perahu tanpa motor
yang digunakan nelayan pada dua tahun kedepan (2009 – 2010) yang juga akan
mengalami penurunan.
Gambar 2 di bawah menjelaskan trend perkembangan jumlah kapal motor
tempel periode 2001 – 2008 dan dengan peramalan dua tahun ke depan yaitu
periode tahun 2009 – 2010. Dari gambar tersebut diperoleh persamaan trend
linear perkembangan jumlah kapal motor tempel yang digunakan nelayan yaitu
Yt= 785,5 + 1319,08t (Yt= Jumlah kapal motor tempel pada tahun ke t) yang
menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kapal motor tempel setiap tahun
26 yang sangat pesat sebanyak 1319 unit dengan peramalan dua tahun ke depan
cenderung akan semakin meningkat pula. Berdasarkan hasil wawancara bahwa
nelayan semakin banyak menggunakan kapal motor tempel sebab jumlah
tangkapan ikan yang ditangkap akan lebih meningkat dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi nelayan.
Trend Perkembangan Jumlah Kapal Motor Tempel
Linear Trend Model
Yt = 785,5 + 1319,08*t
Variable
A ctual
Fits
Forecasts
14000
Kapal Motor tempel
12000
A ccuracy Measures
MA PE
26
MA D
1492
MSD
2891851
10000
8000
6000
4000
2000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 2 Trend perkembangan jumlah kapal motor tempel
Trend perkembangan jumlah kapal motor dijelaskan pada Gambar 3 yang
menunjukkan hasil persamaan trend linear Yt= 318,036 + 298,631t (Yt= Jumlah
kapal motor pada tahun ke t). Persamaan tersebut memperlihatkan pada periode
2001 – 2008 terjadi kenaikan jumlah kapal motor sebesar 299 unit. Pada gambar,
dapat dilihat perbedaan peningkatan yang sangat besar antara tahun 2004 dengan
2005, begitu pula pada tahun 2007 dengan tahun 2008. Peningkatan jumlah kapal
motor memperlihatkan bahwa nelayan di Sulawesi Tenggara kini semakin
berkembang. Peramalan juga dilakukan terhadap perkembangan jumlah kapal
motor yang digunakan nelayan selama dua tahun ke depan (2009 -2010) dimana
hasil ramalan tersebut menunjukkan peningkatan pula.
27 T r e nd P e r k e mba nga n J uml a h K a pa l M o to r
Line a r T r e nd M o d e l
Yt = 3 18,0 36 + 2 98,631 * t
35 00
V ar iab le
A c tu al
F its
F o r ec asts
Kapal motor
30 00
A c c u r ac y M easu r es
MA PE
32
MA D
378
MSD
207808
25 00
20 00
15 00
10 00
5 00
200 1
200 2
200 3
2 00 4
2 00 5 2 006
Year
2 007
2 008
2 009
2 010
Gambar 3 Trend perkembangan jumlah kapal motor
Gambar 4 di bawah memperlihatkan peningkatan jumlah kapal
penangkapan ikan secara keseluruhan selama periode 2001 – 2008.
Hal ini
ditunjukkan oleh persamaan trend linear Yt= 19333,9 + 1768,27t (Yt= Jumlah
kapal pada tahun ke t), yang menjelaskan bahwa jumlah kapal keseluruhan di
Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 1768
unit, kemudian dari trend linear tersebut juga diramalkan perkembangan dua
tahun ke depan bahwa jumlah kapal penangkap ikan juga mengalami peningkatan.
Dengan adanya peningkatan jumlah kapal yang digunakan nelayan dapat
menunjukkan bahwa dalam kurun waku delapan tahun masyarakat yang
beroperasi sebagai nelayan semakin banyak.
T r e n d P e r k e m b a n g a n J u m l a h K a p a l T o ta l
Lin e a r T r e n d M o d e l
Y t = 1 9 3 3 3 ,9 + 1 7 6 8 ,2 7 * t
38000
V a r ia b le
A c tu a l
F its
F o r e c a sts
36000
Jumlah Kapal Total
34000
A c c u r a c y M e a su r e s
MA PE
6
MAD
1 559
MSD
35 97 076
32000
30000
28000
26000
24000
22000
20000
2001
2002
2003
2004
2005 2006
Year
2007
2008
2009
2010
Gambar 4 Trend perkembangan jumlah kapal total
28 4.1.5.2 Nelayan
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air.
Berdasarkan kategori
perikanan tangkap, nelayan Sulawesi Tenggara terdiri dari nelayan penuh, nelayan
sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Jumlah nelayan di Sulawesi
Tenggara sampai dengan tahun 2008 tercatat sebanyak 135.392 orang.
Berdasarkan kategorinya bahwa jumlah kelompok nelayan penuh sampai 2008
meningkat menjadi 66.961 orang atau 49,5 %, jumlah kelompok nelayan sambilan
utama sebesar 53.017 orang atau 25,9 % dan jumlah kelompok nelayan sambilan
tambahan sebessar 15.414 orang atau 11,4 %. Jumlah nelayan perikanan Sulawesi
Tenggara menurut kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4 Jumlah nelayan perikanan tangkap menurut kategori nelayan
periode 2001 - 2008
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Kecerendungan
perkembangan
Kategori Nelayan (orang)
Nelayan
Nelayan
Nelayan
sambilan
sambilan
penuh
utama
tambahan
31.878
51.287
17.114
31.878
51.287
17.114
35.143
56.781
19.202
40.661
58.574
20.842
54.539
67.763
24.999
51.912
22.537
13.172
60.509
47.660
13.866
66.961
53.017
15.414
+ 5.392
-1.185
-501
Jumlah
(orang)
100.279
100.279
111.126
120.077
147.301
87.621
122.035
135.392
+3.706
Keterangan:
1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008
2) (-) yaitu menurun tiap tahun
(+) yaitu meningkat tiap tahun
Jika dilihat dari tahun 2001 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan setiap
tahunnya, namun pada tahun 2006 jumlah nelayan mengalami penurunan jauh
sebesar 59.580 orang dari tahun 2005. Berdasarkan wawancara, penurunan ini
disebabkan karena adanya krisis ekonomi dimana pada saat itu terjadi kenaikan
harga BBM sehingga nelayan mesti mengeluarkan biaya tinggi untuk kebutuhan
melaut. Disamping itu, Hasil tangkapan ikan yang diperoleh sangat tidak sesuai
29 dengan biaya yang sudah dikeluarkan oleh nelayan. Di bawah ini pada Gambar 5
s/d gambar 8 memperlihatkan kecerendungan perkembangan jumlah nelayan
selama periode 2001 – 2008 dari masing – masing kategori nelayan tersebut.
Tr e nd pe r k e mba nga n J umla h ne la y a n P e nuh
Line a r T re nd M ode l
Yt = 22421,5 + 5391,92* t
80000
V ar iab le
A c tu al
F its
F o r ec asts
Nelayan penuh
70000
A c c u r ac y M easu r es
MA PE
7
MAD
2743
MSD
9771336
60000
50000
40000
30000
2001
2002
2003
2004
2005 2006
Year
2007
2008
2009
2010
Gambar 5 Trend perkembangan jumlah nelayan penuh
Berdasarkan data jumlah nelayan penuh tahun 2001 -2008 dapat diketahui
kecerendungan garis trend linear nelayan penuh meningkat sangat tinggi setiap
tahunnya.
Kecerendungan tersebut terlihat pada persamaam Yt= 22421,5 +
5391,92t (Yt = Jumlah nelayan pada tahun ke t), pada Gambar 5 di atas yang
berarti bahwa setiap penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah nelayan
penuh sebesar 5392 orang. Berikutnya dapat diramalkan kondisi nelayan penuh
untuk dua tahun ke depan yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 juga akan terus
mengalami peningkatan.
Pada Gambar 6 di bawah diperoleh trend linear jumlah nelayan sambilan
utama selama periode 2001 - 2008 dengan persamaan Yt = 56447,3 – 1185,3t (Yt
adalah jumlah alat tangkap pada tahun ke t) berdasarkan dari data jumlah nelayan
sambilan utama pada tabel 4 yang artinya bahwa setiap satu tahun terjadi
penurunan jumlah nelayan sambilan utama sebesar 1.185 orang. Dari persamaan
dan garis trend dibawah dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah nelayan
sambilan utama yang cukup tinggi. Kemudia untuk dua tahun ke depan (2009 s/d
2010) diramalkan bahwa akan mengalami penurunan jumlah nelayan sambilan
utama.
30 Tr e nd pe r k e mba nga n J umla h N e la y a n s a mbila n U ta ma
Line a r T r e nd M ode l
Yt = 56447,3 - 1185,33* t
Nelayan Sambilan Utama
70000
V ar iab le
A c tu al
F its
F o r ec asts
60000
A c c u r ac y M easu r es
MA PE
24
MA D
8513
MSD
142275170
50000
40000
30000
20000
2001
200 2
2003
2004
2005 2006
Year
2007
200 8
2009
2010
Gambar 6 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan utama
Pada Gambar 7 dapat diketahui kecenderungan jumlah nelayan sambilan
tambahan mengalami penuruan terus menerus setiap tahunnya. Kecenderungan
tersebut tergambar dari persamaan trend linear Yt= 19969,3 – 500.869t (Yt =
jumlah nelayan sambilan tambahan pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap
penambahan satu tahun jumlah nelayan sambilan tambahan akan menurun
sebesar 501 orang.
Trend perkembangan Jumlah N elayan sambilan Tambahan
Linear Trend Model
Yt = 19969,3 - 500,869* t
Nelayan Sambilan Tambahan
26000
Variab le
A ctu al
F its
F o recasts
24000
22000
A ccuracy M easu res
MA PE
15
MA D
2786
MSD
11997509
20000
18000
16000
14000
12000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 7 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan tambahan
31 Trend perkembangan Jumlah Nelayan Total
Linear Trend Model
Yt = 98838,0 + 3705,71* t
150000
Variable
A ctual
F its
F orecasts
Jumlah Nelayan Total
140000
130000
A ccuracy Measures
MA PE
10
MA D
11107
MSD
269202467
120000
110000
100000
90000
80000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 8 Trend perkembangan jumlah nelayan total
Berdasarkan data jumlah nelayan keseluruhan pada Tabel 4 maka diperoleh
persamaan trend linear yaitu Yt = 98838 + 3705,71t (Yt = jumlah nelayan total
pada tahun ke t), yang artinya setiap penambahan satu tahun terjadi peningkatan
jumlah nelayan sebesar 3.705 orang. Dari garis trend linear dan persamaan
tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nelayan di Sulawesi Tenggara
yang tinggi.
Begitu pula dengan peramalan dua tahun ke depan juga akan
cenderung meningkat.
Menentukan jumlah nelayan erat kaitannya dengan pendekatan rumah
tangga (sebagai sumber data adalah nelayan) yaitu rumah tangga perikanan (RTP)
dan rumah tangga buruh perikanan (RTBP). Rumah tangga perikanan adalah
rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air dengan tujuan sebagian/seluruh hasilnya untuk dijual.
Kegiatan operasi penangkapan RTP ini dapat dilakukan oleh rumah tangga
tersebut saja, oleh anggota rumah tangga tersebut bersama-sama tenaga buruh,
atau oleh tenaga buruh saja. Namun demikian, terdapat kesulitan yang dihadapi
karena satu orang nelayan dalam satu tahun mungkin bekerja pada dua rumah
tangga / perusahaan perikanan (PP) yang berbeda karena adanya musiman. RTP di
Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dikatakan sebagian besar masih bersifat
tradisional, hal tersebut dilihat dari banyaknya RTP masih menggunakan perahu
tanpa motor yang jumlahnya cenderung meningkat dari tahun 2001 – 2008 dari
32 17.154 RTP meningkat menjadi 14.776 RTP. Selanjutnya RTP yang usahanya
tidak menggunakan perahu menunjukkan pula peningkatan sebesar 4.834 RTP
atau 13,92 % dari jumlah RTP keseluruhan dan RTP yang usahanya memakai
kapal bermotor juga mengalami peningkatan pesat dengan rata – rata 27,53
persen pertahun dari 4.724 RTP pada tahun 2001 menjadi 15.129 RTP tahun
2008. Banyaknya RTP yang menggunakan kapal bermotor memperlihatkan
bahwa perusahaan perikanan di Sulawesi Tenggara mengalami perkembangan dan
kemajuan usahanya.
Jumlah RTP atau PP pada perikanan tangkap Sulawesi
Tenggara pada tahun 2001 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 5 dan trend
perkembangan jumlah RTP atau PP dari masing – masing kategori usaha dapat
diperhatikan pada Gambar 9 s/d 12.
Tabel 5 Jumlah RTP/PP perikanan tangkap menurut kategori besarnya
usaha, tahun 2001 - 2008
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Kecerendungan
perkembangan
Kategori Besarnya Usaha (RTP)
kapal
Tanpa
perahu
motor/motor
Perahu
tanpa motor
tempel
2.559
17.154
4.724
2.409
17.315
4.735
2.645
20.862
5.597
3.040
21.611
5.097
2.027
20.598
5.069
5.046
16.550
12.206
6.267
15.612
9.640
4.834
14.776
15.129
+493
-466
+1.935
Jumlah
(RTP)
24.437
24.459
29.104
29.748
27.694
33.802
31.519
34.739
+1.422
1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008
2) (-) yaitu menurun tiap tahun
(+) yaitu meningkat tiap tahun
Berdasarkan data jumlah RTP di Sulawesi Tenggara selama periode 20012008 dapat diketahui kecenderungan garis trend jumlah RTP yang tidak
menggunakan perahu yang terus naik cukup tinggi setiap tahunnya. Pada Gambar
9 kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan Yt = 1385,25 + 492,917t (Yt
adalah jumlah RTP tanpa perahu pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap
penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah RTP
sebesar 493 RTP.
33 Kemudian dapat diramalkan bahwa jumlah RTP tanpa perahu untuk dua tahun ke
depan juga akan mengalami peningkatan.
Trend perkembangan Jumlah RTP Tanpa Perahu
Linear Trend Model
Yt = 1385,25 + 492,917* t
Variable
A ctual
F its
F orecasts
Tanpa Perahu
6000
A ccuracy Measures
MA PE
23
MA D
713
MSD
840497
5000
4000
3000
2000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 9 Trend perkembangan jumlah RTP tanpa perahu
Pada Gambar 10 dapat diketahui kecenderungan jumlah RTP yang
menggunakan perahu tanpa motor mengalami penuruan terus menerus setiap
tahunnya. Kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan trend linear Yt =
20154,9 – 465,595t (Yt = jumlah RTP dengan perahu tanpa motor pada tahun ke
t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun jumlah nelayan sambilan
tambahan akan menurun sebesar 466 RTP.
Trend perkembangan Jumlah RTP dengan Perahu Tanpa Motor
Linear Trend Model
Yt = 20154,9 - 465,595* t
22000
Variable
A ctual
F its
F o recasts
Perahu tanpa Motor
21000
20000
A ccuracy M easures
MA PE
11
MA D
2048
MSD
4778857
19000
18000
17000
16000
15000
14000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 10 Trend perkembangan jumlah RTP dengan perahu tanpa motor 34 Trend perkembangan Jumlah RTP dengan Kapal Motor
Linear Trend Model
Yt = 1498,25 + 1394,75*t
16000
Variable
Actual
Fits
Forecasts
14000
Kapal Motor
12000
A ccuracy Measures
MA PE
26
MA D
1773
MSD
4159694
10000
8000
6000
4000
2000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 11 Trend perkembangan jumlah RTP dengan kapal motor Pada Gambar 11 yang menunjukkan hasil persamaan trend linear Yt =
1498,25 + 1394,75t (Yt= Jumlah RTP dengan kapal motor pada tahun ke t).
Persamaan tersebut memperlihatkan pada periode 2001 – 2008 terjadi kenaikan
jumlah RTP yang menggunakan kapal motor setiap penambahan satu tahun
sebesar 1395 RTP.
Pada gambar, dapat dilihat perbedaan peningkatan yang
sangat besar antara tahun 2005 dan 2006. Peningkatan jumlah RTP yang
menggunakan kapal motor memperlihatkan bahwa nelayan di Sulawesi Tenggara
kini semakin berkembang. Peramalan terhadap dua tahun ke depan (2009 -2010)
juga menunjukkan peningkatan.
Sedangkan perkembangan keseluruhan jumlah RTP di Sulawesi Tenggara
dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah. Gambar tersebut menunjukkan garis
trend linear jumlah RTP total yang cenderung meningkat sangat tinggi setiap
tahunnya.
Kecerendungan tersebut terlihat pada persamaam Yt = 23038,4 +
1422,072t (Yt = Jumlah RTP total pada tahun ke t), yang berarti bahwa setiap
penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah RTP sebesar 1422 RTP.
Berikutnya dapat diramalkan kondisi jumlah RTP untuk dua tahun ke depan yaitu
pada tahun 2009 dan tahun 2010 juga akan terus mengalami peningkatan.
35 Trend perkembangan Jumlah RTP Total
Linear Trend Model
Yt = 23038,4 + 1422,07* t
37500
Variable
A ctual
F its
F orecasts
Jumlah RTP Total
35000
A ccuracy Measures
MA PE
5
MA D
1344
MSD
2448654
32500
30000
27500
25000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 12 Trend perkembangan jumlah RTP total
4.1.5.3 Alat tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Sulawesi Tenggara pada periode
2001 – 2008 mengalami peningkatan dari 33.206 unit pada tahun 2001 menjadi
54.562 unit pada tahun 2008. Bertambahnya penduduk yang bekerja sebagai
nelayan maka kebutuhaan akan alat tangkap juga meningkat.
Macam – macam alat tangkap perikanan laut yang terdapat di Propinsi
Sulawesi Tenggara terdiri dari:
1) Pukat kantong yang terdiri dari payang, dogol dan pukat pantai
2) Pukat cincin
3) Jaring insang yang terdiri dari jaring insang hanyut, jaring insang lingkar,
jaring klitik, jaring insang tetap dan jaring insang tiga lapis.
4) Jaring angkat yang terdiri dari bagan perahu, bagan tancap, serok dan songko,
anco dan jaring angkat lainnya.
5) Pukat tarik yang terdiri dari pukat tarik udang ganda, pukat tarik udang
tunggal, pukat tarik udang berbingkai dan pukat tarik ikan.
36 Tabel 6 Jumlah unit alat tangkap ikan di perairan laut menurut jenis alat
Tangkap, tahun 2001 - 2008
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Kecerendungan
perkembangan
pukat
udang
304
-
Jenis Alat Tangkap (unit)
Jumlah
Pukat Pukat Jaring Jaring Pukat
(unit)
kantong cincin insang angkat tarik
1.343
234
8.246
1.607
- 33.206
1.343
234
8.246
1.607
- 33.306
1.471
271 11.412
1.771
- 46.412
1.528
411 10.935
1.604
410 42.957
1.781
617 11.904
2.069
420 56.036
2.691
852 11.495
2.749 1.311 52.674
1.785
973 11.170
2.790 1.099 53.098
1.933 2.252 10.976
2.837 1.482 54.562
+122
+235
+416
+213
-
+3337
1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara ,2008
2) (-) yaitu menurun tiap tahun
(+) yaitu meningkat tiap tahun
Berdasarkan data alat tangkap perikanan laut Sulawesi Tenggara, alat
tangkap yang banyak dioperasikan nelayan adalah jaring insang dengan jaring
insang tetap sebagai alat tangkap yang paling dominan. Jumlah alat tangkap
jaring insang mengalami peningkatan rata - rata sebesar 4,14 % pertahun dari
8246 unit pada tahun 2001 menjadi 10,976 unit pada tahun 2008.
Secara
keseluruhan semua jenis alat tangkap mengalami peningkatan terkecuali alat
tangkap pukat udang yang hanya dioperasikan pada tahun 2003 sebanyak 304 unit
setelah itu alat tangkap ini tidak dioperasikan lagi di wilayah perairan laut
Sulawesi Tenggara sebab telah dikeluarkan peraturan pemerintah tentang
ketentuan alat penangkap ikan dalam SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) yang
melarang
pengoperasian
pukat
udang
yang
menggunakan
2
kapal.
Perkembangan jumlah alat tangkap dari masing – masing jenis alat tangkap di
perairan laut di Sulawesi Tenggara pada tahun 2001 – 2008 dapat dilihat pada
Gambar 13 s/d 17.
37 Trend Perkembangan Alat tangkap Pukat kantong
Linear Trend Model
Yt = 1185,11 + 122,060*t
2800
Variable
A ctual
Fits
Forecasts
2600
Pukat kantong
2400
A ccuracy Measures
MA PE
10,0
MA D
202,3
MSD
93986,0
2200
2000
1800
1600
1400
1200
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 13 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat kantong
Gambar 13 di atas memperlihatkan trend perkembangan jumlah alat tangkap
pukat kantong pada periode 2001 – 2008 yang terlihat cenderung meningkat,
dengan persamaan yang dihasilkan adalah Yt = 1185,11 + 122,060t (Yt = Jumlah
alat tangkap pukat kantong pada tahun ke t) menunjukkan bahwa tiap tahunnya
jumlah pukat kantong yang digunakan nelayan mengalami peningkatan sebesar
122 unit. Pada gambar di atas juga meramalkan kondisi jumlah alat tangkap yang
digunakan nelayan pada dua tahun kedepan (2009 – 2010) yang juga akan
mengalami peningkatan.
Trend Perkembangan Alat tangkap Pukat Cincin
Linear Trend Model
Yt = -328,607 + 235,357*t
2500
Variable
Actual
Fits
Forecasts
Pukat Cincin
2000
Accuracy Measures
MAPE
50
MAD
279
MSD
110144
1500
1000
500
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 14 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat cincin
38 Gambar 14 di atas memperlihatkan peningkatan jumlah alat tangkap pukat
cincin secara keseluruhan selama periode 2001 – 2008. Hal ini ditunjukkan oleh
persamaan trend linear Yt = -328,607 + 235,357t (Yt = Jumlah alat tangkap pukat
cincin pada tahun ke t), yang menjelaskan bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin
di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 235
unit, kemudian dari trend linear tersebut juga diramalkan perkembangan dua
tahun ke depan bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin juga akan mengalami
peningkatan.
Trend Perkembangan Alat tangkap Jaring Insang
Linear Trend Model
Yt = 8675,79 + 416,048*t
13000
Variable
A ctual
F its
F orecasts
Jaring Insang
12000
A ccuracy Measures
MA PE
9
MA D
889
MSD
941284
11000
10000
9000
8000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 15 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring insang
Berdasarkan data jumlah unit alat tangkap pada Tabel 6 telah diperoleh
persamaan trend linear yaitu Yt = 8675,79 + 416,043t (Yt = jumlah alat tangkap
jaring insang pada tahun ke t), yang artinya setiap penambahan satu tahun terjadi
peningkatan jumlah alat tangkap jaring insangi sebesar 416 unit. Dari garis trend
linear dan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah
alat tangkap jaring insang yang cukup tinggi. Pada gambar juga dapat diramalkan
jumlah alat tangkap jaring insang akan cenderung meningkat untuk dua tahun ke
depan yaitu tahun 2009 – 2010.
Untuk trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat dijelaskan
pada Gambar 16 selama periode 2001 – 2008 dengan peramalan dua tahun ke
depan yaitu 2009 – 2010. Persamaan trend linear untuk perkembangan jumlah
alat tangkap jaring angkat adalah Yt = 1169,04 + 213,381t (Yt = jumlah alat
tangkap jaring angkat pada tahun ke t). Persamaan terbut menjelaskan bahwa
39 setiap penambahan satu tahun akan meningkatn sebesar 213 unit, kemudian
peramalan alat tangkap jaring angkat untuk dua tahun ke depan akan terus
mengalami peningkatan.
Trend Perkembangan Alat tangkap Jaring Angkat
Linear Trend Model
Yt = 1169,04 + 213,381*t
3500
Variable
Actual
Fits
Forecasts
Jaring Angkat
3000
A ccuracy Measures
MAPE
8,5
MAD
165,7
MSD
45327,7
2500
2000
1500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 16 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat
Gambar 17 di bawah dapat diketahui kecenderungan jumlah keseluruhan
alat tangkap di Sulawesi Tenggara naik setiap tahunnya. Kecenderungan tersebut
tergambar dari persamaan trend linear Yt = 31514,4 + 3337,11t (Yt = jumlah alat
tangkap total pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun
akan meningkatkan total jumlah alat tangkap sebesar 3337 unit.
Trend Perkembangan Alat tangkap Total
Linear Trend Model
Yt = 31514,4 + 3337,11* t
Variable
A ctual
F its
F o recasts
Jumlah Alat Tangkap Total
65000
60000
A ccuracy Measures
MA PE
8
MA D
3465
MSD
16652985
55000
50000
45000
40000
35000
30000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Year
Gambar 17 Trend perkembangan jumlah alat tangkap total
40 4.2
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari
4.2.1 Lokasi PPS Kendari
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terletak di Kelurahan Puday,
Kecamatan Abeli, Kota Kendari dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kerja
dan wilayah Pengoperasian PPS Kendari terdiri dari wilayah kerja daratan seluas
40,53 Ha dan wilayah kerja perairan seluas 33,20 Ha serta wilayah pengoperasian
daratan seluas 59,34 Ha dan wilayah pengoperasian perairan seluas 8,72 Ha
dengan batas-batas dalam koordinat geografis berada pada titik koordinat 03° 58'
48" LS dan 122° 34' 17" BT, letaknya relatif dekat dengan Laut Arafura dan Laut
Banda.
PPS Kendari merupakan salah satu pelabuhan samudera di kawasan timur
Indonesia, sehingga PPS Kendari disebut sebagai basis utama perikanan laut di
Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang masih cukup
besar dengan fishing ground adalah Laut Flores, Selat Makassar, Laut Banda,
Laut Arafura dan Laut Maluku yang kaya akan ragam jenis ikan baik pelagis
maupun demersal.
4.2.2 Sejarah PPS Kendari
Pada awalnya rencana pembangunan PPS Kendari akan dibangun di Kota
Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, namun karena tidak adanya lahan yang
tersedia di kota tersebut maka pembangunan PPS ini dialihkan ke Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara. Perencanaan pembangunan PPS Kendari dimulai
sejak tahun 1984. Pembangunan PPS Kendari diawali dengan pembebasan tanah
rakyat yang kemudian dilanjutkan dengan tahap konstruksi atas dasar Studi
Kelayakan oleh Tim Asian Development Bank bekerja sama dengan Direktorat
Jenderal Perikanan. Sebelum ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan samudera,
status kelembagaannya adalah Project Manajemen Unit (PMU) (Direktorat
Jenderal Perikanan, 2009).
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari diresmikan pada tanggal 10
September 1990 oleh Presiden RI Bapak H.M. Soeharto.
pembangunan PPS Kendari adalah:
Adapun tujuan
41 1) Peningkatan investasi perikanan;
2) Peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan;
3) Peningkatan sarana prasarana pelabuhan perikanan dalam jumlah dan
kapasitas yang memadai;
4) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat perikanan dalam mengelola
sumberdaya perikanan;
5) Peningkatan data dan informasi perikanan yang akurat;
6) Peningkatan profesionalisme SDM perikanan;
7) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakt perikanan melalui
pengembangan Kelompok Usaha bersama (KUB) dalam kerangka Unit Bisnis
Perikanan Terpadu (UBPT).
Sementara sasaran pembanguna PPS kendari adalah:
1) Tercapainya investasi perikanan sebesar 250 Milyar;
2) Tercapainya volume distribusi ekspor dan domestic hasil perikanan sebesar
14.000 ton;
3) Tercapainya sasaran indikator umum pelabuhan perikanan meliputi
pendaratan ikan 13.500 ton/tahun, kunjungan kapal ikan 15.000 kali/tahun,
penyaluran BBM solar 25.000 ton/tahun, penyerapan tenaga kerja 2.000
orang/tahun dan PNBP sebesar 2,1 Milyar/tahun;
4) Tersedianya sarana dan prasarana pelabuhan perikanan berupa dermaga
tambat labuh sepanjang 710 M, reklamasi kavling industri seluas 8,2 Ha,
revrement sisi barat sepanjang 1.200 M, peningkatan kualitas jalan kompleks
27.342 M, tersedianya catu daya listrik 10.000 KVA, tersedianya rambu
navigasi dua unit, pengembangan IPAL satu unit dan pengembangan
kapasitas unit pengolahan air bersih 350 KL/hari sebanyak satu unit;
5) Berkurangnya pelanggaran dan tindak pidana perikanan (illegal fishing);
6) Tersedianya data dan informasi perikanan yang akurat;
7) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan formal maupun non formal bagi
SDM perikanan sebanyak 100 orang;
8) Meningkatnya pendapatan dan kesejahtraan masyarakat perikanan;
9) Tersedianya Unit Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT) untuk mewadahi
pengembangan usaha perikanan skala kecil.
42 4.2.3 Struktur organisasi dan tata kerja PPS Kendari
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.06/MEN/2007
tanggal 25 Januari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan
yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.19/MEN/2008 menyatakan bahwa struktur oerganisasi PPS Kendari adalah
sebagai berikut:
1) Kepala Pelabuhan:
Sebuah pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan yang
bertugas untuk mengoptimalkan tugas dan fungsí PPS Kendari; Menyusun
rencana
pembangunan,
pengembangan,
pemeliharaan,
pengawasan,
pengendalian, pendayagunaan sarana dan prasarana PPS Kendari; Menyusun
rencana induk (master plan) pelabuhan perikanan sebagai landasan
pengembangan dan pengelolaan
serta meningkatkan operasional PPS
Kendari .
2) Bagian Tata Usaha:
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana
dan program, urusan tata usaha dan rumah tangga, pelaksanaan dan
koordinasi
pengendalian
lingkungan,
serta
pengelolaan
administrasi
pelayanan masyarakat perikanan. Bagian tata usaha terdiri dari:
a.
Sub bagian keuangan yang mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan penyusunan rencana dan program, anggaran, administrasi
keuangan dan barang kekayaan milik negara.
b.
Sub bagian umum yang mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha,
rumah
tangga,
perlengkapan,
persuratan,
kearsipan,
pelaporan,
pelaksanaan dan koordinasi pengendalian lingkungan yang meliputi
keamanan, ketertiban, kebersihan, kebakaran, dan pencemaran di
kawasan
pelabuhan
perikanan,
serta
pengelolaan
administrasi
kepegawaian dan pelayanan masyarakat perikanan.
3) Bidang Pengembangan:
Bidang pengembangan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan,
pemeliharaan, pengembangan, dan pendayagunaan sarana dan prasarana,
43 pelayanan jasa, fasilitasi usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata
bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, serta koordinasi peningkatan
produksi. Bagian ini terdiri dari:
a.
Seksi sarana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan pengendalian, pendayagunaan sarana dan prasarana.
b.
Seksi pelayanan dan pengembangan usaha mempunyai tugas melakukan
koordinasi peningkatan produksi, pelayanan jasa, fasilitasi usaha,
pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, dan pemberdayaan
masyarakat perikanan.
4) Bidang Tata Operasional:
Bidang Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis
kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan, fasilitasi
pemasaran dan distribusi hasil perikanan serta penyuluhan perikanan,
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, pengelolaan sistem
informasi, publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di
wilayahnya. Tata operasional terdiri dari:
a.
Seksi kesyahbandaran perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan
teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.
b.
Seksi pemasaran dan informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi
pemasaran dan distribusi hasil perikanan serta penyuluhan perikanan,
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, pengelolaan
sistem informasi, publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil
perikanan di wilayahnya.
5) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengawasan mutu hasil perikanan dan kegiatan fungsional lain yang sesuai
dengan tugas masing - masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tata kerja PPS Kendari hingga saat ini didukung oleh 78 orang pegawai
yang terdiri dari 56 orang berstatus PNS, tiga orang CPNS, satu orang sebagai
tenaga honorer, sembilan orang tenaga kontrak SATPAM dan sembilan orang
44 tenaga kebersihan.
Komposisi pegawai PPS Kendari dibagi atas Sarjana
(S1/D.IV/III) Teknis Perikanan sebanyak 11 orang, Sarjana (S2/ S1/D.IV/III) Non
Teknis sebanyak 15 orang, SLTA Teknis Perikanan sebanyak 3 orang dan SLTA
Non teknis sebanyak 41 orang.
Jika dilihat dari komposisi pegawai PPS Kendari sebagian besar
berpendidikan non teknis perikanan yang umumnya ditempatkan pada bagian
fungsi pelayanan, kebersihan, keamanan, keuangan dan administrasi. Sedangkan
jika dilihat dari kuantitas maka jumlah pegawai PPS Kendari saat ini sudah cukup
memadai dan mendukung, hal ini ditunjukkan dengan adanya pembinaan dan
pengembangan terhadap pegawai PPS Kendari melalui pendidikan dan pelatihan
guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawainya. Selain itu, karena
kawasan PPS Kendari sangat luas (± 40,55 Ha) maka masih diperlukan
penambahan pegawai khususnya di bagian kebersihan.
4.2.4 Keadaan unit penangkapan ikan di PPS Kendari
4.2.4.1 Kapal dan alat tangkap
Berdasarkan kategori kapal, PPS Kendari hanya memilki dua jenis kapal
perikanan yang berlabuh dan tambat di PPS Kendari yaitu:
1) Jumlah kapal penangkap ikan dengan jenis alat tangkap purse seine paling
banyak diantara kapal penangkap lainnya yakni sebesar 282 unit, kapal pole
and line berjumlah 37 unit, kapal hand line berjumlah 186 unit, kapal rawai
dasar berjumlah 15 unit, kapal pancing tonda jumlahnya 186 unit , kapal gill
net jumlahnya 20 unit, kapal rawai tuna jumlahnya 15 unit dan kapal bubu
dengan jumlah sebanyak 3 unit.
2) Kapal penampung atau pengumpul ikan yang berfungsi untuk membantu
mengangkut hasil tangkapan dari kapal penangkap ke pelabuhan. Jumlah
kapal penampung saat ini sebanyak 286 unit.
Dari keseluruhan kapal yang berkunjung pada tahun 2008 kapal penangkap
yang paling sering berlabuh ke PPS Kendari adalah kapal purse seine yang
berukuran <10 GT dengan kunjungan 6.751 kali atau 30,28%, berikutnya adalah
kapal pole and line dengan kunjungan 2.656 kali atau 11,01%. Selain kapal Purse
seine, kapal penampung atau pengangkut ikan juga banyak yang berlabuh di PPS
45 Kendari, biasanya kapal – kapal tersebut mengumpulkan ikan dari beberapa pulau
di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Selanjutnya PPS Kendari juga
disinggahi oleh kapal pengangkut ikan (line/tramper) ke luar negeri (fish carrier)
dengan jumlah kunjungan enam kali.
Tabel 7 berikut menunjukkan jumlah
kunjungan kapal menurut jenisnya.
Tabel 7 Jenis Kapal yang berlabuh di PPS Kendari
Jenis
Kapal
Purse
seine
Pole and
line
Hand
line
Rawai
dasar
Pancing
tonda
Gill net
Bubu
Peng
angkut
Rawai
tuna
Ekspor
F
M
A
M
Bulan
J
J
749
656
673
447
386
468
213
243
229
269
263
72
148
106
1
47
5
77
23
51
45
1
J
Σ
A
S
O
N
D
520
482
518
554
673
625
6751
226
287
218
188
187
156
117
2656
-
-
-
15
-
21
61
43
467
5
82
141
89
64
41
76
76
55
758
65
84
59
69
109
110
119
115
92
79
975
12
-
-
3
-
94
-
110
-
7
-
61
20
-
28
-
1
-
-
381
1
701
831
909
752
771
756
810
812
916
838
799
786
9681
-
1
-
-
-
30
14
4
1
2
1
-
53
-
-
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
5
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan, DKP, 2008
4.2.4.2 Nelayan
Pada umumnya nelayan PPS Kendari yang bekerja di kapal penangkap atau
pengumpul ikan masih terbilang nelayan tradisional sebab kebanyakan nelayan
tersebut bekerja pada kapal milik orang lain sebagai anak buah kapal yang hanya
bermodalkan keterampilan dan pengalaman yang cukup. Setiap kapal yang datang
berkunjung di PPS Kendari baik itu untuk bongkar muat atau tujuan perbaikan
akan melalui pencatatan jumlah nelayan yang dimiliki.
Jumlah keseluruhan
nelayan yang datang berkunjung bersama kapalnya di PPS Kendari adalah
sebanyak 7.551 orang. Jumlah nelayan atau ABK menurut jenis kapal dapat
dilihat pada tabel 8.
46 Tabel 8 Jumlah Nelayan Menurut Jenis Kapal
No
Jenis Nelayan/ABK
Jumlah (orang)
1
Nelayan kapal purse seine
4.230
2
Nelayan kapal pole and line
592
3
Nelayan kapal pukat udang
38
4
Nelayan kapal rawai tuna/rawai dasar
198
5
Nelayan kapal gill net
195
6
Nelayan kapal bubu
7
Nelayan kapal pancing tonda
8
Nelayan kapal pengangkut ikan
24
558
1.716
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan, DKP, 2008
4.2.5 Kondisi industri perikanan di PPS Kendari
Pada kawasan industri PPS Kendari tercatat 25 perusahaan yang bergerak di
berbagai bidang usaha perikanan. Terdapat 21 perusahaan lain yang sudah
beroperasi di PPS Kendari antara lain PT. Kelola Mina Laut, PT. Sultra Tuna, PT.
Biota Indo Persada, PT. Yanagi Histalaraya, PD. Utama Sultra, CV. Ome Trading
Coy, PT. Kamal Cahaya Putra, PT. PJB II Surabaya, PT. Lintas Bestari Selaras,
PT. Sultra Mitra, PT. Ade Sultra Persada, Fa. Sanu, UD. Abadi Makmur Ocean,
CV. Samudera Jasa Mandiri, PT. Multi Nabati Sulawesi, CV. Mina Jaya Lestari,
CV. Andika, CV. Bersatu Untuk Maju, PT. PLN (Persero) dan PT. Cilacap
SAmudera FI. Dua perusahaan saat ini masih dalam proses tahap pembangunan
yaitu PT. Trobos Benua dan PT. Sumber Laut Mandiri dan dua perusahaan yang
operasionalnya berpusat di Maluku yaitu PT. Nusantara Fishery dan PT. Tofico.
Kedua perusahaan tersebut untuk sementara dipindahkan ke Kendari disebabkan
karena adanya kerusuhan ambon, namun setelah kondisi keamanan sudah
kondusif maka perusahaan tersebut akan beroperasi kembali ke Maluku. Dengan
adanya kedua perusahaan tersebut, PPS Kendari memproduksi beberapa macam
pengolahan.
Melihat jumlah industri yang bertambah hingga tahun ini menunjukkan
bahwa terdapat kemajuan terhadap kondisi industri perikanan PPS Kendari saat
ini. Kemajuan indusri perikanan di PPS Kendari didukung oleh investasi dari
47 pihak swasta yang total investasi saat ini adalah Rp 142.986.000.000,00 yang bila
dibandingkan dengan tahun lalu terjadi kenaikan sebesar 23,14% karena adanya
tambahan investasi dari beberapa perusahaan seperti PT. PLN wilayah Sulsel,
Sultra dan Sulbar serta PT. Kelola Mina Laut, PT. Cilacap Samudera Fishing
Industri, PT. Trobos Benua dan PT Sumber Laut Mandiri sebesar Rp
24.186.000.000,00. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan industri
perikanan di PPS Kendari yakni tersedianya berbagai fasilitas yang dibangun
melalui investasi swasta dan pemerintah sehingga mendukung usaha perikanan
serta lokasi PPS Kendari yang terletak di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara
yang memperoleh dukungan dari pemerintah, pasar lokal, perbankan, transportasi
dan dukungan dari daerah yang cukup besar.
Terdapat permasalahan yang dialami perusahaan – perusahaan di PPS
Kendari khususnya masalah ketenagakerjaan dimana tingginya pertambahan
angkatan kerja yang tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia,
sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja guna pengurangan tenaga
kerja yang disebabkan oleh kurangnya bahan baku yang ke perusahaan –
perusahaan yang berimbas pada penurunan aktifitas perusahaan. Selain itu, untuk
merekrut tenaga kerja perusahaan melakukan seleksi yang sesuai dengan
keterampilan pencari kerja bahkan mengirim tenaga kerjanya untuk magang di
dalam atau di luar negeri.
4.3
Industri Pengolahan Ikan PT. Kelola Mina Laut
4.3.1 Lokasi, sejarah dan perkembangan PT. Kelola Mina Laut di PPS
Kendari
PT. Kelola Mina Laut (KML) merupakan perusahaan eksportir Seafood
yang
terkemuka dan berkembang di Indonesia. Perusahaan ini berpusat di
kawasan industri Gresik, Jawa Timur yang memiliki empat buah pabrik ikan beku
di Jawa dan Sulawesi, dua buah pabrik udang di Jawa, satu buah pabrik kepiting
dan 21 buah pabrik kering yang tersebar di utara pulau Jawa dengan lebih dari
5000 karyawan yang bekerja di semua pabrik.
Salah satu pabrik PT. Kelola Mina Laut terletak di Provinsi Sulawesi
Tenggara, Kota Kendari Jalan Samudera No.1 Kelurahan Pudai, Kecamatan Abeli
48 pada kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dengan jenis usaha
pengolahan ikan, ABF (Air Blast Freezing)dan cold storage. Wilayah perairan
Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar sehingga
berpotensi mendukung pengembangan industri pengolahan ikan dan tersedianya
lahan di PPS Kendari menjadi daya tarik didirikannya perusahaan PT. Kelola
Mina Laut di kota Kendari.
Perusahaan ini berorientasi pada pengolahan
pembekuan dari berbagai jenis hasil tangkapan yang produknya berstandarkan
untuk ekspor. PT. Kelola Mina Laut menginvestasikan modalnya di PPS Kendari
sebesar Rp 11.000.000.000,00. PT. Kelola Mina Laut telah beroperasi di PPS
Kendari selama tiga tahun dimulai sejak bulan Februari 2007. Badan usaha ini
memiliki visi dapat menjadi yang terbaik dan paling kompetitif terpadu Seafood
Company di Indonesia. PT. Kelola Mina Laut dikelola oleh tim manajemen yang
modern dan professional, strategi utama perusahaan ini adalah selalu
mengutamakan kepuasan pelanggannya. Sedangkan misinya adalah untuk
membangun kekuatan bisnis makanan laut dengan mengikuti cara-cara:
1) Menciptakan manajemen tim profesional dan korporasi
2) Efisiensi, efektif bekerja dan berorientasi produktivitas.
3) Fokus pada nilai tambah produk.
4)
Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan semua
stakeholder.
5) Sebuah standar kualitas yang tinggi untuk komoditi yang dihasilkan.
6) Jasa yang unggul agar dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
7) Kinerja di industri berdasarkan suatu dasar yang kuat dari bisnis.
Dalam kurun waktu tiga tahun, badan usaha PT. Kelola Mina Laut telah
memenuhi fungsi dan mengelola perusahaannya dengan baik.
Pada awal
beroperasi, perusahaan ini memulai usahanya dengan menyewa pabrik perusahaan
lainnya dengan jumlah karyawan yang terbatas dan ruang proses yang seadanya.
Seiring perkembangan usahanya, pada tahun 2008 perusahaan ini telah berhasil
menempati pabrik sendiri, membangun fasilitas – fasilitas yang diperlukan,
jumlah karyawan yang semakin bertambah, ruang proses yang dilengkapi dengan
peralatan berteknologi modern serta terciptanya produk – produk olahan baru
yang menjadi unggulan dari perusahaan PT. Kelola Mina Laut. Jenis olahan
49 tersebut secara kontinyu dari tahun ke tahun semakin mengalami perubahan mulai
dari cara pengolahannya yang semakin kreatif, jenis bahan baku yang digunakan
semakin banyak dan bentuk produk olahan yang semakin bervariasi.
4.3.2 Bidang usaha
Industri Pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut memiliki tiga macam
produk olahan yaitu ikan beku, ikan fillet beku dan cephalopoda beku. Bahan
baku tersebut diperoleh dari supplier dalam keadaan segar (tidak beku) yang
kemudian akan diolah langsung tanpa proses penampungan dengan suhu
maksimum 5°c. Pada pembekuan, mutu bahan baku sangat diperhatikan sebab
bahan baku ini ditujukan untuk ekspor. Bahan kemasan produk yang digunakan
ada dua macam yaitu untuk kemasan dalam menggunakan bahan plastik polybag
dan untuk kemasan luar menggunakan karton. Pangsa pasar produk ini ditujukan
untuk masyarakat umum dengan penggunaannya siap dimasak sebelum disajikan.
Masing – masing produk memiliki cara penanganan dan proses pengolahan yang
berbeda – berbeda. Deskripsi masing – masing produk tersebut akan dijelaskan di
bawah ini:
1) Ikan Beku ( Frozen Fish)
Hasil tangkapan yang biasa dibekukan adalah ikan kakap merah, kakap putih,
kerapu, tenggiri dan mahi – mahi. Ikan – ikan tersebut ditangkap di sekitar
laut Sulawesi dan Banda yang perairannya bebas dari ciguatoxin dengan
menggunakan alat tangkap pancing. Ciguatoxin merupakan bahan kimia
berbahaya diperairan yang dapat mempengaruhi pangan/makanan pada ikan.
Suhu penyimpanan ikan di dalam cold storage maksimum -18°C s/d -22°C
dengan umur penyimpanan di dalam cold storage hingga 18 bulan.
Berdasarkan pengolahannya ikan beku terbagi menjadi empat jenis yaitu:
a. Ikan utuh beku merupakan ikan yang dibekukan ketika masih dalam
keadaan utuh. Proses pengolahannya dimulai dari penerimaan ikan dari
supplier lalu pencucian pertama ikan, penyortiran menurut ukurannya,
penimbangan ikan, pengecekan kualitas, pencucian kedua, pembekuan dan
pengemasan menggunakan karton serta pelabelan kemudian penyimpanan
ikan ke dalam cold storage.
50 b. Ikan utuh beku tanpa isi perut merupakan ikan yang dibekukan dengan
mengeluarkan seluruh isi perutnya terlebih dahulu. Proses pengolahannya
dimulai dari pencucian ikan setelah diterima dari supplier kemudian
pembuangan isi perut ikan lalu pencucian ikan, pernyortiran menurut
ukuran ikan, penimbangan ikan, pengecekan kualitas ikan, pembungkusan,
penyusunan, pembekuan di dalam ABF, pengemasan lalu penyimpanan ke
dalam cold storage.
c. Ikan utuh beku tanpa isi perut dan sisik merupakan ikan yang dibekukan
dengan mengeluarkan isi perut dan sisiknya terlebih dahulu.
Proses
pengolahannya hampir sama dengan ikan beku tanpa isi perut namun
sebelum pengeluaran isi perut, sisiknya terlebih dahulu dikeluarkan.
Setelah itu prosesnya sama dengan ikan beku tanpa isi perut.
d. Ikan utuh beku tanpa insang, isi perut dan sisik merupakan ikan yang
dibekukan dengan mengeluarkan insang, isi perut dan sisiknya. Proses
pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian, pembuangan sisik,
pencucian, pembuangan isi perut, pembuangan insang, pencucian,
penentuan ukuran, penimbangan, pengecekan kualitas, pencucian,
pembungkusan dan penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan,
penyimpanan dalam cold storage.
2) Ikan fillet beku (Frozen fillet fish)
Ikan yang biasa diolah dengan memisahkan daging dari tulangnya (fillet)
adalah ikan kakap merah, kakap putih, tenggiri, mahi – mahi dan kerapu.
Ikan – ikan tersebut dtangkap menggunakan alat tangkap pancing di perairan
Sulawesi dan Banda. Ikan fillet beku terbagi menjadi dua macam yaitu:
a. Fillet skin on merupakan ikan yang diolah dengan memisahkan daging
dari tulangnya tanpa membuang kulitnya. Proses pengolahannya antara
lain, penerimaan, pencucian, pembuangan sisik, pencucian, perapihan,
pencucian, pemotongan fillet, penentuan size, penimbangan produk,
pengecekan kualitas, pembungkusan dan penyusunan, pembekuan,
pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu
maksimum -18°C s/d -22°C.
51 b. Fillet skinless merupakan ikan yang diolah dengan membuang kulitnya
kemudian
memisahkan daging dari tulangnya. Proses pengolahannya
antara lain, penerimaan, pencucian, pemisahaan kulit, pencucian,
perapihan, pencucian, pemotongan fillet, penentuan size, penimbangan
produk, pengecekan kualitas, pembungkusan dan penyusunan, pembekuan,
pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu
maksimum -18°C s/d -22°C.
3) Cephalophoda beku (Frozen Cepalophods)
Hasil tangkapan yang biasa digunakan untuk olahan jenis ini adalah gurita,
cumi – cumi dan bekutak.
Bahan baku tersebut diterima dari supplier
kemudian langsung diolah tanpa proses penampungan dalam waktu maksimal
12 jam setelah penerimaan di pabrik. Suhu bahan baku harus di bawah 5°C.
Proses pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian pertama, pemilahan
bahan baku, pemotongan isi perut, mata dan gigi, pencucian kedua,
pengecekan kualitas, pencucian akhir, penyortiran menurut ukuran,
pembukusan atau flowering, penyusunan, pembekuan, penimbangan akhir,
pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu
maksimum -18°C s/d -22°C.
Berdasarkan bentuknya, produk olahan ini
terbagi menjadi 3 macam yaitu:
a. Octopus utuh beku (Ball type), merupakan octopus (gurita) utuh beku yang
dikemas berbentuk seperti bola/bulat.
b. Octopus utuh beku (Flower type), merupakan octopus (gurita) utuh beku
yang dikemas berbentuk seperti bunga.
c.
Bekutak utuh beku.
Seluruh produk olahan PT. Kelola Mina Laut Kendari didistribusikan
khusus ke perusahaan utama saja yaitu PT. Kelola Mina Laut yang berpusat di
Gresik, Jawa Timur yang kemudian produk – produk tersebut akan diekspor ke
Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah.
4.3.3 Struktur organisasi
Jumlah tenaga kerja yang terserap di PT. Kelola Mina Laut hingga tahun ini
mecapai 195 orang dengan 18 orang adalah karyawan tetap yang banyak bekerja
di bagian administrasi sedangkan 177 lainnya adalah karyawan tidak tetap
52 (borongan).
PT. Kelola Mina Laut dipimpin oleh direktur yang berpusat di
Gresik, Jawa Timur, untuk PT. Kelola Mina Laut di Kendari dipimpin oleh
manajer pabrik.
Adapun struktur organisasi dari badan usaha PT. Kelola Mina
Laut Kendari adalah sebagai berikut:
1) FSTL (Food Safety Team Leader)/ kepala keamanan pangan
Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan meningkatkan keamanan
pangan dan kualitas sistem manajemen di semua bagian organisasi dan
mengevaluasi keefektifan pelaksanaannya secara berkala. Untuk menjalin
komunikasi dengan manajemen puncak dan orang yang relevan dalam
organisasi mengenai pengembangan Sistem Manajemen Keamanan Pangan.
2) Manajer pabrik
Bertanggung jawab untuk menjamin dan memastikan semua aktivitas yang
berkaitan dengan penerapan keamanan pangan dan sistem manajemen mutu
dari masing-masing departemen atau bagian di pabrik pengolahan dapat
dilakukan secara efektif.
3) Bagian produksi & Quality assurance Manager
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan produksi, PPIC (Production
Planning Inventory Control) dan pengendalian mutu di pabrik untuk
memenuhi standar dan kebutuhan pelanggan, dan memastikan bahwa sistem
yang didirikan telah diaplikasikan di lapangan secara efektif.
4) Bagian Personalia dan General Affair Manager
Bertanggung jawab untuk perencanaan, seleksi dan rekrutmen karyawan,
membangun hubungan yang baik dengan pemerintah daerah dan lingkungan
sosial masyarakat di sekitar pabrik, dan menjamin kelancaran operasional dan
ketersediaan bahan baku non gudang (penyimpanan kering).
5) Manajer Teknis
Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan fasilitas pabrik dan
pemeliharaan / mengoperasikan fasilitas fisik dan mesin.
6) Manager Keuangan
Bertanggung jawab untuk memantau dan membangun laporan bulanan
keuangan dan akuntansi. Melakukan koordinasi dengan bagian produksi dan
pengepakan untuk mendapatkan data riil barang jadi untuk laporan akuntansi.
53 7) Manajer Pembelian
Bertanggung jawab untuk perencanaan bahan baku dari pemasok dan
menjamin kontinuitas pasokan bahan baku ke bagian produksi.
8) Produksi & PPIC (Production Planning Inventory Control) Ass. Manajer
Bertanggung jawab atas sistem mutu di pabrik pengolahan dan melakukan
koordinasi dengan bagian lain untuk memastikan bahwa implementasi sistem
manajemen keamanan pangan dengan rencana HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point) dapat dilakukan secara efektif dan bertanggung jawab
atas perencanaan produksi dan ekspor.
9) QA (Quality Assurance) Ass. Manajer
Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemantauan dan inspeksi
pengolahan dan kualitas produk dari bahan baku sampai selesai berlangsung
baik, serta pemantauan sanitasi di semua area dan fasilitas pengolahan
karyawan telah dilakukan sesuai dengan rencana HACCP.
4.3.4 Fasilitas perusahaan
Secara umum kondisi fasilitas dan kualitas fisik bangunan yang ada di PT.
Kelola Mina Laut terlihat sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peraturan bahwa seluruh karyawan perusahaan ini harus memperhatikan dan
menjaga kebersihan lingkungan dan fasilitasnya. PT. Kelola Mina Laut memiliki
fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan operasionalnya seperti fasilitas
keamanan, fasilitas produksi dan fasilitas transportasi. Fasilitas keamanan dari
PT. Kelola Mina Laut terdiri dari pos keamanan yang dilengkapi dengan kaca
jendela yang berukuran besar sehingga bisa memantau dengan jelas keadaan
lingkungan
sekitarnya,
adanya
telepon
sebagai
alat
komunikasi
yang
menghubungkan ke dalam kantor perusahaan serta terdapat pagar yang
mengelilingi perusahaan, terbuat dari besi dan tembok beton. Fasilitas produksi
dari PT. Kelola Mina Laut meliputi antara lain:
1) Ruang Pengadaan/ ruang penerimaan, digunakan sebagai tempat ketika bahan
baku datang.
2) Ruang Proses, digunakan sebagai tempat melakukan aktifitas pengolahan
ikan dengan kapasitas proses 9 ton per hari.
3) Ruang Packing, digunakan sebagai tempat melakukan aktifitas pengemasan.
54 4) Ruang Chiller (Chillng Room)/ Ruang pendingin, digunakan sebagai tempat
untuk mempertahankan suhu produk sebelum dimasukkan ke dalam ABF.
Suhu ruangan dengan kisaran 0°C - 5°C.
5) Meja kerja, terbuat dari bahan anti karat yang terdiri dari:
a.
Meja pencucian pertama yang berfungsi sebagai tempat untuk mencuci
bahan baku setelah diterima dari supplier.
b.
Meja penyortiran, berfungsi sebagai tempat untuk menyortir bahan baku
menurut jenis dan ukurannya.
c.
Meja pencucian kedua, berfungsi sebagai tempat untuk mencuci bahan
baku setelah diolah
d.
Meja pembersihan perut, berfungsi sebagai tempat saat isi perut bahan
baku dikeluarkan.
e.
Meja penyisikan, berfungsi sebagai tempat saat sisik bahan baku
dikeluarkan.
f.
Meja fillet, berfungsi sebagai tempat saat bahan baku difillet.
g.
Meja pencabutan gigi, berfungsi sebagai tempat saat gigi bahan baku
dicabut.
h.
Meja pembungkusan, berfungsi sebagai tempat saat bahan baku
dibungkus setelah dibekukan di dalam ABF.
i.
Meja pengepakan dan pelabelan, berfungsi sebagai tempat saat bahan
baku dipak dan diberi label sesuai dengan berat dan jenisnya.
6) Timbangan, digunakan untuk mengetahui berat ikan di setiap tahapan proses
pengolahan.
7) Bak penampungan (fiber), yang digunakan sebagai tempat untuk menampung
sementara bahan baku yang datang pada sore hari atau malam hari sebelum
mengalami proses pengolahan.
8) Bak pencucian, yang digunakan sebagai tempat untuk merendam atau
mengeluarkan es pada bahan baku sebelum dikemas ke dalam karton.
9) Keranjang (basket), digunakan sebagai wadah penampungan bahan baku
ketika diangkut dari supplier ke pabrik pengolahan.
10) Troli, digunakan untuk membantu memudahkan pengangkutan bahan baku
ketika akan dimasukkan ke dalam ruang pendingin.
55 11) Long pan, digunakan untuk meletakkan bahan baku ketika dibekukan dalam
ABF. Long pan yang berukuran kecil dapat menampung 6 ekor bahan baku
sedangkan long pan yang berukuran besar dapat menampung 8 ekor bahan
baku.
12) Mesin Tumbler, digunakan untuk memutar bahan baku agar berbentuk seperti
bunga (flower type) yang berjumlah sebanyak 3 unit.
13) Thermometer, digunakan agar dapat mengetahui kondisi suhu ruang
pendingin/pembekuan bahan baku dan ruang pabrik.
14) Ruang Cold storage merupakan fasilitas penunjang proses produksi yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku dalam waktu yang lama
sampai bahan baku didistribusikan. PT. Kelola Mina Laut memiliki dua buah
cold storage yang masing – masing cold storage memiliki kapasitas 75 ton.
Suhu dari cold storage berkisar -18°C sampai -20°C.
15) Ruang ABF (air blast freezing) berfungsi sebagai tempat pembekuan awal
bahan baku yang masih segar. PT. Kelola Mina Laut memilki tiga buah ABF
dengan masing – masing ABF memiliki kapasitas sebesar 3 ton. Suhu dari
ABF berkisar -40°C.
Selain fasilitas produksi dan fasilitas keamanan, PT. Kelola Mina Laut juga
memiliki fasilitas transportasi yang terdiri dari dua macam sarana transportasi
yaitu:
1) Trasnportasi darat, digunakan untuk mengangkut bahan baku yang dibeli dari
supplier menuju ke pabrik pengolahan serta untuk keperluan pengangkutan
bahan baku ke kapal kargo yang dilengkapi dengan pendingin agar kualitas
bahan baku tetap terjaga kesegarannya. Transportasi darat terdiri dari:
a.
Dua unit Mobil pick Up
b.
Mobil staff
c.
Dua buah Sepeda Motor
2) Transportasi laut, berupa kapal container yang disewa oleh PT. Kelola Mina
Laut, digunakan untuk mengangkut produk olahan dari PPS Kendari ke
perusahaan utama PT. Kelola Mina Laut di Gresik, Jawa Timur.
5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Rencana Pemenuhan Bahan baku di PT. Kelola Mina Laut
5.1.1 Sumber bahan baku
Hasil tangkapan ikan merupakan bahan baku utama bagi industri
pengolahan ikan. Berjalannya aktivitas industri pengolahan ikan sangat
bergantung pada ketersediaan bahan baku tersebut sehingga apabila jumlah ikan
yang tersedia semakin berkurang maka akan mempengaruhi tingkat aktivitas
pengolahannya. Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut tidak memiliki
armada penangkapan sendiri. Oleh karenanya seluruh bahan baku perusahaan
berasal
dari
nelayan
yang
terdiri
dari
nelayan
pengumpul,
nelayan
tradisional/nelayan penangkap dan nelayan pengumpul/supplier. Secara umum,
PT. KML mendapatkan
bahan bakunya berasal dari TPI PPS Kendari yang
merupakan tempat nelayan – nelayan tradisional mendaratkan hasil tangkapannya
dan sebagai tempat nelayan – nelayan pengumpul/supplier memasarkan hasil
tangkapannya ke konsumen. Hasil tangkapan yang banyak didaratkan di PPS
Kendari antara lain berupa gurita, tuna, cakalang dan deho. Bahan baku utama
PT. Kelola Mina Laut 80% adalah gurita dan 20% adalah ikan. Gurita adalah
salah satu hasil tangkapan yang dominan ditangkap oleh nelayan Kendari serta
merupakan produk yang banyak diinginkan oleh konsumen khususnya pada
permintaan ekspor yang kebanyakan dari konsumen restoran – restoran seafood.
Gurita mempunyai masa hidup yang relatif singkat dan beberapa spesies hanya
hidup selama 6 bulan. Spesies yang lebih besar seperti Gurita raksasa Pasifik
Utara yang beratnya bisa mencapai 40 kilogram bisa hidup sampai 5 tahun di
bawah kondisi lingkungan yang sesuai. Reproduksi merupakan salah satu sebab
kematian, gurita jantan hanya bisa hidup beberapa bulan setelah kawin dan gurita
betina mati mati tidak lama setelah bertelur. Kematian disebabkan kelalaian gurita
untuk makan selama sekitar satu bulan sewaktu menjaga telur-telur yang belum
menetas.
Kadang kala hasil tangkapan yang didaratkan di TPI PPS Kendari tidak
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dari PT. KML. Oleh karenanya PT. KML
tidak selalu bergantung atau tidak selalu menetapkan nelayan yang mendaratkan
57 hasil tangkapannya di PPS Kendari sebagai sumber bahan baku perusahaannya
meskipun banyak jumlah nelayan yang mendatangkan bahan baku setiap harinya.
Hal itu bisa disebabkan karena adanya persaingan dan banyaknya
industri
pengolahan ikan lainnya yang bertransaksi dengan nelayan – nelayan di TPI PPS
Kendari. Dengan permasalahan tersebut maka solusi yang diambil dari PT. KML
adalah mencari bahan baku ke luar dari PPS Kendari. Beberapa daerah yang biasa
dijadikan sumber bahan baku PT. KML adalah daerah Abeli dan Kendari Caddi.
Kedua daerah tersebut merupakan daerah pinggiran teluk Kendari, dimana hampir
seluruh masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan baik itu nelayan
pengumpul maupun nelayan biasa.
5.1.2 Pembelian dan penerimaan bahan baku
Jumlah dan jenis permintaan bahan baku perusahaan tergantung pada
kebutuhan dan permintaan pasar dari perusahaan utama Gresik, Jawa Timur.
Biasanya, bagian PPIC pada PT. Kelola Mina Laut Kendari terlebih dahulu
menerima surat permintaan yang dikirim dari PT. Kelola Mina Laut pusat yang
berupa memo arahan produksi dan outstanding (rekapitulasi kekurangan kontrak)
mengenai kriteria – kriteria bahan baku yang dibutuhkan oleh konsumen,
kebutuhan bahan baku, data permintaan bahan baku dan data stok bahan baku.
Setelah surat permintaan diterima, maka pihak PT. Kelola Mina Laut Kendari
melakukan proses pembelian jenis dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan dari
supplier.
Pada proses pembelian bahan baku, prosedur awal yang dilakukan bagian
pengadaan perusahaan adalah melakukan pencarian dengan menginformasikan
terlebih dahulu kepada supplier melalui telepon mengenai jenis dan jumlah bahan
baku yang diinginkan serta harga bahan baku yang ditawarkan. Apabila supplier
tersebut dapat menyediakan jumlah dan jenis bahan baku yang diminta
perusahaan, biasanya supplier melakukan negoisasi harga terlebih dahulu kepada
pihak perusahaan. Kondisi negoisasi cenderung bersifat tertutup antara supplier
dengan bagian pengadaan saja dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya penyalahgunaan biaya pembelian ikan oleh pihak – pihak yang bisa
merugikan. Setelah pihak supplier dan pihak perusahaan saling menyetujui maka
Pihak PT. Kelola Mina Laut akan turun langsung ke lokasi supplier apabila
58 pesanan bahan baku perusahaan itu dalam jumlah yang besar, namun jika jumlah
pesanan bahan baku kecil maka pihak supplier sendiri yang mengantarkan bahan
bakunya ke perusahaan PT. Kelola Mina Laut. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara pihak perusahaan dengan pihak supplier ketika pihak
perusahaan membatalkan pembelian setelah melakukan pemeriksaan ukuran dan
kualitas bahan baku milik supplier yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Bahan baku yang telah dibeli diangkut oleh kendaraan milik supplier yang
dilengkapi dengan pendingin dengan ikan dalam kondisi segar diletakkan di
dalam basket ditumpuk dengan es. Pengiriman barang ke perusahaan tidak
ditentukan oleh waktu baik itu pagi, siang atau sore hari tergantung kapan bahan
baku itu didaratkan sebab hanya bahan baku dalam kondisi segar (tidak beku) saja
yang dapat diterima oleh perusahaan PT. Kelola Mina Laut.
Tahap awal proses penerimaan bahan baku dimulai ketika bahan baku
didatangkan oleh supplier. Bagian pengadaan bahan baku melakukan pemeriksaan
terakhir kondisi dan kualitas bahan baku apakah sudah memenuhi kriteria
perusahaan kemudian dilakukan penyortiran dan penimbangan bahan baku. Tahap
kedua, bagian keuangan mengeluarkan bukti penerimaan barang berupa nota yang
berisikan nama supplier, nama petugas pembelian, nama petugas penerimaan,
jenis bahan baku, harga bahan baku, jumlah bahan baku, waktu dan tanggal
penerimaan bahan baku.
Tahap selanjutnya, bagian pembelian melakukan
transaksi melalui pembayaran secara tidak cash namun pembayaran dilakukan tiga
hari sampai seminggu setelah penerimaan bahan baku.
5.2
Pola – Pola Pemenuhan Kebutuhan Bahan baku PT. KML
Pemenuhan bahan baku bergantung pada kontinuitas bahan baku.
Kontinuitas bahan baku dalam hal ini adalah ketersediaannya bahan baku ikan
perbulan untuk dijadikan bahan baku industri pengolahan.
Setiap jalur
pemenuhan bahan baku memiliki peran penting, dengan demikian pola – pola dan
efektifitas sistem pemenuhan kebutuhan bahan baku berperan penting dalam
menentukan keberhasilan usaha pengolahan. PT.KML selalu menerapkan konsep
pemasaran yang berorientasi pada hubungan kemitraan, sehingga hubungan antara
59 perusahaan dan nelayan atau supplier selalu terjalin dengan baik. Berdasarkan
hasil wawancara pihak – pihak yang berperan langusung terhadap pemenuhan
bahan baku di PT. KML adalah nelayan, TPI PPS Kendari dan nelayan
pengumpul/supplier. Secara keseluruhan pemenuhan bahan baku di PT. Kelola
Mina Laut dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini
PT. Kelola
Mina Laut
Nelayan
TPI PPS
Kendari
Supplier (Nelayan
pengumpul)
Gambar 18 Sumber Pengadaan Bahan Baku di PT. Kelola Mina Laut
Berdasarkan gambar di atas terdapat empat pola pemenuhan kebutuhan
bahan baku di PT. Kelola Mina Laut yaitu:
1)
Nelayan
PT. Kelola Mina laut
Sebelumnya PT. Kelola Mina Laut mengadakan kesepakatan dengan
nelayan penangkap yaitu dimana PT. KML telah bersedia membeli hasil
tangkapan dari nelayan, begitu pula dengan nelayan penangkap juga
bersedia untuk menjual hasil tangkapannya hanya kepada PT. KML sesuai
dengan kebutuhan bahan baku dan harga yang telah disepakati antara kedua
pihak.
2)
Nelayan
TPI PPS Kendari
PT. Kelola Mina Laut
Nelayan – nelayan tradisional mendaratkan seluruh hasil tangkapannya ke
TPI yang ada di PPS Kendari. Hasil tangkapan tersebut ada yang dijual
melalui proses pelelangan dan ada yang dijual langsung kemudian pihak PT.
KML ikut menawarkan harga untuk memperoleh hasil tangkapan dari
nelayan tersebut.
60 3)
Nelayan
Supplier
PT.Kelola Mina Laut
Biasanya supplier – supplier membeli dan mengumpulkan hasil tangkapan
dari nelayan – nelayan penangkap ikan langsung di tengah laut, kemudian
para supplier menawarkan hasil tangkapannya ke PT. KML, sebelumnya
biasanya sudah terjadi kesepakatan diantara PT. KML dengan supplier
tersebut.
4)
Nelayan
TPI PPS Kendari
Supplier
PT. KML
Nelayan – nelayan tradisional mendaratkan hasil tangkapannya ke TPI PPS
Kendari kemudian melalui TPI tersebut para supplier membeli dan
mengumpulkan hasil tangkapan dari nelayan dan selanjutnya hasil
tangkapan tersebut ditawarkan kepada PT. KML.
Jika terjadi kecocokan harga diantara ketiga pihak tersebut diantaranya
nelayan, supplier dan Pihak PT. KML maka akan terjadi proses transaksi jual beli
hasil tangkapan yang akan menjadi bahan baku bagi PT. KML.
5.3
Sistem Kerja Sama Antara PT. KML dengan Nelayan/Supplier
Bentuk kerjasama antara PT. Kelola Mina Laut dengan supplier adalah
bentuk kekeluargaan atau bentuk loyalitas, dimana perusahaan ini tidak pernah
memaksakan atau selalu mengharuskan supplier menjual semua bahan bakunya
hanya untuk perusahaaan PT. Kelola Mina Laut.
Bagi perusahaan kepuasan
pelanggan berarti menunjukkan keberhasilan dari usahanya dan dapat memenuhi
harapan
konsumen.
Beberapa
contoh
antaralain
perusahaan
selalu
mempertahankan dan memastikan kualitas produk olahannya serta melakukan
pendekatan
dengan
mengadakan
acara
kekeluargaan
bersama
supplier.
Berdasarkan wawancara, jumlah supplier yang mengirimkan bahan bakunya ke
perusahaan ini berkisar 60 sampai 70 supplier per bulan. Dengan sistem loyalitas
yang diterapkan PT. Kelola Mina Laut membuat supplier cenderung melakukan
transaksi berulang meskipun industri atau perusahaan lain menawarkan harga
yang lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan PT. Kelola Mina Laut. PT.
Kelola Mina Laut menghadapi beberapa kendala dengan sistem kerjasama
loyalitas seperti tersebut di atas, yakni kadang kala supplier kekurangan volume
bahan baku sehingga tidak bisa memenuhi permintaan bahan baku yang
dibutuhkan perusahaan.
61 Bagi Perusahaan PT. Kelola Mina Laut membeli pada supplier memiliki
banyak kelebihan, seperti tidak adanya biaya tambahan sebab pengangkutan
bahan baku ke pabrik pengolahan dilakukan oleh pihak supplier, pihak
perusahaan dapat melakukan survey terlebih dahulu mengenai jenis ikan, kualitas
ikan, kuantitas ikan, ukuran ikan dan jumlah ikan yang tersedia sebelum
dilakukannya proses pembelian sehingga hampir seluruh ikan yang didapatkan
memiliki standar yang diterapkan oleh perusahaan. Namun terdapat pula
kelemahan seperti lokasi antara perusahaan dengan supplier relatif jauh sehingga
memungkinkan ikan ada yang rusak, lecet, bahkan busuk.
Oleh karena itu,
kondisi seperti ini yang mempengaruhi menurunnya kualitas dan mutu bahan baku
sebelum sampai di perusahaan.
5.4
Realisasi Pemenuhan Bahan Baku di PT. Kelola Mina Laut
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa PT. Kelola Mina Laut tidak
memiliki armada penangkapan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan
bahan bakunya dilakukan dengan mengumpulkan bahan baku dari supplier yang
kebanyakan adalah nelayan lokal. Dengan begitu, dalam operasionalnya badan
usaha PT. Kelola Mina Laut telah dapat merealisasikan permintaan bahan baku
yang cukup berkesinambungan setiap bulannya dalam memenuhi kebutuhan
industri pengolahan ikan yang dimiliki. Faktor yang menjadikan pertimbangan
akan permintaan bahan baku dari PT. Kelola Mina Laut adalah dari
ketersediaannya bahan baku, jenis dan jumlah bahan baku yang diminta oleh
perusahaan pusat PT. Kelola Mina Laut yang terletak di Gresik, Jawa Timur dan
musim pendaratan ikan.
PT. Kelola Mina laut hanya akan membeli dan
menyediakan produk olahan bahan baku sesuai dengan bahan baku apa yang
diinginkan atau diperlukan oleh PT. Kelola Mina Laut pusat dan melalui musim
pendaratan maka dapat diketahui kapan produksi bahan baku akan maksimal,
cukup dan kekurangan.
Rekap pembelian keseluruhan bahan baku oleh PT. Kelola Mina Laut tahun
2007 (Februari – Desember) pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa terdapat 29
jenis bahan baku yang masuk ke perusahaan dengan total keseluruhan bahan baku
sebesar 1.792,791 ton. Berdasarkan jumlah bahan baku per bulan dari setiap jenis
bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan untuk sepuluh jenis bahan baku
62 yang terbesar adalah permintaan terhadap gurita dengan jumlah mencapai
1.041,405 ton. Jumlah gurita yang masuk ke perusahaan paling banyak pada
bulan November hingga bulan April, dengan kecenderungan meningkat pada
bulan November sebesar 143,543 ton kemudian mencapai 124,565 ton pada bulan
Februari, mencapai 196,428 ton pada bulan Maret dan pada bulan April sebesar
158,583 ton, dengan tersedianya gurita setiap bulannya dalam jumlah yang besar
menyebabkan pencapaian permintaan gurita setiap bulan dapat dikatakan telah
terpenuhi. Bahan baku lainnya yang jumlahnya besar selain Gurita adalah Kurao,
pencapaian permintaan Kurao adalah sebesar 259,823 ton yang diperoleh hanya
pada bulan Juni, Juli, Oktober dan bulan November, hal ini disebabkan kurangnya
permintaan serta kurang tersedianya bahan baku ini. Jenis ikan selanjutnya yaitu
baramundi yang mencapai 104,168 ton, putihan yang mencapai 99,887 ton, kakap
merah yang mencapai 50,971 ton, cumi sotong yang mencapai 44,298 ton,
merahan yang mencapai 35,350 ton, betet yang mencapai 27,307 ton, tenggiri
yang mencapai 23,233 ton dan kerapu yang mencapai 18,295 ton. Perolehan 10
jenis bahan baku yang dominan pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 9 di
bawah ini:
Tabel 9 perolehan bahan baku tahun 2007
Satuan: Kg
JENIS IKAN
NO
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Total Perjenis
Betet
Cumi
Sotong
Gurita
Kakap
Merah
Kerapu
1,103,90
2,847,00
2772,8
3,454,60
2,985,60
1,082,00
672,60
648,90
1,083,70
8,225,62
2,790,60
27,307,32
2,515,20
6809,5
15,546,10
7,663,10
3,775,60
2,473,00
1,192,00
821,70
833,30
1,792,60
875,40
44,297,50
124,564,80
196,427,80
158,582,50
64,075,70
41,12
28,499,30
30,049,10
54,179,00
81,290,80
143,542,90
119,072,50
1,041,405,00
751,50
6,377,50
6.229
4,682,70
9,528,10
1,464,10
503,80
657,10
636,70
5,398,10
14,672,00
50,970,80
102,70
3,070,90
5529,00
5,346,90
2,355,20
96,00
49,20
177,10
124,40
100,80
1,342,80
18,295,00
63 Tabel 9 perolehan bahan baku tahun 2007 (Lanjutan)
Satuan: Kg
JENIS IKAN
NO
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Total Perjenis
Kakap
Merah
Kerapu
751,50
6,377,50
6.229
4,682,70
9,528,10
1,464,10
503,80
657,10
636,70
5,398,10
14,672,00
50,970,80
102,70
3,070,90
5529,00
5,346,90
2,355,20
96,00
49,20
177,10
124,40
100,80
1,342,80
18,295,00
Kurao
85,693,00
43,436,00
79,699,00
50,994,50
259,823,00
Merahan
Putihan
Tengiri
377,30
3,270,00
2555,20
2,048,20
2,750,00
769,60
70,90
285,60
898,20
6,747,80
15,577,40
35,350,20
1,049,10
12,848,10
19,963,10
14,649,60
8,712,10
5,074,20
739,50
3,952,30
3,318,30
9,837,60
20,102,60
99,886,50
786,40
2,043,50
4,096,30
3,310,50
2,728,50
554,80
23,60
42,00
7,216,80
1,386,10
1,044,50
23,233,00
Berdasarkan Lampiran 3, jika dibandingkan dengan tahun 2007 jenis bahan
baku yang masuk ke dalam perusahaan PT. Kelola Mina Laut mengalami
penurunan dari 29 jenis ikan menjadi 24 jenis ikan saja. Jenis bahan baku yang
tidak didapatkan tersebut antara lain jenis ikan Gogokan, Gulama, Parang –
parang, Senanggi dan Cumi.
Berkurangnya jenis ikan tersebut tidak lain
disebabkan karena terbatasnya atau kurang tersedianya jumlah jenis ikan yang
didaratkan di TPI PPS Kendari dan yang ada pada para supplier. Dengan
berkurangnya jenis bahan baku yang diterima maka akan menunjukkan secara
langsung pengaruhnya terhadap jumlah bahan baku yang diperoleh. Pencapaian
jumlah bahan baku pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga menjadi
1.649,636 ton atau jumlah rata – rata per bulan sebesar 137,470 ton. Permintaan
bahan baku lebih didominasi oleh Gurita, Putihan, Kakap Merah, Betet dan
Merahan sedangkan jumlah jenis bahan baku lainnya diperoleh hanya sebagian
kecil, sehingga jika dibandingkan akan sangat terlihat perbedaan jumlahnya.
Bahan baku tersebut lebih banyak diperoleh dari hasil tangkapan supplier
dibandingkan dari PPS Kendari itu sendiri. Perolehan dari kelima jenis bahan
baku yang dominan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini:
64 Tabel 10 perolehan bahan baku tahun 2008 Satuan: Kg
JENIS IKAN
NO
Bulan
Gurita
Betet
1
Januari
158,004,90
6,704,00
2
Februari
117,361,10
5,888,70
3
Maret
128,485,00
5,442,70
4
April
111,564,90
7,739,10
5
Mei
69,609,80
4,811,50
6
Juni
58,987,40
2,726,50
7
Juli
63,722,20
7,647,60
8
Agustus
65,544,20
2,189,20
9 September
88,933,20
7,647,60
10
Oktober
50,080,20
5,646,70
11 November
96,150,90
13,121,40
12 Desember 174,354,40
6,057,30
Total Perjenis 1,182,799,20 69,811,20
Kakap
merah
10,992,70
7,362,60
5,781,20
4,913,60
14,601,90
7,218,70
7,781,50
8,217,10
7,239,90
4,034,60
6,822,80
4,576,30
89,542,90
Merahan
Putihan
7,886,30
5,935,70
11,309,70
3,156,00
4,842,10
3,419,30
1,256,10
5,432,30
3,751,40
5,644,80
9,520,70
1,521,50
63,675,90
9,429,50
4,500,00
10,827,80
7,607,20
6,120,40
4,483,60
3,731,50
3,946,00
9,536,90
7,168,70
18,045,30
6,296,70
91,693,60
Untuk jenis Gurita, pencapaian permintaannya mencapai 1.182,799 ton
lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2007. Ketersediaannya per bulan lebih
banyak didapatkan pada bulan Desember sampai bulan April dimana pada bulan
Desember mencapai 174,354 ton, bulan Januari mencapai 158,005 ton, bulan
Februari mencapai 117,361 ton, bulan Maret mencapai 128,485 ton dan bulan
April mencapai 111,565 ton. Untuk jenis putihan pencapaian permintaan sebesar
91,694 ton, dimana jumlah yang diperoleh merata di setiap bulannya artinya untuk
setiap bulan jenis ikan ini selalu tersedia meskipun dalam jumlah yang tidak
banyak.
Dapat dikatakan bahwa ketersediaan
jenis putihan tidak begitu
dipengaruhi oleh musim penangkapan sebab berdasarkan jumlahnya tidak ada
perbedaan yang signifikan.
Untuk jenis ikan kakap merah, pencapaian
permintaannya sebesar 89,543 ton yang cenderung meningkat dibandingkan pada
tahun 2007. Jumlah kakap merah yang diperoleh paling banyak pada bulan Mei
dan bulan Januari. Bulan Mei diperoleh sebesar 14,602 ton dan bulan Januari
diperoleh sebesar 10,993 ton.
Untuk jenis betet, pencapaian permintaannya
sebesar 69,811 ton yang jumlahnya sangat meningkat drastis daripada tahun 2007
dan untuk jenis merahan, juga mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan
pada tahun 2007 dengan jumlah yang masuk ke perusahaan mencapai 63,676 ton.
65 Pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa terdapat 23 jenis ikan yang masuk ke
dalam PT. Kelola Mina Laut. Kemampuan bahan baku yang dapat diterima pada
tahun 2009 mengalami penurunan yang mencapai 1.602,912 ton. Penurunan ini
terkait oleh berkurangnya sumberdaya ikan yang tersedia.
Jenis bahan baku
Gurita, kakap merah, betet, merahan dan putihan yang merupakan hasil tangkapan
yang masuk ke PT. Kelola Mina Laut dengan jumlah yang terbesar, hal tersebut
dapat dilihat dari jumlah yang mencapai 1.372,111 ton untuk gurita, 81,445 ton
untuk kakap merah, 61,642 ton untuk betet, 28,823 ton untuk putihan dan 11,608
ton untuk merahan.
Bahan baku gurita paling banyak diperoleh pada bulan
Januari sampai dengan bulan April, dimana pada bulan Januari gurita diperoleh
sebesar 260,356 ton, bulan Februari sebesar 253,146 ton, bulan Maret mencapai
230,319 ton dan bulan April mencapai 126,363 ton. Perolehan dari kelima jenis
bahan baku yang dominan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 11. Perolehan
bahan baku hampir tidak merata setiap bulannya sehingga tidak nampak
perbedaan yang menunjukkan bulan musim puncak dan musim paceklik. Dalam
kondisi ini, perolehan bahan baku ini dapat memungkinkan perusahaan PT. Kelola
Mina Laut berjalan secara normal per tahun.
Tabel 11 perolehan bahan baku tahun 2009
Satuan: Kg
JENIS IKAN
Kakap
Gurita
Betet
Merahan Putihan
merah
1
Januari
260,355,60 14,140,60 6,395,20 4,548,60 11,560,20
2
Februari
253,146,60
6,556,50 6,402,40
323,40
2,537,40
3
Maret
230,319,40
7,526,20 6,822,70
28,90
585,80
4
April
126,363,10 10,488,00 4,732,20
27,10
748,20
5
Mei
70,732,50
9,347,10 4,717,00
38,00
218,10
6
Juni
46,131,40
3,658,40 6,583,80
0,60
79,90
7
Juli
32,778,20
2,637,70 3,594,40
53,10
110,10
8
Agustus
90,386,70
2,215,60 2,406,60
52,10
94,60
9
September
37,681,90
4,081,40 3,670,20
95,30
384,70
10
Oktober
67,468,00
7,858,30 6,301,10 1,183,80 2,087,30
11
November
91,449,30
4,834,00 3,880,80 1,386,40 4,504,00
12
Desember
65,298,50
8,101,40 6,136,10 3,871,50 5,912,00
Total Perjenis
1,372,111,20 81,444,90 61,642,50 11,608,80 28,823,00
NO
Bulan
66 Berdasarkan hasil wawancara bahwa perkembangan perolehan bahan baku
selama tiga tahun sejak tahun 2007 sampai tahun 2009 jenis bahan baku yang
dominan digunakan di PT. Kelola Mina Laut adalah gurita, kakap merah, ikan
betet, merahan, cumi sotong dan putihan. Bagi PT. Kelola Mina Laut jenis ikan –
ikan tersebut merupakan jenis ikan yang memiliki kontinuitas terbaik untuk
dijadikan bahan baku industri pengolahan ikan, selain karena memiliki nilai
ekonomis tinggi, potensi sumberdaya yang sangat menunjang juga merupakan
komoditas unggulan untuk ekspor khususnya bagi perusahaan seafood. Perolehan
bahan baku dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara umum mengalami
penurunan yang cukupbesar. Hal ini dapat dilihat data jumlah bahan baku yang
diperoleh pada tahun 2007 sebesar 1.792,791 ton dan pada tahun 2009 perolehan
bahan baku hanya mencapai sebesar 1.602,912 ton.
Kuantitas perolehan bahan baku PT. Kelola Mina Laut yang mengalami
perubahan setiap tahunnya kemungkinan dipengaruhi antara lain oleh permintaan
dari pelanggan atau konsumen dan potensi sumberdaya ikan di fishing ground
sudah semakin berkurang akibatnya ketersediaan bahan baku yang dimiliki
supplier atau nelayan juga ikut berkurang. Ketersediaan bahan baku bisa pula
dipengaruhi oleh musim pendaratan dimana pada bulan – bulan tertentu terjadi
musim puncak.
Selain itu, juga karena faktor variasi penangkapan nelayan,
umumnya nelayan memiliki banyak jenis alat tangkap maka dengan beragamnya
alat tangkap, nelayan menangkap hasil tangkapan disesuaikan dengan kondisi
musim. Misalnya ketika musim ombak, nelayan banyak yang menggunakan alat
tangkap bubu dan pancing rawai.
5.5
Analisis Pemenuhan Bahan Baku PT. Kelola Mina Laut
Perusahaan PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu perusahaan
perikanan yang bergerak di bidang pengolahan ikan di Provinsi Sulawesi
Tenggara. PT. Kelola Mina Laut terletak di kawasan PPS Kendari bersama 25
perusahaan lainnya yang berkesempatan memanfaatkan fasilitas – fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah seluas 40,44 ha. Dari keseluruhan perusahaan yang
berada di PPS Kendari terdapat enam perusahaan yang bergerak di bidang
pengumpul dan pengolahan ikan.
67 Kapasitas yang terpasang di PT. Kelola Mina Laut adalah 2.920 ton/tahun
dengan target perolehan bahan baku sebesar 2000 ton/tahun. Perusahaan ini
dalam operasionalnya memperoleh bahan baku per tahun selama tiga tahun adalah
sebesar 1.792,791 ton pada tahun 2007, mencapai 1.649,636 ton pada tahun 2008
dan pada tahun 2009 perolehan bahan baku mencapai sebesar 1.602,912 ton.
Memperhatikan data perolehan bahan baku PT. Kelola Mina Laut tersebut sejak
beroperasi selama tiga tahun lalu menunjukkan pencapaian produksi yang cukup
tinggi. Rata – rata per tahun perolehan bahan baku selama tiga tahun sebesar
1.681,780 ton atau sekitar 84 % dari rencana produksi per tahun.
Realisasi perolehan bahan baku setiap tahun selama tiga tahun, pada tahun
2007 adalah sebesar 1.792,791 ton atau 89,6 % dari targetnya sebesar 2000 ton.
Bila dibandingkan dengan perolehan bahan baku pada tahun 2008 sebesar
1.649,636 ton atau 82,5 % dari targetnya 2000 ton terdapat penurunan sebesar
143,155 ton. Begitu pula realisasi perolehan bahan baku pada tahun 2009 adalah
sebesar 1.602,912 ton atau 80,2 % dari targetnya sebesar 2000 ton terjadi
penurunan sebesar 189,879 ton. Dalam kondisi yang demikian, perolehan bahan
baku menunjukkan penurunan yang tidak begitu besar artinya perusahaan PT.
Kelola Mina masih layak untuk terus beroperasi dan berproduksi dengan baik
sehingga perusahaan ini tetap berjalan normal dalam mengolah investasi dengan
adanya ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan sepanjang tahun.
Berdasarkan Lampiran 2 dan 3 dapat dijelaskan bahwa bahan baku yang
diterima setiap bulannya pada tahun 2007 dan tahun 2008 menunjukkan fluktuasi
yang kecil sebab hampir setiap bulannya jumlah bahan baku yang diperoleh
merata. Rata – rata bulanan perolehan bahan baku yang paling banyak adalah
pada bulan November sampai dengan bulan Mei sedangkan bahan baku yang
diperoleh sedikit rata – rata pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Meskipun
nampak saat bulan ketika bahan baku yang diterima besar dan saat ketika
perolehan bahan baku berkurang, tetapi tidak dapat diketahui dengan jelas
perbedaan antara musim – musim tersebut. Sebab perolehan bahan baku setiap
bulan relatif cukup tinggi dengan perbedaan yang tidak begitu besar sehingga
perusahaan ini tidak terlalu merasakan adanya kekurangan bahan baku. Berbeda
dengan perolehan bahan baku pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 4
68 yang menunjukkan terjadinya fluktuasi yang cukup besar dimana perolehan bahan
baku pada saat itu tidak merata. Dengan tidak meratanya perolehan bahan baku
maka tidak terlihat jelas kapan terjadinya musim puncak dan musim paceklik.
Bahan baku yang diterima paling banyak terjadi pada bulan Januari sebesar
305,252 ton dan bulan Juli adalah bulan ketika perolehan bahan baku sangat
sedikit yakni sebesar 39,458 ton. Terdapat perbedaan perolehan bahan baku yang
sangat signifikan pada bulan Juli, hal ini dimungkinkan karena terjadinya musim
timur dimana diketahui pada tahun 2009 hampir di seluruh wilayah Indonesia
dilanda gelombang besar terlebih pada pantai di bagian timur pulau Sulawesi yang
menyebabkan nelayan tidak berani untuk beroperasi ke laut.
Melihat hubungan antara kondisi aktual perolehan bahan baku dengan target
perolehan bahan baku yang mencapai
80,2 % sampai dengan 89,6 % dari
targetnya menunjukkan bahwa indikator ketersediaan ikan di Sulawesi Tenggara
masih tersedia cukup banyak. Dari segi potensi, PT. Kelola Mina Laut bisa
memberikan gambaran bahwa Sulawesi tenggara masih memiliki potensi yang
besar, hal ini didukung oleh data perikanan Sulawesi Tenggara bahwa yang
memiliki lestari perikanan sebesar 213.309,3 ton/tahun dan bisa dimanfaatkan
setiap tahun. Pada kasus perusahaan PT. Kelola Mina Laut ini dapat memberikan
gambaran bahwa investasi di bidang usaha perikanan di Sulawesi Tenggara masih
menjanjikan. PT. Kelola Mina Laut dapat mengelola investasinya secara layak
karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang cukup tinggi setiap tahunnya
sehingga usaha pengolahan dari perusahaan ini tetap berjalan dan dapat
berkembang dengan baik hingga saat ini.
5.6
Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan Lainnya
Produksi hasil tangkapan di suatu wilayah perairan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi berkembang atau tidaknya suatu pelabuhan perikanan.
Oleh karenanya pelabuhan perikanan dituntut untuk memanfaatkan dan memenuhi
fungsinya dengan baik selaku perannya sebagai lalu lintas perikanan. Semakin
berkembang suatu pelabuhan perikanan
maka akan menjadi daya tarik para
pengusaha atau investor untuk mendirikan usahanya di pelabuhan perikanan
tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan perkembangan PPS Kendari.
Perkembangan PPS Kendari didukung oleh wilayah perairan Sulawesi Tenggara
69 memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah khususnya ikan pelagis besar
maupun pelagis kecil. Selain itu banyak industri – industri pengolahan yang
tergabung pada kawasan PPS Kendari.
Sebagian besar hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kendari digunakan
sebagai bahan baku untuk keperluan industri – industri pengolahan ikan di PPS
Kendari. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kendari masih tetap didominasi
oleh kapal – kapal alat tangkap mini purse seine dengan hasil tangkapan yang
paling banyak adalah laying, tuna, tongkol/deho, cakalang, gurita dan kembung.
Produksi hasil tangkapan selama tiga periode (2007 – 2009), pada tahun
2007 di PPS Kendari adalah sebesar 33.198,1 ton kemudian mengalami
penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2008 yang hanya mencapai 14.302,76
ton dengan persentase penurunan sebesar 56,91 %. Adapun rincian jenis ikan
yang didaratkan antara lain, gurita mengalami penurunan 11,35% dari 2.856,57
ton pada tahun 2007 menjadi 2.532,42 ton pada tahun 2008, ikan tongkol/deho
mengalami penurunan 0,27% dari 5.946,08 ton menjadi 5.930,03 ton pada tahun
2008, cakalang meningkat 12,45% dari 1.483,58 ton pada tahun 2007 meningkat
menjadi 1.668,28 ton dan kembung turun 93,50% dari 1.138,52 ton pada tahun
2007 menjadi 74,01 ton pada tahun 2008. Produksi hasil tangkap meningkat
kembali pada tahun 2009 sebesar 16.541,70 ton atau naik 15,66 % dari tahun
2008.
Data mengenai produksi HT tersebut menunjukkan perkembangan
produksi ikan di PPS Kendari dalam kurun waktu tahun 2007-2009 yang
mengalami fluktuasi. Produksi ikan terbesart terdapat pada tahun 2007 sedangkan
jumlah terkecil diperoleh pada tahun 2009.
Industri pengolahan ikan pada kawasan PPS Kendari memiliki bidang usaha
yang bermacam – macam, ada jenis usaha dalam bentuk pabrik saja, penangkapan
dan ada pula dalam bentuk pengumpul dan pengolahan. PT. Kelola Mina Laut
merupakan salah satu contoh industri pengolahan ikan yang usahanya bergerak
dalam pengolahan ikan. Secara keseluruhan terdapat 25 industri pengolahan ikan
yang tergabung dalam kawasan PPS kendari, lima perusahaan perikanan
diantaranya bergerak di bidang usaha yang sama dengan PT. Kelola Mina Laut
yaitu penampungan dan pengolahan bahan baku hasil perikanan. Lima perusahaan
70 tersebut adalah PT. Indo Persada, PT. Sultra Tuna, PT. Yanagi Histalaraya, CV.
Ome Trading Coy, dan PT. Cilacap Samudera FI.
Perkiraan ketersediaan bahan baku ikan bagi kelima industri pengolahan
ikan tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai investasi dari masing – masing
perusahaan pengolahan ikan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan
menggunakan rumus aljabar yang sederhana maka jumlah ketersediaan bahan
baku ikan bagi lima perusahaan tersebut sudah dapat diketahui. Coba dihitung
apakah kebutuhan
bahan baku perusahaan pengolahan ikan tersebut dapat
disuplai dari produksi ikan yang didaratkan di PPS kendari? kebutuhan bahan
baku ke lima perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12 Kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan
Tahun
Kebutuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan (ton)
Total
Produksi
HT di PPS
KML
BIP
STS
YH
OTC
CSF
2007
1.792,79
2.607,69
2.377,08
377,41
488,94
1.629,81
9.273,42
33.198,1
2008
1.649,63
2.399,46
2.187,26
359,92
449,89
1.499,66
8.545,82
14.302,8
2009
1.602,91
2.331,51
2.125,31
349,73
437,16
1.457,19
8.303,81
16.541,70
8.707,68
21.347,53
Rata – Rata
Keterangan: KML (KeLola Mina Laut), BIP (Biota Indo Persada), STS (Sultra Tuna Samudera), YH (Yanagi
Histalaraya), OTC (Ome Trading Coy), CSF (Cilacap Samudera FI)
Tabel di atas menjelaskan bahwa industri pengolahan ikan yang memiliki
nilai investasi lebih besar maka kebutuhan akan bahan baku ikan juga lebih besar.
PT. Kelola Mina Laut berada memiliki nilai investasi sebesar Rp 11.000.000.000,
oleh karenanya kebutuhan bahan baku ikannya cukup besar dibanding industri
pengolahan lainnya, hanya satu industri pengolahan ikan saja yang memiliki
kebutuhan bahan baku ikan lebih besar daripada PT. Kelola Mina Laut. Industri
pengolahan ikan tersebut adalah PT. Biota Indo Persada dengan nilai investasi
paling besar yaitu Rp 16.000.000.000 dengan kebutuhan bahan bakunya sebesar
2.607,69 ton pada tahun 2007, 2.399,46 ton untuk tahun 2008 dan 2.331,51 ton
untuk tahun tahun 2009.
Adapun industri pengolahan ikan yang memiliki
kebutuhan bahan baku paling kecil adalah PT. Yanagi Histalaraya dengan nilai
investasi sebesar Rp 2.400.000.000 dengan kebutuhan bahan bakunya sebesar
377,41 ton pada tahun 2007, 359,92 ton untuk tahun 2008 dan 349,73 ton pada
tahun 2009.
71 Produksi HT di PPS Kendari lebih tinggi sebesar 21.347,53 ton daripada
kebutuhan bahan baku ikan dari ke enam perusahaaan pengolahan ikan sebesar
8.707,68 selama kurun waktu tiga tahun mulai dari 2007 – 2009. Kebutuhan
bahan baku selama tiga tahun (2007 – 2009) dari ke enam perusahaan tersebut
antara lain, pada tahun 2007 PPS kendari mampu menyediakan kebutuhan bahan
baku ke enam perusahaan sebesar 9.273,42 ton dari 33.198,1 ton. Pada tahun
2008 produksi HT yang didaratkan di PPS Kendari sebesar 14.302,8 ton dan
mampu mensuplai 8.545,82 ton kepada enam perusahaan pengolahan, begitu pula
dengan tahun 2009 PPS Kendari menyediakan bahan baku sebesar 16.541,70 ton
dan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan pengolahan sebesar 8.303,81 ton.
Meliht bahwa produksi HT yang disediakaan PPS kendari jauh lebih tinggi
daripada PT. Kelola Mina Laut maka dapat dikatakan bahwa permintaan
kebutuhan 80% bahan baku ikan perusahaan perikanan dapat disediakan oleh PPS
Kendari dan menunjukkan bahwa perolehan bahan baku ikan dari ke lima
perusahaan lainnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan perolehan bahan baku
ikan di PT. Kelola Mina Laut. Hal ini disebabkan antara lain karena PT. Kelola
Mina Laut tidak memiliki armada penangkapan sendiri dan hanya mengharapkan
pengumpulan bahan baku ikan dari nelayan dan TPI di sekitar PPS Kendari,
kadang kala hasil tangkapan yang didaratkan atau disediakan di PPS Kendari
tidak sesuai dengan bahan baku ikan yang dibutuhkan PT. Kelola Mina Laut dan
kemungkinan nelayan yang tergabung menjadi supplier nya memasarkan kepada
perusahaan lainnya.
Untuk mempertahankan kondisi produksi HT yang lebih tinggi daripada
kebutuhan perusahaan perikanan maka pihak PPS Kendari perlu mengembangkan
sarana dan prasarana pelabuhan terutama peningkatan sarana dan prasarana
berupa kelengkapan dan ketersediaan fasilitas-fasilitas pelabuhan, peningkatan
pelayanan guna menarik investor untuk membangun perusahaan perikanan
didalamnya serta terkait dengan aktivitas operasional kepelabuhanan. Aktivitas
operasional tersebut diantaranya aktivitas tambat labuh, pendaratan, pelelangan,
dan pengangkutan hasil tangkapan ikan dari TPI.
72 5.7
Peranan PPS Kendari Terhadap Pemenuhan Bahan baku Perusahaan
Pengolahan
Pada hakekatnya pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang
menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha
dan
berdayaguna
tinggi.
Aktivitas
unit
penangkapan
ikan
di
laut
keberangkatannya dari pelabuhan harus dilengkapi dengan bahan bakar,
perbekalan makanan, es dan lain-lain secukupnya. Informasi tentang data harga
dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari
pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai melakukan pekerjaan di laut kapal akan
kembali dan masuk ke pelabuhan untuk membongkar dan menjual ikan hasil
tangkapan (Murdiyanto, 2004). Oleh karenanya berbicara mengenai peranan PPS
Kendari dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan maka
sangat erat kaitannya pada ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di PPS
kendari serta aktivitas atau kegiatan yang berlangsung di PPS Kendari tersebut.
Adapun fasilitas – fasilitas yang mendukung pemenuhan bahan baku antara lain:
1) Hanggar pembongkaran ikan
Hanggar pembongkaran ikan dibangun melalui investasi dari pemerintah.
Fungsi hanggar pembongkaran ikan adalah sebagai tempat pembongkaran
hasil tangkapan serta tempat para pedagang ikan seperti bakul menawarkan
jualannya. Luas hanggar pembongkaran ikan di PPS Kendari adalah 500 m2
yang saat ini mengalami penambahan luas menjadi 635 m2. Kondisi saat ini
masih beroperasi dengan baik dan merupakan tempat pembongkaran ikan
yang higienis dan memadai. Semakin baik fasilitas ini maka akan semakin
bermanfaat fungsinya.
2) Gedung TPI
PPS Kendari memiliki satu buah gedung TPI yang merupakan pusat dari
seluruh kegiatan perikanan karena semua hasil tangkapan di daratkan di TPI
untuk dijual melalui sistem lelang.
3) Kavling industri
Kavling industri terikat kontrak oleh 25 investor dari perusahaan perikanan.
PPS Kendari memiliki lahan kavling industri seluas 219.300 m2 diantaranya ±
73 118.091 m2 telah dimanfaatkan dan 109.209 m2
belum dimanfaatakn
sehingga masih besar peluang bagi investor yang berminat.
4) Utilitas
Utilitas dibangun melalui investasi dari swasta dan pemerintah untuk
melayani kebutuhan stake holder (pengguna jasa). Adapun fasilitas utilitas di
PPS Kendari terdiri dari mesjid dan musholla, bengkel, kantin, shelter
nelayan, tangki BBM 2 × 500 KI, kedai pasir, saluran telepon, instalasi air
bersih dengan kapasitas ± 700 m3/hari, IPAL ± 400 m3/hari, gedung lembaga
keuangan, catu daya listrik PLN ± 21 MW dan docking.
5) Fasilitas komersial
Fasilitas komersial di PPS Kendari dibangun melalui investasi dari pihak
swasta yang berfungsi untuk melayani kebutuhan bagi pihak swasta tersebut
dan pihak umum. Fasilitas komersial tersebut antara lain pabrik es dengan
kapasitas 321,70 ton/hari, cold storage dengan kapasitas 2.680 ton, freezer
dengan kapasitas 320 ton/hari, docking kapal dengan kapasitas 500 GT dan
100 GT, instalasi pengolahan ikan kayu, kapal perikanan berbagai jenis,
mesin pembangkit listrik dengan kapasitas 21 MW dan generator milik dari
PPS Kendari.
Adapun aktifitas yang sangat mendukung dalam pemenuhan bahan baku
industri pengolahan ikan antara lain:
1) Aktifitas produksi yaitu:
a. Kegiatan Penangkapan Ikan
Kegiatan penangkapan ikan adalah proses nelayan menangkap ikan di laut
untuk mendapatkan hasil tangkapan. Apabila pengoperasiannya dilakukan
dengan baik maka hasil tangkapan yang diperoleh akan semakin banyak
dan dapat memenuhi kebutuhan dari industri pengolahan ikan di PPS
Kendari. Sebagian besar yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di
PPS Kendari adalah nelayan tradisional atau nelayan yang sekaligus
pengusaha ikan. Hasil tangkapan yang dominan pada tahun 2008 berasal
dari kapal tangkap mini purse seine. Hasil tangkapan tersebut banyak
dimanfaatkan oleh industri – indutri pengolahan guna mengubah menjadi
74 ikan olahan yang bernilai tinggi. Adapun hasil tangkapan yang biasanya
digunakan oleh industri adalah gurita dan cakalang atau deho.
b. Kegiatan penanganan ikan
Proses penanganan dimulai proses penangkapan telah selesai. Hasil
tangkapan tersebut langsung ditangani menggunakan air tawar atau es
batu. Penanganan dilakukan untuk membantu mencegah kebusukan ikan
setelah penangkapan.
c. Kegiatan Pendaratan Ikan
Kegiatan pendaratan ikan di PPS Kendari meliputi pembongkaran hasil
tangkapan ikan dari palkah, dermaga sampai ke tempat pelelangan ikan.
Selain pembongkaran ikan, pernyortiran ikan juga biasa dilakukan di atas
kapal. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan dalam waktu yang cepat karena
akan mempengaruhi mutu dari hasil tangkapan yang menjadi kriteria
utama dari industri pengolahan ikan. Pendaratan ikan di PPS Kendari
berasal dari hasil tangkapan kapal – kapal milik investor, nelayan mitra
usaha, nelayan bebas dan kapal pengangkut ikan yang melakukan ekspor.
d. Produksi dan penyaluran es
Penggunaan es sangat diperlukan pada setiap kegiatan industri perikanan
dimulai dari pasca panen, pengolahan, penyimpanan hingga penditribusian
guna mempertahankan kualitas dan mutu hasil tangkapan. Kapasitas
terpasang tujuh pabrik es yang berada di kawasan PPS Kendari sebesar
6.516 balok. Sedangkan penyaluran dalam kawasan PPS Kendari berkisar
175 ton/hari yang disuplai oleh delapan pabrik es milik perusahaan dengan
kapasitas terpasang mencapai 321,7 ton/hari. Kegiatan penyaluran es
tersebut ada yang langsung digunakan sendiri oleh pemilik perusahaan
untuk keperluan pengolahan namun adapula perusahaan yang menjual
langsung kepada nelayan bebas.
e. Suplai dan penyaluran BBM
Selama ini BBM lah yang selalu menjadi pokok permasalahan sebab BBM
adalah faktor utama dalam melakukan kegiatan melaut. Apabila sebuah
kapal penangkap kekurangan BBM maka dengan jarak yang jauh nelayan
tidak dapat menuju daerah operasi penangkapan tersebut.
Sehingga
75 mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Pelayanan BBM
solar kepada konsumen dalam kawasan PPS Kendari dilayani oleh SPBN
milik PD. Utama Sultra uang merupakan BUMD Provinsi Sulawesi
Tenggara. Penyaluran BBM di PPS Kendari dilakukan dengan dua cara
yaitu, yang pertama penyaluran dilakukan oleh investor untuk memenuhi
kebutuhan industri dan yang kedua, penyaluran BBM dilakukan melalui
instalasi SPBN yang dikelola oleh PD. Utama Sultra guna melayani
kebutuhan kapal – kapal perikanan.
f. Penyaluran air bersih
Kegiatan penyaluran air bersih digunakan untuk perbekalan kapal – kapal
perikanan, pabrik es, air minum, sanitasi dan sebagai pendingin untuk
mesin pembangkit listrik di kawasan PPS kendari. Apabila kebutuhan air
bersih dapat dipenuhi maka dapat memperlancar kegiatan produksi
dimulai dari pabrik es sampai kebutuhan melaut.
Hal ini yang akan
mempengaruhi pemenuhan bahan baku khususnya industri pengolahan
ikan. Air bersih yang digunakan di PPS Kendari berasal dari bawah tanah
yang diproduksi menggunakan pompa deep well sebanyak empat titik.
2) Aktifitas distribusi, yaitu:
a. Kegiatan Pengolahan
Kegiatan pengolahan dilakukan oleh pengusaha industri pengolahan ikan
yang bertujuan menghasilkan produk perikanan yang memiliki nilai
tambah. Berlangsungnya kegiatan di industri pengolahan tergantung ada
atau tidak tersedianya bahan baku ikan. Beberapa jenis ikan yang biasa
diolah oleh industri pengolahan ikan seperti tuna, cakalang, kerapu, kakap,
tenggiri, udang dan gurita. Ikan - ikan tersebut diolah menurut jenis usaha
industrinya. Jenis olahan yang terdapat di industri pengolahan ikan di PPS
Kendari antara lain ikan utuh beku, udang beku, ikan kayu, Fillet, WGS
(Whole Gutted Scale), WGGS (Whole Gilled Gutted Scaled), olahan sirip,
tulang ikan, insang ikan dan bagian perut ikan bisa dijadikan tepung ikan.
b. Kegiatan Pergudangan
Terdapat 11 buah perusahaan/industri yang memiliki gudang pendinginan,
ada yang memanfaatkan sendiri oleh pemiliknya, namun ada juga yang
76 menyewakan ke orang lain. Perusahaan tersebut rata – rata memiliki
kapasitas cold storage 2.680 ton yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan ikan yang sudah beku, dapat bertahan selama berbulan –
bulan bahkan bertahun – tahun dan ABF (Air Blast Freezing) dengan
kapasitas 320 ton/ hari yang fungsinya sebagai tempat pembekuan awal
atau membekukan ikan yang masih segar biasanya dibekukan selama 8
jam.
c. Kegiatan pemasaran dan distribusi
Nelayan PPS Kendari sebagian ada yang memasarkan hasil tangkapannya
langsung menjual ke masyarakat sekitar berupa ikan yang masih segar dan
sebagian pula ada yang langsung mendistribusikan ke industri – industri
pengolahan untuk diolah. Produk hasil olahan dari industri/perusahaan
tersebut umumnya didistribusikan ke luar kota, antar pulau dan ke luar
negeri. Volume distribusi dan pemasaran ikan hasil tangkapan pada tahun
2008
mencapai
5.670,54
ton
untuk
domestik
dengan
nilai
Rp 71.070.000.000,00 sedangkan untuk volume ekspor mencapai 2.130,69
ton dengan nilai Rp 77.096.000.000,00.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1.
Pemenuhan bahan baku PT. KML setiap tahun selama tiga tahun, pada
tahun 2007 adalah
sebesar 1.792,791 ton, pada tahun 2008 sebesar
1.649,636 ton dan pemenuhan bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar
1.602,912 ton.
2.
Terdapat empat pola pemenuhan kebutuhan bahan baku di PT. Kelola Mina
Laut yaitu:
1) Nelayan ke PT. Kelola Mina laut
2) Nelayan ke TPI PPS Kendari ke PT. Kelola Mina Laut
3) Nelayan ke Supplier ke PT.Kelola Mina Laut
4) Nelayan ke TPI PPS Kendari ke Supplier ke PT. KML
3.
Peranan PPS Kendari dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri
pengolahan ikan maka sangat erat kaitannya pada ketersediaan sarana dan
prasarana yang ada di PPS kendari seperti hanggar pembongkaran ikan,
gedung TPI, kavling industri, utilitas serta aktivitas atau kegiatan yang
berlangsung di PPS Kendari seperti kegiatan penangkapan, kegiatan
pendaratan, kegiatan pengolahan dan pemasaran, kegiatan pergudangan,
produksi es dan penyuplai BBM.
6.2
Saran
1)
Untuk memperoleh bahan baku yang lebih besar maka sebaiknya PT. Kelola
Mina Laut mengusahakan agar memiliki armada penangkapan sendiri.
2)
Menjalin kemitraan kepada nelayan agar kedua belah pihak dapat saling
menguntungkan
satu
sama
lainnya,
contohnya
perusahaan
dapat
memberikan fasilitas armada penangkapan sendiri kepada masyarakat
nelayan dan masyarakat nelayan terus memproduksi hasil tangkapan ke PT.
Kelola Mina Laut.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2008. Laporan
Statistik Perikanan Tangkap. Kendari.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2008. Laporan
Statistik Perikanan Budidaya. Kendari
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2009. Profil Pelabuhan Perikanan
samudera Kendari. Kendari: Departemen Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Samudera
Kendari. 16 hal.
Direktorat jenderal perikanan Tangkap. 2008. Laporan tahunan Pelabuhan
Perikanan Samudera kendari. Kendari: Departemen Kelautan dan
Perikanan. 86 hal.
Fatmawati. 2000. Studi Tingkat Pendayagunaan Pelabuhan Perikanan Samudera
(PPS) Kendari Sulawesi Tenggara. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hanafiah & Saefudin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Hadiyanto, RS. 2004. Industri Perikanan dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai
Aktivitas Kepelabuhanan Terkait dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Samudera Jakarta. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor:
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Lubis, E. 2004. Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Pelabuhan.
Murdiyanto, B.2004. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF). 1987. Pengolahan Hasil –
hasil Perikanan I
Priyanto, N. 2007. Potensi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap untuk
Pengembangan Industri Pengolahan Ikan. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan).
Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Prawirosentono, S. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Soemarto. 1975. Ilmu Perikanan Pengusahaan dan Pengelolaan. Jakarta:
Akademi Usaha Perikanan.
Widodo, A. 2009. Faktor – Faktor Penurunan Produksi Hasil Tangkapan dan
Upaya – Upaya serta Strategi Peningkatannya di PPN Pekalongan.
[Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
W. Septianto, Agung. 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.
www. sultra. BPS.go.id. [3 Mei 2010].
LAMPIRAN
81 Lampiran 1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari Tahun 2008.
No
Nama Perusahaan
1
PT. Biota Indo Persada
2
PT. Sultra Tuna
Samudera
3
PT. Yanagi Histalaraya
4
PD. Utama Sultra
5
CV. Ome Trading Coy
6
10
PT. Kamal cahaya Putra
PT. Putra Sultra
Samudera
PT. PJB II Surabaya
PT. Lintas Bestari
Selaras
PT. Sultra Mitra Lestari
11
PT. Nusantara Fishery
12
PT. Tofico
13
14
PT. Ade Sultra Persada
Fa. Sanu
UD. Abadi Makmur
Ocean
CV. Samudera Jasa
Mandiri
PT. Multi Nabati
Sulawesi
7
8
9
15
16
17
18
CV. Mina jaya Lestari
19
CV. Andika
20
CV. Bersatu untuk Maju
21
PT. Kelola Mina Laut
22
PT. Cilacap Samudera
FI
Jenis Usaha
pengolahan, Cold
storage, ABF &
pabrik es
pengolahan, Cold
storage, ABF &
pabrik es
pengolahan ABF,
Cold storage,
SPBN & pabrik es
Pengolahan ikan
kayu & pabrik es
Cold storage, ABF
Docking/slipway,
bengkel
PLTD
Nilai
Investasi
(Rp 1.000)
Keterangan
Operasional
16.000.000
Operasional
14.585.000
2.400.000
5.000.000
3.000.000
6.375.000
3.740.000
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Pabrik es balok
37.000.000 Operasional
Operasional
1.500.000
Pabrik es balok
2.300.000
Cold storage
1.400.000
Pukat udang,
pengolahan udang
Pabrik es balok
Cold storage
1.200.000
1.000.000
Cold storage
3.500.000
Toko, wartel
300.000
penyalur minyak
goring
Cold storage, ABF
& pabrik es
Cold storage, ABF
penangkapan, Cold
storage, ABF
pengolahan, Cold
storage, ABF
pengolahan, Cold
storage, ABF
1.500.000
2.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
11.000.000
Operasional
Ops. di pusat
Maluku
Ops. di pusat
Maluku
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
Operasional
10.000.000
82 Lampiran 1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan
Samudera Kendari Tahun 2008 (Lanjutan)
No
Nama Perusahaan
23
PT. PLN (Persero) wil.
Sulsel, Sultradan Sulbar
24
PT. Trobos Benua
25
PT. Sumber Laut
Mandiri
Jenis Usaha
Nilai
Investasi
(Rp 1.000)
Keterangan
PLTD, tangki
10.000.000 Operasional
BBM (MFO)
Pengolahan, ABF,
Tahap
5.000.000
cold Storage
pembangunan
Pengolahan, ABF,
Tahap
1.186.000
cold Storage
pembangunan
Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007
Satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
Angke
Angkoli
Baramudi
Betet
Cumi
Sotong
Ganja
Gogokan
Gulama
Guntur
Gurita
1
Januari
2
Februari
1,103,90
2,515,20
12,70
10,70
124,564,80
3
Maret
2,847,00
6809,5
64,50
333,20
196,427,80
4
April
2772,8
15,546,10
424,50
483,30
158,582,50
5
Mei
3,454,60
7,663,10
47,50
123,50
64,075,70
6
Juni
169,00
1,839,00
9,549,50
2,985,60
3,775,60
54,50
616,00
4,959,00
304,50
41,12
7
Juli
87,50
199,00
3,208,00
1,082,00
2,473,00
0,00
1,080,00
7,504,00
86,20
28,499,30
8
Agustus
1,5
4,30
672,60
1,192,00
15,60
30,049,10
9
September
49,5
55,50
648,90
821,70
166,90
54,179,00
10
Oktober
106,10
35,40
32,312,00
1,083,70
833,30
11
November
2,757,40
48,50
58,877,00
8,225,62
1,792,60
523,50
12
Desember
1,960,10 10,526,50
161,50
2,790,60
875,40
1,020,60
44,297,50
2,155,60
Total Perjenis
119
5,131,10 12,766,90 104,167,80 27,307,32
7,80
888,00
2,064,00
383,60
81,290,80
5,259,00
1,475,50
1,249,30
143,542,90
6,723,70
119,072,50
7,843,00
16,002,50 9,880,50 1,041,405,00
83 Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007 (Lanjutan)
Satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
Ikan
Sebelah
Jenaha
Kaci-
Kakap
Kaci
Merah
Katarap
Kerapu
Kurso
Merahan
Mujahir
Laut
Mundo
1
Januari
2
Februari
751,50
102,70
377,30
3
Maret
6,377,50
3,070,90
3,270,00
4
April
6.229
5529,00
2555,20
5
Mei
1,145,50
4,682,70
5,346,90
2,048,20
6
Juni
294,40
794,90
4,206,10
9,528,10
139,10
2,355,20
85,693,00
2,750,00
2,838,40
178,90
7
Juli
402,10
238,40
1,249,40
1,464,10
51,00
96,00
43,436,00
769,60
1,829,30
208,80
8
Agustus
42,80
181,00
8,90
503,80
49,20
70,90
5,00
9
September
20,90
280,70
35,70
657,10
177,10
285,60
10
Oktober
34,00
570,50
104,20
636,70
7,00
124,40
79,699,00
898,20
2,026,50
27,50
11
November
524,80
1,388,40
946,90
5,398,10
7,70
100,80
50,994,50
6,747,80
950,90
64,60
12
Desember
285,00
937,60
1,494,80
14,672,00
11,40
1,342,80
15,577,40
7,50
33,80
1,604,00
4,391,50
9,191,50
50,970,80
216,20
18,295,00
35,350,20
7,720,60
513,60
Total Perjenis
259,823,00
84 Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007 (Lanjutan)
NO
TOTAL
JENIS IKAN
Bulan
Pali
Pinjalu
Putihan
PERBULAN
Sembilang
QT
%
1
Januari
2
Februari
33,60
54,60
1,049,10
131.362,50
7,33
3
Maret
213,30
29,70
12,848,10
233.975,00
13,05
4
April
503,60
19,963,10
216.874,10
12,1
5
Mei
170,70
3,20
14,649,60
106.722,70
5,95
6
Juni
440,60
0,70
8,712,10
168,00
186.201,80
10,39
7
Juli
27,80
1,80
5,074,20
41,40
99.770,40
5,57
8
Agustus
99,00
739,50
33.660,60
1,88
9
September
75,60
3,952,30
61.234,30
3,42
10
Oktober
211,10
3,318,30
216.015,00
12,05
11
November
959,40
9,837,60
306.418,22
17,09
12
Desember
913,60
1,004,40 20,102,60
200.588,30
11,19
1.792.791,92
100
Total Perjenis
8,80
3,648,30 1,148,70 99,886,50
209,40
85 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008
satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
Ikan
Angkoli
Baramudi
Betet
86,60
2,987,70
102,5
6,704,00
1,852,80
1,719,90 1,006,60
158,004,90
108,4
29,5
34,00
5,888,70
3,175,10
1,057,90
117,361,10
32,10
33,3
56,00
5,442,70
13,419,00
1,289,80 1,292,30
128,485,00
63,00
38,8
7,739,10
689,50
689,50
717,60
111,564,90
119,50
4,811,50
4,680,10
113,00
340,50
69,609,80
303,80
28,60
437,50
58,987,40
162,20
1
Januari
2
Februari
3
Maret
29,00
4
April
165,40
5
Mei
59,90
3,817,90
6
Juni
35,20
1,066,00
7
Juli
30,90
3,280,30
8
Agustus
18,50
3,518,00
9
September
114,90
1,497,20
7,647,60
10
Oktober
207,60
851,70
5,646,70
11
November
394,3
29,10
12
Desember
386,5
203,60
Total Perjenis
Cumi
Angke
1,528,80 17,314,30
4,00
5,50
240,8
Sotong
2,726,50
Ganja
Guntur
265,80
Gurita
sebelah
7,647,60
849,90
19,10
279,60
63,722,20
56,20
2,189,20
1,813,80
58,60
415,40
65,544,20
79,50
129,20
162,70
88,933,20
22,10
1,332,20
207,40
379,70
50,080,20
63,20
13,121,40
955,40
916,90
916,90
96,150,90
86,50
6,057,30
2,563,10
78,00
405,80
174,354,40
115,10
69,811,20
44,930,00
6,590,40 6,620,40 1,182,799,20
1,211,60
86 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008 (Lanjutan)
Satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
Jenaha
Kaci-
Kakap
kaci
merah
Katarap
Kerapu
Merahan
Mujahir
laut
Ekor
lkuning
1
Januari
805,00
1,000,30
10,992,70
1,493,80
7,886,30
2
Februari
1,098,20
1,171,80
7,362,60
933,00
5,935,70
3
Maret
2,114,00
1,119,40
5,781,20
3,30
471,40
11,309,70
375,30
4
April
2,080,80
1,395,20
4,913,60
25,90
551,40
3,156,00
166,60
5
Mei
1,312,50
2,085,40
14,601,90
58,40
4,068,00
4,842,10
17,80
6
Juni
927,50
1,405,70
7,218,70
38,50
2,260,90
3,419,30
16,20
7
Juli
714,20
1,863,80
7,781,50
65,80
2,901,10
1,256,10
30,40
134,00
8
Agustus
458,40
1,267,90
8,217,10
58,00
2,956,90
5,432,30
56,00
813,60
9
September
416,70
1,371,70
7,239,90
26,60
2,518,40
3,751,40
148,30
23,30
32,50
10
Oktober
172,60
1,036,20
4,034,60
5,20
2,172,80
5,644,80
34,80
2,10
618,20
11
November
133,50
823,80
6,822,80
9,00
3,640,10
9,520,70
25,40
35,30
2,587,40
12
Desember
104,50
382,30
4,576,30
30,50
545,30
1,521,50
4,00
474,80
89,542,90
321,20
82,50
9,894,00
Total Perjenis
10,337,90 14,923,50
24,513,10 63,675,90
30,30
Mundo
901,10
7,80
10,00
5,233,50
87 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008 (Lanjutan)
Satuan: Kilogram (Kg)
NO
TOTAL
JENIS IKAN
Bulan
Pali
Pinjalu
Putihan
Sembilang
PERBULAN
Tengiri
Sunu
QT
%
204.835,40
12,42
1
Januari
357,90
29,30
9,429,50
229,10
2
Februari
15,00
53,50
4,500,00
803,10
102,40
149.819,50
9,08
3
Maret
8,00
33,90
10,827,80
637,30
31,30
182.822,70
11,06
4
April
9,70
7,607,20
544,20
5,00
155.761,00
9,44
5
Mei
244,50
6,120,40
2,235,00
20,40
119.372,60
7,24
6
Juni
5,90
4,483,60
784,60
16,80
89.268,60
5,41
7
Juli
131,10
22,60
3,731,50
592,90
20,10
89.319,80
5,41
8
Agustus
16,90
421,50
3,946,00
506,10
40,50
97.851,90
5,93
9
September
13,80
108,30
9,536,90
1,538,80
39,80
125.274,30
7,59
10
Oktober
70,90
4,20
7,168,70
228,10
105,30
80.075,30
4,85
11
November
8,50
533,20
76,60
156.362,10
9,48
12
Desember
7,90
717,70
2,90
198.872,60
12,06
Total Perjenis
29,70
8,10
1,246,60 18,045,30
44,40
6,296,70
659,70 2,224,40 91,693,60
8,10
9,350,10 461,10 1.649.635,80
100
88 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009
Satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
Angke Angkoli
1
Januari
216,70
2
Februari
3
Cumi
Sotong
Ganja
Guntur
Gurita
Ikan
sebelah
Jenaha
6,395,20
2,562,40
298,7
408,40
260,355,60
247,3
162,6
41,50
6,402,40
4,962,20
6,50
86,30
253,146,60
92,20
8,20
Maret
6,10
6,822,70
4,316,45
17,90
230,319,40
18,30
50,30
4
April
5,60
4,732,20
7,393,50
11,40
126,363,10
10,70
38,20
5
Mei
4,717,00
3,611,90
70,732,50
20,50
5,00
6
Juni
1,50
6,583,80
590,80
46,131,40
3,60
7
Juli
14,00
3,594,40
8
Agustus
3,50
2,406,60
43,80
90,386,70
5,80
2,40
9
September
3,670,20
282,80
37,681,90
24,50
16,50
10
Oktober
40,30
6,301,10
658,70
67,468,00
21,50
107,80
11
November
42,8
3,880,80
559,60
91,449,30
2,00
120,50
12
Desember
123,2
6,136,10
23,80
1,290,10
65,298,50
41,40
783,40
61,642,50
23,466,50
487,80
1,294,90
Total Perjenis
495,2
828,7
Betet
828,7
32,778,20
5,00
1,227,10 3,359,00 1,372,111,20
89 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009 (lanjutan)
Satuan: Kilogram (Kg)
JENIS IKAN
NO
Bulan
1
Januari
2
Februari
3
Maret
4
April
5
Mei
6
Juni
7
Juli
8
Agustus
9
September
10
Oktober
11
November
12
Desember
Total Perjenis
Kaci-kaci
849,00
77,40
29,30
26,90
4,00
44,80
871,30
1,925,60
Kakap
merah
14,140,60
6,556,50
7,526,20
10,488,00
9,347,10
3,658,40
2,637,70
2,215,60
4,081,40
7,858,30
4,834,00
8,101,40
81,444,90
Katarap
Kerapu
86,00
31,60
3,80
11,00
10,60
4,50
1,129,40
368,50
464,80
591,40
12,20
9,40
24,90
33,80
72,40
300,20
Merahan
4,548,60
323,40
28,90
27,10
38,00
174,00
0,60
215,20
53,10
34,70
52,10
21,00
95,30
271,10
1,183,80
627,90
1,386,40
1,371,10 3,871,50
5,269,10 11,608,80
Mujahir
laut
33,50
4,80
Mundo
64,00
10,10
12,00
21,80
2,00
74,10
Pali
3,00
47,60
47,60
97,00
174,10
90 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009 (lanjutan)
Satuan: Kilogram (Kg)
TOTAL
NO
JENIS IKAN
Bulan
Pinjalu
Putihan
Tengiri
Sunu
1
Januari
11,560,20
861,40
29,50
2
Februari
2,537,40
1,113,40
1,50
3
Maret
585,80
1,443,20
2,70
4
April
748,20
1,349,70
0,50
5
Mei
218,10
637,00
2,50
6
Juni
79,90
7
Juli
110,10
8
Agustus
9
September
10
Oktober
2,087,30
11
November
12
Desember
Total Perjenis
PERBULAN
Ekor
kuning
Sampel
474,30
QT
%
305.252,10 12,42
86,70
275.857,20
9,00
180,30
251.826,45 11,06
11,00
251,30
152.094,80
9,44
89.366,00
7,24
142,70
57.385,50
5,41
40,30
39.458,20
5,41
94,60
95.279,30
5,93
384,70
46.278,40
7,59
33,30
86.110,90
4,85
4,504,00
78,90
107.658,40
9,48
1,30
5,912,00
1,509,50
2,80
2,60
28,823,00
7,209,30
63,40
1,30
9,08
96.344,70 12,06
494,30
518,30
1.602.911,95
100
91 92 Lampiran 5 Gambar Peta Sulawesi Tenggara
Keterangan:
Koordinat: 3° 54' 30" - 4° 3' 11" LS dan 122° 23' - 122° 39' BT
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2009
93 Lampiran 6 Lay out pelabuhan perikanan samudera Kendari
Keterangan:
Posisi : 03°58′48" LS - 122°34'17" BT
Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2009
94 Lampiran 7 Kondisi Masing – masing Fasilitas PPS kendari sampai
tahun 2008
I. Fasilitas Pokok
No
1
2
3
4
5
Jenis Fasilitas
Lahan
Kolam pelabuhan
Dermaga
- (-6,0 m)
- (-2,5 m)
Jalan Kompleks
Kavling Industri
Tahun
Volume/Luas
Pembangunan
1986 – 2006
40,55 Ha
1990
12,5 Ha
1990 – 2006
130 × 10 m
260 × 10 m
1990 – 2006
29,945 m
1986 – 2008
- dimanfaatkan
11,81 Ha
belum
dimanfaatkan
12,07 Ha
Keterangan
baik
baik
baik
baik
baik
sertifikat
HGB)
sertifikat
HGB)
(HPL,
(HPL,
II Fasilitas Fungsional
No
Jenis fasilitas
1
2
3
4
5
6
Gedung TPI
Rambu navigasi
Instalasi air
Instalasi BBM
Instalasi IPAL
Instalasi listrik
- genset
- PLN
Telekomunikasi
- Telepon
- Interkom
- Radio SSB
- Internet
Sarana
Bongkar
Muat
- Truck Crane
- Forklift
Bengkel
Fuel sales
Pos jaga (2 buah)
MCK
Tempat parker
Ruang generator +
Ruang operator
Pagar keliling
Gedung hangar
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Tahun
Volume/Luas
Pembangunan
1990
600 m2
1990
2 unit
1990 – 2006
700 KL
1990
2 × 500 KL
1990 – 2006
400 KL
Keterangan
baik
baik
baik
baik
baik
1990
1993
2 × 250 KVA
1.110 KVA
baik
baik
1999 & 2005
1991 – 1992
1991 – 2001
2001 – 2006
4 line
12 line
1 unit
5 unit
baik
baik
baik
baik
1991
rusak1994
1990
1990
1990 – 2000
1990 – 2007
1990
1997
2 unit
1 unit
150 m2
96 m2
54 m2
126 m2
1.741 m2
225 m2
baik
baik
baik
baik
baik
baik
baik
1990 – 1998
2006 – 2008
2.209 m
635 m2
baik
baik
95 No
17
18
19
20
21
22
23
Jenis fasilitas
Tempat
penjemuran ikan
Toko nelayan
Kamera monitor
Pompa klorin air
bersih
Water treatment
700 ton
Gardu listrik
Mess pengawasan
Tahun
Volume/Luas
Pembangunan
Keterangan
2005
200 m2
baik
2006
2007
90 m2
1 unit
baik
baik
2007
1 unit
baik
1990
700 KL
baik
1990
2006
2
72 m
1755 m2
baik
baik
III. Fasilitas Penunjang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Jenis fasilitas
Gedung
administrasi
Balai Pertemuan
nelayan
Penginapan
nelayan
Guest house
Poliklinik
Mushollah
Gudang
Rumah karyawan
Shelter untuk
peristirahatan
nelayan
Drainase
Gedung lembaga
keuangan
Rumah dinas
- tipe 70
- tipe 120
Talud dan
reklamasi areal
pengembangan
Tahun
Volume/Luas
Pembangunan
Keterangan
1990
1.326 m2
baik
1990
720 m2
baik
1990
672 m2
baik
1990
1997
1990 – 2006
2007
1990 – 2007
140 m2
90 m2
162 m2
200 m2
858 m2
baik
baik
baik
baik
baik
2007
150 m2
baik
1990 – 2007
7.059 m2
baik
2007
2
101 m
baik
780 m2
1990
1990
2007
baik
baik
275 × 50 m
baik
96 IV. Jenis Layanan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Jenis fasilitas
Tangki BBM
- PPS
- PLN
Air bersih
Es
Cold storage
Freezer
Docking kapal
SPBN
Ice container
Tahun
Volume/Lua
Pembangunan
s
1990
1994
1990
1991 – 2006
1991 – 2007
1991 – 2007
1996
2007
2007
1.000 ton
3.000 ton
700 m3/hari
245 ton/hari
1.970 ton
84 ton/hari
s/d 600 Gt
60 ton
8,9 ton/hari
Keterangan
PPS Kendari
PLN
PPS Kendari
swasta
swasta
swasta
swasta
swasta
swasta
97 Lampiran 8 Struktur Organisasi PPS kendari
Kepala
Pelabuhan
Kabag. Tata
Usaha
Kasubag.
Keuangan
Kabid.
Pengembangan
Kepala
Seksi Sarana Kasubag.
Umum
Kabid. Tata
Operasional
Kepala Seksi
Kesyahbandaran
Kepala Seksi
Pelayanan dan
Pengembangan
Usaha Kelompok
Jabatan
Fungsional
Kepala
Seksi
Pemasaran
98 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML
Proses penimbangan bahan baku
proses pengolahan bahan baku
99 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML
(lanjutan)
Proses pengepakan bahan baku yang telah diolah
Proses pengepakan bahan baku yang sudah membeku
100 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML
(Lanjutan)
Proses pengangkutan produk olahan ke dalam cold storage
Bahan baku yang telah dikemas dan siap di distribusikan
101 Lampirn 10 Contoh Produk olahan dari PT. Kelola Mina Laut
Produk gurita beku flower type
Produk fillet beku skin on
102 Lampiran 11 Area Luar pengadaan PT. Kelola Mina Laut
Lampiran 12 Struktur Organisasi PT. Kelola Mina Laut
Direktur
GM Development/
FSTL/QA Corporate Factory
Manager
Production &
QA Manager
QA Ass.
Manager
QC Inspector
Sanitation
Operator
Procurement
Manager
Production &
PPIC Ass.
Manager
Procurement
Officer Accounting
Officer
Technical
Manager
Mechanical
Supervisor
Production
Supervisor
Packing &
Cold Storage
Supervisor
Procurement
Administration Stuffing Supervisor
Production Administration
Finance &
Accounting
Manager
Cashier
FG Inventory
Officer
Personal &
General
Affair
Personal &
GA
Supervisor
Electrical
Supervisor
Non RM
Warehouse
Officer
103 
Download