KAJIAN TINGKAT PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KENDARI, SULAWESI TENGGARA (STUDI KASUS PT. KELOLA MINA LAUT) SHINTA UMAR TOMASINA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI SKIRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut) adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2010 Shinta Umar Tomasina ABSTRAK SHINTA UMAR TOMASINA, C44060587. Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut). Dibimbing oleh DINARWAN. Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut (KML) merupakan salah satu perusahaan yag bergerak dibidang pengolahan ikan yang tergabung dalam kawasan PPS kendari. PT. KML memiliki kapasitas terpasang sebesar 2.920 ton/tahun dengan target pemenuhan bahan baku sebesar 2000 ton/tahun. Penelitian ditujukan untuk mengkaji tingkat pemenuhan bahan baku yg disediakan PPS Kendari terhadap kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan yang ada. Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui metode tabulasi. Pemenuhan bahan baku PT. KML setiap tahun selama tiga tahun, pada tahun 2007 adalah sebesar 1.792,791 ton, pada tahun 2008 sebesar 1.649,636 ton dan pemenuhan bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar 1.602,912 ton. Pemenuhan kebutuhan bahan baku ikan di perusahaan pengolahan ikan dapat disediakan 80 % oleh PPS Kendari. Pada tahun 2007 produksi HT di PPS Kendari sebesar 33.198,1 ton mampu memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan sebesar 9.273,42 ton. Pada tahun 2008 produksi HT yang didaratkan di PPS Kendari sebesar 14.302,8 ton dan dapat memenuhi kebutuhan industri pengolahan ikan sebesar 8.545,82 ton, begitu pula dengan tahun 2009 bahan baku yang tersedia di PPS Kendari sebesar 16.541,70 ton dan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan pengolahan ikan sebesar 8.303,81 ton. Kata kunci: pemenuhan, bahan baku, industri pengolahan ikan, PT. KML. © Hak cipta IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB. KAJIAN TINGKAT PEMENUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA KENDARI, SULAWESI TENGGARA (STUDI KASUS PT. KELOLA MINA LAUT) SHINTA UMAR TOMASINA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Skripsi : Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut). Nama : Shinta Umar Tomasina NRP : C44060587 Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Pembimbing Ir. Dinarwan, MS. NIP: 19630823 198803 1 002 Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: 19621223 198703 1 001 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2010 ini adalah tingkat pemenuhan bahan baku di industri pengolahan ikan, dengan judul penelitian adalah Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut). Penelitian dilakukan di PPS Kendari, bertujuan untuk mengetahui pola pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan, pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan yang dapat disediakan oleh PPS Kendari dan peran PPS Kendari dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan di PPS Kendari Sulawesi Tenggara. Penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2010 Penulis UCAPAN TERIMAKASIH Dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang tak terhingga wajib saya berikan kepada: 1) Ir. Dinarwan, MS. sebagai pembimbing yang tiada lelah memotivasi dan membimbing dalam penulisan skripsi hingga selesai. Bimbingannya begitu tulus dan ikhlas. 2) Iin Solihin S.pi,M.Si sebagai dosen penguji dan Dr.Ir. Mohammad Imron, MSi sebagai komisi pendidikan telah banyak memberikan saran dalam perbaikan skripsi. 3) Staf PT. KML (Mas Agus Syamsul Anam) telah banyak membantu terima kasih atas informasi dan datanya. 4) Staf Kantor Dinas Perikanan Tingkal I Sulawesi Tenggara (mas ardin) atas intormasi dan bantuan yang diberikan. 5) Kepala dan staf PPS Kendari atas kemudahan yang diberikan selama penulis di lapangan. 6) Kedua orangtuaku Ir.H.Umar Mide dan Hj. Assarmani serta adikku Furqan tiada hentinya memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya, pengorbanan mereka sungguh luar biasa. 7) Keluarga besar di Palopo dan di Kendari yang senantiasa mendoakan selalu. 8) seseorang sang penyemangat setiaku, pengobat keluh dan kesah dan pengantar kegembiraan. 9) “Anak Kodok” (Iin, Lya, Poppy dan Eny )lalu “Anak Rangerz” (Wulan, Chika, NaLe dan Ina) kemudian Sista – sistaku (ImeL, Ama, Nada), Bebi – bebiku (Nanda dan Cumz), kalian sahabat terbaikku untuk sekarang, nanti dan selamanya. 10) Teman seperjuangan anak PSP angkatan 43, terima kasih semangat dan kebersamaan kalian selama ini “Ga’ ada Lo ga’ Rame”!!! Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. Amin. RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Palopo Propinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 20 Agustus 1988 dari pasangan Ir. H.Umar Mide dan Hj.Assamarni. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai di SDN 01 Unaaha selama 5 tahun kemudian melanjutkan kelas 6 di SDN 06 Kendari dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan di SLTPN 4 Kendari selama 3 tahun dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi ke SMAN 4 Kendari dan lulus pada tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur USMI kemudian Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selarna menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan seperti menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) sebagai staf informasi dan komunikasi periode 2008/2009. Dalam rangka menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul ” Kajian Tingkat Pemenuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara (Studi Kasus PT. Kelola Mina Laut)”. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL…………………………………........................................ xii DAFTAR GAMBAR…………………………………................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………………………. 1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 1.3 Manfaat Penelitian…………………………………………………… 1 3 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan………………………………………………… 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan……………………………… 2.1.2 Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan…………………… 2.2 Pelabuhan Perikanan Samudera…………………………………….. 2.3 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera……………………….. 2.4 Produksi Perikanan………………………………………………….. 2.5 Industri Pengolahan Ikan…………………………………………….. 2.5.1 Industri perikanan……………………………………………… 2.5.2 Pengolahan ikan……………………………………………….. 2.6 Permintaan Hasil Perikanan…………………………………………. 4 4 4 6 7 9 11 11 13 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………….. 3.2 Metode Penelitian…………………………………………………… 3.3 Analisis Data………………………………………………………... 16 16 17 4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Kendari…………………………………….. 4.1.1 Letak geografis dan topografi……………………………… 4.1.2 Keadaan klimatologi………………………………………… 4.1.3 Kependudukan……………………………………………….. 4.1.4 Produksi perikanan daerah…………………………………... 4.1.5 Keadaan unit penangkapan ikan…………………………… 4.1.5.1 Kapal…………………………………………………. 4.1.5.2 Nelayan………………………………………………. 4.15.3 Alat tangkap…………………………………………... 4.2 Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari…………………………… 4.2.1 Lokasi pelabuhan perikanan samudera kendari……………… 4.2.2 Sejarah pelabuhan perikanan samudera Kendari……………... 4.2.3 Struktur organisasi dan tata kerja PPS Kendari………………. 19 19 20 20 21 23 23 28 35 40 40 40 42 x 4.2.4 Keadaan UPI pelabuhan perikanan samudera Kendari………. 4.2.4.1 Kapal dan alat tangkapnya……………………………. 4.2.4.2 Nelayan………………………………………………... 4.2.5 Kondisi industri perikanan PPS Kendari……………………… 4.3 Industri Pengolahan Ikan PT. Kelola Mina Laut……………………. 4.3.1 Lokasi, sejarah dan perkembangan PT. KML di PPS Kendari.. 4.3.2 Bidang usaha………………………………………………….. 4.3.3 Struktur organisasi…………………………………………….. 4.3.4 Fasilitas perusahaan…………………………………………… 44 44 45 46 47 47 49 51 53 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.2 Rencana Pemenuhan Bahan baku di PT. KML…………………… 5.1.1 Sumber bahan baku………………………………………….. 5.1.2 Pembelian dan penerimaan bahan baku……………………. Pola – pola Pemenuhan Kebutuhan Bahan baku PT. KML……. Sistem Kerja Sama Antara PT. KML dengan Nelayan/supplier…. Realisasi Pemenuhan Bahan baku di PT. KML………………… Analisis Pemenuhan Bahan Baku di PT. KML…………………… Ketersediaan Bahan Baku Perusahaan Lainnya………………… Peranan PPS Kendari Terhadap Pemenuhan BB Perusahaan Pengolahan……………………………………………………….. 56 56 57 58 60 61 66 68 72 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 6.2 Kesimpulan………………………………………………………….. Saran………………………………………………………………… 77 77 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 78 LAMPIRAN……………………………………………………………........ 80 xi DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah penduduk Kota Kendari, Tahun 2004 – 2008…………………… 20 2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan Februari 2006 – Agustus 2008……………………………………………………. 21 3 Jumlah perahu perikanan tangkap menurut kategori kapal, periode 2001 – 2008……………………………………………………………… 24 4 Jumlah nelayan perikanan tangkap menurut kategori nelayan tahun 2001 – 2008…………………………………………………………… .. 28 5 Jumlah RTP/PP perikanan tangkap menurut kategori besarnya usaha Tahun 2001 – 2008……………………………………………………… 32 6 Jumlah Unit alat tangkap ikan di perairan laut menurut jenis alat tangkap Tahun 2001 – 2008……………………………………………………… 36 7 Jenis kapal yang berlabuh di PPS Kendari……………………………… 45 8 Jumlah nelayan menurut jenis kapal……………………………………. 46 9 Perolehan bahan baku Tahun 2007…………………………………….. 62 10 Perolehan bahan baku Tahun 2008…………………………………….. 64 11 Perolehan bahan baku Tahun 2009…………………………………….. 65 12 Kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan …………………….. 70 xii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Trend perkembangan jumlah perahu tanpa motor………………………. 25 2 Trend perkembangan jumlah kapal motor tempel………………………. 26 3 Trend perkembangan jumlah kapal motor………………………………. 27 4 Trend perkembangan jumlah kapal total………………………………… 27 5 Trend perkembangan jumlah nelayan penuh ……………………………. 29 6 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan utama………………….. 30 7 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan tambahan………………. 30 8 Trend perkembangan jumlah nelayan total………………………………. 31 9 Trend perkembangan jumlah RTP tanpa perahu ………………………… 33 10 Trend perkembangan jumlah RTP dengan perahu tanpa motor…………. 33 11 Trend perkembangan jumlah RTP dengan kapal motor…………………. 34 12 Trend perkembangan jumlah RTP total …………………………………. 35 13 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat kantong ………………. 37 14 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat cincin …………………. 37 15 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring insang ………………… 38 16 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat ……………….. 39 17 Trend perkembangan jumlah alat tangkap total ………………………… 39 18 Sumber pengadaan bahan baku di PT. KML 59 xiii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Tahun 2008………………………………………… 81 2 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2007………………… 83 3 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2008………………… 86 4 Rekap Pembelian Bahan Baku PT. KML Tahun 2009………………… 89 5 Peta Sulawesi Tenggara ……………………………………………….. 92 6 Lay out PPS Kendari ………………………………………………….. 93 7 Kondisi Masing – masing Fasilitas PPS kendari sampai tahun 2008…… 94 8 Struktur Organisasi PPS kendari……………………………………….. 97 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku PT. KML ……………. 98 10 Contoh Produk Olahan PT. KML ……………………………………… 101 11 Area Luar Pengadaan PT. KML ……………………………………….. 102 12 Struktur Organisasi PT. Kelola Mina Laut……………………………... 103 xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan berkembang secara bertahap dan begitu pula terhadap program diversifikasi usaha penangkapan. Telah ditetapkan bahwa sasaran sektor perikanan adalah peningkatan bahan baku industri, peningkatan nilai ekspor dan mengurangi impor, peningkatan konsumsi ikan dalam negeri, pemerataan kesempatan berusaha dan bekerja serta pemerataan pendapatan dan kesejahteraan nelayan dan petani ikan. Sesuai dengan undang-undang perikanan No. 31 tahun 2004 pasal 3 dijelaskan bahwa pengelolaan perikanan memiliki tujuan yang berhubungan dengan industri perikanan yaitu: (i) meningkatkan penerimaan dan devisa negara, (ii) mendorong perluasan kesempatan kerja, (iii) meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan, (iv) meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing serta (v) meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan. Jika dilihat tujuan pengelolaan perikanan yang kelima maka telah jelas bahwa suatu industri pengolahan ikan berfungsi menjembatani secara langsung antara sumberdaya laut dengan masyarakat perikanan. Oleh karena itu industri pengolahan ikan membutuhkan bahan baku berupa ikan dalam jumlah yang besar guna pengembangan industri perikanan yang tangguh. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara Kecamatan Abeli dan Kelurahan Lapulu. PPS Kendari merupakan salah satu pelabuhan samudera di wilayah bagian timur Indonesia yang sudah lama berdiri dan berkembang. Dalam operasionalnya perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pelabuhan Perikanan Samudera ini ditunjang oleh pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga dapat memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat perikanan. Pada kawasan PPS Kendari terdapat 25 perusahaan yang terikat kontrak penggunaan kavling industri, dimana sebagian besar perusahaan tersebut sudah operasional dalam bidang usaha yang beraneka ragam. Perkembangan industri pengolahan ikan yang terdapat baik di luar maupun di dalam PPS Kendari dapat diperhatikan pada Lampiran 1. 2 Wilayah perairan Indonesia bagian timur memiliki potensi perikanan yang besar sehingga keberadaan PPS Kendari sangat dibutuhkan oleh nelayan ataupun oleh pelaku usaha lainnya di sektor perikanan. Dilihat dari fungsinya pelabuhan perikanan berperan sebagai pusat pengembangan aktifitas ekonomi baik ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran ikan. Proses penangkapan ikan dan proses penanganan hasil tangkapan ikan merupakan salah satu proses penting yang perlu diperhatikan. Dengan proses penanganan yang baik tentunya kualitas dari ikan hasil tangkapan akan terjaga dan harga jual pun menjadi jauh lebih tinggi. Diperlukan peranan dari berbagai pihak khususnya manajemen pelabuhan agar keberhasilan dalam pengelolaan bidang perikanan dapat dicapai dengan baik. Terhadap kelangsungan aktivitas industri perikanan, khususnya industri pengolahan hasil perikanan diperlukan adanya kontinuitas bahan baku ikan. Untuk kepentingan tersebut maka perlu diketahui apakah kontinuitas supply bahan baku ikan dapat dipenuhi atau tidak. Kuantitas supply bahan baku ikan dapat diketahui dengan pasti bila diketahui pula dengan pasti seberapa banyak permintaan akan bahan baku ikan yang digunakan sebagai bahan baku industri. PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu industri pengolahan ikan yang memerlukan bahan baku industri secara kontinyu. Dengan asumsi bahwa industri pengolahan ikan lainnya juga memerlukan bahan baku yang serupa (dalam jenis dan kuantitasnya), maka apakah Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dapat menyediakan bahan baku industri tersebut? Beberapa alasan PT. Kelola Mina Laut dijadikan objek penelitian antara lain, (1) PT. Kelola Mina laut merupakan salah satu perusahaan terbesar di kawasan PPS kendari (2) dari semua industri pengolahan yang ada di kawasan PPS kendari hanya perusahaan ini yang didapatkan data terlengkap (3) beberapa perusahaan lain sudah lama berdiri, tetapi saat ini sudah tidak aktif beroperasi (4) Data produksi dari perusahaan lain sulit didapatkan (5) banyak perusahaan baru tetapi data yang dimiliki tidak lengkap sehingga tidak memenuhi syarat dari penelitian ini. Ada kalanya hasil tangkapan yang didaratkan di suatu pelabuhan perikanan tidak dimanfaatkan secara optimal yang menyebabkan bahan baku ikan untuk industri pengolahan menjadi terbatas sehingga aktivitas industri pengolahan ikan menjadi terhambat. Ada kalanya pula hasil tangkapan yang didaratkan di suatu 3 PP tidak mencukupi terhadap kebutuhan bahan baku industri yang berada di sekitar PP tersebut, sehingga hal yang demikian dapat menyebabkan industri perikanan menjadi mati. Dengan adanya ilustrasi seperti diatas maka perlu kiranya dilakukan kajian tingkat pemenuhan terhadap ketersediaan dan kebutuhan bahan baku ikan pada industri pengolahan yang berada di area atau di sekitar Pelabuhan Perikanan sehingga industri tersebut dapat berkembang. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis tingkat pemenuhan bahan baku dari industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara. 2. Mengetahui pola pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara. 3. Mengetahui peranan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dalam pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan. 1.3 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat membantu meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga ketersediaan bahan baku ikan bagi industri pengolahan ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari serta mampu mengatasi permasalahan di lapangan berkaitan dengan kebutuhan bahan baku, sehingga industri yang ada dapat beroperasi dengan tanpa gejolak. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelab uhan Perikanan 2.1.1 Peng ertian p elab uhan p erikanan Pada sekto r kelautan dan p erikanan terdap at keg iatan p em anfaatan sum berday a p erikanan y ang m em erlukan adany a fasilitas p endaratan ikan atau p elabuhan y ang khusus m elay ani aktivitas industri dan p erdag ang an ikan. Dalam hal ini p elabuhan y ang khusus m elay ani keg iatan p erikanan m erup akan fasilitas p endaratan y ang m enjadi p ang kalan bag i kap al-kap al p erikanan dan m enjadi term inal y ang m eng hubung kan keg iatan p erikanan di laut dan di darat (M urdiy anto , 2004). M enurutDep artem en Pertanian dan Dep artem en Perhubung an (1996) diac u dalam M urdiy anto (2004) Pelabuhan p erikanan adalah sebag ai tem p atp elay anan um um bag i m asy arakatnelay an dan usaha p erikanan, sebag ai p usatp em binaan dan p ening katan keg iatan eko no m i p erikanan y ang dileng kap i deng an fasilitas di daratdan di p erairan sekitarny a untuk dig unakan sebag ai p ang kalan o p erasio nal tem p at berlabuh, bertam bat, m endaratkan hasil, p enang anan, p eng o lahan, distribusi dan p em asaran hasil p erikanan. M enurut Lubis (2004) p elabuhan p erikanan adalah w ilay ah p erp aduan antara w ilay ah daratan dan w ilay ah lautan y ang dip erg unakan sebag ai p ang kalan keg iatan p enang kap an ikan dan dileng kap i deng an fasilitas sejak ikan didaratkan sam p ai ikan didistribusikan. Selain itu, p elabuhan p erikanan adalah sebag ai tem p atuntuk berlabuh dan bertam batny a kap al y ang hendak bo ng kar m uathasil tang kap an atau m eng isi bahan p erbekalan untuk m elakukan p enang kap an ikan di laut. 2.1.2 F ung si dan p eranan p elab uhan p erikanan M enurutM urdiy anto (2004) p elabuhan p erikanan m em p uny ai fung si y ang bersifatum um (g eneral func tio n) dan fung si khusus (sp ec ial func tio n). F ung si um um m erup akan fung si y ang terdap at p ula p ada p elabuhan lain (p elabuhan um um atau p elabuhan tataniag a). Beberap a fung si um um p elabuhan m erup akan 5 tug as p o ko k m elindung i kap al dan p elay anan lainny a y ang harus dap atdilakukan di setiap p elabuhan p erikanan sep erti jug a di p elabuhan y ang bukan untuk keg iatan p erikanan. Sedang kan y ang dim aksudkan deng an fung si khusus dalam hal ini adalah fung si-fung si y ang berkaitan deng an m asalah p erikanan y ang m em erlukan p elay anan khusus p ula y ang belum terlay ani o leh adany a berbag ai fasilitas fung si um um . C o nto h fung si khusus p ada p elabuhan p erikanan m isalny a fasilitas tem p atp elelang an ikan, fasilitas untuk p enang anan serta p eng o lahan ikan. F ung si khusus ini terutam a y ang diturunkan dari karakteristik ko m o ditas p erikanan y ang sifatny a m udah busuk. Sifat m udah busuk ini m eng hendaki p elay anan khusus berup a p erlakuan p enang anan, p endistribusian hasil ikan sec ara c ep atataup un p eng o lahan y ang tep at. Pelabuhan p erikanan m em ainkan p eranan p enting dalam m ensup lai bahan m akanan sebag ai sum ber p ro tein hew ani g una m endukung stabilitas kehidup an m asy arakatdan p em bang unan eko no m i nasio nal. Peranan lainny a adalah sebag ai p usatkehidup an m asy arakatnelay an. M enurut Sub Direkto rat Bina Prasarana Perikanan (198 2) diac u dalam F atm aw ati (2000) bahw a p eranan p elabuhan p erikanan adalah: 1) Sebag ai p usatuntuk aktifitas p ro duksi, y aitu: a. Tem p atm endaratkan hasil tang kap an. b. Tem p atuntuk p ersiap an o p erasi p enang kap an ikan (m em p ersiap kan alat tang kap , bahan bakar, air, p erbaikan kap al dan istirahat anak buah kap al). 2) Sebag ai p usatdistribusi, y aitu: a. Tem p attransaksi jual beli ikan. b. Term inal untuk m endistribusikan ikan. c . Pusatp eng o lahan hasillaut. 3) Sebag ai p usatkeg iatan m asy arakatnelay an, y aitu: a. Pusatkehidup an m asy arakatnelay an. b. Pusatp em bang unan eko no m i m asy arakatnelay an. c . Pusatlalu lintas dan jaring an info rm asi antar nelay an m aup un deng an m asy arakatluar. 6 2.2 Pelab uhan Perikanan Sam udera (PPS) M enurut Direkto rat Jenderal Perikanan (1994) diac u dalam F atm aw ati (2000) m eng em ukakan kriteria y ang harus dim iliki o leh PPS (p elabuhan p erikanan tip e A), antara lain: 1) M endukung keg iatan p enang kap an ikan di w ilay ah Z EE dan p erairan internasio nal. 2) M em iliki fasilitas tam batlabuh untuk kap al p erikanan deng an ukuran 60 G T keatas. 3) M am p u m enam p ung 100 buah kap alp erikanan sekalig us. 4) Jum lah ikan y ang didaratkan sekitar 200 to n p er hari atau 7 2.000 to n p er tahun. Ag ar dap at m em enuhi kriteria di atas, PPS dileng kap i deng an berbag ai fasilitas y ang dibedakan atas 3 g o lo ng an, y aitu: (Direkto ratJenderal p erikanan, 1994) diac u dalam (F atm aw ati, 2000). 1) F asilitas Pokok M erup akan fasilitas y ang dip erlukan untuk kep enting an asp ek keselam atan p elay aran sekalig us tem p at berlabuh dan bertam bat serta bo ng kar m uat kap al-kap alp erikanan.F asilitas p o ko k terdiri dari: a. Sarana p elindung :Pem ec ah g elo m bang (break w ater), p enang kap p asir, turap p enahan tanah (revetm ent). b. Sarana tam bat :Derm ag a, tiang tam bat(bo lder), p elam p ung tam bat, jetty , bo llard dan p ier. c . Sarana p erairan :Alur dan ko lam p elabuhan d. Sarana transp o rtasi :Jem batan, j alan ko m p leks dan tem p atp arkir. 2) F asilitas F ung sional F asilitas fung sio nal adalah fasilitas y ang lang sung dim anfaatkan untuk kep enting an m anajem en p elabuhan p erikanan y ang dap at diusahakan o leh p ero rang an atau badan hukum . F asilitas ini terdiri dari fasilitas y ang dap at diusahakan dan fasilitas y ang tidak dap atdiusahakan. F asilitas fung sio nal y ang dap atdiusahakan adalah: a. F asilitas p em eliharaan kap al dan alat p erikanan y ang terdiri dari beng kel, slip w ay /do c k dan tem p atp enjem uran jaring . 7 b. Lahan untuk kaw asan industri. c . F asilitas p em aso k air dan bahan bakar untuk kap al dan kep erluan p eng o lahan ikan. d. F asilitas p em asaran, p enang anan hasil tang kap an, p eng aw etan dan p eng o lahan, g edung TPI, tem p at p enjualan hasil tang kap an, g udang p eny im p anan hasil o lahan ikan, p abrik es, fasilitas p em bekuan, c o ld sto rag e, p eralatan p ro c essing , derek/c rane, lap ang an p enum p ukkan jaring . F asilitas fung sio nal y ang tidak dap atdiusahakan adalah: a. F asilitas navig asi :alatbantu navig asi, ram bu-ram bu dan m erc usuar b. F asilitas ko m unikasi :stasiun ko m unikasi serta p eralatanny a. 3) F asilitas Tam b ahan F asilitas tam bahan adalah fasilitas y ang sec ara tidak lang sung dap at m ening katkan kesejahteraan nelay an serta m em beri kem udahan bag i m asy arakatum um .F asilitas ini terdiri dari: a. Sarana kesej ahteraan nelay an y ang terdiri dari tem p atp eng inap an, kio s bahan p erbekalan, alatp erikanan, tem p atibadah dan balai p ertem uan nelay an. b. F asilitas p eng elo laan p elabuhan y ang terdiri dari kanto r, p o s p enjag aan, p erum ahan kary aw an dan m ess o p erato r. c . F asilitas p eng elo laan lim bah, baik lim bah y ang berasal dari sisa bahan bakar kap al y ang terc ec er m aup un y ang berasal dari keg iatan industri p erikanan. 2.3 Op erasional PPS Op erasio nal Pelabuhan Perikanan adalah tindakan atau g erakan sebag ai p elaksanaan renc ana y ang telah dikem bang kan untuk m em anfaatkan fasilitas p ada PP/PPI ag ar berday a g una dan bernilai g una (efektif dan efesien) sec ara o p tim al bag i fasilitas itu sendiri atau fasilitas lainny a y ang terkait. Sebag ai p rasarana dan sarana p erikanan tang kap PP/PPI m em p uny ai fung si dan fasilitas y ang telah ditetap kan sesuai deng an p erenc anaan y ang dibuat (M urdiy anto , 2004). 8 Keberhasilan suatu keg iatan o p erasio nal p elabuhan p erikanan terg antung p ada kelanc aran aktifitasny a m ulai dari p ro ses p endaratan hasil tang kap an, p elelang an, p eng o lahan hing g a p em asaran hasil tang kap an (Afandy , 1998 diac u dalam F atm aw ati , 2000). Sec ara um um o p erasio nal p elabuhan p erikanan adalah berfung siny a p rasarana dan sarana y ang m endo ro ng terseleng g arany a keg iatan p ro duksi ikan dan j asa di bidang ag ro industri dan ag ribisnis p erikanan (Direkto rat Jenderal p erikanan, 1999b diac u dalam F atm aw ati , 2000). Adap un keg iatan y ang berlang sung di p elabuhan p erikanan adalah (Sub Direkto ratBina Prasarana Perikanan, 1994 diac u dalam F atm aw ati , 2000): 1) Pendaratan ikan Pendaratan ikan di p elabuhan p erikanan sebag ian besar berasal dari kap al p enang kap ikan y ang m endaratkan hasil tang kap anny a di p elabuhan itu, hany a sebag ian kec il berasal dari p ang kalan p endaratan ikan dan p elabuhan lain y ang dibaw a ke p elabuhan itu deng an m eng g unakan sarana transp o rtasi darat. Sep erti halny a PPS Kendari, ikan y ang didaratkan j ug a berasal dari kap al-kap al p eng um p ul dan p eng ang kutm ilik p erusahaan p enang kap an dan p eng o lahan ikan, y ang m eng um p ulkan ikan dari sentra-sentra p ro duksi nelay an kec il di w ilay ah p esisir p antai dan di teng ah laut. 2) Penang anan, p eng o lahan dan p em asaran ikan Sistem p enang anan ikan di PPS Kendari dilakukan deng an es dan udara ding in dan p eng o lahan ikan dim aksudkan untuk m em p ertahankan m utu sehing g a w aktu p em asaran m enjadi lebih lam a serta dap at m ening g ikan nilai jual ikan. J enis usaha p eng o lahan ikan y ang terdap atdi PPS Kendari adalah p eng asap an, p em buatan tep ung ikan dan dag ing rebus serta p em bekuan ikan fillet. Adap un keg iatan p em asaran y ang dilakukan di PPS Kendari lebih bersifat eksp o r deng an sistem rantai p em asaran y ang tidak m elalui TPI. Ikan-ikan y ang didaratakan di derm ag a PPS Kendari lang sung ditam p ung o leh p erusahaan p eng o lah y ang ada di dalam kaw asan p elabuhan lalu dieksp o r ke neg ara tujuan. 9 3) Peny aluran p erbekalan Penjualan atau p eng isian p erbekalan y ang berkaitan deng an fasilitas p elabuhan p erikanan saatini adalah p eny aluran BBM , p enjualan air bersih, p enjualan es dan suku c adang . Pelay anan p erbekalan ini um um ny a diadakan o leh p ihak UPT p elabuhan, KUD, ko p erasi p eg aw ai p elabuhan, BUM N dan p ihak sw asta. 2.4 Produksi Perikanan M enurutSo em arto (197 5) p ro duksi p erikanan adalah p ro duk p enang kap an atau hasil p em eliharaan sem ua binatang /tanam an air sep erti kerang , ko do k, rum p utlaut, ikan, udang , kep iting dan terip ang term asuk p ro duk atau hasil y ang diko nsum si/dim akan sendiri. Pro duksi hasil p erikanan dap atberup a hasil y ang seg ar dan dap atberup a hasil o lahan. Hasil y ang seg ar m erup akan hasil tang kap an dan hasil p em eliharaan dan p eng um p ulan. Pro duksi p erikanan dap atdibedakan m enjadi 3 y aitu p ro duksi ikan ko nsum si, p ro duksi ikan um p an dan p ro duksi benih. M enurut Statistik Perikanan tang kap diac u dalam Dinas Kelautan dan Perikanan Pro vinsi Sulaw esi teng g ara (2008 ) bahw a ruang ling kup dan definisi p ro duksi Perikanan y ang dig unakan disini m eng ikuti p rinsip y ang diterap kan F AO, y aitu : a. Term asuk Pro duksi (i) Data p ro duksi m enc akup sem ua hasil p enang kap an ikan/binatang air lainny a/tanam an air y ang ditang kap dari sum ber Perikanan alam i atau dari tem p at p em eliharaan, baik y ang diusahakan o leh p erusahaan m aup un rum ah tang g a Perikanan. (ii) Y ang dic ac ah sebag ai p ro duksi tidak hany a jum lah hasil p enang kap an y ang dijual, tetap i term asuk jug a hasil p enang kap an y ang dim akan nelay an/rum ah tang g a Perikanan atau y ang diberikan kep ada nelay an sebag ai up ah kerja b. Tidak Term asuk Pro duksi (i) Data p ro duksi ikan m enc akup hasil p enang kap an y ang ditang kap dalam rang ka sp o rt/ o lahrag a dan rekreasi atau keg em aran (ho bby ). 10 (ii) Data p ro duksi tidak m enc akup hasil p enang kap an y ang dibuang ke laut seg era setelah ikan /binatang air lainny a /tanam an air tertang kap . Selain itu dalam satuan p eng ukuran p ro duksi y ang diterap kan o leh F AO, terdiri dari: a. Berat/ Vo lum e Pro duksi Y ang dim aksud deng an berat p ro duksi adalah berat p ada w aktu hasil p enang kap an didaratkan. Jadi kalau hasil p enang kap an didaratkan sesudah dio lah di atas kap al p enang kap an atau di daerah p enang kap an, m aka beratny a harus dikem balikan ke dalam beratbasah. b. Nilai Pro duksi Y ang dim aksud nilai p ro duksi adalah nilai p ada w aktu hasil p enang kap an didaratkan.J adi harg a y ang dig unakan adalah harg a p ro dusen. M enurutPane (2008 ) diac u dalam w ido do (2009), p em ec ahan p erm asalahan p ro duksi hasil tang kap an suatu p elabuhan p erikanan dap at diketahui deng an m eng analisis fakto r internal dan eksternal p elabuhan p erikanan tersebut. F akto rfakto r internal dan eksternal m erup akan fakto r-fakto r y ang berhubung an deng an p ro duksi hasil tang kap an di p elabuhan p erikanan. F akto r internal y ang berhubung an deng an keberadaan atau ketersediaan p ro duksi hasil tang kap an di p elabuhan p erikanan m elip uti fasilitas-fasilitas terkaitp ro duksi hasil tang kap an (derm ag a p endaratan, ko lam p elabuhan, bahan-bahan kebutuhan m elaut, dan p abrik es) y ang disediakan p ihak p elabuhan p erikanan, jasa-jasa terkaitp ro duksi hasil tang kap an y ang disediakan p ihak p elabuhan p erikanan atau p ihak lainny a di p elabuhan p erikanan (p elay anan atau fasilitas-fasilitas y ang diseleng g arakan atau dikelo la o leh p ihak p elabuhan p erikanan atau p ihak lainny a di p elabuhan p erikanan (sw asta, ko p erasi), kebij akan-kebijakan y ang dikeluarkan o leh p ihak p elabuhan p erikanan y ang berhubung an deng an p ro duksi hasil tang kap an baik lang sung atau tidak lang sung , dan bany akny a arm ada p enang kap an di p elabuhan p erikanan tersebut). F akto r-fakto r eksternal y ang berhubung an deng an p ro duksi hasil tang kap an di p elabuhan p erikanan m elip uti ketersediaan sum ber day a ikan (SDI), jarak p elabuhan p erikanan ke daerah p enang kap an ikan (DPI) dim ana SDI tersebut berada, kebijakan-kebij akan instansi di atasny a (Ditj en Perikanan Tang kap dan 11 DKP), instansi terkaitlainny a (Dinas Kelautan dan Perikanan) y ang berhubung an atau berp eng aruh lang sung atau tidak lang sung terhadap p ro duksi hasil tang kap an, harg a dan ketersediaan BBM dan fakto r eksternal, y ang sp esifik sep erti p erm asalahan sedim entasi y ang bany ak ditem ui di Pelabuhan Perikanan (PP) atau Pang kalan Pendaratan Ikan (PPI) p antai utara Jaw a (PPN Pekalo ng an, PPP Bajom uly o -Juw ana, PPI-PPI di w ilay ah Tuban, Lam o ng an dan Kalim antan barat (PPI Sing kaw ang , PPI m em p aw ah), Kalim antan Tim ur (PPI M ang g ar-Balik Pap an) dll. 2.5 Industri Peng olahan Ikan 2.5.1 Industri p erikanan Industri p eng o lahan ikan adalah kelo m p o k usaha di p elabuhan p erikanan y ang aktivitasny a bersifatlang sung deng an up ay a m eng hasilkan p ro duk o lahan ikan (dalam arti luas: ikan, c rustac ean, m o luska, binatang air lainny a dan tum buhan air dari hasil tang kap an/eksp lo itasi alam i, hasil budiday a) dalam jum lah besar (Pane, 2002 diac u dalam Hadiy anto , 2004). M enurutSo em arto (197 5), p eng usahaan p erikanan adalah suatu investasi atau p enanam an m o dal dalam p enang kap an atau kultur p erikanan dan m erup akan suatu usaha y ang bersifat suatu kesatuan. Investasi dalam usaha p erikanan m em berikan c iri dari tip e p eng usahaan. Tip e p eng usahaan y ang ada di Indo nesia adalah: 1) Perikanan raky at, y aitu usaha p erikanan y ang dilakukan o leh rum ah tang g a raky atjug a disebutSubsistenc e F ishery atau Artisanal F ishery , ho use ho ld fishery . 2) Perikanan industri, y aitu usaha p erikanan y ang dilakukan o leh badan usaha/F ishing Co m p any . Industri p erikanan ini dap atberbentuk: a. Perusahaan Neg ara, Perusahaan Um um (Perum ), PT.Persero b. Perusahaan Sw asta Nasio nal c . Ko p erasi M enurut Praw iro sento no (2002), bahw a industri adalah kelo m p o k p erusahaan y ang m em p uny ai keg iatan sejenis baik sec ara vertikal m aup un ho rizo ntal.Klasifikasi industri dibag i m enjadi em p at, y aitu: 12 1) Klasifikasi berdasarkan hubung an vertikal. Hubung an vertikal adalah adany a hubung an dalam bentuk p eng g unaan p ro duk hasil akhir suatu kelo m p o k p erusahaan sebag ai bahan baku o leh p erusahaan lain. Hubung an vertikal tersebutterdiri dari industri hulu dan industri hilir. Kelo m p o k industri hulu adalah p erusahaan y ang m em buat p ro duk y ang dap atdig unakan o leh p erusahaan lain, sedang kan kelo m p o k industri adalah p erusahaan y ang m eng g unakan p ro duk p erusahaan lain sebag ai bahan baku untuk kem udian dip ro ses m enj adi barang j adi atau seteng ah jadi. 2) Klasifikasi industri atas dasar hubung an ho rizo ntal. Hubung an ho rizo ntal adalah p eninjauan atas dasar hubung an sejajar antara p ro duk y ang dihasilkan m asing -m asing p erusahaan. 3) Klasifikas industri atas dasar skala usaha. a. Industri skala usaha kec il Berdasarkan BPS tahun 2003 skala usaha kec il y aitu industri deng an jum lah tenag a kerja 5 sam p ai 19 o rang deng an o m set p enjualan p ertahunny a kurang dari 1 m ily ar rup iah. b. Industri skala usaha m eneng ah Industri skala m eneng ah y aitu industri deng an jum lah tenag a kerj a 20 sam p ai 99 o rang deng an o m setp enjualan 1 sam p ai 50 m ily ar rup iah p ertahun. c . Industri skala usaha besar Industri skala usaha besar y aitu industri y ang m em iliki jum lah tenag a kerja lebih dari 100 o rang deng an o m setp enjualan lebih dari 50 m ily ar rup iah p ertahun. 4) Klasifikasi industri atas dasar ting katan jenis p ro duksi a. Industri ring an Jenis industri ring an adalah kelo m p o k p erusahaan y ang m em p ro duksi barang -barang ko nsum si, m isalny a industri m akanan ternak dan industri tep ung terig u. 13 b. industri m eneg ah Jenis industri y ang term asuk industri m eneng ah antara lain adalah industri ban m o bil, industri sem en, industri kim ia, industri farm asi, dan sebag ainy a c . industri berat Jenis industri y ang term asuk dalam industri beratantara lain adalah industri p em buatan trakto r, industri p em buatan m esin-m esin m o bil, industri p em buatan p esaw atterbang dan heliko p ter, dan sebag ainy a. 2.5.2 Peng olahan ikan M enurut So em arto (197 5), Peng o lahan ikan m erup akan usaha lanjutan darip ada usaha p enang kap an y ang sang at terg antung p ada keg iatan usaha p enang kap an. Peng o lahan ikan dilakukan sec ara tradisio nal dan sec ara m o dern. C iri khas c ara p eng o lahan tradisio nal adalah m eng g unakan p eralatan y ang sederhana dan bahan-bahan y ang tradisio nal sep erti rem p ah-rem p ah sedang kan p eng o lahan m o dern adalah m eng g unakan m esin-m esin dan m eng hasilkan p ro duk dalam jum lah m assal. Adap un p eng o lahan tradisio nal dap atberup a p eng asinan, p eng ering an, p em indang an, trasi, p etis, kerup uk, p eng asap an dan p eda. Tujuan p eng o lahan ikan, y aitu:(OF C F , 198 7 ) a. Peny ediaan Day a-Peng aw etan Ikan dan tiram sang at m udah m em busuk dan kehilang an keseg aranny a. Oleh karenany a, deng an day a-p eng aw etan y ang lebih baik adalah m utlak p erlu bag i p em anfaatanny a. Telah dilaksanakan p ro ses-p ro ses untuk m em berikan day a-p eng aw etan y ang lebih baik bag i ikan sep erti p em bekuan, p eng ering an, p eng asinan, p eng ep akan, p em anasan dan lain-lainny a. b. M ening katny a nilai y ang bertam bah Sebag ian besar ikan dan tiram sang atlezatdeng an aneka rag am c ita rasa diantara berbag ai j enis ikan y ang berbeda-beda. Oleh karenany a, sebag ian besar diantarany a dilahap sebag ai m akanan seg ar sep erti sashim i, sushi, ikan p ang g ang dan ikan rebus. Nam un dem ikian, sebag ian diantarany a terasa ham bar dan m em erlukan p eng em bang an teknik p eng o lahan y ang lebih 14 c ang g ih dem i m ening katkan c ita rasany a bag i p eng g unaan y ang lebih luas di kaw asan-kaw asan ko ta m aup un p edalam an. c. Pem anfaatan y ang efektif Pem anfaatan y ang efektif adalah p eny adap an dan p em anfaatan unsur-unsur efektif dari lim bah c airan dan lim bah-lim bah lainny a. M isalny a saja, air lim bah y ang berasal dari p abrik-p abrik ikan c inc ang y ang dibekukan setelah dig unakan dap at dig unakan untuk m em bersihkan. Tum p ahan zat-zat tersebutke sung ai dan lautakan m eny ebabkan p o lusi terhadap m utu air. Oleh karenany a, p erlu dilakukan p eny adap an kem bali zat-zat tersebut, m eng o lahny a kem bali ke dalam p ang an, m akanan ternak, atau bahan baku berup a m iny ak dan lem ak industri. 2.6 Perm intaan HasilPerikanan M enurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), p erm intaan (dem and) dap at didefinisikan sebag ai jum lah suatu barang y ang akan dibeli o leh ko nsum en p ada ko ndisi, w aktu dan harg a tertentu. Karena p em belian-p em belian p ada suatu jang ka w aktu berubah m enurutharg a, m aka sesung g uhny a kita tidak m endap atkan suatu jum lah, tetap i suatu urutan jum lah-jum lah tertentu berhubung deng an p erbedaan harg a y ang m ung kin terjadi. Perm intaan (dem and) m enunjukkan berap a bany ak suatu barang akan dibeli o leh individu atau sejum lah individu p ada berbag ai harg a, deng an m eng ang g ap bahw a ada hubung an berlaw anan arah antara j um lah y ang dim inta deng an harg a. Ini berarti, j ika harg a lebih ting g i m aka jum lah barang y ang dibeli lebih kec il dan jika harg a lebih rendah m aka j um lah y ang dibeli lebih besar. Berbag ai istilah p erm intaan y ang sering kali dip erg unakan adalah sebag ai berikut: 1) Perm intaan individu, dap atdip andang sebag ai suatu daftar dari jum lah suatu p ro duk y ang akan dibeli o leh seseo rang p ada berbag ai harg a. 2) Perm intaan ko nsum en, berarti jum lah barang y ang akan dibeli o leh ko nsum en akhir di suatu p asar ec eran p ada harg a ec eran tertentu selam a suatu j ang ka w aktu tertentu. 15 3) Perm intaan turunan, adalah p erm intaan tidak lang sung m isalny a p erm intaan y ang terdap at di p asar g ro sir, di p asar p eng o lahan dan p erm intaan di berbag ai ting katp edag ang p erantara. M enurutBo erm a (1968 ) diac u dalam Hanafiah dan Saefuddin (2006), di neg ara-neg ara berkem bang terutam a Am erika Utara dan Ero p a Barat, p erm intaan akan ikan terp usatp ada jenis-jenis tertentu. Perubahan um um (The g eneral trend) m eng arah p ada j enis-jenis y ang diang g ap m ew ah, m udah dio lah, dan p ro dukp ro duk deng an c iri m em p erm udahkan (y aitu siap untuk disajikan). Sedang jenisjenis ikan lainny a y ang nilainy a lebih rendah berada dalam p ersaing an kuat deng an p ro duk p ro tein hew ani sep erti hasil p eternakan, dag ing , telur dan sebag ainy a. Ko nsum si ikan dan shell fish berbeda-beda di antara ko nsum en atau keluarg a, dan p erbedaan ini disebabkan o leh beberap a fakto r. F akto r-fakto r y ang m em p uny ai p eng aruh p enting dalam ko nsum si hasil p erikanan adalah p endap atan ko nsum en, p ekerjaan, lo kasi ko nsum en, besarny a keluarg a, ag am a dan p endidikan. M enurutHanafiah dan Saefuddin (2006), jum lah suatu p ro duk y ang akan dibeli o leh ko nsum en di suatu p asar selam a suatu p erio de w aktu tertentu dan p ada harg a tertentu ditentukan o leh sejum lah fakto r y ang terp enting diantarany a: 1) Jum lah ko nsum en p o tensial atau p enduduk di p asar; 2) Ting katp endap atan ko nsum en; 3) Kebiasaan dan kesenang an ko nsum si dari ko nsum en; 4) Adany a dan harg a barang p eng g anti. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari, Sulawesi Tenggara. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, dengan kasus tingkat pemenuhan bahan baku ikan yang tersedia di industri pengolahan ikan sekitar PPS Kendari. Kasus tersebut dikaji dengan menggunakan satu buah industri pengolahan ikan dari 25 buah industri yang ada di PPS Kendari, dimana industri tersebut merupakan salah satu industri yang terbesar di kawasan PPS Kendari yaitu PT. Kelola Mina Laut. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui: 1) Pengamatan langsung dan pencatatan di lapangan terhadap: Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut: pengamatan kondisi perusahaan, kondisi pabrik pengolahan, fasilitas perusahaan, jenis produk olahan dan kondisi serta kuantitas bahan baku yang digunakan. 2) Wawancara dan pengisian kusioner kepada: a. Pengelola PPS bagian informasi: pendistribusian bahan baku ikan ke perusahaan perikanan di sekitar PPS Kendari, jumlah produksi hasil tangkapan dan jumlah industri di PPS Kendari. b. Pihak industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut: Kebutuhan bahan baku, asal bahan baku, kapasitas industri, produksi bahan baku (jumlah dan jenis), permasalahan dalam penerimaan bahan baku, distribusi produk olahan dan jenis pengolahan. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui: 1) Pengelola PPS Kendari a. Buku laporan tahunan PPS b. Profil PPS kendari 17 c. 2) 3) 3.3 Data produksi PPS ikan yang didaratkan di PPS Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Tenggara a. Kondisi umum perikanan Sulawesi Tenggara b. Profil Perikanan Sulawesi Tenggara c. Nilai dan Volume penangkapan ikan di laut menurut jenis ikan d. Data perikanan tangkap Sulawesi Tenggara e. Jumlah unit penangkapan ikan di perairan laut a. Buku laporan tahunan statistik perikanan tangkap Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut a. Data jumlah kebutuhan bahan baku ikan b. Data jumlah pembelian bahan baku ikan c. Profil perusahaan d. Latar belakang perusahaan Analisis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui metode tabulasi yang dianalisis melalui komponen-komponen berikut ini: 1) Rencana pemenuhan bahan baku Analisis data dilakukan untuk mengetahui darimana saja PT. Kelola Mina Laut memperolah bahan baku perusahaannya dan bagaimana pola – pola pemenuhan bahan baku ikan tersebut, apakah berasal dari armada penangkapan sendiri, nelayan PPS Kendari atau berasal dari luar PPS Kendari. 2) Sistem kerja sama PT. Kelola Mina Laut dengan nelayan PPS Kendari. Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan kerja sama PT. Kelola Mina Laut dengan masyarakat nelayan setempat 3) Realisasi pemenuhan bahan baku. Analisis data dilakukan melalui metode tabulasi untuk mengetahui jenis ikan apa saja yang digunakan oleh PT. Kelola Mina Laut dan berapa jumlah serta persentase permintaan bahan baku ikan yang diterima. 4) Hubungan antara rencana pemenuhan bahan baku dengan realisasi pemenuhan bahan baku. 18 Analisis data dilakukan untuk mengetahui kapasitas yang dibutuhkan oleh PT. Kelola Mina Laut, kebutuhan bahan baku yang dilakukan dengan membandingkan antara jumlah bahan baku yang diterima perusahaan dengan kapasitas yang disediakan oleh perusahaan dan berapa persen permintaan yang dicapai berdasarkan kapasitas bahan baku apakah memenuhi atau tidaknya kebutuhan bahan baku PT. Kelola Mina Laut. 5) Analisis kebutuhan bahan baku total industri pengolahan ikan yang ada di PPS kendari. Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan bahan baku ikan dari industri – industri pengolahan ikan yang terdapat di PPS kendari. Analisis dilakukan secara sederhana dengan perhitungan aljabar sederhana. 4 KEADAAN UMUM DAERAH DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Kendari 4.1.1 Letak geografis dan topografi Wilayah Kota Kendari merupakan ibukota Kendari dan sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendari terletak di bagian Selatan garis Khatulistiwa yang berada di antara 3° 54' 30" - 4° 3' 11" LS dan membentang dari barat ke Timur diantara 122° 23' - 122° 39' BT. Luas wilayah Kota Kendari ± 295,89 km² atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas 4 wilayah Kabupaten, yaitu Kabupaten Kendari, Kolaka, Muna dan Buton, dan 1 wilayah kotamadya yaitu Kotamadya Kendari, serta 1 wilayah kota administratif yaitu Kotif Bau-Bau. Wilayah Kota Kendari berbatasan dengan: Sebelah Utara : Kecamatan Soropia dan Kabupaten Konawe Sebelah Timur : Laut Kendari Sebelah Selatan : Kecamatan Moramo, Kecamatan Konda dan Kabupaten Konawe Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan dan Kecamatan Sampara, Kabupaten Konawe. Provinsi Sulawesi tenggara memiliki luas kurang lebih 153.019 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 38.140 km2 dan wilayah perairan laut seluas 114.879,00 km2. Karena didominasi oleh perairan laut maka provinsi Sulawesi Tenggara memiliki potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar. Apabila seluruh potensi kelautan dan perikanan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka pendapatan pembudidaya ikan dan nelayan dapat terus ditingkatkan. Kondisi topografi daerah Sulawesi Tenggara umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit-bukit. Dataran yang berbukit, dilewati oleh sungaisungai yang bermuara ke Teluk Kendari sehingga teluk ini kaya akan hasil lautnya. Permukaan tanah pegunungan relatif rendah (sebagian besar berada pada ketinggian 100 - 500 meter diatas permukaan laut) dan yang digunakan untuk usaha mencapai ± 1.167.039 Ha. 20 4.1.2 Keadaan klimatologi Wilayah Kota Kendari dikenal dengan dua musim yaitu Musim Kemarau (Agustus - Oktober) dan Musim Hujan (November - Maret). Keadaan Klimatologi wilayah ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus angin. Pada musim kemarau, curah hujan berkurang karena angin yang bertiup dari arah timur yang berasal dari Benua Australia yang kurang mengandung uap air. Sedangkan ketika musim hujan, angin bertiup banyak dari Benua Asia dan Samudera Pasifik yang banyak mengandung uap air. Sulawesi Tenggara dikenal beriklim tropis karena letak wilayah ini berada di sekitar daerah khatulistiwa, umumnya tinggi wilayah daratannya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan memiliki curah hujan yang tidak merata di wilayahnya sehingga menimbulkan wilayah daerah basah dan wilayah daerah semi kering. 4.1.3 Kependudukan Jumlah penduduk kota Kendari pada tahun 2004 – 2008 mengalami peningkatan laju pertumbuhan sebesar 6,56 persen pertahun, dimana pada tahun 2004 jumlah penduduknya sebanyak 222.955 jiwa sedangkan tahun 2008 jumlah penduduknya telah mencapai 254.236 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 123.150 jiwa dan penduduk wanita sebanyak 131.086 jiwa. Berdasarkan kriteria BPS jumlah penduduk kota Kendari dapat digolongkan sebagai kelas kota sedang dengan jumlah penduduk antara 100.000 sampai 500.000 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk kota Kendari sejak tahun 2004 sampai dengan 2008 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Jumlah penduduk kota Kendari, Tahun 2004 - 2008 No 1 2 3 4 5 Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Jumlah penduduk (jiwa) Perubahan (%) 222.955 226.056 1,4 244.586 8,2 251.477 2,8 254.236 1,1 Sumber: W.Septianto, 2008 Dilihat dari fungsinya, kota Kendari disebut sebagai kota dagang, kota pelabuhan dan kota pembangunan, masih banyak sumberdaya alam dan lahanlahan yang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terbukanya peluang dan 21 kesempatan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. Mata pencaharian penduduk kota Kendari sebagian besar bergantung pada sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja lebih banyak hingga tahun 2008 sebanyak 1.063.117 orang dibandingkan tahun 2007. Selain itu, juga terjadi penambahan tenaga kerja pada sektor perdagangan sebanyak 262.533 orang, sebaliknya pada sektor industri semakin mengalami penurunan 8.617 orang, sektor bangunan menurun 806 orang dan sektor angkutan menurun 2.354 orang bila dibandingkan Agustus 2007. Secara keseluruhan perubahan jumlah penduduk yang bekerja di masing-masing sektor (lapangan pekerjaan utama) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan Februari 2006 – Agustus 2008 No Lapangan Pekerjaan 1 2 3 4 5 6 Pertanian Industri Bangunan Perdagangan Angkutan Jasa Pertambangan dan Keuangan 7 Jumlah Tenaga Kerja (jiwa) 2006 2007 2008 Feb Agst Feb Agst Feb Agst 529.746 502.473 556.416 512.140 524.491 538.626 48.612 59.341 58.024 54.233 58.067 45.616 21.904 22.329 30.490 33.675 30.741 32.869 104.215 114.991 125.102 127.469 134.752 127.781 47.410 46.915 49.026 48.663 47.686 46.309 71.426 78.703 87.904 102.412 98.624 115.142 8.855 10.570 16.198 16.009 10.724 16.775 Keterangan: 1. Usia pekerja 15 tahun keatas 2. Sumber: W.Septianto, 2008 4.1.4 Produksi perikanan daerah Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara didominasi oleh perairan laut yang memiliki pulau – pulau kecil ±530 buah dengan panjang garis pantai ± 1.740 km, berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI 713) yang meliputi perairan selat Makassar, teluk Bone, laut Flores, laut Bali dan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI 714) yang meliputi teluk Tolo dan laut Banda yang mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar kurang lebih 1.520,38 MT. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap, volume produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,75 % pertahun yaitu pada tahun 2001 sebesar 164.066,1 ton menjadi 213.309,3 ton pada tahun 2008, sedangkan nilai produksinya juga mengalami kenaikan rata-rata 22 sebesar 21,49 % pertahun yaitu dari Rp. 853.601.805 pada tahun 2001 menjadi Rp. 2.321.338.817 pada tahun 2008. Selain peningkatan produksi perikanan tangkap, perkembangan volume produksi penangkapan ikan diperairan laut juga mengalami peningkatan rata-rata 3,79 % pertahun yaitu pada tahun 2001 sebanyak 159.873,3 ton meningkat menjadi 208.303,2 ton pada tahun 2008 dan nilai produksinya mengalami kenaikan rata-rata 21,82 % pertahun yaitu dari Rp. 832.119.905 pada tahun 2001 menjadi Rp. 2.284.864.860 pada tahun 2008. Disamping penangkapan ikan di laut, Sulawesi Tenggara juga memiliki potensi penangkapan ikan di perairan umum yang mencapai 26.859 ton/tahun dan wilayah penangkapan seluas 60.000 ha, dengan komoditi unggulan ikan mas, nila dan gabus. Sampai dengan tahun 2008, penangkapan ikan di perairan umum baru termanfaatkan sebesar 18,64% dengan produksi sebesar 5.006,7 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008). Potensi lahan pasang surut yang bisa dikonversi menjadi tambak diperkirakan seluas 44.669 Ha, sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 14.781,7 Ha (33,09 %) dengan produksi sebesar 24.384,4 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008). Hal ini menunjukan bahwa tingkat produktivitas tambak di Sulawesi Tenggara masih dapat terus ditingkatkan. Masalah utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas tambak ini antara lain terjadinya serangan hama dan penyakit udang, terbatasnya tambak yang berpengairan teknis, tingginya biaya operasional dan rendahnya pengetahuan serta keterampilan pembudidaya ikan/udang. Budidaya laut saat ini sudah mulai berkembang, terutama untuk jenis-jenis komoditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti rumput laut, mutiara, ikan kerapu, lobster dan kerang - kerangan. Potensi budidaya laut hampir merata di seluruh pesisir Sulawesi Tenggara khususnya budidaya rumput laut, karena perairan pantai di Sulawesi Tenggara pada umumnya subur dan mempunyai pergantian air yang cukup. Namun demikian perkembangan budidaya laut di daerah ini dapat diketegorikan lambat, hal ini antara lain disebabkan tingginya biaya investasi, tingginya biaya operasional dan rendahnya pengetahuan serta keterampilan pembudidaya. Potensi pengembangan budidaya laut di Sulawesi 23 Tenggara seluas 230.170 ha sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 32.922,0 Ha (16,82 %) dengan produksi sebesar 493.834,4 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008). Budidaya ikan air tawar belum berkembang baik di Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan oleh rendahnya animo masyarakat untuk mengkonsumsi ikan air tawar dan biaya produksi yang relatif tinggi serta terbatasnya pemasaran karena pada umumnya pembudidaya ikan air tawar dilakukan dalam skala kecil. Potensi pengembangan budidaya air tawar di Sulawesi Tenggara seluas 20.850 Ha, sedangkan yang dimanfaatkan baru sekitar 1.178,2 Ha (5,64 %) dengan produksi sebesar 960,4 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara 2008). Kawasan pesisir pada umumnya dihuni oleh nelayan dan pembudidaya ikan yang sebagian besar masih dikategorikan miskin, hal ini disebabkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap modal dan teknologi. Nelayan miskin biasanya tidak memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melakukan penangkapan ikan, yang cenderung berbuat merusak habitat, akibatnya juga merusak dan mengurangi populasi ikan, serta kepemilikan sarana/prasarana, teknologi yang kurang mendukung untuk memperoleh hasil yang memadai. Pola pemanfaatan tersebut dapat menyebabkan terjadinya degradasi ekosistem sumberdaya pesisir dan menurunnya daya dukung lingkungan sebagai tempat tinggal berbagai organisme yang ada. 4.1.5 Keadaan unit penangkapan ikan 4.1.5.1 Kapal Jenis perahu atau kapal penangkap yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan di wilayah perairan Sulawesi Tenggara digolongkan menjadi tiga jenis yaitu perahu tidak bermotor berupa perahu jukung dan perahu papan, kapal motor tempel dan kapal bermotor. Pada periode tujuh tahun terakhir (20012008) perkembangan jumlah keseluruhan armada penangkapan ikan mengalami peningkatan sebesar 5,57 % per tahun dari 22.291 unit pada tahun 2001 telah mencapai 32.222 unit pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan nelayan terhadap kapal penangkapan ikan terkait dengan kondisi perkembangan 24 teknologi dan kondisi potensi sumberdaya laut yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Jenis dan jumlah armada penangkapan di Provinsi Sulawesi Tenggara secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah perahu/kapal perikanan tangkap menurut kategori kapal periode 2001 - 2008 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kecerendungan perkembangan Jenis Armada (unit) Perahu kapal motor kapal tanpa motor tempel motor 17.511 3.762 1.019 17.657 3.772 1.019 21.349 4.379 1.349 22.308 4.592 906 20.904 4.426 906 20.446 10.725 2.422 20.004 8.840 2.812 16.085 13.275 2.862 -28 +1319 +299 Jumlah (unit) 22.291 22.448 22.077 27.806 26.236 33.593 31.656 32.222 +1768 Keterangan: 1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008 2) (-) yaitu menurun tiap tahun (+) yaitu meningkat tiap tahun Umumnya nelayan Sulawesi Tenggara dominan menggunakan perahu tanpa motor sebab jenis perahu ini lebih mudah dalam pengoperasiannya dan biaya yang dikeluarkan relatif murah karena tidak perlu menggunakan bahan bakar, yang telah mencapai 16.085 unit pada tahun 2008 atau 49,9 % terhadap total armada/kapal penangkapan ikan. Namun jika dilihat perkembangannya dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 bahwa perahu tanpa motor cenderung mengalami penurunan. Selanjutnya, kapal motor tempel adalah jenis kapal lain yang sebagian digunakan nelayan setelah perahu tanpa motor, dimana jumlahnya setiap tahun cenderung meningkat dari tahun 2001 sebanyak 3.762 unit menjadi 13.275 unit atau 31,6 % pada tahun 2008. Bertambahnya kapal motor tempel akan memungkinkan nelayan melakukan pengoperasian dengan jarak yang lebih jauh sampai menuju daerah fishing ground. Adapun jenis kapal yang paling sedikit dioperasikan nelayan Sulawesi Tenggara adalah jenis kapal motor, meskipun demikian jumlah perahu ini semakin meningkat pesat pertahun hingga mencapai 2.862 unit 8,88 % pada tahun 2008 terhadap total armada/kapal penangkapan 25 ikan. Berikut kecerendungan perkembangan jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan jenis kapal periode tahun 2001 – 2008 pada Gambar 1 s/d gambar 4 Trend Perkembangan Jumlah Perahu tanpa motor Linear Trend Model Yt = 19659,4 - 28,0952* t 23000 Variab le A ctual F its F o recasts Perahu tanpa motor 22000 21000 A ccuracy M easu res MA PE 10 MA D 1854 M SD 4174618 20000 19000 18000 17000 16000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 1 Trend perkembangan jumlah perahu tanpa motor Gambar 1 di atas memperlihatkan trend perkembangan jumlah perahu tanpa motor pada periode 2001 – 2008 yang terlihat cenderung menurun, dengan persamaan yang dihasilkan adalah yt= 19659,4 – 28,0952t (Yt= Jumlah perahu tanpa motor pada tahun ke t) menunjukkan bahwa tiap tahunnya jumlah perahu tanpa motor yang digunakan nelayan mengalami penurunan sebesar 28 unit. Penurunan ini dapat disebabkan kapal tersebut masih sangat bersifat tradisional yang sudah tidak mendukung lagi dalam operasi penangkapan ikan dalam jarak yang jauh sehingga banyak nelayan berpindah pada jenis kapal yang lebih modern. Pada gambar di atas juga meramalkan kondisi jumlah perahu tanpa motor yang digunakan nelayan pada dua tahun kedepan (2009 – 2010) yang juga akan mengalami penurunan. Gambar 2 di bawah menjelaskan trend perkembangan jumlah kapal motor tempel periode 2001 – 2008 dan dengan peramalan dua tahun ke depan yaitu periode tahun 2009 – 2010. Dari gambar tersebut diperoleh persamaan trend linear perkembangan jumlah kapal motor tempel yang digunakan nelayan yaitu Yt= 785,5 + 1319,08t (Yt= Jumlah kapal motor tempel pada tahun ke t) yang menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kapal motor tempel setiap tahun 26 yang sangat pesat sebanyak 1319 unit dengan peramalan dua tahun ke depan cenderung akan semakin meningkat pula. Berdasarkan hasil wawancara bahwa nelayan semakin banyak menggunakan kapal motor tempel sebab jumlah tangkapan ikan yang ditangkap akan lebih meningkat dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nelayan. Trend Perkembangan Jumlah Kapal Motor Tempel Linear Trend Model Yt = 785,5 + 1319,08*t Variable A ctual Fits Forecasts 14000 Kapal Motor tempel 12000 A ccuracy Measures MA PE 26 MA D 1492 MSD 2891851 10000 8000 6000 4000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 2 Trend perkembangan jumlah kapal motor tempel Trend perkembangan jumlah kapal motor dijelaskan pada Gambar 3 yang menunjukkan hasil persamaan trend linear Yt= 318,036 + 298,631t (Yt= Jumlah kapal motor pada tahun ke t). Persamaan tersebut memperlihatkan pada periode 2001 – 2008 terjadi kenaikan jumlah kapal motor sebesar 299 unit. Pada gambar, dapat dilihat perbedaan peningkatan yang sangat besar antara tahun 2004 dengan 2005, begitu pula pada tahun 2007 dengan tahun 2008. Peningkatan jumlah kapal motor memperlihatkan bahwa nelayan di Sulawesi Tenggara kini semakin berkembang. Peramalan juga dilakukan terhadap perkembangan jumlah kapal motor yang digunakan nelayan selama dua tahun ke depan (2009 -2010) dimana hasil ramalan tersebut menunjukkan peningkatan pula. 27 T r e nd P e r k e mba nga n J uml a h K a pa l M o to r Line a r T r e nd M o d e l Yt = 3 18,0 36 + 2 98,631 * t 35 00 V ar iab le A c tu al F its F o r ec asts Kapal motor 30 00 A c c u r ac y M easu r es MA PE 32 MA D 378 MSD 207808 25 00 20 00 15 00 10 00 5 00 200 1 200 2 200 3 2 00 4 2 00 5 2 006 Year 2 007 2 008 2 009 2 010 Gambar 3 Trend perkembangan jumlah kapal motor Gambar 4 di bawah memperlihatkan peningkatan jumlah kapal penangkapan ikan secara keseluruhan selama periode 2001 – 2008. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan trend linear Yt= 19333,9 + 1768,27t (Yt= Jumlah kapal pada tahun ke t), yang menjelaskan bahwa jumlah kapal keseluruhan di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 1768 unit, kemudian dari trend linear tersebut juga diramalkan perkembangan dua tahun ke depan bahwa jumlah kapal penangkap ikan juga mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan jumlah kapal yang digunakan nelayan dapat menunjukkan bahwa dalam kurun waku delapan tahun masyarakat yang beroperasi sebagai nelayan semakin banyak. T r e n d P e r k e m b a n g a n J u m l a h K a p a l T o ta l Lin e a r T r e n d M o d e l Y t = 1 9 3 3 3 ,9 + 1 7 6 8 ,2 7 * t 38000 V a r ia b le A c tu a l F its F o r e c a sts 36000 Jumlah Kapal Total 34000 A c c u r a c y M e a su r e s MA PE 6 MAD 1 559 MSD 35 97 076 32000 30000 28000 26000 24000 22000 20000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Year 2007 2008 2009 2010 Gambar 4 Trend perkembangan jumlah kapal total 28 4.1.5.2 Nelayan Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Berdasarkan kategori perikanan tangkap, nelayan Sulawesi Tenggara terdiri dari nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Jumlah nelayan di Sulawesi Tenggara sampai dengan tahun 2008 tercatat sebanyak 135.392 orang. Berdasarkan kategorinya bahwa jumlah kelompok nelayan penuh sampai 2008 meningkat menjadi 66.961 orang atau 49,5 %, jumlah kelompok nelayan sambilan utama sebesar 53.017 orang atau 25,9 % dan jumlah kelompok nelayan sambilan tambahan sebessar 15.414 orang atau 11,4 %. Jumlah nelayan perikanan Sulawesi Tenggara menurut kelompoknya dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini: Tabel 4 Jumlah nelayan perikanan tangkap menurut kategori nelayan periode 2001 - 2008 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kecerendungan perkembangan Kategori Nelayan (orang) Nelayan Nelayan Nelayan sambilan sambilan penuh utama tambahan 31.878 51.287 17.114 31.878 51.287 17.114 35.143 56.781 19.202 40.661 58.574 20.842 54.539 67.763 24.999 51.912 22.537 13.172 60.509 47.660 13.866 66.961 53.017 15.414 + 5.392 -1.185 -501 Jumlah (orang) 100.279 100.279 111.126 120.077 147.301 87.621 122.035 135.392 +3.706 Keterangan: 1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008 2) (-) yaitu menurun tiap tahun (+) yaitu meningkat tiap tahun Jika dilihat dari tahun 2001 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun 2006 jumlah nelayan mengalami penurunan jauh sebesar 59.580 orang dari tahun 2005. Berdasarkan wawancara, penurunan ini disebabkan karena adanya krisis ekonomi dimana pada saat itu terjadi kenaikan harga BBM sehingga nelayan mesti mengeluarkan biaya tinggi untuk kebutuhan melaut. Disamping itu, Hasil tangkapan ikan yang diperoleh sangat tidak sesuai 29 dengan biaya yang sudah dikeluarkan oleh nelayan. Di bawah ini pada Gambar 5 s/d gambar 8 memperlihatkan kecerendungan perkembangan jumlah nelayan selama periode 2001 – 2008 dari masing – masing kategori nelayan tersebut. Tr e nd pe r k e mba nga n J umla h ne la y a n P e nuh Line a r T re nd M ode l Yt = 22421,5 + 5391,92* t 80000 V ar iab le A c tu al F its F o r ec asts Nelayan penuh 70000 A c c u r ac y M easu r es MA PE 7 MAD 2743 MSD 9771336 60000 50000 40000 30000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Year 2007 2008 2009 2010 Gambar 5 Trend perkembangan jumlah nelayan penuh Berdasarkan data jumlah nelayan penuh tahun 2001 -2008 dapat diketahui kecerendungan garis trend linear nelayan penuh meningkat sangat tinggi setiap tahunnya. Kecerendungan tersebut terlihat pada persamaam Yt= 22421,5 + 5391,92t (Yt = Jumlah nelayan pada tahun ke t), pada Gambar 5 di atas yang berarti bahwa setiap penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah nelayan penuh sebesar 5392 orang. Berikutnya dapat diramalkan kondisi nelayan penuh untuk dua tahun ke depan yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 juga akan terus mengalami peningkatan. Pada Gambar 6 di bawah diperoleh trend linear jumlah nelayan sambilan utama selama periode 2001 - 2008 dengan persamaan Yt = 56447,3 – 1185,3t (Yt adalah jumlah alat tangkap pada tahun ke t) berdasarkan dari data jumlah nelayan sambilan utama pada tabel 4 yang artinya bahwa setiap satu tahun terjadi penurunan jumlah nelayan sambilan utama sebesar 1.185 orang. Dari persamaan dan garis trend dibawah dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah nelayan sambilan utama yang cukup tinggi. Kemudia untuk dua tahun ke depan (2009 s/d 2010) diramalkan bahwa akan mengalami penurunan jumlah nelayan sambilan utama. 30 Tr e nd pe r k e mba nga n J umla h N e la y a n s a mbila n U ta ma Line a r T r e nd M ode l Yt = 56447,3 - 1185,33* t Nelayan Sambilan Utama 70000 V ar iab le A c tu al F its F o r ec asts 60000 A c c u r ac y M easu r es MA PE 24 MA D 8513 MSD 142275170 50000 40000 30000 20000 2001 200 2 2003 2004 2005 2006 Year 2007 200 8 2009 2010 Gambar 6 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan utama Pada Gambar 7 dapat diketahui kecenderungan jumlah nelayan sambilan tambahan mengalami penuruan terus menerus setiap tahunnya. Kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan trend linear Yt= 19969,3 – 500.869t (Yt = jumlah nelayan sambilan tambahan pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun jumlah nelayan sambilan tambahan akan menurun sebesar 501 orang. Trend perkembangan Jumlah N elayan sambilan Tambahan Linear Trend Model Yt = 19969,3 - 500,869* t Nelayan Sambilan Tambahan 26000 Variab le A ctu al F its F o recasts 24000 22000 A ccuracy M easu res MA PE 15 MA D 2786 MSD 11997509 20000 18000 16000 14000 12000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 7 Trend perkembangan jumlah nelayan sambilan tambahan 31 Trend perkembangan Jumlah Nelayan Total Linear Trend Model Yt = 98838,0 + 3705,71* t 150000 Variable A ctual F its F orecasts Jumlah Nelayan Total 140000 130000 A ccuracy Measures MA PE 10 MA D 11107 MSD 269202467 120000 110000 100000 90000 80000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 8 Trend perkembangan jumlah nelayan total Berdasarkan data jumlah nelayan keseluruhan pada Tabel 4 maka diperoleh persamaan trend linear yaitu Yt = 98838 + 3705,71t (Yt = jumlah nelayan total pada tahun ke t), yang artinya setiap penambahan satu tahun terjadi peningkatan jumlah nelayan sebesar 3.705 orang. Dari garis trend linear dan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nelayan di Sulawesi Tenggara yang tinggi. Begitu pula dengan peramalan dua tahun ke depan juga akan cenderung meningkat. Menentukan jumlah nelayan erat kaitannya dengan pendekatan rumah tangga (sebagai sumber data adalah nelayan) yaitu rumah tangga perikanan (RTP) dan rumah tangga buruh perikanan (RTBP). Rumah tangga perikanan adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan tujuan sebagian/seluruh hasilnya untuk dijual. Kegiatan operasi penangkapan RTP ini dapat dilakukan oleh rumah tangga tersebut saja, oleh anggota rumah tangga tersebut bersama-sama tenaga buruh, atau oleh tenaga buruh saja. Namun demikian, terdapat kesulitan yang dihadapi karena satu orang nelayan dalam satu tahun mungkin bekerja pada dua rumah tangga / perusahaan perikanan (PP) yang berbeda karena adanya musiman. RTP di Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dikatakan sebagian besar masih bersifat tradisional, hal tersebut dilihat dari banyaknya RTP masih menggunakan perahu tanpa motor yang jumlahnya cenderung meningkat dari tahun 2001 – 2008 dari 32 17.154 RTP meningkat menjadi 14.776 RTP. Selanjutnya RTP yang usahanya tidak menggunakan perahu menunjukkan pula peningkatan sebesar 4.834 RTP atau 13,92 % dari jumlah RTP keseluruhan dan RTP yang usahanya memakai kapal bermotor juga mengalami peningkatan pesat dengan rata – rata 27,53 persen pertahun dari 4.724 RTP pada tahun 2001 menjadi 15.129 RTP tahun 2008. Banyaknya RTP yang menggunakan kapal bermotor memperlihatkan bahwa perusahaan perikanan di Sulawesi Tenggara mengalami perkembangan dan kemajuan usahanya. Jumlah RTP atau PP pada perikanan tangkap Sulawesi Tenggara pada tahun 2001 – 2008 dapat dilihat pada Tabel 5 dan trend perkembangan jumlah RTP atau PP dari masing – masing kategori usaha dapat diperhatikan pada Gambar 9 s/d 12. Tabel 5 Jumlah RTP/PP perikanan tangkap menurut kategori besarnya usaha, tahun 2001 - 2008 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kecerendungan perkembangan Kategori Besarnya Usaha (RTP) kapal Tanpa perahu motor/motor Perahu tanpa motor tempel 2.559 17.154 4.724 2.409 17.315 4.735 2.645 20.862 5.597 3.040 21.611 5.097 2.027 20.598 5.069 5.046 16.550 12.206 6.267 15.612 9.640 4.834 14.776 15.129 +493 -466 +1.935 Jumlah (RTP) 24.437 24.459 29.104 29.748 27.694 33.802 31.519 34.739 +1.422 1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara, 2008 2) (-) yaitu menurun tiap tahun (+) yaitu meningkat tiap tahun Berdasarkan data jumlah RTP di Sulawesi Tenggara selama periode 20012008 dapat diketahui kecenderungan garis trend jumlah RTP yang tidak menggunakan perahu yang terus naik cukup tinggi setiap tahunnya. Pada Gambar 9 kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan Yt = 1385,25 + 492,917t (Yt adalah jumlah RTP tanpa perahu pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah RTP sebesar 493 RTP. 33 Kemudian dapat diramalkan bahwa jumlah RTP tanpa perahu untuk dua tahun ke depan juga akan mengalami peningkatan. Trend perkembangan Jumlah RTP Tanpa Perahu Linear Trend Model Yt = 1385,25 + 492,917* t Variable A ctual F its F orecasts Tanpa Perahu 6000 A ccuracy Measures MA PE 23 MA D 713 MSD 840497 5000 4000 3000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 9 Trend perkembangan jumlah RTP tanpa perahu Pada Gambar 10 dapat diketahui kecenderungan jumlah RTP yang menggunakan perahu tanpa motor mengalami penuruan terus menerus setiap tahunnya. Kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan trend linear Yt = 20154,9 – 465,595t (Yt = jumlah RTP dengan perahu tanpa motor pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun jumlah nelayan sambilan tambahan akan menurun sebesar 466 RTP. Trend perkembangan Jumlah RTP dengan Perahu Tanpa Motor Linear Trend Model Yt = 20154,9 - 465,595* t 22000 Variable A ctual F its F o recasts Perahu tanpa Motor 21000 20000 A ccuracy M easures MA PE 11 MA D 2048 MSD 4778857 19000 18000 17000 16000 15000 14000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 10 Trend perkembangan jumlah RTP dengan perahu tanpa motor 34 Trend perkembangan Jumlah RTP dengan Kapal Motor Linear Trend Model Yt = 1498,25 + 1394,75*t 16000 Variable Actual Fits Forecasts 14000 Kapal Motor 12000 A ccuracy Measures MA PE 26 MA D 1773 MSD 4159694 10000 8000 6000 4000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 11 Trend perkembangan jumlah RTP dengan kapal motor Pada Gambar 11 yang menunjukkan hasil persamaan trend linear Yt = 1498,25 + 1394,75t (Yt= Jumlah RTP dengan kapal motor pada tahun ke t). Persamaan tersebut memperlihatkan pada periode 2001 – 2008 terjadi kenaikan jumlah RTP yang menggunakan kapal motor setiap penambahan satu tahun sebesar 1395 RTP. Pada gambar, dapat dilihat perbedaan peningkatan yang sangat besar antara tahun 2005 dan 2006. Peningkatan jumlah RTP yang menggunakan kapal motor memperlihatkan bahwa nelayan di Sulawesi Tenggara kini semakin berkembang. Peramalan terhadap dua tahun ke depan (2009 -2010) juga menunjukkan peningkatan. Sedangkan perkembangan keseluruhan jumlah RTP di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada Gambar 12 di bawah. Gambar tersebut menunjukkan garis trend linear jumlah RTP total yang cenderung meningkat sangat tinggi setiap tahunnya. Kecerendungan tersebut terlihat pada persamaam Yt = 23038,4 + 1422,072t (Yt = Jumlah RTP total pada tahun ke t), yang berarti bahwa setiap penambahan satu tahun akan meningkatkan jumlah RTP sebesar 1422 RTP. Berikutnya dapat diramalkan kondisi jumlah RTP untuk dua tahun ke depan yaitu pada tahun 2009 dan tahun 2010 juga akan terus mengalami peningkatan. 35 Trend perkembangan Jumlah RTP Total Linear Trend Model Yt = 23038,4 + 1422,07* t 37500 Variable A ctual F its F orecasts Jumlah RTP Total 35000 A ccuracy Measures MA PE 5 MA D 1344 MSD 2448654 32500 30000 27500 25000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 12 Trend perkembangan jumlah RTP total 4.1.5.3 Alat tangkap Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Sulawesi Tenggara pada periode 2001 – 2008 mengalami peningkatan dari 33.206 unit pada tahun 2001 menjadi 54.562 unit pada tahun 2008. Bertambahnya penduduk yang bekerja sebagai nelayan maka kebutuhaan akan alat tangkap juga meningkat. Macam – macam alat tangkap perikanan laut yang terdapat di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari: 1) Pukat kantong yang terdiri dari payang, dogol dan pukat pantai 2) Pukat cincin 3) Jaring insang yang terdiri dari jaring insang hanyut, jaring insang lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap dan jaring insang tiga lapis. 4) Jaring angkat yang terdiri dari bagan perahu, bagan tancap, serok dan songko, anco dan jaring angkat lainnya. 5) Pukat tarik yang terdiri dari pukat tarik udang ganda, pukat tarik udang tunggal, pukat tarik udang berbingkai dan pukat tarik ikan. 36 Tabel 6 Jumlah unit alat tangkap ikan di perairan laut menurut jenis alat Tangkap, tahun 2001 - 2008 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kecerendungan perkembangan pukat udang 304 - Jenis Alat Tangkap (unit) Jumlah Pukat Pukat Jaring Jaring Pukat (unit) kantong cincin insang angkat tarik 1.343 234 8.246 1.607 - 33.206 1.343 234 8.246 1.607 - 33.306 1.471 271 11.412 1.771 - 46.412 1.528 411 10.935 1.604 410 42.957 1.781 617 11.904 2.069 420 56.036 2.691 852 11.495 2.749 1.311 52.674 1.785 973 11.170 2.790 1.099 53.098 1.933 2.252 10.976 2.837 1.482 54.562 +122 +235 +416 +213 - +3337 1) Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi tenggara ,2008 2) (-) yaitu menurun tiap tahun (+) yaitu meningkat tiap tahun Berdasarkan data alat tangkap perikanan laut Sulawesi Tenggara, alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan adalah jaring insang dengan jaring insang tetap sebagai alat tangkap yang paling dominan. Jumlah alat tangkap jaring insang mengalami peningkatan rata - rata sebesar 4,14 % pertahun dari 8246 unit pada tahun 2001 menjadi 10,976 unit pada tahun 2008. Secara keseluruhan semua jenis alat tangkap mengalami peningkatan terkecuali alat tangkap pukat udang yang hanya dioperasikan pada tahun 2003 sebanyak 304 unit setelah itu alat tangkap ini tidak dioperasikan lagi di wilayah perairan laut Sulawesi Tenggara sebab telah dikeluarkan peraturan pemerintah tentang ketentuan alat penangkap ikan dalam SIPI (Surat Izin Penangkapan Ikan) yang melarang pengoperasian pukat udang yang menggunakan 2 kapal. Perkembangan jumlah alat tangkap dari masing – masing jenis alat tangkap di perairan laut di Sulawesi Tenggara pada tahun 2001 – 2008 dapat dilihat pada Gambar 13 s/d 17. 37 Trend Perkembangan Alat tangkap Pukat kantong Linear Trend Model Yt = 1185,11 + 122,060*t 2800 Variable A ctual Fits Forecasts 2600 Pukat kantong 2400 A ccuracy Measures MA PE 10,0 MA D 202,3 MSD 93986,0 2200 2000 1800 1600 1400 1200 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 13 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat kantong Gambar 13 di atas memperlihatkan trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat kantong pada periode 2001 – 2008 yang terlihat cenderung meningkat, dengan persamaan yang dihasilkan adalah Yt = 1185,11 + 122,060t (Yt = Jumlah alat tangkap pukat kantong pada tahun ke t) menunjukkan bahwa tiap tahunnya jumlah pukat kantong yang digunakan nelayan mengalami peningkatan sebesar 122 unit. Pada gambar di atas juga meramalkan kondisi jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan pada dua tahun kedepan (2009 – 2010) yang juga akan mengalami peningkatan. Trend Perkembangan Alat tangkap Pukat Cincin Linear Trend Model Yt = -328,607 + 235,357*t 2500 Variable Actual Fits Forecasts Pukat Cincin 2000 Accuracy Measures MAPE 50 MAD 279 MSD 110144 1500 1000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 14 Trend perkembangan jumlah alat tangkap pukat cincin 38 Gambar 14 di atas memperlihatkan peningkatan jumlah alat tangkap pukat cincin secara keseluruhan selama periode 2001 – 2008. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan trend linear Yt = -328,607 + 235,357t (Yt = Jumlah alat tangkap pukat cincin pada tahun ke t), yang menjelaskan bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin di Sulawesi Tenggara cenderung mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 235 unit, kemudian dari trend linear tersebut juga diramalkan perkembangan dua tahun ke depan bahwa jumlah alat tangkap pukat cincin juga akan mengalami peningkatan. Trend Perkembangan Alat tangkap Jaring Insang Linear Trend Model Yt = 8675,79 + 416,048*t 13000 Variable A ctual F its F orecasts Jaring Insang 12000 A ccuracy Measures MA PE 9 MA D 889 MSD 941284 11000 10000 9000 8000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 15 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring insang Berdasarkan data jumlah unit alat tangkap pada Tabel 6 telah diperoleh persamaan trend linear yaitu Yt = 8675,79 + 416,043t (Yt = jumlah alat tangkap jaring insang pada tahun ke t), yang artinya setiap penambahan satu tahun terjadi peningkatan jumlah alat tangkap jaring insangi sebesar 416 unit. Dari garis trend linear dan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah alat tangkap jaring insang yang cukup tinggi. Pada gambar juga dapat diramalkan jumlah alat tangkap jaring insang akan cenderung meningkat untuk dua tahun ke depan yaitu tahun 2009 – 2010. Untuk trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat dijelaskan pada Gambar 16 selama periode 2001 – 2008 dengan peramalan dua tahun ke depan yaitu 2009 – 2010. Persamaan trend linear untuk perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat adalah Yt = 1169,04 + 213,381t (Yt = jumlah alat tangkap jaring angkat pada tahun ke t). Persamaan terbut menjelaskan bahwa 39 setiap penambahan satu tahun akan meningkatn sebesar 213 unit, kemudian peramalan alat tangkap jaring angkat untuk dua tahun ke depan akan terus mengalami peningkatan. Trend Perkembangan Alat tangkap Jaring Angkat Linear Trend Model Yt = 1169,04 + 213,381*t 3500 Variable Actual Fits Forecasts Jaring Angkat 3000 A ccuracy Measures MAPE 8,5 MAD 165,7 MSD 45327,7 2500 2000 1500 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 16 Trend perkembangan jumlah alat tangkap jaring angkat Gambar 17 di bawah dapat diketahui kecenderungan jumlah keseluruhan alat tangkap di Sulawesi Tenggara naik setiap tahunnya. Kecenderungan tersebut tergambar dari persamaan trend linear Yt = 31514,4 + 3337,11t (Yt = jumlah alat tangkap total pada tahun ke t), yang artinya bahwa setiap penambahan satu tahun akan meningkatkan total jumlah alat tangkap sebesar 3337 unit. Trend Perkembangan Alat tangkap Total Linear Trend Model Yt = 31514,4 + 3337,11* t Variable A ctual F its F o recasts Jumlah Alat Tangkap Total 65000 60000 A ccuracy Measures MA PE 8 MA D 3465 MSD 16652985 55000 50000 45000 40000 35000 30000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Year Gambar 17 Trend perkembangan jumlah alat tangkap total 40 4.2 Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari 4.2.1 Lokasi PPS Kendari Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari terletak di Kelurahan Puday, Kecamatan Abeli, Kota Kendari dan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kerja dan wilayah Pengoperasian PPS Kendari terdiri dari wilayah kerja daratan seluas 40,53 Ha dan wilayah kerja perairan seluas 33,20 Ha serta wilayah pengoperasian daratan seluas 59,34 Ha dan wilayah pengoperasian perairan seluas 8,72 Ha dengan batas-batas dalam koordinat geografis berada pada titik koordinat 03° 58' 48" LS dan 122° 34' 17" BT, letaknya relatif dekat dengan Laut Arafura dan Laut Banda. PPS Kendari merupakan salah satu pelabuhan samudera di kawasan timur Indonesia, sehingga PPS Kendari disebut sebagai basis utama perikanan laut di Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi sumberdaya ikan yang masih cukup besar dengan fishing ground adalah Laut Flores, Selat Makassar, Laut Banda, Laut Arafura dan Laut Maluku yang kaya akan ragam jenis ikan baik pelagis maupun demersal. 4.2.2 Sejarah PPS Kendari Pada awalnya rencana pembangunan PPS Kendari akan dibangun di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, namun karena tidak adanya lahan yang tersedia di kota tersebut maka pembangunan PPS ini dialihkan ke Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Perencanaan pembangunan PPS Kendari dimulai sejak tahun 1984. Pembangunan PPS Kendari diawali dengan pembebasan tanah rakyat yang kemudian dilanjutkan dengan tahap konstruksi atas dasar Studi Kelayakan oleh Tim Asian Development Bank bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perikanan. Sebelum ditetapkan sebagai pelabuhan perikanan samudera, status kelembagaannya adalah Project Manajemen Unit (PMU) (Direktorat Jenderal Perikanan, 2009). Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari diresmikan pada tanggal 10 September 1990 oleh Presiden RI Bapak H.M. Soeharto. pembangunan PPS Kendari adalah: Adapun tujuan 41 1) Peningkatan investasi perikanan; 2) Peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; 3) Peningkatan sarana prasarana pelabuhan perikanan dalam jumlah dan kapasitas yang memadai; 4) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat perikanan dalam mengelola sumberdaya perikanan; 5) Peningkatan data dan informasi perikanan yang akurat; 6) Peningkatan profesionalisme SDM perikanan; 7) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakt perikanan melalui pengembangan Kelompok Usaha bersama (KUB) dalam kerangka Unit Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT). Sementara sasaran pembanguna PPS kendari adalah: 1) Tercapainya investasi perikanan sebesar 250 Milyar; 2) Tercapainya volume distribusi ekspor dan domestic hasil perikanan sebesar 14.000 ton; 3) Tercapainya sasaran indikator umum pelabuhan perikanan meliputi pendaratan ikan 13.500 ton/tahun, kunjungan kapal ikan 15.000 kali/tahun, penyaluran BBM solar 25.000 ton/tahun, penyerapan tenaga kerja 2.000 orang/tahun dan PNBP sebesar 2,1 Milyar/tahun; 4) Tersedianya sarana dan prasarana pelabuhan perikanan berupa dermaga tambat labuh sepanjang 710 M, reklamasi kavling industri seluas 8,2 Ha, revrement sisi barat sepanjang 1.200 M, peningkatan kualitas jalan kompleks 27.342 M, tersedianya catu daya listrik 10.000 KVA, tersedianya rambu navigasi dua unit, pengembangan IPAL satu unit dan pengembangan kapasitas unit pengolahan air bersih 350 KL/hari sebanyak satu unit; 5) Berkurangnya pelanggaran dan tindak pidana perikanan (illegal fishing); 6) Tersedianya data dan informasi perikanan yang akurat; 7) Terlaksananya pendidikan dan pelatihan formal maupun non formal bagi SDM perikanan sebanyak 100 orang; 8) Meningkatnya pendapatan dan kesejahtraan masyarakat perikanan; 9) Tersedianya Unit Bisnis Perikanan Terpadu (UBPT) untuk mewadahi pengembangan usaha perikanan skala kecil. 42 4.2.3 Struktur organisasi dan tata kerja PPS Kendari Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.06/MEN/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.19/MEN/2008 menyatakan bahwa struktur oerganisasi PPS Kendari adalah sebagai berikut: 1) Kepala Pelabuhan: Sebuah pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang kepala pelabuhan yang bertugas untuk mengoptimalkan tugas dan fungsí PPS Kendari; Menyusun rencana pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pendayagunaan sarana dan prasarana PPS Kendari; Menyusun rencana induk (master plan) pelabuhan perikanan sebagai landasan pengembangan dan pengelolaan serta meningkatkan operasional PPS Kendari . 2) Bagian Tata Usaha: Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, urusan tata usaha dan rumah tangga, pelaksanaan dan koordinasi pengendalian lingkungan, serta pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan. Bagian tata usaha terdiri dari: a. Sub bagian keuangan yang mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, anggaran, administrasi keuangan dan barang kekayaan milik negara. b. Sub bagian umum yang mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, persuratan, kearsipan, pelaporan, pelaksanaan dan koordinasi pengendalian lingkungan yang meliputi keamanan, ketertiban, kebersihan, kebakaran, dan pencemaran di kawasan pelabuhan perikanan, serta pengelolaan administrasi kepegawaian dan pelayanan masyarakat perikanan. 3) Bidang Pengembangan: Bidang pengembangan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan, pemeliharaan, pengembangan, dan pendayagunaan sarana dan prasarana, 43 pelayanan jasa, fasilitasi usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, serta koordinasi peningkatan produksi. Bagian ini terdiri dari: a. Seksi sarana mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian, pendayagunaan sarana dan prasarana. b. Seksi pelayanan dan pengembangan usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi peningkatan produksi, pelayanan jasa, fasilitasi usaha, pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari, dan pemberdayaan masyarakat perikanan. 4) Bidang Tata Operasional: Bidang Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan, fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan serta penyuluhan perikanan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, pengelolaan sistem informasi, publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya. Tata operasional terdiri dari: a. Seksi kesyahbandaran perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. b. Seksi pemasaran dan informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan serta penyuluhan perikanan, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data perikanan, pengelolaan sistem informasi, publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya. 5) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengawasan mutu hasil perikanan dan kegiatan fungsional lain yang sesuai dengan tugas masing - masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tata kerja PPS Kendari hingga saat ini didukung oleh 78 orang pegawai yang terdiri dari 56 orang berstatus PNS, tiga orang CPNS, satu orang sebagai tenaga honorer, sembilan orang tenaga kontrak SATPAM dan sembilan orang 44 tenaga kebersihan. Komposisi pegawai PPS Kendari dibagi atas Sarjana (S1/D.IV/III) Teknis Perikanan sebanyak 11 orang, Sarjana (S2/ S1/D.IV/III) Non Teknis sebanyak 15 orang, SLTA Teknis Perikanan sebanyak 3 orang dan SLTA Non teknis sebanyak 41 orang. Jika dilihat dari komposisi pegawai PPS Kendari sebagian besar berpendidikan non teknis perikanan yang umumnya ditempatkan pada bagian fungsi pelayanan, kebersihan, keamanan, keuangan dan administrasi. Sedangkan jika dilihat dari kuantitas maka jumlah pegawai PPS Kendari saat ini sudah cukup memadai dan mendukung, hal ini ditunjukkan dengan adanya pembinaan dan pengembangan terhadap pegawai PPS Kendari melalui pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan pegawainya. Selain itu, karena kawasan PPS Kendari sangat luas (± 40,55 Ha) maka masih diperlukan penambahan pegawai khususnya di bagian kebersihan. 4.2.4 Keadaan unit penangkapan ikan di PPS Kendari 4.2.4.1 Kapal dan alat tangkap Berdasarkan kategori kapal, PPS Kendari hanya memilki dua jenis kapal perikanan yang berlabuh dan tambat di PPS Kendari yaitu: 1) Jumlah kapal penangkap ikan dengan jenis alat tangkap purse seine paling banyak diantara kapal penangkap lainnya yakni sebesar 282 unit, kapal pole and line berjumlah 37 unit, kapal hand line berjumlah 186 unit, kapal rawai dasar berjumlah 15 unit, kapal pancing tonda jumlahnya 186 unit , kapal gill net jumlahnya 20 unit, kapal rawai tuna jumlahnya 15 unit dan kapal bubu dengan jumlah sebanyak 3 unit. 2) Kapal penampung atau pengumpul ikan yang berfungsi untuk membantu mengangkut hasil tangkapan dari kapal penangkap ke pelabuhan. Jumlah kapal penampung saat ini sebanyak 286 unit. Dari keseluruhan kapal yang berkunjung pada tahun 2008 kapal penangkap yang paling sering berlabuh ke PPS Kendari adalah kapal purse seine yang berukuran <10 GT dengan kunjungan 6.751 kali atau 30,28%, berikutnya adalah kapal pole and line dengan kunjungan 2.656 kali atau 11,01%. Selain kapal Purse seine, kapal penampung atau pengangkut ikan juga banyak yang berlabuh di PPS 45 Kendari, biasanya kapal – kapal tersebut mengumpulkan ikan dari beberapa pulau di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Selanjutnya PPS Kendari juga disinggahi oleh kapal pengangkut ikan (line/tramper) ke luar negeri (fish carrier) dengan jumlah kunjungan enam kali. Tabel 7 berikut menunjukkan jumlah kunjungan kapal menurut jenisnya. Tabel 7 Jenis Kapal yang berlabuh di PPS Kendari Jenis Kapal Purse seine Pole and line Hand line Rawai dasar Pancing tonda Gill net Bubu Peng angkut Rawai tuna Ekspor F M A M Bulan J J 749 656 673 447 386 468 213 243 229 269 263 72 148 106 1 47 5 77 23 51 45 1 J Σ A S O N D 520 482 518 554 673 625 6751 226 287 218 188 187 156 117 2656 - - - 15 - 21 61 43 467 5 82 141 89 64 41 76 76 55 758 65 84 59 69 109 110 119 115 92 79 975 12 - - 3 - 94 - 110 - 7 - 61 20 - 28 - 1 - - 381 1 701 831 909 752 771 756 810 812 916 838 799 786 9681 - 1 - - - 30 14 4 1 2 1 - 53 - - - - - - - 5 - - - - 5 Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan, DKP, 2008 4.2.4.2 Nelayan Pada umumnya nelayan PPS Kendari yang bekerja di kapal penangkap atau pengumpul ikan masih terbilang nelayan tradisional sebab kebanyakan nelayan tersebut bekerja pada kapal milik orang lain sebagai anak buah kapal yang hanya bermodalkan keterampilan dan pengalaman yang cukup. Setiap kapal yang datang berkunjung di PPS Kendari baik itu untuk bongkar muat atau tujuan perbaikan akan melalui pencatatan jumlah nelayan yang dimiliki. Jumlah keseluruhan nelayan yang datang berkunjung bersama kapalnya di PPS Kendari adalah sebanyak 7.551 orang. Jumlah nelayan atau ABK menurut jenis kapal dapat dilihat pada tabel 8. 46 Tabel 8 Jumlah Nelayan Menurut Jenis Kapal No Jenis Nelayan/ABK Jumlah (orang) 1 Nelayan kapal purse seine 4.230 2 Nelayan kapal pole and line 592 3 Nelayan kapal pukat udang 38 4 Nelayan kapal rawai tuna/rawai dasar 198 5 Nelayan kapal gill net 195 6 Nelayan kapal bubu 7 Nelayan kapal pancing tonda 8 Nelayan kapal pengangkut ikan 24 558 1.716 Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan, DKP, 2008 4.2.5 Kondisi industri perikanan di PPS Kendari Pada kawasan industri PPS Kendari tercatat 25 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha perikanan. Terdapat 21 perusahaan lain yang sudah beroperasi di PPS Kendari antara lain PT. Kelola Mina Laut, PT. Sultra Tuna, PT. Biota Indo Persada, PT. Yanagi Histalaraya, PD. Utama Sultra, CV. Ome Trading Coy, PT. Kamal Cahaya Putra, PT. PJB II Surabaya, PT. Lintas Bestari Selaras, PT. Sultra Mitra, PT. Ade Sultra Persada, Fa. Sanu, UD. Abadi Makmur Ocean, CV. Samudera Jasa Mandiri, PT. Multi Nabati Sulawesi, CV. Mina Jaya Lestari, CV. Andika, CV. Bersatu Untuk Maju, PT. PLN (Persero) dan PT. Cilacap SAmudera FI. Dua perusahaan saat ini masih dalam proses tahap pembangunan yaitu PT. Trobos Benua dan PT. Sumber Laut Mandiri dan dua perusahaan yang operasionalnya berpusat di Maluku yaitu PT. Nusantara Fishery dan PT. Tofico. Kedua perusahaan tersebut untuk sementara dipindahkan ke Kendari disebabkan karena adanya kerusuhan ambon, namun setelah kondisi keamanan sudah kondusif maka perusahaan tersebut akan beroperasi kembali ke Maluku. Dengan adanya kedua perusahaan tersebut, PPS Kendari memproduksi beberapa macam pengolahan. Melihat jumlah industri yang bertambah hingga tahun ini menunjukkan bahwa terdapat kemajuan terhadap kondisi industri perikanan PPS Kendari saat ini. Kemajuan indusri perikanan di PPS Kendari didukung oleh investasi dari 47 pihak swasta yang total investasi saat ini adalah Rp 142.986.000.000,00 yang bila dibandingkan dengan tahun lalu terjadi kenaikan sebesar 23,14% karena adanya tambahan investasi dari beberapa perusahaan seperti PT. PLN wilayah Sulsel, Sultra dan Sulbar serta PT. Kelola Mina Laut, PT. Cilacap Samudera Fishing Industri, PT. Trobos Benua dan PT Sumber Laut Mandiri sebesar Rp 24.186.000.000,00. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan industri perikanan di PPS Kendari yakni tersedianya berbagai fasilitas yang dibangun melalui investasi swasta dan pemerintah sehingga mendukung usaha perikanan serta lokasi PPS Kendari yang terletak di ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang memperoleh dukungan dari pemerintah, pasar lokal, perbankan, transportasi dan dukungan dari daerah yang cukup besar. Terdapat permasalahan yang dialami perusahaan – perusahaan di PPS Kendari khususnya masalah ketenagakerjaan dimana tingginya pertambahan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan lapangan kerja yang tersedia, sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja guna pengurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh kurangnya bahan baku yang ke perusahaan – perusahaan yang berimbas pada penurunan aktifitas perusahaan. Selain itu, untuk merekrut tenaga kerja perusahaan melakukan seleksi yang sesuai dengan keterampilan pencari kerja bahkan mengirim tenaga kerjanya untuk magang di dalam atau di luar negeri. 4.3 Industri Pengolahan Ikan PT. Kelola Mina Laut 4.3.1 Lokasi, sejarah dan perkembangan PT. Kelola Mina Laut di PPS Kendari PT. Kelola Mina Laut (KML) merupakan perusahaan eksportir Seafood yang terkemuka dan berkembang di Indonesia. Perusahaan ini berpusat di kawasan industri Gresik, Jawa Timur yang memiliki empat buah pabrik ikan beku di Jawa dan Sulawesi, dua buah pabrik udang di Jawa, satu buah pabrik kepiting dan 21 buah pabrik kering yang tersebar di utara pulau Jawa dengan lebih dari 5000 karyawan yang bekerja di semua pabrik. Salah satu pabrik PT. Kelola Mina Laut terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari Jalan Samudera No.1 Kelurahan Pudai, Kecamatan Abeli 48 pada kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari dengan jenis usaha pengolahan ikan, ABF (Air Blast Freezing)dan cold storage. Wilayah perairan Sulawesi Tenggara memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar sehingga berpotensi mendukung pengembangan industri pengolahan ikan dan tersedianya lahan di PPS Kendari menjadi daya tarik didirikannya perusahaan PT. Kelola Mina Laut di kota Kendari. Perusahaan ini berorientasi pada pengolahan pembekuan dari berbagai jenis hasil tangkapan yang produknya berstandarkan untuk ekspor. PT. Kelola Mina Laut menginvestasikan modalnya di PPS Kendari sebesar Rp 11.000.000.000,00. PT. Kelola Mina Laut telah beroperasi di PPS Kendari selama tiga tahun dimulai sejak bulan Februari 2007. Badan usaha ini memiliki visi dapat menjadi yang terbaik dan paling kompetitif terpadu Seafood Company di Indonesia. PT. Kelola Mina Laut dikelola oleh tim manajemen yang modern dan professional, strategi utama perusahaan ini adalah selalu mengutamakan kepuasan pelanggannya. Sedangkan misinya adalah untuk membangun kekuatan bisnis makanan laut dengan mengikuti cara-cara: 1) Menciptakan manajemen tim profesional dan korporasi 2) Efisiensi, efektif bekerja dan berorientasi produktivitas. 3) Fokus pada nilai tambah produk. 4) Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan semua stakeholder. 5) Sebuah standar kualitas yang tinggi untuk komoditi yang dihasilkan. 6) Jasa yang unggul agar dapat memenuhi kepuasan pelanggan. 7) Kinerja di industri berdasarkan suatu dasar yang kuat dari bisnis. Dalam kurun waktu tiga tahun, badan usaha PT. Kelola Mina Laut telah memenuhi fungsi dan mengelola perusahaannya dengan baik. Pada awal beroperasi, perusahaan ini memulai usahanya dengan menyewa pabrik perusahaan lainnya dengan jumlah karyawan yang terbatas dan ruang proses yang seadanya. Seiring perkembangan usahanya, pada tahun 2008 perusahaan ini telah berhasil menempati pabrik sendiri, membangun fasilitas – fasilitas yang diperlukan, jumlah karyawan yang semakin bertambah, ruang proses yang dilengkapi dengan peralatan berteknologi modern serta terciptanya produk – produk olahan baru yang menjadi unggulan dari perusahaan PT. Kelola Mina Laut. Jenis olahan 49 tersebut secara kontinyu dari tahun ke tahun semakin mengalami perubahan mulai dari cara pengolahannya yang semakin kreatif, jenis bahan baku yang digunakan semakin banyak dan bentuk produk olahan yang semakin bervariasi. 4.3.2 Bidang usaha Industri Pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut memiliki tiga macam produk olahan yaitu ikan beku, ikan fillet beku dan cephalopoda beku. Bahan baku tersebut diperoleh dari supplier dalam keadaan segar (tidak beku) yang kemudian akan diolah langsung tanpa proses penampungan dengan suhu maksimum 5°c. Pada pembekuan, mutu bahan baku sangat diperhatikan sebab bahan baku ini ditujukan untuk ekspor. Bahan kemasan produk yang digunakan ada dua macam yaitu untuk kemasan dalam menggunakan bahan plastik polybag dan untuk kemasan luar menggunakan karton. Pangsa pasar produk ini ditujukan untuk masyarakat umum dengan penggunaannya siap dimasak sebelum disajikan. Masing – masing produk memiliki cara penanganan dan proses pengolahan yang berbeda – berbeda. Deskripsi masing – masing produk tersebut akan dijelaskan di bawah ini: 1) Ikan Beku ( Frozen Fish) Hasil tangkapan yang biasa dibekukan adalah ikan kakap merah, kakap putih, kerapu, tenggiri dan mahi – mahi. Ikan – ikan tersebut ditangkap di sekitar laut Sulawesi dan Banda yang perairannya bebas dari ciguatoxin dengan menggunakan alat tangkap pancing. Ciguatoxin merupakan bahan kimia berbahaya diperairan yang dapat mempengaruhi pangan/makanan pada ikan. Suhu penyimpanan ikan di dalam cold storage maksimum -18°C s/d -22°C dengan umur penyimpanan di dalam cold storage hingga 18 bulan. Berdasarkan pengolahannya ikan beku terbagi menjadi empat jenis yaitu: a. Ikan utuh beku merupakan ikan yang dibekukan ketika masih dalam keadaan utuh. Proses pengolahannya dimulai dari penerimaan ikan dari supplier lalu pencucian pertama ikan, penyortiran menurut ukurannya, penimbangan ikan, pengecekan kualitas, pencucian kedua, pembekuan dan pengemasan menggunakan karton serta pelabelan kemudian penyimpanan ikan ke dalam cold storage. 50 b. Ikan utuh beku tanpa isi perut merupakan ikan yang dibekukan dengan mengeluarkan seluruh isi perutnya terlebih dahulu. Proses pengolahannya dimulai dari pencucian ikan setelah diterima dari supplier kemudian pembuangan isi perut ikan lalu pencucian ikan, pernyortiran menurut ukuran ikan, penimbangan ikan, pengecekan kualitas ikan, pembungkusan, penyusunan, pembekuan di dalam ABF, pengemasan lalu penyimpanan ke dalam cold storage. c. Ikan utuh beku tanpa isi perut dan sisik merupakan ikan yang dibekukan dengan mengeluarkan isi perut dan sisiknya terlebih dahulu. Proses pengolahannya hampir sama dengan ikan beku tanpa isi perut namun sebelum pengeluaran isi perut, sisiknya terlebih dahulu dikeluarkan. Setelah itu prosesnya sama dengan ikan beku tanpa isi perut. d. Ikan utuh beku tanpa insang, isi perut dan sisik merupakan ikan yang dibekukan dengan mengeluarkan insang, isi perut dan sisiknya. Proses pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian, pembuangan sisik, pencucian, pembuangan isi perut, pembuangan insang, pencucian, penentuan ukuran, penimbangan, pengecekan kualitas, pencucian, pembungkusan dan penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage. 2) Ikan fillet beku (Frozen fillet fish) Ikan yang biasa diolah dengan memisahkan daging dari tulangnya (fillet) adalah ikan kakap merah, kakap putih, tenggiri, mahi – mahi dan kerapu. Ikan – ikan tersebut dtangkap menggunakan alat tangkap pancing di perairan Sulawesi dan Banda. Ikan fillet beku terbagi menjadi dua macam yaitu: a. Fillet skin on merupakan ikan yang diolah dengan memisahkan daging dari tulangnya tanpa membuang kulitnya. Proses pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian, pembuangan sisik, pencucian, perapihan, pencucian, pemotongan fillet, penentuan size, penimbangan produk, pengecekan kualitas, pembungkusan dan penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu maksimum -18°C s/d -22°C. 51 b. Fillet skinless merupakan ikan yang diolah dengan membuang kulitnya kemudian memisahkan daging dari tulangnya. Proses pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian, pemisahaan kulit, pencucian, perapihan, pencucian, pemotongan fillet, penentuan size, penimbangan produk, pengecekan kualitas, pembungkusan dan penyusunan, pembekuan, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu maksimum -18°C s/d -22°C. 3) Cephalophoda beku (Frozen Cepalophods) Hasil tangkapan yang biasa digunakan untuk olahan jenis ini adalah gurita, cumi – cumi dan bekutak. Bahan baku tersebut diterima dari supplier kemudian langsung diolah tanpa proses penampungan dalam waktu maksimal 12 jam setelah penerimaan di pabrik. Suhu bahan baku harus di bawah 5°C. Proses pengolahannya antara lain, penerimaan, pencucian pertama, pemilahan bahan baku, pemotongan isi perut, mata dan gigi, pencucian kedua, pengecekan kualitas, pencucian akhir, penyortiran menurut ukuran, pembukusan atau flowering, penyusunan, pembekuan, penimbangan akhir, pengemasan dan pelabelan, penyimpanan dalam cold storage dengan suhu maksimum -18°C s/d -22°C. Berdasarkan bentuknya, produk olahan ini terbagi menjadi 3 macam yaitu: a. Octopus utuh beku (Ball type), merupakan octopus (gurita) utuh beku yang dikemas berbentuk seperti bola/bulat. b. Octopus utuh beku (Flower type), merupakan octopus (gurita) utuh beku yang dikemas berbentuk seperti bunga. c. Bekutak utuh beku. Seluruh produk olahan PT. Kelola Mina Laut Kendari didistribusikan khusus ke perusahaan utama saja yaitu PT. Kelola Mina Laut yang berpusat di Gresik, Jawa Timur yang kemudian produk – produk tersebut akan diekspor ke Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah. 4.3.3 Struktur organisasi Jumlah tenaga kerja yang terserap di PT. Kelola Mina Laut hingga tahun ini mecapai 195 orang dengan 18 orang adalah karyawan tetap yang banyak bekerja di bagian administrasi sedangkan 177 lainnya adalah karyawan tidak tetap 52 (borongan). PT. Kelola Mina Laut dipimpin oleh direktur yang berpusat di Gresik, Jawa Timur, untuk PT. Kelola Mina Laut di Kendari dipimpin oleh manajer pabrik. Adapun struktur organisasi dari badan usaha PT. Kelola Mina Laut Kendari adalah sebagai berikut: 1) FSTL (Food Safety Team Leader)/ kepala keamanan pangan Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan meningkatkan keamanan pangan dan kualitas sistem manajemen di semua bagian organisasi dan mengevaluasi keefektifan pelaksanaannya secara berkala. Untuk menjalin komunikasi dengan manajemen puncak dan orang yang relevan dalam organisasi mengenai pengembangan Sistem Manajemen Keamanan Pangan. 2) Manajer pabrik Bertanggung jawab untuk menjamin dan memastikan semua aktivitas yang berkaitan dengan penerapan keamanan pangan dan sistem manajemen mutu dari masing-masing departemen atau bagian di pabrik pengolahan dapat dilakukan secara efektif. 3) Bagian produksi & Quality assurance Manager Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan produksi, PPIC (Production Planning Inventory Control) dan pengendalian mutu di pabrik untuk memenuhi standar dan kebutuhan pelanggan, dan memastikan bahwa sistem yang didirikan telah diaplikasikan di lapangan secara efektif. 4) Bagian Personalia dan General Affair Manager Bertanggung jawab untuk perencanaan, seleksi dan rekrutmen karyawan, membangun hubungan yang baik dengan pemerintah daerah dan lingkungan sosial masyarakat di sekitar pabrik, dan menjamin kelancaran operasional dan ketersediaan bahan baku non gudang (penyimpanan kering). 5) Manajer Teknis Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan fasilitas pabrik dan pemeliharaan / mengoperasikan fasilitas fisik dan mesin. 6) Manager Keuangan Bertanggung jawab untuk memantau dan membangun laporan bulanan keuangan dan akuntansi. Melakukan koordinasi dengan bagian produksi dan pengepakan untuk mendapatkan data riil barang jadi untuk laporan akuntansi. 53 7) Manajer Pembelian Bertanggung jawab untuk perencanaan bahan baku dari pemasok dan menjamin kontinuitas pasokan bahan baku ke bagian produksi. 8) Produksi & PPIC (Production Planning Inventory Control) Ass. Manajer Bertanggung jawab atas sistem mutu di pabrik pengolahan dan melakukan koordinasi dengan bagian lain untuk memastikan bahwa implementasi sistem manajemen keamanan pangan dengan rencana HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dapat dilakukan secara efektif dan bertanggung jawab atas perencanaan produksi dan ekspor. 9) QA (Quality Assurance) Ass. Manajer Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemantauan dan inspeksi pengolahan dan kualitas produk dari bahan baku sampai selesai berlangsung baik, serta pemantauan sanitasi di semua area dan fasilitas pengolahan karyawan telah dilakukan sesuai dengan rencana HACCP. 4.3.4 Fasilitas perusahaan Secara umum kondisi fasilitas dan kualitas fisik bangunan yang ada di PT. Kelola Mina Laut terlihat sudah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peraturan bahwa seluruh karyawan perusahaan ini harus memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan dan fasilitasnya. PT. Kelola Mina Laut memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung kegiatan operasionalnya seperti fasilitas keamanan, fasilitas produksi dan fasilitas transportasi. Fasilitas keamanan dari PT. Kelola Mina Laut terdiri dari pos keamanan yang dilengkapi dengan kaca jendela yang berukuran besar sehingga bisa memantau dengan jelas keadaan lingkungan sekitarnya, adanya telepon sebagai alat komunikasi yang menghubungkan ke dalam kantor perusahaan serta terdapat pagar yang mengelilingi perusahaan, terbuat dari besi dan tembok beton. Fasilitas produksi dari PT. Kelola Mina Laut meliputi antara lain: 1) Ruang Pengadaan/ ruang penerimaan, digunakan sebagai tempat ketika bahan baku datang. 2) Ruang Proses, digunakan sebagai tempat melakukan aktifitas pengolahan ikan dengan kapasitas proses 9 ton per hari. 3) Ruang Packing, digunakan sebagai tempat melakukan aktifitas pengemasan. 54 4) Ruang Chiller (Chillng Room)/ Ruang pendingin, digunakan sebagai tempat untuk mempertahankan suhu produk sebelum dimasukkan ke dalam ABF. Suhu ruangan dengan kisaran 0°C - 5°C. 5) Meja kerja, terbuat dari bahan anti karat yang terdiri dari: a. Meja pencucian pertama yang berfungsi sebagai tempat untuk mencuci bahan baku setelah diterima dari supplier. b. Meja penyortiran, berfungsi sebagai tempat untuk menyortir bahan baku menurut jenis dan ukurannya. c. Meja pencucian kedua, berfungsi sebagai tempat untuk mencuci bahan baku setelah diolah d. Meja pembersihan perut, berfungsi sebagai tempat saat isi perut bahan baku dikeluarkan. e. Meja penyisikan, berfungsi sebagai tempat saat sisik bahan baku dikeluarkan. f. Meja fillet, berfungsi sebagai tempat saat bahan baku difillet. g. Meja pencabutan gigi, berfungsi sebagai tempat saat gigi bahan baku dicabut. h. Meja pembungkusan, berfungsi sebagai tempat saat bahan baku dibungkus setelah dibekukan di dalam ABF. i. Meja pengepakan dan pelabelan, berfungsi sebagai tempat saat bahan baku dipak dan diberi label sesuai dengan berat dan jenisnya. 6) Timbangan, digunakan untuk mengetahui berat ikan di setiap tahapan proses pengolahan. 7) Bak penampungan (fiber), yang digunakan sebagai tempat untuk menampung sementara bahan baku yang datang pada sore hari atau malam hari sebelum mengalami proses pengolahan. 8) Bak pencucian, yang digunakan sebagai tempat untuk merendam atau mengeluarkan es pada bahan baku sebelum dikemas ke dalam karton. 9) Keranjang (basket), digunakan sebagai wadah penampungan bahan baku ketika diangkut dari supplier ke pabrik pengolahan. 10) Troli, digunakan untuk membantu memudahkan pengangkutan bahan baku ketika akan dimasukkan ke dalam ruang pendingin. 55 11) Long pan, digunakan untuk meletakkan bahan baku ketika dibekukan dalam ABF. Long pan yang berukuran kecil dapat menampung 6 ekor bahan baku sedangkan long pan yang berukuran besar dapat menampung 8 ekor bahan baku. 12) Mesin Tumbler, digunakan untuk memutar bahan baku agar berbentuk seperti bunga (flower type) yang berjumlah sebanyak 3 unit. 13) Thermometer, digunakan agar dapat mengetahui kondisi suhu ruang pendingin/pembekuan bahan baku dan ruang pabrik. 14) Ruang Cold storage merupakan fasilitas penunjang proses produksi yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku dalam waktu yang lama sampai bahan baku didistribusikan. PT. Kelola Mina Laut memiliki dua buah cold storage yang masing – masing cold storage memiliki kapasitas 75 ton. Suhu dari cold storage berkisar -18°C sampai -20°C. 15) Ruang ABF (air blast freezing) berfungsi sebagai tempat pembekuan awal bahan baku yang masih segar. PT. Kelola Mina Laut memilki tiga buah ABF dengan masing – masing ABF memiliki kapasitas sebesar 3 ton. Suhu dari ABF berkisar -40°C. Selain fasilitas produksi dan fasilitas keamanan, PT. Kelola Mina Laut juga memiliki fasilitas transportasi yang terdiri dari dua macam sarana transportasi yaitu: 1) Trasnportasi darat, digunakan untuk mengangkut bahan baku yang dibeli dari supplier menuju ke pabrik pengolahan serta untuk keperluan pengangkutan bahan baku ke kapal kargo yang dilengkapi dengan pendingin agar kualitas bahan baku tetap terjaga kesegarannya. Transportasi darat terdiri dari: a. Dua unit Mobil pick Up b. Mobil staff c. Dua buah Sepeda Motor 2) Transportasi laut, berupa kapal container yang disewa oleh PT. Kelola Mina Laut, digunakan untuk mengangkut produk olahan dari PPS Kendari ke perusahaan utama PT. Kelola Mina Laut di Gresik, Jawa Timur. 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Rencana Pemenuhan Bahan baku di PT. Kelola Mina Laut 5.1.1 Sumber bahan baku Hasil tangkapan ikan merupakan bahan baku utama bagi industri pengolahan ikan. Berjalannya aktivitas industri pengolahan ikan sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku tersebut sehingga apabila jumlah ikan yang tersedia semakin berkurang maka akan mempengaruhi tingkat aktivitas pengolahannya. Industri pengolahan ikan PT. Kelola Mina Laut tidak memiliki armada penangkapan sendiri. Oleh karenanya seluruh bahan baku perusahaan berasal dari nelayan yang terdiri dari nelayan pengumpul, nelayan tradisional/nelayan penangkap dan nelayan pengumpul/supplier. Secara umum, PT. KML mendapatkan bahan bakunya berasal dari TPI PPS Kendari yang merupakan tempat nelayan – nelayan tradisional mendaratkan hasil tangkapannya dan sebagai tempat nelayan – nelayan pengumpul/supplier memasarkan hasil tangkapannya ke konsumen. Hasil tangkapan yang banyak didaratkan di PPS Kendari antara lain berupa gurita, tuna, cakalang dan deho. Bahan baku utama PT. Kelola Mina Laut 80% adalah gurita dan 20% adalah ikan. Gurita adalah salah satu hasil tangkapan yang dominan ditangkap oleh nelayan Kendari serta merupakan produk yang banyak diinginkan oleh konsumen khususnya pada permintaan ekspor yang kebanyakan dari konsumen restoran – restoran seafood. Gurita mempunyai masa hidup yang relatif singkat dan beberapa spesies hanya hidup selama 6 bulan. Spesies yang lebih besar seperti Gurita raksasa Pasifik Utara yang beratnya bisa mencapai 40 kilogram bisa hidup sampai 5 tahun di bawah kondisi lingkungan yang sesuai. Reproduksi merupakan salah satu sebab kematian, gurita jantan hanya bisa hidup beberapa bulan setelah kawin dan gurita betina mati mati tidak lama setelah bertelur. Kematian disebabkan kelalaian gurita untuk makan selama sekitar satu bulan sewaktu menjaga telur-telur yang belum menetas. Kadang kala hasil tangkapan yang didaratkan di TPI PPS Kendari tidak dapat memenuhi kebutuhan bahan baku dari PT. KML. Oleh karenanya PT. KML tidak selalu bergantung atau tidak selalu menetapkan nelayan yang mendaratkan 57 hasil tangkapannya di PPS Kendari sebagai sumber bahan baku perusahaannya meskipun banyak jumlah nelayan yang mendatangkan bahan baku setiap harinya. Hal itu bisa disebabkan karena adanya persaingan dan banyaknya industri pengolahan ikan lainnya yang bertransaksi dengan nelayan – nelayan di TPI PPS Kendari. Dengan permasalahan tersebut maka solusi yang diambil dari PT. KML adalah mencari bahan baku ke luar dari PPS Kendari. Beberapa daerah yang biasa dijadikan sumber bahan baku PT. KML adalah daerah Abeli dan Kendari Caddi. Kedua daerah tersebut merupakan daerah pinggiran teluk Kendari, dimana hampir seluruh masyarakatnya bermatapencaharian sebagai nelayan baik itu nelayan pengumpul maupun nelayan biasa. 5.1.2 Pembelian dan penerimaan bahan baku Jumlah dan jenis permintaan bahan baku perusahaan tergantung pada kebutuhan dan permintaan pasar dari perusahaan utama Gresik, Jawa Timur. Biasanya, bagian PPIC pada PT. Kelola Mina Laut Kendari terlebih dahulu menerima surat permintaan yang dikirim dari PT. Kelola Mina Laut pusat yang berupa memo arahan produksi dan outstanding (rekapitulasi kekurangan kontrak) mengenai kriteria – kriteria bahan baku yang dibutuhkan oleh konsumen, kebutuhan bahan baku, data permintaan bahan baku dan data stok bahan baku. Setelah surat permintaan diterima, maka pihak PT. Kelola Mina Laut Kendari melakukan proses pembelian jenis dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan dari supplier. Pada proses pembelian bahan baku, prosedur awal yang dilakukan bagian pengadaan perusahaan adalah melakukan pencarian dengan menginformasikan terlebih dahulu kepada supplier melalui telepon mengenai jenis dan jumlah bahan baku yang diinginkan serta harga bahan baku yang ditawarkan. Apabila supplier tersebut dapat menyediakan jumlah dan jenis bahan baku yang diminta perusahaan, biasanya supplier melakukan negoisasi harga terlebih dahulu kepada pihak perusahaan. Kondisi negoisasi cenderung bersifat tertutup antara supplier dengan bagian pengadaan saja dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan biaya pembelian ikan oleh pihak – pihak yang bisa merugikan. Setelah pihak supplier dan pihak perusahaan saling menyetujui maka Pihak PT. Kelola Mina Laut akan turun langsung ke lokasi supplier apabila 58 pesanan bahan baku perusahaan itu dalam jumlah yang besar, namun jika jumlah pesanan bahan baku kecil maka pihak supplier sendiri yang mengantarkan bahan bakunya ke perusahaan PT. Kelola Mina Laut. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak perusahaan dengan pihak supplier ketika pihak perusahaan membatalkan pembelian setelah melakukan pemeriksaan ukuran dan kualitas bahan baku milik supplier yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bahan baku yang telah dibeli diangkut oleh kendaraan milik supplier yang dilengkapi dengan pendingin dengan ikan dalam kondisi segar diletakkan di dalam basket ditumpuk dengan es. Pengiriman barang ke perusahaan tidak ditentukan oleh waktu baik itu pagi, siang atau sore hari tergantung kapan bahan baku itu didaratkan sebab hanya bahan baku dalam kondisi segar (tidak beku) saja yang dapat diterima oleh perusahaan PT. Kelola Mina Laut. Tahap awal proses penerimaan bahan baku dimulai ketika bahan baku didatangkan oleh supplier. Bagian pengadaan bahan baku melakukan pemeriksaan terakhir kondisi dan kualitas bahan baku apakah sudah memenuhi kriteria perusahaan kemudian dilakukan penyortiran dan penimbangan bahan baku. Tahap kedua, bagian keuangan mengeluarkan bukti penerimaan barang berupa nota yang berisikan nama supplier, nama petugas pembelian, nama petugas penerimaan, jenis bahan baku, harga bahan baku, jumlah bahan baku, waktu dan tanggal penerimaan bahan baku. Tahap selanjutnya, bagian pembelian melakukan transaksi melalui pembayaran secara tidak cash namun pembayaran dilakukan tiga hari sampai seminggu setelah penerimaan bahan baku. 5.2 Pola – Pola Pemenuhan Kebutuhan Bahan baku PT. KML Pemenuhan bahan baku bergantung pada kontinuitas bahan baku. Kontinuitas bahan baku dalam hal ini adalah ketersediaannya bahan baku ikan perbulan untuk dijadikan bahan baku industri pengolahan. Setiap jalur pemenuhan bahan baku memiliki peran penting, dengan demikian pola – pola dan efektifitas sistem pemenuhan kebutuhan bahan baku berperan penting dalam menentukan keberhasilan usaha pengolahan. PT.KML selalu menerapkan konsep pemasaran yang berorientasi pada hubungan kemitraan, sehingga hubungan antara 59 perusahaan dan nelayan atau supplier selalu terjalin dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara pihak – pihak yang berperan langusung terhadap pemenuhan bahan baku di PT. KML adalah nelayan, TPI PPS Kendari dan nelayan pengumpul/supplier. Secara keseluruhan pemenuhan bahan baku di PT. Kelola Mina Laut dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini PT. Kelola Mina Laut Nelayan TPI PPS Kendari Supplier (Nelayan pengumpul) Gambar 18 Sumber Pengadaan Bahan Baku di PT. Kelola Mina Laut Berdasarkan gambar di atas terdapat empat pola pemenuhan kebutuhan bahan baku di PT. Kelola Mina Laut yaitu: 1) Nelayan PT. Kelola Mina laut Sebelumnya PT. Kelola Mina Laut mengadakan kesepakatan dengan nelayan penangkap yaitu dimana PT. KML telah bersedia membeli hasil tangkapan dari nelayan, begitu pula dengan nelayan penangkap juga bersedia untuk menjual hasil tangkapannya hanya kepada PT. KML sesuai dengan kebutuhan bahan baku dan harga yang telah disepakati antara kedua pihak. 2) Nelayan TPI PPS Kendari PT. Kelola Mina Laut Nelayan – nelayan tradisional mendaratkan seluruh hasil tangkapannya ke TPI yang ada di PPS Kendari. Hasil tangkapan tersebut ada yang dijual melalui proses pelelangan dan ada yang dijual langsung kemudian pihak PT. KML ikut menawarkan harga untuk memperoleh hasil tangkapan dari nelayan tersebut. 60 3) Nelayan Supplier PT.Kelola Mina Laut Biasanya supplier – supplier membeli dan mengumpulkan hasil tangkapan dari nelayan – nelayan penangkap ikan langsung di tengah laut, kemudian para supplier menawarkan hasil tangkapannya ke PT. KML, sebelumnya biasanya sudah terjadi kesepakatan diantara PT. KML dengan supplier tersebut. 4) Nelayan TPI PPS Kendari Supplier PT. KML Nelayan – nelayan tradisional mendaratkan hasil tangkapannya ke TPI PPS Kendari kemudian melalui TPI tersebut para supplier membeli dan mengumpulkan hasil tangkapan dari nelayan dan selanjutnya hasil tangkapan tersebut ditawarkan kepada PT. KML. Jika terjadi kecocokan harga diantara ketiga pihak tersebut diantaranya nelayan, supplier dan Pihak PT. KML maka akan terjadi proses transaksi jual beli hasil tangkapan yang akan menjadi bahan baku bagi PT. KML. 5.3 Sistem Kerja Sama Antara PT. KML dengan Nelayan/Supplier Bentuk kerjasama antara PT. Kelola Mina Laut dengan supplier adalah bentuk kekeluargaan atau bentuk loyalitas, dimana perusahaan ini tidak pernah memaksakan atau selalu mengharuskan supplier menjual semua bahan bakunya hanya untuk perusahaaan PT. Kelola Mina Laut. Bagi perusahaan kepuasan pelanggan berarti menunjukkan keberhasilan dari usahanya dan dapat memenuhi harapan konsumen. Beberapa contoh antaralain perusahaan selalu mempertahankan dan memastikan kualitas produk olahannya serta melakukan pendekatan dengan mengadakan acara kekeluargaan bersama supplier. Berdasarkan wawancara, jumlah supplier yang mengirimkan bahan bakunya ke perusahaan ini berkisar 60 sampai 70 supplier per bulan. Dengan sistem loyalitas yang diterapkan PT. Kelola Mina Laut membuat supplier cenderung melakukan transaksi berulang meskipun industri atau perusahaan lain menawarkan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga yang ditawarkan PT. Kelola Mina Laut. PT. Kelola Mina Laut menghadapi beberapa kendala dengan sistem kerjasama loyalitas seperti tersebut di atas, yakni kadang kala supplier kekurangan volume bahan baku sehingga tidak bisa memenuhi permintaan bahan baku yang dibutuhkan perusahaan. 61 Bagi Perusahaan PT. Kelola Mina Laut membeli pada supplier memiliki banyak kelebihan, seperti tidak adanya biaya tambahan sebab pengangkutan bahan baku ke pabrik pengolahan dilakukan oleh pihak supplier, pihak perusahaan dapat melakukan survey terlebih dahulu mengenai jenis ikan, kualitas ikan, kuantitas ikan, ukuran ikan dan jumlah ikan yang tersedia sebelum dilakukannya proses pembelian sehingga hampir seluruh ikan yang didapatkan memiliki standar yang diterapkan oleh perusahaan. Namun terdapat pula kelemahan seperti lokasi antara perusahaan dengan supplier relatif jauh sehingga memungkinkan ikan ada yang rusak, lecet, bahkan busuk. Oleh karena itu, kondisi seperti ini yang mempengaruhi menurunnya kualitas dan mutu bahan baku sebelum sampai di perusahaan. 5.4 Realisasi Pemenuhan Bahan Baku di PT. Kelola Mina Laut Sebagaimana disebutkan di atas bahwa PT. Kelola Mina Laut tidak memiliki armada penangkapan sendiri sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya dilakukan dengan mengumpulkan bahan baku dari supplier yang kebanyakan adalah nelayan lokal. Dengan begitu, dalam operasionalnya badan usaha PT. Kelola Mina Laut telah dapat merealisasikan permintaan bahan baku yang cukup berkesinambungan setiap bulannya dalam memenuhi kebutuhan industri pengolahan ikan yang dimiliki. Faktor yang menjadikan pertimbangan akan permintaan bahan baku dari PT. Kelola Mina Laut adalah dari ketersediaannya bahan baku, jenis dan jumlah bahan baku yang diminta oleh perusahaan pusat PT. Kelola Mina Laut yang terletak di Gresik, Jawa Timur dan musim pendaratan ikan. PT. Kelola Mina laut hanya akan membeli dan menyediakan produk olahan bahan baku sesuai dengan bahan baku apa yang diinginkan atau diperlukan oleh PT. Kelola Mina Laut pusat dan melalui musim pendaratan maka dapat diketahui kapan produksi bahan baku akan maksimal, cukup dan kekurangan. Rekap pembelian keseluruhan bahan baku oleh PT. Kelola Mina Laut tahun 2007 (Februari – Desember) pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa terdapat 29 jenis bahan baku yang masuk ke perusahaan dengan total keseluruhan bahan baku sebesar 1.792,791 ton. Berdasarkan jumlah bahan baku per bulan dari setiap jenis bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan untuk sepuluh jenis bahan baku 62 yang terbesar adalah permintaan terhadap gurita dengan jumlah mencapai 1.041,405 ton. Jumlah gurita yang masuk ke perusahaan paling banyak pada bulan November hingga bulan April, dengan kecenderungan meningkat pada bulan November sebesar 143,543 ton kemudian mencapai 124,565 ton pada bulan Februari, mencapai 196,428 ton pada bulan Maret dan pada bulan April sebesar 158,583 ton, dengan tersedianya gurita setiap bulannya dalam jumlah yang besar menyebabkan pencapaian permintaan gurita setiap bulan dapat dikatakan telah terpenuhi. Bahan baku lainnya yang jumlahnya besar selain Gurita adalah Kurao, pencapaian permintaan Kurao adalah sebesar 259,823 ton yang diperoleh hanya pada bulan Juni, Juli, Oktober dan bulan November, hal ini disebabkan kurangnya permintaan serta kurang tersedianya bahan baku ini. Jenis ikan selanjutnya yaitu baramundi yang mencapai 104,168 ton, putihan yang mencapai 99,887 ton, kakap merah yang mencapai 50,971 ton, cumi sotong yang mencapai 44,298 ton, merahan yang mencapai 35,350 ton, betet yang mencapai 27,307 ton, tenggiri yang mencapai 23,233 ton dan kerapu yang mencapai 18,295 ton. Perolehan 10 jenis bahan baku yang dominan pada tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini: Tabel 9 perolehan bahan baku tahun 2007 Satuan: Kg JENIS IKAN NO Bulan 1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember Total Perjenis Betet Cumi Sotong Gurita Kakap Merah Kerapu 1,103,90 2,847,00 2772,8 3,454,60 2,985,60 1,082,00 672,60 648,90 1,083,70 8,225,62 2,790,60 27,307,32 2,515,20 6809,5 15,546,10 7,663,10 3,775,60 2,473,00 1,192,00 821,70 833,30 1,792,60 875,40 44,297,50 124,564,80 196,427,80 158,582,50 64,075,70 41,12 28,499,30 30,049,10 54,179,00 81,290,80 143,542,90 119,072,50 1,041,405,00 751,50 6,377,50 6.229 4,682,70 9,528,10 1,464,10 503,80 657,10 636,70 5,398,10 14,672,00 50,970,80 102,70 3,070,90 5529,00 5,346,90 2,355,20 96,00 49,20 177,10 124,40 100,80 1,342,80 18,295,00 63 Tabel 9 perolehan bahan baku tahun 2007 (Lanjutan) Satuan: Kg JENIS IKAN NO Bulan 1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember Total Perjenis Kakap Merah Kerapu 751,50 6,377,50 6.229 4,682,70 9,528,10 1,464,10 503,80 657,10 636,70 5,398,10 14,672,00 50,970,80 102,70 3,070,90 5529,00 5,346,90 2,355,20 96,00 49,20 177,10 124,40 100,80 1,342,80 18,295,00 Kurao 85,693,00 43,436,00 79,699,00 50,994,50 259,823,00 Merahan Putihan Tengiri 377,30 3,270,00 2555,20 2,048,20 2,750,00 769,60 70,90 285,60 898,20 6,747,80 15,577,40 35,350,20 1,049,10 12,848,10 19,963,10 14,649,60 8,712,10 5,074,20 739,50 3,952,30 3,318,30 9,837,60 20,102,60 99,886,50 786,40 2,043,50 4,096,30 3,310,50 2,728,50 554,80 23,60 42,00 7,216,80 1,386,10 1,044,50 23,233,00 Berdasarkan Lampiran 3, jika dibandingkan dengan tahun 2007 jenis bahan baku yang masuk ke dalam perusahaan PT. Kelola Mina Laut mengalami penurunan dari 29 jenis ikan menjadi 24 jenis ikan saja. Jenis bahan baku yang tidak didapatkan tersebut antara lain jenis ikan Gogokan, Gulama, Parang – parang, Senanggi dan Cumi. Berkurangnya jenis ikan tersebut tidak lain disebabkan karena terbatasnya atau kurang tersedianya jumlah jenis ikan yang didaratkan di TPI PPS Kendari dan yang ada pada para supplier. Dengan berkurangnya jenis bahan baku yang diterima maka akan menunjukkan secara langsung pengaruhnya terhadap jumlah bahan baku yang diperoleh. Pencapaian jumlah bahan baku pada tahun 2008 mengalami penurunan hingga menjadi 1.649,636 ton atau jumlah rata – rata per bulan sebesar 137,470 ton. Permintaan bahan baku lebih didominasi oleh Gurita, Putihan, Kakap Merah, Betet dan Merahan sedangkan jumlah jenis bahan baku lainnya diperoleh hanya sebagian kecil, sehingga jika dibandingkan akan sangat terlihat perbedaan jumlahnya. Bahan baku tersebut lebih banyak diperoleh dari hasil tangkapan supplier dibandingkan dari PPS Kendari itu sendiri. Perolehan dari kelima jenis bahan baku yang dominan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini: 64 Tabel 10 perolehan bahan baku tahun 2008 Satuan: Kg JENIS IKAN NO Bulan Gurita Betet 1 Januari 158,004,90 6,704,00 2 Februari 117,361,10 5,888,70 3 Maret 128,485,00 5,442,70 4 April 111,564,90 7,739,10 5 Mei 69,609,80 4,811,50 6 Juni 58,987,40 2,726,50 7 Juli 63,722,20 7,647,60 8 Agustus 65,544,20 2,189,20 9 September 88,933,20 7,647,60 10 Oktober 50,080,20 5,646,70 11 November 96,150,90 13,121,40 12 Desember 174,354,40 6,057,30 Total Perjenis 1,182,799,20 69,811,20 Kakap merah 10,992,70 7,362,60 5,781,20 4,913,60 14,601,90 7,218,70 7,781,50 8,217,10 7,239,90 4,034,60 6,822,80 4,576,30 89,542,90 Merahan Putihan 7,886,30 5,935,70 11,309,70 3,156,00 4,842,10 3,419,30 1,256,10 5,432,30 3,751,40 5,644,80 9,520,70 1,521,50 63,675,90 9,429,50 4,500,00 10,827,80 7,607,20 6,120,40 4,483,60 3,731,50 3,946,00 9,536,90 7,168,70 18,045,30 6,296,70 91,693,60 Untuk jenis Gurita, pencapaian permintaannya mencapai 1.182,799 ton lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2007. Ketersediaannya per bulan lebih banyak didapatkan pada bulan Desember sampai bulan April dimana pada bulan Desember mencapai 174,354 ton, bulan Januari mencapai 158,005 ton, bulan Februari mencapai 117,361 ton, bulan Maret mencapai 128,485 ton dan bulan April mencapai 111,565 ton. Untuk jenis putihan pencapaian permintaan sebesar 91,694 ton, dimana jumlah yang diperoleh merata di setiap bulannya artinya untuk setiap bulan jenis ikan ini selalu tersedia meskipun dalam jumlah yang tidak banyak. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan jenis putihan tidak begitu dipengaruhi oleh musim penangkapan sebab berdasarkan jumlahnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Untuk jenis ikan kakap merah, pencapaian permintaannya sebesar 89,543 ton yang cenderung meningkat dibandingkan pada tahun 2007. Jumlah kakap merah yang diperoleh paling banyak pada bulan Mei dan bulan Januari. Bulan Mei diperoleh sebesar 14,602 ton dan bulan Januari diperoleh sebesar 10,993 ton. Untuk jenis betet, pencapaian permintaannya sebesar 69,811 ton yang jumlahnya sangat meningkat drastis daripada tahun 2007 dan untuk jenis merahan, juga mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan pada tahun 2007 dengan jumlah yang masuk ke perusahaan mencapai 63,676 ton. 65 Pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa terdapat 23 jenis ikan yang masuk ke dalam PT. Kelola Mina Laut. Kemampuan bahan baku yang dapat diterima pada tahun 2009 mengalami penurunan yang mencapai 1.602,912 ton. Penurunan ini terkait oleh berkurangnya sumberdaya ikan yang tersedia. Jenis bahan baku Gurita, kakap merah, betet, merahan dan putihan yang merupakan hasil tangkapan yang masuk ke PT. Kelola Mina Laut dengan jumlah yang terbesar, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah yang mencapai 1.372,111 ton untuk gurita, 81,445 ton untuk kakap merah, 61,642 ton untuk betet, 28,823 ton untuk putihan dan 11,608 ton untuk merahan. Bahan baku gurita paling banyak diperoleh pada bulan Januari sampai dengan bulan April, dimana pada bulan Januari gurita diperoleh sebesar 260,356 ton, bulan Februari sebesar 253,146 ton, bulan Maret mencapai 230,319 ton dan bulan April mencapai 126,363 ton. Perolehan dari kelima jenis bahan baku yang dominan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 11. Perolehan bahan baku hampir tidak merata setiap bulannya sehingga tidak nampak perbedaan yang menunjukkan bulan musim puncak dan musim paceklik. Dalam kondisi ini, perolehan bahan baku ini dapat memungkinkan perusahaan PT. Kelola Mina Laut berjalan secara normal per tahun. Tabel 11 perolehan bahan baku tahun 2009 Satuan: Kg JENIS IKAN Kakap Gurita Betet Merahan Putihan merah 1 Januari 260,355,60 14,140,60 6,395,20 4,548,60 11,560,20 2 Februari 253,146,60 6,556,50 6,402,40 323,40 2,537,40 3 Maret 230,319,40 7,526,20 6,822,70 28,90 585,80 4 April 126,363,10 10,488,00 4,732,20 27,10 748,20 5 Mei 70,732,50 9,347,10 4,717,00 38,00 218,10 6 Juni 46,131,40 3,658,40 6,583,80 0,60 79,90 7 Juli 32,778,20 2,637,70 3,594,40 53,10 110,10 8 Agustus 90,386,70 2,215,60 2,406,60 52,10 94,60 9 September 37,681,90 4,081,40 3,670,20 95,30 384,70 10 Oktober 67,468,00 7,858,30 6,301,10 1,183,80 2,087,30 11 November 91,449,30 4,834,00 3,880,80 1,386,40 4,504,00 12 Desember 65,298,50 8,101,40 6,136,10 3,871,50 5,912,00 Total Perjenis 1,372,111,20 81,444,90 61,642,50 11,608,80 28,823,00 NO Bulan 66 Berdasarkan hasil wawancara bahwa perkembangan perolehan bahan baku selama tiga tahun sejak tahun 2007 sampai tahun 2009 jenis bahan baku yang dominan digunakan di PT. Kelola Mina Laut adalah gurita, kakap merah, ikan betet, merahan, cumi sotong dan putihan. Bagi PT. Kelola Mina Laut jenis ikan – ikan tersebut merupakan jenis ikan yang memiliki kontinuitas terbaik untuk dijadikan bahan baku industri pengolahan ikan, selain karena memiliki nilai ekonomis tinggi, potensi sumberdaya yang sangat menunjang juga merupakan komoditas unggulan untuk ekspor khususnya bagi perusahaan seafood. Perolehan bahan baku dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara umum mengalami penurunan yang cukupbesar. Hal ini dapat dilihat data jumlah bahan baku yang diperoleh pada tahun 2007 sebesar 1.792,791 ton dan pada tahun 2009 perolehan bahan baku hanya mencapai sebesar 1.602,912 ton. Kuantitas perolehan bahan baku PT. Kelola Mina Laut yang mengalami perubahan setiap tahunnya kemungkinan dipengaruhi antara lain oleh permintaan dari pelanggan atau konsumen dan potensi sumberdaya ikan di fishing ground sudah semakin berkurang akibatnya ketersediaan bahan baku yang dimiliki supplier atau nelayan juga ikut berkurang. Ketersediaan bahan baku bisa pula dipengaruhi oleh musim pendaratan dimana pada bulan – bulan tertentu terjadi musim puncak. Selain itu, juga karena faktor variasi penangkapan nelayan, umumnya nelayan memiliki banyak jenis alat tangkap maka dengan beragamnya alat tangkap, nelayan menangkap hasil tangkapan disesuaikan dengan kondisi musim. Misalnya ketika musim ombak, nelayan banyak yang menggunakan alat tangkap bubu dan pancing rawai. 5.5 Analisis Pemenuhan Bahan Baku PT. Kelola Mina Laut Perusahaan PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu perusahaan perikanan yang bergerak di bidang pengolahan ikan di Provinsi Sulawesi Tenggara. PT. Kelola Mina Laut terletak di kawasan PPS Kendari bersama 25 perusahaan lainnya yang berkesempatan memanfaatkan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh pemerintah seluas 40,44 ha. Dari keseluruhan perusahaan yang berada di PPS Kendari terdapat enam perusahaan yang bergerak di bidang pengumpul dan pengolahan ikan. 67 Kapasitas yang terpasang di PT. Kelola Mina Laut adalah 2.920 ton/tahun dengan target perolehan bahan baku sebesar 2000 ton/tahun. Perusahaan ini dalam operasionalnya memperoleh bahan baku per tahun selama tiga tahun adalah sebesar 1.792,791 ton pada tahun 2007, mencapai 1.649,636 ton pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 perolehan bahan baku mencapai sebesar 1.602,912 ton. Memperhatikan data perolehan bahan baku PT. Kelola Mina Laut tersebut sejak beroperasi selama tiga tahun lalu menunjukkan pencapaian produksi yang cukup tinggi. Rata – rata per tahun perolehan bahan baku selama tiga tahun sebesar 1.681,780 ton atau sekitar 84 % dari rencana produksi per tahun. Realisasi perolehan bahan baku setiap tahun selama tiga tahun, pada tahun 2007 adalah sebesar 1.792,791 ton atau 89,6 % dari targetnya sebesar 2000 ton. Bila dibandingkan dengan perolehan bahan baku pada tahun 2008 sebesar 1.649,636 ton atau 82,5 % dari targetnya 2000 ton terdapat penurunan sebesar 143,155 ton. Begitu pula realisasi perolehan bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar 1.602,912 ton atau 80,2 % dari targetnya sebesar 2000 ton terjadi penurunan sebesar 189,879 ton. Dalam kondisi yang demikian, perolehan bahan baku menunjukkan penurunan yang tidak begitu besar artinya perusahaan PT. Kelola Mina masih layak untuk terus beroperasi dan berproduksi dengan baik sehingga perusahaan ini tetap berjalan normal dalam mengolah investasi dengan adanya ketersediaan bahan baku yang berkesinambungan sepanjang tahun. Berdasarkan Lampiran 2 dan 3 dapat dijelaskan bahwa bahan baku yang diterima setiap bulannya pada tahun 2007 dan tahun 2008 menunjukkan fluktuasi yang kecil sebab hampir setiap bulannya jumlah bahan baku yang diperoleh merata. Rata – rata bulanan perolehan bahan baku yang paling banyak adalah pada bulan November sampai dengan bulan Mei sedangkan bahan baku yang diperoleh sedikit rata – rata pada bulan Juni sampai dengan Oktober. Meskipun nampak saat bulan ketika bahan baku yang diterima besar dan saat ketika perolehan bahan baku berkurang, tetapi tidak dapat diketahui dengan jelas perbedaan antara musim – musim tersebut. Sebab perolehan bahan baku setiap bulan relatif cukup tinggi dengan perbedaan yang tidak begitu besar sehingga perusahaan ini tidak terlalu merasakan adanya kekurangan bahan baku. Berbeda dengan perolehan bahan baku pada tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 4 68 yang menunjukkan terjadinya fluktuasi yang cukup besar dimana perolehan bahan baku pada saat itu tidak merata. Dengan tidak meratanya perolehan bahan baku maka tidak terlihat jelas kapan terjadinya musim puncak dan musim paceklik. Bahan baku yang diterima paling banyak terjadi pada bulan Januari sebesar 305,252 ton dan bulan Juli adalah bulan ketika perolehan bahan baku sangat sedikit yakni sebesar 39,458 ton. Terdapat perbedaan perolehan bahan baku yang sangat signifikan pada bulan Juli, hal ini dimungkinkan karena terjadinya musim timur dimana diketahui pada tahun 2009 hampir di seluruh wilayah Indonesia dilanda gelombang besar terlebih pada pantai di bagian timur pulau Sulawesi yang menyebabkan nelayan tidak berani untuk beroperasi ke laut. Melihat hubungan antara kondisi aktual perolehan bahan baku dengan target perolehan bahan baku yang mencapai 80,2 % sampai dengan 89,6 % dari targetnya menunjukkan bahwa indikator ketersediaan ikan di Sulawesi Tenggara masih tersedia cukup banyak. Dari segi potensi, PT. Kelola Mina Laut bisa memberikan gambaran bahwa Sulawesi tenggara masih memiliki potensi yang besar, hal ini didukung oleh data perikanan Sulawesi Tenggara bahwa yang memiliki lestari perikanan sebesar 213.309,3 ton/tahun dan bisa dimanfaatkan setiap tahun. Pada kasus perusahaan PT. Kelola Mina Laut ini dapat memberikan gambaran bahwa investasi di bidang usaha perikanan di Sulawesi Tenggara masih menjanjikan. PT. Kelola Mina Laut dapat mengelola investasinya secara layak karena didukung oleh ketersediaan bahan baku yang cukup tinggi setiap tahunnya sehingga usaha pengolahan dari perusahaan ini tetap berjalan dan dapat berkembang dengan baik hingga saat ini. 5.6 Ketersediaan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan Lainnya Produksi hasil tangkapan di suatu wilayah perairan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berkembang atau tidaknya suatu pelabuhan perikanan. Oleh karenanya pelabuhan perikanan dituntut untuk memanfaatkan dan memenuhi fungsinya dengan baik selaku perannya sebagai lalu lintas perikanan. Semakin berkembang suatu pelabuhan perikanan maka akan menjadi daya tarik para pengusaha atau investor untuk mendirikan usahanya di pelabuhan perikanan tersebut. Pernyataan tersebut sesuai dengan perkembangan PPS Kendari. Perkembangan PPS Kendari didukung oleh wilayah perairan Sulawesi Tenggara 69 memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah khususnya ikan pelagis besar maupun pelagis kecil. Selain itu banyak industri – industri pengolahan yang tergabung pada kawasan PPS Kendari. Sebagian besar hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kendari digunakan sebagai bahan baku untuk keperluan industri – industri pengolahan ikan di PPS Kendari. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPS Kendari masih tetap didominasi oleh kapal – kapal alat tangkap mini purse seine dengan hasil tangkapan yang paling banyak adalah laying, tuna, tongkol/deho, cakalang, gurita dan kembung. Produksi hasil tangkapan selama tiga periode (2007 – 2009), pada tahun 2007 di PPS Kendari adalah sebesar 33.198,1 ton kemudian mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2008 yang hanya mencapai 14.302,76 ton dengan persentase penurunan sebesar 56,91 %. Adapun rincian jenis ikan yang didaratkan antara lain, gurita mengalami penurunan 11,35% dari 2.856,57 ton pada tahun 2007 menjadi 2.532,42 ton pada tahun 2008, ikan tongkol/deho mengalami penurunan 0,27% dari 5.946,08 ton menjadi 5.930,03 ton pada tahun 2008, cakalang meningkat 12,45% dari 1.483,58 ton pada tahun 2007 meningkat menjadi 1.668,28 ton dan kembung turun 93,50% dari 1.138,52 ton pada tahun 2007 menjadi 74,01 ton pada tahun 2008. Produksi hasil tangkap meningkat kembali pada tahun 2009 sebesar 16.541,70 ton atau naik 15,66 % dari tahun 2008. Data mengenai produksi HT tersebut menunjukkan perkembangan produksi ikan di PPS Kendari dalam kurun waktu tahun 2007-2009 yang mengalami fluktuasi. Produksi ikan terbesart terdapat pada tahun 2007 sedangkan jumlah terkecil diperoleh pada tahun 2009. Industri pengolahan ikan pada kawasan PPS Kendari memiliki bidang usaha yang bermacam – macam, ada jenis usaha dalam bentuk pabrik saja, penangkapan dan ada pula dalam bentuk pengumpul dan pengolahan. PT. Kelola Mina Laut merupakan salah satu contoh industri pengolahan ikan yang usahanya bergerak dalam pengolahan ikan. Secara keseluruhan terdapat 25 industri pengolahan ikan yang tergabung dalam kawasan PPS kendari, lima perusahaan perikanan diantaranya bergerak di bidang usaha yang sama dengan PT. Kelola Mina Laut yaitu penampungan dan pengolahan bahan baku hasil perikanan. Lima perusahaan 70 tersebut adalah PT. Indo Persada, PT. Sultra Tuna, PT. Yanagi Histalaraya, CV. Ome Trading Coy, dan PT. Cilacap Samudera FI. Perkiraan ketersediaan bahan baku ikan bagi kelima industri pengolahan ikan tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai investasi dari masing – masing perusahaan pengolahan ikan, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Dengan menggunakan rumus aljabar yang sederhana maka jumlah ketersediaan bahan baku ikan bagi lima perusahaan tersebut sudah dapat diketahui. Coba dihitung apakah kebutuhan bahan baku perusahaan pengolahan ikan tersebut dapat disuplai dari produksi ikan yang didaratkan di PPS kendari? kebutuhan bahan baku ke lima perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel 12 berikut: Tabel 12 Kebutuhan bahan baku industri pengolahan ikan Tahun Kebutuhan Bahan Baku Industri Pengolahan Ikan (ton) Total Produksi HT di PPS KML BIP STS YH OTC CSF 2007 1.792,79 2.607,69 2.377,08 377,41 488,94 1.629,81 9.273,42 33.198,1 2008 1.649,63 2.399,46 2.187,26 359,92 449,89 1.499,66 8.545,82 14.302,8 2009 1.602,91 2.331,51 2.125,31 349,73 437,16 1.457,19 8.303,81 16.541,70 8.707,68 21.347,53 Rata – Rata Keterangan: KML (KeLola Mina Laut), BIP (Biota Indo Persada), STS (Sultra Tuna Samudera), YH (Yanagi Histalaraya), OTC (Ome Trading Coy), CSF (Cilacap Samudera FI) Tabel di atas menjelaskan bahwa industri pengolahan ikan yang memiliki nilai investasi lebih besar maka kebutuhan akan bahan baku ikan juga lebih besar. PT. Kelola Mina Laut berada memiliki nilai investasi sebesar Rp 11.000.000.000, oleh karenanya kebutuhan bahan baku ikannya cukup besar dibanding industri pengolahan lainnya, hanya satu industri pengolahan ikan saja yang memiliki kebutuhan bahan baku ikan lebih besar daripada PT. Kelola Mina Laut. Industri pengolahan ikan tersebut adalah PT. Biota Indo Persada dengan nilai investasi paling besar yaitu Rp 16.000.000.000 dengan kebutuhan bahan bakunya sebesar 2.607,69 ton pada tahun 2007, 2.399,46 ton untuk tahun 2008 dan 2.331,51 ton untuk tahun tahun 2009. Adapun industri pengolahan ikan yang memiliki kebutuhan bahan baku paling kecil adalah PT. Yanagi Histalaraya dengan nilai investasi sebesar Rp 2.400.000.000 dengan kebutuhan bahan bakunya sebesar 377,41 ton pada tahun 2007, 359,92 ton untuk tahun 2008 dan 349,73 ton pada tahun 2009. 71 Produksi HT di PPS Kendari lebih tinggi sebesar 21.347,53 ton daripada kebutuhan bahan baku ikan dari ke enam perusahaaan pengolahan ikan sebesar 8.707,68 selama kurun waktu tiga tahun mulai dari 2007 – 2009. Kebutuhan bahan baku selama tiga tahun (2007 – 2009) dari ke enam perusahaan tersebut antara lain, pada tahun 2007 PPS kendari mampu menyediakan kebutuhan bahan baku ke enam perusahaan sebesar 9.273,42 ton dari 33.198,1 ton. Pada tahun 2008 produksi HT yang didaratkan di PPS Kendari sebesar 14.302,8 ton dan mampu mensuplai 8.545,82 ton kepada enam perusahaan pengolahan, begitu pula dengan tahun 2009 PPS Kendari menyediakan bahan baku sebesar 16.541,70 ton dan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan pengolahan sebesar 8.303,81 ton. Meliht bahwa produksi HT yang disediakaan PPS kendari jauh lebih tinggi daripada PT. Kelola Mina Laut maka dapat dikatakan bahwa permintaan kebutuhan 80% bahan baku ikan perusahaan perikanan dapat disediakan oleh PPS Kendari dan menunjukkan bahwa perolehan bahan baku ikan dari ke lima perusahaan lainnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan perolehan bahan baku ikan di PT. Kelola Mina Laut. Hal ini disebabkan antara lain karena PT. Kelola Mina Laut tidak memiliki armada penangkapan sendiri dan hanya mengharapkan pengumpulan bahan baku ikan dari nelayan dan TPI di sekitar PPS Kendari, kadang kala hasil tangkapan yang didaratkan atau disediakan di PPS Kendari tidak sesuai dengan bahan baku ikan yang dibutuhkan PT. Kelola Mina Laut dan kemungkinan nelayan yang tergabung menjadi supplier nya memasarkan kepada perusahaan lainnya. Untuk mempertahankan kondisi produksi HT yang lebih tinggi daripada kebutuhan perusahaan perikanan maka pihak PPS Kendari perlu mengembangkan sarana dan prasarana pelabuhan terutama peningkatan sarana dan prasarana berupa kelengkapan dan ketersediaan fasilitas-fasilitas pelabuhan, peningkatan pelayanan guna menarik investor untuk membangun perusahaan perikanan didalamnya serta terkait dengan aktivitas operasional kepelabuhanan. Aktivitas operasional tersebut diantaranya aktivitas tambat labuh, pendaratan, pelelangan, dan pengangkutan hasil tangkapan ikan dari TPI. 72 5.7 Peranan PPS Kendari Terhadap Pemenuhan Bahan baku Perusahaan Pengolahan Pada hakekatnya pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut keberangkatannya dari pelabuhan harus dilengkapi dengan bahan bakar, perbekalan makanan, es dan lain-lain secukupnya. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai melakukan pekerjaan di laut kapal akan kembali dan masuk ke pelabuhan untuk membongkar dan menjual ikan hasil tangkapan (Murdiyanto, 2004). Oleh karenanya berbicara mengenai peranan PPS Kendari dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan maka sangat erat kaitannya pada ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di PPS kendari serta aktivitas atau kegiatan yang berlangsung di PPS Kendari tersebut. Adapun fasilitas – fasilitas yang mendukung pemenuhan bahan baku antara lain: 1) Hanggar pembongkaran ikan Hanggar pembongkaran ikan dibangun melalui investasi dari pemerintah. Fungsi hanggar pembongkaran ikan adalah sebagai tempat pembongkaran hasil tangkapan serta tempat para pedagang ikan seperti bakul menawarkan jualannya. Luas hanggar pembongkaran ikan di PPS Kendari adalah 500 m2 yang saat ini mengalami penambahan luas menjadi 635 m2. Kondisi saat ini masih beroperasi dengan baik dan merupakan tempat pembongkaran ikan yang higienis dan memadai. Semakin baik fasilitas ini maka akan semakin bermanfaat fungsinya. 2) Gedung TPI PPS Kendari memiliki satu buah gedung TPI yang merupakan pusat dari seluruh kegiatan perikanan karena semua hasil tangkapan di daratkan di TPI untuk dijual melalui sistem lelang. 3) Kavling industri Kavling industri terikat kontrak oleh 25 investor dari perusahaan perikanan. PPS Kendari memiliki lahan kavling industri seluas 219.300 m2 diantaranya ± 73 118.091 m2 telah dimanfaatkan dan 109.209 m2 belum dimanfaatakn sehingga masih besar peluang bagi investor yang berminat. 4) Utilitas Utilitas dibangun melalui investasi dari swasta dan pemerintah untuk melayani kebutuhan stake holder (pengguna jasa). Adapun fasilitas utilitas di PPS Kendari terdiri dari mesjid dan musholla, bengkel, kantin, shelter nelayan, tangki BBM 2 × 500 KI, kedai pasir, saluran telepon, instalasi air bersih dengan kapasitas ± 700 m3/hari, IPAL ± 400 m3/hari, gedung lembaga keuangan, catu daya listrik PLN ± 21 MW dan docking. 5) Fasilitas komersial Fasilitas komersial di PPS Kendari dibangun melalui investasi dari pihak swasta yang berfungsi untuk melayani kebutuhan bagi pihak swasta tersebut dan pihak umum. Fasilitas komersial tersebut antara lain pabrik es dengan kapasitas 321,70 ton/hari, cold storage dengan kapasitas 2.680 ton, freezer dengan kapasitas 320 ton/hari, docking kapal dengan kapasitas 500 GT dan 100 GT, instalasi pengolahan ikan kayu, kapal perikanan berbagai jenis, mesin pembangkit listrik dengan kapasitas 21 MW dan generator milik dari PPS Kendari. Adapun aktifitas yang sangat mendukung dalam pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan antara lain: 1) Aktifitas produksi yaitu: a. Kegiatan Penangkapan Ikan Kegiatan penangkapan ikan adalah proses nelayan menangkap ikan di laut untuk mendapatkan hasil tangkapan. Apabila pengoperasiannya dilakukan dengan baik maka hasil tangkapan yang diperoleh akan semakin banyak dan dapat memenuhi kebutuhan dari industri pengolahan ikan di PPS Kendari. Sebagian besar yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di PPS Kendari adalah nelayan tradisional atau nelayan yang sekaligus pengusaha ikan. Hasil tangkapan yang dominan pada tahun 2008 berasal dari kapal tangkap mini purse seine. Hasil tangkapan tersebut banyak dimanfaatkan oleh industri – indutri pengolahan guna mengubah menjadi 74 ikan olahan yang bernilai tinggi. Adapun hasil tangkapan yang biasanya digunakan oleh industri adalah gurita dan cakalang atau deho. b. Kegiatan penanganan ikan Proses penanganan dimulai proses penangkapan telah selesai. Hasil tangkapan tersebut langsung ditangani menggunakan air tawar atau es batu. Penanganan dilakukan untuk membantu mencegah kebusukan ikan setelah penangkapan. c. Kegiatan Pendaratan Ikan Kegiatan pendaratan ikan di PPS Kendari meliputi pembongkaran hasil tangkapan ikan dari palkah, dermaga sampai ke tempat pelelangan ikan. Selain pembongkaran ikan, pernyortiran ikan juga biasa dilakukan di atas kapal. Sebaiknya kegiatan ini dilakukan dalam waktu yang cepat karena akan mempengaruhi mutu dari hasil tangkapan yang menjadi kriteria utama dari industri pengolahan ikan. Pendaratan ikan di PPS Kendari berasal dari hasil tangkapan kapal – kapal milik investor, nelayan mitra usaha, nelayan bebas dan kapal pengangkut ikan yang melakukan ekspor. d. Produksi dan penyaluran es Penggunaan es sangat diperlukan pada setiap kegiatan industri perikanan dimulai dari pasca panen, pengolahan, penyimpanan hingga penditribusian guna mempertahankan kualitas dan mutu hasil tangkapan. Kapasitas terpasang tujuh pabrik es yang berada di kawasan PPS Kendari sebesar 6.516 balok. Sedangkan penyaluran dalam kawasan PPS Kendari berkisar 175 ton/hari yang disuplai oleh delapan pabrik es milik perusahaan dengan kapasitas terpasang mencapai 321,7 ton/hari. Kegiatan penyaluran es tersebut ada yang langsung digunakan sendiri oleh pemilik perusahaan untuk keperluan pengolahan namun adapula perusahaan yang menjual langsung kepada nelayan bebas. e. Suplai dan penyaluran BBM Selama ini BBM lah yang selalu menjadi pokok permasalahan sebab BBM adalah faktor utama dalam melakukan kegiatan melaut. Apabila sebuah kapal penangkap kekurangan BBM maka dengan jarak yang jauh nelayan tidak dapat menuju daerah operasi penangkapan tersebut. Sehingga 75 mempengaruhi jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. Pelayanan BBM solar kepada konsumen dalam kawasan PPS Kendari dilayani oleh SPBN milik PD. Utama Sultra uang merupakan BUMD Provinsi Sulawesi Tenggara. Penyaluran BBM di PPS Kendari dilakukan dengan dua cara yaitu, yang pertama penyaluran dilakukan oleh investor untuk memenuhi kebutuhan industri dan yang kedua, penyaluran BBM dilakukan melalui instalasi SPBN yang dikelola oleh PD. Utama Sultra guna melayani kebutuhan kapal – kapal perikanan. f. Penyaluran air bersih Kegiatan penyaluran air bersih digunakan untuk perbekalan kapal – kapal perikanan, pabrik es, air minum, sanitasi dan sebagai pendingin untuk mesin pembangkit listrik di kawasan PPS kendari. Apabila kebutuhan air bersih dapat dipenuhi maka dapat memperlancar kegiatan produksi dimulai dari pabrik es sampai kebutuhan melaut. Hal ini yang akan mempengaruhi pemenuhan bahan baku khususnya industri pengolahan ikan. Air bersih yang digunakan di PPS Kendari berasal dari bawah tanah yang diproduksi menggunakan pompa deep well sebanyak empat titik. 2) Aktifitas distribusi, yaitu: a. Kegiatan Pengolahan Kegiatan pengolahan dilakukan oleh pengusaha industri pengolahan ikan yang bertujuan menghasilkan produk perikanan yang memiliki nilai tambah. Berlangsungnya kegiatan di industri pengolahan tergantung ada atau tidak tersedianya bahan baku ikan. Beberapa jenis ikan yang biasa diolah oleh industri pengolahan ikan seperti tuna, cakalang, kerapu, kakap, tenggiri, udang dan gurita. Ikan - ikan tersebut diolah menurut jenis usaha industrinya. Jenis olahan yang terdapat di industri pengolahan ikan di PPS Kendari antara lain ikan utuh beku, udang beku, ikan kayu, Fillet, WGS (Whole Gutted Scale), WGGS (Whole Gilled Gutted Scaled), olahan sirip, tulang ikan, insang ikan dan bagian perut ikan bisa dijadikan tepung ikan. b. Kegiatan Pergudangan Terdapat 11 buah perusahaan/industri yang memiliki gudang pendinginan, ada yang memanfaatkan sendiri oleh pemiliknya, namun ada juga yang 76 menyewakan ke orang lain. Perusahaan tersebut rata – rata memiliki kapasitas cold storage 2.680 ton yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan ikan yang sudah beku, dapat bertahan selama berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun dan ABF (Air Blast Freezing) dengan kapasitas 320 ton/ hari yang fungsinya sebagai tempat pembekuan awal atau membekukan ikan yang masih segar biasanya dibekukan selama 8 jam. c. Kegiatan pemasaran dan distribusi Nelayan PPS Kendari sebagian ada yang memasarkan hasil tangkapannya langsung menjual ke masyarakat sekitar berupa ikan yang masih segar dan sebagian pula ada yang langsung mendistribusikan ke industri – industri pengolahan untuk diolah. Produk hasil olahan dari industri/perusahaan tersebut umumnya didistribusikan ke luar kota, antar pulau dan ke luar negeri. Volume distribusi dan pemasaran ikan hasil tangkapan pada tahun 2008 mencapai 5.670,54 ton untuk domestik dengan nilai Rp 71.070.000.000,00 sedangkan untuk volume ekspor mencapai 2.130,69 ton dengan nilai Rp 77.096.000.000,00. 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Pemenuhan bahan baku PT. KML setiap tahun selama tiga tahun, pada tahun 2007 adalah sebesar 1.792,791 ton, pada tahun 2008 sebesar 1.649,636 ton dan pemenuhan bahan baku pada tahun 2009 adalah sebesar 1.602,912 ton. 2. Terdapat empat pola pemenuhan kebutuhan bahan baku di PT. Kelola Mina Laut yaitu: 1) Nelayan ke PT. Kelola Mina laut 2) Nelayan ke TPI PPS Kendari ke PT. Kelola Mina Laut 3) Nelayan ke Supplier ke PT.Kelola Mina Laut 4) Nelayan ke TPI PPS Kendari ke Supplier ke PT. KML 3. Peranan PPS Kendari dalam menunjang pemenuhan bahan baku industri pengolahan ikan maka sangat erat kaitannya pada ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di PPS kendari seperti hanggar pembongkaran ikan, gedung TPI, kavling industri, utilitas serta aktivitas atau kegiatan yang berlangsung di PPS Kendari seperti kegiatan penangkapan, kegiatan pendaratan, kegiatan pengolahan dan pemasaran, kegiatan pergudangan, produksi es dan penyuplai BBM. 6.2 Saran 1) Untuk memperoleh bahan baku yang lebih besar maka sebaiknya PT. Kelola Mina Laut mengusahakan agar memiliki armada penangkapan sendiri. 2) Menjalin kemitraan kepada nelayan agar kedua belah pihak dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, contohnya perusahaan dapat memberikan fasilitas armada penangkapan sendiri kepada masyarakat nelayan dan masyarakat nelayan terus memproduksi hasil tangkapan ke PT. Kelola Mina Laut. DAFTAR PUSTAKA Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2008. Laporan Statistik Perikanan Tangkap. Kendari. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2008. Laporan Statistik Perikanan Budidaya. Kendari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2009. Profil Pelabuhan Perikanan samudera Kendari. Kendari: Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. 16 hal. Direktorat jenderal perikanan Tangkap. 2008. Laporan tahunan Pelabuhan Perikanan Samudera kendari. Kendari: Departemen Kelautan dan Perikanan. 86 hal. Fatmawati. 2000. Studi Tingkat Pendayagunaan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari Sulawesi Tenggara. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hanafiah & Saefudin. 2006. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hadiyanto, RS. 2004. Industri Perikanan dan Pengaruhnya Terhadap Berbagai Aktivitas Kepelabuhanan Terkait dengan Hasil Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lubis, E. 2004. Bahan Kuliah m.a. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Laboratorium Pelabuhan. Murdiyanto, B.2004. Pelabuhan Perikanan. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Overseas Fishery Cooperation Foundation (OFCF). 1987. Pengolahan Hasil – hasil Perikanan I Priyanto, N. 2007. Potensi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap untuk Pengembangan Industri Pengolahan Ikan. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Prawirosentono, S. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta: PT. Bumi Aksara Soemarto. 1975. Ilmu Perikanan Pengusahaan dan Pengelolaan. Jakarta: Akademi Usaha Perikanan. Widodo, A. 2009. Faktor – Faktor Penurunan Produksi Hasil Tangkapan dan Upaya – Upaya serta Strategi Peningkatannya di PPN Pekalongan. [Skripsi] (Tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. W. Septianto, Agung. 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara. www. sultra. BPS.go.id. [3 Mei 2010]. LAMPIRAN 81 Lampiran 1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Tahun 2008. No Nama Perusahaan 1 PT. Biota Indo Persada 2 PT. Sultra Tuna Samudera 3 PT. Yanagi Histalaraya 4 PD. Utama Sultra 5 CV. Ome Trading Coy 6 10 PT. Kamal cahaya Putra PT. Putra Sultra Samudera PT. PJB II Surabaya PT. Lintas Bestari Selaras PT. Sultra Mitra Lestari 11 PT. Nusantara Fishery 12 PT. Tofico 13 14 PT. Ade Sultra Persada Fa. Sanu UD. Abadi Makmur Ocean CV. Samudera Jasa Mandiri PT. Multi Nabati Sulawesi 7 8 9 15 16 17 18 CV. Mina jaya Lestari 19 CV. Andika 20 CV. Bersatu untuk Maju 21 PT. Kelola Mina Laut 22 PT. Cilacap Samudera FI Jenis Usaha pengolahan, Cold storage, ABF & pabrik es pengolahan, Cold storage, ABF & pabrik es pengolahan ABF, Cold storage, SPBN & pabrik es Pengolahan ikan kayu & pabrik es Cold storage, ABF Docking/slipway, bengkel PLTD Nilai Investasi (Rp 1.000) Keterangan Operasional 16.000.000 Operasional 14.585.000 2.400.000 5.000.000 3.000.000 6.375.000 3.740.000 Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Pabrik es balok 37.000.000 Operasional Operasional 1.500.000 Pabrik es balok 2.300.000 Cold storage 1.400.000 Pukat udang, pengolahan udang Pabrik es balok Cold storage 1.200.000 1.000.000 Cold storage 3.500.000 Toko, wartel 300.000 penyalur minyak goring Cold storage, ABF & pabrik es Cold storage, ABF penangkapan, Cold storage, ABF pengolahan, Cold storage, ABF pengolahan, Cold storage, ABF 1.500.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 11.000.000 Operasional Ops. di pusat Maluku Ops. di pusat Maluku Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional 10.000.000 82 Lampiran 1 Pemanfaatan Lahan/Bangunan Industri di pelabuhan Perikanan Samudera Kendari Tahun 2008 (Lanjutan) No Nama Perusahaan 23 PT. PLN (Persero) wil. Sulsel, Sultradan Sulbar 24 PT. Trobos Benua 25 PT. Sumber Laut Mandiri Jenis Usaha Nilai Investasi (Rp 1.000) Keterangan PLTD, tangki 10.000.000 Operasional BBM (MFO) Pengolahan, ABF, Tahap 5.000.000 cold Storage pembangunan Pengolahan, ABF, Tahap 1.186.000 cold Storage pembangunan Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007 Satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan Angke Angkoli Baramudi Betet Cumi Sotong Ganja Gogokan Gulama Guntur Gurita 1 Januari 2 Februari 1,103,90 2,515,20 12,70 10,70 124,564,80 3 Maret 2,847,00 6809,5 64,50 333,20 196,427,80 4 April 2772,8 15,546,10 424,50 483,30 158,582,50 5 Mei 3,454,60 7,663,10 47,50 123,50 64,075,70 6 Juni 169,00 1,839,00 9,549,50 2,985,60 3,775,60 54,50 616,00 4,959,00 304,50 41,12 7 Juli 87,50 199,00 3,208,00 1,082,00 2,473,00 0,00 1,080,00 7,504,00 86,20 28,499,30 8 Agustus 1,5 4,30 672,60 1,192,00 15,60 30,049,10 9 September 49,5 55,50 648,90 821,70 166,90 54,179,00 10 Oktober 106,10 35,40 32,312,00 1,083,70 833,30 11 November 2,757,40 48,50 58,877,00 8,225,62 1,792,60 523,50 12 Desember 1,960,10 10,526,50 161,50 2,790,60 875,40 1,020,60 44,297,50 2,155,60 Total Perjenis 119 5,131,10 12,766,90 104,167,80 27,307,32 7,80 888,00 2,064,00 383,60 81,290,80 5,259,00 1,475,50 1,249,30 143,542,90 6,723,70 119,072,50 7,843,00 16,002,50 9,880,50 1,041,405,00 83 Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007 (Lanjutan) Satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan Ikan Sebelah Jenaha Kaci- Kakap Kaci Merah Katarap Kerapu Kurso Merahan Mujahir Laut Mundo 1 Januari 2 Februari 751,50 102,70 377,30 3 Maret 6,377,50 3,070,90 3,270,00 4 April 6.229 5529,00 2555,20 5 Mei 1,145,50 4,682,70 5,346,90 2,048,20 6 Juni 294,40 794,90 4,206,10 9,528,10 139,10 2,355,20 85,693,00 2,750,00 2,838,40 178,90 7 Juli 402,10 238,40 1,249,40 1,464,10 51,00 96,00 43,436,00 769,60 1,829,30 208,80 8 Agustus 42,80 181,00 8,90 503,80 49,20 70,90 5,00 9 September 20,90 280,70 35,70 657,10 177,10 285,60 10 Oktober 34,00 570,50 104,20 636,70 7,00 124,40 79,699,00 898,20 2,026,50 27,50 11 November 524,80 1,388,40 946,90 5,398,10 7,70 100,80 50,994,50 6,747,80 950,90 64,60 12 Desember 285,00 937,60 1,494,80 14,672,00 11,40 1,342,80 15,577,40 7,50 33,80 1,604,00 4,391,50 9,191,50 50,970,80 216,20 18,295,00 35,350,20 7,720,60 513,60 Total Perjenis 259,823,00 84 Lampiran 2 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2007 (Lanjutan) NO TOTAL JENIS IKAN Bulan Pali Pinjalu Putihan PERBULAN Sembilang QT % 1 Januari 2 Februari 33,60 54,60 1,049,10 131.362,50 7,33 3 Maret 213,30 29,70 12,848,10 233.975,00 13,05 4 April 503,60 19,963,10 216.874,10 12,1 5 Mei 170,70 3,20 14,649,60 106.722,70 5,95 6 Juni 440,60 0,70 8,712,10 168,00 186.201,80 10,39 7 Juli 27,80 1,80 5,074,20 41,40 99.770,40 5,57 8 Agustus 99,00 739,50 33.660,60 1,88 9 September 75,60 3,952,30 61.234,30 3,42 10 Oktober 211,10 3,318,30 216.015,00 12,05 11 November 959,40 9,837,60 306.418,22 17,09 12 Desember 913,60 1,004,40 20,102,60 200.588,30 11,19 1.792.791,92 100 Total Perjenis 8,80 3,648,30 1,148,70 99,886,50 209,40 85 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008 satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan Ikan Angkoli Baramudi Betet 86,60 2,987,70 102,5 6,704,00 1,852,80 1,719,90 1,006,60 158,004,90 108,4 29,5 34,00 5,888,70 3,175,10 1,057,90 117,361,10 32,10 33,3 56,00 5,442,70 13,419,00 1,289,80 1,292,30 128,485,00 63,00 38,8 7,739,10 689,50 689,50 717,60 111,564,90 119,50 4,811,50 4,680,10 113,00 340,50 69,609,80 303,80 28,60 437,50 58,987,40 162,20 1 Januari 2 Februari 3 Maret 29,00 4 April 165,40 5 Mei 59,90 3,817,90 6 Juni 35,20 1,066,00 7 Juli 30,90 3,280,30 8 Agustus 18,50 3,518,00 9 September 114,90 1,497,20 7,647,60 10 Oktober 207,60 851,70 5,646,70 11 November 394,3 29,10 12 Desember 386,5 203,60 Total Perjenis Cumi Angke 1,528,80 17,314,30 4,00 5,50 240,8 Sotong 2,726,50 Ganja Guntur 265,80 Gurita sebelah 7,647,60 849,90 19,10 279,60 63,722,20 56,20 2,189,20 1,813,80 58,60 415,40 65,544,20 79,50 129,20 162,70 88,933,20 22,10 1,332,20 207,40 379,70 50,080,20 63,20 13,121,40 955,40 916,90 916,90 96,150,90 86,50 6,057,30 2,563,10 78,00 405,80 174,354,40 115,10 69,811,20 44,930,00 6,590,40 6,620,40 1,182,799,20 1,211,60 86 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008 (Lanjutan) Satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan Jenaha Kaci- Kakap kaci merah Katarap Kerapu Merahan Mujahir laut Ekor lkuning 1 Januari 805,00 1,000,30 10,992,70 1,493,80 7,886,30 2 Februari 1,098,20 1,171,80 7,362,60 933,00 5,935,70 3 Maret 2,114,00 1,119,40 5,781,20 3,30 471,40 11,309,70 375,30 4 April 2,080,80 1,395,20 4,913,60 25,90 551,40 3,156,00 166,60 5 Mei 1,312,50 2,085,40 14,601,90 58,40 4,068,00 4,842,10 17,80 6 Juni 927,50 1,405,70 7,218,70 38,50 2,260,90 3,419,30 16,20 7 Juli 714,20 1,863,80 7,781,50 65,80 2,901,10 1,256,10 30,40 134,00 8 Agustus 458,40 1,267,90 8,217,10 58,00 2,956,90 5,432,30 56,00 813,60 9 September 416,70 1,371,70 7,239,90 26,60 2,518,40 3,751,40 148,30 23,30 32,50 10 Oktober 172,60 1,036,20 4,034,60 5,20 2,172,80 5,644,80 34,80 2,10 618,20 11 November 133,50 823,80 6,822,80 9,00 3,640,10 9,520,70 25,40 35,30 2,587,40 12 Desember 104,50 382,30 4,576,30 30,50 545,30 1,521,50 4,00 474,80 89,542,90 321,20 82,50 9,894,00 Total Perjenis 10,337,90 14,923,50 24,513,10 63,675,90 30,30 Mundo 901,10 7,80 10,00 5,233,50 87 Lampiran 3 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2008 (Lanjutan) Satuan: Kilogram (Kg) NO TOTAL JENIS IKAN Bulan Pali Pinjalu Putihan Sembilang PERBULAN Tengiri Sunu QT % 204.835,40 12,42 1 Januari 357,90 29,30 9,429,50 229,10 2 Februari 15,00 53,50 4,500,00 803,10 102,40 149.819,50 9,08 3 Maret 8,00 33,90 10,827,80 637,30 31,30 182.822,70 11,06 4 April 9,70 7,607,20 544,20 5,00 155.761,00 9,44 5 Mei 244,50 6,120,40 2,235,00 20,40 119.372,60 7,24 6 Juni 5,90 4,483,60 784,60 16,80 89.268,60 5,41 7 Juli 131,10 22,60 3,731,50 592,90 20,10 89.319,80 5,41 8 Agustus 16,90 421,50 3,946,00 506,10 40,50 97.851,90 5,93 9 September 13,80 108,30 9,536,90 1,538,80 39,80 125.274,30 7,59 10 Oktober 70,90 4,20 7,168,70 228,10 105,30 80.075,30 4,85 11 November 8,50 533,20 76,60 156.362,10 9,48 12 Desember 7,90 717,70 2,90 198.872,60 12,06 Total Perjenis 29,70 8,10 1,246,60 18,045,30 44,40 6,296,70 659,70 2,224,40 91,693,60 8,10 9,350,10 461,10 1.649.635,80 100 88 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009 Satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan Angke Angkoli 1 Januari 216,70 2 Februari 3 Cumi Sotong Ganja Guntur Gurita Ikan sebelah Jenaha 6,395,20 2,562,40 298,7 408,40 260,355,60 247,3 162,6 41,50 6,402,40 4,962,20 6,50 86,30 253,146,60 92,20 8,20 Maret 6,10 6,822,70 4,316,45 17,90 230,319,40 18,30 50,30 4 April 5,60 4,732,20 7,393,50 11,40 126,363,10 10,70 38,20 5 Mei 4,717,00 3,611,90 70,732,50 20,50 5,00 6 Juni 1,50 6,583,80 590,80 46,131,40 3,60 7 Juli 14,00 3,594,40 8 Agustus 3,50 2,406,60 43,80 90,386,70 5,80 2,40 9 September 3,670,20 282,80 37,681,90 24,50 16,50 10 Oktober 40,30 6,301,10 658,70 67,468,00 21,50 107,80 11 November 42,8 3,880,80 559,60 91,449,30 2,00 120,50 12 Desember 123,2 6,136,10 23,80 1,290,10 65,298,50 41,40 783,40 61,642,50 23,466,50 487,80 1,294,90 Total Perjenis 495,2 828,7 Betet 828,7 32,778,20 5,00 1,227,10 3,359,00 1,372,111,20 89 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009 (lanjutan) Satuan: Kilogram (Kg) JENIS IKAN NO Bulan 1 Januari 2 Februari 3 Maret 4 April 5 Mei 6 Juni 7 Juli 8 Agustus 9 September 10 Oktober 11 November 12 Desember Total Perjenis Kaci-kaci 849,00 77,40 29,30 26,90 4,00 44,80 871,30 1,925,60 Kakap merah 14,140,60 6,556,50 7,526,20 10,488,00 9,347,10 3,658,40 2,637,70 2,215,60 4,081,40 7,858,30 4,834,00 8,101,40 81,444,90 Katarap Kerapu 86,00 31,60 3,80 11,00 10,60 4,50 1,129,40 368,50 464,80 591,40 12,20 9,40 24,90 33,80 72,40 300,20 Merahan 4,548,60 323,40 28,90 27,10 38,00 174,00 0,60 215,20 53,10 34,70 52,10 21,00 95,30 271,10 1,183,80 627,90 1,386,40 1,371,10 3,871,50 5,269,10 11,608,80 Mujahir laut 33,50 4,80 Mundo 64,00 10,10 12,00 21,80 2,00 74,10 Pali 3,00 47,60 47,60 97,00 174,10 90 Lampiran 4 Rekap pembelian bahan baku PT. KML tahun 2009 (lanjutan) Satuan: Kilogram (Kg) TOTAL NO JENIS IKAN Bulan Pinjalu Putihan Tengiri Sunu 1 Januari 11,560,20 861,40 29,50 2 Februari 2,537,40 1,113,40 1,50 3 Maret 585,80 1,443,20 2,70 4 April 748,20 1,349,70 0,50 5 Mei 218,10 637,00 2,50 6 Juni 79,90 7 Juli 110,10 8 Agustus 9 September 10 Oktober 2,087,30 11 November 12 Desember Total Perjenis PERBULAN Ekor kuning Sampel 474,30 QT % 305.252,10 12,42 86,70 275.857,20 9,00 180,30 251.826,45 11,06 11,00 251,30 152.094,80 9,44 89.366,00 7,24 142,70 57.385,50 5,41 40,30 39.458,20 5,41 94,60 95.279,30 5,93 384,70 46.278,40 7,59 33,30 86.110,90 4,85 4,504,00 78,90 107.658,40 9,48 1,30 5,912,00 1,509,50 2,80 2,60 28,823,00 7,209,30 63,40 1,30 9,08 96.344,70 12,06 494,30 518,30 1.602.911,95 100 91 92 Lampiran 5 Gambar Peta Sulawesi Tenggara Keterangan: Koordinat: 3° 54' 30" - 4° 3' 11" LS dan 122° 23' - 122° 39' BT Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2009 93 Lampiran 6 Lay out pelabuhan perikanan samudera Kendari Keterangan: Posisi : 03°58′48" LS - 122°34'17" BT Sumber: Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2009 94 Lampiran 7 Kondisi Masing – masing Fasilitas PPS kendari sampai tahun 2008 I. Fasilitas Pokok No 1 2 3 4 5 Jenis Fasilitas Lahan Kolam pelabuhan Dermaga - (-6,0 m) - (-2,5 m) Jalan Kompleks Kavling Industri Tahun Volume/Luas Pembangunan 1986 – 2006 40,55 Ha 1990 12,5 Ha 1990 – 2006 130 × 10 m 260 × 10 m 1990 – 2006 29,945 m 1986 – 2008 - dimanfaatkan 11,81 Ha belum dimanfaatkan 12,07 Ha Keterangan baik baik baik baik baik sertifikat HGB) sertifikat HGB) (HPL, (HPL, II Fasilitas Fungsional No Jenis fasilitas 1 2 3 4 5 6 Gedung TPI Rambu navigasi Instalasi air Instalasi BBM Instalasi IPAL Instalasi listrik - genset - PLN Telekomunikasi - Telepon - Interkom - Radio SSB - Internet Sarana Bongkar Muat - Truck Crane - Forklift Bengkel Fuel sales Pos jaga (2 buah) MCK Tempat parker Ruang generator + Ruang operator Pagar keliling Gedung hangar 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Tahun Volume/Luas Pembangunan 1990 600 m2 1990 2 unit 1990 – 2006 700 KL 1990 2 × 500 KL 1990 – 2006 400 KL Keterangan baik baik baik baik baik 1990 1993 2 × 250 KVA 1.110 KVA baik baik 1999 & 2005 1991 – 1992 1991 – 2001 2001 – 2006 4 line 12 line 1 unit 5 unit baik baik baik baik 1991 rusak1994 1990 1990 1990 – 2000 1990 – 2007 1990 1997 2 unit 1 unit 150 m2 96 m2 54 m2 126 m2 1.741 m2 225 m2 baik baik baik baik baik baik baik 1990 – 1998 2006 – 2008 2.209 m 635 m2 baik baik 95 No 17 18 19 20 21 22 23 Jenis fasilitas Tempat penjemuran ikan Toko nelayan Kamera monitor Pompa klorin air bersih Water treatment 700 ton Gardu listrik Mess pengawasan Tahun Volume/Luas Pembangunan Keterangan 2005 200 m2 baik 2006 2007 90 m2 1 unit baik baik 2007 1 unit baik 1990 700 KL baik 1990 2006 2 72 m 1755 m2 baik baik III. Fasilitas Penunjang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jenis fasilitas Gedung administrasi Balai Pertemuan nelayan Penginapan nelayan Guest house Poliklinik Mushollah Gudang Rumah karyawan Shelter untuk peristirahatan nelayan Drainase Gedung lembaga keuangan Rumah dinas - tipe 70 - tipe 120 Talud dan reklamasi areal pengembangan Tahun Volume/Luas Pembangunan Keterangan 1990 1.326 m2 baik 1990 720 m2 baik 1990 672 m2 baik 1990 1997 1990 – 2006 2007 1990 – 2007 140 m2 90 m2 162 m2 200 m2 858 m2 baik baik baik baik baik 2007 150 m2 baik 1990 – 2007 7.059 m2 baik 2007 2 101 m baik 780 m2 1990 1990 2007 baik baik 275 × 50 m baik 96 IV. Jenis Layanan No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis fasilitas Tangki BBM - PPS - PLN Air bersih Es Cold storage Freezer Docking kapal SPBN Ice container Tahun Volume/Lua Pembangunan s 1990 1994 1990 1991 – 2006 1991 – 2007 1991 – 2007 1996 2007 2007 1.000 ton 3.000 ton 700 m3/hari 245 ton/hari 1.970 ton 84 ton/hari s/d 600 Gt 60 ton 8,9 ton/hari Keterangan PPS Kendari PLN PPS Kendari swasta swasta swasta swasta swasta swasta 97 Lampiran 8 Struktur Organisasi PPS kendari Kepala Pelabuhan Kabag. Tata Usaha Kasubag. Keuangan Kabid. Pengembangan Kepala Seksi Sarana Kasubag. Umum Kabid. Tata Operasional Kepala Seksi Kesyahbandaran Kepala Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha Kelompok Jabatan Fungsional Kepala Seksi Pemasaran 98 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML Proses penimbangan bahan baku proses pengolahan bahan baku 99 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML (lanjutan) Proses pengepakan bahan baku yang telah diolah Proses pengepakan bahan baku yang sudah membeku 100 Lampiran 9 Proses Penanganan dan Pengolahan Bahan baku di PT. KML (Lanjutan) Proses pengangkutan produk olahan ke dalam cold storage Bahan baku yang telah dikemas dan siap di distribusikan 101 Lampirn 10 Contoh Produk olahan dari PT. Kelola Mina Laut Produk gurita beku flower type Produk fillet beku skin on 102 Lampiran 11 Area Luar pengadaan PT. Kelola Mina Laut Lampiran 12 Struktur Organisasi PT. Kelola Mina Laut Direktur GM Development/ FSTL/QA Corporate Factory Manager Production & QA Manager QA Ass. Manager QC Inspector Sanitation Operator Procurement Manager Production & PPIC Ass. Manager Procurement Officer Accounting Officer Technical Manager Mechanical Supervisor Production Supervisor Packing & Cold Storage Supervisor Procurement Administration Stuffing Supervisor Production Administration Finance & Accounting Manager Cashier FG Inventory Officer Personal & General Affair Personal & GA Supervisor Electrical Supervisor Non RM Warehouse Officer 103