By: Linda Indriyana (201210200311100) Aulia Rochma.H. (201210200311103) Pengertian B3 Menurut PP No. 18 tahun 1999 yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, makhluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya. Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) Setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Tujuan Pengelolaan Limbah B3 untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali.Dari hal ini jelas bahwa setiap kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula. Pengendapan Netralisasi Secara Kimia Oksidasireduksi elektrolisis Pengolahan limbah B3 Secara Biologi Secara Fisika Menggunakan Mikroorganisme Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu: 1.Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi: Limbah B3 dari sumber spesifik; Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. 2. Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan: mudah meledak; pengoksidasi; sangat mudah sekali menyala; sangat mudah menyala; mudah menyala; amat sangat beracun; sangat beracun; beracun; berbahaya; korosif; bersifat iritasi; Berbahaya bagi lingkungan; karsinogenik; teratogenik; Persyaratan Lokasi Pengolahan Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus: •Daerah bebas banjir; •Jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter. Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus: •Daerah bebas banjir; •Jarak dengan jalan utama/tolal minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya; •Jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m; •Jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m; dan •Jarak dengan wilayah terlindungi (seperti: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m. Netralisasi Netralisasi diterapkan untuk limbah bersifat asam atau basa, khususnya pH kurang dari 5 atau lebih dari 9. Secara praktis dilakukan dengan menambahkan asam atau basa yang setara bagi limbah tersebut. Melalui netralisasi dapat diatasi sifat limbah korosif, irritan, serta kemungkinan proses lanjut seperti pengendapan atau pengolahan biokimiawi menggunakan mikroorganisme. Pengendapan Pengendapan dipilih bila dalam limbah cair terdapat konstituen kimia yang perlu dan dapat diubah menjadi bentuk senyawa tak larut dengan menambahkan bahan pengendap, misalnya kation-kation logam berat dapat diendapkan sebagai sulfida. Proses pengendapan umumnya sangat dipengaruhi pH, pada keadaan tertentu reagent pengendap yang berlebihan justru akan melarutkan kembali endapan karena terbentuk ion kompleks. Metode pengendapan kimia yang umum diterapkan adalah pengendapan logam sebagai hidroksida, karbonat, sulfida atau logam bebas menggunakan natrium borohidrida, sebagai contoh: 8 Cu+ + NaBH4O + H2O ® 8 Cu + NaBO2 8 H+ (1) Ion logam toksik, Cd2+ dapat direduksi dengan Zn menjadi Cd untuk kemudian dipisahkan dari larutan. Dalam hal ini keberadaan ion Zn2+ relatif tidak berbahaya dibandingkan kandungan Cd2+ semula. Komponen berbahaya dapat diturunkan konsentrasinya sampai batas minimal sesuai harga kelarutan senyawa endapan. Konstituen kimia berbahaya dalam bentuk senyawa tak larut (endapan) akan lebih kuat terikat oleh bahan solidifikasi sehingga memperkecil kecenderungan terlindih oleh air. Oksidasi-Reduksi Oksidasi dengan hidrogen peroksida ataupun ozon dapat menguraikan beragam senyawa organik (alkohol tak jenuh, fenol, aldehida) spesies anorganik (nitrit, sianida, sulfur dioksida), mengoksidasi kation multivalen serta mengendapkan bermacam kation sebagai oksida. Potensi bahaya bahan oksidator dihilangkan dengan mereduksi menggunakan reduktor (seperti ferokation, sulfurdioksida) sehingga resiko terjadinya reaksi reduksi-oksidasi (redoks) akibat pecahnya kemasan dan tercampurnya bahan oksidator dan bahan flameable yang dapat memicu timbulnya kebakaran dapat dihindari. Kromium VI yang toksik (dalam bentuk anion kromat dan dikromat) berkurang sifat toksiknya melalui reduksi dengan sulfurdioksida menjadi kromium III. Mangan VII dalam bentuk anion permanganat menjadi mangan IV melalui reduksi dengan kation ferro pada suasana netral atau sedikit basa[1]. Elektrolisis Elektrodeposisi kation Cd, Cu, Au, Ag, Pb, Ni dan Zn dari limbah cair media bekas elektroplating, air bilasan industri elektronik, operasi metal finishing,merupakan metode pengolahan LB3 sekaligus proses metal recovery. Proses elektrolisis terganggu dengan adanya sianida karena terbentuk metal-sianida komplek yang stabil dalam larutan. Pengolahan Limbah Secara Biologi Pengolahan LB3 secara biologi menggunakan mikroorganisme (bakteri,jamur) untuk menguraikan senyawa bahan beracun/berbahaya menjadi molekul sederhana yang aman. Pengolahan biologi merupakan proses mineralisasi sekaligus detoksifikasi, ada 2 macam proses biologi yaitu: aerobik dan anaerobik. Sebagai contoh konversi enzimatik paraoxon (insektisida organofosfat toksisitas tinggi) menjadi p-nitrofenol (toksisitas 1/200 lebih rendah). Faktor yang perlu diperhatikan adalah: mikroorganisme, biodegradabilitas,sifat fisika (kelarutan dalam air, tekanan uap), serta sifat kimia (struktur dan massa molekul, gugus fungsional), potensi sebagai biosidal, kondisi proses (temperatur, pH,pengadukan, laju suplai, konsentrasi oksigen). Senyawa tahan urai (recalcitrant) masih dapat diurai oleh mikroorganisme yang telah diadaptasi untuk biodegradasi. Contoh: senyawa dan mikroorganisme berturut-turut; endrin ® Arthrobacter, DDT ® Hydrogenomonas, fenilmerkuri asetat ® Pseudomonas, karet mentah ®Actinomycetes[1,2]. Pengolahan Secara Fisika Pengolahan LB3 secara fisika didasarkan pada sifat kimia fisika material limbah seperti: keadaan material, kelarutan dalam air dan dalam pelarut organik, densitas, volatilitas, titik didih, titik leleh. Proses pengolahan fisika meliputi: pemisahan fase, sedimentasi, filtrasi, pemisahan dengan membran (reverse osmosis, hiperfiltrasi, ultrafiltrasi), sorpsi (dengan karbon aktif atau resin), pengeringan, distilasi, evaporasi, ekstraksi, dan stripping.