“Pengolahan B3” kelompok 2 Nama Kelompok : 1. Cindy Ade Veronica (20117014) 2. Finda Ajeng L (20117027) 3. Gilang Rangga Maulana (20117031) 4. Jeany Irena Kurniawati (20117038) 5. Lia Listiana (20117040) Pengertian • Pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. • B3 adalah suatu bahan yang sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan dan dapat merusak lingkungan. Teknik pengolahan B3 1. Netralisasi (pengolahan secara kimia) Netralisasi dilakukan dengan mencampur limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat basa. Percampuran dilakukan dalam suatu bak equalisasi atau tangki netralisasi. Netralisasi dengan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan yang bersifat asam kuat atau basa kuat. 2.Pengendapan Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda kostik (NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. 3.Koagulasi dan Flokasi (pengolahan secara kimia) Koagulasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia koagulan ke dalam air limbah.Koagulan yang sering digunakan adalah tawas (Al2(SO4)3).18H20; FeC13; FeSO4.7H20; dan lain-lain. 4.Evaporasi (penyisihan komponen-komponen yang spesifik) Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. 5.Insinerasi Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Macam-macam limbah B3 1. Primary Sludge Limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan menguap. 2. Chemical Sludge Limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi. 3. Excess Activated Sludge Limbah yang berasal dari proses pengolahan lumpur aktif yang mengandung padatan organik berupa lumpur dari proses tersebut. 4. Digested Sludge Limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic atau anaerobic. Metode Pengolahan Limbah B3 1. Stabilitasi Dalam metode ini ada penambahan suatu zat yang dicampur dengan limbah untuk meminimalkan kecepatan migrasi (perpindahan) limbah agar mengurangi toksisitas dari limbah. Selain itu ada juga suatu proses yang dinamakan dengan solidifikasi. Solidifikasi adalah suatu proses yang menggunakan bahan adiktif berdasarkan sifat fasis alami dari limbah. Objektif stabilitasi dan solidifikasi untuk mereduksi toksitasi dan mobilitas sebaik perbaikan kriteria teknis dalam material stabilitasi. Adapun ada beberapa peran dari bahan adiktif tersebut dalam proses stabilitasi ini, diantaranya: a. Mampu memperbaiki cara penanganan dan karakteristik fisik pada limbah. b. Mampu mengurangi permukaan area yang dilalui, dimana dapat memindahkan serta mengurangi kontaminan yang terjadi. c. Membatasi kelarutan dari berbagai polutan yang ada pada limbah tersebut. Selain itu juga mampu mengurangi toksisitas dari kontaminan. 2. Metode Insinerasi (pembakaran) Metode ini dapat diterapkan pada limbah yang dapat dibakar. Namun pada saat pembakaran perlu dilakukan pengontrolan agar gas beracun yang ditimbulkan tidak terlalu berbahaya untuk kesehatan juga mencemari udara. 3. Metode Bioremediasi Metode ini harus menggunakan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendregadasi atau mengurai limbah B3. Persyaratan Lokasi Pengolahan B3 1. Merupakan darah yang bebas dari banjir. 2. Jarak antara lokasi pengolahan dengan fasilitas umum minimal 50 meter agar tidak mengganggu aktivitas orang lain. 3. Untuk jarak antara tempat pengolahan dengan permukiman, perdagangan, rumah sakit, pelayanan kesehatan lainnya serta sumber mata air atau sumur minimal memiliki jarak sekitar 300 meter, dengan tujuan agar tidak mencemari tempat-tempat tersebut. 4. Pada jarak paling dekat yaitu 300 meter dari daerah yang dilindungi seperti: cagar alam, hutan lindung atau yang lainnya, agar tidak terjadi suatu kebakaran atau hal yang tidak diinginkan lainnya.