MODUL PERKULIAHAN Etos Kerja Fakultas Program Studi Tatap Maya Tekhnik 1.Arsitek 2.Tekhnik Elektro 09 Kode MK Disusun Oleh 90002 H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Abstract Kompetensi Dalam perkuliahan inimahasiswa akan mempelajari bahwa islam sangat menghargai kerja keras dan sangat tidak menyukai orang yang malas,yaitu kerja tuntas,kerja ikhlas,bekerja dengan jujur,bekerja dengan menggunakan tekhnologi,bekerja sebagai bentuk pelayanan Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui perintah Allah agar umat islam bekerja keras dan tidak bermalas malasan,menguraikan etos kerja Islam dalam kehidupan sehari hari ETOS KERJA Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Kita membahas etos kerja, karena bagi umat Islam dan mahasiswa pada khususnya sangat diperlukan. Bagaimana umat Islam dapat berhasil dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Bekerja didunia, bagi umat Islam merupakan bekal di akhirat kelak. Hidup di surga dan di akhirat kelak merupakan tujuan dan impian kesuksesan setiap umat Islam. Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan didunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan dan mengharapkan ridho dari Allah SWT. Islam adalah akidah syariah dan amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rasul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa bekerja sebagaimana yang ditentukan Allah SWT. Terkait dengan hal ini, Rosul bersabda: “Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau menyakini di dalam hati, menyatakannya dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perubuatan”.( Al Hadis ) Jadi iman kepada Allah tidak hanya yakin didalam hati dan mengucap dalam perkataan, tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa kerja, usaha untuk mencari rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan siksa. Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah: “Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya kamu beruntung”( QS Al-Jumuah:10 ) Dari ayat tersebut, terrlihat jelas, bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia/rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat Islam dalam bekerja mendapatkan untung, atau keberhasilan. Allah dalam hal ini tidak mengharamkan manusia dalam bekerja untuk mencari rejeki yang banyak dan halal. Terkait dengan ini Allah berfirman: “ Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hambaNya dan siapakah pula yang mengharamkan rejeki yang baik ? “ katakanlah: “Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus untuk mereka bekerja di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui”. ( QS Al-Araf:32 ) 2015 2 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya. Dengan bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan manfaat dari masyarakat. Allah tidak mengharamkan perhiasan dan rejeki yang baik. Justru dengan perhiasan dan rejeki yang banyak dan baik itu, manusia dapat berbuat Ibadah dengan tenang karena sulit ibadah dengan tenang apabila perut laper, dan tidak ada pakaian untuk menutupi aurat dan suci dapat berbuat amal baik amal jariah, zakat, dan shodakoh bagi umat Islam yang tidak mampu. Islam membenci pengangguran, kemalasan dan kebodohan, karena hal tersebut merupakan penyakit yang lambat laun dapat memastikan kemampuan fisik dan berfikir manusia. Rosulullah bersabda : “Janganlah sekali-kali diantara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia Allah, sambil berkata, “ Ya Allah, limpahkan karunia kepada ku” padahal ia telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan dan emas perak “ ( HR Bukhari Muslim ) Hikmah dari sabda Rasul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Allah tidak menurunkan rejeki dari langit. Rejeki Allah harus dicari di seluruh muka bumi yang sangat banyak ini dengan bekerja. Emas dan perak harus dipertimbangkan di muka bumi, beras harus diperoleh dengan menanam padi, rumah harus dibuat dari bata, pasir, semen, kayu dan lain-lain serta memerlukan keahlian dalam bertukang, ilmu harus diperoleh dengan belajar. Dalam mencapai kesuksesan, Islam bukan hanya membenci orang yang malas dan menganggur, tetapi menghendaki umat Islam untuk bekerja, bahkan bekerja dengan keras. Islam tidak menghendaki umatnya menjadi peminta-peminta terhadap orang lain. Umat Islam harus mampu mandiri, mencukupi kebutuhan dengan usaha keras, sebagaimana sabda Rosul : “seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas penggungnya, hal itu lebih baik daripada kalu ia meminta-minta kepada seorang yang kadang-kadang diberi, kadang pula ditolak” ( HR Imam Bukhari dan Imam Muslim ) TUJUH ETOS KERJA MUSLIM Bagi umat Isla, Rosulullah SAW adalah tauladan yang utama, dan dalam masalah bekerja, Rosul tidak hanya memberi petunjuk dan nasihat. Tetapi juga mengamalkan apa 2015 3 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang dinasehatinnya dan membuktikannya dengan bekerja. Berikut ini adalah tauladan dan pandangan atau etos kerja yang dilakukan Rosulullah SAW yang juga patut kita lakukan pada pekerjaan kita saat ini. 1.Bekerja sampai tuntas Untuk dapat berhasil dalam bekerja, maka pekerjaan harus diselesaikan dengan baik atau tuntas. Pengertian bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan hasil yang sangat memuaskan, proses kerjanya juga baik, intput atau bahan baku yang digunaan dalam bekerja juga efisien, dan semua tersebut dapat dilakukan apabila semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik dengan dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan. Terkait dengan bekerja dengan tuntas Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang diantara kamu yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, dia rapikan pekerjaannya itu” Hadis Nabi diatas memperlihatkan bahwa umat Islam dalam bekerja harus rapi, dan hal tersebut sangat disenangi oleh Allah SWT. Ini harus ditanamkan kepada setiap umat Islam dan mahasiswa pada khususnya, yaitu bekerja rapi. Bekerja rapi menuntut profesionalitas yang tinggi. Kemampuan profesionalitas menuntut pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni standar di bidangnya terutama pemahaman tentang kedalaman dan seberapa luas bidang pekerjaan, seberapa rumit dan kompleksnya pekerjaan dan seberapa besar membutuhkan komitmen dan hubungan interpersonality antara sesame manusia. Bagaimana kita menerapkan etos bekerja tuntas ini bagi umat Islam dan mahasiswa pada khususnya ? Pertama, kita dapat melakukan dengan menjadi orang professional yaitu ahli bidangnya. Kita memilih menjadi profesi seperti akuntan, dokter, arsitek, insinyur, ahli hukum, ahli agama, dosen atau guru,politisi dan lain-lain. Kedua, kita komitmen dengan pekerjaan terhadap pekerjaan yang kita jalani, kita harus berjanji untuk menyelesaikan dengan baik dan waktu yang tepat, dan kita tidak pernah meninggalkan pekerjaan atau pindah pekerjaan sedangkan pekerjaan yang lama belum selesai. Oleh sebabg itu apabila ada keinginan untuk oindah kerja maka kita harus yakin seluruh pekerjaan telah diselesaikan dengan baik dengan mutu yang baik. Ketiga, kita membuat perencanaan dan evaluasi pekerjaan. Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan rapi, usahakan kita dapat datang lebih pagin dari jam yang telah ditentukan untuk mempersiapkanpekerjaan dan pulang lebih terlambat sedikit untuk melakukan evaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. 2015 4 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Bekerja dengan Ikhlas Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka panjang yaitu kehidupan sesudah mati, dan harapan masuk surge. Oleh sebab itu, ukuran keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan jabatan seperti orang sekuler tetapi juga memperhatikan cara bekerja dan mengunakan hasil kerja baik dan berupa kekayaan maupun jabatan dengan cara yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, tidak menghalalkan segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT. Bekerja dalam konteks islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam menggunakan strategi bekerja dengan mengkombinasikan antara potensi fisik, dan potensi akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan Allah: Terkait dengan etos kerja ikhlas, Nabi bersabda : “Usaha dan bekerja yang paling baik ialah usaha dan bekerja dengan ikhlas dan bersih “. Ikhlas adalah sikap untuk menerima dengan tulus hati. Bekerja adalah kewajiban dari Allah kepada kita, dan kita menerima kewajiban bekerja tersebut dengan ikhlas. Oleh karena itu, kita harus berlatih senantiasa bekerja dengan baik, kerja keras adalah ladang ibadah bagi kita, tetesan keringat kita saat bekerja merupakan bagian dari rejeki kita, dan lelah kita dari bekerja semoga menjadi sarana pengangguran dosa. Sehingga keuntungan dari bekerja yang diperoleh dapat merupakan rejeki dan nafkah bagi keluarga, dan merupakan jalan fisabilillah bagi kita yang bekerja dengan niat ikhlas. Dengan bekerja ikhlas, mari kita tunjukkan kemampuan optimal kita. Rejeki Allah ada bersama saat kita bekerja. Menjadi tugas kita untuk menjemput rejeki dengan cara yang benar, jujur, dan ikhlas dengan mensinergikan kemampuan fisik, otal dan hati yang benar. Jangan menunggu rejeko datang, tetapi mari kita jemput rejeki dengan berbekal diri yang sehat dan terampil secara jasmaniah, otak dan pikiran yang mempunyai pengetahuan yang cukup, serta hati yang ikhlas menerima kewajiban. Pekerjaan yang kita senangi biasanya dapat mendorong etos ikhlas, namun sulit bagi pekerjaan yang tidak kita senangi. Seringkali untuk pekerjaan yang tidak disenangi menimbulkan stress, bosan, dan akhirnya tidak produktif. Namun demikian, seringkali kita dapat memilih pekerjaan yang kita senangi, oleh sebab itum apa yang harus kita lakukan? Islam, dalam kondisi demikian, mengajak kita untuk mengukur pekerjaan bukan dari kita senang atau tidak, tetapi apakah Allah menyukai pekerjaan kita atau tidak. 3. Bekerja dengan Jujur 2015 5 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan tidak berbohong, lurus hati, tidak berkhianat dan dapat dipercayai dalam ucapkan maupun perbuatan. Mengapa Islam mementingkn kejujurang dalam bekerja ? karena pekerjaan tersebut adalah amanah bagi setiap orang, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkannya. Terkait dengan etos bekerja jujur, Rosulullah SAW bersabda: “kamu semua adalah gembala, dan kamu semua bertanggung jawab atas gembalamu. Seorang imam adalah pengembala dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang laik-lakipimpinan terhadap keluarganya dan dia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pimpinan dalam rumah suaminya dan dia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah menjaga harta majikannya, dan dia bertanggung jawab terhadap tugasnya. Seorang anak laki-laki adlah penjaga harta ayahnya dan dia bertanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh sebab itu, semua adalah pemimpin dan semua kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu pimpin “ ( Taisirul Wushuul, Juz 1, hlm 32 ) Dari hadis tadi sangat jelas bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan pasti akan dipertanggung jawabkan . seperti setiap uang yang kita keluarkan ada bukti kwitansinya sebagai pertanggung jawab kepada bagian keuangan. Dari hadis juga jelas, setiap orang bertanggungjawab atas pekerjaannya, seperti seorang pemimpin akan diminta tanggung jawab atas rakyat yang dipimpin. Kita ingat kisah Khalifah Umar Bin Khatab, yang menangis mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan, dan memberikan roti yang dia mau makan kepada rakyatnya tersebut. Kepala keluarga diminta pertanggung jawab untuk menjaga harta orang tuanya, dan seorang pembantu diminta pertanggung jawab atas harta yang dijaga. Karena setiap pekerjaan harus dipertanggung jawabkan, maka apabila pada dasarnya kita harus bekerja sebaik dan jujur mungkin. Allah selalu mengawasi kita, sehingga sebenarnya tidak ada celah kita untuk korupsi waktu dengan santai-santai atau membolos, korupsi, utang, menyelewangkan jabatan dengan kolusi dan nepotisme, serta berbagai bentuk kejahatan lainnya. 4. Bekerja menggunakan teknologi 2015 6 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bekerja menggunakan teknologi dapat diartikan dalam melakukan pekerjaan menggunakan benda/alat yang dikembangkan manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan khidupnya. Pada saat ini untuk dapat berhasil dalam bekerja, manusia dan Umat Islam sudah tidak terlepas dari teknologi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cepat dan mudah, murah dan hasilnya memuaskan. Banyak contoh teknologi yang membantu seperti teknologi komunikasi seperti handphone yang memudahkan dalam pengolahan dan penyimpanan data, alat transportasi seperti mobil, kereta api, dan pesawat yang memudahkan pergerakan manusia, dan banyak macam teknologi yang lainnya. Bagaimana Islam memandang factor teknologi dalam pekerjaan mencari nafkah ? Rosulullah SAW bersabda: “Rosulullah SAW mengambil dua dirham dan memberikan keseorang laki-laki Ansar, dan berkata “ suatu dirham untuk membeli makanan dan berikan kepada keluargamu, dan satu dirham untuk membeli kampak, kemudian bawalah kemari” Orang tersebut kemudian kepada Rasulullah SAW dengan membawa kampak, dan Rosulullah SAW bersabda :”pergilah mencari kayu kemudain juallah kayu itu dan kamu jangan menampakan dirimu hadapanku selama lima belas hari”. Dari hadis di atas terlihat bahwa Rosulullah SAW memberikan alat kerja, dan bukan uang, kepada sahabat Anshor untuk mendapatkan nafkah. Memang teknologi pada saat itu masih berupa kampak untuk menebang pohon, mungkin pada jaman sekarang seperti gergaji mesin dan lain-lain. Namun demikian, ada gambaran jelas bahwa untuk berhasil, Nabi menyuruh kita menggunakan alat kerja yang sesuai Pada saat ini, factor teknologi ini masih sangat memprihatinkan. Banyak kantor di Indonesia, dan tentunya sebagian besar pekerjaannya beragama Islam yang menggunakan computer. Namun demikian teknolgi hanya sekedar sebagai pengganti mesin ketik atau justru dipakai untuk permainan game. Kenapa hal ini terjadi, karena sebagai pemakai. Pada dasarnya teknologi computer ini cukup canggih untuk mengolah data, mencari dan menyebarkan informasi dan lain-lain. Sehingga teknologi banyak mubazir dan merupakan pemborosan. Ini adalah salah satu contoh bahwa kita kurang giat dalam menguasai teknologi. 5. Bekerja dengan Kelompok Bekerja dengan kelompok dapat diartikan bahwa melakukan kegiatan dlam rangka mncapao tujuan bersama-sama dengan orang lain atau beberapa orang lain. 2015 7 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengapa kita perlu bekerja kelompok? Kita mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Namun demikian satu sama lain dapat bekerjasama dalam rangka mencapai tujuannya. Pada saat ini sangat didasari bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan dan tingkah lakunya. Seseorang sangat tidak mungkin menguasai seluruh ilmu seperti akuntansi, manajemen, elektro, komunikasi, gizi dan lain-lain. Padahal dalam hidup, tidak hanya membutukan satu cabang ilmu. Pabrik makanan misalnya membutuhkan gizi untuk meramu makanan, orang teknik mesin mengolah makanan, orang akuntansi untuk mencatat pengeluaran, orang pemasaran untuk memasarkan produk atau orang manajemen untuk mengelola keseluruhan dan sumber daya manusianya. Sehingga dapat di simpulkan bahwa dalam kehidupan riel kita membutuhkan teman kelompok dalam bekerja untu berhasil. Terkait dengan kerjasama kelompok, Rosulullah SAW memberikan teladan sebagaimana diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy diriwayatkan : “Rosulullah SAW pergi bersamaku ke tempat yang telah kugali tanahnya dan aku menunjukkan bibit kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAW lah yang menanamkannya dengan tangannya sendiri sehingga selesai” Dari riwayatan tersebut terlihat bahwa ada kerjasama antara Salman dan Rosulullah. Salman bekerja membuat lubang tanah, dan Rosul menanamkan dengan tangannya sendiri hingga selesai. Inilah teladan tentang adanya kerjasama yang dicontohkan ooleh Rosul, dan sudah sepantasnya kita mengikutinya. Kerja kelompok atau team work dalam era modern dapat dikelompokkan dalam 2bagian yaitu kerjasama yang suka rela dan terpaksa. Kerjasama sukarela mencakup kerjasama antara orang yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan kerjasama terpaksa adlah ada kegiatan yang sama antar orang, namun mereka umumnya tidak mempunyai tujuan yang sama. Pada kenyataannya kerjasama yang terpaksa ini kurang berhasil. Kerjasama yang sukarela umumnya relative berhasil karena mempunyai semangat bersama, dan menimbulkan rasa cinta terhadap pekerjaan. 6. Bekerja keras Bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh semangat atau penuh motivasi. Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna, manusia diberikan tubuh yang sempurna lengkap dengan indranya serta kemampuan berfikir. Oleh sebab itu sudah selayaknya unat islam memacu diri untuk berbuat yang tebaik dalam hidupnya, yang bermanfaat didunia dan bermakna di akhirat nanti. 2015 8 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Banyak peristiwa khususnya di Indonesia dan umat Islam tentang betapa pentingnya untuk bekerja keras. Indonesia yang 95% adalah umat Islam, mempunyai penduduk 60%nya hanya berpendidikan SD, tingkat kemiskinan mencapai 36 juta orang, da nada 0,5 juta sarjana menganggur. Data semua itu mengharuskan kita bekerja keras, tidak boleh lembek dan mudah menyerah. Kita harus menjadi sarjana yang beraga Islam untuk dapat berperan serta dalam membangun. Semua orang Islam harus mempunyai motivasi untuk memaju, mengenyahkan kemiskinan, meningkatkan derajat pendidikan, serta kemampuan dalam pengusaan teknologi. Terkait dengan bekerja keras, firman Allah dan teladan Rosul : “apabila kamu telah selesai mengerjakan sesuatu urusan atau tugas, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya” ( QS Al-Insyirah :7 ) “Ketika kaum kafir Quraisy dan para sekutunya dari kabilah Arab dan Yahudi berkumpul untuk menyerbu madinah, maka Rosulullah SAW menyuruh umatnya untuk menggali parit. Beliau sendiri ikut serta memecahkan batu dengan memakai linggis dan menggali tanah sampai kelihatan perutnya yang putih, dan beliau pun menutupnya.” Dari surat Al-Insyirah ayat 7, memperlihatkan bahwa Allah menuruh kita bekerja keras, apabila suatu urusan selesai, maka kita harus melakukan urusan yang lain. Jadi kita melakukan banyak pekerjaan, dan tidak selesai suatu urusan kemudian istirahat. Rosul pun memberi teladan yang patut dicontoh, sebagai Rosul, beliau mau bekerja untuk memecahkan batu dengan linggis dan menggali tanah dalam rangka membuat parit. Ini adalah contoh luar biasa, seorang nabi, pemimpin umat, dann ditangannya ada kekuasaan yang besar, namun mau bekerja keras. Ini benar-benar contoh bagi kita semua, untuk tidak malu pekerjaan, apapun pekerjaan itu, asal pekerjaan itu baik dan halal. Bagaimana kita mulai untuk bekerja keras? Pertama, kita harus mencipatkan harapan, yaitu keinginan yang ingin kita capai, sehingga mendorong kita untuk terus berusaha dan tidak pantang menyerah. Kedua, mengenal Allah dengan mengenal Allah melalui ajaran-ajaanNya, maka kita merasa bahwa pertolongan Allah sangat besar. Sesulit apapun yang kita hadapi, kita tidak akan putus asa, karena Allah mampu berbuat apapun, dan Allah tidak mencoba di luar batas kemampuan hambanya. Ketiga, tawakal setelah kita mempunyai keinginan, kemudian bekerja keras untuk mencapainya, maka kemudian kita berdoa dan memperkokoh ibadah. Dengan ibadah semakin rajin, dan bekerja keras, maka akan mengundang pertolongan Allah lebih dekat. Keempat, berfikir positif. Terhadap apa hasil kerja,kita tidak boleh berputus asa, atau berfikir negative kepada Allah. Kita harus beprasangka baik kepada Allah, apapun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita. 7. Bekerja sebagai bentuk pelayanan 2015 9 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan kita harus bekerja sebagai bentuk usaha melayani kebutuhan orang lain. Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini dikenal dengan kepuasan konsumen ( Costumer Statisfaction ), sebenernya sudah lama dan banyak dicontohkan oleh nabi-nabi. Rosulullah SAW terkait dengan bekerja sebagai bentuk pelayanan menyampaikan sabdanya : “Rosulullah SAW bersabda: tidak ada seorang Nabi yang tidak mengembalakan kambing”. Ada yang bertanya : “ engkau juga, wahai Rosulullah?”. Beliau menjawab, “ Ya, aku juga “. Hadis diatas menunjukkan bahwa Rosul pengembala “pemimpin” dan seorang pemimpin melayani “ gembala “ atau rakyatnya. Kita dapat mengembakan hubungan bekerja antara pengembala dan kembala. Pengembala sehari-hari mengarahkan kambing ke padang rumput, kemudian ke tempat yang ada air, dan mengandangkan. Analog dengan kodisi demikian, maka seorang pemimpin pada dasarnya setiap orang adalah pemimpin,harus memberikan pelayanan kepada yang dipimpin. Seorang imam melayani umatnya, seorang kepala keluarga melayani angora keluarga, seorang pembantu melayani dan menjaga harta majikannya, dan seorang presiden melayani rakyatnya. Bentuk kerja sebagai pelayanan juga lebih utama dibandingkan orang yang hanya beribadah dan berdosa saja. Rosulullah SAW bersabda : “ada seseorang yang dipuji dalam majelis Rosulullah SAW, dikatakan , “apabila kami naik unta, dia selalu shalat sehingga kami naik lagi.”Rosulullah SAW bertanya : “ siapa yang memberikan makan untanya dan masak makanannya ”. para sahabat menjawab, “kami semua”. Rosulullah SAW berkata, “kamu semua lebih baik dari padanya”. Dari hadis diatas, ternyata orang yang dilayani ternyata tidak dipandang lebih baik dibandingkan dengan orang yang melayani, walaupun yang dilayani tersebut banyak berzikir dan beribadah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bekerja dalam rangka melayani tidaklah hina namun mulia. 2015 10 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Gymnastiar, A, 2005. Aku Bisa, MQ untuk Melejitkan potensi. Khas MQ Bandung 2. Ibrahim Hamid Al Qu’ayyid, 2005. 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas, Maghfiroh Pustaka, Jakarta 3. Tasmara T. 2002, Membudayakan Etos Keja Islam Gema Insani, Jakarta 4. Syarief Reza M, 2006, Life Excellent, Menuju Hidup Lebih Baik, Prestasi, Jakarta 5. Yahya, Harun, 2003. Melihat Kebaikan dalam segala Hal. Senayan Abadi Publishing, Jakarta 2015 11 Pendidikan Agama Islam H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id