Bagaimana kita menerapkan etos bekerja tuntas ini bagi umat Islam

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etos Kerja
Fakultas
Program Studi
Tatap Maya
Tekhnik
1.Arsitek
2.Tekhnik Elektro
09
Kode MK
Disusun Oleh
90002
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Abstract
Kompetensi
Dalam perkuliahan inimahasiswa akan
mempelajari bahwa islam sangat
menghargai kerja keras dan sangat
tidak menyukai orang yang malas,yaitu
kerja tuntas,kerja ikhlas,bekerja
dengan jujur,bekerja dengan
menggunakan tekhnologi,bekerja
sebagai bentuk pelayanan
Mahasiswa diharapkan mampu
mengetahui perintah Allah agar umat
islam bekerja keras dan tidak bermalas
malasan,menguraikan etos kerja Islam
dalam kehidupan sehari hari
ETOS KERJA
Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang
bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Kita membahas etos kerja, karena
bagi umat Islam dan mahasiswa pada khususnya sangat diperlukan. Bagaimana umat Islam
dapat berhasil dan sukses dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
Bekerja didunia, bagi umat Islam merupakan bekal di akhirat kelak. Hidup di surga
dan di akhirat kelak merupakan tujuan dan impian kesuksesan setiap umat Islam.
Kesuksesan di akhirat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan didunia melalui ibadah
dan amalan sebagaimana diajarkan dan mengharapkan ridho dari Allah SWT. Islam adalah
akidah syariah dan amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada
Allah dan Rasul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa bekerja
sebagaimana yang ditentukan Allah SWT. Terkait dengan hal ini, Rosul bersabda:
“Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau menyakini di dalam hati, menyatakannya
dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perubuatan”.( Al Hadis )
Jadi iman kepada Allah tidak hanya yakin didalam hati dan mengucap dalam
perkataan, tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak
menghendaki para pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa kerja,
usaha untuk mencari rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan
mendatangkan siksa.
Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah:
“Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya kamu beruntung”( QS Al-Jumuah:10 )
Dari ayat tersebut, terrlihat jelas, bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk
bekerja keras dalam mencari karunia/rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah
menghendaki supaya umat Islam dalam bekerja mendapatkan untung, atau keberhasilan.
Allah dalam hal ini tidak mengharamkan manusia dalam bekerja untuk mencari rejeki yang
banyak dan halal. Terkait dengan ini Allah berfirman:
“ Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk
hamba-hambaNya dan siapakah pula yang mengharamkan rejeki yang baik ? “ katakanlah:
“Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus
untuk mereka bekerja di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi
orang-orang yang mengetahui”. ( QS Al-Araf:32 )
2015
2
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Islam
memandang
bahwa
bekerja
adalah
bagian
dari
kewajiban
dalam
kehidupannya. Dengan bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan
manfaat dari masyarakat. Allah tidak mengharamkan perhiasan dan rejeki yang baik. Justru
dengan perhiasan dan rejeki yang banyak dan baik itu, manusia dapat berbuat Ibadah
dengan tenang karena sulit ibadah dengan tenang apabila perut laper, dan tidak ada
pakaian untuk menutupi aurat dan suci dapat berbuat amal baik amal jariah, zakat, dan
shodakoh bagi umat Islam yang tidak mampu.
Islam membenci pengangguran, kemalasan dan kebodohan, karena hal tersebut
merupakan penyakit yang lambat laun dapat memastikan kemampuan fisik dan berfikir
manusia. Rosulullah bersabda :
“Janganlah sekali-kali diantara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia Allah,
sambil berkata, “ Ya Allah, limpahkan karunia kepada ku” padahal ia telah mengetahui
bahwa langit tidak pernah menurunkan hujan dan emas perak “ ( HR Bukhari Muslim )
Hikmah dari sabda Rasul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki
dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Allah tidak menurunkan rejeki dari
langit. Rejeki Allah harus dicari di seluruh muka bumi yang sangat banyak ini dengan
bekerja. Emas dan perak harus dipertimbangkan di muka bumi, beras harus diperoleh
dengan menanam padi, rumah harus dibuat dari bata, pasir, semen, kayu dan lain-lain serta
memerlukan keahlian dalam bertukang, ilmu harus diperoleh dengan belajar.
Dalam mencapai kesuksesan, Islam bukan hanya membenci orang yang malas dan
menganggur, tetapi menghendaki umat Islam untuk bekerja, bahkan bekerja dengan keras.
Islam tidak menghendaki umatnya menjadi peminta-peminta terhadap orang lain. Umat
Islam harus mampu mandiri, mencukupi kebutuhan dengan usaha keras, sebagaimana
sabda Rosul :
“seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas penggungnya, hal itu
lebih baik daripada kalu ia meminta-minta kepada seorang yang kadang-kadang diberi,
kadang pula ditolak” ( HR Imam Bukhari dan Imam Muslim )
TUJUH ETOS KERJA MUSLIM
Bagi umat Isla, Rosulullah SAW adalah tauladan yang utama, dan dalam masalah
bekerja, Rosul tidak hanya memberi petunjuk dan nasihat. Tetapi juga mengamalkan apa
2015
3
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dinasehatinnya dan membuktikannya dengan bekerja. Berikut ini adalah tauladan dan
pandangan atau etos kerja yang dilakukan Rosulullah SAW yang juga patut kita lakukan
pada pekerjaan kita saat ini.
1.Bekerja sampai tuntas
Untuk dapat berhasil dalam bekerja, maka pekerjaan harus diselesaikan dengan baik
atau tuntas. Pengertian bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut
dapat diselesaikan dengan hasil yang sangat memuaskan, proses kerjanya juga baik, intput
atau bahan baku yang digunaan dalam bekerja juga efisien, dan semua tersebut dapat
dilakukan apabila semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan
dengan baik dengan dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap ikhlas dalam
melaksanakan pekerjaan. Terkait dengan bekerja dengan tuntas Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang diantara kamu yang apabila mengerjakan suatu
pekerjaan, dia rapikan pekerjaannya itu”
Hadis Nabi diatas memperlihatkan bahwa umat Islam dalam bekerja harus rapi, dan
hal tersebut sangat disenangi oleh Allah SWT. Ini harus ditanamkan kepada setiap umat
Islam dan mahasiswa pada khususnya, yaitu bekerja rapi. Bekerja rapi menuntut
profesionalitas yang tinggi. Kemampuan profesionalitas menuntut pengetahuan dan
keterampilan yang mumpuni standar di bidangnya terutama pemahaman tentang kedalaman
dan seberapa luas bidang pekerjaan, seberapa rumit dan kompleksnya pekerjaan dan
seberapa besar membutuhkan komitmen dan hubungan interpersonality antara sesame
manusia.
Bagaimana kita menerapkan etos bekerja tuntas ini bagi umat Islam dan mahasiswa
pada khususnya ? Pertama, kita dapat melakukan dengan menjadi orang professional yaitu
ahli bidangnya. Kita memilih menjadi profesi seperti akuntan, dokter, arsitek, insinyur, ahli
hukum, ahli agama, dosen atau guru,politisi dan lain-lain. Kedua, kita komitmen dengan
pekerjaan terhadap pekerjaan yang kita jalani, kita harus berjanji untuk menyelesaikan
dengan baik dan waktu yang tepat, dan kita tidak pernah meninggalkan pekerjaan atau
pindah pekerjaan sedangkan pekerjaan yang lama belum selesai. Oleh sebabg itu apabila
ada keinginan untuk oindah kerja maka kita harus yakin seluruh pekerjaan telah
diselesaikan dengan baik dengan mutu yang baik. Ketiga, kita membuat perencanaan dan
evaluasi pekerjaan. Untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan rapi, usahakan kita dapat
datang lebih pagin dari jam yang telah ditentukan untuk mempersiapkanpekerjaan dan
pulang lebih terlambat sedikit untuk melakukan evaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2015
4
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Bekerja dengan Ikhlas
Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka
panjang yaitu kehidupan sesudah mati, dan harapan masuk surge. Oleh sebab itu, ukuran
keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan jabatan seperti orang sekuler tetapi juga
memperhatikan cara bekerja dan mengunakan hasil kerja baik dan berupa kekayaan
maupun jabatan dengan cara yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, tidak
menghalalkan segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT.
Bekerja dalam konteks islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan cerdas
dan ikhlas. Pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam
menggunakan strategi bekerja dengan mengkombinasikan antara potensi fisik, dan potensi
akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan Allah: Terkait dengan etos
kerja ikhlas, Nabi bersabda :
“Usaha dan bekerja yang paling baik ialah usaha dan bekerja dengan ikhlas dan bersih “.
Ikhlas adalah sikap untuk menerima dengan tulus hati. Bekerja adalah kewajiban
dari Allah kepada kita, dan kita menerima kewajiban bekerja tersebut dengan ikhlas. Oleh
karena itu, kita harus berlatih senantiasa bekerja dengan baik, kerja keras adalah ladang
ibadah bagi kita, tetesan keringat kita saat bekerja merupakan bagian dari rejeki kita, dan
lelah kita dari bekerja semoga menjadi sarana pengangguran dosa. Sehingga keuntungan
dari bekerja yang diperoleh dapat merupakan rejeki dan nafkah bagi keluarga, dan
merupakan jalan fisabilillah bagi kita yang bekerja dengan niat ikhlas.
Dengan bekerja ikhlas, mari kita tunjukkan kemampuan optimal kita. Rejeki Allah ada
bersama saat kita bekerja. Menjadi tugas kita untuk menjemput rejeki dengan cara yang
benar, jujur, dan ikhlas dengan mensinergikan kemampuan fisik, otal dan hati yang benar.
Jangan menunggu rejeko datang, tetapi mari kita jemput rejeki dengan berbekal diri yang
sehat dan terampil secara jasmaniah, otak dan pikiran yang mempunyai pengetahuan yang
cukup, serta hati yang ikhlas menerima kewajiban.
Pekerjaan yang kita senangi biasanya dapat mendorong etos ikhlas, namun sulit
bagi pekerjaan yang tidak kita senangi. Seringkali untuk pekerjaan yang tidak disenangi
menimbulkan stress, bosan, dan akhirnya tidak produktif. Namun demikian, seringkali kita
dapat memilih pekerjaan yang kita senangi, oleh sebab itum apa yang harus kita lakukan?
Islam, dalam kondisi demikian, mengajak kita untuk mengukur pekerjaan bukan dari kita
senang atau tidak, tetapi apakah Allah menyukai pekerjaan kita atau tidak.
3. Bekerja dengan Jujur
2015
5
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan tidak
berbohong, lurus hati, tidak berkhianat dan dapat dipercayai dalam ucapkan maupun
perbuatan.
Mengapa Islam mementingkn kejujurang dalam bekerja ? karena pekerjaan tersebut
adalah amanah bagi setiap orang, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkannya.
Terkait dengan etos bekerja jujur, Rosulullah SAW bersabda:
“kamu semua adalah gembala, dan kamu semua bertanggung jawab atas gembalamu.
Seorang imam adalah pengembala dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang
dipimpinnya. Seorang laik-lakipimpinan terhadap keluarganya dan dia bertanggung jawab
terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pimpinan dalam rumah suaminya
dan dia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah
menjaga harta majikannya, dan dia bertanggung jawab terhadap tugasnya. Seorang anak
laki-laki adlah penjaga harta ayahnya dan dia bertanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh
sebab itu, semua adalah pemimpin dan semua kamu bertanggung jawab atas apa yang
kamu pimpin “ ( Taisirul Wushuul, Juz 1, hlm 32 )
Dari hadis tadi sangat jelas bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan pasti akan
dipertanggung jawabkan . seperti setiap uang yang kita keluarkan ada bukti kwitansinya
sebagai pertanggung jawab kepada bagian keuangan. Dari hadis juga jelas, setiap orang
bertanggungjawab atas pekerjaannya, seperti seorang pemimpin akan diminta tanggung
jawab atas rakyat yang dipimpin. Kita ingat kisah Khalifah Umar Bin Khatab, yang menangis
mengetahui ada rakyatnya yang kelaparan, dan memberikan roti yang dia mau makan
kepada rakyatnya tersebut. Kepala keluarga diminta pertanggung jawab untuk menjaga
harta orang tuanya, dan seorang pembantu diminta pertanggung jawab atas harta yang
dijaga.
Karena setiap pekerjaan harus dipertanggung jawabkan, maka apabila pada
dasarnya kita harus bekerja sebaik dan jujur mungkin. Allah selalu mengawasi kita,
sehingga sebenarnya tidak ada celah kita untuk korupsi waktu dengan santai-santai atau
membolos, korupsi, utang, menyelewangkan jabatan dengan kolusi dan nepotisme, serta
berbagai bentuk kejahatan lainnya.
4. Bekerja menggunakan teknologi
2015
6
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bekerja menggunakan teknologi dapat diartikan dalam melakukan pekerjaan
menggunakan benda/alat yang dikembangkan manusia untuk memenuhi segala macam
kebutuhan khidupnya.
Pada saat ini untuk dapat berhasil dalam bekerja, manusia dan Umat Islam sudah
tidak terlepas dari teknologi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cepat
dan mudah, murah dan hasilnya memuaskan. Banyak contoh teknologi yang membantu
seperti teknologi komunikasi seperti handphone yang memudahkan dalam pengolahan dan
penyimpanan data, alat transportasi seperti mobil, kereta api, dan pesawat yang
memudahkan pergerakan manusia, dan banyak macam teknologi yang lainnya.
Bagaimana Islam memandang factor teknologi dalam pekerjaan mencari nafkah ?
Rosulullah SAW bersabda:
“Rosulullah SAW mengambil dua dirham dan memberikan keseorang laki-laki Ansar, dan
berkata “ suatu dirham untuk membeli makanan dan berikan kepada keluargamu, dan satu
dirham untuk membeli kampak, kemudian bawalah kemari” Orang tersebut kemudian
kepada Rasulullah SAW dengan membawa kampak, dan Rosulullah SAW bersabda
:”pergilah mencari kayu kemudain juallah kayu itu dan kamu jangan menampakan dirimu
hadapanku selama lima belas hari”.
Dari hadis di atas terlihat bahwa Rosulullah SAW memberikan alat kerja, dan bukan
uang, kepada sahabat Anshor untuk mendapatkan nafkah. Memang teknologi pada saat itu
masih berupa kampak untuk menebang pohon, mungkin pada jaman sekarang seperti
gergaji mesin dan lain-lain. Namun demikian, ada gambaran jelas bahwa untuk berhasil,
Nabi menyuruh kita menggunakan alat kerja yang sesuai
Pada saat ini, factor teknologi ini masih sangat memprihatinkan. Banyak kantor di
Indonesia, dan tentunya sebagian besar pekerjaannya beragama Islam yang menggunakan
computer. Namun demikian teknolgi hanya sekedar sebagai pengganti mesin ketik atau
justru dipakai untuk permainan game. Kenapa hal ini terjadi, karena sebagai pemakai. Pada
dasarnya teknologi computer ini cukup canggih untuk mengolah data, mencari dan
menyebarkan informasi dan lain-lain. Sehingga teknologi banyak mubazir dan merupakan
pemborosan. Ini adalah salah satu contoh bahwa kita kurang giat dalam menguasai
teknologi.
5. Bekerja dengan Kelompok
Bekerja dengan kelompok dapat diartikan bahwa melakukan kegiatan dlam rangka
mncapao tujuan bersama-sama dengan orang lain atau beberapa orang lain.
2015
7
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mengapa kita perlu bekerja kelompok? Kita mengetahui bahwa Allah menciptakan
manusia berbeda-beda. Namun demikian satu sama lain dapat bekerjasama dalam rangka
mencapai tujuannya. Pada saat ini sangat didasari bahwa setiap manusia mempunyai
kemampuan dan tingkah lakunya. Seseorang sangat tidak mungkin menguasai seluruh ilmu
seperti akuntansi, manajemen, elektro, komunikasi, gizi dan lain-lain. Padahal dalam hidup,
tidak hanya membutukan satu cabang ilmu. Pabrik makanan misalnya membutuhkan gizi
untuk meramu makanan, orang teknik mesin mengolah makanan, orang akuntansi untuk
mencatat pengeluaran, orang pemasaran untuk memasarkan produk atau orang manajemen
untuk mengelola keseluruhan dan sumber daya manusianya. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa dalam kehidupan riel kita membutuhkan teman kelompok dalam bekerja untu
berhasil.
Terkait dengan kerjasama kelompok, Rosulullah SAW memberikan teladan
sebagaimana diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy diriwayatkan :
“Rosulullah SAW pergi bersamaku ke tempat yang telah kugali tanahnya dan aku
menunjukkan bibit kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAW lah yang menanamkannya
dengan tangannya sendiri sehingga selesai”
Dari riwayatan tersebut terlihat bahwa ada kerjasama antara Salman dan Rosulullah.
Salman bekerja membuat lubang tanah, dan Rosul menanamkan dengan tangannya sendiri
hingga selesai. Inilah teladan tentang adanya kerjasama yang dicontohkan ooleh Rosul, dan
sudah sepantasnya kita mengikutinya.
Kerja kelompok atau team work dalam era modern dapat dikelompokkan dalam
2bagian yaitu kerjasama yang suka rela dan terpaksa. Kerjasama sukarela mencakup
kerjasama antara orang yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan kerjasama
terpaksa adlah ada kegiatan yang sama antar orang, namun mereka umumnya tidak
mempunyai tujuan yang sama. Pada kenyataannya kerjasama yang terpaksa ini kurang
berhasil. Kerjasama yang sukarela umumnya relative berhasil karena mempunyai semangat
bersama, dan menimbulkan rasa cinta terhadap pekerjaan.
6. Bekerja keras
Bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh semangat atau penuh
motivasi. Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna, manusia diberikan tubuh yang
sempurna lengkap dengan indranya serta kemampuan berfikir. Oleh sebab itu sudah
selayaknya unat islam memacu diri untuk berbuat yang tebaik dalam hidupnya, yang
bermanfaat didunia dan bermakna di akhirat nanti.
2015
8
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Banyak peristiwa khususnya di Indonesia dan umat Islam tentang betapa pentingnya
untuk bekerja keras. Indonesia yang 95% adalah umat Islam, mempunyai penduduk
60%nya hanya berpendidikan SD, tingkat kemiskinan mencapai 36 juta orang, da nada 0,5
juta sarjana menganggur. Data semua itu mengharuskan kita bekerja keras, tidak boleh
lembek dan mudah menyerah. Kita harus menjadi sarjana yang beraga Islam untuk dapat
berperan serta dalam membangun. Semua orang Islam harus mempunyai motivasi untuk
memaju, mengenyahkan kemiskinan, meningkatkan derajat pendidikan, serta kemampuan
dalam pengusaan teknologi. Terkait dengan bekerja keras, firman Allah dan teladan Rosul :
“apabila kamu telah selesai mengerjakan sesuatu urusan atau tugas, maka kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya” ( QS Al-Insyirah :7 )
“Ketika kaum kafir Quraisy dan para sekutunya dari kabilah Arab dan Yahudi berkumpul
untuk menyerbu madinah, maka Rosulullah SAW menyuruh umatnya untuk menggali parit.
Beliau sendiri ikut serta memecahkan batu dengan memakai linggis dan menggali tanah
sampai kelihatan perutnya yang putih, dan beliau pun menutupnya.”
Dari surat Al-Insyirah ayat 7, memperlihatkan bahwa Allah menuruh kita bekerja
keras, apabila suatu urusan selesai, maka kita harus melakukan urusan yang lain. Jadi kita
melakukan banyak pekerjaan, dan tidak selesai suatu urusan kemudian istirahat. Rosul pun
memberi teladan yang patut dicontoh, sebagai Rosul, beliau mau bekerja untuk
memecahkan batu dengan linggis dan menggali tanah dalam rangka membuat parit. Ini
adalah contoh luar biasa, seorang nabi, pemimpin umat, dann ditangannya ada kekuasaan
yang besar, namun mau bekerja keras. Ini benar-benar contoh bagi kita semua, untuk tidak
malu pekerjaan, apapun pekerjaan itu, asal pekerjaan itu baik dan halal.
Bagaimana kita mulai untuk bekerja keras? Pertama, kita harus mencipatkan
harapan, yaitu keinginan yang ingin kita capai, sehingga mendorong kita untuk terus
berusaha dan tidak pantang menyerah. Kedua, mengenal Allah dengan mengenal Allah
melalui ajaran-ajaanNya, maka kita merasa bahwa pertolongan Allah sangat besar. Sesulit
apapun yang kita hadapi, kita tidak akan putus asa, karena Allah mampu berbuat apapun,
dan Allah tidak mencoba di luar batas kemampuan hambanya. Ketiga, tawakal setelah kita
mempunyai keinginan, kemudian bekerja keras untuk mencapainya, maka kemudian kita
berdoa dan memperkokoh ibadah. Dengan ibadah semakin rajin, dan bekerja keras, maka
akan mengundang pertolongan Allah lebih dekat. Keempat, berfikir positif. Terhadap apa
hasil kerja,kita tidak boleh berputus asa, atau berfikir negative kepada Allah. Kita harus
beprasangka baik kepada Allah, apapun yang terjadi adalah yang terbaik bagi kita.
7. Bekerja sebagai bentuk pelayanan
2015
9
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan kita harus bekerja sebagai bentuk
usaha melayani kebutuhan orang lain.
Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini dikenal dengan kepuasan
konsumen ( Costumer Statisfaction ), sebenernya sudah lama dan banyak dicontohkan oleh
nabi-nabi.
Rosulullah
SAW
terkait
dengan
bekerja
sebagai
bentuk
pelayanan
menyampaikan sabdanya :
“Rosulullah SAW bersabda: tidak ada seorang Nabi yang tidak mengembalakan kambing”.
Ada yang bertanya : “ engkau juga, wahai Rosulullah?”. Beliau menjawab, “ Ya, aku juga “.
Hadis diatas menunjukkan bahwa Rosul pengembala “pemimpin” dan seorang
pemimpin melayani “ gembala “ atau rakyatnya. Kita dapat mengembakan hubungan bekerja
antara pengembala dan kembala. Pengembala sehari-hari mengarahkan kambing ke
padang rumput, kemudian ke tempat yang ada air, dan mengandangkan. Analog dengan
kodisi
demikian,
maka
seorang
pemimpin
pada
dasarnya
setiap
orang
adalah
pemimpin,harus memberikan pelayanan kepada yang dipimpin. Seorang imam melayani
umatnya, seorang kepala keluarga melayani angora keluarga, seorang pembantu melayani
dan menjaga harta majikannya, dan seorang presiden melayani rakyatnya.
Bentuk kerja sebagai pelayanan juga lebih utama dibandingkan orang yang hanya
beribadah dan berdosa saja. Rosulullah SAW bersabda :
“ada seseorang yang dipuji dalam majelis Rosulullah SAW, dikatakan , “apabila kami naik
unta, dia selalu shalat sehingga kami naik lagi.”Rosulullah SAW bertanya : “ siapa yang
memberikan makan untanya dan masak makanannya ”. para sahabat menjawab, “kami
semua”. Rosulullah SAW berkata, “kamu semua lebih baik dari padanya”.
Dari hadis diatas, ternyata orang yang dilayani ternyata tidak dipandang lebih baik
dibandingkan dengan orang yang melayani, walaupun yang dilayani tersebut banyak berzikir
dan beribadah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bekerja dalam rangka melayani tidaklah
hina namun mulia.
2015
10
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Gymnastiar, A, 2005. Aku Bisa, MQ untuk Melejitkan potensi. Khas MQ Bandung
2. Ibrahim Hamid Al Qu’ayyid, 2005. 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas, Maghfiroh
Pustaka, Jakarta
3. Tasmara T. 2002, Membudayakan Etos Keja Islam Gema Insani, Jakarta
4. Syarief Reza M, 2006, Life Excellent, Menuju Hidup Lebih Baik, Prestasi, Jakarta
5. Yahya, Harun, 2003. Melihat Kebaikan dalam segala Hal. Senayan Abadi Publishing, Jakarta
2015
11
Pendidikan Agama Islam
H.Ahmad Khamid S.Ag M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download