MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETOS KERJA ISLAM Fakultas Program Studi Ekonomi Penerbit FE Manajemen Abstract Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh MK90002 Dr. Saepudin S.Ag M.Si Kompetensi Pada akhir pertemuan ini Islam sangat menghargai kerja keras dan sangat tidak menyukai mahasiswa diharapkan mampu. 1. Mengetahui pengertian perintah orang yang malas. Umat Islam harus mempunyai etos kerja. Pada Tuhan agar umat Islam bekerja bagian ini dibahas 7 etos kerja keras dan tidak boleh bermalasIslam yairu: kerja sampai tuntas, bekerja dengan ikhlas, bekerja malasan. dengan jujur, bekerja dengan 2. Menyebutkan 7 etos kerja Islam. menggunakan teknologi, bekerja dengan berkelompok, bekerja 3. Menguraikan etos kerja Islam dengan keras dan bekerja sebagai dalarn kehidupan sehari-hari bentuk pelayanan. Pada bagian akhir Anda diminta membuat tugas kreativitas. Standarisasi Modul A. Pengertian Etos Kerja Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Bekerja di dunia, bagi umat Islam merupakan bekal di akhirat kelak hidup dl surga di akhirat kelak merupakan tujuan dan impian kesuksesan setiap umat Islam. Kesuksesan di akherat tersebut juga tidak terlepas dari kesuksesan di dunia melalui ibadah dan amalan sebagaimana diajarkan dan mengharapkan ridho dari Allah SWT. Islam adalah akidah, syariah dan amal. Jadi umat Islam tidak cukup hanya melakukan ibadah kepada Allah dan Rosul saja, tetapi juga dituntut untuk melakukan amal perbuatan berupa Bekerja sebagimana yang ditentukan Allah SWT. Terkait dengan hal ini, Rosul bersabda: "Yang dinamakan iman itu ialah apabila kau menyakini di ddlam hati, menyatakannya dengan lidah, dan melaksanakannya dengan perbuatan" (Alhadits). Iman kepada Allah tidak hanya yakin di dalam hati dan mengucap dalam perkataan, tetapi juga melaksanakan dalam perbuatan atau pekerjaan. Islam tidak menghendaki para pemeluknya menjadi orang yang malas dan memandang bahwa bekerja, usaha untuk mencari rejeki dan mencari kemakmuran merupakan perbuatan jelek dan mendatangkan siksa. Islam mendidik pengikutnya agar cinta bekerja sebagaimana firman Allah: "Apabila telah ditunaikan sholat, maka beterbaranlah kamu di muka burni, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyak supaya katttu beruntung" (QS AlJumuah:10). 2016 2 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari ayat tersebut, terlihat jelas, bahwa Allah menghendaki umat Islam untuk bekerja keras dalam mencari karunia/rejeki dari Allah. Dan dalam ayat ini, Allah menghendaki supaya umat Islam dalam, mendapatkan untung, atau keberhasilan. Allah dalam hal ini tidak mengharamkan manusia dalam bekerja untuk mencari rejeki yang banyak dan halal. Terkait dengan ini, Allah berfirman: Katakanlah : "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkanNya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pulakah yang mengharamkan rejeki yang baik?" Katakanlah : "Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus untuk mereka bekerja di hari kiamat. Demikianlah menjelaskan ayat-ayat ini bagi orang-orang yang mengetahui". (QS Al-Araf: 32) Islam memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya. Dengan bekerja manusia dapat mengambil masyarakat. Allah tidak , manfaat dari kehidupan dan manfaat dari mengharamkan perhiasan dan rejeki yang baik. Justru dengan perhiasan dan rejeki yang banyak dan baik itu, manusia dapat berbuat ibadah dengan tenang (karena sulit ibadah dengan tenang apabila perut lapar, dan tidak ada pakaian untuk menutupi aurat dan suci) dapat berbuat amal baik amal jariah, zakat, dan shadakoh bagi umat Islam yang tidak mampu. Islam membenci pengangguran, kemalasan dan kebodohon, karena hal tersebut merupakan penyakit yang lambat laun dapat mematikan kemampuan fisik dan berpikir manusia. Rosullah bersabda: "Janganlah sckali-kali di antara kalian ada yang duduk-duduk dengan mencari karunia Allah, sambil berdoa, "Ya Allah, limpahkanlah karunia kepadaku", padalial ia telah mengetahui bahwa langit tidak pernah menurunkan kujan emas dan perak" (HR Bukliari Muslim). Hikmah dari sabda Rosul tersebut, bahwa untuk mencapai atau mendapatkan rejeki dari Allah tidak cukup hanya duduk-duduk dan berdoa. Allah tidak menurunkan rejeki dari langit. Rejeki Allah harus dicari di seluruh muka bumi yang sangat banyak ini dengan 2016 3 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bekerja. Emas dan perak harus ditambang dari muka bumi, beras harus diperoleh dengan menanam padi, rumah harus dibuat dari bata, pasir, semen, kayu dan lain-lain serta memerlukan keahlian dalam bertukang, ilmu harus diperoleh dengan belajar. Dalam mencapai kesuksesan, Islam bukan hanya membenci orang yang malas dan menganggur, tetapi menghendaki umat Islam untuk bekerja, bahkan bekerja dengan keras. Islam tidak menghendaki umatnya menjadi peminta-minta terhadap orang lain. Umat Islam harus mampu mandiri, mencukupi kebutuhan dengan usaha keras, sebagaiman sabda Rosul: "Seandainya seseorang mencari kayu bakar dan dipikulkan di atas penggunguya, hal itu lebih baik daripada kalau in meminta-minta kepada seorang yang kadang-kndang diberi, kadang pnla ditolak" (HR Imambukhari dan Imam Muslim). Untuk mendorong kesuksesan umat Islam baik di dunia maupun akherat, Rosul juga.mendorong umat Islam untuk bekerja, dan bahkan a menggolongkan orang yang bekerja secara giat dan tangkas dalam kategori fisabilillah. Fisabilillah ini adalah orang yang berperang dalam jalan Allah, dan orang-orang yang berperang dalam jalan Allah adalah orang yang termasuk dalam surga. Dengan demikian, apabila kita bekerja dengan giat dan tangkas atau dengan kata lain kita mempunyai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap yang baik (attitude), dengan niat yang baik dan keuntungan dari bekerja diperuntukkan kepada hal yang baik seperti untuk menghidupi anak-anak, menghidupi orang tua, dan keperluan sendiri, serta beramal kepada orang lain dengan ikhlas, maka orang yang bekerja demikian dapat dikategorikan sebagai fisabilillah dan Tuhan memberikan imbalan berupa surga di akherat kelak. Terkait hal ini, Rosullah bersabda: "ada seseorang yang berjalan menemui tempat Rosullah SAW, orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lain berkata, "Ya Rosullah, Andaikata bekerja keras semacam orang itu dapat digolongkan fisabillah, alangkah baiknya".'Rosnl bersabda, "Kalau dia bekerja itu hendak menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fisabilillah, kalau ia bekerja untuk meinbela kedua orang tuanya yang sudah lanjut, itu adalah fisabilillah, kalau itu bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak rnemintamiuta, itu adalali fisabilillah" (HR At-Tiibrani). B. Tujuh Etos Kerja Islam Bagi umat Islam, Rosulullah SAW adalah tauladan yang utama, dan dalam masalah bekerja, Rosulullah tidak harvya memberi petunjuk dan nasehat, tetapi juga mengamalkan apa yang dinasehatkannya dan membuktikannya dengan bekerja. Berikut ini adalah tauladan 2016 4 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan pandangan atau etos kerja yang dilakukan Rosulullah SAW yang juga patut kita lakukan pada pekerjaan kita saat ini. 1. Bekerja Sampai Tuntas Untuk dapat berhasil dalarn. bekerja, maka pekerjan harus diselesaikan dengan baik atau tuntas. Pengertian bekerja dengan tuntas dapat diartikan bahwa pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan hasil yang sangat memuaskan, proses kerjanya juga baik, input atau bahan baku yang digunakan dalam bekerja juga efisien, dan semua dapat dilakukan apabila semua proses pekerjaan direncanakan dengan baik, dan dilaksanakan dengan baik dengan dukungan pengetahuan, keterampilan dan sikap ikhlas dalam melaksanakan pekerjaan. Terkait dengan bekerja dengan tuntas, Rosulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah mencintai seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan suaiu pekerjaan, dia rapikan pekerjannya itu" Hadis Nabi di atas memperlihatkan bahwa umat Islam dalam bekerja harus rapi, dan hal tersebut sangat disenangi oleh Allah SWT. Ini harus ditanamkan kepada setiap umat Islam dan mahasiswa pada khususnya, yaitu bekerja rapi. Bekerja rapi menuntut profesionalitas yang tinggi. Kemampuan profesionalitas menuntut pengetahuan dan keterampilan yang mumpuni atau standar di bidangnya terutama pemahaman tentang kedalaman dan seberapa luas bidang pekerjaan, seberapa rumit dan kompleksnya pekerjaan dan seberapa besar membutuhkan komitmen dan hubungan interpersonality antara sesama manusia. Pekerjaan yang rapi di samping menuntut pengetahuan dan keterampilan yang profesional juga menuntut kemampuan manajemen yang baik. Pekerjaan yang rapi paling tidak membutuhkan: perencanaan pekerjaan yang baik, menentukan orang-orang yang akan melaksanakan pekerjaan dengan memperhatikan kompetensi dan komitmen, menentukan metode atau cara untuk menyelesaikan pekerjaan, menentukan bahan baku yang akan dipakai baik jumlah maupun kualitas, menentukan alat atau teknologi yang akan digunakan, menentukan anggaran atau biaya serta menentukan faktor lingkungan yang sesuai dengan pekerjaan. 2: Bekerja Dengan Ikhlas Islam memaknai tujuan bekerja tidak hanya duniawi tetapi juga dimensi jangka panjang yaitu kehidupan sesudah mati, dan harapan masuk surga. Oleh sebab itu, ukuran 2016 5 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id keberhasilan pekerjaan, tidak hanya kekayaan dan jabatan seperti orang sekuler, tetapi juga memperhatikan cara bekerja dan menggunakan hasil kerja baik berupa kekayaan maupun jabatan dengan cara yang baik dan benar, tidak merugikan orang lain, tidak menghalalkan segala cara dan mengikuti aturan dan mencari ridho Allah SWT. Bekerja dalam konteks Islam harus dimaknai sebagai bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan rapi tuntas apabila dalam bekerja menggunakan strategi bekerja dengan mengkombinasikan antara potensi fisik, dan potensi akal atau hati yang ikhlas sebagai upaya meraih pertolongan Allah. Terkait dengan etos kerja ikhlas, Nabi bersabda, "Usaha dan bekerja yang paling baik ialah usaha dan bekerja dengan ikhlas dan bersih" Ikhlas adalah sikap untuk menerima dengan tulus hati. Bekerja adalah. kewajiban dari Allah kepada kita, dan kita menerima kewajiban bekerja tersebut dengan ikhlas. Oleh karena itu, kita harus mulai berlatih senantiasa bekerja dengan baik, kerja keras adalah ladang ibadah bagi kita, tetesan keringat kita saat bekerja merupakan bagian dari rejeki kita, dan lelah kita dari bekerja semoga menjadi sarana penggugur dosa. Sehingga keuntungan dari bekerja yang diperoleh dapat merupakan rejeki dan nafkah bagi keluarga, dan merupakan jalan fisabillilah bagi kita yang bekerja dengan niat ikhlas. 3. Bekerja Dengan Jujur Bekerja dengan jujur dapat diartikan bekerja untuk mencapai tujuan dengan tidak berbohong, lurus hati, tidak berkhianat dan dapat dipercaya dalam ucapakan maupun perbuatan. Pekerjaan adalah amanah bagi setiap orang, dan setiap orang harus mempertanggungjawabkannya. Terkait dengan etos bekerja jujur, Rosullullah SAW bersabda: "Kamu semua adalah gembala, dan kamu semua bertanggungjawab atas gembalamu. Seorang imam adalah pengembala dan dia bertanggungjaivab terhadap apa yang dipimpinny, Seorang laki-laki pemimpin terlmdap keluarganya dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya dan dia bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang pembantu adalah penjaga harta majikannya, dan dia bertanggungjawab terhadap tugasnya. Seorang anak laki-laki adalah penjaga harta ayahnya dan dia bertanggungjawab terliadap tugasnya, Oleh sebab itu, semua adalah pemimpin dan semua kamu bertanggungjawab atas yang kamu pimpin" (Taisirul Wushmd, Juz I, hlm 32). Dari hadis tadi sangat jelas, bahwa semua pekerjaan yang kita lakukan pasti akan dipertanggungjawabkan. Seperti setiap uang yang kita keluarkan ada bukti kwitansinya 2016 6 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai pertanggungjawaban kepada bagian keuangan. Dari hadis juga jelas, setiap orang bertanggungjawab atas pekerjannya, 4. Bekerja Menggunakan Teknologi Bekerja menggunakan teknologi dapat diartikan dalam melakukan pekerjaan menggunakan benda/alat yang dikembangkan manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Pada saat ini untuk dapat berhasil dalarn bekerja, manusia dan Umat Islam sudah tidak terlepas dari teknologi. Teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dengan cepat dan mudah, murah dan hasilnya memuaskan. Banyak contoh teknologi yang membantu kita seperti teknologi komunikasi seperti handphone yang memudahkan komunikasi. keseluruh penjuru dunia, komputer yang memudahkan dalam pengolahan dan penyimpanan data, alat transportasi seperti mobil, kereta api, dan pesawat yang memudahkan pergerakan manusia, dan banyak macam teknologi yang lainnya. Bagaimana Islam memandang faktor teknologi dalam pekerjaan mencari nafkah? Rosulullah SAW bersabda: "Rosullah SAW mengambil dua dirham dan memberikan ke seorang laki-laki Anshar, dan berkata:"Satu dirham untuk membeli makanan dan behkan kepada keluargamu( dan satu dirkam untuk membeli kampak, kemudian bawalah kemari". Orang tersebut kemudian kembali kepada Rosululah SAW dengan membawa kampak, dan Rosulullah SAW bersabda: "pergilah mencari kayu, kemudian juallah kayu itu dan kamu jangan menampakkan dirimu di hadapanku selama lima belas hari" . Dari hadis di atas terlihat bahwa Rosulullah SAW memberikan alat kerja, dan bukan uang, kepada sahabat Anshor untuk mendapatkan nafkak Memang teknologi pada saat itu masih berupa kampak untuk menebang pohon, mungkin pada jaman sekarang seperti gergaji mesin dan lan-lain. Namun demikian, ada gambaran jelas, bahwa untuk berhasil, Nabi menyuruh kita menggunakan alat kerja yang sesuai. 5. Bekerja Dengan Kelompok 2016 7 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bekerja dengan kelompok dapat diartikan bahwa melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan bersama-sama dengan orang lain atau beberapa orang lain. Allah menciptakan manusia berbeda-beda. Namun demikian satu sama lain dapat bekerjasama dalam rangka mencapai tujuannya. Pada saat ini sangat disadari bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan yang terbatas baik dalam pengetahuan, keterampilan dan tingkah lakunya. Seseorang sangat tidak mungkin menguasai seluruh ilmu seperti akuntansi, manajemen, elektro, komunikasi, gizi dan lain-lain. Padahal dalam hidup, tidak hanya dibutuhkan satu cabang ilmu. Pabrik makanan misalnya membutuhkan ahli gizi untuk meramu makanan, orang teknik mesin untuk mengolah makanan, orang akuntansi untuk mencatat pengeluaran, orang pemasaran untuk memasarkan produk dan orang manajemen untuk mengelola keseluruhan dan sumberdaya manusianya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dalam kehidupan riel kita membutuhkan teman dalam kelompok kerja untuk berhasil. Terkait dengan kerjasama kelompok, Rosullah SAW memberikan teladan sebagaimana diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy: "Diriwayatkan oleh Salman Al-Farisy: "Rosulullah SAW pergi bersamaku ke tempat yang telah kugali tanahnya dan aku menunjukkan bibit kepada Rosulullah SAW dan Rosulullah SAWlah yang menanamkannya dengan tangannya sendiri sehingga selesai" Dari riwayat tersebut terlihat bahwa ada kerjasama antara Salman dan Rosullah. Salman bekerja membuat lubang tanah, dan Rosul menanam dengan tangannya sendiri hingga selesai. Inilah teladan tentang adanya kerjasama yang dicontohkan oleh Rosul, dan sudah sepantasnya kita mengikutinya. Kerja keJompok atau team work dalam era moderen dapat dikelompokkan dalam 2 bagian yaitu kerjasama yang sukarela dan terpaksa. Kerjasama sukarela mencakup kerjasama antar orang yang mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan kerjasama terpaksa adalah ada kegiatan yang sama antar orang, namun mereka umumnya tidak mempunyai tujuan yang sama. Pada kenyataannya kerjasama yang terpaksa ini kiurang berhasil. Kerjasama yang sukarela umumnya relative berhasil karena mempunyai semangat bersama, dan menimbulkan rasa cinta terhadap pekerjaan. 6. Bekerja Keras Bekerja keras dapat diartikan sebagai bekerja dengan penuh semangat atau penuh motivasi. Manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna, manusia diberikan tubuh yang sempurna lengkap dengan indranya serta kemampuan berpikir. Oleh sebab itu sudah 2016 8 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id selayaknya umat Islam memacu diri untuk berbuat yang terbaik dalam hidupnya, yang bermanfaat di dunia dan bermakna di akherat nanti. Banyak peristiwa khususnya di Indonesia dan umat Islam tentang betapa pentingnya untuk bekerja keras. Indonesia yang 95% adalah umat Islam, mempunyai penduduk 60%nya hanya berpendidikan SD, tingkat kemiskinan mencapai 36 juta orang, dan ada 0,5 juta sarjana menganggur. Data semua ini mengharuskan kita bekerja keras, tidak boleh lembek dan mudah menyerah, Kita haras menjadi sarjana yang beragama Islam untuk dapat berperan serta dalam pembangunan. Semua orang Islam haras mempunyai motivasi untuk maju, mengenyahkan kemiskinan, meningkatkan derajat pendidikan, serta kemampuan dalam penguasaan teknologi. Terkait dengan bekerja keras, berikut firman Allah dan teladan Rosul: "Apabila kamu telah selesai mengerjakan sesuatu urusan atau tugas, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lainnya" (QS Al-Insyirah:7 ), "Ketika kaum kafir Quraisy dan para sekutunya dari kabikh Arab dan Yahudi berkumpul untuk menyerbu Madinah, maka Rosullulah SAW menyuruh umatnya untuk menggali parit. Beliau sendiri ikut serta memecahkan batu dengan ntemakai linggis dan inenggali tanah santpai kelihatan perutnya yang putih, dan beliau pun menutupinya," Dari surat Al Insyirah ayat 7, memperlihatkan bahwa Allah menyuruh kita bekerja keras, apabila suatu urusan selesai, maka kita harus melakukan urusan yang lain. Jadi kita melakukan banyak pekerjaan, dan tidak selesai suatu urusan kemudian istirahat. Rosul pun memberi teladan yang patut dicontoh, sebagai Rosul, beliau masih mau bekerja untuk memecahkan batu dengan linggis dan menggali tanah dalam rangka membuat parit. Ini adalah contoh luar biasa, seorang nabi, pemimpin umat, dan ditangannya ada kekuasaan yang besar, namun mau bekerja keras. 7. Bekerja Sebagai Bentuk Pelayanan Bekerja sebagai bentuk pelayanan dapat diartikan kita bekerja sebagai bentuk usaha melayani kebutuhart lain. Bekerja sebagai bentuk pelayanan, yang pada saat ini dikenal dengan Kepuasan Konsumen (Customer Satisfaction), sebenarnya sudah lama dan banyak dicontohkan oleh nabi-nabi. Rosullah SAW terkait dengan bekerja sebagai bentuk pelayanan menyampaikan sabdanya: "Rosulullah SAW bersabda: Tidak ada seorang Nabi yang tidak mengembalakan kambing", Ada yang bertanya: "Engkau juga, wahai Rosulullah?". Beliau menjawab, "Ya, Aku juga", Hadis di atas menunjukkan bahwa Rosul adalah pengembala "pemimpin" dan seorang pemimpin melayani "gembala" atau rakyatnya. Kita dapat membayangkan hubungan kerja antara pengembala dan kembala. Pengembala sehari-hari mengarahkan kambing ke padang 2016 9 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id rurnbut, kemudian ke tempat yang ada air, dan mengandangkan. Analog dengan kondisi demikian, maka seorang pemimpin (pada dasamya setiap orang adalah pemimpin), harus memberikan pelayanan kepada yang dipimpin, Seorang imam melayani umatnya, seorang kepala keluarga melayani anggota keluarga, seorang pembantu melayani dan menjaga harta majikannya, dan seorang presiden melayani rakyatnya. Bentuk kerja sebagai pelayanan juga lebih utama dibandingkan orang yang hanya beribadah dan berdoa saja. Rosullah SAW bersabda: "Ada seorang yang dipuji dalam majelis Rosulullah SAW, dikatakan, "Apabila kami naik unta, dia selalu berzikir kepada Allah sehingga kami turun. Apabila kami turun, dia selalu shalat sehingga kami naik lagi." Rosulullah SAW bertanya: "Siapa yang memberi makan untanya dan memasak makanannya". Para sahabat menjawab, "Kami semua". Rosulullah SAW berkata, "Kamu semua lebih baik dari padanya". Dari hadis di atas, ternyata orang yang dilayani ternyata tidak dipandang lebih baik dibandingkan dengan orang yang melayani, walaupun yang dilayani tersebut banyak berzikir dan beribadah. Hal ini juga menunjukkan bahwa bekerja dalam rangka melayani tidaklah hina namun mulia. C. Kesimpulan Demikianlah etos kerja dalam Islam yang tidak hanya diucapkan, tetapi sudah dijalankan oleh Rosulullah SAW. Sehingga bagi kita tidak ada contoh lebih baik dari Rosulullah. Oleh sebab itu, kapan kita mencontoh etos Rosul yaitu mulai bekerja secara tuntas, ikhlas, jujur, menggunakan teknologi, bekerja berkelompok, bekerja keras dan bekerja melayani orang lain. 2016 10 Pendidikan Agama Islam Dr. Saepudin, S.Ag., M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id