BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mentorship dalam Bimbingan Klinik Keperawatan
1.
Definisi
Mentoring berasal dari mythology Yunani, kata mentor berarti berperan sebagai
adviser, role model, consellor, tutor, dan atau guru (Roberts, 1999). Mentoring
merupakan proses pembelajaran dimana mentor mampu membuat mentee
(peserta mentoring) yang tadinya tergantung menjadi mandiri, yang
dikemukakan oleh Ali & Panther, 2008; Anderson,2011 (Nurmalia, 2012).
Mentoring telah secara luas digunakan sebagai strategi untuk perkembangan
karir dalam keperawatan selama dua puluh tahun terakhir. Mentor adalah
“profesional yang kompeten dan berpengalaman yang membina hubungan
dengan pemula dengan tujuan memberikan saran, dukungan, informasi dan
umpan balik untuk mendorong perkembangan individu. Sebagian besar
literatur keperawatan menguraikan hubungan perawat-mentor sebagai hal yang
penting untuk perkembangan karir dalam administrasi keperawatan atau
pendidikan keperawatan (Blais, 2006).
Mentorship dapat diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor
mampu membuat mentee yang tadinya tergantung menjadi mandiri melalui
kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami
sendiri dan menemukan sendiri fenomena dalam praktik keperawatan dalam
penyelesaian masalah, dalam seminarnya Nurachmach (Dermawan, 2012).
Menurut Ali dan Panther, 2008; Anderson, 2011 (Nurmalia, 2012)
mengemukakan mentorship juga merupakan suatu hubungan antara dua orang
yang memberikan kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi,
9
10
melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan
pada
dukungan,
kritik,
membangun,
keterbukaan
dan
kepercayaan,
penghargaan dan keinginan untuk belajar dan berbagi.
2.
Pentingnya Mentoring
Program mentoring lebih banyak mendatangkan keuntungan bagi mentee
dalam proses belajar. Pembelajaran dalam mentorship mempunyai manfaat
bagi peserta didik seperti, mentee belajar lebih cepat dan lebih mampu dalam
penerapan praktik keperawatan. Mentoring tidak hanya memberikan manfaat
kepada mentee tetapi mentor juga merasakan manfaatnya. Mentor akan
merasakan kepuasan kerja dari efek membantu orang lain, penciptaan waktu
luang untuk kegiatan alternatif, pengakuan dari organisasi, dan prestasi kerja
yang meningkat, dikemukakan oleh A.T & Singh, 2007; Gagliardi, et al., 2009
(Nurmalia, 2012).
Mentoring bertujuan untuk memberikan dukungan kepada individu sehingga
mampu mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara menguatkan daya tahan
mental yang ada, mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik untuk
mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan menguatkan
daya tahan mental yang ada, mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik
untuk mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan yang
adaptif, sehingga mampu mencapai tingkat kemandirian yang lebih tinggi serta
mampu mengambil keputusan secara otonom (Dadge, Jean, & Casay, 20009).
Mentor dapat berkontribusi dalam perencanaan profesionalisme perawat,
meningkatkan kemampuan komunikasi, yang memukakan Planning Instituteof
Australia, 2011 (Nurmalia, 2012).
3.
Jenis Mentoring
Mentoring secara struktural dibagi menjadi dua, formal mentoring dan informal
mentoring (Ragins et.al, 2000). Formal mentoring berorientasi pada tujuan,
dibangun oleh organisasi (Robert, 1999). Formal mentoring lebih berfokus
11
pada tujuan organisasi daripada tujuan psikososial (Gilmour et.al, 2007).
Organisasi menggunakan formal mentoring untuk menjaga standar, seperti
orientasi pegawai baru dan peningkatan karir. Formal mentoring bergantung
pada mentor, perencanaan sampai tujuan ditentukan oleh mentor (Robert,
1999). Mentoring formal lebih dihargai oleh organisasi. Pengakuan dari
organisasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan mentoring informal.
Informal mentoring merupakan mentoring secara sepontan, dengan rentang
waktu sesuai dengan kebutuhan mentee dan tidak memerlukan persiapan untuk
proses mentoring. Informal mentoring tidak memerlukan kontrak secara formal
dan tidak sesuai dengan tujuan organisasi. Informal mentoring terjadi
berdasarkan kesepakatan dan fokus utama pada psikososial dan kebutuhan
mentee (Mentor/National MentorshipPartnership, 2005; Regins et.al, 2000).
Informal terjadi secara sukarela, dan hubungan yang terbentuk berdasarkan
rasa percaya antara mentor dan mentee. Jenis–jenis mentoring ada beberapa
macam, beberapa ahli telah menggolongkan dalam beberapa jenis, yang
dikemukakan oleh Mentor/National Mentorship Partnership, 2005; Regins
et.al, 2000 (Nurmalia, 2012).
a.
Tradisonal mentoring
Satu mentor mendaptkan satu mentee, dan disebut dengan mentoring
eksklusif. Pertemuan untuk kegiatan dengan mentee dapat terjadi dimana
saja, seperti ditempat kerja, ditempat rekreasi dimana saja sesuai dengan
kesepakatan
dengan
mentee.
Fokus
pertemuan
berbasis
pada
perkembangan karakter, karir, sosial, dan kemampuan kerja. Mentee
terkadang menentukan fokus pertemuan yang ingin dicapai. Mentor
bertemu mentee satu jam per minggu dan dilakukan minimal satu tahun.
Mentee lebih merasa puas dengan tipe tradisional mentoring karena semua
kebutuhan mentee dapat terfasilitasi sepenuhnya oleh mentor (McKimm,
J., Jolie, C., & Hatter, M.,2007).
12
b.
E-mentoring
Proses kegiatan mentoring menggunakan kecanggihan teknologi. Mentor
dan mentee mengadakan komunikasi lewat email, conference dengan
mentor sesuai dengan kesepakatan mentor dan mentee tipe mentoring ini
terjadi apabila mentor dan mentee terpisah jarak untuk beberapa waktu
(Gilmour, et.al.,2007). Pertemuan juga sesekali menggabungkan dengan
pertemuan tatap muka 2 atau 3 kali pertemuan. Mentor dan mentee selalu
menjaga komunikasi seminggu sekali.
c.
Peermentoring
Mentee mendapat mentor dari teman sendiri satu kelompok mentoring.
Mentoring tipe ini terjadi apabila mentor berhalangan hadir untuk
mengadakan pertemuan dengan mentee. Mentor memilih salah satu
anggota mentee yang dianggap mampu untuk menggantikannya.
Sebelumnya, mentee yang menggantikan mentor mendapatkan bekal yang
akan disampaikan pada kegiatan mentoring (Gilmour, et.al., 2007).
d.
Tim mentoring
Jenis mentoring ini dilakukan apabila terdapat beberapa keahlian yang
ingin dicapai oleh mentee. Satu kelompok mentee mendapatkan beberapa
mentor sebagai pengampunya. Apabila keahlian yang ingin dilatih mentee
sudah tercapai, maka mentee akan kembali lagi kebentuk semula yaitu
grup mentoring (Robert, 1999).
e.
Grup mentoring
Grup mentoring dipimpin oleh seorang mentor dengan jumlah yang
diharapkan tidak lebih dari 8 orang. Mentor dan mentee membuat
komitmen untuk bertemu secara teratur setiap minggunya setidaknya
selama satu jam. Interaksi yang terjadi didalam kegiatan sebagian besar
dipandu oleh mentor (Robert, 1999). Mentoring dengan jenis grup ini lebih
formal, fokus kegiatan berbasis tujuan dan organisasi.
13
4.
Tahap-Tahap Mentoring
Menurut Dalton/Thompson Career Development model terdapat empat tahapan
dalam
pendekatan
mentoring
yaitu
dependence/ketergantungan,
independence/mandiri, supervisingorthers/supervisi orang lain, dan managing
and supervisingorthers/memenej dan mensupervising orang lain.
a.
Tahap pertama dependence/ketergantungan ialah profesional baru masih
tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat dimana
memerlukan supervisi yang dekat,
b.
Tahap
ke
dua
independence/mandiri
profesional
dan
mentor
mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah
dari “apprentice’ ke kolega’ dan membutuhkan sedikit suvervisi.
Kebanyakan profesional akan sampai tahap ini untuk sebagian besar dalam
kehidupan profesional mereka,
c.
Tahap ke tiga suvervising other/supervisi orang lain yang menjadi mentor
bagi dirinya sendiri dan mendemonstrasikan kualitas profesional sebagai
mentor,
d.
Tahap ke empat managing and supervising orther/memenej dan
mensupervisi orang lain ialah menjadi responsibel untuk penampilan yang
lain dikarakteristikkan dengan merubah peran dari menejer atau supervisor
menjadi responsibel terhadap klien peserta didik dan personal.
(Dermawan, 2012, Mentorship dan preceptorship dalam keperawatan, ¶ 1,
diperoleh 6 Desember 2013)
5.
Syarat Seorang Mentor
Syarat-syarat untuk bisa kita jadikan sebagai mentor ialah bisa dipercaya,
memiliki respect, memiliki knowledge yang libih baik, memiliki skill yang
lebih baik, memiliki semangat tinggi, memiliki sikap mental positif, memiliki
sikap empati, caring/peduli, decision maker.
14
a.
Bisa dipercaya
Sangat mutlak, karena tidak mungkin kita membicarakan mengenai
pekerjaan kita kepada orang yang tidak bisa dipercaya, yang akan terjadi
bukanlah pemecahan masalah justru sebaliknya.
b.
Memiliki respect
Mentor dalam hal ini harus telah mencapai suatu keberhasilan tertentu
yang membuat kitarespect. Sebagai contoh, kalau kita seorang marketing,
mentor kita idealnya juga orang marketing yang berprestasi lebih baik dari
kita.
c.
Memiliki knowledge yang lebih baik
Kita memerlukan mentor yang bisa memberikan pendapat, ide dan solusi
sekaligus dalam satu paket, kalau mentor kita memiliki knowledge yang
tidak lebih baik dari kita, itu namanya setali tiga uang alias sama saja.
Mentor ini harus memiliki knowledge yang luas bahkan juga pengetahuan
lain-lain diluar dari bidang kita karena hal ini juga akan memicu
munculnya ide-ide segar, kreativitas dan otomatis meningkatkan
knowledge kita juga.
d.
Memiliki skill yang lebih baik
Bagaimana mentor mengajarkan kepada kita atau memberikan pendapat
dan solusi kalau skill atau keahlian yang dimiliki sama atau bahkan lebih
buruk dari kita. Seorang mentor dapat dipastikan mempunyai ketrampilan
jauh lebih baik.
e.
Memiliki semangat tinggi (self-motivated)
Semangat sangat penting dan bersifat menular seperti virus. Kalau mentor
kita memiliki semangat tinggi otomatis akan membangkitkan semangat
kita. Ciri-ciri dari mentor seperti ini adalah kalau kita perhatikan
keseharian mereka sepertinya selalu tersenyum dan tidak punya masalah.
15
f.
Memiliki sikap mental positif
Positive thinker penting yang akan menghasilkan positive attitude, itulah
yang dimaksud dengan sikap mental positif. Jadi Mentor mutlak harus
memiliki sikap mental positif agar ia bisa melihat secara jelas/jernih
(crystal clear), dan obyektif terhadap aktifitas yang kita lakukan sehingga
bisa memberikan coaching dengan tepat. Orang-orang yang memiliki
sikap ini selalu optimis bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik, bisa
melihat adanya solusi dalam setiap masalah.
g.
Memiliki sikap empati
Kita sering kali salah kaprah dalam membedakan yang mana simpati dan
mana empati. Simpati merupakan sikap persetujuan terhadap suatu hal
(sebagian besar masalah) tanpa ada solusi, contoh apabila ada teman kita
mengeluh soal pekerjaannya yang membuat ia tertekan dan sikap kita
menyetujui bahwa memang demikian adanya dan ikut larut secara
emosional. Sedangkan empati lebih kepada pemahaman kita terhadap
masalah yang dihadapi oleh orang lain dan berusaha memberikan suatu
saran menuju jalan keluar/solusi serta tidak menjadikan suatu masalah
yang dihadapi sebagai suatu tantangan bukan hambatan.
h.
Peduli (caring)
Seseorang bisa kita jadikan sebagai mentor kalau ia memiliki kepedulian
terhadap orang lain (peopleoriented). Karena ia harus mau banyak
mendengar dan berbagi kepada orang lain. Rata-rata para pemimpin dunia
adalah orang-orang yang people oriented dimana mereka juga mempunyai
mental melayani bukan sebaliknya.
i.
Decision maker
Seorang mentor dituntut untuk bisa mengambil suatu keputusan terhadap
suatu solusi yang disarankan kepada kita. Mentor tidak seharusnya
16
memiliki sikap ragu-ragu, ia harus tegas dalam pengambilan keputusan
dan hal ini akan sangat membantu kita.
6.
Manfaaat Program Mentoring
Manfaat
program mentoring bagi mentor sendiri ialah memperluas
keterampilan dan pengetahuan mereka sendiri, membantu menemukan kembali
prinsip-prinsip dan praktek-praktek dasar dalam organisasi, mengembangkan
lebih jauh lagi keterampilan diri dalam pengajaran, memungkinkan mereka
untuk mendemonstrasikan keterampilan tambahan dalam mengembangkan
individu lain, memperluas jaringan kerja profesional dan personal mereka,
meningkatkan
kemampuan
mereka
dalam
berbagi
pengalaman
dan
pengetahuan, meningkatkan kesadaran mereka akan kebutuhan masyarakat,
pemahaman yang lebih baik akan berbagai motivasi, (Dermawan, 2012,
Mentorship dan preceptorship dalam keperawatan, ¶ 1, diperoleh 6 Desember
2013).
Penguraian menurut Marriner-Tommey (2011) dalam buku Blais et al (2006)
menjelaskan terdapat tiga fase proses mentoring yaitu :
a.
Tahap invitasi. Pada tahap ini, mentor harus mau menggunakan waktu dan
energi untuk mengasuh individu yang bertujuan, mau belajar, dan
mempercaya mentor dengan rasa hormat. Perawat-mentor berbagi
pengetahuan,
keterampilan
dan
pengalaman
personal
mengenai
pertumbuhan profesional,
b.
Tahap keraguan. Pada tahap ini, pemula mengalami keraguan dan takut
tidak mampu untuk mencapai tujuan. Mentor mambantu anak didiknya
mengklarifikasi tujuan dan strategi untuk mencapainya, membagi
pengalaman personal, dan berperan sebagai penasehat dan sumber
dukungan selama masa keraguan.
c.
Tahap transisi. Pada tahap ini, mentor membantu anak didik untuk
menyadari kekutan dan keunikan kekuatan diri anak didik tersebut. Anak
didik tersebut akan mampu membina orang lain.
17
Hubungan mentor adalah guru–murid. Mentor memberi petunjuk pada anak
didik mengenai peran yang diharapkan, memperkenalkan anak didik pada
mereka yang penting dalam mencapai tujuan, mendengarkan dan membantu
anak didik mengevaluasi ide berdasarkan kebijakan lembaga, dan menantang
anak didik untuk meningakatkan praktik profesional. Marriner-Tomey
menjelaskan mentor sebagai orang kepercayaan yang mempersonalisasikan
model peran dan bertindak sebagai seorang penasehat untuk keputusan.
7.
Peran Mentorship
Mentoring dapat menghasilkan beberapa peran dari mentor dan terdapat
persamaan peran dari berbagai bidang. Peran-peran mentor anatara lain,
sebagai guru panutan, pelindung, penasehat, dan panduan (Noorwood, 2010;
Ali &Panther, 2008). Peran tambahan diidentifikasikan dalam literatur
termasuk menjadi penasehat, penilai, pembimbing, dan panutan (Haider, 2007).
Seorang mentor harus memiliki kepercayaan, obyektifitas dan empati. Seorang
mentor membantu mentee dalam mengenali potensi yang ada dan
mengidentifikasi tujuan belajar mentee, yang dikemukakan oleh Blauvelt &
Spath, 2008; Johnson, 2002: Haider, 2007 (Nurmalia, 2012, hlm 25).
Mentoring memberikan beberapa keuntungan, sebagai berikut :
a.
Menjebatani fragmentasi antara teori dengan praktik keperawatan
b.
Memberikan bimbingan untuk kepemimpinan yang tranformasional
c.
Meningkatakan pola berpikir kritis dan pengembangan karir
d.
Menigkatkan harga diri, memperkaya dan bersedia untuk mengambil
pekerjaan yang berisiko
e.
Meningkatkan produktivitas, kemampuan manajerial, dan keprofesionalan
B. Bimbingan Klinik Keperawatan
Bimbingan adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan pembimbing
klinik untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta
didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan (Dep. Kes RI, 2000). Pada
hakekatnya bimbingan klinik adalah bantuan yang diberikan kepada peserta didik
18
untuk mencapai kompetensi dan mengembangkan kemampuan serta kesanggupan
mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dihadapinya dalam
tatanan pelayanan keperawatan yang nyata, sehingga melalui bimbingan klinik
peserta didik dapat menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kepuasan melalui usahanya sendiri (Enawati, 2008).
Menurut Relly dan Obermann, 1999 dalam Enawati (2008) tujuan bimbingan klinik
yaitu membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat
praktek, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dikelas secara terintergrasi kesituasi
nyata, dan mengembangkan potensi peserta didik dalam menampilkan perilaku atau
keterampilan yang bermutu kesituasi nyata dalam praktek. Memberi kesempatan
kepada peserta didik mencari pengalaman kerja secara tim dalam membantu proses
kesembuhan klien, memberi pengalaman awal dan memperkenalkan pada peserta
didik tentang situasi kerja profesional keperawatan, dan membantu peserta didik
dalam mencapai tujuan praktek klinik keperawatan.
Memfasilitasi peserta didik dalam mencapai tujuan praktek maka hendaknya
pembimbing memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan klinik seperti berikut :
a.
Bimbingan pada dasarnya bersifat mendidik dan mengembangkan peserta didik
dengan melihat mengecek pekerjaan peserta didik namun meningkatkan
kemampuannya.
b.
Bimbingan yang efektif harus dimulai dengan menanamkan hubungan saling
percaya yang baik antara pembimbing dan peserta didik.
c.
Bimbingan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam mencapai tujuan yang ditentukan
d.
Bimbingan hendaknya mampu menciptakan suasana yang serasi agar potensi
peserta didik dapat berkembang.
e.
Bimbingan hendaknya dapat membangkitkan kreatifitas dan inisiatif peserta
didik
19
f.
Bimbingan diberikan peserta didik dengan tidak membeda-bedakan untuk
mendorong minat dan motivasi peserta didik guna mencapai tujuan praktek.
g.
Bimbingan klinik dapat dapat dilakukan secara individu maupun kelompok.
1.
Model bimbingan praktik
Model bimbingan praktik merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan
profesional (intelektual, teknikal, interpersonal) peserta didik melalui upaya
integrasi berbagai konsep, teori dan prinsip keperawatan. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar pasien secara menyeluruh. Tujuan model ini adalah
membantu peserta didik mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pembelajaran
klinik melalui proses peningkatan kemampuan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang dilandasi etika keperawatan.
Kemampuan intelektual meliputi kemampuan perawat dalam menganalalisis
data subjektif dan objektif, menetapkan diagnosis keperawatan, mengevaluasi
asuhan keperawatan, serta memodifikasikan asuhan keperawatan, sedangkan
kemampuan teknisi meliputi berbagai keterampilan klinik dan kemampuan
interpersonal. Kemampuan interpersonal terdiri dari kemampuan wawancara
dan melakukan komunikasi terapeutik dalam keberhasilan pembelajaran klinik
(Nursalam, 2012).
2.
Fase hubungan pembimbing dengan peserta didik
Kualitas hubungan dari pembimbing dan peserta didik akan menentukan
kualitas dari program mentorship. Pembimbing harus menjelaskan apa saja
yang harus dilakukan dan kompetensi apa yang harus dimiliki peserta didik
pada setiap fase interaksi didalam praktik keperawatan. Hubungan yang penuh
dengan kepercayaan dan menyenangkan akan meningkatkan dalam proses
belajar. Hubungan dari mentor-mentee dibangun dari tiga fase prainteraksi,
fase perkenalan, fase kerja dan fase terminasi (Nursalam, 2012)
20
Fase prainteraksi
a.
Peserta didik harus mampu mengkaji perasaan, fantasi dan keterkaitannya,
sehingga kesadaran dan kesiapan peserta didik untuk melakukan hubungan
dengan pasien dapat dipertanggungjawabkan.
b.
Peserta didik mampu menggunakan dirinya secara efektif, artinya dapat
mengoptimalkan penggunaan kekuatannya dan meminimalkanpengaruh
kelemahan yang ada pada dirinya.
c.
Pada fase ini peserta didik diharapkan mendapatkan informasi tentang
pasien dan menentukan kontak pertama, dan menuliskan dalam laporan
pendahuluan tentang kasus yang akan diambil. Peran pembimbing klinik
adalah mengidentifikasi kesiapan peserta didik melalui konferensi prapraktik klinik.
Fase perkenalan
a.
Tugas utama peserta didik pada fase ini adalah membina rasa saling
percaya, menerima dan pengertian, dan komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan pasien.
b.
Elemen kontrak peserta didik dan pasien ialah nama individu, peran,
tanggung jawab, harapan, tujuan hubungan, waktu dan tempat pertemuan,
situasi terminasi, kerahasiaan.
c.
Tugas lain peserta didik adalah mengeksplorasi pikiran, perbuatan pasien,
dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama pasien.
d.
Tugas pembimbing klinik adalah memberi dukungan dan arahan, bahkan
memberi contoh peran cara-cara memenuhi hubungan dengan pasien yang
disertai kontrak
Fase kerja
Fase ini merupakan periode dimana terjadi interaksi yang aktif antara peserta
didik dan pasien dalam upaya membantu pasien mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya. Tahapan fase ini meliputi :
21
a.
Peserta didik dan pasien mengeksplorasi stresor dan mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikira,
perasaan, dan perbuatan pasien
b.
Peserta didik membantu pasien mengatasi kecemasan, meningkatkan
kemandirian dan tanggung jawab pasien, dan mengembangkan mekanisme
mengekop yang konstruktif.
c.
Fase ini dibutuhkan pembimbing yang ahli dan terampil, karena banyak
terkait dengan tindakan dan prosedur keperawatan
d.
Pada fase ini merupakan periode yang tepat dalam melaksanakan metode
bimbingan klinik, misalnya ronde keperawatan.
Fase terminasi
a.
Pada fase ini peserta didik dan pasien akan merasakan kehilangan. Tugas
peserta didik adalah menghadapi ralitas perpisahan yang tidak dapat
diingkari. Peserta didik dan pasien bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan upaya pencapaian tujuan
b.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan dapat diartikan sebagai
penolakan
c.
3.
Tugas pembimbing klinik adalah menilai kemampuan intepersonal.
Metode Pembelajaran klinik
Banyak para ahli teori mulai dengan mendefinisikan nilai, kepercayaan, dan
asumsi mereka yang dinyatakan sebagai filosofi keperawatan mereka.
Selanjutnya, konsep utama dalam filosofi diidentifikasi dan diperbaiki. Jika
hubungan antara beberapa konsep dijelaskan dengan pernyataan proporsi dan
hubungan maka karya ahli teori tersebut disebut sebagain model konseptual
(Cristensen, 2009).Konsep adalah sesuatu yang dihasilkan pemisahan
karakteristik ide-ide, menempatkannya pada kelas atau pola. Model konseptual
adalah salah satu yang mencerminkan realita dengan menempatkan kata-kata
yang merupakan konsep kedalam model dengan cara yang sama dengan proses
keperawatan.
22
Skema 2.1
Model konseptual
Perencanaan
Pengkajian
implementasi
Evaluasi
(Kozier, 2006)
Model konseptual yang diuraikan Johnson ialah model konseptual untuk
praktik keperawatan sebagai suatu rangkaian konsep yang dibentuk secara
sistematis, berbasis ilmiah, dan berhubungan secara lokal. Model konseptual
digunakan untuk memandu praktik keperawatan berdasarkan teori. Model dan
teori keperawatan juga berfungsi sebagai penghubung antara praktik,
penelitian, dan pendidikan keperawatan (Cristensen, 2009).
Model yang dipilih mempunyai pengaruh yang utama pada praktik
keperawatan dan masing-masing komponen dari proses praktik keperawatan
berbasis teori diperlihatkan pada tabel yang dijelaskan Paula dan Janet (2009).
Tabel 2.1
Proses Praktik Keperawatan
Komponen
Pengkajian
Diagnosis
Rencana
Proses keperawatan
Model keperawatan
Kegunaan
Menggambarkan bagaimana cara Memandu data apa yang harus
mengumpulkan data
dikumpulkan
Menggambarkan bagaimana cara Memandu
pengaturan,
memproses data
penggolongan, dan penafsiran data
Memberikan
format
didiagnosis keperawatan
Menguraikan bagaimana
membuat rencana
untuk
untuk
Memfasilitasi penyusunan rencana
asuhan bagi klien
Implementasi
Menguraikan
implementasi
fase-fase
Memberikan konsep diagnosis
keperawatan
Memandu
apa
yang
harus
direncanakan
Merancang
tipe
intervensi
keperawatan yang sesuai
Mengarahkan tindakan keperawatan
yang spesifik-model
23
Evaluasi
Umum
Mengidentifikasi bagaimana cara
untuk mengevaluasi
Membutuhkan akuntabilitas melalui
penggunaan pendekatan sistematis
untuk praktik keperawatan.
Memandu
apa
yang
harus
dievaluasi
Meningkatkan akuntabilitas dari
prakti berdasarkan-teori
Proses meningkatkan kontinuitas
asuhan
Memberikan pendekatan perawatan
klien yang komprehensif dan masuk
akal
Dikutip dengan izin dari Wealtha Y. Helland
Metode pembelajaran merupakan suatu metode mendidik peserta didik di
klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik
yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual peserta didik
berdasarkan kerangka konsep pembelajaran. Jenis metode pembelajaran
klinik/lapangan yang biasaya digunakan adalah eksperensial, konferensi,
observasi, ronde keperawatan dan bed side teaching (Nursalam, 2012).
Metode experensial memberikan pengalaman yang langsung dari kejadian,
baik melalui praktik klinis yang melibatkan interaksi dengan klien yang nyata
dan orang lain dilapangan atau melalui pengalaman yang seperti kenyataan.
Metode experiental mengakui pentingnya dalam wawasan pembelajaran yang
melibatkan peserta didik secara keseluruhan pada aspek kognitif atau
psikomotorik. Metode experiential memberikan suatu partisipasi aktual bagi
peserta didik dalam kejadian yang akan dipelajarai dan mengakui kemampuan
individu untuk mengambil makna pribadidari pengalaman tersebut. Metode
pengajaran klinis experiental, meliputi penugasan klinis, tugas tertulis, simulasi
dan permainan.
Penugasan klinis melibatkan perawatan pasien, jenis pengalaman lainnya
dengan klien, dan pengalaman praktik dengan rekan sejawat, staf keperawatan,
dan anggota disiplin lainnya. Penugasan klinis penting untuk membantu peserta
didik menggunakan konsep dan teori dalam praktik, mempelajari cara untuk
belajar,mengembangkan keterampilan dalam mengatasi ambiguitas dan
bersosialisasi di dalam profesi (Relly dan obermann, 2002).
24
Tugas tertulis biasanya digunakan untuk meningkatkan pembelajaran mengenai
pemecahan masalah yang berkaitan dengan klien dan masalah lain yang
ditemukan dalam lingkungan praktik. Tugas tertulis seperti ini memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk berfokus pada masalah nyata yang mereka
temukan di area klinis. Tugas tertulis meningkatkan pemahaman mengenai isi
dan meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan dalam praktik klinis
(Allen, Bowers, & Diekellmann, 1989, p9). Jenis – jenis tugas tertulis yang
relevan dengan praktik klinis antara lain, rencana asuhan keperawatan, studi
kasus, rencana pengajaran, proses pencatatan, catatan harian experiental,
catatan pembelajaran, laporan dan bentuk karya tulis lainnya.
Simulasi dan permainan, akan membekali peserta didik dengan praktik klinis
karena memberikan kesempatan untuk mengembangkan dan menguji
keterampilan kognitif dalam suatu lingkungan yang relatif bebas risiko dan
dampak setiap kesalahan tidak terlalu besar dibandingkan dengan klien yang
sebenarnya. Kesempatan lainnya adalah untuk menggunakan teori tindakan
sebelum menggunakan teori tersebut dalam praktik, untuk m,empelajari
keterampilan kompleks dalam lingkungan yang lebih terkendali dibandingkan
dilapangan, untuk mempraktikan keterampilan psikomotorik, dan untuk
mendapatkan suatu perspektif mengenai makna situasi klinis. Mengalami
kejadian dalam situasi yang disimulasikan atau melalui permainan sebelum
menghadapinya dilapangan dapat meningkatkan pembelajaran dimana peserta
didik akan lebih percaya diri dalam melakukan cara yang dapat untuk
mengatasi situasi dan lebih sensitif terhadap perspektif klien (Relly dan
Obermann, 2002).
Simulasi membentuk suatu pengalaman yang menyerupai kenyataan ; intinya,
simulasi akan menyerupai situasi kehidupan nyata. Melalui suatu simulasi,
pengajar dapat lebih mudah mengendalikan situasi belajar daripada lingkungan
klinis, misalnya dalam waktu, gangguan variabel pasien dan interupsi. Evans
(1989) membahas kelebihan simulasi untuk meninjau keterampilan klinis
25
seperti resustasi jantung paru, pengisapan lendir, dan memasukkan jarum
intravena
(p.65). Hanna (1991) menyarankan bahwa simulasi
akan
mempermudah pembelajaran afektif sehingga peserta didik dapat mengkritik
perilaku, respons, dan perasaan mereka sendiri sebelum mengatasi situasi yang
sama di lapangan klinis. Simulasi juga memberikan kesempatan untuk
mempraktikkan keterampilan psikomotorik yang berkaitan dengan masalah
situasi klinis (Relly dan Obermann, 2002).
Kegunaan dari metode experiental adalah sebagai berikut:
a.
Membantu menganalisis situasi klinis melalui proses identifikasi masalah.
b.
Menentukan tindakan yang diambil
c.
Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah klinik
d.
Menekankan hubungan antara pengalaman belajar yang lalu dengan
pengalaman terhadap masalah lalu.
e.
Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses informasi
dan teori pengambilan keputusan.
f.
Kegiatan dari metode ini meliputi: Situasi penyelesaian masalah,
membantu peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu
menerapkan
masalah
konseptual
keperawatan
dalam
kurikulum
berdasarkan aktual.
g.
Menggambarkan secara tertulis kejadian/peristiwa klinik dengan tujuan;
menanggulangi masalah yang terdapat diklinik, mengidentifikasi
data
relevan yang menunjang masalah, Mengajukan hipotesis yang relevan,
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat, menerapkan teori
kedalam praktik.
h.
Situasi pengambilan keputusan
i.
Merupakan situasi penyelesaian masalah yang memerlukan pengambilan
keputusan
j.
Peserta didik melakukan; Pengujian data yang ada, mengidentifikasi
alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan keputusan.
26
k.
Melengkapi situasi pengambilan keputusan secara individual atau
kelompok.
l.
Berdiskusi dengan menggali proses berfikir dalam menanggapi situasi.
Metode konferensi atau pertemuan merupakan bentuk diskusi kelompok
mengenai
beberapa
aspek
praktik
klinis.
Pertemuan
meningkatkan
pembelajaran pemecahan masalah yaitu bahwa kelompok akan melakukan
analisis kritis terhadap masalah dan mencari pendekatan alternatif dan kreatif
(Relly & Obermann, 2002).
Kegunaan konferensi adalah sebagai berikut :
a.
Dirancang melalui diskusi kelompok.
b.
Meningkakan pembelajaran penyelesaian masalah dalam kelompok
melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif pemecahan masalah, dan
pendekatan kreatif.
c.
Memberi kesempatan mengemukakan pendapat dalam penyelesaian
masalah.
d.
Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
e.
Memberi kesempatan terjadinya peer review, diskusi keperdulian, isu, dan
penyelesaian masalah oleh disiplin ilmu lain.
f.
Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai narasumber.
g.
Meningkatkan kemampuan memformulasiklan ide.
h.
Adanya kemampuan peserta didik untuk berkontribusi.
i.
Meningkatkakn rasa percaya diri dalam berinteraksi kedalam kelompok.
j.
Kemampuan menggali perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang mempengaruhi
praktik.
k.
Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
l.
Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
Konferensi praklinik adalah kegiatan berdiskusi kelompok tentang praktik
klinik yang akan dilakukan keesokan harinya. Tujuan, cara pencapaian tujuan,
dan rencana tindakan (mulai dari fokus pengkajian sampai kepada rencana
27
evaluasi) serta tambahan diskusi bersama, konferensi pascaklinis adalah
kegiatan berdiskusi kelomok untuk membahas hal yang telah dilakukan pada
praktik klinik/lapangan, tingkat pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut,
kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak
direncanakan termasuk kejadian kegawatan klien yang harus dihadapi peserta
didik. Urutan kegiatan konferensi adalah sebagai berikut :
Hari
pertama
konferensi
praklinik
pembimbing
klinik
menjelaskan
karakteristik ruang perawat, staf dan tim pelayanan kesehatan lain dimana para
peserta didik akan ditempatkan, tujuan keberadaan peserta didik akan
ditempatkan, tujuan keberadaan peserta didik ditempat praktik, perilaku peserta
didik yang diharapkan sesuai dengan objektif dan falsafah praktik keperawatan
klinik, serta waktu dan tempat dimana peserta didik dapat menemui
pembimbing klinik apabila menemui kesulitan, baik teknik maupun
interpersonal. Pembimbing klinik mengkaji kembali persiapan peserta didik
untuk menghadapi dan memberi asuhan keperawatan kepada klien mulai dari
aspek perencanaan sampai kerencana evaluasi. Mengingatkan peserta didik
untuk membawa perlengkapan dasar.
Konferensi pascaklinik, konferensi ini dapat dilakukan pada hari yang sama
atau ketika akan melakukan konferensi praklinik hari ketiga. PK berdiskusi
dengan peserta didik untuk membahas klien, tempat praktik, dan pengalaman
belajar yang dicapai pada hari pertama. Prinsip diskusi memberikan
kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
megutarakan
pendapat,
mengekspresikan perasaan, mengklarifikasi rasional tindakan yang telah
dilakukan peserta didik, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengemukakan usulan perbaikan yang dapat diterapkan pada hari selanjutnya,
diskusi ini sebaiknya ditempat khusus yang terpisah dari klien.
28
Hari kedua dan selanjutnya Konferens praklinik
Pembimbing klinik membahas perkembangan klien dan rencana tindakan untuk
hari kedua ini, termasuk cara penulisan catatan perkembangan klien.
Menyiapkan kasus baru untuk megantisipasi kemungkinan adanya kondisi atau
klien yang akan diasuh oleh beberapa peserta didik. Memotivasi peserta didik
untuk melakukan prosedur keperawatan yang sebelum diperoleh hari pertama.
Beberapa pertanyaan yang perlu dipertanyakan pada konferensi praklinik
adalah
diagnosa
keperawtan
hari
pertama
masih
berlaku;apakah
diagnosis/masalah keperawatan yang ditemukan berdasarkan pengkajian
akurat; apa rencana dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada hari
ini.
Konferensi pascaklinik dilakukan segera setelah praktik dilaksanakan,
bertujuan untuk menilai kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi
perkembangan klien, menilai kemampuan peserta didik dalam menyiapkan
praktik pada hari tersebut, menilai perkembangan kemampuan menulis
diagnosis keperawatanpada hari tersebut.Konferensi ini berguna untuk
memperoleh kejelasan tentang asuhan yang telah diberikan, membagi
pengalaman antar peserta didik, dan mengenali kualitas keterlibatan peserta
didik dalam praktik.
Metode pembelajaran observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap
pegalaman aktual dilapangan atau terhadap peragaan yang diperlukan untuk
belajar melalui modeling. Metode pembelajaran obervasi meliputi observasi
dilingkungan klinik, kunjungan lapangan ronde keperawatan dan peragaan.
Observasi dilingkungan klinis yaitu mempersiapkan peserta didik untuk
pengalaman berikutnya dengan klien; memberi suatu perspektif mengenai apa
sebenarnya perawatan; memungkinkan mereka untuk memandang orang lain
dalam prakti, yang berfungsi sebagai pedoman untuk mengembangkan perilaku
mereka; memungkinkan peserta didik untuk mengobservasi situasi klinis yang
29
mungkin tidak sempat dialami peserta didik; dan memberikan suatu cara untuk
meningkatkan keterampilan observasi mereka sendiri.
Kunjungan lapangan memberikan kesempatan untuk observasi di luar
lingkungan klinis, sehingga peserta didik dapat segera dilibatkan dalam
praktik. Untuk beberapa pengalaman beberapa pengalaman, sebuah pedoman
tertulis sangat berharga karena dapat membantu peserta didik untuk berfokus
pada peserta observasinya. Kalau observasi dilakukan terhadap klien atau
keluarga, maka izin harus didapat dari mereka dan/atau dari praktisi yang
bertanggung jawab terhadap perawatannya. Diskusi mengenai observasi
memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling berbagi, menerima
jawaban pertanyaan, menghubungkan pengalaman pada praktik, mengevaluasi
pengalaman, dan mengajukan usulan mengenai observasi mendatang terhadap
hal yang sama (Relly dan Obermann, 2002).
Ronde keperawatan ini merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik menstransfer dan mengaplikasikan pengetahuan
teoritis kedalam praktik keperawatan langsung. Karakteristik keperawatan
anatara lain:
a.
Pasien dilibatkan langsung;
b.
Pasien merupakan fokus kegiatan peserta didik;
c.
Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi;
d.
Pembimbing memfasilitasi kreativitas peserta didik terhadap adanya
berbagai ide baru;
e.
Pembimbing klinik membantu mengembangkan kemampuan peserta didik
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Kelemahan dari metode ini adalah pasien dan keluarga pasien merasa kurang
nyaman pada saat ronde keperawatan dilakukan (Nursalam, 2012).
30
Tujuan ronde keperawatan ialah
a.
Menumbuhkan cara berfikir kritis (PBL).
b.
Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan keperawatan berasal dari
masalah klien.
c.
Meningkatkan pola fikir sistematis.
d.
Meningkatkan validitas klien.
e.
Menilai kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
f.
Meningkatkan kemampuan membuat justifikasi, menilai hasil kerja,
memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
Peran/tugas pesera didik adalah sebagai berikut
a.
Menjelaskan data demografi.
b.
Menjelaskan masalah keperawatan utama.
c.
Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
d.
Menjelaskan hasil yang didapatkan.
e.
Menentukan tindakan selanjutnya.
f.
Menjelaskan alasan ilmiah terhadap tindakan yang akan diambil.
Peran pembimbing adalah sebagai berikut
a.
Membantu peserta didik untuk belajar.
b.
Mendukung dalam proses pembelajaran.
c.
Memberi justifikasi (putusan (alasan, pertimbangan)).
d.
Memberi reinforcement (pengetahuan merupakan umpan balik yang
diberikan
pembimbing
memperkuat
sebagai
perilaku
yang
suatu
bentuk
penghargaan
diinginkan
dan
untuk
memberi
hukuman/memadamkan perilaku yang tidak diinginkan).
e.
Menilai kebenaran dari masalah intervensi keperawatan serta rasional
tindakan.
f.
Mengarahkan dan mengoreksi.
g.
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
31
Peragaan ialah berisi persentasi mengenai cara melakukan suatu prosedur atau
teknik, cara menggunkan peralatan, dan cara berinteraksi dengan orang lain
(Cooper, 1982). Cara ini memberikan pembelajaran melalui bentuk visual dan
auditori, sehingga memungkinkan peserta didik untuk mengobservasi prosedur
dan langkah komponennya sekaligus menjelaskanlangkah-langkah tersebut dan
prinsip yang mendasarinya. Oermann (1990) menekankan bahwa saat memulai
pembelajaran keterampilan, peragaan prosedur merupakan hal yang penting
karena pada titik ini peserta didik akan mengobservasi keterampilan,
mengembangkan suatu citra mental mengenai cara melakukan keterampilan
tersebu, dan kemudian mempraktikannya (Relly dan Obermann, 2002).
Bed-side Teaching merupakan metode mengajar kepada peserta didik.
Aktivitas ini dilakukan disamping tempat tidur pasien, dan meliputi kegiatan
mempelajari kondisi pasien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh
pasien. Manfaat Bed-side Teaching adalah agar pembimbing klinik dapat
mengajarkan
peserta
dituntut
menguasai
keterampilan
prosedural,
menumbuhkan sikapprofesional, mempelajari perkembangan biologis/fisik,
melakukan komunikasi melalui pengamatan langsung (Nursalam, 2012).
Prinsip pada Bed-side Teaching
a.
Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik, peserta didik dan
pasien
b.
Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
c.
Diskusi pada awal dan pascademonstrasi di depan pasien dilakukan
seminimal mungkin
d.
Lanjutkan dengan demonstrasi ulang.
e.
Evaluasi/kaji pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap yang
didapatnya saat itu
f.
Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah
diperoleh peserta didik sebelumnya atau kesulitan yang dihadapi peserta
didik.
32
Persiapan dalam melakukan Bed-side Teaching adalah sebagai berikut ;
a.
Mendapatkan kasus sesuai yang dapat memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menerapkan keterampilan teknik prosedural dan
interpersonal.
b.
Koordinasi dengan staf diklinik agar tidak mengganggu jalannya rutinitas
perawatan klien.
c.
Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan
Proses bimbingan klinik keperawatan Sumber: FIK-UI, 20011 dalam Enawati
(2008) tidak dapat hanya memilih salah satu metode saja. Metode konseptual
bimbingan klinik keperawatan menggunakan kombinasi dari berbagai metode
yang ada. Uraian dari metode, strategi dan media pembelajaran yang digunakan
dalam metode konseptual bimbingan klinik keperawatan dapat dilihat dalam
tabel:
Tabel 2.2
Metode Konseptual
METODE
Penugasan
Klinik
STRATEGI
Pembimbing memberikan data kasus sebelum
praktek
MEDIA
Klien, status medis
dan keperawatan
(rekam medis)
Peserta didik memberikan asuhan keperawatan
pada klien
Peserta didik mendokumentasikan asuhan
keperawatan dalam bentuk laporan kasus
Pre dan Post
Konferen
Pembimbing mengobservasi kegiatan peserta
didik pada setiap tahapan proses keperawatan
Pembimbing berperan sebagai fasilitator dan
narasumber
Ronde
Keperawatan
Peserta didik mendiskusikan asuhan
keperawatan yang dikelola
Pembimbing berperan sebagai fasilitator dan
narasumber
Peserta didik memaparkan kasus kelolaan
Peserta didik mendiskusikan kasus kelolaan
secara bergantian
Laporan
pendahuluan dan
laporan asuhan
keperawatan
Klien, status medis
dan keperawatan
33
Bed Side
Teaching
Demontrasi
Observasi
Belajar
C.
mandiri
Pembimbing memberikan ketrampilan klinik
secara langsung pada klien
Peserta didik memperhatikan ketrampilan klinik
yang dilakukan pembimbing
Pembimbing melakukan demontrasi prosedur
tindakan keperawatan dihadapan peserta didik
Peserta didik memperhatikan dan diberi
keempatan untuk mencoba secara mandiri
Peserta didik mengobservasi kegiatan klinik
yang dilakukan oleh perawat ruangan
Peserta didik melakukan kegiatan belajar di
klinik saat pembimbing tidak di tempat
Klien, alat yang
Disesuaikan dengan
Ketrampilan klinik
yang dilakukan
Klien, alat yang
disesuaikan dengan
ketrampilan klinik yang
dilakukan
Klien
Klien, status medis
dan keperawatan
K
ompetensi praktik klinik keperawatan
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai suatu karakteristik dasar individu
yang memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif dan berpenampilan superior ditempat kerja pada
situasi tertentu.
a.
Karakteristik yang dimaksud adalah bahwa kompetensi harus bersifat
mendasar dan mencakup kepribadian seseorang (personality) serta dapat
memprediksikan sikap seseorang pada situasi tertentu yang sangat
bervariasi pada aktivitas pekerjaan tertentu,
b.
Hubungan kausal berarti bahwa kompetensi dapat menyebabkan atau
digunakan untuk memprediksi kinerja seseorang,
c.
Kriteria yang dijadikan acuan berarti bahwa kompetensi secara nyata
akan memprediksi seseorang yang bekerja dengan baik atau buruk yang
sesuai dengan kriteria spesifik atau standar (Nursalam, 2012)
Sedangkan
menurut
Kepmendiknas
045/U/2002
kompetensi
adalah
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki sesorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Nursalam, 2012).
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak,
34
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya, sehingga dia dapat memberikan perilaku-perilaku kognitif, afektif,
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya dalam konsep standar kompetensi
menurut Taksonomi Bloom.
a.
Unsur kognitif yang terdiri atas enam tingkatan yaitu pengetahuan
(mengingat, menghafal), Pemahaman (menginterprestasikan), aplikasi
(menggunkan
konsep
untuk
memecahkan
masalah),
analisis
(menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-bagian
konsep menjadi suatu konsep utuh), evaluasi (membandingkan, nilainilai, ide, metode, dan sebagainya)
b.
Unsur psikomotor yang terdiri atas lima tingkatan yaitu peniruan
(menirukan gerak), penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan
gerak), ketepatan (melakukan gerak dengan benar), perangkaian
(melakukan beberapa gerak sekaligus secara benar), naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar).
c.
Unsur afektif yang terdiri atas lima tingkatan yaitu pengenalan (ingin
menerima, sadar akan adanya sesuatu), merespons (aktif berpartisipasi),
penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai-nilai tertentu),
pengorganisasian
(menghubungkan
nilai-nilai
yang
dipercaya),
pengalaman (yang menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari hidup pola)
(Nursalam, 2012).
Pengertian ini mengandung arti bahwa kompetensi mencakup tugas
keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas,
keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis dan pekerjaan
tertentu. Dengan demikian, terdapat hubungan link antara tugas-tugas yang
dipelajari peserta didik di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh
dunia kerja (Mulyasa, 2013).
35
Beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat di uraikan
sebagai berikut:
a.
Pengetahuan (knowledge)
Kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang pembimbing
mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan
bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai
kebutuhannya.
b.
Pemahaman (understanding)
Kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya
seorang pembimbing yang akan melaksanakan pembelajaran harus
memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta
didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efesien.
c.
Kemampuan (skill)
Suatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan
pembimbing dalam
memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan
belajar kepada peserta didik.
d.
Nilai (value)
Suatu standart perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah
menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standart perilaku pembimbing
dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan , demokratis, dan lain-lain).
e.
Sikap (attitude)
Perasaaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap
rangsangan yang datang dari luar.
36
f.
Minat (interes)
Kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya,
minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
Kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekan pada pengembangan dan kemampuan melakukan tugas-tugas,
sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik, berupa penguasaan.
Dalam
hal
ini
diarahkan
untuk
mengembangkan
pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik, agar
dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan
keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 2013).
Kompetensi tidak hanya menyangkut bidang ilmu dan pengetahuan
metodologi dalam mengajarkannya, tetapi tak kalah pentingnya adalah
sikap dan keyakinan akan nilai-nilai sosok perawat yang baik dan
berpenampilan menarik. Oleh sebab itu standar kompetensi profesilebih
berorientasi
kepada
kualitas
kinerja,
sehingga
setidak-tidaknya
menggambarkan kinerja seperti apa yang diharapkan dapat dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai kompetensi tersebut, dasar keilmuan
kode etik yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja tersebut, seberapa
jauh tingkat kesempurnaan pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan, dan
seperti apa indikator penilaian yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja (Nursalam, 2012).
D. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep ini berdasarkan tujuan penelitian untuk memperlihatkan
hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap
pencapaian kompetensi mahasiswa praktik keperawatan di ruang Rindu A
RSUP.H. Adam Malik Medan Tahaun 2014.
37
Skema 2.2
Kerangka Konsep
variabel independen
Mentorship dalam bimbingan
klinik keperawatan
variabel dependen
Pencapaian kompetensi
E. Hipotesa
Ada hubungan mentorship dalam bimbingan klinik keperawatan terhadap
pencapaian kompetensi pada mahasiswa praktik keperawatan di ruang Rindu A
RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2014.
Download