Kekaisaran Bizantium Kekaisaran Bizantium atau Kekaisaran Romawi Timur adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan Kekaisaran Romawi pada masa Zaman Pertengahan, berlokasi di sekitar ibu kotanya di Konstantinopel. Tidak ada konsensus mengenai tanggal pasti dimulainya periode Romawi Timur. Beberapa orang menyebut masa kekuasaan Diokletianus (284-305) dikarenakan reformasi-reformasi pemerintahan yang dia perkenalkan, membagi kerajaan tersebut menjadi sebuah pars Orientis dan sebuah pars Occidentis. Pihak lainnya menyebut masa kekuasaan Theodosius I (379-395) dan kemenangan agama Kristen terhadap paganisme, atau, setelah kematiannya pada 395, terpecahnya kerajaan menjadi bagain Timur dan Barat. Ada juga yang menyebut tahun 476, ketika Roma dijajah untuk ketiga kalinya dalam seabad yang menandakan jatuhnya Barat (Latin), dan mengakibatkan kaisar di Timur (Yunani) mendapatkan kekuasaan tunggal. Bagaimanapun juga, perubahannya berjalan secara bertahap dan pada 330, ketika Konstantinus yang Agung meresmikan ibukota barunya, proses Hellenisasi dan Kristenisasi sudah berjalan. Kaisar terakhirnya ialah Konstantinus XI. Alur waktu Kekaisaran Romawi Timur Lambang dinasti Palaeologus. Motto: Βασιλεὺς Βασιλέων Βασιλεύων Βασιλευόντων (bahasa Yunani: Raja Segala Raja Berkuasa terhadap Para Penguasa) Waktu Kejadian 330 Konstantinus I menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota. 395 Kekaisaran ini dipecah menjadi bagian Timur dan Barat setelah kematian Theodosius I. 527 Iustinianus I menjadi kaisar. 532-537 Iustinianus membangun gereja Hagia Sophia (Αγία Σοφία/Kebijaksanaan Suci) 730-787; 813- Kontroversi ikonoklasme. 843 1054 Gereja Roma berpisah dari Gereja Konstantinopel. 1204 Konstantinopel dijajah pejuang Perang Salib. 1261 Konstantinopel dibebaskan kaisar Romawi Timur Michael Palaeologus. 1453 Bangsa Ottoman Turki merebut Konstantinopel. Akhir Kekaisaran Romawi Timur. 1. Jati diri "Bizantium bisa didefinisikan sebagai kekaisaran multi-etnis yang muncul sebagai kekaisaran Kristen, yang kemudian segera terdiri dari kekaisaran Timur yang sudah diHelenisasi dan mengakhiri sejarah ribuan tahunnya, pada 1453, sebagai Negara Ortodoks Yunani: Sebuah kerajaan yang menjadi negara, hampir dengan arti modern kata tersebut”. Dalam abad-abad setelah penjajahan Arab dan Lombard pada abad ke-7, sifat multietnisnya (meski bukan multi-bangsa) tetap ada meskipun bagian-bagiannya, Balkan dan Asia Kecil, mempunyai populasi Yunani yang besar. Etnis minoritas dan komunitas besar beragama lain (misalnya bangsa Armenia) tinggal dekat perbatasan. Rakyat Romawi Timur menganggap diri mereka adalah seorang Ρωμαίοι (Rhomaioi - Romawi) yang telah menjadi sinonim bagi seorang Έλλην (Hellene - Yunani), dan secara giat mengembangkan kesadaran diri sebagai negara, sebagai penduduk Ρωμανία (Romania, yang merupakan panggilan bagi Negara Romawi Timur dan dunianya). Ini secara jelas tampil dalam karya sastra pada periode tersebut, terutamanya dalam puisi epik seperti Digenes Akrites. Peleburan resmi negara Romawi Timur pada abad ke-15 tidak secara langsung menghancurkan masyarakat Romawi Timur. Pada masa pendudukan Turki, orang-orang Yunani terus memanggil diri mereka sebagai Ρωμαίοι (bangsa Romawi) dan Έλληνες (bangsa Yunani), sebuah ciri-ciri yang tetap ada hingga awal abad ke-21 dan masih ada di Yunani modern kini, meski “Romawi” telah menjadi nama “rakyat” daripada sinonim bangsa seperti zaman dulu. 2. Awal Dekrit Caracalla pada 212, Constitutio Antoniniana, memperluas kewarganegaraan di luar Italia untuk semua pria dewasa bebas di seluruh Kekaisaran Romawi, secara efektif meningkatkan populasi provinsi untuk menyamakan status dengan kota Roma sendiri. Pentingnya dekrit ini lebih bersejarah dibanding secara politik. Dia merupakan dasar untuk integrasi di mana mekanisme ekonomi dan hukum dari negara dapat diterapkan di seluruh Mediterania seperti pernah dilakukan sebelumnya dari Latium ke seluruh Italia. Tentu saja, integrasi tidak terjadi secara seragam. Masyarakat yang sudah menyatu dengan Roma seperti Yunani terbantu oleh dekrit ini, bandingkan dengan yang letaknya lebih jauh, terlalu miskin atau terlalu asing seperti Britania, Palestina atau Mesir. Pembagian Kekaisaran dimulai dengan Tetrarki pada akhir abad ke-3 dengan Kaisar Diocletian, sebagai institusi yang dimaksudkan untuk lebih efisien mengontrol Kekaisaran Romawi yang luas. Dia membagi Kekaisaran menjadi dua bagian, dengan dua kaisar memerintah dari Italia dan Yunani, masing-masin memiliki wakil-kaisar. Pembagian ini terus berlanjut hingga abad ke-4 sampai 324 ketika Konstantinus yang Agung berhasil menjadi Kaisar satu-satunya. Konstantinus memutuskan untuk mendirikan sebuah ibu kota baru untuk dirinya dan memilih Bizantium untuk tujuan tersebut. Proses pembangunan kembali ini selesai pada 330. Konstantinus menamakan kota ini Nova Roma tetapi nama populernya masih Konstantinopel (dalam bahasa Yunani, Κωνσταντινούπολις, Constantinoúpolis, berarti kota Konstantinus). Ibu kota baru ini menjadi pusat dari administrasinya. Konstantinus juga merupakan kaisar Kristen pertama. Meskipun kekaisaran belum menjadi "Bizantin" di bawah Konstantinus, Kristen kemudian menjadi salah satu karakteristik dari Kekaisaran Romawi Timur, yang berlawanan dengan Kekaisaran Romawi yang pagan. Peristiwa penting yang mendefinisikan Kekaisaran Romawi/Bizantin adalah Pertempuran Adrianopel pada 378. Kekalahan ini, bersama dengan meninggalnya Kaisar Valens, merupakan salah satu tanggal untuk pembagian dunia kuno dan pertengahan. Kekaisaran Roma terbagi lebih jauh oleh pelanjut Valen Theodosius I yang memerintah pada 392. Pada 395 dia membagi dua bagian kepada dua anaknya Arcadius dan Honorius; Arcadius menjadi penguasa Timur, dengan ibu kota di Konstantinopel, dan Honorius menjadi penguasa di barat, dengan ibu kotanya di Ravenna. Pada saat ini biasa untuk memanggil Kekaisaran ini sebagai "Romawi Timur" dari pada "Bizantin"/"Bizantium". 3. Abad pertengahan Pada akhir abad ke-6, ketika kekuasaan Bizantium mulai melemah, sejumlah suku Slav mulai memasuki dan menempati daerah Makedonia. Suku-suku Slav yang menempati daerah Makedonia antara lain suku Draguvite, Sagudate, dan Strymonoi. Beberapa suku asli Makedonia, dikarenakan oleh kedatangan bangsa Slav, mulai berpindah menempati daerah baru di pegunungan-pegunungan dan di daerah perbentengan sekitar Yunani. Tapi, beberapa suku asli Makedonia juga berasimilasi dengan suku Slav. Orang-orang Slav ini kemudian mengelompokkan diri, dimana kelompok ini dinamai orang Bizantium sebagai "Σκλαβινίαι" (Sklaviniai). Bizantium yang semula kekuasaannya mengurang, mulai bekerjasama dengan bangsa Slav yang tinggal di Makedonia. Kemudian, Justinian II mengadakan ekspedisi militer ke seluruh daerah Makedonia untuk mendamaikan dan meminta bangsa Slav di Makedonia untuk bekerjasama dengan Bizantium. Setelah ekspedisi ini, banyak orang-orang Slav di Makedonia pindah ke Anatolia untuk menjadi bagian dari tentara Kerajaan Bizantium. Meskipun banyak orang Slav yang tunduk kepada kekuasaan Bizantium, banyak juga suku-suku yang masih bebas dari kekuasaan Bizantium. Suku-suku ini hidup secara terpisah, dan tidak membuat sebuah kekuasaan yang mempersatukan suku-suku tersebut. Sekitar tahun 850 Masehi, Kerajaan Pertama Bulgaria menyerang daerah Makedonia dan berlangsung dengan sangat lancar, karena kekuasaan Bizantium di Makedonia sangat lemah juga dipengaruhi oleh kemauan suku-suku Slav untuk bergabung dalam Kerajaan Pertama Bulgaria.[11] Benteng Tsar Samuel Orang-orang Slav di Makedonia kemudian menganut agama Kristen pada abad ke-9 Masehi, pada saat Pangeran Boris I dari Bulgaria berkuasa. Rakyat Makedonia yang mulanya buta huruf, kemudian dikenalkan huruf oleh dua orang pendeta Kristen asal Bizantium, Santo Kyril dan Santo Methodius, yang memperkenalkan abjad Glagolitik. Pada tahun 1014, Kaisar Basil II dari Bizantium berhasil mengalahkan tentara dari Tsar Samuil, dan kemudian memulihkan kekuasaan Bizantium atas tanah Makedonia. Namun, pada akhir abad ke-12 Masehi, kekuasaaan Bizantium di Makedonia kembali melemah dan dikuasai oleh bangsa Normandia dalam sebuah penyerangan tahun 1080. Awal abad ke-13, Kekaisaran Bulgaria meraih kekuasaan atas Makedonia. Karena kekacauan politik, Kekaisaran Bulgaria gagal mempertahankan kekuasaannya atas Makedonia, yang kemudian kekuasaan ini direbut kembali oleh Bizantium. Pada abad ke-14 Masehi, Makedonia menjadi bagian dari Kekaisaran Serbia, yang menampakkan diri mereka sebagai pembebas bangsa Slav dari kekuasaan Bizantium. Skopje kemudian menjadi ibukota dari kekaisaran Tsar Stefan Dusan. Setelah kematian Dusan, kekuasaan Serbia melemah dikarenakan pewaris tahta yang tidak sekuat pendahulunya dan persaingan antara bangsawan di Makedonia. Tanpa perlawanan, Makedonia kemudian jatuh ketangan Turki Utsmaniyah.