Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 PEMBUATAN KANTONG KOLEKSI FESES UNTUK DOMBA Suryana Balai Penelitian Ternak Ciawi, P .O . Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Biaya produksi terbesar dalam usaha peternakan adalah pakan . Agar memperoleh keuntungan yang optimal maka biaya yang dikeluarkan untuk aspek pakan harus ditekan . Pakan yang diberikan ke ternak sebaiknya mengandung nilai biologis/nutrisi yang tinggi agar benar-benar dapat dimanfaatkan oleh ternak, balk untuk pertumbuhan maupun untuk tujuan reproduksi . Oleh karena itu, pemilihan pakan, baik hijauan maupun konsentrat yang berkualitas dan tepat untuk diberikan ke ternak merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh agar biaya pakan/produksi dapat ditekan . Upaya tersebut banyak dilakukan oleh para peneliti, terutama yang berkecimpung dalam bidang makanan . Teknik yang umum dipergunakan untuk mengetahui kualitas pakan, utamanya untuk ternak ruminansia (kususnya domba) adalah dengan mempelajari nilai kecernaan pakan yang akan diuji . Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya maka dipergunakan kandang metabolisme (Gambar 1) . Kandang metabolisme yang dipergunakan, dibuat sesuai dengan ukuran ternak yang akan dipergunakan (lihat Gambar 1) . Ternak domba yang dipergunakan pada umumnya telah dewasa dan ditempatkan dalam kandang metabolisme . Dalam kandang metabolisme, ruang gerak domba dibatasi dan hanya dapat mengkonsumsi pakan dan air yang telah disediakan pada tempatnya . Hasil metabolisme yang berupa feses dan urine dapat ditampung melalui saringan yang terbuat dari kawat kasa dan plat aluminium yang terletak di bawah kandang . Dengan teknik tersebut dan tingkat ketelitian pengamatan yang benar maka jumlah pakan yang dikonsumsi dan dikeluarkan baik dalam bentuk feses maupun urine dapat diketahui dengan pasti . Dengan demikian nilai pakan yang diuji dapat dihitung . Kelemahan teknik tersebut adalah feses yang berhasil ditampung pada umumnya tercemar oleh urine, sebagai akibat sistem penampungan melalui satu jalur . Keadaan tersebut akan menyebabkan data yang diperoleh balk untuk feses maupun urin akan bias, terutama kandungan nitrogen dan energi . Oleh karena itu perlu dicarikan alternatif agar produk limbah hasil metabolisme tersebut benar-benar tidak tercemar dan data yang diperoleh makin menjadi tepat . Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mempergunakan kantong yang ditempatkan dan tergantung pada bagian 20 lokakarya Fungsional Non Peneli6 1997 belakang ternak yang dipergunakan . Kantong tersebut pada umumnya disebut sebagai fecal bag atau kantong feses . 1, Gambar 1 . Kandang metabolisme, bila dilihat dari samping BAHAN DAN METODE Hal yang perlu dilakukan untuk pertama kali adalah merancang model kantong feses yang cocok untuk ternak yang akan dipakai, dan dalam hal ini adalah ternak domba . Selanjutnya diujicobakan penggunaannya, sehingga dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan . Alat dan bahan Kantong feses dibuat dari bahan kain yang tidak menyerap air, ringan, kuat dan murah harganya . Untuk itu ditetapkan bahwa kain poliester tipis (lebih dikenal dengan nama pasar kain parazut) dipergunakan sebagai bahan kantong . Bahan lain yang juga dipergunakan adalah sumbu lampu tempel, benang plastik, gesper dan kancing . Kain parazut merupakan bahan utama pembuatan kantong, sedangkan sumbu lampu (lebar 2,5- 3 cm) berfungsi sebagai pengikat dan penahan beban agar kantong feses dapat tetap pada tempatnya/stabil . Gasper dipergunakan sebagai penghubung ujung-ujung sumbu lampu dan dapat disesuaikan dengan ukuran ternak yang akan dipergunakan, dan benang nilon untuk menjahit kantong serta tidak mudah rusak sebagai akibat kondisi basah selama dipergunakan . Metoda pembuatannya Alat ini terdiri dari dua bagian utama, yakni (i) bagian penahan beban dan menjaga kestabilan kantong (Gambar 2) dan (ii) bagian kantong (Gambar 21 Lokakarya Fungsiona! Non Peneliti 1997 3) . Bagian penahan beban terbuat dari sumbu lampu dan dirancang sebagai Gambar 2, dengan menjahit bagian tertentu dan mempergunakan benang nilon . Ukuran bagian penahan beban ini dapat disesuaikan dengan besar kecilnya ternak domba yang dipergunakan . Untuk mengatur ukuran tersebut diberikan gesper penghubung yang dapat disesuaikan dengan ukuran ternak . iai 101 Qtm~~~~s• .' 6*40 1 j7s%% ~ Gambar 2 . Sumbu lampu tempul yang telah dirancang sebagai penyandang beban kantong feses 1 0 9 Gambar 3 . Bagian kantong feses yang teah dilengkapi dengan gesper 22 Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Ukuran kantong dapat disesuaikan dengan selera pengguna, namun pada kesempatan ini penulis mempergunakan ukuran yang dapat menampung + 2 kg feses basah . Sebagai bahan penghubung antara kantong feses dan bagian penahan beban dipergunakan gesper agar memudahkan penyesuaian ukuran ternak dan mudah dalam pemasangan atau pun pelepasan kantong . Sedangkan untuk memudahkan pengambilan feses harian dipergunakan kancing yang dapat dilepas setiap waktu bila dipergunakan . Cara kerja kantong feses Untuk pemasangan kantong feses maka tahapan adalah sebagai berikut : yang diperlukan (i) . Pemasangan penahan beban . Bagian penahan beban ditempatkan pada bagian punggung domba yang untuk selanjutnya ujung-ujung sumbu dihubungkan secara berpasangan dengan mengaitkan ujung gesper yang telah tersedia (Gambar 4) . Sumbu satu dikalungkan pada bagian leher, sumbu dua di bagian dada melalui bagian belakang kaki depan, sumbu tiga dilingkarkan di bagian perut sedangkan sumbu empat dan lima dihubungkan dengan bagian dari kantong feses . Gambar 4 . Ternak domba dengan perangkat kantong feses (ii) .Pemasangan kantong feses . Kantong feses ditempatkan di bagian belakang ternak, tepat menutupi bagian anus dan ekor ternak . Selanjutnya ujung sumbu yang telah disiapkan dihubungkan dengan sumbu empat dan lima . Hubungan sumbu empat dengan kantong dilakukan tepat di atas punggung, sedangkan sumbu lima dihubungkan dengan gesper yang terdapat pada kantong melalui bagian dalam kaki belakang . 23 Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dengan mempergunakan kandang metabolisme ternyata memberikan hasil yang belum memuaskan . Hal ini disebabkan terjadinya kontaminasi antara feses dan urine . Selanjutnya dengan teknik gabungan, yakni mempergunakan kandang metabolisme dan kantong feses yang telah dimodifikasi menunjukkan bahwa feses dan urine dapat dipisahkan secara sempurna sehingga feses yang berhasil ditampung tidak tercemar oleh cairan urin . Penggunaan kantong feses pada ternak domba membutuhkan waktu dua hari untuk dapat beradaptasi . Hal ini disebabkan ternak belum merasa nyaman dan selanjutnya ternak telah dapat menyesuaikan diri/adaptasi . Hasil pengambilan feses yang dilakukan sekali dalam sehari ternyata mengalami sedikit gangguan, karena dengan frekuensi tersebut ternak keberatan untuk memikul jumlah feses tersebut . Selanjutnya dengan pengambilan feses dua kali sehari, yakni pada setiap pukul 17 .00 dan 07 .00 lebih memberikan kenyamanan pada ternak sehingga kegiatan harian ternak dalam kandang metabolisme tidak terganggu . Selain kenyamanan ternak yang terjamin, keuntungan penggunaan kantong adalah feses terhindar dari kontaminasi oleh urin serta dapat dipergunakan berulang-ulang . Kelemahan yang terjadi dengan penggunaan kantong feses adalah hanya dapat dipergunakan untuk ternak jantan . Hal ini disebabkan sistem pembuangan sisa metabolisme pencernaan pada ternak ruminansia betina yang berdekatan . Dengan perkataan lain penampungan feses pada ternak betina dengan mempergunakan kantong feses akan terkontaminasi oleh urine . KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan kantong feses cukup aman dan dapat dipergunakan sebagai alat dalam penelitian kecernaan pakan ternak . Namun demikian pengujian penggunaan alat ini perlu diteliti lebih lanjut terutama untuk ternak yang ditempatkan pada kandang kelompok ataupun pada ternak di lapang . Penggunaannya untuk ternak ruminansia besar perlu dimodifikasi dan disesuaikan dengan ukuran dan kekuatannya . Demikian pula penggunaan kantong untuk mengumpulkan feses pada ternak betina perlu dipikirkan Iebih lanjut . DAFTAR BACAAN ASAS . 1969 . Techniques and Procedures in Animal Research . Q Corporation 49 Sheridan Ave . Albany, N .Y . 12210 . Church, D .C . 1983 . Digestive Physiology and Nutrition of Ruminants . Vol . 1 . Digestive Physiology . 2nd Ed . O .B . Books Inc. Schneider, B . and W . Flatt . 1975 . The Evaluation of Feeds through Digestibility Experiments . The Univ . George Press, Athens, 30602 . 24