BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik bukan merupakan hal yang asing lagi bagi manusia. Bahkan musik mempunyai status yang penting mulai dari tahap awal kehidupan, contohnya saja adalah penelitan yang dilakukan oleh Nakata & Trehub (2004) yakni bayi lebih menaruh perhatian kepada sosok ibu lebih lama saat bernyanyi daripada hanya berbicara. Musik merupakan sebuah rangkaian bunyi atau suara yang mempunyai ritme, melodi dan harmoni yang memungkinkan penggunaan beberapa instrumen atau bunyi-bunyian (Oxford University, 2005). Dalam kehidupan sebagai manusia, musik hampir tidak bisa dihindari dari lingkungan dimana manusia tinggal, baik yang tinggal di pedesaan sampai pada pusat kota dengan berbagai keadaan dan genre musik (Djohan, 2009). Perkembangan musik di setiap negara tentunya berbeda. Sehingga genre musik yang dihasilkan oleh masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya mereka sendiri juga menghasilkan musik yang berbeda pula. Namun individu yang diperdengarkan musik yang asing dari budayanya dapat mengidentifikasi emosi yang diekspresikan dalam musik tersebut dengan tingkat akurasi diatas rata-rata (Swaminathan & Schellenberg, 2014). Ketika kita mendengar musik yang tidak biasa pada sebuah siaran radio dan mengidentifikasi bahwa itu merupakan musik jazz atau Italian opera atau simponi dari Beethoven maka yang kita lakukan saat itu adalah merespon musik Universitas Sumatera Utara 2 dengan genre-nya. Dalam musik, genre diartikan sebagai pengkarakteristikan sebuah musik dengan menggunakan melody, ritim, warna nada, dinamik, harmoni, susunan, dan bentuk (Kamien, 2004). Genre musik terus berubah sama seperti kebanyakan hal lainnya. Meskipun terjadi perubahan dari masa ke masa namun genre musik yang baru tetap dibayang-bayangi oleh genre musik sebelumnya dan biasanya elemen dari musik sebelumnya dipertahankan. Ada beberapa jenis yang didasarkan pada masa perkembangannya musik yakni Jazz (Blues, New Orlean Style, Swing, Bebop), The American Musical, dan Rock (Kamine, 2004). Indonesia juga mengalami perkembangan musik, genre musik yang terkenal adalah musik tradisional dan musik popular (jazz, pop, rock, RnB, dll). Manusia mendengarkan musik pada banyak kesempatan. Menurut Djohan (2009) manusia sangatlah jarang mendengarkan musik secara tunggal. Secara tunggal yang dimaksudkan oleh Djohan adalah manusia hanya melakukan satu kegiatan saja yakni mendengarkan musik tanpa melakukan aktivitas yang lain. Hal ini dapat terlihat ketika berada di tempat-tempat umum banyak ditemui orang yang mendengarkan musik yang bersumber dari gadget-nya dengan menggunakan speaker atau dengan menggunakan headset sambil jogging, menunggu, mengendarai kendaraan, dll. Peneliti melakukan survey kepada 339 mahasiswa USU didapatkan bahwa musik didengarkan 35% sebagai pengantar tidur, 21% saat bersantai, 13,8% saat belajar, 10,6% saat merasa bosan, 5,6 % kapan pun, 5,3% saat sedang ingin mendengarkan, 8,7% yang lain-lain (seperti makan, mandi, menunggu, dll). Universitas Sumatera Utara 3 Alasan orang-orang untuk mendengarkan musikpun beragam yakni; untuk mengisi waktu luang, supaya lebih santai, lebih fokus dalam melakukan suatu hal, dan supaya tidak stress. Penelitian juga menunjukkan bahwa beberapa alasan yang membuat orang ingin untuk mendengarkan musik adalah karena musik bisa membuat orang nyaman atau suasana hati yang positif dengan mengubah perasaan mereka, atau mempertahankan perasaan mereka (Juslin & Sloboda, 2010; Schäfer, T., Sedlmeier, P., Städtler, C., & Huron, D., 2013; Chanda & Levitin, 2013). Tidak hanya alasan atau motivasi untuk mendengarkan musik saja yang berbeda, namun pemilihan musik yang akan didengarkan oleh seseorang pun berbeda dengan orang yang lainnya. Salah satu yang mempengaruhi pemilihan musik yang akan didengar adalah preferensi musik yang dimiliki oleh seseorang. Preferensi musik merupakan sejauh mana seseorang lebih menyukai sebuah genre musik dibandingkan dengan genre musik yang lainnya (Scherer & Zentner, 2001). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh peneliti jika seseorang dalam melakukan kegiatan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya yakni belajar, pengantar tidur, dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti makan, mandi, dan menunggu; kemudian di saat yang bersamaan mendengarkan musik yang tidak sesuai dengan preferensi musik mereka, diperoleh hasil seperti berikut: 45,3% merasa terganggu, 10,67% suntuk(badmood), 30% biasa saja selama musik enak didengar, 10% mengabaikan musik, 4 % yang lain-lain (seperti mematikan musik dan menghindar). Berdasarkan survey tersebut dapat disimpulkan bahwa respon yang ditunjukkan ketika seseorang mendengar musik yang tidak sesuai dengan preferensi musik mereka memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan. Universitas Sumatera Utara 4 Musik tidak memiliki aspek yang memungkinkannya mengekspresikan suatu makna secara eksplisit. Makna hanya dapat didekati dengan bahasa yang memiliki fungsi semantik dan dibentuk oleh kata-kata sebagai unsurnya. Kedalaman musik menyebabkan adanya perasaan tertentu pada pendengarnya. Kedalaman dari musik dapat kita dekati melalui intimasi. Pada musik, intimasi dapat berupa emosi, yang merupakan efek nyata yang timbul karena mendengarkan musik (Alkadri, 2011). Swaminathan & Schellenberg (2014) menyatakan bahwa individu sebagai pendengar memiliki pengalaman emosi saat merespon musik yang didengar. Respon emosi yang muncul karena mendengarkan musik disebut dengan emosi musikal. Dikatakan emosi musikal karena emosi yang dibangkitkan oleh musik berbeda dengan emosi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang dibangkitkan oleh stimulus lain. Scherer mengusulkan istilah "utilitarian" pada emosi biasa karena jenis emosi ini memiliki fungsi utama dalam adaptasi dan penyesuaian individu untuk peristiwa yang memiliki konsekuensi penting bagi kesejahteraan individu. Sementara istilah “aesthetic” lebih ditunjukkan untuk emosi yang dibangkitkan oleh musik karena mungkin untuk tidak diatur oleh fungsi-fungsi vital seperti kebutuhan tubuh atau tujuan umum (Torres-Eliard, Labbé, & Grandjean, 2011). Banyak peneliti yang melakukan penelitian terkait emosi yang dibangkitkan oleh musik degan menggunakan berbagai pendekatan teori emosi. Menurut Juslin & Vӓ stjӓ ll (2008) emosi yang dibangkitkan oleh musik berbeda dengan emosi dasar dan emosi komplek yang mana letak perbedaannya dapat Universitas Sumatera Utara 5 dilihat dari mekanisme yang mendasari keterbangkitan emosi yakni melalui refleks batang otak, pengkondisian evaluatif, penularan emosi, citra visual, ingatan episodik, dan harapan akan musik. Serta menurut Koelsch (2012) menyatakan emosi yang dibangkitkan oleh musik dapat membangkitkan perubahan terhadap tiga komponen reaksi utama emosi, yaitu dalam psychological arousal (aktivitas autonomi dan endokrin), subjective feeling (perasaan seperti senang, bahagia, sedih, dll), motor expression (tersenyum atau cemberut). Selain itu, mendengarkan musik dapat menunjukkan action tendencies (menari, menghentakkan kaki, bertepuk tangan, dll). Zentner (2008) menilai emosi musikal merupakan bagaimana emosi dirasakan oleh seseorang. Zentner menggunakan domain specific model karena menurutnya emosi secara umum (basic emotion model & dimensional model) tidak dapat menangkap gambaran emosi yang ditimbulkan oleh musik. Zentner juga menekan pada “sense of feeling” yang dialami saat mendengarkan musik, yakni pengalaman subjektif seseorang saat mendengarkan musik. Hal ini disebabkan karena beberapa emosi lebih dapat dirasa daripada dimanifestasikan ke dalam bentuk perilaku yang tampak seperti ekspresi dan manifestasi fisiologis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rentfow dan Gosling (2003) membagi prefrensi musik ke dalam 4 (empat) kelompok dan gambaran emosi musik, yakni; pertama diberi label Reflective & Complex (klasik, jazz, folk, blues) musik cenderung menekankan emosi yang positif dan negatif serta lebih kompleks dibandingkan genre musik yang lain. Kedua diberi label Intense & Rebellious (rock, alternative, heavy metal) musik cenderung menekankan emosi yang negatif Universitas Sumatera Utara 6 dan tema ketidakpatuhan. Kemudian yang ketiga diberi label Upbeat & Conventional (pop, soundtrack, religius, country) musik cenderung menekankan emosi positif dan lebih kurang kompleks dibandingkan genre musik yang lain. Dan yang keempat diberi label Energetic & Rhythmic (rap, soul, dan electronica) musik cenderung menekankan pada enegi dan tema self-gratification. Penelitian yang dilakukan oleh Rentfow dan Gosling (2003) membagi prefrensi musik ke dalam 4 (empat) kelompok dan gambaran emosi musik, yakni; pertama diberi label Reflective & Complex (klasik, jazz, folk, blues) musik cenderung menekankan emosi yang positif dan negatif serta lebih kompleks dibandingkan jenis musik yang lain. Kedua diberi label Intense & Rebellious (rock, alternative, heavy metal) musik cenderung menekankan emosi yang negatif dan tema ketidakpatuhan. Kemudian yang ketiga diberi label Upbeat & Conventional (pop, soundtrack, religius, country) musik cenderung menekankan emosi positif dan lebih kurang kompleks dibandingkan jenis musik yang lain. Dan yang keempat diberi label Energetic & Rhythmic (rap, soul, dan electronica) musik cenderung menekankan pada enegi dan tema self-gratification. Musik rock dan musik jazz yang merupakan dua jenis musik yang cukup berbeda baik dari segi harmoni (sederhana atau rumit), irama (monoton atau lancar), tempo (cepat atau lambat), dan garis melodi (naik atau turun) serta emosi yang ditekankan pada musik. Genre musik jazz yang masuk dalam kelompok reflective & complex memiliki karakteristik musik irama yang lemah, beat yang cenderung lambat, dan seriong diiringi oleh instrumen cornet, terompet, saxophone (soprano, alto tenor, Universitas Sumatera Utara 7 bariton), piano, klarinet, vibraphone, dan trombone yang mana berdasarkan karakterisitik musik tersebut lebih memungkinkan pendengarnya merasa santai (Report, 2004). Sementara genre musik rock yang masuk dalam kelompok intense & rebellious memiliki karakteristik musik musik yang keras, beat yang cepat, dengan sering menampilkan iringan gitar listrik dan suara berat, lebih memungkinkan pendengarnya mengalami perasaan power (Aljanaki, Wiering, & Veltkamp, 2014). Berdasarkan uraian diatas yang menggambarkan bahwa genre musik tertentu dengan karakteristik musik yang berbeda memungkinkan pendengar untuk mengalami emosi-emosi tertentu pula. Sehingga peneliti ingin melakukan penelitian untuk melihat perbedaan emosi musikal yang dirasakan oleh subjek berdasarkan preferensi musik yang berbeda (jazz dan rock) ketika mendengarkan genre musik yang berbeda (jazz dan musik rock). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan emosi musikal pada individu yang mempunyai preferensi musik jazz dan musik rock? 2. Apakah ada perbedaan emosi musikal pada individu yang diperdengarkan genre musik jazz dan musk rock? 3. Apakah terdapat perbedaan emosi musikal pada individu peminat musik rock dan musik jazz ketika diperdengarkan musik rock dan musik jazz? Universitas Sumatera Utara 8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan emosi musikal dengan 9 jenis emosi musikal yakni wonder, transcendence, power, tenderness, nostalgia, peacefulness, joyfull activation, sadness, dan tension pada individu berdasarkan preferensi musik (jazz dan rock) dan yang diperdengarkan genre musik (jazz dan rock). D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masuan yang bermanfaat bagi ilmu psikologi, khususnya di bidang Psikologi Umum dan Eksperimen terkait preferensi musik, genre musik, dan emosi musikal saat mendengarkan musik. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan dan penelitian Psikologi Umum dan Eksperimen sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi mahasiswa bahwa preferensi dan genre musik yang terkait dengan penelitian dapat memberikan pengalaman emosi yang berbeda sehingga dapat membantu dalam mempertahankan ataupun mengelola emosi yang dibangkitkan oleh musik ketika pada saat yang bersamaan melakukan aktivitas lainnya. Universitas Sumatera Utara 9 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang yang mendasari penelitian ini, rumusan masalahnya, tujuan diadakannya penelitian, manfaat penelitian dari segi teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tinjauan teoritis mengenai kondisi emosi pada orang yang menyukai musik rock dan orang yang menyukai musik jazz ketika diperdengarkan musik rock dan musik jazz saat sedang mengerjakan tugas. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi identifikasi variabel yang diuji dalam penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel yang akan diteliti, metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, serta metode dalam menganalisis hasil data penelitian. Universitas Sumatera Utara