BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan suatu bangsa untuk memajukan kesejahteraan masyarakat serta berkompetisi dalam dunia global. Mengingat pentingnya peranan pendidikan dalam pembagunan nasional, peletakan dasar dan arah kebijakan pendidikan nasional harus tepat dan konsisten dengan cita-cita yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta tujuan dan fungsi pendidikan harus tepat dan konsisten dengan cita-cita yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sehubungan dengan itu, arah pembangunan pendidikan nasional menekankan pada pendidikan transformatif yang didasarkan pada paradigma pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan tersebut meliputi: keteguhan iman dan takwa, etika dan wawasan kebangsaan serta kepribadian nasional, penguasaan iptek, ekspresi estetika, dan peningkatan kualitas jasmani. Paradigma pembangunan pendidikan tersebut menempatkan peserta didik dalam kedudukan yang sangat sentral, dengan pemahaman bahwa: 1. Pendidikan merupakan proses sistematis untuk memanusiakan manusia secara holistik, yaitu manusia yang bermoral, rasional, kompeten, berguna, adaptif, dan menjadi agen perubahan sosial, sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan aktualisasi diri. 2. Pendidikan menempatkan pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan bagi peserta didik sebagai nilai yang memegang peranan penting dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 3. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai pusat pembaharuan dan perubahan masyarakat. Karena itu, upaya peningkatan akses masyarakat Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 1 terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam kerangka mewujudkan paradigma pembangunan pendidikan tersebut, maka Depdiknas perlu memperjelas dan memperkuat fungsi-fungsi barunya dalam pelayanan pendidikan, seperti dalam penetapan kebijakan nasonal, standardisasi nasional pendidikan, pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan, serta harmonisasi dan koordinasi sesuai dengan fungsi, urusan, dan tanggungjawab dari masing-masing tingkat pemerintahan, satuan pendidikan, dan masyarakat. Sebagai acuan Pembangunan Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional telah menyusun Rencana Strategis Pembangunan Pendidikan Nasional (Renstra Depdiknas) Tahun 2005-2009 yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2009 yang mengarah pada: a) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun, dan damai; b) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi manusia; dan c) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang dilandasi keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Renstra Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009 yang konsisten dengan prinsip desentralisasi dan otonomi, diharapkan akan menciptakan rasa kepemilikan (ownership) dan pemahaman yang optimal atas peran masing-masing stakeholder dalam pelayanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat serta menjadi pedoman bagi pengelola pendidikan di berbagai tingkatan, dimulai dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan satuan pendidikan, dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan pendidikan nasional serta mengevaluasi hasilnya. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 2 Renstra yang akan disosialisasikan dan dikomunikasikan ke berbagai tingkatan pengelola pendidikan dengan tujuan untuk membangun komitmen bersama dalam mewujudkan visi, misi, dan target pembangunan pendidikan nasional ini, secara garis yang mencakup tiga pilar kebijakan, yaitu: 1. Pemerataan dan Perluasan Akses, yang diarahkan pada upaya memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka pemenuhan hak warga negara terhadap pendidikan. 2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing, yang diarahkan pada pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang diukur dari pencapaian kecakapan lulusan, baik akademik maupun non-akademik dalam rangka peningkatan daya saing bangsa dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional maupun global. 3. Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yang efisien, produktif, akuntabel, dan demokratis dengan menekankan pada peranan desentralisasi dan otonomi pendidikan Untuk mengimplementasikan tiga pilar kebijakan pembangunan pendidikan nasional tersebut, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) sebagai lembaga sub-ordinat dari Depdiknas telah melaksanakan berbagai program sebagai aktualisasi renstra Ditjen PMPTK (lihat lampiran Matriks Renstra Ditjen PMPTK) sesuai dengan tugasnya sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2005 yaitu merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal. Secara umum, program-program yang dilaksanakan oleh Ditjen PMPTK dalam mewujudkan tiga pilar kebijakan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 3 pembangunan pendidikan nasional tersebut lebih berorientasi kepada upaya merespon secara cerdas dan bijak berbagai permasalahan penting yang berhubungan dengan pembinaan dan pengembangan profesi dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan, terutamanya pendidik. Permasalahan tersebut antara lain mencakup: 1. Kurang sinkronnya program pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya pendidik, dari perpendidikan tinggi penyelenggara pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dengan kebutuhan di lapangan. 2. Belum adanya perangkat undang-undang yang mengatur hak dan kewajiban serta perlindungan pendidik. 3. Rendahnya status sosial, rasa kebanggaan, dan rasa percaya diri pendidik. 4. Perlunya institusi yang mengatur/mengelola pendidik yang menjamin pembinaan dan pengembangan profesi, serta menjamin pengembangan karir pendidik, kesejahteraan dan perlindungan terhadap pendidik. Hal ini dapat dipahami karena pendidik dan tenaga kependidikan, terutamanya pendidik merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik memegang peranan penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar karena pendidik sebagai “instructional leader” memiliki tugas merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang bermutu, pada umumnya, karena didukung oleh pendidik yang terstandar dan profesional. Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia di negara-negara berkembang dinyatakan bahwa keberhasilan pendidikan (output) kontribusi yang paling besar adalah peran pendidik mengambil porsi 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Oleh karena itu untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, secara nasional, semua pendidik di Indonesia diharapkan menjadi pendidik profesional yang cerdas, cakap dan terampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan standar, kriteria, norma, dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan mengedepankan estetika, etika, keluhuran budi pekerti, dan keunggulan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 4 kepribadian bangsa. Dengan demikian dalam penanganannya pendidik tidak dapat disejajarkan dengan penanganan sarana prasarana, kurikulum, dan pendukung pendidikan lainnya karena dinamika pendidik sangat beragam artinya harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada, kemajuan IPTEK dan informasi. Untuk menjamin tercapainya pendidik yang demikian diperlukan suatu pengelolaan pendidik yang sistemik, sistemik, terprogram, terintegrasi dan berkelanjutan, baik dalam hal rekrutmen, pembinan dan pengembangan profesi, termasuk pengaturan sistem pembinaan karir, maupun pemberian penghargaan, kesejahteraan dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005. Sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas publik dalam mengaktualisasikan renstra Dirjen PMPTK tahun 2005 - 2009 dalam menunjang pengimpelementasian renstra Depdiknas tahun 2005 – 2009 sebagai acuan pembangunan pendidikan nasional, maka Ditjen PMPTK sebagai lembaga sub-ordinat Depdiknas menyusun laporan pencapaian pelaksanaan program-programnya selama periode tahun 2005. Laporan ini akan mencakup 4 bagian, yaitu: 1. Pendahuluan yang memuat latar belakang, tujuan dan manfaat penyusunan laporan; 2. Pelaksanaan Program-program yang mencakup tujuan, sasaran dan pencapaian program yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yakni: (a) Perluasan dan Pemerataan Akses; (b) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing; dan (c) Peningkatan Good Government, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik; 3. Permasalahan dan Kendala yang dihadapi oleh Ditjen PMPTK dalam melaksanakan program-programnya sebagai aktualisasi renstra Ditjen PMPTK tahun 2005 - 2009 dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 5 B. TUJUAN Penyusunan laporan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan bentuk pertanggung-jawaban Ditjen PMPTK terhadap publik dalam pencapaian program-programnya dalam penunjang pencapaian 3 pilar pembangunan pendidikan nasional sebagaimana termuat dalam renstra Depsiknas Tahun 2005 – 2009. C. MANFAAT Manfaat penyusunan laporan pelaksanaan program Ditjen Mutendik ini adalah: 1. untuk menunjukkan indikator keberhasilan tahun pertama dalam mengaktualisasikan pelaksanaan renstra Ditjen Mutendik Tahun 2005 2009 dalam pembangunan pendidikan nasional sebagai dasar berpijak yang lebih kuat bagi Ditjen PMPTK untuk melanjutkan pelaksanaan program-program yang telah dicanangkan pada tahun-tahun berikutnya. 2. untuk menunjukkan barometer pelaksanaan program-program di masa yang akan datang agar dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien dalam mengaktualisasikan renstra Ditjen PMPTK Tahun 2005 – 2009 dalam rangka pembangunan pendidikan nasional. 3. sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan bagi semua pejabat dan penanggung jawab program di lingkungan Ditjen PMTK dalam rangka merespon permasalahan: a. Peningkatan upaya penjaminan mutu pendidik untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai profesi; b. Peningkatan status sosial dan tingkat kesejahteraan pendidik secara bertahap berdasarkan pada merit sistem dan berorientasi memacu prestasi; c. Penyempurnaan sistem pengelolaan profesi pendidik yang mencakup rekrutmen calon, pendidikan, pengangkatan, pembinaan dan pengembangan karier pendidik sebagai profesi; Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 6 d. Peningkatan daya tarik pendidik sebagai suatu profesi yang mulia dan memotivasi putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi pendidik. Dengan demikian pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya pendidik dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dalam rangka pembangunan pendidikan nasional untuk peningkatan mutu sumber daya manusia sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 7 BAB II TRANSISI DAN TRANSFORMASI MENUJU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN A. Sebelum adanya Peraturan Presiden tentang Pembentukan Ditjen PMPTK Dalam rangka melaksanakan tugas pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan secara nasional, Depdiknas sesuai dengan kewenangannya melakukan berbagai program yang dikoordinasikan melalui Direktorat Tenaga Kependidikan pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) dan Direktorat Tenaga Teknis pada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (Ditjen PLSP). Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 031/O/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Ditjen Dikdasmen bertanggung jawab terhadap pengelolaan tenaga kependidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur pendidikan formal. Tenaga kependidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah mencakup, antara lain, guru, kepala sekolah, pengawas, pustakawan, laboran, dan tenaga administrasi. Sedangkan Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 051/O/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Ditjen PLSP bertanggung jawab terhadap pengelolaan tenaga kependidikan pada jalur pendidikan non formal. Tenaga kependidikan pada pendidikan non formal mencakup, antara lain, pamong, tutor, pamong belajar, tenaga lapangan pendidikan masyarakat, dan penilik. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 8 Meskipun secara formal, tugas pengelolaan dan pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan tersebut dikelola oleh suatu direktorat pada masing-masing Ditjen tersebut, masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih progam antar Direktorat di masing-masing Ditjen yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini menyebabkan kurangnya efisiensi dan efektivitas dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan sehingga program Depdiknas dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan kurang terarah dan optimal. Sejalan dengan sistem pengelolaan tenaga kependidikan di tingkat pusat tersebut, pengelolaan tenaga kependidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga mengalami hal yang sama. Sebagian besar pengelolaan tenaga kependidikan baik pada jalur formal maupun non formal menjadi tanggung jawab subdinas yang menangani pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan luar sekolah dan pemuda. Hal ini juga mangakibatkan pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan tidak terprogram dan terarah. Dengan memperhatikan kondisi tersebut diatas serta melihat peran tenaga kependidikan yang sangat sentral dalam upaya perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan mutu pendidikan Pemerintah memandang pengelolaan, pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan perlu dilakukan secara terintegrasi oleh suatu unit setingkat eselon I (Direktorat Jenderal), baik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan non formal. Dengan pengelolaan secara terpadu tersebut, diharapkan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan akan lebih terarah dan terprogram serta dapat dilakukan sinergi antar direktorat maupun antar unit utama. Untuk mempersiapkan lahirnya Direktorat Jenderal yang menangani pendidik dan tenaga kependidikan tersebut telah dilakukan kegiatan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 9 antara lain penyusunan naskah akademik, pertemuan dan lokakarya dengan berbagai stakeholder pendidikan dan instansi terkait, dan penyusunan draft Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Setelah melalui berbagai proses pembahasan baik di lingkungan internal departemen maupun dengan instansi di luar departemen, Pemerintah membentuk Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2005. Dengan mengacu pada Perpres Nomor 10 tahun 2005 dan Peraturan Presiden Nomor 10 tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I, Kementerian Negara Republik Indonesia, Depdiknas menyusun organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan mendapat persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sesuai dengan Surat Nomor B/1061/M.PAN/6/2005 tanggal 6 Juni 2005. Berdasarkan persetujuan tersebut, Mendiknas menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Berdasarkan kesesuaian tugas dan fungsinya, Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen dan Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP menjadi bagian dari Direktorat Jenderal PMPTK. B. Sesudah adanya Peraturan Presiden tentang Pembentukan Ditjen PMPTK Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun 2005, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 10 Kependidikan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan non formal. Susunan organisasi Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal, dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan. a. Pelantikan Pejabat Eselon I dan II Dalam rangka mengimpelementasikan Perpres Nomor 9 tahun 2005, Mendiknas telah mengangkat Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada tanggal 11 Mei 2005 dan Sekretaris Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan pada tanggal 18 Juli 2005. Untuk melengkapi struktur organisasi Ditjen PMPTK secara bertahap Mendiknas telah mengangkat Direktur di lingkungan Ditjen PMPTK pada tanggal 21 Oktober 2005 dan 14 November 2005. Dengan telah diangkatnya pejabat eselon I dan II di lingkungan Ditjen PMPTK, secara bertahap tugas dan fungsi Ditjen PMPTK mulai dijalankan secara transisional dengan mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Namun demikian, opersasionalisasi Ditjen PMPTK belum dapat dilakukan secara optimal karena belum diangkatnya pejabat eselon III dan IV sebagai pelaksana operasional kegiatan di sekretariat dan masing-masing direktorat. Pelaksana operasional Ditjen PMPTK sampai akhir tahun 2005 didukung oleh pejabat eselon III dan IV, serta tenaga yang berada di bawah eks Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen dan eks Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 11 b. Hubungan dengan UPT Dalam tugasnya untuk membina dan mengembangkan profesionalisme tenaga kependidikan, Depdiknas memiliki sejumlah Unit Pelaksana Teknis baik yang bersifat nasional maupun tingkat provinsi, yaitu Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Dikdasmen dan Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen PLSP. Selama masa transisi, pengelolaan UPT tersebut secara teknis dibina oleh Ditjen PMPTK dengan tetap mendapat dukungan dari Ditjen Mandikdasmen dan Ditjen PLS. Berbagai upaya untuk melakukan revitalisasi tugas dan fungsi PPPG dan LPMP, serta penajaman program yang dilakukan oleh PPPG dan LPMP pada tahun anggaran 2005 dan rencana program dan anggaran tahun 2006 telah dilakukan secara intensif. Pembinaan dan koordinasi teknis dengan PPPG, LPMP, dan BP-PLSP semakin intensif dilaksanakan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Nomor 31 tahun 2005 tentang pembinaan UPT PPPG, LPMP, dan BP-PLSP dimana secara administratif dan teknis PPPG dan LPMP berada di bawah Ditjen PMPTK. Sedangkan BP-PLSP secara adminstratif berada dibawah Ditjen PLS dan pembinaan teknisnya dilakukan oleh Ditjen PLS dan Ditjen PMPTK. c. Konsekuensi Penganggaran Mengingat pembentukan Ditjen PMPTK terjadi pada pertengahan tahun anggaran 2005, maka dukungan anggaran untuk pelaksanaan program Ditjen PMPTK pada tahun 2005 bersifat transisional. Anggaran Ditjen PMPTK bersumber dari Direktorat Tenaga Kependidikan penganggarannya dan dibawah Direktorat Tenaga pengelolaan Teknis Direktorat yang Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 12 Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Namun demikian, pelaksanaan program Ditjen PMPTK dilakukan secara optimal berdasarkan dana yang tersedia pada dua direktorat tersebut. Dalam upaya mempercepat operasionalisai Ditjen PMPTK, Depdiknas mengalokasikan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) pada APBN 2005 yang pengelolaan anggarannya dilakukan oleh PPPG Bahasa dan PPPG Keguruan. Anggaran Belanja Tambahan tersebut diarahkan untuk menampung beberapa program kegiatan yang belum tersedia pada anggaran 2005 di kedua direktorat tersebut dan untuk melengkapi kebutuhan minimal sarana prasarana untuk pelaksanaan tugas Ditjen PMPTK. d. Kerjasama dan Dukungan Unit Utama Lain Dalam masa transisi, Ditjen PMPTK mendapat dukungan sumber daya manusia dari eks Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen dan eks Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya manusia dari kedua direktorat tersebut dilakukan tanpa melakukan penambahan personil. Sarana kantor dan peralatan untuk operasionalisasi Ditjen PMPTK mendapat dukungan dari Ditjen Mandikdasmen, Ditjen PLSP, dan Sekretariat Jenderal Depdiknas. e. Hubungan dengan Dinas Pendidikan provinsi dan Kabupaten/Kota Untuk mensinergikan berbagai program Ditjen PMPTK yang terkait dengan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan baik pada jalur formal maupun non formal telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota melalui berbagai bentuk komunikasi, forum dan rapat koordinasi. Hubungan koordinasi dilakukan baik melalui LPMP dan BP-PLSP, maupun melalui rapat koordinasi yang dilakukan oleh dinas pendidikan setempat, dan oleh Ditjen PMPTK. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 13 BAB III PELAKSANAAN PROGRAM A. PEMERATAAN DAN PERLUASAN AKSES Dalam rangka mewujudkan pilar pembangunan Pemerataan dan Perluasan Akses pendidikan, Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian program sebagai berikut: 1. Pendataan, Pemetaan Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan Kebutuhan PTK Untuk mencapai visi dan misi Ditjen PMPTK sebagai institusi pembina pendidik dan tenaga pendidikan, urgensi terhadap data pendidik dan tenaga kependidikan menjadi sangatlah tinggi. Namun, pengelolaan data pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang optimal akan menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen PMPTK untuk mencapai visi dan misinya dalam menunjang peningkatan mutu pendidikan menjadi semakin berat. Beberapa kegiatan terkait dengan pendataan, pemenuhan kebutuhan dan strategi pemenuhan kebutuhan PTK dijelaskan sebagai berikut: a. Pendataan dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PT & K) Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIM P-TK) merupakan suatu upaya pengelolaan data secara elektronik yang perlu dioptimalkan untuk pengambilan kebijakan. Sistem yang ditujukan untuk memperoleh data, mengelola data, dan mengolah data sehingga menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan manajemen, mencakup: (i) Sistem Pengelolaan Transaksi (manajemen tingkat bawah); (ii) Sistem Manajemen Kontrol(manajemen tingkat menengah); dan (iii) Sistem Pendukung Kebijakan (manajemen tingkat atas). Informasi yang diperoleh dari Sistem Informasi Manajemen harus memiliki kualitas yang baik, yang ditentukan oleh: (i) Keakuratan (accuracy): bebas dari kesalahan dan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 14 kekurangtelitian; tidak bias; jelas dan secara tepat menyatakan arti dari kata yang diwakilinya; (ii) Ketepatanwaktu (timeliness); (iii) Relevansi (relevance): dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, kapan, siapa, dan bagaimana bagi pemakai; dan (iv) Kehandalan (reliability): dapat dipertanggung jawabkan. TujuanPengembangan SIM P-TK adalah: (i) Memperbaharui data tenaga kependidikan dan data pendukung lainnya; (ii) Memperbaharui mekanisme pengumpulan dan pengolahan data; (iii) Memperbaharui teknologi pengolahan data; (iv) Memperbaharui Mekanisme Sosialisasi Data; dan (v) Memberi akses yang luas kepada penentu kebijakan baik di Pusat maupun Daerah. Sementara manfaatnya adalah: (i) Data tenaga kependidikan dan sekolah dapat diakses dengan lebih efektif dan efisien; (ii) Data dan informasi pendukung untuk kebutuhan pengambilan kebijakan dapat diperoleh dengan cepat dan lebih akurat. Baik oleh Pusat maupun di tingkat Kab/Kota; dan (iii) Beberapa sub direktorat atau bahkan unit lain terkait, seperti LPMP, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat membagi-pakai (sharing) data yang dimiliki. Beberapa Langkah yang dapat dikembangkan berhubungan dengan pengelolaan Data Tenaga Kependidikan, diantaranya adalah: (i) Mengangkat petugas khusus (memberikan insentif) di setiap Kabupaten/Kota guna dedikasi dan efektifitas kerja pendataan; (ii) Mengembangkan soft ware SIM Tendik berbasis windows; (iii) Membangun Web yang terintegrasi dengan pengelolaan data Tenaga Kependidikan; (iv) Membangun jaringan komunikasi berbasis WEB dengan seluruh pengelola data Tendik Indonesia; (v) Menyediakan fasilitas up load data dalam WEB yang dapat diakses oleh LPMP seluruh Indonesia untuk kelancaran pendataan; (vi) Menyediakan fasilitas down load data dari WEB oleh petugas Pusat; dan (vii) Mendistribusikan hasil pengolahan data pusat ke tiap Kabupaten/Kota untuk pemutakhiran; Beberapa Kegiatan SIM 2004 adalah: (i) Penetapan petugas entry data (2 orang) di 400 Kabupaten/Kota (koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota); (ii) Penetapan pokja pendataan di Pusat; (iii) Pelaksanaan dan Pengolahan data Guru Negeri dan Swasta dan Pengawas Sekolah untuk setiap jenjang (TK,SD, SMP,SMU,SMK); (iv) Diklat Operator SIM Guru; (v) Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 15 Feed Back Hasil pengolahan data kepada seluruh Kabupaten/Kota; (vi) Pengembangan Software pengolah data guru (SIMGuru) berbasis Windows; (vii) Pengembangan perangkat keras penunjang pengolahan data; (viii) Penataan sistim jaringan LAN sebagai sumber penyedia data; (ix) Mengembangkan Web site agar teritegrasi dengan pengelolaan data yang dapat diakses oleh LPMP se Indonesia; dan (x) Pengadaan perangkat otomatisasi data entry dan pelatihannya. Output yang dapat dihasilkan dari pelaksanaan program 2004 diantaranya: (i) Diperolehnya tenaga yang bertanggung jawab terhadap pendataan di setiap Kabupaten/Kota dan Pusat; (ii) Kesamaan visi dalam pengelolaan data antara Pusat dan Daerah; (iii) Diperolehnya Data Tenaga kependidikan yang lebih akurat; (iv) Peningkatan tingkat validasi data tenaga kependidikan dengan mekanisme feed-back; (v) Tersedianya sistim pencarian data tendik yang handal berbasis LAN; (vi) Tersedianya soft ware SIM Tendik yang telah dikembangkan berbasis Windows; (vii) Diperolehnya sistem pengelolaan data Tenaga Kependidikan yang teritegrasi dengan LPMP seluruh Indonesia dengan basis WEB; dan (viii) Efisiensi entry data tendik di Pusat b. Studi Pengangkatan dan Penempatan Guru Studi ini merupakan salah satu bentuk pembangunan jejaringan dan kerjasama kelembagaan. Studi ini mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah Belanda dan bantuan teknis (Technical Assistance/TA) dari Bank Dunia serta Aus AID. Di samping itu, kerjasama dengan 12 (duabelas) LPTK memungkinkan penunjukan dan pemberdayaan peneliti dari masing-masing LPTK tersebut untuk menjadi penanggungjawab di setiap kabupaten/kota sampel. Kabupaten/kota sampel terdiri atas: (1) Tanah Datar (Sumatera Barat), (2) Bengkalis (Riau), (3) Sarolangun (Jambi), (4) Jakarta Timur (DKI), (5) Pacitan (Jawa Timur), (6) Jemberana (Bali), (7) Lombok Tengah (NTB), (8) Sumba Barat (NTT), (9) Kutai Kertanegara (Kalimantan TImur), (10) Parigi Moutong (Sulawesi Tengah), (11) Bone (Sulawesi Selatan), dan (12) Jayawijaya (Papua). Dalam pengumpulan data, Ditjen PMTP bekerjasama juga Dinas Pendidikan dan Dinas Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di masing-masing daerah sampel. Dengan demikian, studi ini secara tidak Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 16 langsung menjadi upaya untuk memberdayakan kemitraan di antara pusat, daerah, dan pihak perguruan tinggi. Fokus dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi sejumlah aspek yang berkait dengan pengangkatan dan penempatan guru, ditinjau dari kebijakan dan implementasi nya. Aspek dimaksud terdiri atas: (1) distribusi guru, (2) rasio guru-siswa, (3) jam mengajar guru, (4) penempatan guru di daerah terpencil, (5) tunjangan guru, dan (6) mutu guru. Temuan utama studi antara lain: (1) distribusi guru tidak merata, dengan penumpukan terjadi di daerah perkotaan; (2) secara keseluruhan terjadi kelebihan guru akibat rasio guru siswa yang cenderung tinggi; (3) umumnya jam mengajar yang cenderung rendah dan bervariasi dari satu sekolah ke sekolah lain, dari satu tempat ke tempat lain; (4) kekurangan guru di daerah terpencil; (5) tunjangan guru diberikan oleh sebagian kecil kabupaten; dan (6) mutu guru ditinjau dari kualifikasi pendidikan umumnya di bawah standar apalagi kalau dibandingkan dengan persyaratan sesuai UU Guru dan Dosen. Hasil studi telah dipresentasikan oleh Direktur Jenderal PMPTK di hadapan berbagai donor, dan terungkap keinginan dari donor untuk mendukung pendanaan terhadap sejumlah kegiatan tindak-lanjut dari studi ini. Sebagai tindak lanjut, pihak Bank Dunia akan membantu kabupaten/kota sampel yang memiliki komitmen untuk menerapkan berbagai rekomendasi hasil studi. c. Penyediaan Guru Bantu Permasalahan kekurangan tenaga pendidik merupakan salah satu kendala yang berdampak negatif kepada usaha- usaha pembangunan pendidikan. Tenaga pendidik yang ada di sekolah saat ini sebagian masih merupakan Guru Tidak Tetap (GTT) dengan honor yang relatif rendah dan jumlahnya relatif kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah. Sementara itu, pengadaan guru PNS oleh pemerintah, belum memenuhi kekurangan guru di setiap jenjang pendidikan sebagai akibat banyaknya guru yang sudah mencapai usia pensiun, berhenti, mutasi, dan meninggal dunia. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 17 Maka melalui Keputusan Mendiknas No. 034/U/2003 tanggal 26 Maret 2003 tentang Guru Bantu, diangkat sejumlah guru Bantu di seluruh provinsi di Indonesia. Pada hakekatnya pengadaan guru bantu ini bersifat: (i) Bersifat sementara: pengadaan Guru Bantu dilaksanakan sementara waktu (tidak terus menerus) sesuai dengan anggaran yang tersedia dan disalurkan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) bekerjasama denagan Kantor Pos atau Bank yang ada di setiap propinsi. Kontrak kerja yang ditandatangani oleh Guru Bantu berlaku untuk masa bakti 3 tahun; dan (iv) Bersifat tidak mengikat: tidak ada ikatan bagi pemerintah untuk mengangkat Guru Bantu tersebut menjadi PNS yang dipekerjakan di sekolah-sekolah di dalam maupun di luar kabupaten/kota tempat mereka bertugas pada saat menjadi Guru Bantu. Program Guru Bantu tahun 2003 dan 2004 ini bertujuan untuk menanggulangi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP, SMA, dan SMK baik negeri maupun swasta, untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien dalam rangka peningkatan mutu dan pemeratan pendidikan. Melalui proses seleksi dengan kriteria tertentu sebagai guru kelas atau guru bidang studi di TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB negeri/swasta, sejumlah ± 273.132 orang, rincian kuota berurutan tahun 2003 dan 2004berjumlah 193.132 orang dan 80.000 orang, pengadaan guru bantu yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP, SMA, dan SMK (427.903 orang Data Tendik), diharapkan membawa manfaat untuk (i) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi KBM; (ii) Menghindari kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan (iii) Meningkatkan mutu pendidikan nasional. Calon guru bantu yang direkrut, selain harus mengikuti tes dengan materi seleksi yang telah disusun oleh Panitia Pusat yang mencakup 3 (tiga) mata ujian, yaitu: (i) Tes Pengetahuan Umum; (ii) Tes Bidang Studi; dan (iii) Tes Bakat Skolastik. Berikut ini grafik total dan pengalaman masa kerjanya Guru Bantu Angkatan Tahun 2003. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 18 193.132 192.665 193.500 193.000 DATA GURU BANTU 192.500 192.000 191.500 190.332 191.000 190.500 190.000 189.500 189.000 188.500 Awal Hasil Seleksi Pendaftar Ulang Data terakhir sampai dengan bulan Mei 2005, jumlah guru bantu angkatan tahun 2003 setelah dikurangi dengan jumlah guru bantu yang mengundurkan diri karena berbagai alasan terutamanya karena menjadi CPNS adalah 174.232 orang (data per Mei 2005). Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2003 menurut umur, dan jenis kelaminnya. GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT JENIS KELAMIN > 40 Tahun; 11.406 org Laki-laki; 63.916 org Total Guru Bantu 190.332 org Perempuan; 126.416 org > 35 ≤ 40 Tahun; 77.449 org ≤ 35 Tahun; 101.477 org Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2003 menurut kualifikasi pendidik dan pengalaman masa kerjannya. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 19 GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT MASA KERJA GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT KUALIFIKASI PENDIDIKAN 113.075 org DATA GURU BANTU <=D1; 70.787 org >=S1; 73.758 org 120.000 100.000 59.744 org 80.000 60.000 40.000 16.469 org 1.044 org 20.000 0 D III; 8.640 org Kosong*) <= 5 Thn D II; 37.147 org 6-19 Thn >=20 MASA KERJA Sementara itu, profil Guru Bantu Tahun 2004 dapat diperlihatkan pada diagram-diagram di bawah ini. 80.000 80.000 DATA GURU BANTU 78.000 76.000 74.000 71.388 71.309 72.000 70.000 68.000 66.000 Awal Hasil Seleksi Pendaftar Ulang Jumlah guru bantu angkatan tahun 2004 setelah dikurangi dengan jumlah guru bantu yang mengundurkan diri menjadi CPNS adalah 61,779 orang (data per Mei 2005). Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2004 menurut umur dan jenis kelaminnya Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 20 GRAFIK GURU BANTU 2004 MENURUT JENIS KELAMIN > 40 Tahun; 4.403 org Laki-laki; 21.983 org > 35 ≤ 40 Tahun; 21.793 org ≤ 35 Tahun; 45.113 org Perempuan; 49.326 org Sementara itu, dilihat dari kualifikasi pendidikannya sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2004 tergambar sebagai berikut: GRAFIK GURU BANTU 2004 MENURUT KUALIFIKASI PENDIDIKAN <=D1; 17.757 org >=S1; 28.565 org D III; 2.569 org D II; 22.418 org Gambar grafik Guru Bantu Tahun 2004 menurut Kualifikasi Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas dan data yang terkumpul melalui pengisian instrumen oleh responden (khususnya Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru Mitra) pada pelaksanaan pemantauan dan penilaian kinerja Guru Bantu yang dilaksanakan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah - Depdiknas, diketahui bahwa keberadaan guru bantu di sekolah dapat disimpulkan: (i) Memenuhi kebutuhan untuk menutupi kekurangan guru di sekolah sesuai dengan mata pelajaran yang diperlukan dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran yang bermuara kepada peningkatan kinerja sekolah; (ii) Kinerja Guru Bantu sangat optimal dengan waktu kerja 6 Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 21 hari per minggu. Selain tugas pokoknya mengajar, Guru Bantu juga mengerjakan tugas-tugas lain seperti membimbing kegiatan ekstra-kurikuler, pengelolaan perpustakaan, wali kelas, bimbingan konseling, pengurus koperasi, dan tugas-tugas administratif lainnya di sekolah; (iii) Ikut berkontribusi dalam menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif di sekolah; dan (iv) Dampak pada kinerja siswa secara umum cukup positif. Beberapa usulan yang dijaring pada saat pelaksanaan pemantauan dan penilaian kinerja Guru Bantu di sekolah dapat disimpulkan: (i) Penerimaan Guru Bantu disesuaikan dengan formasi yang diusulkan oleh daerah, sehingga memenuhi kebutuhan guru di daerah; (ii) Perlunya peningkatan kesejahteraan Guru Bantu yang disesuaikan dengan masa kerja sebelumnya sebagai Guru Tetap Yayasan atau Guru Tidak Tetap; (iii) Honorarium bagi Guru Bantu ditingkatkan dari Rp. 460.000,- per bulan menjadi di atas Standar Hidup Minimal (SHM); (iv) Perlu adanya pembinaan profesional yang terus menerus terhadap Guru Bantu, berupa pelatihan dan pendidikan; (v) Guru Bantu menjadi prioritas untuk penerimaan CPNS; dan (vi) Guru Bantu yang sudah lewat usia 35 tahun mohon tetap dikontrak sampai usia 60 tahun. Sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi dan penilaian kinerja termasuk mempertimbangkan berbagai masukan di lapangan mengenai pelaksanaan program guru bantu, maka diusulkan berbagai alternatif dalam penuntasan masalah Guru Bantu, sebagai berikut: Surat Mendiknas No. 134/Men/KP/2005 Tanggal 15-06-2005) kepada Presiden a. Alternatif I : Mengangkat kembali semua Guru Bantu angkatan tahun 2003 (190.332 orang – 16.100 orang) = 174.232 orang yang habis masa kontraknya dengan honor sama sebesar Rp. 460.000,- per bulan b. Alternatif II : Melaksanakan alternatif I dan menaikkan honornya sebesar Rp. 250.000,- per bulan, sehingga di atas UMR menjadi Rp. 710.000,- per bulan c. Alternatif III :Mengangkat paling sedikit 100.000 orang Guru Bantu yang memenuhi syarat dan lulus seleksi menjadi CPNS tahun 2005 melalui suatu proses rekruitmen khusus, dan meneruskan kontrak kerja Guru Bantu yang belum lulus seleksi dengan menaikkan honor mereka Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 22 Sejumlah 236.011 guru bantu yang ada direncanakan akan diserap melalui rekrutmen CPNS tiga tahun kedepan mulai tahun 2005. Bagi yang tidak memenuhi persyaratan kontraknya diterminasi pada akhir masa kontrak atau dipekerjakan sebagai tenaga kependidikan non guru. Tidak ada lagi rekrutmen baru guru bantu. Ketiga alternatif tersebut sudah diusulkan kepada Presiden untuk dipilih dan Depdiknas mengusulkan preferensi pada “alternatif III “ dengan alasan: (i) Pengangkatan sebagian besar guru bantu menjadi PNS akan disambut gembira oleh semua stake holders pendidikan dan akan memberi bukti betapa besarnya perhatian Pemerintah terhadap nasib dan masa depan guru bantu; (ii) Dengan mengangkat guru bantu menjadi PNS maka pembiayaan honor guru bantu yang selama ini ditanggung pemerintah pusat bisa beralih menjadi pembiayaan oleh Pemerintah Daerah (APBD); (iii) Kenaikan volume APBN akan memperbesar porsi DAU; dan (iv) Pengalihan status guru bantu menjadi PNS akan meningkatkan kualitas pengelolaan guru oleh Pemda. Untuk menindaklanjuti penyelesaian masalah Guru Bantu tersebut, maka Mendiknas telah melakukan beberapa tindakan nyata sebagai berikut: a. 28-062005, Mendiknas mengusulkan dalam Raker dengan Komisi X DPR RI untuk mengangkat kurang lebih 100.000 Guru Bantu menjadi CPNS tahun anggaran 2005, dan sisanya dinaikkan honorariumnya menjadi Rp. 710.000 per orang per bulan b. 24-08-2005, dilaksanakan Rapat Konsultasi DPR RI dengan Menpan dan Mendiknas, menghasilkan keputusan antara lain; memprioritaskan pengang-katan Guru Bantu menjadi CPNS tahun 2005, dan sisanya dapat diserap menjadi CPNS paling lama 2 tahun c. Mengusulkan pasal baru dalam draft RPP Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS kepada Menpan dengan tembusan BKN dan Dirjen Peraturan Perundang-undangan, Departemen Hukum dan HAM, yang materinya sbb : (i) Tenaga Guru Bantu dan Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) yang sedang melaksanakan tugas sebagai guru dan TLD dapat diangkat menjadi CPNS hanya melalui seleksi administrasi dan kesehatan; (ii) Pengangkatan Guru Bantu dan TLD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lama tiga tahun terhitung mulai tahun 2005; (iii) Jumlah Guru Bantu dan TLD yang diangkat menjadi CPNS pada setiap Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 23 tahunnya dihitung secara proporsional dari jumlah Guru Bantu dan TLD yang ada di masing-masing propinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu kepada kriteria usia dan masa kerja yang bersangkutan; (iv) Dalam pelaksanaan pengangkatan Guru Bantu dan TLD menjadi CPNS pada setiap tahunnya, Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional dan menggunakan data Guru Bantu dan TLD yang ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional; dan (v) Mengacu kepada Hasil Rapat Konsultasi DPR dengan Pemerintah (Mendiknas dan Meneg PAN), serta hasil rapat Wakil Presiden, Mendiknas, Meneg PAN, dan Kepala BKN, maka perlu segera dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota untuk menindak-lanjuti kebijakan program Guru Bantu angkatan 2003 tersebut yang akan berakhir masa kontraknya per 31 Desember 2005, dan juga membahas kebijakan pemerintah tentang pengangkatan Guru Bantu menjadi CPNS. d. Rapat koordinasi Guru Bantu tingkat Nasional, Tanggal 27 – 28 Desember 2005 ini dihadiri oleh Kepala-kepala Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi) dan Kabupaten/Kota(469 Kabupaten/Kota), dan Kepala Subdin Kepegawaian Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi). Selain Guru Bantu, Mendiknas juga menekankan tentang Tenaga Lapangan Pendidikan Masyarakat (TLD) yang merupakan tenaga honorer di bidang Pendidikan Non Formal yang honorariumnya dibayarkan melalui dana dekonsentrasi. Dari sejumlah 4.717 orang tenaga TLD yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, Mendiknas mengharapkan agar pemerintah daerah memasukkan mereka sebagai Tenaga Honorer yang juga dapat diusulkan untuk diangkat menjadi CPNS. Untuk keperluan pengangkatan Guru Bantu dan TLD menjadi CPNS, kami mohon saudara melakukan verifikasi terhadap data Guru Bantu dan TLD dimaksud, sehingga diperoleh data final yang dapat digunakan oleh kita semua dalam menyelesaikan permasalahan Guru Bantu dan TLD tersebut secara adil, transparan dan akuntabel. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 24 d. Pengadaan Guru Pasca Tsunami dan Daerah Terpencil Pembangunan sumber daya manusia (generasi muda/siswa) adalah suatu proses mental, fisik, sosial dan pertumbuhan emosional yang mempersiapkan mereka untuk hidup produktif dan memuaskan di dalam kebiasaan dan aturan-aturan masyarakat yang selalu dinamis mengalami pergeseran struktural politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang menghasilkan berbagai kecenderungan dan tantangan yang pada gilirannya mempengaruhi sistem pendidikan di masa depan. Kencenderungan dan tantangan tersebut antara lain adalah: (i) orientasi pentingnya nilai tambah; (ii) perubahan di dalam struktur sosial dan budaya; dan (iii) dampak proses globalisasi. Oleh karena itu, usaha pengembangan sumber daya manusia (siswa) melalui pembangunan pendidikan harus benar-benar direncanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan secara terintegrasi potensi dasar siswa yaitu daya pikir, daya nurani/kalbu dan daya instrumentasi (keterampilan). Untuk itu diperlukan usaha pembangunan pendidikan yang lebih strategik dan lebih reaktif terhadap berbagai tranformasi serta harus mampu memanfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kemampuan beradaptasi, bertahan dan berkembang, memanfaatkan segala potensi sumberdaya dan kesempatan seoptimal mungkin untuk mampu melanjutkan pembangunan nasional di dalam era globalisasi yang menantang dan kompetitif. Implikasinya bahwa dalam kondisi apapun pengembangan sumber daya manusia harus terus berlangsung dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal tersebut termasuk pembangunan sumber daya manusia di daerah pasca bencana seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil. Sehubungan dengan itu, maka pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional telah melaksanakan program Guru Bantu pada daerah pasca bencana maupun daerah konflik, transmigrasi, dan daerah perbatasan/terpencil. Program Guru Bantu pada daerah tersebut bertujuan untuk menanggulangi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP, SMA, dan SMK, untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien dalam rangka keberlanjutan layanan pendidikan. melalui pengadaan Guru Bantu bagi daerah-daerah Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 Diharapkan tersebut dapat 25 memberikan manfaat: (i) Terpenuhinya layanan pendidikan bagi siswa di daerah bencana, konplik, transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil; (ii) Dicapainya kegiatan belajar mengajar yang kondusif, efektif dan efisien; (iii) Terhindarkannya kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan (iv) Terbantunya siswa dalam pengembalian semangat hidupnya. Sama seperti program Guru Bantu yang lainnya, Guru Bantu di daerah pasca bencana seperti NAD dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil ini bersifat sementara dan tidak mengikat yang ditujukan untuk membantu sekolah-sekolah dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga guru di suatu kabupaten/kota di daerahdaerah tersebut melalui sistem seleksi yang telah ditetapkan. Bersifat sementara dimaksudkan bahwa pengadaan Guru Bantu di daerah pasca bencana seperti NAD dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil ini dilaksanakan untuk sementara waktu (tidak terus menerus) sesuai dengan anggaran yang tersedia dan akan disalurkan melalui kerjasama pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas dan pemerintah daerah. Bagi sekolah yang berminat untuk memperoleh bantuan diharapkan dapat memahami dan mengikuti prosedur yang ditetapkan dan harus diusulkan secara serentak oleh kabupaten/kota masing-masing sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, sekolah harus mengajukan permohoman sesuai dengan kebutuhannya akan tenaga pengajar yang diusulkan kepada dinas setempat untuk diklarifikasi. Berdasarkan hasil klarifikasi tersebut, dinas pendidikan mengusulkan kepada panitia kabupaten/kota untuk kemudian dilanjutkan ke panitia pusat melalui panitia propinsi. Sedangkan bersifat tidak mengikat dimaksudkan adalah tidak ada ikatan bagi pemerintah untuk mengangkat Guru Bantu di daerah pasca bencana seperti NAD dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil tersebut menjadi Pegawai Negeri Sipil yang akan dipekerjakan di sekolah-sekolah di dalam maupun di luar kabupaten/kota tempat mereka bertugas pada saat menjadi Guru Bantu Relawan. Kontrak kerja merupakan ikatan sementara yang berlaku sesuai dengan lamanya kontrak kerja yang ditandatangani oleh Guru Bantu di daerah pasca bencana maupun daerah konflik, daerah transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil yang bersangkutan sebagai Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 26 pedoman dalam melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan yang berlaku dan disepakati bersama. Sasaran pengadaan Guru Bantu pada daerah pasca bencana maupun daerah konflik, transmigrasi, dan daerah perbatasan/terpencil ini dilakukan melalui suatu sistem seleksi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan guru untuk keberlajutan pelayanan pendidikan di daerah-derah dengan kategori tersebut. Secara rinci sasaran program Guru Bantu ini adalah: (i) Rekrutmen Guru Bantu pasca gempa dan stunami ini sebanyak 761 orang yang akan ditugaskan di berbagai jenjang pendidikan di sekolah-sekolah darurat di daerah yang terkena gempa dan stunami. Guru Bantu tersebut bertugas mulai Minggu terakhir Januari 2005 atau paling lambat awal Februari 2005 untuk masa tugas selama 6 bulan; (ii) Rekrutmen Guru Bantu bagi daerah konflik, transmigrasi, dan daerah perbatasan/terpencil ini sebanyak 180 orang yang akan ditugaskan di berbagai jenjang pendidikan. Guru Bantu ini bertugas di Maluku Utara (35 orang), Maluku (35 orang), Papua (35 orang), Lampung (45 orang), Bangka Belitung (5 orang), dan Sulawesi Tenggara ( 25 orang). e. Program Diklat Pembekalan Guru Kelas/Agama SD Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas) Program Diklat pembekalan guru kelas/agama SD dalam mata pelajaran Penjaskes ini bertujuan untuk memberikan bekal atau kemampuan minimal kepada guru kelas/agama yang dewasa ini mengajar Penjaskes, mencakup kemampuan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta sikap profesional dalam merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar Penjaskes yang bernuansa ke-SD-an atau karakteristik pembelajaran yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental peserta didik usia Sekolah Dasar. Sasaran program adalah: (i) Guru Kelas atau Guru Agama yang saat ini mengajar Penjaskes; (ii) Dikhususkan bagi Sekolah Dasar yang tidak memiliki guru Penjaskes; dan (iii) Diutamakan Guru Kelas/Agama yang mengajar di kelas rendah atau Guru Kelas/Agama yang memiliki jumlah jam mengajar lebih sedikit. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 27 Target kompetensi minimal yang diperoleh peserta setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan pembekalan ini adalah sebagai berikut: 1) Mampu menyikapi secara positif sebagai profesi guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam kaitannya dengan kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah untuk meningkatkan mutu pendidikan jasmani dan kesehatan di Sekolah Dasar. 2) Mampu mengintegrasikan pengetahuan, sikap, nilai dan prilaku nyata yang lazim berlaku di kalangan pemangku profesi guru pendidikan jasmani dan kesehatan ke dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar khususnya dan dimasyarakat pada umumnya. 3) Mampu mengimplementasikan kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan secara kreatif dan efektif dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan sekolah yang ada saat ini untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di Sekolah Dasar. 4) Memahami azas dan landasan falsafah serta pengetahuan ilmiah pendidikan jasmani dan kesehatan sebagai dasar bagi praktik pembelajaran Pendidikan Jasmani yang efektif dan efisien dalam upaya menumbuh kembangkan individual secara organis, neuromuskuler, intelektual, emosional serta sosial. 5) Menguasai pola gerak dan keterampilan dasar yang mendukung proses pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. 6) Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang esensial untuk mengelola proses belajar mengajar pendidikan jasmani secara kreatif dan efektif sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dan dapat memanfaatkan dan mengembangkan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. 7) Memiliki keterampilan sosial untuk menjalin relasi dengan orang tua dan masyarakat lingkungan penyelenggaraan proses sekitar sekolah pembelajaran untuk pendidikan memperlancar jasmani dan kesehatan. 8) Mampu mengelola dan mengorganisasikan kegiatan pertandingan antar kelas dan/atau antar sekolah. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 28 Hasil yang telah dicapai hingga tahun 2004 yaitu pelaksanaan pembekalan terhadap 4.210 guru kelas dan agama, dengan rincian sebagai berikut : No Tahun Anggaran Jumlah Guru Lokasi 1 1998/1999 840 4 provinsi 2 1999/2000 340 3 provinsi 3 2000 400 2 provinsi 4 2001 350 2 provinsi 5 2002 300 2 provinsi 6 2003 720 4 provinsi 7 2004 1.260 26 provinsi Total 4.210 Sedangkan untuk tahun 2005, ditargetkan untuk melakukan diklat terhadap sekitar 1.600 orang guru pada 29 provinsi. f. Penyusunan Grand Design Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN) PLS Bertujuan mengembangkan jaringan pengembangan LAN dan WAN PLS yang dapat digunakan untuk mengakses layanan data dan informasi PLS di BP-PLSP, Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) terpilih. Sasaran program ini adalah 1 paket jaringan LAN dan WAN di bidang PLS yang dapat diakses oleh publik. g. Penyusunan Grand Design Pemanfaatan ICT dan Multimedia untuk Pendidik & Tenaga Kependidikan Pendidikan Non-Formal Bertujuan untuk menyediakan grand design pengembangan multimedia dan ICT di bidang pendidik dan tendik Pendidikan Non-Formal (PNF) yang dapat diakses oleh publik. Sasarannya 1 grand desain multimedia PNF yang dapat diaplikasikan oleh UPT atau UPTD. Hasil kegiatan ini adalah adanya 1 grand desain untuk pengembangan multimedia dan ICT di bidang pendidik dan tendik PNF yang dapat diakses oleh publik. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 29 2. Penyusunan Master Plan LPMP Baru dan Relokasi: Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat, Kepulauan Riau, NAD Dalam kerangka mendukung tercapainya tiga kebijakan pokok Depdiknas, diperlukan LPMP yang memiliki sarana dan prasarana terstandar. Terstandarnya sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan (diklat) merupakan prasyarat utama pelaksanaan fasilitasi penjaminan mutu pendidikan maupun fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan secara profesional. menunjukkan bahwa pada Akan tataran tetapi pengalaman implementasinya, empirik LPMP sering menghadapi berbagai masalah yang berkenaan dengan sarana dan prasarana yang masih kurang memadai. Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Diklat (Direktorat Pembinaan Diklat), Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah merancang master plan pembangunan gedung tatalaksana empat LPMP. Terwujudnya master plan LPMP baru yang yang dapat digunakan sebagai acuan pembangunan kompleks LPMP yang terstandar dan mampu mendukung implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas. Sasaran master plan adalah untuk LPMPdi Propinsi Sulawesi Barat, Papua Barat, Riau Kepulauan dan NAD. Master yang berhasil diselesaikan baru 1 (satu) provinsi yaitu Sulawesi Barat disebabkan oleh kondisi anggaran tahun 2005 yang mengalami keterlambatan cair (bulan Juli 2005). Disamping itu juga manajemen keuangan yang tersentral di Biro Keuangan Depdiknas menyebabkan terkendalanya pencairan dana. 3. Pembangunan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Pengalaman empirik menunjukkan bahwa pada tataran implementasinya, LPMP dan PPPG sering menghadapi berbagai masalah yang berkenaan dengan masih kuran memadainya sarana dan prasarana khususnya gedung kantor, tata laksana, diklat, laboratorium, perpustakaan, ruang sidang, asrama dan sebagainya. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 30 Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Diklat (Direktorat Pembinaan Diklat), Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah: membangun sarana dan prasarana gedung empat LPMP Gorontalo, Maluku Utara, Banten dan Bangka Belitung yang terstandar dan mampu mendukung implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas. Yang telah berhasil diselenggarakan adalah: a. terbangunnya jalan di lingkungan LPMP 4 provinsi baru 5.900 m’ dan memperindah taman di lingkungan komplek LPMP tersebut, dengan anggaran sebesar Rp. 4.425.000.000,b. Terbebaskan lahan untuk pembangunan PPPG IPS/PMP Malang seluas 50.000 m2. dengan anggaran sebesar Rp. 13.700.000.000,- 4. Penambahan Fasilitas Belajar Badan Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) Pembangunan BP-PLSP bertujuan meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF. Sasarannya adalah lima BPPLSP (Regional I Medan, Regional II Bandung, Regional III Semarang, Regional IV Surabaya, Regional V Makasar). Hasil dari pelaksanaan pembangunan ini adalah tersedianya fasilitas untuk melaksanakan kegiatan pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF. 5. Bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung bagi UPTD (BPKB/SKB) secara terpilih Bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung bagi UPTD (BPKB/SKB) bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF. Sasarannya adalah BPKB 4 unit, SKB 28 unit, PKBM 2 unit. Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya fasilitas untuk melaksanakan kegiatan pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF, serta peningkatan layanan PNF bagi masyarakat. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 31 6. Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Guru Kejuruan Bekerjasama dengan LPTK ** (data dalam proses pengkinian) 7. Sosialisasi Manual on Rights-Based Education (UNESCO) untuk Meningkatkan Akses Pendidikan UNESCO menerbitkan sebuah buku berjudul “Manual on Rights-Based Education” yang menekankan pada pentingnya hak-hak yang dimiliki anak terkait dengan pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS). Implikasi dari buku dimaksud adalah bahwa pendidikan agar tersedia (available), terakses (accessible), berterima (acceptable) dan bersesuai (adaptable) bagi seluruh anak. Buku dimaksud didasarkan atas laporan dari Proyek Kerjasama antara Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Hak Atas Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO. UNESCO Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) menerjemahkan buku dimaksud dengan tujuan untuk mendifusikan dan mendiseminasikan konsepkonsep tentang pendidikan berbasiskan hak asasi manusia. Di samping itu, penerjemahan buku tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesadaran bagi berbagai pengambil kebijakan (stakeholders) mengenai implikasi tujuantujuan PUS (Pendidikan Untuk Semua), dimana Pemerintah dan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama. UNESCO Jakarta mendukung sepenuhnya pendanaan penerjemahan buku tersebut. Buku dimaksud diadaptasi sesuai dengan konteks Indonesia, Untuk itu, telah diselenggarakan beberapa lokakarya yang bertujuan untuk: (1) memahami buku setelah diterjemahkan dan (2) menyesuaikan dengan konteks Indonesia. Peserta lokakarya berasal dari Departemen Hukum dan HAM, Departemen Agama, Komisi Nasional HAM Indonesia, Komnas Perlindungan Anak, Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pusat Kurikulum, dan pihak sekolah. Buku yang telah diadaptasi akan dapat diluncurkan oleh Menteri Pendidikan Nasional pada minggu ke-2 bulan Januari 2006. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 32 B. MUTU, RELEVANSI, DAN DAYA SAING Dalam rangka mewujudkan pilar pembangunan Mutu, Relevansi, dan Daya Saing; (iii) Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik, Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian program sebagai berikut: 1. Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Penyusunan Standar Kompetensi Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah Para guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah masih memiliki kemampuan yang beragam sehingga diperlukan adanya standarisasi kompetensi tertentu dalam rangka penjaminan mutu pada bidang pekerjaan masing-masing. Untuk itu, Ditjen PMPTK mengembangkan standar kompetensi guru yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan pola pembinaan guru yang terstruktur dan sistematis. Kegiatan ini memiliki 2 (dua) tujuan utama: (i) agar berbagai pihak yang terkait dengan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah memiliki acuan dalam pembinaan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah secara terarah dan sistematis; dan (ii) agar standar kompetensi guru dipahami oleh berbagai pihak yang terkait. Sasaran kegiatan adalah sebagai berikut: (i) Standar Kompetensi Guru BK sebanyak 1 naskah; (ii) Standar Kompetensi Guru Kejuruan sebanyak 15 naskah; (iii) Standar Kompetensi Kepala Sekolah sebanyak 6 naskah; (iv) Standar Kompetensi Pengawas Sekolah sebanyak 10 naskah; dan (v) Sosialisasi standar kompetensi tenaga kependidikan ke 30 provinsi. Sedangkan hasil yang telah dicapai adalah: 1) Tersusun naskah standar guru yang meliputi: guru Bimbingan dan Konseling (BK) 1 naskah, guru kejuruan 15 naskah, yang terdiri atas program keahlian Mekanik Industri, Gambar Mesin, Gambar Bangunan, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 33 Konstruksi Beton, Konstruksi Kayu, Finishing Bangunan, Teknik Pendinginan dan Tata Udara, Listrik, Audio Video, Elektronika Industri, Pengolahan Hasil Pertanian Pangan, Pengolahan Hasil Pertanian Non Pangan, Pembibitan Tanaman, Ternak Ruminansia, dan Pengendalian Mutu Hasil Pertanian. 2) Tersusun naskah Standar Kompetensi Kepala Sekolah, yang terdiri atas Kepala TK, Kepala SD, Kepala SMP, Kepala SMA, Kepala SMK dan Kepala SLB. 3) Tersusun naskah standar kompetensi pengawas sekolah mata pelajaran Sejarah, PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi dan Geografi. 4) Tersosialisasikan standar kompetensi guru ke 30 provinsi. b. Pemetaan Kompetensi Guru melalui Uji Kompetensi Untuk meningkatkan kompetensi guru diperlukan data yang akurat tentang kompetensi yang telah maupun yang belum dikuasai guru. Hal tersebut diperlukan agar pembinaan dapat dilakukan secara efisien dan tepat sasaran. Untuk mengetahui kompetensi yang dikuasai guru diperlukan uji kompetensi terhadap guru terhadap guru SD, SMP dan SMA. Hasil yang telah dicapai adalah pelaksanaan uji kompetensi untuk guru SD sebanyak 16.981 orang, guru SMP sebanyak 8.452 orang dan guru SMA sebanyak 7.007 orang. Total guru yang telah mengikuti uji kompetensi sebanyak 32.440 orang. c. Pemberdayaan KKG dan MGMP Pemberdayaan forum KKG dan MGMP dipandang sangat strategis untuk meningkatkan mutu kesiapan guru dalam pembelajaran dan dalam peningkatan mutu pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional. Diharapkan forum tersebut mampu menjadi forum-forum yang berdaya untuk mendukung terwujudnya guru-guru yang produktif, kreatif dan inovatif, serta mampu melaksanakan pembelajaran yang berkualitas di sekolah. Secara khusus pemberian block grant kepada forum KKG/MGMP bertujuan: Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 34 1) Termotivasinya para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi proses dan hasil belajar dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan pada tataran satuan pendidikan sesuai dnegan standar nasional pendidikan. 2) Terbentuknya kemampuan dan kemahiran guru dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha pemerataan, peningkatan mutu, dan relevansi pendidikan. 3) Terpecahkannya permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya. 4) Terbantunya guru untuk memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan. 5) Terwujudnya iklim saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, action research classroom, atau referensi yang dibahas bersama di sanggar KKG dan MGMP. 6) Terwujudnya rumusan agenda reformasi sekolah (school reform), khususnya classroom reform, sehingga terjadi suatu reorientasi pembelajaran yang efektif. 7) Terwujudnya inovasi pembelajaran oleh para guru. Sasaran dari pemberian block-grant adalah: (i) KKG SD (165 kelompok di 165 kecamatan); (ii) KKG SLB (2 rayon di 1 provinsi); (iii) MGMP SMP (2 rayon (6 kelompok/mata pelajaran) di 19 kabupaten/kota); (iv) MGMP SMA (1 rayon (3 kelompok/mata pelajaran) di 19 kabupaten/kota) dan (v) MGMP SMK (2 rayon (20 kelompok/mata pelajaran) di 1 provinsi). Telah tersalurkan dana sebesar Rp. 4.065.000.000 oleh LPMP ke kelompok-klompok forum pembinaan tersebut. Pendistribusian grant kepada KKG/MGMP dilaksanakan setiap bulan. dana block Mekanisme pendistribusian dana block grant kepada KKG/MGMP dapat diperlihatkan pada gambar berikut ini: Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 35 Mekanisme Pendistribusian Dana Block Grant KKG/MGMP LPMP SPPLS KPKN Jika Proposal Disetujui oleh Tim Forum KKG/MGMP keterangan: 1. LPMP menerbitkan SPPLS untuk disampaikan kepada KPKN setempat guna membayar dana block grant KKG/MGMP di masing-masing wilayah berdasarkan jumlah dana block grant KKG/MGMP yang ditetapkan. 2. Atas dasar SPPLS ini, KPKN mencairkan dana block grant KKG/MGMP tersebut untuk selanjutnya ditransfer ke rekening Mitra Kerja Pelaksana Distribusi. 3. Kantor Pembayar melaksanakan pembayaran secara langsung ke masing-masing KKG/MGMP selambat-lambatnya lima hari setelah akhir bulan. 4. Kantor Pembayar melaksanakan pembayaran dana block grant mengacu kepada daftar nama KKG/MGMP sesuai dengan Surat Keputusan tentang penetapan penerima dana block grant, per wilayah. 5. Surat Keputusan tentang penetapan penerima dana block grant KKG/MGMP ini sudah harus diterima oleh Kantor Pembayar dari koordinatornya paling lambat akhir bulan. 6. KKG/MGMP membuat laporan realisasi penerimaan dana block grant KKG/MGMP tiap awal bulan berikutnya ke LPMP untuk selanjutnya wajib dilaporkan kepada pusat sebagai salah satu bahan masukan untuk menyusun laporan secara nasional. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 36 Bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP tersebut dibiayai oleh pemerintah melalui direktorat terkait Ditjen PMPTK melalui pembiayaan dana rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Besarnya dana block grant untuk Program Pemberdayaan Forum Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan melalui KKG/MGMP yang diusulkan melalui APBN-P tahun 2005, adalah sebagai berikut: 1. Dana Block Grant Pembinaan KKG dan MGMP a. KKG SD Penyaluran dana block grant KKG SD berbasis kecamatan. Sasaran KKG SD tahun 2006: satu kelompok di 165 kecamatan. Satu kelompok diberikan block grant Rp. 10.000.000,- per kelompok. b. KKG SLB Penyaluran dana block grant KKG SD berbasis kecamatan. Sasaran KKG SD tahun 2006: 2 rayon di 1 propinsi. Satu rayon diberikan block grant Rp. 10.000.000,- per kelompok. c. MGMP SMP Penyaluran dana block grant Pembinaan MGMP SMP berbasis kabupaten/kota. Sasaran MGMP SMP: 2 rayon per kabupaten/kota. Satu rayon ditentukan 3 kelompok/mata pelajaran di 19 kabupaten kota. Besarnya dana block grant Rp. 10.000.000,- per kelompok/ mata pelajaran. d. MGMP SMA Penyaluran dana Block grant Pembinaan MGMP SMA berbasis kabupaten/kota. Satu kabupaten/kota diambil satu rayon. Satu rayon diambil 3 kelompok/mata pelajaran di 19 kabupaten/kota. Dana block grant Rp. 15.000.000,- per kelompok/mata pelajaran. e. MGMP SMK Penyaluran dana Block grant Pembinaan MGMP SMK berbasis propinsi. Untuk sementara diambil 2 rayon. Satu rayon diambil 10 kelompok/mata pelajaran di satu propinsi dengan dana block grant Rp. 20.000.000,- per kelompok. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 37 Dana APBN-P dan Dana Block grant KKG dan MGMP secara Nasional Jenis Jumlah dalam Rupiah KKG SD Rp. 1.650..000.000,- KKG SLB RP. 20.000.000,- MGMP SMP Rp. 1.140.000.000,- MGMP SMA Rp. 855.000.000,- MGMP SMK Rp. 400.000.000,- RP. 4.065.000,000,- Jumlah 2. Mekanisme Pengendalian Penggunaan Dana Block Grant dan Pelaksanaan Program Pemberdayaan KKG/MGMP Dinas Pend. Propinsi Dinas Pend. Kab/Kota Cabang Dinas Pend. Kec. Forum KKG/MGMP Monev Tingkat Propinsi Monev Tingkat kab/Kota Monev Tingkat Kecamatan Evaluasi Mandiri Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pemberdayaan Forum KKG/MGMP secara Nasional oleh Pusat d. Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM Beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan kegiatan kemitraan ini adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan Naskah Pedoman Pengimbasan dan pedoman ME Program Kemitraan DT-DM: Kegiatan ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu Penulisan, Editing dan Finalisasi dengan menghasilkan 2 naskah yang terdiri dari “Pedoman Pengimbasan, Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM dan Naskah Pedoman ME Program Pengimbasan; 2) Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan: Kegiatan ini dilaksanakan untuk peningkatan kemampuan kepemimpinan Kepala sekolah dalam bidang Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 38 manejerial yang terdiri dari 200 orang peserta kepala sekolah SMP, SMK dan SMK yang terbagi dalam 8 angkatan; 3) Pendidikan dan pelatihan Manajemen Strategik: Kegiatan ini dilaksanakan untuk peningkatan kemampuan wakil kepala sekolah terutama dalam penyusunan renstra sekolah sebanyak 200 orang peserta wakil kepala sekolah yang dilaksanakan dalam 8 angkatan 4) Diklat Mata Pelajaran Guru Wilayah KTI: Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan kemampuan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dengan basis KBK guru-guru dan evaluasi dan wakasek kurikulum sekolah KTI peserta Program Kemitraan Angkatan II sebanyak 70 sekolah (630 orang) yang terdiri dari mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Bimbingan Konseling, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Wakasek Kurikulum yang hasilnya dapat mempersempit jurang perbedaan pendidikan antara sekolah KTI dan KBI 5) Pendidikan Gelar S1: Kegiatan ini ditujukan untuk peningkatan kualifikasi staf direktorat tenaga kependidikan sebanyak 9 orang (6 orang sedang proses penyelesaian sedangkan 3 orang telah lulus) agar mampu mengembangkan program-program subdit pengembangan profesi 6) Pendidikan Gelar S2 dan S3: Kegiatan ini ditujukan untuk pejabat di lingkungan Direktorat Tenaga Kependidikan sebanyak 5 orang (S2 3 orang dan S3 2 Orang) agar mampu mengembangkan program-program subdit pengembangan profesi. Saat ini sedang dalam proses penyelesaian Tesis dan Desertasi. 7) Penyusunan Instrumen Data Calon Peserta Kemitraan DT dan DM: Kegiatan ini bertujuan untuk penyusunan instrumen untuk menseleksi calon peserta Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM angkatan III 8) Survey Pendataan dan Pemantapan Calon Peserta Program Kemitraan DT dan DM: Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaring data secara objektif dalam mempersiapkan calon peserta program kemitraan Kepala sekolah DT dan DM Angkatan III untuk memperoleh calon yang terdiri dari 100 kepala sekolah DT dan 100 kepala sekolah DM (SMA dan SMK). Hasilnya berupa laporan hasil survey pendataan calon peserta program kemitraan kepala sekolah DT dan DM. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 39 9) Pengadaan Konsultan Pendidikan: Pengadaan konsultan ini dimaksudkan untuk mengembangkan konsep-konsep pengembangan profesi tendik dan membantu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi program pengembangan profesi sesuai dengan tugas subdit pengembangan profesi. Hasilnya berupa laporan hasil layanan jasa Konsultan Pendidikan. 10) Konsultan dan Counterpart Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM: Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengem-bangkan konsepkonsep pengembangan program kemitraan kepala sekolah dalam pelaksanaan perencana-an, dan evaluasi program kemitraan kepala sekolah KTI dan KBI. Hasilnya berupa laporan hasil layanan jasa Konsultan Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM. 11) Studi Kajian ke Negara Eropa: Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui serta mengkaji pelaksanaan pengembangan tenaga kependidikan di Eropa sebagai perbandingan dan sebagai acuan dalam pengembangan tenaga kependidikan di Indonesia. Peserta studi kajian 3 orang (2 orang ke Jepang dan 1 orang ke Inggris). Hasilnya berupa 2 laporan hasil studi kajian ke Inggris dan Jepang. 12) Bantuan Langsung (Block Grant) ke sekolah KTI: Kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu pengembang-an perpustakaan sekolah KTI peserta program kemitraan kepala sekolah KTI dan KBI Angkatan I. Hasilnya adalah pengadaan komputer dan printer masing-masing 2 unit untuk 30 SMA di KTI. 13) Koordinasi Pelaksanaan Program Kemitraan Kepala Sekolah KTI dan KBI: Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendapatkan solusi penanganan program kemitraan kepala sekolah antara dalam hal pihak pusat sebagai pengelola program dan pihak daerah sebagai pelaksana dan pengawas pelaksanaan. Hasilnya berupa laporan hasil Rapat Koordinasi Program Kemitraan Kepala Sekolah KTI dan KBI Angkatan II. 14) Sosialisasi Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM Angkatan III: Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mensosialisasi-kan program kemitraan kepada daerah agar dapat dipahami secara komprehensip sehingga diharapkan tujuan program tersebut dapat tercapai. Hasilnya tersosialisasikannya program kemitraan kepada Ka Dinas Pendidikan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 40 Kab./Kota, Kepala Bapeda Provinsi, Kepala LPMP dan instansi terkait yang terangkum dalam 1 laporan. 15) Pembekalan dan Pelaksanaan Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM Angkatan III: Kegiatan ini dilaksanakan untuk kepala sekolah peserta program kemitraan DT dan DM Angkatan III sebanyak 200 orang yang terdiri dari 60 orang kepala sekolah SMK (30 DT dan 30 DM), dan 140 orang kepala sekolah SMA (70 DT dan 70 DM) sebagai persiapan pelaksanaan On the Job Training di sekolah DM. Hasilnya berupa laporan 16) Workshop dan Seminar Program Kemitraan Angkatan I: Kegiatan ini terbagi dalam 2 kegiatan yaitu kegiatan workshop dan kegiatan seminar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan program kemitraan kepala sekolah Angkatan I dalam upaya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan dengan peserta sebanyak 27 sekolah KBI dan 30 sekolah KTI. Hasilnya berupa laporan hasil workshop dan seminar Program Kemitraan Kasek Angkatan I 17) Workshop dan Seminar Program Kemitraan Angkatan II: Kegiatan ini terbagi dalam 3 kegiatan yaitu a). Workshop hasil Implementasi Tahap II dan Rencana OJT tahap III untuk 140 orang kepala SMA yang terdiri dari 70 kepala sekolah SMA KTI dan 70 kepala sekolah KTI; b). Workshop hasil OJT tahap III dan Penyusunan Rencana Action Plan Tahap III untuk 140 peserta; dan c). Workshop dan seminar akhir program kiemitraan kepala sekolah KTI dan KBI Angkatan II dengan peserta sebanyak 140 orang kepala sekolah. Telah tersusun 3 laporan Workshop Implementasi Tahap II dan Rencana OJT Tahap III, Workshop Hasil OJT Tahap III dan Penyusunan Rencana Action Plan Tahap III serta Workshop dan Seminar akhir Program Kemitraan Kasek KTI dan KBI Angkatan II 18) Workshop dan Seminar Program Kemitraan DT dan DM Angkatan III: Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu : a).Workshop hasil OJT dan Penyusunan Action Plan Tahap I untuk peserta sebanyak 200 orang yang terdiri dari 60 orang peserta kepala SMK (30 DT dan 30 DM, dan 140 orang peserta kepala sekolah SMA (70 DT dan 70 DM; b).Workshop hasil implementasi tahap I dan Rencana OJT tahap II dan Penyusunan Action Plan tahap III. Telah tersusun 2 laporan Workshop Hasil OJT Tahap I dan Penyusunan Action Plan Tahap II dan Workshop Hasil Implementasi Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 41 Tahap I dan Rencana OJT Tahap II serta Penyusunan Action Plan Tahap II Program Kemitraan Kasek DT dan DM Angkatan III 19) Program Guru Sebagai Profesi: Kegiatan inin dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru agar mampu untuk melakukan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengemban pendidikan di sekolah secara efektif dan efisien. Kegiatan ini menghasilkan 4 (empat) draft naskah yang terdiri dari: a) Naskah Akademik Guru Sebagai Profesi; (b) Sistem Manajemen Guru; (c) Sistem Remunerasi Guru; dan (d) Naskah Akademik Sistem Pendukung Profesi Guru e. Peningkatan Kompetensi Guru dari Sekolah Daerah Tertinggal** (data masih dalam proses peng”kini”an) f. Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas Guru dan pengawas sekolah merupakan ujung tombak dalam hal peningkatan mutu pendidikan. Untuk mengembangkan karir bagi mereka, diperlukan kegiatan penilaian prestasi kerja agar dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya. Untuk itu, dilakukan kegiatan penilaian prestasi kerja guru dan pengawas sekolah. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memungkinkan prestasi kerja guru dan pengawas sekolah dengan golongan IV/a ke atas dapat dinilai secara obyektif sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku. Hasil yang dicapai adalah 119 (seratus sembilan belas) orang guru (16.15%) dinyatakan memenuhi syarat oleh tim penilai prestasi kerja dari sasaran sebanyak 737 orang. Sedangkan dari 615 orang pengawas sekolah tercatat 77 (tujuh puluh tujuh) orang yang dinyatakan memenuhi syarat. g. Pendidikan Singkat Kepelatihan Olahraga Bagi Guru Penjas SD Program ini merupakan upaya untuk mengakomodasi berbagai permintaan lapangan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan dalam konteks kerjasama antara LPTK (FPOK/FIK/JPOK/PSSJ POK) dengan Mutendik/Dikdasmen. Kegiatan ini merupakan program kerjasama dalam rangka memberikan kesempatan kepada guru untuk Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 42 meningkatkan kemampuan di bidang kepelatihan, yang berkaitan dengan pembinaan olahraga di tingkat sekolah dasar. Pendidikan singkat ini dilaksanakan dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan efektif dengan pola pendidikan tatap muka 2 x 2 bulan dan masa implementasi 3 bulan, atau tatap muka 2 x 45 hari dengan masa implementasi 3 bulan. Proses pendidikan tatap muka dilaksanakan dan dipusatkan di kampus FIK Universitas Negeri Jakarta dan proses implementasi dilaksanakan di provinsi masing-masing yang dimonitor oleh LPMP provinsi yang bersangkutan. Pola pendidikan akan dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis dimulai dengan tatap muka tahap I, kemudian kegiatan implementasi lapangan, dan tatap muka tahap II ( In – On – In ). Proses tatap muka tahap I, merupakan pembekalan penuh peserta program terhadap berbagai konsep teori maupun praktek, kemudian dilanjutkan dengan proses implementasi lapangan yaitu kegiatan yang merupakan pembekalan peserta terhadap berbagai pengalaman lapangan, dilakukan di daerah masing-masing berdasarkan kebutuhan. Proses tatap muka tahap II merupakan proses pengayaan terstruktur (finishing) bagi peserta program. Sasaran kegiatan adalah guru Penjas SD, SLTP, SMU/SMK (minimal 4 orang guru dari setiap propinsi yang nantinya dijadikan motor penggerak didaerah). Hasil yang telah dicapai adalah bahwa pada tahun 2004 telah dilaksanakan pendidikan singkat kepelatihan olahraga bagi 30 guru dari 30 provinsi khusus cabang olahraga senam dan atletik, sedangkan tahun 2005 telah dilaksananakan pendidikan singkat bagi 25 guru dari 30 provinsi (5 provinsi tidak hadir) h. Pendidikan Singkat Kepelatihan Olahraga Bagi Guru Penjas SD Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan memperluas wawasan guru pendidikan jasmani di Indonesia khususnya terhadap sistem pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 43 dasar, telah dikirim 12 guru pendidikan jasmani sekolah dasar ke Queensland University, Australia. Guru pendidikan yang bersangkutan jasmani diselenggarakan dalam oleh melihat mengikuti universitas langsung keberadaan guru program pembinaan yang tersebut. Program ini merupakan kesepakatan antara Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen, Sekretaris Ditjen Olahraga dengan Mr. Richard Tinning, Ph.D., salah seorang Professor of Pedagogy and Physical Education, the University Of Queensland, Australia, pada pertemuan TAFISA Congress Munich, Jerman Barat. Sasaran adalah melakukan pelatihan bagi Guru pendidikan jasmani SD, SLTP, SMU/SMK minimal 1 orang dari setiap provinsi yang nantinya akan dijadikan model untuk pengembangan pendidikan jasmani di masing-masing daerah. Hasil yang diperoleh adalah telah dilaksanakan pelatihan singkat untuk 10 guru dari 10 provinsi pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 dilaksanakan pelatihan yang sama untuk 10 orang guru dari 10 provinsi lainnya. i. Orientasi Program: Creating Learning Community for Children (CLCC) untuk semua LPMP – (UNICEF) Kegiatan ini merupakan kelanjutan rintisan yang telah dimulai sejak 2002 di sejumlah SD di Indonesia oleh UNICEF dan UNESCO. Program dimaksud meliputi komponen Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Partisipasi Masyarakat. Pada tahun 2006 UNICEF akan mereplikasikan program dimaksud melalui berbagai jalur yang salah satunya adalah Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Untuk hal itu, diadakan orientasi untuk mengadopsi dan mengimplementasi program tersebut bagi LPMP seluruh Indonesia. Orientasi diselenggarakan di Yogyakarta, 15-17 Desember 2005 yang dihadiri oleh 120 (seratus dua puluh) peserta yang mewakili 30 LPMP yang masing-masing diwakili oleh: (1) Kepala LPMP, (2) Kepala Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 Seksi PSDIP, (3) 44 Widyaiswara/calon widyaiswara spesialis pendidikan SD rumpun Matematika dan Sains, dan (4) Widyaiswara/calon widyaiswara spesialis pendidikan SD rumpun Pengetahuan Sosial dan Bahasa. UNICEF menyandang dana penyelenggaraan orientasi dimaksud dengan Ditjen PMPTK bertindak sebagai penyelenggara. Sebagai tindak lanjut, UNICEF bekerjasama dengan Ditjen PMTPK akan mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap replikasi program yang dilakukan oleh setiap LPMP dalam bentuk lokakarya yang direncanakan pada bulan Maret 2006. j. Pendidikan dan Pelatihan Teknis bagi Tenaga Struktural dan Fungsional PPPG dan LPMP Pada tataran operasional, sebagian pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan melalui fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan di LPMP dan PPPG sering terkendala oleh tenaga struktural dan fungsional yang kurang profesional. Hal demikian berakibat langsung dan tidak langsung terhadap pencapaian tiga kebijakan pokok depdiknas, yaitu: perluasan dan pemerataan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan; serta peningkatan governance, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Keberadaan tenaga struktural dan fungsional yang profesional merupakan kunci dalam pembentukan insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pendidikan yang sesuai dengan setandar pelayanan minimal. Pada masa mendatang, tenaga struktural dan fungsional LPMP dan PPPG diharapkan mampu mendukung secara efektif pelaksanaan penjaminan mutu di di tanah air sesuai dengan standar nasional pendidikan. Karenanya, LPMP dan PPPG perlu memiliki tenaga struktural dan fungsional profesional. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa profesionalisme tenaga struktural dan fungsional LPMP dan PPPG masih memprihatinkan. Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Pembinaan dan Pelatihan berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga struktural dan fungsional melalui berbagai diklat training of the trainers (TOT) yang didesain sesuai dengan standar nasional pendidikan, sesuai dengan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 45 tuntutan era global dan era otonomi, serta sesuai dengan kebutuhan yang terus berkembang. Kegiatan ini ditujukan agar terwujudnya peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga struktural dan fungsional LPMP dan PPPG sesuai dengan standar nasional pendidikan, tuntutan era global dan era otonomi, serta sesuai dengan kebutuhan yang terus berkembang dalam kerangka pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di tanah air. Yang telah berhasil dicapai adalah seperti terlihat dalam tabel berikut: No Jenis Kegiatan a. Diklat TOT SIM Tendik b. Sasaran 42 Orang Diklat Pembekalan Instruktur LPMP 4 Propinsi Baru 160 Orang c. Diklat Peningkatan Kompetensi Tenaga Fungsional LPMP/PPPG 300 Orang d. Diklat TOT Pengelola Perpustakaan 84 Orang e. Diklat Peningkatan Kompetensi Tenaga Struktural LPMP/PPPG 120 Orang f. TOT Pengkajian dan Penelitian Pendidikan 84 Orang g. Diklat Instruktur Kepala Sekolah 60 Orang h Diklat Instruktur Pengawas 60 Orang i Workshop Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa 235 Orang j Diklat Widyaiswara 210 Orang k Diklat Pada Guru Calon Instruktur pada 4 Propinsi Jumlah 640 Orang 2.010 Orang k. Uji Kompetensi bagi Widyaiswara Kenyataan menunjukkan bahwa kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG kurang menggembirakan. Hal itu diyakini berimplikasi negatif terhadap pengelolaan kegiatan diklat di LPMP dan PPPG. Akibatnya, mutu tamatan diklat LPMP dan PPPG kurang diakui oleh dinas pendidikan, sekolah, maupun masyarakat. Peningkatan kompetensi widyaiswara secara mandiri tergantung pada upaya pribadi untuk memanfaatkan potensi dan sumber belajar yang ada. Sedangkan secara kelembagaan, peningkatan kompetensi widyaiswara dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun diklat (diklat) yang salah satunya sangat ditentukan oleh manajemen lembaga. Berdasarkan beberapa isu tersebut, Depdiknas melalui Dit.Tendik bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan dan pengembangan LPMP dan PPPG, khususnya widyaiswara, sehingga mereka lebih kompeten, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 46 profesional audit dan terstandar. Sehubungan hal tersebut, dilaksanakan widyaiswara LPMP dan PPPG secara nasional. skill Dengan mempertimbangkan berbagai hal, Skill Audit widyaiswara LPMP dan PPPG yang dilaksanakan secara nasional baru difokuskan pada kompetensi umum yang mencakup: kompetensi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, manajemen pembelajaran, serta penelitian dan pengembangan. Hasil skill audit kompetensi widyaiswara diyakini memiliki makna yang sangat sentral dan strategis untuk mengembangkan berbagai program pembinaan dan pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG sesuai dengan kebutuhan yang senantiasa berkembang. Hal itu diharapkan akan berkontribusi positif terhadap peningkatan kompetensi guru yang mampu mendukung keberhasilan penjaminan mutu pendidikan nasional. Penyelenggaraan skill audit widyaiswara LPMP dan PPPG bertujuan untuk menyusun peta kompetensi, merekomendasi kebutuhan program pembinaan serta pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sasaran kegiatan skill audit ini adalah: (i) Sasaran Lembaga (30 LPMP dan 12 PPPG); (ii) Sasaran Widyaiswara (semua widyaiswara LPMP dan PPPG); dan (iii) Sasaran Program, sebagai berikut: a. Terkumpulnya data/informasi yang berkenaan dengan kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusunan program pembinaan dan pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. b. Terukur dan terevaluasinya kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG untuk menetapkan tingkat kinerja widyaiswara LPMP dan PPPG secara nasional. c. Terpetakannya kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG secara nasional. d. Tersusunnya saran bagi pengambil keputusan mengenai program pembinaan dan pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 47 l. Fasilitasi Pengembangan Profesi (TOT Penulisan Karya Tulis Ilmiah bagi Pengawas Sekolah dan Guru) Pengawas sekolah dan guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri dalam bidang profesinya, termasuk dalam hal penulisan karya tulis ilmiah. Pada kenyataannya, pengawas sekolah dan guru belum mampu melakukan secara profesional karena kurang paham terhadap tata cara penulisan karya tulis limiah. Akibatnya, banyak pengawas sekolah maupun guru terhenti pangkatnya pada golongan IV/a. Untuk itu Ditjen PMPTK memfasilitasi pelaksanaan pengembangan profesi melalui kegiatan Training of Trainer (TOT) Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Tujuan kegiatan adalah agar peserta diklat memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan dalam melaksanakan pengembangan profesi tenaga kependidikan dan dapat mendesiminasikan pada diklat pengembangan profesi tenaga kependidikan di daerah. Hasil kegiatan adalah 300 (tigaratus) orang peserta terdiri atas guru dan pengawas telah difasilitasi mengenai penulisan karya tulis ilmiah dalam rangka pengembangan profesi tenaga kependidikan bagi guru dan pengawas sekolah. m. Revitalisasi LPMP dan PPPG Kurang optimumnya peningkatan mutu pembelajaran berdampak negatif terhadap hasil Ujian Akhir Nasional yang kurang menggembirakan. Semua itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang masih kurang sesuai dengan standar nasional pendidikan serta kurang berkembangnya profesi pendidik dan tenaga kependidikan. Sementara itu, pengalaman empirik menunjukkan bahwa kelembagaan dan mutu diklat pendidik dan tenaga kependidikan formal dan non formal kurang berkembang, kurang terstandar, dan kurang terkelola secara profesional. Lebih lanjut, pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur-jalur pendidikan tersebut kurang berfungsi optimum sehingga menimbulkan berbagai masalah secara nasional. Berbagai ketimpangan tersebut telah menjadi masalah krusial, baik di tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 48 propinsi, maupun nasional yang bermuara pada disparitas mutu pendidikan antar daerah otonom. Sementara itu, eksistensi LPMP dan PPPG di harapkan mampu mendukung secara efektif implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan secara nasional. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa tugas dan fungsi LPMP dan PPPG saat ini kurang mampu mengakomodasi tuntutan era global dan era otonomi darerah, akselerasi perkembangan IPTEK, tuntutan paradigma baru pendidikan, dan tuntutan kebutuhan riil pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota yang terus berkembang. Sehubungan dengan itu, maka: (1) tugas dan fungsi LPMP berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 087/O/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dan Kepmendiknas RI Nomor 087/O/2003 tentang Rincian Tugas Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dan (2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0529/O/1990 tentang Pengembangan Penataran Guru Organisasi dan Tata Kerja Pusat perlu disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan yang terus berkembang. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan: (a) satu draf naskah revitalisasi tugas dan fungsi LPMP; (b) satu draf naskah reenginering PPPG; dan (c) satu draf Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. n. Program Penulisan Buku bagi Guru Bantu Untuk menjamin bahwa Guru Bantu melaksanakan tugas sesuai dengan harapan semula termasuk agar kesenjangan dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat diminimalisasi, maka pengetahuan masing-masing Guru Bantu harus senantiasa di tingkatkan dan mengalami pengembangan secara terus-menerus. Tanggung jawab dalam hal agar senantiasa terjadi peningkatan pengetahuan bagi Guru Bantu bukan hanya semata-mata dibebankan kepada mereka sendiri, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama, mulai dari Kepala Sekolah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 49 Berangkat dari pemahaman tersebut, pengembangan profesi guru bantu secara berkesinambungan mutlak perlu dilakukan baik dalam kondisi formal maupun tidak di dalam perencanaan pengembangan profesional. Disadari atau tidak pengembangan professional ini diperlukan bagi guru bantu, sehingga ia dapat memenuhi berbagai tantangan dan menyelesaikan berbagai persoalan di dalam melaksanakan tugas rutinnya maupun hal-hal lain yang tak terduga yang dihadapinya sehari-hari di dalam proses pendidikan untuk membantu dan membimbing anak didiknya. Mereka harus melakukan berbagai kegiatan pengembangan untuk dapat memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya itu. Oleh karena itu proses pengembangan profesi guru bantu ini dapat berlangsung bukan hanya di LPTK tetapi juga harus terjadi di dalam praktek-praktek pendidikan lainnya, baik yang dilakukan oleh instusi pembina maupun oleh individu guru itu sendiri. Dalam konteks ini, maka seyogyanya Direktorat Tenaga Kependidikan sebagai salah instusi pembina Guru Bantu, khususnya merasa perlu mengadakan buku-buku yang dapat dimanfaatkan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam membimbing siswa di sekolah. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki seperangkat kompetensi yang berkaitan dengan daya pikir, daya kalbu dan daya fisiknya (menggunakan anggota tubuhnya). Buku-buku yang akan dikeluarkan oleh Direktorat Tenaga Kependidikan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar bagi guru dalam mengembangkan profesionalismenya. Buku tersebut merupakan buku pegangan guru yang dituliskan berdasarkan kajian yang mendalam dari berbagai teori pendukung; tetapi dapat menjadi pedoman praktis bagi guru untuk melaksanakan pengajaran bagi siswa. Sehubungan dengan pembinaan profesionalisme guru bantu ini, maka telah diterbitkan beberapa judul buku pegangan guru, yang dikelompokkan sebgai berikut: 1) Sebelas buku yang dikhususkan untuk membekali Guru Bantu di lapangan sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memberdayakan siswanya di sekolah. Metode, media, manajemen kelas, dan evaluasi pembelajaran sampai kepada dasar-dasar dikdaktika, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 50 termasuk pengenalan tentang kurikulum 2004 dan wawasan kependidikan. Disadari benar bahwa 11 buku yang telah diterbitkan di masing-masing LPMP tersebut dirasakan masih dominan berorientasi kepada kajian teoritis, dan masih sedikit memberikan wawasan praktisnya. Namun walaupun demikian buku ini telah dipergunakan untuk pelaksanaan pembekalan guru bantu. 2) Tiga puluh judul buku yang berkaitan dengan bidang studi dan an jenjang pendidikan tertentu (TK, SD, SMP, SMA/SMK). Buku ini diharapkan menjadi pedoman praktis bagi guru untuk melaksanakan pengajaran bagi siswa yang secara konseptual memiliki intelegensi majemuk yang dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan mentalnya. Berdasarkan teori itelegensi majemuk dan perkembangan mental tersebut, maka perlu dipikirkan bagaimana guru dapat memfasilitasi pembelajaran siswa, sehingga siswa dapat diberdayakan untuk memiliki kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan daya pikirnya, daya kalbu dan memiliki seperangkat keterampilan untuk menggunakan anggota badannya. Agar kompetensi tersebut dicapai oleh siswa sesuai dengan perkembangan anak dan intelegensi yang dimilikinya, maka diperlukan metode, media, manajemen kelas, dan evaluasi pembelajaran tertentu sesuai dengan materi ajar yang dipelajari siswa. Jadi metode apa, media apa, dan bagaimana mengevaluasinya serta bagaimana mengelola kelas dalam pembelajaran siswa merupakan cakupan materi yang harus dibahas dalam buku tersebut. Masing-masing terhadap cakupan mkateri tersebut perlu disertai dengan contoh-contoh yang kontekstual, sehingga guru yang membaca buku pedoman ini dapat mengembangkan metode, media, dan evaluasi serta pengelolaan kelas yang tepat daqn efektif untuk memfasilitasi siswa untuk belajar. Pengadaan buku ini baru sampai kepada penulisan dan belum mencapai kepada proses penerbitannya. o. Kerjasama dengan LPTK dan DIKTI dalam rangka Menyiapkan Program Sertifikasi Guru Mengantisipasi implikasi UU Guru dan Dosen, penyusunan program sertifikasi guru menjadi salah satu prioritas. Untuk itu, Ditjen PMPTK mengadakan serangkaian diskusi dengan Asosiasi LPTK dan Direktorat Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 51 Jenderal Pendidikan TInggi (Ditjen Dikti) untuk membahas model-model program sertifikasi guru yang diselenggarakan antara lain di Surabaya dan Jakarta. Dalam pembicaraan dimaksud, dihadiri oleh Rektor-Rektor yang berasal dari 12 LPTK serta Unversitas negeri dan swasta yang memiliki FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan), dan Dekan-Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan se Indonesia. Hasil dari sejumlah diskusi adalah: (1) dokumen draft sistem dan pedoman penyelenggaraan sertifikasi profesi guru beserta pendukungnya, dan (2) kesepakatan akan dipilih beberapa Universitas/LPTK yang berhak atau diberikan kewenangan untuk melakukan program sertifikasi. p. Peningkatan Kompetensi PTK Nonformal Untuk melaksanakan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan telah dilakukan beberapa kegiatan pelatihan sebagai berikut: 1) TOT Tim Penilai Angka Kredit (TPAK) Tenaga Kependidikan yang bertujuan untuk menyediakan calon pelatih untuk mendukung pelatihan TPAK jabatan fungsional di tingkat Provinsi. Sasaran program ini adalah terlatihnya 90 orang calon pelatih TPAK di tingkat Provinsi. Kegiatan ini telah menghasilkan 90 orang pelatih untuk mendukung pelatihan TPAK jabatan fungsional di tingkat Propinsi. 2) TOT Jabatan Fungsional Penilik bertujuan menyediakan calon pelatih untuk mendukung pelatihan jabatan fungsional penilik di tingkat Propinsi. Sasaran program ini adalah terlatihnya 90 orang calon pelatih jabatan fungsional penilik di tingkat Propinsi. Hasil dari kegiatan ini adalah tersedianya 90 orang pelatih untuk mendukung pelatihan jabatan fungsional penilik di tingkat Propinsi. 3) Pelatihan Pamong Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memilikin tujuan untuk meningkatkan kompetensi Pamong PAUD untuk mendukung pelaksanaan tugas belajar mengajar program PAUD. Sasaran pelaksanan program ini adalah terlatihnya 60 orang untuk mendukung pelaksanaan tugas belajar mengajar program PAUD. Kegiatan ini telah menghasilkan peningkatnya kompetensi 60 orang Pamong PAUD untuk mendukung pelaksanaan tugas belajar mengajar program PAUD. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 52 4) TOT TUTOR Keaksaraan Fungsional (KF) bertujuan untuk menyediakan calon pelatih Tutor KF untuk mendukung pelatihan Tutor KF di tingkat Propinsi. Dengan sasaran 140 orang tutor KF untuk mendukung pelaksanaan tugas belajar mengajar program pendidikan KF telah menghasilkan 140 orang pelatih tutor KF di tingkat Propinsi. 5) Pelatihan Penilik bertujuan meningkatkan kompetensi penilik untuk melakukan penilikan dan penjaminan mutu program PNF. Sasaran program ini adalah terlatihnya 60 orang penilik untuk melakukan penilikan dan penjaminan mutu program PNF. Hasil yang telah dicapai adalah meningkatnya kompetensi penilik untuk melakukan penilikan dan penjaminan mutu program PNF. 6) Pelatihan Manajemen bertujuan meningkatkan kompetensi tenaga pengelola program pada UPT/UPTD di bidang manajemen pengelolaan program PLSP. Sasaran program ini adalah 60 orang tenaga pengelola program pada UPT/UPTD dan Subdin PLS di bidang manajemen pengelolaan program PLSP. Dari kegiatan ini telah dihasilkan 60 orang tenaga pengelola program pada UPT/UPTD di bidang manajemen pengelolaan program PLSP yang kompeten. 7) TOT Inisiator pemuda bertujuan menyediakan calon pelatih Insiator pemuda sebaya untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran dari program ini adalah 60 orang calon pelatih Inisiator pemuda di tingkat Propinsi untuk melakukan inisiasi perintisan dan pelaksanaan kegiatan kepemudaan. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 60 orang pelatih inisiator pemuda sebaya di tingkat Propinsi. 8) Pelatihan IT Audio/Video bertujaun meningkatkan kompetensi tenaga pengelola IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. Dengan sasaran 120 orang tenaga pengelola IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF, kegiatan ini telah meningkatnya kompetensi 120 orang tenaga pengelola IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. 9) Pelatihan IT bidang pengelolaan website/portal memiliki tujuan meningkatkan kompetensi tenaga pengelola IT bidang pengelolaan website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 53 PNF. Sasaran program ini adalah 120 orang tenaga pengelola IT bidang pengelolaan website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. Hasil pelaksanaan program ini adalah meningkatnya kompetensi 120 orang tenaga pengelola IT bidang pengelolaan website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. 10) TOT Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) bertujuan menyediakan calon pelatih TLD untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran kegiatan inin adalah 60 orang calon pelatih TLD di tingkat Propinsi. Melalui kegiatan telah dihasilkan 60 orang pelatih TLD di tingkat Propinsi. 11) TOT Fasilitator Desa Intensif (FDI) memiliki tujuan menyediakan calon pelatih FDI untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran program ini adalah 60 orang calon pelatih FDI di tingkat Propinsi. Kegiatan ini telah menghasilkan 60 orang pelatih FDI di tingkat Propinsi 12) Pelatihan statistik dan perencanaan program PLSP bertujuan meningkatkan kompetensi pengelola program pada UPT/UPTD untuk mendukung perencanaan program PLSP di UPT/UPTD. Sasaran kegiatan ini adalah 60 orang pengelola program pada UPT/UPTD untuk mendukung perencanaan program PLSP di UPT/UPTD. Sementara itu, hasilnya adalah meningkatnya kompetensi 60 orang pengelola program pada UPT/UPTD untuk mendukung perencanaan program PLSP di UPT/UPTD. 13) Pelatihan multimedia dan broadcast bertujuan meningkatkan kompetensi tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. Dengan sasaran program 120 orang tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF, telah dihasilkan 120 orang tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD yang kompeten untuk mendukung program pembelajaran PNF. 14) Pelatihan pemanfaatan multimedia untuk pembelajaran PLS bertujuan meningkatkan kompetensi tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. Sasaran program ini adalah120 orang tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran PNF. Melalui kegiatan ini telah Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 54 dihasilkan 120 orang tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD yang kompeten untuk mendukung program pembelajaran PNF. 15) Pedoman Pembinaan tenaga kependidikan PNF bertujuan menyediakan pedoman untuk pembinaan tenaga kependidikan PNF di Kabupaten/Kota. Sasaran program ini adalah 2 judul pedoman untuk pembinaan tenaga kependidikan PNF di Kabupaten/Kota. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 2 judul draft pedoman untuk pembinaan tenaga kependidikan PNF di Kabupaten/Kota. 16) Pedoman Fasilitasi Lembaga Diklat memiliki tujuan menyediakan pedoman fasilitasi lembaga diklat untuk pembinaan kelembagaan PNF di Propinsi dan Kabupaten/Kota. Sasaran program ini adalah 2 judul pedoman fasilitasi lembaga diklat. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan pedoman block grant 2005 dan pedoman kelembagaan SKB. 17) Pedoman Pelaksanaan tugas Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) dan FDI bertujuan menyediakan Pedoman Pelaksanaan tugas TLD dan FDI. Sasaran kegiatan ini adalah 2 (dua) judul Pedoman Pelaksanaan tugas TLD dan FDI. Melalui kegiatan ini telah disusun 2 judul Pedoman Pelaksanaan tugas TLD dan FDI. 18) Pedoman Standar Kompetensi Penilik dan Kasi PLS memiliki tujuan adalah menyediakan Pedoman standar kompetensi penilik dan Kasi PLS. Dengan sasarannya 2 (dua) judul Pedoman standar kompetensi penilik dan Kasi PLS, program ini telah menghasilkan 2 judul Pedoman standar kompetensi penilik dan Kasi PLS. 19) Penyusunan dan Penyempurnaan Bahan Belajar Diklat bertujuan menyediakan bahan belajar untuk mendukung penyelenggaraan diklat pendidik dan tendik PNF. Sasaran kegiatan ini adalah 40 judul bahan belajar untuk mendukung penyelenggaraan diklat pendidik dan tendik PNF. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 40 judul bahan belajar untuk mendukung penyelenggaraan diklat pendidik dan tendik PNF. 20) Penyusunan Buku Pintar bertujuan menyediakan buku panduan/pedoman bagi pendidik dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Sasaran program ini adalah 9 judul buku panduan/pedoman bagi pendidik dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Sementara itu, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 55 melalui kegiatan ini telah dihasilkan 9 judul buku panduan/pedoman bagi pendidik dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya 2. Peningkatan Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Peningkatan Kualifikasi menjadi D-2 ({GSD dan PGTK}, S-1 (PGSD), dan S-2 bagi Guru Berprestasi ** (data masih dalam proses peng”kini”an) b. Rintisan Pendidikan Gelar S-1, S-2 dan S-3 bagi Pamong Belajar dan Penilik PLS Rintisan Pendidikan Gelar untuk Pendidik dan Tendik PNF memiliki tujuan meningkatkan kualifikasi Pendidik dan Tendik PNF baik di pusat maupun di UPT/UPTD. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan kualifikasi Pendidik dan Tendik PNF baik di pusat maupun di UPT/UPTD sebanyak S1 12 orang, S2 201 orang S3 17 orang. Hasilnya adalah terlaksananya tugas belajar bagi Pendidik dan Tendik PNF baik di pusat maupun di UPT/UPTD melalui 7 perguruan tinggi sebanyak S1 (12 orang), S2 (201 orang), S3 (17 orang). c. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 bagi Tenaga Administrasi Pendidikan Non-Formal Program ini ditujukan untuk membantu penyelesaian pendidikan strat bagi tenaga Pendidikan Non-Formal di pusat dengan status izin belajar. Sasaran adalah tenaga di lingkungan Ditjen Pendidikan Non-Formal yang terdiri atas 12 (duabelas) orang untuk S-1, 8 (delapan) orang untuk S-2, dan 3 (tiga) orang untuk S-3. Dengan demikian, 23 (dua puluh tiga) orang staf memperoleh kesempatan menyelesaikan pendidikan strata. d. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 bagi Tenaga Administrasi Pendidikan Formal ** (data dalam proses peng”kini”an) Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 56 e. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 di LPMP dan PPPG ** (data dalam proses peng”kini”an) f. Peningkatan Kualifikasi melalui Pemberian Angka Kredit untuk Diklat PTK bekerjasama dengan LPTK ** (data dalam proses peng”kini”an) 3. Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Penyusunan UU Guru dan Dosen Pengalaman pembangunan pendidikan yang cukup panjang, melalui usaha perluasan kesempatan belajar dan peningkatan kualitas pendidikan, ternyata sulit untuk dibantah jika dikatakan bahwa sebab utamanya bersumber dari kondisi guru yang terpaksa tidak dapat melaksanakan profesionalitasnya secara penuh. Guru dengan penghasilan rendah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan atau tanpa keluarga, dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mencari penghasilan tambahan. Dalam kondisi itu sangat banyak guru yang terpaksa tidak dapat memberikan perhatian penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan/jabatannya secara profesional. Di antaranya terdapat yang masih bernasib baik karena dengan keahliannya dapat mengajar di beberapa sekolah, sedang bagi yang kurang bernasib baik banyak yang menjadi makelar mobil atau sepeda motor bekas, perantara jual-beli tanah dan rumah, bahkan tidak sedikit yang hanya tidak sedikit jumlahnya, merupakan guru yang kehabisan waktu untuk menunaikan kompetensi sesuai kualifikasinya masing-masing secara profesional. Kondisi tersebut bukan saja mengakibatkan hasil penataran (pelatihan) untuk meningkatkan kualitas guru, perbaikan kurikulum pengadaan buku paket atau sarana belajar-mengajar lainnya menjadi sia-sia, tetapi juga telah menjadi pemborosan karena kondisi guru yang memprihatinkan. Bersama dengan itu citra guru sebagai pekerjaan/jabatan pengabdian yang muliapun menjadi semakin menurun. Dengan kata lain semakin lama, baik siswa dan orangtua maupun masyarakat semakin rendah penghargaannya terhadap guru dan pekerjaan/jabatan sebagai guru. Penghargaan yang buruk itu Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 57 tampak dari gejala pekerjaan/jabatan guru semakin tidak diminati oleh generasi muda, sementara orangtua dan masyarakat menjadi semakin rendah partisipasinya untuk memperbaiki kesejahteraan guru dan kondisi sekolah. Dari sisi lain menunjukkan bahwa guru dibutuhkan oleh masyarakat, bangsa dan negara sepanjang zaman. Guru dibutuhkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang dengan kecerdasannya akan mampu berpartisipasi dalam pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masing-masing, yang akan bermuara pada kesejahteraan umum. Guru dibutuhkan untuk menghasilkan ahli ekonomi, ahli hukum, ahli teknik dalam berbagai spesialisasinya, dokter dan ahli kesehatan lainnya, pengusaha, pemimpin di masyarakat, pemimpin partai politik, pemimpin di bidang pemerintah termasuk anggota DPR/MRP-RI atau Presiden dan Wakil Presiden, dan lain-lain. Tidak seorangpun di antara individu-individu yang berperan di masyarakat dan pemerintahan tersebut yang tidak pernah mengalami bimbingan guru di SD sampai SLTA atau para ustadz di Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah Aliyah. Kualitas para pemimpin itu sebagai sumber daya manusia berawal dari guru dan sebagian kualitasnya ditentukan oleh guru yang telah ikut mengukir sejarah hidupnya. Berdasarkan kenyataan seperti diuraikan di atas dengan tidak dilebihlebihkan dapat disimpulkan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara dimanapun di dunia ini termasuk di Indonesia sebagian terbesar ditentukan oleh guru. Untuk itu masyarakat dan pemerintah di negara ini memikul kewajiban untuk mewujudkan kondisi yang memungkinkan guru melaksanakan pekerjaan/-jabatannya secara profesional, bukan sekedar demi guru, tetapi demi masa depan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang tercinta. Hanya guru yang profesional dan dapat mengimplementasikan profesionalitasnya secara penuh yang akan mewujudkan bangsa yang cerdas. Pada gilirannya hanya bangsa yang cerdas yang dapat melaksanakan pembangunan ekonomi, politik, hukum, kesehatan, angkatan bersenjata, kepolisian, dan lain-lain secara efektif dan efisien. Untuk itu sudah saatnya masyarakat dan pemerintah menempatkan dan menghargai jabatan/pekerjaan guru sebagai profesi yang sama atau lebih baik dari profesi lain yang dihasilkannya sebagaimana disampaikan dalam Deklarasi Guru sebagai Profesi yang disampaikan oleh Presiden RI pada tanggal 2 Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 58 Desember 2004 di Jakarta, yang tentunya harus berdampak kepada perubahan pembinaan dan penghargaan yang layak sebagaimana profesi lainnya seperti dokter, akuntan dan advokat. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan makro yang secara komprehensif menginventarisasikan permasalahan dan menyusun agenda aksi untuk mengatasinya yang selanjutnya dicanangkan dalam konsep “Guru Sebagai Profesi”. Program “Guru Sebagai Profesi” dimaksudkan sebagai komitmen dan tekad pemerintah dan bangsa Indonesia untuk mengangkat harkat dan martabat profesi guru sejajar dengan profesi-profesi lainnya. Untuk keperluan tersebut maka telah disusun satu naskah akademik mengenai guru sebagai profesi. Tujuannya adalah agar dalam waktu 100 hari pertama pemerintahan baru dapat merumuskan agenda tindakan yang perlu baik dari segi penjaminan mutu, pengelolaan, sistem penghargaan dan jaminan perlindungan hukum bagi profesi guru. Penyusunan naskah akademik guru sebagai profesi merupakan kerjasama antara Direktorat Tenaga Kependidikan dengan Direktorat P2TK-Dikti, dan LPTK. Naskah akademik ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk: (i) Meningkatkan upaya penjaminan mutu guru untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai profesi; (ii) Meningkatkan status sosial dan tingkat kesejahteraan guru secara bertahap berdasarkan pada merit system dan berorientasi memacu prestasi; (iii) Menyempurnakan sistem pengelolaan profesi guru yang mencakup rekrutmen calon, pendidikan, pengangkatan, pembinaan dan pengembangan karier guru sebagai profesi; dan (iv) Meningkatkan daya tarik guru sebagai suatu profesi yang mulia dan memotivasi putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi guru. b. Kerjasama dengan APSI dalam rangka menyiapkan program sertifikasi guru Jabatan guru sebagai profesi telah dicanangkan oleh Presiden sejak tahun 2004 yang lalu. Untuk mewujudkan jabatan guru sebagai profesi sebagai telah dicanangkan oleh Presiden sejak tahun 2004 yang lalu, diperlukan berbagai masukan agar diperoleh suatu program sertifikasi profesi guru yang tepat sasaran. Salah satu masukan diperoleh dari pengawas sekolah sebagai evaluator dan pembina kinerja guru. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 59 Untuk itu diperlukan kegiatan kerja sama dengan Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia guna mewujudkan program sertifikasi profesi guru yang handal dan tepat sasaran. Hasil yang dicapai adalah diperoleh masukan terhadap sistem sertifikasi profesi guru beserta pedoman penyelenggaraan dari para pengawas yang tergabung dalam APSI. c. Forum Karya Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan-Pendidikan NonFormal (PTK-PNF) (Widyakarya) Forum ini ditujukan untuk menghimpun masukan dari berbagai stakeholder terkait guna mendukung peningkatan wawasan dan kompetensi PTK-PNF. Sasaran forum adalah 250 (duaratus lima puluh) peserta yang terdiri atas Birokrat, Akademisi, Praktisi, dan Pemerhati Pendidikan NonFormal. Hasil forum adalah adanya masukan berupa konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan mutu PTK-PNF d. Pengkajian Hasil Pengembangan Model Pendidikan Non-Formal Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh model pembelajaran pendidikan nonformal sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik/ilmiah. Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya model-model terbaik yang dikembangkan oleh BPPLSP dan BPKB. Hasil akhir dari kegiatan 33 (tigapuluh tiga) model yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik/ilmiah dan dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran serta pengembangan program PNF. e. Pendidikan Non-Gelar tentang Quality Assurance (Kerjasama dengan Inggeris) Sejumlah 20 orang widyaiswara LPMP mengikuti kursus school assessment di University of London, UK. Tujuan dari kursus tersebut adalah untuk memberikan wawasan kepada peserta mengenai mekanisme penjaminan mutu dalam bidang pendidikan yang selama ini diterapkan di Inggeris dan dalam wilayah Kerajaan Inggeris Raya. Diharapkan kedua puluh widyaiswara tersebut dapat menjadi agent of change khususnya bagi Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 60 lembaga-lembaga mereka berasal, sekaligus untuk dapat memulai suatu inisiasi yang terkait dengan apa yang dipelajari. f. Seminar Internasional on “Quality Assurance of Primary and Secondary Education: An Agenda for School Improvement in Indonesia” (the BRITISH COUNCIL) Seminar merupakan hasil kerjasama antara the British Council Jakarta, the Institute of Education, University of London (IOE UL) dan Ditjen PMPTK. Seminar 3 (tiga) hari (19-21 Desember 2005) ini secara umum bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya penjaminan mutu dengan didasarkan atas pengalaman di Inggeris serta kajian penelitian. Sebagai pembicara dalam seminar adalah pakar dari the Institute of Education, University of London; HMI, BASNAS, dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Seminar dihadiri oleh 60 (enam puluh) peserta yang berasal dari British Council, World Bank, Asian Development Bank, Europe Union, UNICEF, JICA, HRDC, LPMP, P3G, Universitas Negeri (Semarang, Makasar, Padang), dan wakil sekolah-sekolah. g. Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional Dalam rangka membangun budaya inovasi dan profesionalisme dikalangan para pendidik dan tenaga kependidikan maka diperlukan forumforum tingkat daerah maupun tingkat nasional sebagai wadah untuk saling mengasah dan mengasuh para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya dalam melakukan studi praktik kependidikan yang kreatif dan inovatif dan menyampaikannya kepada sesama rekan seprofesi secara periodik dan berkesinambungan. Forum ilmiah Guru Tingkat Nasional ini bertujuan untuk tukar pengalaman, saling asah dan saling asuh sesama tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya dalam bidang kajian-kajian mutu pendidikan dan pelaksananan pendidikan yang kreatif dan inovatif yang telah dilakukan oleh para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lapangan. Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2005 di LPMP Propinsi Jawa Tengah- Semarang pada tanggal 17 Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 61 dan 18 Desember 2005. Pemakalah dalam seminar ini para pakar pendidikan dan pejabat yang terkait dalam bidang pendidikan yang terdri dari : Fasli Jalal, Ph.D, Bahrul Hayat, Ph.D, Ir. Hari Achmadi, komisi X DPR RI, Prof.Dr. Wardiman Djojongoro, Dr. Arief Rachman. Peserta seinar terdiri dari para Guru, kepala Sekolah, pengawas, Jajaran PPPG dan LPMP dan perwakilan dosen-dosen LPTK se indonesia sejumlah 450 orang. Jumlah makalah yang tersajikan 55 (lima puluh lima) judul. h. Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga Pendidikan Internasional dalam Peningkatan Mutu PTK Peningkatan mutu pendidikan selalu menjadi isu sentral dalam pembangunan pendidikan. Para pengambil kebijakan di Indonesai sangat membutuhkan perluasan wawasan dalam hal mutu pendidikan, supaya memiliki pembanding dan wawasan yang luas dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Salah satu cara adalah melalui kerjasama dengan lembagalembaga pendidikan internasional. Sehubungan dengan hal tersebut: i. Telah dikirim 4 (empat) orang staf dan pimpinan subdit standarisasi ke Korea Selatan untuk mempelajari sistem dan strategi peningkatan mutu pendidikan di negara tersebut, yang selanjutnya didesiminasikan kepada berbagai kalangan dalam lingkungan Ditjen PMTPK. ii. Telah dikirim 7 (tujuh) orang dari unsur Direktorat Tenaga Kependidikan ke Jepang. Studi banding dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 14 Desember 2005. Melalui studi banding di Jepang ini telah diperoleh sejumlah informasi dan pedoman – pedoman tentang sistem pendidikan secara umum di tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan guru di tingkat pendidikan tinggi, sistem pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan sistem rekruitmen guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah termasuk peningkatan mutu guru. iii. Dikirim delegasi lain yang terdiri atas 1 (satu) orang ke kerajaan Inggeris Raya dan 3 (tiga) orang ke Kerajaan Malaysia dengan menggunakan dana sejumlah Rp 279,500,000. Tujuan pengiriman delegasi tersebut adalah untuk mengumpulkan data dan informasi penyelenggaraan penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan pada berbagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di Kerajaan Inggris Raya Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 62 dan Kerajaan Malaysia yang bermanfaat besar sebagai bahan masukan pengambilan kebijakan untuk mengembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan nasional. iv. Dikirim pejabat Struktural dan fungsional PPPG dan LPMP sebanyak 35 orang widyaiswara mengikuti kursus Bahasa Inggeris di RELC Singapura serta 20 orang pejabat struktural dan fungsional PPPG dan LPMP selama 1 minggu di Singapura, dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas dan menyerap praktek penjaminan mutu yang tepat yang berskala internasional di kalangan pejabat struktural dan fungsional PPPG dan LPMP. v. Disamping itu, dalam menindaklanjuti JWG antara Pemerintah Indonesia dengan Kementerian plajaran Malaysia telah dilaksanakan pertemuan tindak lanjut secara teknis khususnyadalam kerja sama peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan antara Bahagian Pendidikan Guru Malaysia, Institut Aminuddin Baki, dan RESCAM. i. Pengembangan Model Penjaminan Mutu Sekolah Guna meningkatkan layanan pendidikan di unit pendidikan secara bermutu dan berdaya saing tinggi maka faktor-faktor penentu keberhasilan tersebut perlu terus diupayakan kualitas tingkat layananannya. LPMP sesuai dengan fungsinya yang memberikan fasilitasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah perlu memberikan bimbingan secara bertahap kepada unit-unit pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guna mewujudkan komitmen tersebut maka pada tahun anggaran 2005 LPMP telah merintis program Sekolah Binaan bagi sekolah-sekolah di lingkup tugasnya masing-masing. Tujuan program dimaksud adalah untuk meningkatkan performasi layanan pembelajaran bagi peserta didik di unit-unit pendidikan tingkat dasar dan menengah sesuai dengan standar minimal pendidikan khususnya proses pembelajaran. Sasaran sekolah yang menjadi binaan LPMP antara 3 sampai 10 sekolah oleh LPMP di jenjang pendidikan dasar. Hasil yang telah dicapai adalah terjalinnya hubungan antara LPMP dan Sekolah binaan dalam menyamakan persepsi untuk meningkatkan layanan mutu pembelajaran di unit pendidikan dasar di Kabupaten/Kota terkait. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 63 j. Pengembangan Model-Model Pembelajaran Untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang bermutu diperlukan persiapan yang matang dari para pendidik terutama dalam menyiapkan model-model pembelajaran sesuai dengan peserta didik. Untuk itu tenaga pendidik harus memiliki wawasan yang kaya di dalam pengembangan modelmodel pembelajaran tersebut. Untuk maksud itu maka Direktorat Tenaga Kependidikan dalam tahun 2005 telah menyusun paket-paket pembelajaran yang dapat digunakan untuk bahan referensi bagi pelaksanaan diklat di daerah untuk berbagai bidang studi baik di tingkat SD, SMP SMA/SMK. Di masa depan, pengadaan bahan ajar dalam penyelenggaran semua jenis dan jenjang diklat harus memenuhi standar kompetensi tamatan diklat berjenjang berbasis kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional. Bahan ajar diklat berjenjang harus mampu mendukung ketercapaian kompetensi sesuai dengan bidang studi/spesialisasi guru. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa berbagai program diklat yang dilaksanakan pada berbagai tempat dan waktu belum menggunakan bahan ajar yang terstandar. Bahan ajar diklat yang digunakan belum menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kompetensi dan materi pembelajaran dari diklat yang satu dengan diklat lainnya. Karenanya penyelenggaraan diklat pada lemdiklat tendik dipandang sangat monoton, kurang dinamis, dan belum memenuhi kebutuhan peserta diklat. Sehubungan dengan itu diupayakan paket diklat berdasarkan penjenjangan yang meliputi struktur program, silabut, dan bahan ajar diklat berjenjang berbasis kompetensi yang terstandar dan dapat digunakan sebagai acuan penyelenggaraan diklat tendik di lingkungan Ditjen PMPTK, khususnya oleh LPMP dan PPPG, serta institusi pengelola dan penyelenggara diklat lainnya. Tersusunnya paket diklat berdasarkan penjenjangan yang mencakup struktur program, silabut, dan bahan ajar diklat berjenjang berbasis kompetensi yang terstandar dan dapat digunakan sebagai acuan penyelenggaraan diklat tendik di lingkungan Ditjen PMPTK, khususnya oleh LPMP dan PPPG, serta institusi pengelola dan penyelenggara diklat lainnya. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 64 Sasaran adalah disusun 300 bahan ajar diklat berdasarkan penjenjangan dengan dana sejumlah 1,553,760,000,-. 4. Kesejahteraan, Penghargaan dan Perlindungan PTK a. Program Subsidi Guru Berdasarkan persetujuan DPR RI pada tanggal 18 Desember 2000, mulai tahun anggaran 2001 diluncurkan Program Subsidi Guru. Program Subsidi Guru adalah kegiatan memberikan bantuan subsidi kepada guru mencakup Guru Tidak Tetap (GTT) di sekolah negeri, Guru Tetap Yayasan (GTY), dan subsidi Kelebihan Jam Mengajar (KJM) untuk guru PNS, serta pemberian subsidi kepada pengawas sekolah. Guru dimaksud adalah guru yang mengajar di sekolah yang menjadi binaan Departemen pendidikan Nasional di seluruh Indonesia. Tujuan utama kegiatan pemberian Subsidi ini adalah untuk meningkatkan penghasilan Guru dan Pengawas Sekolah. Dengan adanya tambahan penghasilan tersebut diharapkan mereka dengan sendirinya tetap berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya sehingga kualitas/mutu pendidikan kita juga diharapkan menjadi meningkat. Sasaran penerima dana kegiatan pemberian Subsidi Guru Tahun 2005 mencakup empat (4) jenis, yaitu : (i) Guru di sekolah swasta pada TK, SD, SLB, SMP, SMA dan SMK; (ii) Guru di sekolah negeri pada SLB, SMP, SMA dan SMK; (iii) Guru BK pada SMP, SMA, dan SMK; dan (iv) Pengawas Sekolah TK/SD, MP/Rumpun MP, BK, dan SLB. Pemberian subsidi kepada Guru dan Pengawas Sekolah diharapkan upaya peningkatan kinerja profesional guru dan pengawas sekolah untuk mendukung upaya proses peningkatan mutu pendidikan secara nasional. Kegiatan pemberian subsidi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui pembentukan kepanitian yang bersifat ad hoc dan disebut “Komite Subsidi” di masing-masing daerah, baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Pengelolaan dan sumber dana ; tahun 2001, Dana Program Subsidi Guru dikelola oleh Proyek Peningkatan Mutu Guru Jakarta, tahun 2002, Dana Program Subsidi Guru dikelola oleh Proyek Peningkatan Mutu Guru Jakarta untuk 4 propinsi Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 65 (Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara), sedangkan 26 propinsi lainnya dikelola oleh Proyek Peningkatan Mutu Guru yang berkedudukan di LPMP di masing-masing propinsi, tahun 2003, Dana Program Subsidi Guru seluruhnya dikelola oleh Proyek/Bagian Peningkatan Mutu Guru yang berkedudukan di 26 LPMP dan 4 propinsi yang belum ada LPMP berkedudukan di Kantor Dinas Pendidikan Propinsi (Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara), tahun 2004, Dana Program Subsidi Guru dikelola oleh Proyek/Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru yang berkedudukan di 30 LPMP se Indonesia. Mulai tahun 2005 pengelolaan dana Program Subsidi Guru tidak dalam bentuk keproyekan tetapi sudah dimasukkan dalam program yang bersifat Rutin di lingkungan Depdiknas, yaitu langsung dikelola oleh masing-masing Kepala LPMP yang juga sekaligus sebagai Kepala Satuan kerja (Satker) di propinsi. Sumber dana berasal dari APBN dan dituangkan dalam DIPA masing-masing Satker LPMP (sebelumnya disebut DIP). Besar penerimaan Subsidi Guru sesuai dengan status masing-masing guru sebagai berikut : a. Guru PNS-DPK menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling besar 12 (dua belas) jam pelajaran per mi Mulai Tahun 2006, Dana Subsidi Guru untuk GTT, GTY dan KJM guru PNS/PNS-Dpk dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi, sedangkan dana Subsidi untuk Pengawas Sekolah dikelola oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). b. GTY bukan PNS dan GTT bukan PNS menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 115.000,- per bulan. c. Guru Mata Pelajaran PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling banyak 12 (dua belas) jam pelajaran per minggu. d. GTT menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 115.000,per bulan. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 66 e. Guru BK-PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Membina (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan). f. Pengawas Sekolah menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 100.000,- per bulan Grafik berikut menunjukkan komposisi sasaran penerima dana dari Program Subsidi Guru tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Total guru penerima subsidi 768.810 Total guru penerima subsidi 815.052 Total guru penerima subsidi 670.713 Total guru penerima subsidi 722.046 Jumlah dana Program Subsidi Guru yang telah dialokasikan sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 dan rencana 2006 sebagai berikut: (i) Tahun 2001 sebesar Rp. 337.969.638.000; (ii) Tahun 2002 sebesar Rp. 739.006.095.300; (iii) Tahun 2003 sebesar Rp. 776.573.862.750; (iv) Tahun 2004 sebesar 796.370.354.000, Rp. 855.847.802.000; dan (vi) (v) Rencana Tahun tahun 2005 2006 sebesar Rp. sebesar Rp. 974.353.868.000. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 67 Tahun 2006, pengelolaan Program Subsidi Guru sepenuhnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan Propinsi masing-masing (dekonsentrasi dana Program Subsidi Guru). Pusat hanya berfungsi sebagai pengendali program secara nasional melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi program. Pada tahun 2006 ini juga dimulai memperluas sasaran Program Subsidi Guru kepada guru-guru yang mengajar di SD negeri, setelah mendapatkan persetujuan Komisi X DPR RI. Namun jumlah yang dialokasikan masih terbatas hanya mencakup 90.000 orang guru SD negeri di seluruh Indonesia. Dari tahun 2005 ke 2006, jumlah dana Program Subsidi Guru berhasil ditingkatkan secara signifikan dari jumlah Rp. 796.370.354.000,- menjadi Rp. 974.354.625.913,- naik sebesar Rp. 177.984.271.913,- (naik 22,35 %). Pelaksanaan rapat koordinasi dengan seluruh pengelola Program Subsidi Guru dari 30 LPMP dan dari 480 lebih kabupaten/kota seluruh Indonesia pada 5 region, masing-masing ; Region Makassar, Samarinda, Padang, Denpasar dan Bandung periode bulan Juni – Juli 2005 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (a) Masih seringnya pembayaran dana subsidi dilaksanakan terlambat; (b) Organisasi ad hoc yang dibentuk untuk mendukung kelancaran pelaksanaan implementasi program ini belum berfungsi maksimal; (c) Pengawas Sekolah belum difungsikan untuk ikut serta melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan usulan calon penerima subsidi; (d) Pusat (bahkan mungkin juga LPMP, sebagai pengelola langsung dana di provinsi) tidak memiliki dokumentasi, baik dalam bentuk “hard copy” maupun “soft copy” menyangkut data yang akurat, reliable (dapat dipercaya), dan akuntabel atas data-data mengenai kepada siapa dana subsidi ini pernah diberikan (nama, status guru, sekolah tempat mengajar, alamat, jenis subsidi yang diterima, jumlah subsidi yang diterima, dst.). Sementara itu pusat berfungsi sebagai pengendali program secara nasional; dan (e) Laporan realisasi penyaluran dana subsidi kepada guru dan pengawas sekolah tidak tertib disampaikan kepada pusat sebagaimana jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Hasil pemantauan pelaksanaan Program Subsidi Guru terhadap kurang lebih 160 kabupaten/kota seluruh Indonesia periode awal bulan Nopember sampai dengan awal bulan Desember 2005, menghasilkan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 68 berbagai masukan, serta dapat diidentifikasi berbagai permasalahan untuk diberikan solusi pemecahannya. Berikut kesimpulan yang dapat disarikan dari hasil pemantauan tersebut adalah: (a) Terlambatnya proses usulan calon penerima subsidi dari kabupaten/kota; (b) Keterlambatan pembentukan Komite Kabupaten/Kota dan Komite Provinsi Program Subsidi Guru tahun 2005; (c) Terlambatnya diterbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan, Departemen Keuangan yang mengatur mekanisme pencairan dana Program Subsidi Guru ini (18 Oktober 2005); (d) LPMP belum tertib menyampaikan laporan realisasi penyerapan dana Program Subsidi Guru berdasarkan ketentuan yang telah digariskan oleh Direktur Tenaga Kependidikan sebagai penanggung jawab pengendalian Program Subsidi secara nasional; (e) Pengawas sekolah belum melaksanakan fungsi sebagai pemeriksa terhadap daftar usulan calon penerima dana subsidi yang diajukan kepala sekolah; (f) Pelaksanaan sosialisasi program di daerah-daerah jangkauannya masih sangat terbatas; (g) Pemberian dana subsidi menjadi salah satu pemicu kuat kesediaan guru untuk mengajar tambahan diluar kewajibannya sebagai guru bidang studi tertentu; (h) Beberapa provinsi tidak melibatkan Direktorat Tenaga Kependidikan, Dikdasmen/Komite Pusat dalam pelaksanaan sosialisasi program subsidi di daerahnya; (i) Beberapa usulan dari kabupaten/kota dikembalikan untuk mendapatkan perbaikan; (j) Masih perlunya dilakukan sosailisasi program dengan cakupan yang lebih luas, untuk memberi pemahaman sampai pada tingkat sekolah mengenai kebijakan pemberian dana subsidi guru; (k) Adanya masukan yang intens supaya Kepala Sekolah juga mendapatkan subsidi sebagaimana layaknya pengawas sekolah; (l) Guru TK dan SD negeri dan Kepala Sekolah belum tersentuh oleh program subsidi sampai tahun 2005; dan (m) Pemberian subsidi kepada sekolah swasta sebenarnya belum mencakup seluruh GTT dan GTT yang benar-benar ada. Pada akhirnya kepala sekolah akan memilih secara subjektif guru-gurunya yang diusulkan sebagai penerima dana subsidi menyesuaikan dengan jumlah yang telah dialokasikan dari propinsi dan pusat. Masukan hasil pemantauan program subsidi guru sebagai berikut: (i) Agar setiap guru TK dan SD pada sekolah negeri memperoleh hak yang sama dengan guru TK dan SD swasta dalam menerima subsidi; (ii) Diminta kepada pemerintah agar meningkatkan honor kelebihan jam mengajar tahun Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 69 anggaran 2006/2007; (iii) Dana subsidi guru mengacu kepada kondisi riil yang berdasarkan usulan kabupaten/kota; (iv) Informasi awal pengenai adanya keberlanjutan Program Subsidi disampaikan ke daerah lebih awal untuk kepentingan validasi data calon penerima, minimal diterima dua (2) bulan sebelumnya; (v) Perlunya komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama membicarakan tindak lanjut program Subsidi Guru dan penambahan jumlah guru penerima subsidi; (vi) Organisasi pengelola Program Subsidi Guru di daerah agar dirampingkan dan diangkat yang benar-benar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya, dan (vii) Program Subsidi Guru harus tetap dilanjutkan sampai kesejahteraan guru sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan yang layak sehari-hari. b. Program Subsidi Kelebihan Jam Mengajar Guru PNS-DPK menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling besar 12 (dua belas) jam pelajaran per mi Mulai Tahun 2006, Dana Subsidi Guru untuk GTT, GTY dan KJM guru PNS/PNS-Dpk dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi. Guru Mata Pelajaran PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling banyak 12 (dua belas) jam pelajaran per minggu. Guru BK-PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam Membina (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan). c. Program Subsidi Pengawas Dana Subsidi untuk Pengawas Sekolah dikelola oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Pengawas Sekolah menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 100.000,- per bulan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 70 d. Penghargaan Guru Berprestasi Pemilihan guru berprestasi diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan profesional guru, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru, yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerja, khususnya untuk memacu dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pelaksanaan tugas. Sebanyak 120 (seratus dua puluh) orang guru finalis tingkat provinsi dari semua jenjang (TK, SD, SMP, SMA dan SMK) datang ke Jakarta pada bulan Agustus 2005. Terpilih pemenang 1, 2 dan 3 tingkat nasional dari masing-masing jenjang. e. Penghargaan Guru Berdedikasi bagi Guru PLB ** (data masih dalam proses peng”kini”an) f. Penghargaan Kepada Gubernur dan Bupati/Walikota yang Peduli terhadap PTK Bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional pada tanggal 25 November 2005 yang diselenggarakan di kota Solo, Jawa Tengah, telah diberikan penghargaan kepada para gubernur dan bupati/walikota yang dianggap memiliki kepedulian terhadap pendidik dan tenaga kependidikan termasuk dalam hal meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di daerah masing-masing. Suatu tim telah dibentuk oleh Ditjen PMPTK untuk melakukan pengecekan dan verifikasi sebelum diputuskan pemberian penghargaan dimaksud. Penganugerahan penghargaan diberikan kepada 5 (lima) orang Gubernur, 3 (tiga) orang Bupati, dan 2 (dua) orang Walikota. Ke lima gubernur berasal dari Riau, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Bupati yang memperoleh penghargaan berasal dari Bantul (Jawa Tengah), Boalemo (Gorontalo), dan Jemberana (Bali). Kedua orang walikota berasal dari Solok (Sumatera Barat) dan Bontang (Kalimantan Timur). Keputusan penganugerahan terhadap Gubernur dan Walikota didasarkan atas Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 101/P/2005. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 71 g. Peningkatan Wawasan Guru-Guru Berprestasi bekerjasama dengan Japan Foundation Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya the Japan Foundation melalui Kajian Pendidikan ke Jepang, telah mengirimkan guru-guru SMP dan SMA ke Jepang. Program ini khusus ditujukan bagi guru-guru teladan atau berprestasi jenjang SMP dan SMA yang telah dimulai sejak tahun 1973. Dengan demikian, tahun 2005 merupakan tahun ketiga puluh dua. Tujuan program yaitu untuk memberikan pembekalan dan pengenalan kepada peserta tentang kehidupan di Jepang, baik segi pendidikan, bahasa, kebudayaan, kehidupan sosial, dan sebagainya. Melalui program ini para guru memperoleh manfaat antara lain bertambahnya wawasan tentang sistem pendidikan, sistem pembelajaran, kurikulum, disiplin, budaya, adat istiadat bangsa Jepang pada umumnya, serta meningkatnya harkat martabat guru yang bersangkutan karena pengalamannya ke luar negeri dan dapat menambah motivasi, dedikasi, profesionalisme pembelajaran di sekolah. Telah dikirim pada periode antara 21 Juni hingga 5 Juli 2005 sejumlah 5 (lima) orang guru berprestasi tingkat nasional yang terdiri atas 2 (dua) orang guru SMP dan 3 (tiga) orang guru SMA. h. Peningkatan Wawasan Guru-Guru Bekerjasama dengan Negara Australia Program pertukaran guru Indonesia-Australia merupakan tindak lanjut kesepakatan bersama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Australia dengan tujuan: (i) memberikan pembekalan dan wawasan kepada peserta tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, sistem pendidikan dan pembelajaran di sekolah Australia, dan (ii) mampu menyerap hal-hal positip yang dapat dikembangkan di Indonesia. Telah dikirim 4 (empat) orang guru Bahasa Inggeris Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara 27 Desember sampai dengan 26 Januari 2005. Guru dimaksud berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 72 i. Penghargaan Guru Daerah Terpencil dan Daerah Khusus Penghargaan terhadap profesionalisme guru daerah terpencil ini diharapkan mampu meningkatkan wawasan pengalaman dan pemahaman bagi guru tentang perlunya upaya peningkatan profesionalisme dalam rangka penyusunan kebijakan tentang peningkatan kemampuan akademik, profesionalisme dan kesejahteraan guru di daerah terpencil. Di samping itu, penghargaan dapat meningkatkan motivasi, dedikasi, harkat dan martabat guru daerah terpencil. Telah diberikan penghargaan terhadap 28 (dua puluh delapan) orang guru daerah terpencil pada tanggal 25 November 2005 bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional. j. Pengembangan Karier PTK (Formal dan Non-Formal) Kegiatan untuk mendukung pengembangan karier PTK baik dari formal dan non-formal diakukan antara lain melalui penilaian angka kredit. Melalui kegiatan ini diharapkan para PTK dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerjanya. Untuk Pendidikan Non-Formal telah dilakukan penilaian terhadap seluruh tenaga fungsional (pamong belajar) pada 5 (lima) BP-PLSP. Hasil yang diperoleh telah dilakukan penilaian angka kredit oleh tim penilai tingkat pusat terhadap 50 orang Pamong Belajar (PB) Ahli pada 5 BP-PLSP. Terkait dengan LPMP dan PPPG, telah diadakan penilaian angka kredit jabatan fungsional widyaiswara. Hal ini mempertimbangkan salah satu syarat promosi kenaikan pangkat widyaiswara LPMP dan PPPG yaitu hasil Penetapan Angka Kredit (PAK) berdasarkan Peraturan Bersama Kepala Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 tahun 2005 dan Nomor 17 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Dalam implementasinya, penghitungan angka kredit widyaiswara LPMP dan PPPG ternyata sangat kompleks dan perlu ketelitian dan kecermatan tinggi. Karenanya diperlukan adanya tim penilai angka kredit widyaiswara yang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 73 Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK mengorganisasikan dan melaksanakan penghitungan angka kredit widyaiswara agar promosi kenaikan pangkat dan golongan serta jabatan widyaiswara dapat berproses dengan lancar, transparan dan akuntabel. Sasaran penghitungan angka kredit widyaiswara sejumlah 1260 widyaiswara. k. Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Di lapangan guru yang berprestasi selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan meningkatkan kemampuan dalam menyusun program, penyajian program dan penilaian proses dan hasil pembelajaran, hal tersebut merupakan indikasi dari keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya. Menyadari hal tersebut serta dalam rangka meningkatkan kemampuan, sikap dan motivasi para guru, dilakukan Penyempurnaan hasil Lomba Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tingkat Nasional untuk dijadikan bahan atau model pembelajaran di sekolah. Tujuan lomba tersebut adalah: 1) Memotivasi guru profesionalismenya, untuk dapat khususnya lebih meningkatkan kemampuan dalam meningkatkan kemampuan penyusunan program, penyajian program dan penilaian proses dan hasil pembelajaran. 2) Meningkatkan kebiasaan guru dalam mendokumentasikan hasil kegiatan pengembangan profesinya secara tertulis dengan baik dan benar. 3) Menghimpun berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan dan menilai pembelajaran yang secara nyata telah mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh rekan guru lainnya. Lomba diselenggarakan dari bulan Oktober sampai dengan November 2005 dengan sasaran terpilihnya pemenang 1, 2, 3 serta harapan 1, 2, dan 3 dari 120 orang guru finalis. l. Insentif bagi Pamong Belajar BP-PLSP, BPKB, dan SKB Pemberian insentif dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi guna mendukung pelaksanaan tugas. Insentif diberikan dalam bentuk transpor bulanan. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 74 Sasaran penerima insentif adalah semua Semua Pamong Belajar pada BP-PLSP, BPKB/UPTD Provinsi dan SKB/UPTD Kabupaten/Kota. Hasil yang telah dicapai adalah diterimanya insentif sebesar minimal Rp 100.000,/orang/bulan bagi seluruh pamong belajar. m. Rangkaian Kegiatan dalam Peringatan Hari Guru Nasional Peranan guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh besar dan sangat menentukan, guru merupakan salah satu faktor yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakan dasar serta turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa depan bangsa. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik dan masyarakat. Tujuan Peringatan Hari Guru Nasional ini adalah sebagai berikut: (i) Menanamkan jiwa patriotisme dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia; (ii) Meneladani semangat juang dan pengabdian guru sebagai pendidik semua anak bangsa, dalam peningkatan sumber daya manusia yang bermutu; dan (iii) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian bangsa Indonesia akan pentingnya kedudukan, peran, dan martabat guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Peringatan dilakukan pada tanggal 25 November 2005 di Solo, Jawa Tengah. Bersamaan dengan Hari Guru Nasional tersebut telah dianugerahkan penghargaan pendidikan kepada 28 orang Guru, 5 orang Gubernur, 3 orang Bupati, 2 orang Wali Kota dan 4 orang masyarakat yang berprestasi dan berdedikasi dalam pendidikan. Surat Keputusan bagi keempat anggota masyarakat didasarkan atas SK Mendiknas No. 097/P/2005. n. Lomba Karya Nyata dan Karya Tulis Tendik Non Formal Tujuan kegiatan ini adalah memberikan motivasi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan PNF dalam berinovasi untuk mendukung peningkatan mutu program PNF. Dengan sasaran seluruh Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNF, program ini telah memilih 120 karya nyata dan karya tulis dari 236 (duaratus tiga puluh enam) naskah. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 75 Dari 120 karya tersebut terpilih 25 (dua puluh lima) karya terbaik terdiri atas: (i) 5 karya nyata PB; ii) 5 karya tulis penilik; (iii) 5 karya tulis TLD; (iv) 5 karya tulis Dosen PLS; dan (v) 5 karya tulis Tutor Paket B. o. Lomba Cipta lagu “ Untukmu Guru “ Sebagai wujud rasa terima kasih dan penghormatan terhadap jasa dan pengabdian guru maka sudah selayaknya guru memperoleh gelar Pahlawan Pendidikan. Agar gelar pehlawan pendidikan dapat dikumandangkan di seluruh wilayah Republik Indonesia, maka perlu dituangkan dalam lagu Guru Pahlawan Pendidikan. Lagu guru ini dilombakan supaya diperoleh syair lagu yang sesuai dengan gelar pahlawan pendidikan dari berbagai lapisan masyarakat maupun dari kalangan guru sendiri. Di samping itu untuk meningkatkan kebanggaan, citra, harkat dan martabat guru sebagai pahlawan pendidikan. Penyelenggaraan lomba dimulai dari bulan Agustus sampai dengan November 2005. Terpilih 10 (sepuluh) lagu terbaik yang mampu mengekspresikan Guru sebagai Pahlawan Pendidikan yang mampu meningkatkan kebanggaan, citra, harkat dan martabat guru. C. GOVERNANCE, AKUNTABILITAS, DAN PENCITRAAN PUBLIK Sedangkan dalam rangka mewujudkan Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik, pilar pembangunan Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian program sebagai berikut: 1. Peningkatan Transparansi a. Perluasan Akses terhadap Data dan Informasi Perencanaan serta Alokasi Anggaran Dalam kaitan kegiatan ini, telah diundang para kepala sub dinas pendataan dari seluruh provinsi. Peserta diberikan pembekalan dan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 76 kompetensi untuk mengumpulkan data terkait dengan guru. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan bahwa LPMP akan menyerahkan data yang telah diperoleh kepada pihak Ditjen PMPTK pada Oktober 2005. b. Pelatihan Sistem Perencanaan dan Monitoring dan Evaluasi ** (data masih dalam proses up-to-date) c. Pelatihan Operator Pendataan Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten/kota ditambah dari LPMP dan Dinas Provinsi. d. Pelatihan Pengelolaan Keuangan Pelatihan ini diperuntukkan bagi seluruh LPMP dan PPPG yang ada. Dengan demikian, pelatihan ini diikuti oleh 30 (tigapuluh) LPMP dan 12 (duabelas) PPPG. e. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pelatihan ini diikuti oleh wakil-wakil dari LPMP, PPPG dan Pusat. Untuk setiap lembaga diwakili oleh 3 (tiga) orang, sedangkan untuk Pusat diwakili oleh 3 (tiga) orang per sub-direktorat. f. Temu Konsultasi dan Rapat Koordinasi Program (Guru Bantu, TLD, BP-PLSP, BPKB, dan SKB) Temu konsultasi dan rapat koordinasi dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Non-Formal dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan kesiapan penanggungjawab program di pusat dan daerah serta adanya kemitraan dengan Akademisi dan Praktisi dalam menghadapi pelaksanaan program tahun 2006. Sasaran kegiatan tersebut adalah Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, Kepala SKB dari seluruh Indonesia serta Akademisi dan Praktisi. Hasil yang diperoleh adanya kesamaan persepsi dan terjalinnya kemitraan. Berdasarkan Surat Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 524 14/MPN/KP/2005 tanggal 15 Desember 2005 yang ditujukan kepada Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia tentang Laporan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 Hasil Rapat 77 Pengangkatan Guru Bantu, yang antara lain bahwa mulai 1 April 2006 akan direkrut sebanyak 80.000 orang Guru Bantu menjadi CPNS, dan sisa Guru Bantu yang ada akan masuk dalam formasi CPNS tahun 2006 dan 2007, maka Depdiknas harus segera melaksanakan rapat kerja dengan seluruh jajaran terkait di kabupaten/kota dan propinsi agar rencana ini bisa dijalankan oleh pemerintah daerah dan seluruh Guru Bantu yang habis masa kontraknya dapat diangkat kembali. Rapat Koordinasi ini bertujuan untuk memberikan dasar dalam pelaksanaan tindak lanjut Program Guru Bantu dan perpanjangan kontrak Guru Bantu, serta menyamakan persepsi dalam pelaksanaan rekruitmen Guru Bantu menjadi CPNS khususnya dalam penetapan formasi Guru Bantu menjadi CPNS oleh Pemerintah Daerah, serta singkronisasi data Guru Bantu. Rapat kerja dilaksanakan dengan harapan para peserta dapat: (i) Memahami dan menyamakan persepsi terhadap tindak lanjut Program Guru Bantu khususnya dalam pelaksanaan perpanjangan kontrak kerja Guru Bantu pasca 31 Desember 2005; (ii) Segera dapat melaksanakan perpanjangan kontrak kerja Guru Bantu angkatan 2005 yang berakhir masa tugasnya per 31 desember 2005; (iii) Singkronisasi data Guru Bantu per kabupaten/kota dalam penetapan formasi Guru Bantu menjadi CPNS yang direncanakan mulai dilaksanakan per 1 April 2006 dan selesai seluruhnya menjadi CPNS sampai akhir Desember 2007. Sehubungan dengan hal tersebut, dilaksanakan suatu Rapat Koordinasi yang diikuti oleh pejabat dan staff Ditjen PMPTK, Kepala LPMP se Indonesia (30 LPMP), Kepala Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi) dan Kabupaten/Kota (469 orang), Kepala Subdinas Ketenagaan Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi), dan Para konsultan di lingkungan Ditjen PMPTK, serta dengan nara sumber Menteri Pendidikan Nasional, Deputy Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Bidang SDM, Kepala BKN, Dirjen PMPTK, Setdijen PMPT, Direktur di lingkungan Ditjen. PMPTK, Kepala Biro Kepegawaian Depdiknas, dan Tim Konsultan Ditjen. PMPTK Depdiknas. Rapat Koordinasi menghasilkan poin-poin kesepakatan, sebagai berikut: (i) Dilaksanakan perpanjangan kontrak Guru Bantu angkatan 2003 terhitung 1 januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008; (ii) Dukungan sepenuhnya untuk menindaklanjuti rekruitmen Guru Bantu menjadi CPNS; (iii) Perlu petunjuk operasional Kementerian Negara PAN dan BKN kepada Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 78 Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah untuk dapat mengoperasionalkan Guru Bantu menjadi CPNS sesuai hasil rapat Wakil Presiden RI dengan Menteri Negara PAN, Kepala BKN, Mendiknas, dan Pejabat Esalon 1 di lingkungan kementerian terkait; dan (iv) Singkronisasi data Guru Bantu antara LPMP dengan Dinas pendidikan Kabupaten/Kota dengan hasil final paling lambat sudah diterima Ditjen. PMPTK tanggal 5 Januari 2006 g. Dukungan terhadap Penyiapan RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional (2005-2009) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah berperan secara aktif dalam penyiapan RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional. Direktur Jenderal sebagai Ketua Tim dalam berbagai pertemuan dengan berbagai pihak yang terkait telah menyajikan mengenai konsep maupun strategi yang direncanakan untuk penyusunan RENSTRA Depdiknas. Sejumlah pertemuan tersebut sekaligus merupakan upaya sosialisasi terhadap RENSTRA Depdiknas di samping juga untuk memperoleh masukan terhadap penyempurnaan draft RENSTRA. 2. Akuntabilitas a. Penilaian Kinerja Lembaga dan Pimpinan Lembaga di Lingkungan Ditjen PMPTK Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pemetaan kinerja lembaga dan kepala lembaga yang bermakna signifikan untuk memberikan masukan kepada pengambil keputusan dalam kerangka pembinaan lembaga diklat yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, tuntutan era global dan era otonomi, serta kebutuhanpembangunan pendidikan yang terus berkembang. Sasaran dari kegiatan ini adalah lembaga dan pimpinan lembaga pada 30 LPMP dan 12 PPPG. b. Evaluasi Dampak Diklat 1) Monitoring dan Evaluasi terhadap dampak diklat yang diselenggarakan Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK, Depdiknas Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 79 Kegiatan ini untuk memberikan bahan masukan kepada pengambil keputusan dilingkungan internal dan eksternal Depdiknas dalam perencanaan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan secara nasional. Sasaran adalah Alumni peserta diklat yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK, Depdiknas di 30 provinsi dalam kurun Juni 2004 sampai dengan Juni 2005. 2) Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan program di UPT/UPTD Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program meliputi kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan program UPT/UPTD pelaksanaan tahun program 2005. UPT/UPTD Dengan tahun sasarannya 200, telah adalah dihasilkan tersedianya data dan informasi pelaksanaan program UPT/UPTD tahun 2005 dan c. Monitoring dan Evaluasi Program PTK Beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan monitoring dan evaluasi meliputi: 1) Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Profesi Tendik Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan program yang dilaksanakan terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan sebagai bahan acuan dalam pengambilan kebijakan; 2) Monitoring dan Evaluasi Program Kemitraan Kepala Sekolah Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kinerja kepala sekolah yang mengikuti program kemitraan antara Sekolah maju dan sekolah tertinggal; 3) Pengolahan data dan Penyusunan Laporan ME Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan pelaksanaan ME secara kuantitatif sebagai bahan pertanggungjawaban secara administrasi. Telah tersusun 2 Naskah laporan hasil ME untuk pengembangan profesi dan program kemitraan; Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 80 4) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Tutorial dan Program Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka evaluasi pelaksanaan tutorial dan program D-II PGTK, D-II PGSD dan S1 PGSD yang dilaksanakan di kelompok belajar (pokjar). Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kegiatan, yaitu pada semester ganjil dan semester genap. Telah tersusun 2 naskah laporan hasil ME Tutorial dan Program untuk semester ganjil dan genap 5) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS) Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka evaluasi dan pemantauan pelaksanaan ujian program D-II PGTK, D-II PGSD dan S1 PGSD yang dilaksanakan di kelompok belajar (pokjar). Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kegiatan, yaitu pada semester ganjil dan semester genap. Telah tersusun 2 naskah laporan hasil ME UAS semester ganjil dan genap; 6) Konsultasi Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, dan Kepala SKB seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk penyamaan persepsi dan kesiapan dikalangan penanggungjawab program di daerah dalam menghadapi pelaksanaan tugas peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF tahun 2006. Sasaran program ini adalah Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, dan Kepala SKB seluruh Indonesia. Sedangkan hasilnya adalah adanya kesamaan persepsi dan kesiapan dikalangan Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, dan Kepala SKB seluruh Indonesia dalam menghadapi pelaksanaan tugas peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF tahun 2006. d. Kerjasama Pengawasan Program dengan Inspektorat Jenderal Ditjen PMPTK berkoordinasi dengan unit utama lainnya dalam Departemen Pendidikan Nasional termasuk dalam pengawasan program. Salah satu kerjasama yang dilakukan adalah bersama dengan Inspektorat Jenderal melakukan monitoring dan evaluasi guru bantu serta distribusi subsidi. Monitoring dan evaluasi dilakukan pada beberapa kabupaten/kota sampel di setiap provinsi yang ada. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 81 Hasil kegiatan menjadi rujukan bagi Ditjen PMPTK untuk membenahi mekanisme yang ada untuk guru bantu dan distribusi subsidi bagi guru. Mempertimbangkan berbagai keuntungan dari adanya kerjasama dimaksud dipandang perlu untuk menindaklanjuti mekanisme dimaksud pada masa yang akan datang. e. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 pada LPMP, PPPG dan BP-PLSP Salah satu upaya dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa maka penerapan sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2000 pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia merupakan satu langkah yang strategis. Sertifikasi ISO 9001-2000 sebuah standar layanan yang telah diakui oleh dunia Internasional, sehingga sangatlah tepat jika LPMP, PPPG, dan BP-PLSP mampu memiliki sertifikat ISO tersebut. Dengan sertifikasi ISO akan mengangkat kredibilitas lembagalembaga dimaksud. Sehingga penerapan sistem manajemen mutu bagi LPMP, PPPG, dan BP-PLSP tidak bisa ditawar lagi, bahkan merupakan tuntutan dan kebutuhan agar dalam memberikan layanan kepada sekolah, kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Provinsi maupun stakeholders lainnya dapat memberikan jaminan mutu pendidikan yang tercermin dalam seluruh aspek layanan di ketiga lembaga tersebut. Sertifikasi sistem manajemen mutu yang berstandar Internasional akan merupakan jaminan sebuah proses menuju penjaminan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi LPMP, PPPG dan BP-PLSP. Dengan demikian penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 bagi seluruh LPMP, PPPG, dan BP-PLSP di Indonesia akan mampu mengangkat citra dan peran masing-masing lembaga secara maksimal. Disadari sepenuhnya bahwa dalam mendapatkan sertifikasi ISO 9001-2000 tidaklah mudah. Untuk meraih sertifikat ISO 9001:2000 perlu melakukan beberapa tahapan dalam rangka penerapan SMM 9001:2000, antara lain: workshop persiapan tim kerja, pelatihan tim inti ISO-LPMP, pelatihan diklat penyusunan dokumen mutu, diklat tim Audit Internal dan pelaksanaan monitoring dalam bentuk pemetaan potensi masing-masing lembaga dan awareness ISO serta evaluasi kinerja tim inti dalam mengembangkan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 82 dokumen mutu. Dengan memperhatikan bervariasinya kondisi ketiga lembaga maka diperlukan kegiatan yang terintegrasi dan perlu adanya fasilitasi dari Ditjen PMPTK. Tujuan penerapan ISO ini adalah: (i) Menyiapkan Lembaga-lembaga tersebut agar mampu menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 dalam upaya mendukung kinerja masing-masing; (ii) Agar seluruh staf dan pimpinan LPMP, PPPG, dan BP-PLSP peduli terhadap mutu pelayanan sehingga mampu menghasilkan layanan penjaminan mutu pendidikan ke seluruh stake holder yang menajdi tanggung jawabnya; dan (iii) Optimalisasi peran LPMP, PPPG, dan BP-PLSP dalam melaksanakan fungsinya. Kegiatan penerapan sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001:2000 pada seluruh LPMP mempunyai tahapan sebagai berikut: a. Pemilihan fasilitator ISO Pusat yang terdiri 4 orang Widyaiswara PPP Teknologi, 4 orang Widyaiswara LPMP Jabar, 4 orang Widuaiswara PPPG Peertanian Cianjur dan 2 orang Widyaiswara PPPG IPA Bandung. Terpilihnya fasilitator dari ke empat lembaga tersebut karena lembganya telah mendapat sertifikasi ISO dan mereka telah memiliki pengalaman dalam membimbing sekolah untuk meraih sertikat ISO. b. Penawaran kepada LPMP yang telah siap menerapkan SMM ISO dan ternyata untuk mendapatkan LPMP yang bersedia menerapkan SMM ISO tidaklah mudah. LPMP yang telah mendapat sertifikat ISO baru 2 LPMP yaitu Propinsi Jabar dan Propinsi Sulsel, sedangkan yang dalam proses penyelesaian yaitu LPMP Banten dan LPMP Lampung. Dari yang tersisa 26 LPMP, yang bersedia menerima program tersebut adalah LPMP dari Riau, Sumbar, Jambi, Babel, Sumsel, DKI, Jatim, Bali, Gorontalo, Sulut, Sultra, Maluku Utara, Maluku dan Papua. c. Kegiatan konsolidasi fasilitator melalui Workshop Tim Kerja I, II, III dan IV untuk menyusun perangkat modul dan strategi penerapan agar seluruh fasilitator memiliki persamaan persepsi. Fasilitator dibagi menjadi 7 tim yang masing-masing terdiri dari 2 orang danmasing-masing tim memiliki tanggungjawab membina 2 LPMP. d. Kegiatan pertama adalah memanggil 3 orang staf setiap LPMP seluruh Indonesia untuk mengikuti Diklat Tim Inti ISO LPMP yang diharapkan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 83 mereka mampu mensosialisasikan dan meyakinkan Kepala LPMP untuk melaksanakan program penerapan SMM ISO 9001:2000. e. Kegiatan kedua melaksanakan program Awareness ISO dan Pemetaan Potensi LPMP untuk menerapkan SMM ISO 9001:2000 ke 14 LPMP yang siap melaksanakan program tersebut: f. Program awareness ISO dilaksanakan di 14 LPMP dan diikuti oleh seluruh staf LPMP sebagai upaya memperkenalkan bahwa LPMP tempat mereka bekerja akan menerapkan SMM ISO 9001:2000, dalam kegiatan ini ditandangani komitmen pimpinan dan staf pimpinan untuk mendukung penerapan SMM ISO 9001;2000 dan komitmen Tim Inti ISO LPMP untuk menyelesaikan tugasnya dalam menyusun dokumen mutu. g. Pemetaan potensi LPMP merupakan kegiatan untuk mengukur tingkat dukungan staf administrasi, widyaiswara dan staf pimpinan dalam penerapan SMM ISO 9001:2000. h. Kegiatan ketiga merupakan kegiatan Diklat Penyusunan Dokumen Mutu yang dilaksanakan di 14 LPMP dengan peserta minimal 15 orang terpilih sebagai Tim Penyusun Dokumen Mutu, dan pada akhir diklat peserta menyusun kontrak untuk menyusun dokumen mutu. i. Kegiatan keempat adalah ME kinerja Tim Inti ISO LPMP dan melakukan bimbingan penyusunan dokumen mutu, melihat sejauh mana Tim Inti ISO LPMP telah menyelesaikan dokumen mutu. Dari beberapa kegiatan yang telah dilaksnakan tersebut di atas hasil yang telah dicapai adalah: (a) Terbentuknya Tim Fasilitator ISO Pusat sebanyak 7 tim yang setiap saat dapat diterjunkan untuk melakukan bimbingan ke LPMP yang menjadi tanggungjawabnya; (b) Komitmen pimpinan dan staf pimpinan untuk mendukung penerapan SMM ISO 9001:2000 dan komitmen Tim Inti dalam menyelesaikan dokumen mutu masing-masing LPMP; (c) 14 LPMP telah membuat rumusan “Business Process Map” dalam penjaminan mutu pendidikan di propinsinya. Memperbaiki Renstra dan Tupoksi masing-masing unit kerja; dan (d) Terbentuknya Tim Penyusun Dokumen Mutu di 14 LPMP yang sedang menyusun dokumen mutu dan berdasarkan pemantauan dokumen yang dihasilkan: (i) Rumusan Kebijakan Mutu; (ii) Sasaran Mutu; dan (iii) Pedoman Mutu. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 84 Berkaitan dengan BP-PLSP, telah diberikan sertifikat ISO pada BPPLSP Regional III dan sedang dilakukan penilaian untuk pemberian ISO pada BP-PLSP Regional II. 3. Sosialisasi dan Advokasi Program dan Pembentukan Citra Publik a. Sosialisasi Ditjen Mutendik dan Seluruh UPT nya Segera setelah pembentukannya, pimpinan Direktorat Jenderal PMPTK melakukan koordinasi dengan berbagai UPT dalam jajarannya. Tujuan koordinasi dimaksud adalah untuk menyampaikan visi dan misi Direktorat Jenderal yang mana berimplikasi kepada masing-masing UPT yang ada. Dalam berbagai pertemuan digali masukan dari UPT yang ada dalam rangka kemungkinan revitalisasi lembaga yang ada seperti halnya LPMP dan PPPG. Serangkaian pertemuan telah dilakukan dengan UPT dimaksud dalam sejumlah kegiatan terkait baik dalam bentuk rakor atau dalam bentuk kunjungan resmi. Dalam pertemuan tersebut dipertegas strategi dan pola-pola pencapaian visi dan misi Ditjen, yang harus dijabarkan oleh setiap UPT sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. b. Sosialisasi UU Guru dan Dosen Untuk meningkatkan profesionalisme serta dedikasi, mewujudkan prestasi dan kerja, menjamin kemampuan profesionalisme, perlindungan, dan kesejahteraan guru dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional maka diperlukan undang-undang yang mengatur status guru. UU dimaksud menjadi payung hukum bagi guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menciptakan kesepahaman terhadap substansi Undang-undang guru. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan di 30 provinsi dan diselenggarakan dari Januari sampai dengan Desember 2005. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 85 c. Sosialisasi Jabatan Fungsional Penilik Sosialisasi Jabatan Fungsional Penilik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pemerintah daerah (BKD, Dinas Pendidikan Kab/Kota) tentang Jabatan Fungsional Penilik. Sasaran program ini adalah 118 orang yang berasal dari BKD dan Dinas Pendidikan Kab/Kota seluruh Indonesia.Hasil yang diperoleh adalah adanya pemahaman pemerintah daerah tentang Jabatan Fungsional Penilik. d. Pembangunan Jejaring dan Kerjasama Kelembagaan Pembangunan jejaring dan kerjasama kelembagaan merupakan suatu indikator adanya dinamika dari suatu organisasi termasuk Ditjen PMPTK. Jejaring dimaksud mencakup baik lembaga yang ada di dalam maupun di luar negeri. Beberapa jalinan kerjasama yang sudah terjalin dalam waktu berdiri Ditjen yang relatif singkat antara lain diwujudkan dalam pelaksanaan: (i) studi pengangkatan dan penempatan guru bekerjasama dengan Bank Dunia, Pemerintah Belanda dan AusAID, (ii) sosialisasi pendidikan berbasiskan hakhak asasi bekerjasama dengan UNESCO, (iii) pengadaan diklat tentang pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan bekerjasama dengan UNICEF (15-17 Desember 2005), (iv) revitalisasi MKKS/MGMP untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui kesejawatan dalam pengimplementasian lesson study, dan (v) pelaksanaan international conference tentang the right to basic education as a fundamental human right and the legal framework for its financing melalui kerjasama dengan UNESCO (2-4 Desember 2005). Pada masa yang akan datang, sedang dijajaki sejumlah kemungkinan kerjasama dengan lembaga asing, seperti halnya: (i) ADB dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan (diklat) tentang perbaikan kompetensi dan kualitas guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya khususnya untuk daerah Aceh Barat, Aceh jaya, Banda Aceh, dan Sabang; (ii) USAID untuk peningkatan kompetensi di 5 (lima) provinsi; dan (iii) revitalisasi MKKS/MGMP untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui kesejawatan dalam pengimplementasian Lesson study di 3 provinsi—Jawa Timur, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta—bekerjasama dengan JICA dan 3 (tiga) Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 86 universitas berdekatan—Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Yogyakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 87 BAB IV PENYERAPAN DANA Dalam rangka mewujudkan 3 pilar pembangunan pendidikan nasional, Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian program sebagaimana dijelaskan pada Bab II. Pelaksanaan program-program tersebut telah menyerap anggaran tahun 2005 sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Tabel Dana, Realisasi, dan Daya Serap Anggaran Formal dan NonFormal untuk Pelaksanaan Program-program 3 Pilar Pembangunan Pendidikan Nasional INSTANSI FORMAL NONFORMAL TOTAL DANA REALISASI SISA DANA PROSENTASI KEU FISIK 2.981.357.140.000 2.545.207.167.898 436.149.968.102 83,93 89,71 205.871.211.000 176.203.641.870 29.669.569.130 84,02 93,25 3.187.228.351.000 2.721.410.809.768 465.819.537.232 83,98 91,48 Untuk instansi formal, keuangan bagi daerah diperuntukkan bagi LPMP dan PPPG. Sedangkan untuk instansi non-formal, keuangan bagi daerah diperuntukkan bagi BP-PLSP. Rincian penyerapan anggaran untuk masing-masing instasi dapat dilihat pada tabel di halaman berikut. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 88 REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN TAHUN 2005 DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DIREKTORAT TENAGA TEKNIS N O I. II. REALISASI s.d. 20 OKT 2005 URAIAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TENAGA TEKNIS DAN MASYARAKAT PAGU DANA Target (%) 9,698,358,000 65.43 36,553,500,000 48.23 Anggaran 3,919,165,624 REALISASI 21 OKT s.d. 31 DES. 2005 % Target (%) 40.41 21.55 33.70 43.78 Anggaran 3,772,839,286 JUMLAH REALISASI % Target ( %) 38.90 86.98 39.52 92.01 Anggaran 7,692,004,910 SISA DANA % 79.31 Anggaran 2,006,353,090 % 20.69 PEMBERDAYAAN TENAGA KEPEND. LUAR SEKOLAH 12,318,359,278 Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 14,446,688,380 26,765,047,658 73.22 9,788,452,342 26.78 89 REALISASI ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PEMUDA DIREKTORAT TENAGA TEKNIS PROGRAM : PROGRAM PENY. PENDIDIKAN TENAGA TEKNIS DAN MASYARAKAT No. KEGIATAN SISA ANGGARAN Keterangan Anggaran % 1,339,545,490 38.9 Kelebihan anggaran 16,979,000 2.0 Sisa hasil Neg. Harga 178,729,900 16.7 Sisa belanja 1. 2. 4319.0001 4319.0004 ADMINISTRASI UMUM PENERBITAN MAJALAH/JURNAL 3. 4319.0013 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL 4. 4319.0029 5. 4319.0050 6. 4319.0051 7. 4319.0052 8. 9. 4319.0062 4319.0083 PEMBINAAN ADMINISTRASI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN PENYUSUNAN/PENGUMPULAN/PENGOLAHAN/UPDATING/ ANALISA DATA DAN STATISTIK PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA KERJA/TEKNIS/ PROGRAM PENYUSUNAN/PERUMUSAN SISTEM DAN PROSEDUR TEKNIS PAMERAN/VISUALISASI/PUBLIKASI DAN PROMOSI EVALUASI DAN PEMANTAUAN PENYELENGGARAAN 10 . 4319.0088 RAPAT-RAPAT KOORDINASI/KERJA/DINAS/PIMPINAN KELOMPOK KERJA 34,572,600 11 . 4319.0089 KERJASAMA ANTAR INSTANSI PEMERINTAH/SWASTA/ LEMBAGA TERKAIT 433,142,800 12 . 4319.0116 PEMBINAAN ADMINISTRASI PENGELOLAAN KEUANGAN JUMLAH Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 295,000 0.3 Sisa belanja 1,000,000 0.7 Sisa belanja 150,100 0.7 Sisa belanja 78,200 0.0 Sisa belanja 1,018,000 663,600 178,400 2,006,353,090 0.5 Sisa belanja 0.8 Sisa belanja Kaesulitan untuk 17.0 melaksanakan koord. dg instansi terkait Kaesulitan untuk 48.1 melaksanakan koord. dg instansi terkait 0.1 Sisa belanja 20.69 90 REKAP LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KEADAAN : DESEMBER 2005 URAIAN KEGIATAN / SUB KEGIATAN 2 NO 1 1 Pengemb. Sistem dan Profesi Pendidik PAGU DANA 3 BELANJA PEGAWAI ALOK ANGG REAL ANGG 4 5 BELANJA BARANG ALOK ANGG REAL ANGG 6 7 BELANJA MODAL BELANJA BANTUAN SOS JUMLAH ALOK ANGG REAL ANGG ALOK ANGG REAL ANGG ALOK ANGG REAL ANGG 8 9 10 11 12 13 REALISASI (%) KEU FISIK 14 15 SISA ANGGARAN 16 11,000,000,000 1,976,510,000 1,897,926,000 7,759,276,000 6,956,334,000 1,264,212,000 0 0 0 10,999,998,000 8,854,260,000 79.78% 90.20% 2,145,738,000 2 Pengendalian Program Diklat Tendik 24,000,000,000 1,934,075,000 257,720,000 12,119,725,000 10,203,301,500 9,946,200,000 6,080,664,000 0 0 24,000,000,000 16,541,685,500 68.92% 87.21% 7,458,314,500 3 Pengendalian Pendidik dan Tendik 19,000,000,000 1,616,690,000 1,410,190,000 16,913,310,000 13,778,139,000 470,000,000 0 0 0 19,000,000,000 15,188,329,000 80.06% 84.97% 3,811,671,000 4 Penghargaan & Perlindungan Hukum Bagi 21,000,000,000 1,986,875,000 1,925,875,000 16,613,125,000 16,334,547,365 1,800,000,000 1,688,035 600,000,000 0 21,000,000,000 18,262,110,400 86.96% 90.02% 2,737,889,600 19,000,000,000 1,832,540,000 1,499,280,000 4,006,620,000 2,386,598,500 13,160,840,000 7,632,951,000 0 0 19,000,000,000 11,518,829,500 60.88% 65.15% 7,481,170,500 6 Penyetaraan D II Guru SD 30,253,000,000 660,700,000 625,150,000 5,817,420,000 5,023,224,000 23,774,880,000 23,631,417,000 0 0 30,253,000,000 29,279,791,000 96.78% 98.75% 973,209,000 7 Pengembangan Profesi Pendidik & Tendik 35,144,000,000 9,203,500,000 7,486,300,000 23,547,900,000 19,622,453,350 2,392,600,000 1,650,000,000 0 0 35,144,000,000 28,758,753,350 81.83% 85.15% 6,385,246,650 8 Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Penjas 10,000,000,000 590,490,000 543,490,000 9,254,210,000 8,803,007,000 155,300,000 0 0 0 10,000,000,000 9,346,497,000 93.46% 98.45% 653,503,000 6,001,817,000 5,274,299,000 3,812,331,995 727,518,000 427,706,339 0 0 0 0 6,001,817,000 4,240,038,334 71.00% 89.00% 1,761,778,666 175,398,817,000 25,075,679,000 19,458,262,995 96,759,104,000 83,535,311,054 52,964,032,000 38,996,720,035 600,000,000 0 175,398,815,000 141,990,294,084 79.96% 87.66% 33,408,520,916 dan Tendik Pend. dan Tendik 5 Program Peningkatan Mutu dan Profesionalisme Guru Penjas 9 Penyelenggaraan Kegiatan & Usaha Pendidik dan Tendik JUMLAH Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 91 LAPORAN DAYA SERAP KEUANGAN RUTIN/PEMBANGUNAN LPMP SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2005 NO INSTANSI DANA REALISASI SISA DANA GURU BANTU TOTAL SUBSIDI RUTIN/LAIN2 SISA DANA 1 LPMP JAKARTA 114,515,230,000 99,810,822,000 9,145,720,000 5,494,392,000 64,296,000 14,704,408,000 2 LPMP JAWA BARAT 311,849,048,000 263,766,334,960 40,690,009,000 2,327,824,000 5,064,880,040 48,082,713,040 3 LPMP JAWA TENGAH 312,552,325,000 269,969,057,600 40,989,053,116 - 1,594,214,284 42,583,267,400 4 LPMP YOGYAKARTA 54,764,739,000 46,158,016,575 5,083,260,000 261,764,000 3,261,698,425 8,606,722,425 5 LPMP JAWA TIMUR 301,933,145,000 255,205,255,698 46,693,416,190 48,000 34,425,112 46,727,889,302 6 LPMP BANTEN 118,355,880,000 94,506,398,000 23,491,482,000 1,290,451,305 632,303,465 23,849,482,000 7 LPMP BALI 42,872,602,000 29,413,917,400 7,303,420,000 4,591,664,000 1,563,600,600 13,458,684,600 8 LPMP NAD 60,311,382,000 33,089,087,286 6,715,080,000 - - 27,222,294,714 9 LPMP SUMATERA UTARA 142,523,782,000 141,658,182,000 819,000,000 46,600,000 865,600,000 10 LPMP SUMATERA BARAT 84,361,190,000 72,529,194,000 11,831,996,000 - - 11,831,996,000 11 LPMP SUMATERA SELATAN 95,482,250,000 78,213,830,217 16,033,425,000 - 1,234,994,783 17,268,419,783 12 LPMP JAMBI 44,483,449,000 36,420,832,225 6,716,000,000 517,972,000 828,644,775 8,062,616,775 13 LPMP BENGKULU 24,909,943,000 20,457,015,250 4,263,596,000 - 189,331,750 4,452,927,750 14 LPMP LAMPUNG 80,244,512,000 70,190,554,000 9,188,789,000 - 865,169,000 10,053,958,000 Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 92 15 LPMP KEP BABEL 25,088,797,000 15,490,783,263 8,098,322,000 1,328,818,000 170,873,737 9,598,013,737 16 LPMP RIAU 66,098,025,000 58,098,025,000 6,579,840,000 - - 8,000,000,000 17 LPMP KALBAR 46,736,945,000 39,840,451,634 3,505,373,000 387,624,000 3,003,496,366 6,896,493,366 18 LPMP KALSEL 45,505,798,000 24,547,561,000 4,173,120,000 - - 20,958,237,000 19 LPMP KALTIM 38,657,000,000 27,760,949,754 7,792,400,000 1,522,574,000 1,581,076,246 10,896,050,246 20 LPMP KALTENG 40,619,317,000 35,299,642,643 3,080,160,000 - - 5,319,674,357 21 LPMP SULAWESI UTARA 40,841,445,000 34,884,294,466 5,291,106,000 593,044,534 73,000,000 5,957,150,534 22 LPMP SULAWESI TENGGARA 41,303,265,000 25,702,602,000 3,597,200,000 - - 15,600,663,000 23 LPMP SULAWESI SELATAN 104,524,513,000 97,632,189,700 2,959,615,150 3,932,708,150 6,892,323,300 24 LPMP SULAWESI TENGAH 46,889,297,000 35,502,471,584 4,683,271,950 1,992,910,925 4,710,642,541 11,386,825,416 25 LPMP GORONTALO 21,354,500,000 20,204,254,000 1,150,246,000 - - 1,150,246,000 26 LPMP NTB 47,999,046,000 37,068,013,427 6,411,749,000 - 4,519,283,573 10,931,032,573 27 LPMP NTT 59,019,556,000 46,360,651,333 8,221,661,000 - 4,437,243,667 12,658,904,667 28 LPMP MALUKU 47,966,347,000 34,373,792,706 4,198,496,000 - 9,394,058,294 13,592,554,294 29 LPMP MALUKU UTARA 22,983,739,000 20,467,319,000 1,687,060,000 - 829,360,000 2,516,420,000 30 LPMP PAPUA 45,207,688,000 42,257,248,000 2,950,440,000 - - 2,950,440,000 2,529,954,755,000 2,158,269,461,022 303,344,306,406 20,309,086,764 48,031,900,808 371,685,293,978 JUMLAH LPMP Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 93 LAPORAN DAYA SERAP KEUANGAN RUTIN/PEMBANGUNAN PPPG SELURUH INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2005 NO INSTANSI DANA REALISASI PROSENTASI SISA DANA KEUANGAN KET FISIK 1 PPPG BAHASA JAKARTA 15,284,191,000 14,978,507,000 305,684,000 98.00 98.00 Bln Desember 2005 2 PPPG KEJURUAN JAKARTA 30,713,583,000 28,072,928,950 2,640,654,050 91.40 94.25 Bln Desember 2005 3 PPPG KEGURUAN JAKARTA 13,517,426,000 13,517,426,000 100.00 100.00 Bln Desember 2005 4 PPPG PERTANIAN CIANJUR 28,125,156,000 20,874,076,106 7,251,079,894 74.22 78.85 Bln Desember 2005 5 PPPG IPA BANDUNG 13,256,203,000 11,677,931,274 1,578,271,726 88.09 92.45 Bln Desember 2005 6 PPPG TERTULIS BANDUNG 17,898,337,000 17,898,337,000 100.00 100.00 Bln Desember 2005 7 PPPG TEKNOLOGI BANDUNG 35,144,435,000 26,139,912,691 9,004,522,309 74.38 94.89 Bln Desember 2005 8 PPPG MATEMATIKA YOGYA 13,821,715,000 13,047,224,479 774,490,521 94.40 96.85 Bln Desember 2005 9 PPPG KESENIAN YOGYA 28,656,233,000 22,089,452,292 6,566,780,708 77.08 78.54 Bln Desember 2005 10 PPPG IPS/PMP MALANG 24,025,373,000 22,455,963,000 1,569,410,000 93.47 94.05 Bln Desember 2005 11 PPPG TEKNOLOGI MALANG 30,241,761,000 29,476,501,000 765,260,000 97.47 97.47 Bln Desember 2005 12 PPPG TEKNOLOGI MEDAN 25,319,155,000 24,719,155,000 600,000,000 97.63 98.75 Bln Desember 2005 276,003,568,000 244,947,414,792 31,056,153,208 90.51 93.68 JUMLAH PPPG Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 - - 94 BAB V MASALAH DAN KENDALA Dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan, Ditjen PMPTK telah mencapai berbagai keberhasilan yang amat signifikan dan bermanfaat untuk mendukung pencapaian tiga kebijakan pokok Depdiknas, yakni: peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta peningkatan governance, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Walaupun demikian, di samping berbagai keberhasilan yang telah dicapai selama ini, Ditjen PMPTK juga menghadapi berbagai masalah dan kendala dalam penyelenggaraan program-program dimaksud. Masalah dan kendala tersebut dikelompokkan ke dalam 4 (empat) aspek, yaitu (1) Pembentukan Organisasi, (2) Anggaran, (3) Sarana dan Prasarana, dan (4) Ketenagaan. Berikut diuraikan masalah dan kendala untuk setiap kelompok tersebut. A. Pembentukan Organisasi Pembentukan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) ditujukan untuk khusus menangani peningkatan profesionalisme, kesejahteraan, dan perlindungan hukum bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Pembentukan Direktorat Jenderal ini disahkan melalui Peraturan Presiden No. 9 tahun 2005 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Negara RI. Peraturan Presiden (Perpres) ini telah ditindaklanjuti dengan menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.8 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, yang ditetapkan pada tanggal 5 Juli 2005. Penetapan organisasi dan tata kerja Ditjen PMPTK ini yang terjadi beberapa bulan setelah tahun anggaran berjalan, pada kenyataannya berdampak terhadap berbagai aspek baik secara administrasi maupun teknis. Dampak tersebut terkait dengan anggaran, sarana dan prasarana, dan ketenagaan. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 95 B. Anggaran Pengelolaan keuangan negara diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 23c, yang dituangkan dalam asas-asas umum pengelolaan keuangan negara seperti : asas tahunan (mulai 1 Januari - 31 Desember ), asas universalitas, asas kesatuan, dan spesialis, maupun asasasas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik), antara lain akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, dan pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas mandiri. Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,dan bertanggungjawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan mengikuti secara taat asas penerapan sistem baru dalam penganggaran berbasis kinerja sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Sehubungan dengan asas tahunan dan penerapan sistem baru penganggaran berbasis kinerja, masalah dan kendala yang besar adalah tidak adanya pengusulan alokasi anggaran yang proporsional dan patut bagi Direktorat Jenderal ini, apalagi mengingat pembentukannya yang baru menjelang pertengahan tahun anggaran 2005. Dalam kenyataannya, anggaran untuk Direktorat Jenderal ini bergantung pada alokasi anggaran yang ada di 2 (dua) Direktorat lain yaitu (1) Direktorat Tenaga Kependidikan dan (2) Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan NonFormal. Kedua direktorat ini sebelumnya berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan dan Menengah, yang setelah dibentuknya Ditjen PMPTK berubah nama menjadi Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Anggaran yang dimiliki oleh kedua direktorat tersebut tidak memadai untuk mendukung operasionalisasi kedua direktorat lainnya-Direktorat Profesi Pendidik dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan—di samping Sekretariat Direktorat Jenderal. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 96 Keterlambatan DIPA mempengaruhi implementasi dari beberapa program yang direncanakan, baik yang sifatnya penundaan atau pembatalan. Pengaruh tersebut akan sangat terasa khususnya pada kegiatan yang terkait dengan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Gedung, dan pembangunan LPMP dan PPPG serta BP-PLSP. C. Sarana dan Prasarana Masalah dan kendala terkait dengan sarana dan prasarana adalah tidak tersedianya berbagai piranti keras dan lunak yang memadai untuk masing-masing Direktorat dan Sekretariat Direktorat Jenderal pada saat dibentuknya Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sebagai alternatif maka dipinjam beberapa ruang atau piranti keras dan lunak yang dimiliki oleh unit utama lain termasuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, dan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengadaan kebutuhan dimaksud baru dapat dilaksanakan menjelang akhir tahun setelah dilakukan pembicaraan dengan pihak Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang disetujui oleh Biro Perlengkapan. Hasil yang diperoleh adalah diizinkannya penggunaan ruangruang kantor yang selama ini menjadi milik dari Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, maupun bagian dari Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. D. Ketenagaan Ketenagaan yang ada pada awal berdiri Direktorat Jenderal ini, bersumber pada mereka yang berasal dari 2 (dua) direktorat yang sudah berdiri sebelumnya. Pengembangan/pemekaran direktorat tenaga kependidikan menjadi 3 (tiga) direktorat baru --Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Tenaga Kependidikan, dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan-berdampak pada jumlah dan komposisi ketenagaan yang ada tersebut. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 97 Selama 5 (lima) bulan pertama hingga November 2005, kedua direktorat baru – Direktorat Profesi Pendidik dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan – belum berjalan secara operasional sebagai suatu sistem. Hal tersebut terkait dengan belum ditetapkannya Direktur dari kedua Direktorat dimaksud. Keterlambatan penunjukan para direktur (eselon II) juga berdampak kepada penentuan personil dari masing-masing direktorat yang ada. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah terjadinya proses perpindahan ketenagaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah lama akibat restrukturisasi direktorat yang ada. Perpindahan tersebut hingga saat ini belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan karena memerlukan suatu proses pembahasan di antara kedua direktorat jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 98 BAB VI PERBAIKAN KEBIJAKAN KEDEPAN A. Percepatan Fungsionalisasi Organisasi dan Peningkatan Kapasitas Organisasi Ditjen PMPTK Sejak ditetapkannya Ditjen PMPTK melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.8 tahun 2005 tanggal 5 Juli sampai akhir Desember 2005, Ditjen ini mulai melaksanakannya fungsinya dengan mengkoordinasikan berbagai program dan kegiatan yang semula berada dibawah Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Dikdasmen. Hal ini mengingat berbagai program dan kegiatan yang ada di Dittendik akan direorganisasi dan direfungsionalisasi kedalam struktur Ditjen PMPTK. Pada tahun 2005 Ditjen PMPTK telah memiliki Dirjen, Sekditjen dan empat Direktur. Namun demikian, baik sesditjen dan direktur belum memiliki staf eselon 3 dan 4 yang definitip, sehingga didalam pelaksanaan program dan kegiatannya didukung oleh staf eselon 3 dan 4 serta staf Dittendik yang ada. Keadaan ini tentunya sangat tidak kondusif didalam mendukung efektivitas kerja Ditjen PMPTK secara keseluruhan. Oleh sebab itu, sebagai langkah awal pada bulan Januari akan dilakukan pembagian staf untuk masing-masing Direktorat dan Sekretariat berdasarkan staf yang ada di lingkungan Dittendik. Bagi staf yang potensial di lingkungan Dittendik akan di usulkan untuk mengisi jabatan eselon di Ditjen PMPTK sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya. Sedangkan staf eselon 3 yang memenuhi persyaratan akan diusahakan untuk dipromosikan ke eselon 2 dilingkungan Depdiknas. Disamping tenaga Ditendik yang ada, Ditjen PMPTK juga akan mengakomodir berbagai tenaga yang akan melimpah dari unit-unit lain ke Ditjen PMPTK. Pembenahan staf kedalam struktur yang ada dilingkungan Ditjen PMPTK akan segera dilakukan dalam bulan Januari sehingga tidak Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 99 menghambat jalannya program dan kegiatan yang telah direncanakan dan dirumuskan. Sekalipun penyediaan ruangan bagi 4 direktorat dan sekretariat masih merupakan kendala, namun percepatan melakukan staffing terhadap sekretariat dan 4 direktorat yang ada harus segera dilakukan, sehingga dapat mempercepat konsolidasi program dan kegiatan yang ada di masing-masing unit dilingkungan Ditjen PMPTK. Sebagai organisasi yang baru dengan susunan staf yang baru, tentunya perlu dilakukan berbagai kegiatan capacity building, baik berupa pencerahan terhadap tugas dan fungsi organisasi, reorientasi nilai-nilai kerja maupun kepada usaha peningkatan berbagai kemampuan di dalam melaksanakan tugas organisasi. Kapasitas staf didalam berbagai aspek pekerjaan seperti keuangan, teknologi informasi, manajemen meeting, monitoring, evaluasi, pelaporan dan publikasi akan dilakukan secara periodik sehingga dapat mendukung terwujudnya organisasi yang berkinerja tinggi. Oleh sebab itu berbagai kegiatan training, benchmarking dengan beberapa negara berkembang dan maju dalam pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, studi lanjut bagi staf yang potensial akan menjadi perhatian Ditjen PMPTK kedepan. B. Percepatan Pelaksanaan Program dan Anggaran Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Ditjen PMPTK khususnya anggaran 2006, telah diusulkan pengangkatan 5 (lima) PUMK di masing-masing sekretariat dan direktorat dilingkungan Ditjen PMPTK. Pada masing-masing subdit di dilingkungan Direktorat akan memiliki masing-masing 1 (satu) PUMK dan 1 (satu) untuk Subag Tata usaha. Sedangkan pada masing-masing bagian dilingkungan sekretariat akan memiliki 1 (satu) PUMK. Keseluruhan PUMK yang diusulkan ke Sekretariat Jenderal diharapkan telah dapat dikeluarkan SK Menteri tentang penunjukkan PUMK pada bulan Januari 2006. Program dan kegiatan Ditjen PMPTK yang tertuang dalam DIPA 2006 akan segera di operasionalkan penganggarannya untuk mendukung pelaksanaan berbagai pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. Oleh sebab itu penunjukkan PUMK dengan SK Mendiknas diharapkan dapat segera diterima pada minggu pertama januari 2006. Untuk Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 100 menyamakan persepsi tentang tata cara pengelolaan keuangan, termasuk mekanisme pengajuan anggaran, pertanggung jawaban dan pelaporan keungan, akan dilakukan pertemuan antara sekretariat Ditjen PMPTK dengan seluruh PUMK yang ada dilingkungan Ditjen PMPTK. Para Direktur dan Sesditjen akan segera mengkoordinasikan kegiatan yang akan dilakukan dengan para kasubdit dan PUMK, sehingga dapat dibuat penjadwalan yang konkrit dan jelas terhadap semua kegiatan yang akan dilakukan termasuk anggaran yang diperlukan untuk mendukung setiap kegiatan tersebut. Melalui cara ini diharapkan dapat memantau secara periodik setiap kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan serta mengikuti perkembangan dayaserap anggaran yang telah dicapai oleh masing-masing direktorat dan sekretariat. C. Pengembangan Sistem Monitoring dan Evaluasi yang lebih transparan dan Akuntabel Perencanaan program dan kegiatan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan merupakan titik awal dimulainya suatu tujuan yang ingin dicapai, namun kontribusi pencapaian hasil sangat ditentukan oleh proses pelaksanaannya. Sehubungan dengan itu perlu adanya langkah pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan secara periodik dan teratur agar keterlaksanaan program tetap “on the right track”, dan segera dapat diantisipasi apabila terjadi kendala, permasalahan dan penyesuaian kebijakan. Sedangkan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan secara internal oleh unit organisasi yang bersangkutan dan ekseternal oleh lembaga independent. Dengan demikian diharapkan obyektivitas pengukuran kinerja unit organisasi akan lebih mengemuka dan dapat dipertanggunjawabkan serta dapat diketahui oleh pihak-pihak yang terkait, relevan dan berkepentingan. Sehubungan dengan pemahaman tersebut diatas, system monitoring dan evaluasi secara transparan dan akuntabel pada Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan perlu dikembangkan. Koordinasi perencanaan program – program setiap perencanaan tahun anggaran dengan mengacu pada rencana strategis (lima tahun dan Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 101 tahapan pencapaian tiap tahun), dengan menyesuaikan dengan kebijakan yang berkembang dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Sinkronisasi program sangat diperlukan dengan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal Mutendik dengan Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Nonformal, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Pelatihan, PPPG dan LPMP. Perencanaan program-program yang diajukan oleh masing-masing unit organisasi berdasarkan fakta-fakta kebutuhan secara valid dan hasil kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Koordinasi perencanaan anggaran didasarkan pada prioitas programprogram strategis yang dapat menyentuh secara langsung dengan cakupan meluas terhadap peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan agar profesional di bidang tugasnya. Dan juga memperhatikan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum dalam menjalankan profesinya. Perencanaan program, kegiatan dan anggaran merupakan komitmen bersama dan menjadi tugas dan tanggungjawab masing-masing unit organisasi untuk melaksanakannya secara konsisten dan terarah untuk mencapai tujuan. Laporan bulanan tentang pelaksanaan program, kegiatan dan penyerapan anggaran dari setiap unit organisasi agar disampaikan kepada Sekretariat Jenderal Mutendik untuk direkapitulasi dan analisis perdiksi keberhasilannya. Pengendalian pelaksanaan program, kegiatan dan penggunaan anggaran dilakukan setiap semester melalui monitoring dan evaluasi, yang hasilnya dikommparasikan rekapitulasi laporan bulanan, sehingga dapat diprekdiksi kinerja unit organisasi yang melaksanakan program dan kegiatan. Dari hasil ini sekaligus dapat diantisipasi bila terjadi kendala atau permasalahan atau penyesuaian kebijakan. Koordinasi untuk mengevaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan penyerapan anggaran sangat perlu dilakukan oleh Sekretariat Ditjen Muntendik, dengan melibat semua unit organisasi dibawahnya, Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 102 sekaligus untuk mengukur prestasi kinerja unit organisasi Sekretariat Ditjen Mutendik, Direktorat dibawahnya, PPPG dan LPMP. D. Peningkatan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Antara Unit Utama di lingkungan Depdiknas, Dinas Pendidikan Daerah, Asosiasi dan Organisasi Profesi, dan Organisasi Masyarakat lainnya Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Dikti dan LPTK diperlukan terkait dengan kualifikasi, kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dan upaya-upaya bersama yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen diperlukan terkait dengan kebutuhan kuantitas pendidikan dan tenaga kependidikan yang diperlukan, dan upaya bersama untuk penyebaran dan distribusi secara merata sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Dikti, LPTK dan Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen, terkait dengan “supply-demand” pendidik dan tenaga kependidikan. Koordinasi dengan Dinas diperlukan terkait dengan Pendidikan Provinsi, pembinaan Kabupaten/Kota pendidik dan tenaga kependidikan yang mencakup hal sebagai berikut : o Pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan (perhitungan kebutuhan, yang ada, kekurangan dan kelebihan). o Perencanaan pemenuhan kekurangan dan realokasi kelebihan pendidik dan tenaga kependidikan (tahapan rekrutmen, penempatan, dan penyebaran pemerataan) o Fasilitasi seleksi atau rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan (guru, pengawas sekolah, kepala sekolah, tenga administrasi sekolah, pustakawan sekolah, laboran) o Fasilitasi uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. o Fasilitasi peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 103 o Fasilitasi pembinaan dan pengembangan karir pendidik dan tenaga kependidikan, berdasarkan evaluasi kinerja. o Fasilitasi penghargaan dan perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan. Koordinasi dengan Asosiasi dan Organisasi Profesi, dan organisasi masyarakat lainnya, terkait dengan kebijakan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, dengan memperhatikan kritik, saran, aspirasi, apresisiasi yang dikonstruksikan dengan kesepakatan dan kesepahaman untuk saling mendukung kebijakan yang diambil oleh pemerintah. E. Peningkatan dan Perluasan Sosialisasi Kebijakan dan Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kebijakan dan program-program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas dalam bentuk, seminar dan lokakarya, talk show di radio dan televisi, iklan layanan masyarakat di radio, televisI dan media cetak, spanduk, baliho. Layanan sumber informasi disediakan melalui media Web Site, EMail dan layan internet lainnnya agar dapat diakses oleh berbagai pihak yang memerlukan dan yang akan memberikan kritik, saran dan masukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 104 BAB VII PENUTUP Dalam masa kerja yang relatif singkat kurang dari satu tahun sejak ditetapkan, Ditjen PMPTK, walaupun menghadapi sejumlah masalah dan kendala, telah berhasil menjabarkan dan melaksanakan berbagai program dengan strategi pelaksanaan, jenis-jenis kegiatan dan target-target yang realistis untuk mewujudkan renstra Ditjen PMPTK Tahun 2005 - 2009. Dalam penjabaran dan pelaksanaan program-program tersebut, Ditjen PMPTK bergerak dalam kerangka tiga kebijakan pokok yaitu pemerataan dan perluasan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan peningkatan governance dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan sebagaimana tercakup dalam renstra pembangunan pendidikan nasional tahun 2005 - 2009. Sehubungan dengan kebijakan pokok perluasan dan pemerataan pendidikan, Ditjen PMPTK penyediaan kekurangan menitikberatkan pendidik melalui program-program program guru dalam bantu, dan pembangunan berbagai lembaga yang terkait dengan profesi pendidik jalur pendidikan formal dan pendidikan non-formal. Dalam kaitan dengan kebijakan pokok peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, program-program yang telah dilaksanakan dan diselesaikan oleh Ditjen PMPTK dititikberatkan pada peningkatan kompetensi guru, peningkatan kesejahteraan tenaga pendidik, penyusunan standar kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan (P&TK), revitalisasi lembaga pengembangan dan penataran guru serta lembaga penjaminan mutu pendidikan, pemberian beasiswa dan rintisan pendidikan gelar untuk pamong belajar, pemberdayaan berbagai kelompok kerja (guru, kepala sekolah maupun pengawas), pengembangan model pembelajaran, serta studi banding. Kebijakan pokok peningkatan good governance dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan telah diwujudkan dalam program-program yang menekankan kepada pendataan dan pengembangan sistem informasi Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 105 manajemen P&TK, pemantauan dan evaluasi berbagai program yang dilaksanakan, pemberian bantuan hukum (advokasi) bagi guru, pelaksanaan berbagai lomba, dan pemberian penghargaan bagi guru berprestasi maupun guru yang berada di daerah terpencil, serta peringatan hari guru nasional. Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun pertama merupakan dasar berpijak yang lebih kuat bagi Ditjen PMPTK untuk melanjutkan pelaksanaan program-program yang telah dicanangkan pada tahun-tahun berikutnya. Keberhasilan yang dicapai pada tahun pertama ini sekaligus menjadi barometer agar program-program pada masa yang akan datang akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Apabila diperlukan, Ditjen PMPTK akan mengambil langkah-langkah strategis baik berupa perubahan, penyesuaian dan pembaharuan dalam rangka menjamin perwujudan tekad dalam melakukan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan khususnya dalam mengantisipasi implikasi adanya Undang-undang Guru dan Dosen yang telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai upaya mendudukkan pendidik sebagai profesi, serta upaya terwujudnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebagai bekal untuk menjawab tantangan dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara di era persaingan global. Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006 106