sambutan mendiknas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia yang sangat
menentukan keberhasilan suatu bangsa untuk memajukan kesejahteraan
masyarakat serta berkompetisi dalam dunia global. Mengingat pentingnya
peranan pendidikan dalam pembagunan nasional, peletakan dasar dan arah
kebijakan pendidikan nasional harus tepat dan konsisten dengan cita-cita
yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 serta tujuan
dan fungsi pendidikan harus tepat dan konsisten dengan cita-cita yang
tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sehubungan
dengan itu, arah pembangunan pendidikan nasional menekankan pada
pendidikan transformatif yang
didasarkan pada paradigma pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Dimensi kemanusiaan tersebut meliputi: keteguhan iman dan takwa, etika dan
wawasan kebangsaan serta kepribadian nasional, penguasaan iptek, ekspresi
estetika, dan peningkatan kualitas jasmani. Paradigma pembangunan
pendidikan tersebut menempatkan peserta didik dalam kedudukan yang
sangat sentral, dengan pemahaman bahwa:
1. Pendidikan merupakan proses sistematis untuk memanusiakan manusia
secara holistik, yaitu manusia yang bermoral, rasional, kompeten,
berguna, adaptif, dan menjadi agen perubahan sosial, sehingga mampu
memenuhi kebutuhan dan aktualisasi diri.
2. Pendidikan
menempatkan
pembentukan
karakter
dan
wawasan
kebangsaan bagi peserta didik sebagai nilai yang memegang peranan
penting dalam memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3. Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai pusat pembaharuan dan
perubahan masyarakat. Karena itu, upaya peningkatan akses masyarakat
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
1
terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus
dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Dalam kerangka mewujudkan paradigma pembangunan pendidikan tersebut,
maka Depdiknas perlu memperjelas dan memperkuat fungsi-fungsi barunya
dalam pelayanan pendidikan, seperti dalam penetapan kebijakan nasonal,
standardisasi nasional pendidikan, pengendalian dan penjaminan mutu
pendidikan, serta harmonisasi dan koordinasi sesuai dengan fungsi, urusan,
dan tanggungjawab dari masing-masing tingkat pemerintahan, satuan
pendidikan, dan masyarakat.
Sebagai acuan Pembangunan Pendidikan Nasional, Departemen
Pendidikan Nasional telah menyusun Rencana Strategis Pembangunan
Pendidikan Nasional (Renstra Depdiknas) Tahun 2005-2009 yang merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Nasional Tahun 2005 – 2009 yang
mengarah pada: a) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
yang aman, bersatu, rukun, dan damai; b) terwujudnya masyarakat, bangsa,
dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi
manusia; dan c) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan
kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan fondasi
yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan, yang dilandasi keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia. Renstra Departemen Pendidikan Nasional
2005-2009 yang konsisten dengan prinsip desentralisasi dan otonomi,
diharapkan akan menciptakan rasa kepemilikan (ownership) dan pemahaman
yang optimal atas peran masing-masing stakeholder dalam pelayanan
pendidikan yang bermutu bagi masyarakat serta menjadi pedoman bagi
pengelola pendidikan di berbagai tingkatan, dimulai dari pemerintah pusat,
daerah, masyarakat dan satuan pendidikan, dalam merencanakan dan
melaksanakan
program
pembangunan
pendidikan
nasional
serta
mengevaluasi hasilnya.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
2
Renstra yang akan disosialisasikan dan dikomunikasikan ke berbagai
tingkatan pengelola pendidikan dengan tujuan untuk membangun komitmen
bersama dalam mewujudkan visi, misi, dan target pembangunan pendidikan
nasional ini, secara garis yang mencakup tiga pilar kebijakan, yaitu:
1. Pemerataan dan Perluasan Akses, yang diarahkan pada upaya
memperluas daya tampung satuan pendidikan sesuai dengan prioritas
nasional, serta memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta
didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda, baik secara sosial
ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual
serta kondisi fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas
penduduk Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka
pemenuhan hak warga negara terhadap pendidikan.
2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing, yang diarahkan pada pencapaian
mutu pendidikan yang semakin meningkat dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang diukur dari pencapaian kecakapan
lulusan, baik akademik maupun non-akademik dalam rangka peningkatan
daya saing bangsa dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional
maupun global.
3. Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik dalam rangka
mewujudkan sistem pengelolaan pendidikan yang efisien, produktif,
akuntabel,
dan
demokratis
dengan
menekankan
pada
peranan
desentralisasi dan otonomi pendidikan
Untuk mengimplementasikan tiga pilar kebijakan pembangunan
pendidikan nasional tersebut, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) sebagai lembaga sub-ordinat dari
Depdiknas telah melaksanakan berbagai program sebagai aktualisasi renstra
Ditjen PMPTK (lihat lampiran Matriks Renstra Ditjen PMPTK) sesuai dengan
tugasnya sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 8 Tahun 2005 yaitu merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan
pendidikan
nonformal.
Secara
umum,
program-program
yang
dilaksanakan oleh Ditjen PMPTK dalam mewujudkan tiga pilar kebijakan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
3
pembangunan pendidikan nasional tersebut lebih berorientasi kepada upaya
merespon secara cerdas dan bijak berbagai permasalahan penting yang
berhubungan
dengan
pembinaan
dan
pengembangan
profesi
dan
pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan, terutamanya pendidik.
Permasalahan tersebut antara lain mencakup:
1. Kurang sinkronnya program pendidikan bagi pendidik dan tenaga
kependidikan,
khususnya
pendidik,
dari
perpendidikan
tinggi
penyelenggara pendidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dengan
kebutuhan di lapangan.
2. Belum adanya perangkat undang-undang yang mengatur hak dan
kewajiban serta perlindungan pendidik.
3. Rendahnya status sosial, rasa kebanggaan, dan rasa percaya diri
pendidik.
4. Perlunya institusi yang mengatur/mengelola pendidik yang menjamin
pembinaan dan pengembangan profesi, serta menjamin pengembangan
karir pendidik, kesejahteraan dan perlindungan terhadap pendidik.
Hal ini dapat dipahami karena pendidik dan tenaga kependidikan,
terutamanya pendidik merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Pendidik memegang peranan penting dalam
keberhasilan
proses
belajar
mengajar
karena
pendidik
sebagai
“instructional leader” memiliki tugas merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran
yang bermutu, pada umumnya, karena didukung oleh pendidik yang
terstandar dan profesional. Berdasarkan hasil penelitian Bank Dunia di
negara-negara berkembang dinyatakan bahwa keberhasilan pendidikan
(output) kontribusi yang paling besar adalah peran pendidik mengambil porsi
36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%. Oleh karena
itu untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas dalam
upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, secara
nasional, semua
pendidik di Indonesia diharapkan menjadi pendidik profesional yang cerdas,
cakap dan terampil melaksanakan pembelajaran sesuai dengan standar,
kriteria, norma, dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan
mengedepankan estetika, etika, keluhuran budi pekerti, dan keunggulan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
4
kepribadian bangsa. Dengan demikian dalam penanganannya pendidik tidak
dapat disejajarkan dengan penanganan sarana prasarana, kurikulum, dan
pendukung pendidikan lainnya karena dinamika pendidik sangat beragam
artinya harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada,
kemajuan IPTEK dan informasi. Untuk menjamin tercapainya pendidik yang
demikian diperlukan suatu pengelolaan pendidik yang sistemik, sistemik,
terprogram, terintegrasi dan berkelanjutan, baik dalam hal rekrutmen,
pembinan
dan
pengembangan
profesi,
termasuk
pengaturan
sistem
pembinaan karir, maupun pemberian penghargaan, kesejahteraan dan
perlindungan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan
Undang-Undang Guru dan Dosen Tahun 2005.
Sebagai
bentuk
transparansi
dan
akuntabilitas
publik
dalam
mengaktualisasikan renstra Dirjen PMPTK tahun 2005 - 2009 dalam
menunjang pengimpelementasian renstra Depdiknas tahun 2005 – 2009
sebagai acuan pembangunan pendidikan nasional, maka Ditjen PMPTK
sebagai lembaga sub-ordinat Depdiknas menyusun laporan pencapaian
pelaksanaan program-programnya selama periode tahun 2005. Laporan ini
akan mencakup 4 bagian, yaitu:
1. Pendahuluan
yang
memuat
latar
belakang,
tujuan
dan
manfaat
penyusunan laporan;
2. Pelaksanaan Program-program yang mencakup tujuan, sasaran dan
pencapaian program yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yakni: (a)
Perluasan dan Pemerataan Akses; (b) Peningkatan Mutu, Relevansi, dan
Daya Saing; dan (c) Peningkatan Good Government, Akuntabilitas, dan
Pencitraan Publik;
3. Permasalahan dan Kendala yang dihadapi oleh Ditjen PMPTK dalam
melaksanakan program-programnya sebagai aktualisasi renstra Ditjen
PMPTK tahun 2005 - 2009 dalam pelaksanaan pembangunan pendidikan
nasional.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
5
B. TUJUAN
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk mengaktualisasikan bentuk
pertanggung-jawaban Ditjen PMPTK terhadap publik dalam pencapaian
program-programnya dalam penunjang pencapaian 3 pilar pembangunan
pendidikan nasional sebagaimana termuat dalam renstra Depsiknas Tahun
2005 – 2009.
C. MANFAAT
Manfaat penyusunan laporan pelaksanaan program Ditjen Mutendik ini
adalah:
1. untuk
menunjukkan
indikator
keberhasilan
tahun
pertama
dalam
mengaktualisasikan pelaksanaan renstra Ditjen Mutendik Tahun 2005 2009 dalam pembangunan pendidikan nasional sebagai dasar berpijak
yang lebih kuat bagi Ditjen PMPTK untuk melanjutkan pelaksanaan
program-program yang telah dicanangkan pada tahun-tahun berikutnya.
2. untuk menunjukkan barometer pelaksanaan program-program di masa
yang akan datang agar dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien
dalam mengaktualisasikan renstra Ditjen PMPTK Tahun 2005 – 2009
dalam rangka pembangunan pendidikan nasional.
3. sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan bagi semua pejabat
dan penanggung jawab program di lingkungan Ditjen PMTK dalam rangka
merespon permasalahan:
a. Peningkatan upaya penjaminan mutu pendidik untuk menumbuhkan
rasa percaya diri dan kebanggaan sebagai profesi;
b. Peningkatan status sosial dan tingkat kesejahteraan pendidik secara
bertahap berdasarkan pada merit sistem dan berorientasi memacu
prestasi;
c. Penyempurnaan sistem pengelolaan profesi pendidik yang mencakup
rekrutmen
calon,
pendidikan,
pengangkatan,
pembinaan
dan
pengembangan karier pendidik sebagai profesi;
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
6
d. Peningkatan daya tarik pendidik sebagai suatu profesi yang mulia dan
memotivasi putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi pendidik.
Dengan demikian pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya pendidik
dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas dalam rangka
pembangunan pendidikan nasional untuk peningkatan mutu sumber daya
manusia
sebagai
subyek
yang
memiliki
kapasitas
untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
7
BAB II
TRANSISI DAN TRANSFORMASI MENUJU
DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
A. Sebelum adanya Peraturan Presiden tentang Pembentukan Ditjen
PMPTK
Dalam rangka melaksanakan tugas pengelolaan pendidik dan tenaga
kependidikan
secara
nasional,
Depdiknas
sesuai
dengan
kewenangannya melakukan berbagai program yang dikoordinasikan
melalui Direktorat Tenaga Kependidikan pada Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) dan Direktorat
Tenaga Teknis pada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan
Pemuda (Ditjen PLSP).
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen sesuai dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 031/O/2002 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Ditjen Dikdasmen bertanggung jawab
terhadap pengelolaan tenaga kependidikan jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur pendidikan formal. Tenaga kependidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah mencakup, antara lain, guru,
kepala
sekolah,
pengawas,
pustakawan,
laboran,
dan
tenaga
administrasi. Sedangkan Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP sesuai
dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 051/O/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Ditjen PLSP bertanggung jawab
terhadap pengelolaan tenaga kependidikan pada jalur pendidikan non
formal. Tenaga kependidikan pada pendidikan non formal mencakup,
antara lain, pamong, tutor, pamong belajar, tenaga lapangan
pendidikan masyarakat, dan penilik.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
8
Meskipun secara formal, tugas pengelolaan dan pembinaan pendidik
dan tenaga kependidikan tersebut dikelola oleh suatu direktorat pada
masing-masing Ditjen tersebut, masih terdapat kendala dalam
pelaksanaannya yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih progam
antar Direktorat di masing-masing Ditjen yang terkait dengan
pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan. Hal
ini menyebabkan kurangnya efisiensi dan efektivitas dalam pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
kependidikan
sehingga
program
Depdiknas dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan
kurang terarah dan optimal.
Sejalan dengan sistem pengelolaan tenaga kependidikan di tingkat
pusat tersebut, pengelolaan tenaga kependidikan di tingkat provinsi
dan kabupaten/kota juga mengalami hal yang sama. Sebagian besar
pengelolaan tenaga kependidikan baik pada jalur formal maupun non
formal menjadi tanggung jawab subdinas yang menangani pendidikan
dasar dan menengah dan pendidikan luar sekolah dan pemuda. Hal ini
juga
mangakibatkan
pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
kependidikan tidak terprogram dan terarah.
Dengan memperhatikan kondisi tersebut diatas serta melihat peran
tenaga kependidikan yang sangat sentral dalam upaya perluasan dan
pemerataan akses, serta peningkatan mutu pendidikan Pemerintah
memandang pengelolaan, pembinaan dan pengembangan pendidik
dan tenaga kependidikan perlu dilakukan secara terintegrasi oleh suatu
unit setingkat eselon I (Direktorat Jenderal), baik untuk pendidikan
formal pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun
pendidikan non formal. Dengan pengelolaan secara terpadu tersebut,
diharapkan pengelolaan, pembinaan dan pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan akan lebih terarah dan terprogram serta dapat
dilakukan sinergi antar direktorat maupun antar unit utama.
Untuk mempersiapkan lahirnya Direktorat Jenderal yang menangani
pendidik dan tenaga kependidikan tersebut telah dilakukan kegiatan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
9
antara lain penyusunan naskah akademik, pertemuan dan lokakarya
dengan berbagai stakeholder pendidikan dan instansi terkait, dan
penyusunan draft Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Setelah melalui berbagai proses pembahasan baik di lingkungan
internal departemen maupun dengan instansi di luar departemen,
Pemerintah
membentuk
Direktorat
Jenderal
Peningkatan
Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2005.
Dengan mengacu pada Perpres Nomor 10 tahun 2005 dan Peraturan
Presiden Nomor 10 tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I, Kementerian Negara Republik Indonesia, Depdiknas
menyusun organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan mendapat persetujuan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sesuai dengan Surat
Nomor B/1061/M.PAN/6/2005 tanggal 6 Juni 2005. Berdasarkan
persetujuan tersebut, Mendiknas menerbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
Berdasarkan
kesesuaian
tugas
dan
fungsinya,
Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen dan Direktorat
Tenaga Teknis Ditjen PLSP menjadi bagian dari Direktorat Jenderal
PMPTK.
B. Sesudah adanya Peraturan Presiden tentang Pembentukan Ditjen
PMPTK
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 tahun
2005, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
10
Kependidikan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang peningkatan mutu pendidik
dan tenaga kependidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan non formal.
Susunan organisasi Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Pendidikan terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal,
Direktorat Profesi Pendidik, Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal, dan
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan.
a. Pelantikan Pejabat Eselon I dan II
Dalam rangka mengimpelementasikan Perpres Nomor 9 tahun
2005, Mendiknas telah mengangkat Direktur Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada tanggal 11 Mei 2005
dan Sekretaris Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Pendidikan pada tanggal 18 Juli 2005. Untuk melengkapi
struktur organisasi Ditjen PMPTK secara bertahap Mendiknas telah
mengangkat Direktur di lingkungan Ditjen PMPTK pada tanggal 21
Oktober 2005 dan 14 November 2005. Dengan telah diangkatnya
pejabat eselon I dan II di lingkungan Ditjen PMPTK, secara
bertahap tugas dan fungsi Ditjen PMPTK mulai dijalankan secara
transisional dengan mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Luar
Sekolah.
Namun
demikian,
opersasionalisasi Ditjen PMPTK belum dapat dilakukan secara
optimal karena belum diangkatnya pejabat eselon III dan IV sebagai
pelaksana operasional kegiatan di sekretariat dan masing-masing
direktorat. Pelaksana operasional Ditjen PMPTK sampai akhir tahun
2005 didukung oleh pejabat eselon III dan IV, serta tenaga yang
berada di bawah eks Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen
Dikdasmen dan eks Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
11
b. Hubungan dengan UPT
Dalam
tugasnya
untuk
membina
dan
mengembangkan
profesionalisme tenaga kependidikan, Depdiknas memiliki sejumlah
Unit Pelaksana Teknis baik yang bersifat nasional maupun tingkat
provinsi, yaitu Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG)
dan
Lembaga
Penjaminan
Mutu
Pendidikan
(LPMP)
yang
merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Dikdasmen dan Balai
Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP)
yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen PLSP. Selama masa
transisi, pengelolaan UPT tersebut secara teknis dibina oleh Ditjen
PMPTK
dengan
tetap
mendapat
dukungan
dari
Ditjen
Mandikdasmen dan Ditjen PLS. Berbagai upaya untuk melakukan
revitalisasi tugas dan fungsi PPPG dan LPMP, serta penajaman
program yang dilakukan oleh PPPG dan LPMP pada tahun
anggaran 2005 dan rencana program dan anggaran tahun 2006
telah dilakukan secara intensif. Pembinaan dan koordinasi teknis
dengan PPPG, LPMP, dan BP-PLSP semakin intensif dilaksanakan
dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Nomor 31 tahun 2005
tentang pembinaan UPT PPPG, LPMP, dan BP-PLSP dimana
secara administratif dan teknis PPPG dan LPMP berada di bawah
Ditjen PMPTK. Sedangkan BP-PLSP secara adminstratif berada
dibawah Ditjen PLS dan pembinaan teknisnya dilakukan oleh Ditjen
PLS dan Ditjen PMPTK.
c. Konsekuensi Penganggaran
Mengingat pembentukan Ditjen PMPTK terjadi pada pertengahan
tahun
anggaran
2005,
maka
dukungan
anggaran
untuk
pelaksanaan program Ditjen PMPTK pada tahun 2005 bersifat
transisional. Anggaran Ditjen PMPTK bersumber dari Direktorat
Tenaga
Kependidikan
penganggarannya
dan
dibawah
Direktorat
Tenaga
pengelolaan
Teknis
Direktorat
yang
Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
12
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Namun demikian, pelaksanaan
program Ditjen PMPTK dilakukan secara optimal berdasarkan dana
yang tersedia pada dua direktorat tersebut. Dalam upaya
mempercepat
operasionalisai
Ditjen
PMPTK,
Depdiknas
mengalokasikan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) pada APBN
2005 yang pengelolaan anggarannya dilakukan oleh PPPG Bahasa
dan PPPG Keguruan. Anggaran Belanja Tambahan tersebut
diarahkan untuk menampung beberapa program kegiatan yang
belum tersedia pada anggaran 2005 di kedua direktorat tersebut
dan untuk melengkapi kebutuhan minimal sarana prasarana untuk
pelaksanaan tugas Ditjen PMPTK.
d. Kerjasama dan Dukungan Unit Utama Lain
Dalam masa transisi, Ditjen PMPTK mendapat dukungan sumber
daya manusia dari eks Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen
Dikdasmen dan eks Direktorat Tenaga Teknis Ditjen PLSP.
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya manusia dari kedua
direktorat tersebut dilakukan tanpa melakukan penambahan
personil. Sarana kantor dan peralatan untuk operasionalisasi Ditjen
PMPTK mendapat dukungan dari Ditjen Mandikdasmen, Ditjen
PLSP, dan Sekretariat Jenderal Depdiknas.
e. Hubungan dengan Dinas Pendidikan provinsi dan Kabupaten/Kota
Untuk mensinergikan berbagai program Ditjen PMPTK yang terkait
dengan pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan baik pada jalur formal maupun non formal
telah dilakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan provinsi dan
kabupaten/kota melalui berbagai bentuk komunikasi, forum dan
rapat koordinasi. Hubungan koordinasi dilakukan baik melalui
LPMP dan BP-PLSP, maupun melalui rapat koordinasi yang
dilakukan oleh dinas pendidikan setempat, dan oleh Ditjen PMPTK.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
13
BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM
A. PEMERATAAN DAN PERLUASAN AKSES
Dalam rangka mewujudkan pilar pembangunan Pemerataan dan
Perluasan Akses pendidikan, Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa
program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian program sebagai berikut:
1. Pendataan, Pemetaan Kebutuhan dan Strategi Pemenuhan
Kebutuhan PTK
Untuk mencapai visi dan misi Ditjen PMPTK sebagai institusi pembina
pendidik dan tenaga pendidikan, urgensi terhadap data pendidik dan tenaga
kependidikan menjadi sangatlah tinggi. Namun, pengelolaan data pendidik
dan tenaga kependidikan yang kurang optimal akan menghambat
pelaksanaan tugas dan fungsi Ditjen PMPTK untuk mencapai visi dan misinya
dalam menunjang peningkatan mutu pendidikan menjadi semakin berat.
Beberapa kegiatan terkait dengan pendataan, pemenuhan kebutuhan
dan strategi pemenuhan kebutuhan PTK dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendataan dan Pengembangan Sistem Informasi Manajemen
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PT & K)
Sistem Informasi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (SIM
P-TK) merupakan suatu upaya pengelolaan data secara elektronik yang perlu
dioptimalkan untuk pengambilan kebijakan. Sistem yang ditujukan untuk
memperoleh
data,
mengelola
data,
dan
mengolah
data
sehingga
menghasilkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan manajemen,
mencakup: (i) Sistem Pengelolaan Transaksi (manajemen tingkat bawah);
(ii) Sistem Manajemen Kontrol(manajemen tingkat menengah); dan (iii)
Sistem Pendukung Kebijakan (manajemen tingkat atas). Informasi yang
diperoleh dari Sistem Informasi Manajemen harus memiliki kualitas yang baik,
yang ditentukan oleh: (i) Keakuratan (accuracy): bebas dari kesalahan dan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
14
kekurangtelitian; tidak bias; jelas dan secara tepat menyatakan arti dari kata
yang
diwakilinya;
(ii)
Ketepatanwaktu
(timeliness);
(iii)
Relevansi
(relevance): dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, kapan,
siapa, dan bagaimana bagi pemakai; dan (iv) Kehandalan (reliability): dapat
dipertanggung jawabkan.
TujuanPengembangan SIM P-TK adalah: (i) Memperbaharui data
tenaga kependidikan dan data pendukung lainnya; (ii) Memperbaharui
mekanisme pengumpulan dan pengolahan data; (iii) Memperbaharui teknologi
pengolahan data; (iv) Memperbaharui Mekanisme Sosialisasi Data; dan (v)
Memberi akses yang luas kepada penentu kebijakan baik di Pusat maupun
Daerah. Sementara manfaatnya adalah: (i) Data tenaga kependidikan dan
sekolah dapat diakses dengan lebih efektif dan efisien; (ii) Data dan informasi
pendukung untuk kebutuhan pengambilan kebijakan dapat diperoleh dengan
cepat dan lebih akurat. Baik oleh Pusat maupun di tingkat Kab/Kota; dan (iii)
Beberapa sub direktorat atau bahkan unit lain terkait, seperti LPMP, Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dapat membagi-pakai (sharing) data yang
dimiliki.
Beberapa Langkah yang dapat dikembangkan berhubungan dengan
pengelolaan Data Tenaga Kependidikan, diantaranya adalah: (i) Mengangkat
petugas khusus (memberikan insentif) di setiap Kabupaten/Kota guna
dedikasi dan efektifitas kerja pendataan; (ii) Mengembangkan soft ware SIM
Tendik berbasis windows; (iii) Membangun Web yang terintegrasi dengan
pengelolaan data Tenaga Kependidikan; (iv) Membangun jaringan komunikasi
berbasis WEB dengan seluruh pengelola data Tendik Indonesia; (v)
Menyediakan fasilitas up load data dalam WEB yang dapat diakses oleh
LPMP seluruh Indonesia untuk kelancaran pendataan; (vi) Menyediakan
fasilitas down load data dari WEB oleh petugas Pusat; dan (vii)
Mendistribusikan hasil pengolahan data pusat ke tiap Kabupaten/Kota untuk
pemutakhiran;
Beberapa Kegiatan SIM 2004 adalah: (i) Penetapan petugas entry data
(2 orang) di 400 Kabupaten/Kota (koordinasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota); (ii) Penetapan pokja pendataan di Pusat; (iii) Pelaksanaan
dan Pengolahan data Guru Negeri dan Swasta dan Pengawas Sekolah untuk
setiap jenjang (TK,SD, SMP,SMU,SMK); (iv) Diklat Operator SIM Guru; (v)
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
15
Feed Back Hasil pengolahan data kepada seluruh Kabupaten/Kota; (vi)
Pengembangan Software pengolah data guru (SIMGuru) berbasis Windows;
(vii) Pengembangan perangkat keras penunjang pengolahan data; (viii)
Penataan sistim jaringan LAN sebagai sumber penyedia data; (ix)
Mengembangkan Web site agar teritegrasi dengan pengelolaan data yang
dapat diakses oleh LPMP se Indonesia; dan (x) Pengadaan
perangkat
otomatisasi data entry dan pelatihannya.
Output yang dapat dihasilkan dari pelaksanaan program 2004
diantaranya: (i) Diperolehnya tenaga yang bertanggung jawab terhadap
pendataan di setiap Kabupaten/Kota dan Pusat; (ii) Kesamaan visi dalam
pengelolaan data antara Pusat dan Daerah; (iii) Diperolehnya Data Tenaga
kependidikan yang lebih akurat; (iv) Peningkatan tingkat validasi data tenaga
kependidikan dengan mekanisme feed-back; (v) Tersedianya sistim pencarian
data tendik yang handal berbasis LAN; (vi) Tersedianya soft ware SIM Tendik
yang telah dikembangkan berbasis Windows; (vii) Diperolehnya sistem
pengelolaan data Tenaga Kependidikan yang teritegrasi dengan LPMP
seluruh Indonesia dengan basis WEB; dan (viii) Efisiensi entry data tendik di
Pusat
b. Studi Pengangkatan dan Penempatan Guru
Studi ini merupakan salah satu bentuk pembangunan jejaringan dan
kerjasama kelembagaan. Studi ini mendapat dukungan pendanaan dari
pemerintah Belanda dan bantuan teknis (Technical Assistance/TA) dari Bank
Dunia serta Aus AID. Di samping itu, kerjasama dengan 12 (duabelas) LPTK
memungkinkan penunjukan dan pemberdayaan peneliti dari masing-masing
LPTK tersebut untuk menjadi penanggungjawab di setiap kabupaten/kota
sampel. Kabupaten/kota sampel terdiri atas: (1) Tanah Datar (Sumatera
Barat), (2) Bengkalis (Riau), (3) Sarolangun (Jambi), (4) Jakarta Timur (DKI),
(5) Pacitan (Jawa Timur), (6) Jemberana (Bali), (7) Lombok Tengah (NTB), (8)
Sumba Barat (NTT), (9) Kutai Kertanegara (Kalimantan TImur), (10) Parigi
Moutong (Sulawesi Tengah), (11) Bone (Sulawesi Selatan), dan (12)
Jayawijaya (Papua). Dalam pengumpulan data, Ditjen PMTP bekerjasama
juga Dinas Pendidikan dan Dinas Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di
masing-masing daerah sampel. Dengan demikian, studi ini secara tidak
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
16
langsung menjadi upaya untuk memberdayakan kemitraan di antara pusat,
daerah, dan pihak perguruan tinggi.
Fokus dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi sejumlah aspek yang
berkait dengan pengangkatan dan penempatan guru, ditinjau dari kebijakan
dan implementasi nya. Aspek dimaksud terdiri atas: (1) distribusi guru, (2)
rasio guru-siswa, (3) jam mengajar guru, (4) penempatan guru di daerah
terpencil, (5) tunjangan guru, dan (6) mutu guru.
Temuan utama studi antara lain: (1) distribusi guru tidak merata,
dengan penumpukan terjadi di daerah perkotaan; (2) secara keseluruhan
terjadi kelebihan guru akibat rasio guru siswa yang cenderung tinggi; (3)
umumnya jam mengajar yang cenderung rendah dan bervariasi dari satu
sekolah ke sekolah lain, dari satu tempat ke tempat lain; (4) kekurangan guru
di daerah terpencil; (5) tunjangan guru diberikan oleh sebagian kecil
kabupaten; dan (6) mutu guru ditinjau dari kualifikasi pendidikan umumnya di
bawah standar apalagi kalau dibandingkan dengan persyaratan sesuai UU
Guru dan Dosen.
Hasil studi telah dipresentasikan oleh Direktur Jenderal PMPTK di
hadapan berbagai donor, dan terungkap keinginan dari donor untuk
mendukung pendanaan terhadap sejumlah kegiatan tindak-lanjut dari studi ini.
Sebagai tindak lanjut, pihak Bank Dunia akan membantu kabupaten/kota
sampel yang memiliki komitmen untuk menerapkan berbagai rekomendasi
hasil studi.
c. Penyediaan Guru Bantu
Permasalahan kekurangan tenaga pendidik merupakan salah satu
kendala yang berdampak negatif kepada usaha- usaha pembangunan
pendidikan. Tenaga pendidik yang ada di sekolah saat ini sebagian masih
merupakan Guru Tidak Tetap (GTT) dengan honor yang relatif rendah dan
jumlahnya relatif kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan guru di
sekolah. Sementara itu, pengadaan guru PNS oleh pemerintah, belum
memenuhi kekurangan guru di setiap jenjang pendidikan sebagai akibat
banyaknya guru yang sudah mencapai usia pensiun, berhenti, mutasi, dan
meninggal dunia.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
17
Maka melalui Keputusan Mendiknas No. 034/U/2003 tanggal 26 Maret
2003 tentang Guru Bantu, diangkat sejumlah guru Bantu di seluruh provinsi di
Indonesia. Pada hakekatnya pengadaan guru bantu ini bersifat: (i) Bersifat
sementara: pengadaan Guru Bantu dilaksanakan sementara waktu (tidak
terus menerus) sesuai dengan anggaran yang tersedia dan disalurkan melalui
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) bekerjasama denagan Kantor
Pos atau Bank yang ada di setiap propinsi. Kontrak kerja yang ditandatangani
oleh Guru Bantu berlaku untuk masa bakti 3 tahun; dan (iv) Bersifat tidak
mengikat: tidak ada ikatan bagi pemerintah untuk mengangkat Guru Bantu
tersebut menjadi PNS yang dipekerjakan di sekolah-sekolah di dalam maupun
di luar kabupaten/kota tempat mereka bertugas pada saat menjadi Guru
Bantu. Program Guru Bantu tahun 2003 dan 2004 ini bertujuan untuk
menanggulangi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP, SMA, dan
SMK baik negeri maupun swasta, untuk melaksanakan proses belajar
mengajar yang kondusif, efektif dan efisien dalam rangka peningkatan mutu
dan pemeratan pendidikan.
Melalui proses seleksi dengan kriteria tertentu sebagai guru kelas atau
guru bidang studi di TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB negeri/swasta,
sejumlah ± 273.132 orang, rincian kuota berurutan tahun
2003 dan
2004berjumlah 193.132 orang dan 80.000 orang, pengadaan guru bantu yang
bertujuan untuk memenuhi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP,
SMA, dan SMK (427.903 orang Data Tendik), diharapkan membawa manfaat
untuk (i) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi KBM; (ii) Menghindari
kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan (iii) Meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Calon guru bantu yang direkrut, selain harus mengikuti
tes dengan materi seleksi yang telah disusun oleh Panitia Pusat yang
mencakup 3 (tiga) mata ujian, yaitu: (i) Tes Pengetahuan Umum; (ii) Tes
Bidang Studi; dan (iii) Tes Bakat Skolastik.
Berikut ini grafik total dan pengalaman masa kerjanya Guru Bantu
Angkatan Tahun 2003.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
18
193.132
192.665
193.500
193.000
DATA GURU BANTU
192.500
192.000
191.500
190.332
191.000
190.500
190.000
189.500
189.000
188.500
Awal
Hasil Seleksi
Pendaftar Ulang
Data terakhir sampai dengan bulan Mei 2005, jumlah guru bantu angkatan
tahun 2003 setelah dikurangi dengan jumlah guru bantu yang mengundurkan
diri karena berbagai alasan terutamanya karena menjadi CPNS adalah
174.232 orang (data per Mei 2005).
Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2003 menurut
umur, dan jenis kelaminnya.
GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT JENIS
KELAMIN
> 40 Tahun;
11.406 org
Laki-laki;
63.916 org
Total Guru Bantu 190.332 org
Perempuan;
126.416 org
> 35 ≤ 40 Tahun;
77.449 org
≤ 35 Tahun;
101.477 org
Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2003 menurut
kualifikasi pendidik dan pengalaman masa kerjannya.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
19
GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT MASA
KERJA
GRAFIK GURU BANTU 2003 MENURUT KUALIFIKASI
PENDIDIKAN
113.075 org
DATA GURU BANTU
<=D1;
70.787 org
>=S1;
73.758 org
120.000
100.000
59.744 org
80.000
60.000
40.000
16.469 org
1.044 org
20.000
0
D III;
8.640 org
Kosong*)
<= 5 Thn
D II;
37.147 org
6-19 Thn
>=20
MASA KERJA
Sementara itu, profil Guru Bantu Tahun 2004 dapat diperlihatkan pada
diagram-diagram di bawah ini.
80.000
80.000
DATA GURU BANTU
78.000
76.000
74.000
71.388
71.309
72.000
70.000
68.000
66.000
Awal
Hasil Seleksi
Pendaftar Ulang
Jumlah guru bantu angkatan tahun 2004 setelah dikurangi dengan jumlah
guru bantu yang mengundurkan diri menjadi CPNS adalah 61,779 orang (data
per Mei 2005).
Berikut ini grafik sebaran Guru Bantu Angkatan Tahun 2004 menurut
umur dan jenis kelaminnya
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
20
GRAFIK GURU BANTU 2004 MENURUT JENIS
KELAMIN
> 40 Tahun;
4.403 org
Laki-laki;
21.983 org
> 35 ≤ 40 Tahun;
21.793 org
≤ 35 Tahun;
45.113 org
Perempuan;
49.326 org
Sementara itu, dilihat dari kualifikasi pendidikannya sebaran Guru
Bantu Angkatan Tahun 2004 tergambar sebagai berikut:
GRAFIK GURU BANTU 2004 MENURUT KUALIFIKASI
PENDIDIKAN
<=D1;
17.757 org
>=S1;
28.565 org
D III;
2.569 org
D II;
22.418 org
Gambar grafik Guru Bantu Tahun 2004 menurut Kualifikasi Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Depdiknas
dan data yang terkumpul melalui pengisian instrumen oleh responden
(khususnya Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru Mitra) pada pelaksanaan
pemantauan dan penilaian kinerja Guru Bantu yang dilaksanakan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan – Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah - Depdiknas, diketahui bahwa keberadaan guru bantu di sekolah
dapat disimpulkan: (i) Memenuhi kebutuhan untuk menutupi kekurangan guru
di sekolah sesuai dengan mata pelajaran yang diperlukan dan mendorong
peningkatan kualitas pembelajaran yang bermuara kepada peningkatan
kinerja sekolah; (ii) Kinerja Guru Bantu sangat optimal dengan waktu kerja 6
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
21
hari per minggu. Selain tugas pokoknya mengajar, Guru Bantu juga
mengerjakan tugas-tugas lain seperti membimbing kegiatan ekstra-kurikuler,
pengelolaan perpustakaan, wali kelas, bimbingan konseling, pengurus
koperasi, dan tugas-tugas administratif lainnya di sekolah; (iii) Ikut
berkontribusi dalam menciptakan suasana pembelajaran yang lebih kondusif
di sekolah; dan (iv) Dampak pada kinerja siswa secara umum cukup positif.
Beberapa usulan yang dijaring pada saat pelaksanaan pemantauan
dan penilaian kinerja Guru Bantu di sekolah dapat disimpulkan: (i)
Penerimaan Guru Bantu disesuaikan dengan formasi yang diusulkan oleh
daerah, sehingga memenuhi kebutuhan guru di daerah; (ii) Perlunya
peningkatan kesejahteraan Guru Bantu yang disesuaikan dengan masa kerja
sebelumnya sebagai
Guru Tetap Yayasan atau Guru Tidak Tetap; (iii)
Honorarium bagi Guru Bantu ditingkatkan dari Rp. 460.000,- per bulan
menjadi di atas Standar Hidup Minimal (SHM); (iv) Perlu adanya pembinaan
profesional yang terus menerus terhadap Guru Bantu, berupa pelatihan dan
pendidikan; (v) Guru Bantu menjadi prioritas untuk penerimaan CPNS; dan
(vi) Guru Bantu yang sudah lewat usia 35 tahun mohon tetap dikontrak
sampai usia 60 tahun.
Sesuai dengan hasil pelaksanaan evaluasi dan penilaian kinerja
termasuk mempertimbangkan berbagai masukan di lapangan mengenai
pelaksanaan program guru bantu, maka diusulkan berbagai alternatif dalam
penuntasan masalah Guru Bantu, sebagai berikut:
Surat Mendiknas No. 134/Men/KP/2005 Tanggal 15-06-2005) kepada
Presiden
a. Alternatif I : Mengangkat kembali semua Guru Bantu angkatan tahun 2003
(190.332 orang – 16.100 orang) = 174.232 orang yang habis masa
kontraknya dengan honor sama sebesar Rp. 460.000,- per bulan
b. Alternatif II : Melaksanakan alternatif I dan menaikkan honornya sebesar
Rp. 250.000,- per bulan, sehingga di atas UMR menjadi Rp. 710.000,- per
bulan
c. Alternatif III :Mengangkat paling sedikit 100.000 orang Guru Bantu yang
memenuhi syarat dan lulus seleksi menjadi CPNS tahun 2005 melalui
suatu proses rekruitmen khusus, dan meneruskan kontrak kerja Guru
Bantu yang belum lulus seleksi dengan menaikkan honor mereka
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
22
Sejumlah 236.011 guru bantu yang ada direncanakan akan diserap
melalui rekrutmen CPNS tiga tahun kedepan mulai tahun 2005. Bagi yang
tidak memenuhi persyaratan kontraknya diterminasi pada akhir masa kontrak
atau dipekerjakan sebagai tenaga kependidikan non guru. Tidak ada lagi
rekrutmen baru guru bantu. Ketiga alternatif tersebut sudah diusulkan kepada
Presiden untuk dipilih dan Depdiknas mengusulkan preferensi pada “alternatif
III “ dengan alasan: (i) Pengangkatan sebagian besar guru bantu menjadi
PNS akan disambut gembira oleh semua stake holders pendidikan dan akan
memberi bukti betapa besarnya perhatian Pemerintah terhadap nasib dan
masa depan guru bantu; (ii) Dengan mengangkat guru bantu menjadi PNS
maka pembiayaan honor guru bantu yang selama ini ditanggung pemerintah
pusat bisa beralih menjadi pembiayaan oleh Pemerintah Daerah (APBD); (iii)
Kenaikan volume APBN akan memperbesar porsi DAU; dan (iv) Pengalihan
status guru bantu menjadi PNS akan meningkatkan kualitas pengelolaan guru
oleh Pemda.
Untuk menindaklanjuti penyelesaian masalah Guru Bantu tersebut,
maka Mendiknas telah melakukan beberapa tindakan nyata sebagai berikut:
a. 28-062005, Mendiknas mengusulkan dalam Raker dengan Komisi X DPR
RI untuk mengangkat kurang lebih 100.000 Guru Bantu menjadi CPNS
tahun anggaran 2005, dan sisanya dinaikkan honorariumnya menjadi Rp.
710.000 per orang per bulan
b. 24-08-2005, dilaksanakan Rapat Konsultasi DPR RI dengan Menpan dan
Mendiknas,
menghasilkan
keputusan
antara
lain;
memprioritaskan
pengang-katan Guru Bantu menjadi CPNS tahun 2005, dan sisanya dapat
diserap menjadi CPNS paling lama 2 tahun
c. Mengusulkan pasal baru dalam draft RPP Pengangkatan Tenaga Honorer
Menjadi CPNS kepada Menpan dengan tembusan BKN dan Dirjen
Peraturan Perundang-undangan, Departemen Hukum dan HAM, yang
materinya sbb : (i) Tenaga Guru Bantu dan Tenaga Lapangan Dikmas
(TLD) yang sedang melaksanakan tugas sebagai guru dan TLD dapat
diangkat menjadi CPNS hanya melalui seleksi administrasi dan kesehatan;
(ii) Pengangkatan Guru Bantu dan TLD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan paling lama tiga tahun terhitung mulai tahun 2005; (iii)
Jumlah Guru Bantu dan TLD yang diangkat menjadi CPNS pada setiap
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
23
tahunnya dihitung secara proporsional dari jumlah Guru Bantu dan TLD
yang ada di masing-masing propinsi dan kabupaten/kota dengan mengacu
kepada kriteria usia dan masa kerja yang bersangkutan; (iv) Dalam
pelaksanaan pengangkatan Guru Bantu dan TLD menjadi CPNS pada
setiap tahunnya, Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota melakukan
koordinasi dengan Departemen Pendidikan Nasional dan menggunakan
data Guru Bantu dan TLD yang ditetapkan Departemen Pendidikan
Nasional; dan (v) Mengacu kepada Hasil Rapat Konsultasi DPR dengan
Pemerintah (Mendiknas dan Meneg PAN), serta hasil rapat Wakil
Presiden, Mendiknas, Meneg PAN, dan Kepala BKN, maka perlu segera
dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi
dan Kabupaten/Kota untuk menindak-lanjuti kebijakan program Guru
Bantu angkatan 2003 tersebut yang akan berakhir masa kontraknya per
31 Desember 2005, dan juga membahas kebijakan pemerintah tentang
pengangkatan Guru Bantu menjadi CPNS.
d. Rapat koordinasi Guru Bantu tingkat Nasional, Tanggal 27 – 28 Desember
2005 ini dihadiri oleh Kepala-kepala Dinas Pendidikan Propinsi (33
Propinsi) dan Kabupaten/Kota(469 Kabupaten/Kota), dan Kepala Subdin
Kepegawaian Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi).
Selain Guru Bantu, Mendiknas juga menekankan tentang Tenaga
Lapangan Pendidikan Masyarakat (TLD) yang merupakan tenaga honorer di
bidang Pendidikan Non Formal yang honorariumnya dibayarkan melalui dana
dekonsentrasi. Dari sejumlah 4.717 orang tenaga TLD yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, Mendiknas mengharapkan agar pemerintah
daerah
memasukkan mereka sebagai Tenaga Honorer yang juga dapat
diusulkan untuk diangkat menjadi CPNS. Untuk keperluan pengangkatan
Guru Bantu dan TLD menjadi CPNS, kami mohon saudara melakukan
verifikasi terhadap data Guru Bantu dan TLD dimaksud, sehingga diperoleh
data final yang dapat digunakan oleh kita semua dalam menyelesaikan
permasalahan Guru Bantu dan TLD tersebut secara adil, transparan dan
akuntabel.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
24
d. Pengadaan Guru Pasca Tsunami dan Daerah Terpencil
Pembangunan sumber daya manusia (generasi muda/siswa) adalah
suatu proses mental, fisik, sosial dan pertumbuhan emosional yang
mempersiapkan mereka untuk hidup produktif dan memuaskan di dalam
kebiasaan dan aturan-aturan masyarakat yang selalu dinamis mengalami
pergeseran struktural politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang menghasilkan
berbagai kecenderungan dan tantangan yang pada gilirannya mempengaruhi
sistem pendidikan di masa depan. Kencenderungan dan tantangan tersebut
antara lain adalah: (i) orientasi pentingnya nilai tambah; (ii) perubahan di
dalam struktur sosial dan budaya; dan (iii) dampak proses globalisasi.
Oleh karena itu, usaha pengembangan sumber daya manusia (siswa)
melalui pembangunan pendidikan harus benar-benar direncanakan dan
dilaksanakan untuk mengembangkan secara terintegrasi potensi dasar siswa
yaitu daya pikir, daya nurani/kalbu dan daya instrumentasi (keterampilan).
Untuk itu diperlukan usaha pembangunan pendidikan yang lebih strategik dan
lebih reaktif terhadap berbagai tranformasi serta harus mampu memanfaatkan
berbagai kesempatan yang ada untuk menghasilkan sumber daya manusia
Indonesia yang memiliki kemampuan beradaptasi, bertahan dan berkembang,
memanfaatkan segala potensi sumberdaya dan kesempatan seoptimal
mungkin untuk mampu melanjutkan pembangunan nasional di dalam era
globalisasi yang menantang dan kompetitif.
Implikasinya bahwa dalam kondisi apapun pengembangan sumber
daya manusia harus terus berlangsung dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal
tersebut termasuk pembangunan sumber daya manusia di daerah pasca
bencana seperti Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias maupun
daerah konflik, daerah transmigrasi,
maupun daerah perbatasan dan
terpencil. Sehubungan dengan itu, maka pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional telah melaksanakan program Guru Bantu pada daerah
pasca
bencana
maupun
daerah
konflik,
transmigrasi,
dan
daerah
perbatasan/terpencil. Program Guru Bantu pada daerah tersebut bertujuan
untuk menanggulangi kekurangan jumlah guru di TK, SD, SLB, SMP, SMA,
dan SMK, untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif, efektif
dan efisien dalam rangka keberlanjutan layanan pendidikan.
melalui pengadaan
Guru
Bantu
bagi daerah-daerah
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
Diharapkan
tersebut
dapat
25
memberikan manfaat: (i) Terpenuhinya layanan pendidikan bagi siswa di
daerah bencana, konplik, transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan
terpencil; (ii) Dicapainya kegiatan belajar mengajar yang kondusif, efektif dan
efisien; (iii) Terhindarkannya kesenjangan mutu pendidikan antar daerah; dan
(iv) Terbantunya siswa dalam pengembalian semangat hidupnya.
Sama seperti program Guru Bantu yang lainnya, Guru Bantu di daerah
pasca bencana seperti NAD dan Nias maupun
daerah konflik, daerah
transmigrasi, maupun daerah perbatasan dan terpencil ini bersifat sementara
dan tidak mengikat yang ditujukan untuk membantu sekolah-sekolah dalam
memenuhi kebutuhan akan tenaga guru di suatu kabupaten/kota di daerahdaerah tersebut melalui sistem seleksi yang telah ditetapkan. Bersifat
sementara dimaksudkan bahwa pengadaan Guru Bantu di daerah pasca
bencana seperti NAD dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi,
maupun daerah perbatasan dan terpencil ini dilaksanakan untuk sementara
waktu (tidak terus menerus) sesuai dengan anggaran yang tersedia dan akan
disalurkan melalui kerjasama pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas dan
pemerintah daerah. Bagi sekolah yang berminat untuk memperoleh bantuan
diharapkan dapat memahami dan mengikuti prosedur yang ditetapkan dan
harus diusulkan secara serentak oleh kabupaten/kota masing-masing sesuai
dengan kuota yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, sekolah harus
mengajukan permohoman sesuai dengan kebutuhannya akan tenaga
pengajar yang diusulkan kepada dinas setempat untuk diklarifikasi.
Berdasarkan hasil klarifikasi tersebut, dinas pendidikan mengusulkan kepada
panitia kabupaten/kota untuk kemudian dilanjutkan ke panitia pusat melalui
panitia propinsi. Sedangkan bersifat tidak mengikat dimaksudkan adalah tidak
ada ikatan bagi pemerintah untuk mengangkat Guru Bantu di daerah pasca
bencana seperti NAD dan Nias maupun daerah konflik, daerah transmigrasi,
maupun daerah perbatasan dan terpencil tersebut menjadi Pegawai Negeri
Sipil yang akan dipekerjakan di sekolah-sekolah di dalam maupun di luar
kabupaten/kota tempat mereka bertugas pada saat menjadi Guru Bantu
Relawan. Kontrak kerja merupakan ikatan sementara yang berlaku sesuai
dengan lamanya kontrak kerja yang ditandatangani oleh Guru Bantu di
daerah pasca bencana maupun
daerah konflik, daerah transmigrasi,
maupun daerah perbatasan dan terpencil yang bersangkutan sebagai
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
26
pedoman dalam melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan yang berlaku dan
disepakati bersama.
Sasaran pengadaan Guru Bantu pada daerah pasca bencana maupun
daerah konflik, transmigrasi, dan daerah perbatasan/terpencil ini dilakukan
melalui suatu sistem seleksi yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
guru untuk keberlajutan pelayanan pendidikan di daerah-derah dengan
kategori tersebut.
Secara rinci sasaran program Guru Bantu ini adalah: (i) Rekrutmen Guru
Bantu pasca gempa dan stunami ini sebanyak 761 orang yang akan
ditugaskan di berbagai jenjang pendidikan di sekolah-sekolah darurat di
daerah yang terkena gempa dan stunami. Guru Bantu tersebut bertugas mulai
Minggu terakhir Januari 2005 atau paling lambat awal Februari 2005 untuk
masa tugas selama 6 bulan; (ii) Rekrutmen Guru Bantu bagi daerah konflik,
transmigrasi, dan daerah perbatasan/terpencil ini sebanyak 180 orang yang
akan ditugaskan di berbagai jenjang pendidikan. Guru Bantu ini bertugas di
Maluku Utara (35 orang), Maluku (35 orang), Papua (35 orang), Lampung (45
orang), Bangka Belitung (5 orang), dan Sulawesi Tenggara ( 25 orang).
e. Program Diklat Pembekalan Guru Kelas/Agama SD Dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas)
Program Diklat pembekalan guru kelas/agama SD dalam mata
pelajaran Penjaskes ini bertujuan untuk memberikan bekal atau kemampuan
minimal kepada guru kelas/agama yang dewasa ini mengajar Penjaskes,
mencakup kemampuan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta sikap
profesional dalam merencanakan dan mengelola proses belajar mengajar
Penjaskes yang bernuansa ke-SD-an atau karakteristik pembelajaran yang
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental
peserta didik usia Sekolah Dasar.
Sasaran program adalah: (i) Guru Kelas atau Guru Agama yang saat
ini mengajar Penjaskes; (ii) Dikhususkan bagi Sekolah Dasar yang tidak
memiliki guru Penjaskes; dan (iii) Diutamakan Guru Kelas/Agama yang
mengajar di kelas rendah atau Guru Kelas/Agama yang memiliki jumlah jam
mengajar lebih sedikit.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
27
Target kompetensi minimal yang diperoleh peserta setelah mengikuti
pendidikan dan pelatihan pembekalan ini adalah sebagai berikut:
1) Mampu menyikapi secara positif sebagai profesi guru pendidikan jasmani
dan kesehatan dalam kaitannya dengan kebijakan Direktur Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah untuk meningkatkan mutu pendidikan
jasmani dan kesehatan di Sekolah Dasar.
2) Mampu mengintegrasikan pengetahuan, sikap, nilai dan prilaku nyata
yang lazim berlaku di kalangan pemangku profesi guru pendidikan jasmani
dan kesehatan ke dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar
khususnya dan dimasyarakat pada umumnya.
3) Mampu
mengimplementasikan
kurikulum
pendidikan
jasmani
dan
kesehatan secara kreatif dan efektif dalam kaitannya dengan kondisi
lingkungan sekolah yang ada saat ini untuk memaksimalkan tujuan
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di Sekolah Dasar.
4) Memahami azas dan landasan falsafah serta pengetahuan ilmiah
pendidikan
jasmani
dan
kesehatan
sebagai
dasar
bagi
praktik
pembelajaran Pendidikan Jasmani yang efektif dan efisien dalam upaya
menumbuh kembangkan individual secara organis, neuromuskuler,
intelektual, emosional serta sosial.
5) Menguasai pola gerak dan keterampilan dasar yang mendukung proses
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.
6) Mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang esensial untuk
mengelola proses belajar mengajar pendidikan jasmani secara kreatif dan
efektif sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang disesuaikan dengan
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, dan dapat memanfaatkan
dan mengembangkan sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.
7) Memiliki keterampilan sosial untuk menjalin relasi dengan orang tua dan
masyarakat
lingkungan
penyelenggaraan
proses
sekitar
sekolah
pembelajaran
untuk
pendidikan
memperlancar
jasmani
dan
kesehatan.
8) Mampu mengelola dan mengorganisasikan kegiatan pertandingan antar
kelas dan/atau antar sekolah.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
28
Hasil yang telah dicapai hingga tahun 2004 yaitu pelaksanaan
pembekalan terhadap 4.210 guru kelas dan agama, dengan rincian sebagai
berikut :
No
Tahun Anggaran
Jumlah Guru
Lokasi
1
1998/1999
840
4 provinsi
2
1999/2000
340
3 provinsi
3
2000
400
2 provinsi
4
2001
350
2 provinsi
5
2002
300
2 provinsi
6
2003
720
4 provinsi
7
2004
1.260
26 provinsi
Total
4.210
Sedangkan untuk tahun 2005, ditargetkan untuk melakukan diklat
terhadap sekitar 1.600 orang guru pada 29 provinsi.
f. Penyusunan Grand Design Local Area Network (LAN) dan Wide Area
Network (WAN) PLS
Bertujuan mengembangkan jaringan pengembangan LAN dan WAN
PLS yang dapat digunakan untuk mengakses layanan data dan informasi PLS
di BP-PLSP, Badan Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) terpilih. Sasaran program ini adalah 1 paket jaringan
LAN dan WAN di bidang PLS yang dapat diakses oleh publik.
g. Penyusunan Grand Design Pemanfaatan ICT dan Multimedia untuk
Pendidik & Tenaga Kependidikan Pendidikan Non-Formal
Bertujuan untuk menyediakan grand design pengembangan multimedia
dan ICT di bidang pendidik dan tendik Pendidikan Non-Formal (PNF) yang
dapat diakses oleh publik. Sasarannya 1 grand desain multimedia PNF yang
dapat diaplikasikan oleh UPT atau UPTD. Hasil kegiatan ini adalah adanya 1
grand desain untuk pengembangan multimedia dan ICT di bidang pendidik
dan tendik PNF yang dapat diakses oleh publik.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
29
2. Penyusunan Master Plan LPMP Baru dan Relokasi:
Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat, Kepulauan Riau, NAD
Dalam kerangka mendukung tercapainya tiga kebijakan pokok
Depdiknas, diperlukan LPMP yang memiliki sarana dan prasarana terstandar.
Terstandarnya sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan (diklat)
merupakan
prasyarat
utama
pelaksanaan
fasilitasi
penjaminan
mutu
pendidikan maupun fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan
secara
profesional.
menunjukkan
bahwa
pada
Akan
tataran
tetapi
pengalaman
implementasinya,
empirik
LPMP
sering
menghadapi berbagai masalah yang berkenaan dengan sarana dan
prasarana yang masih kurang memadai.
Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Diklat (Direktorat
Pembinaan Diklat), Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) telah merancang master plan pembangunan gedung tatalaksana
empat LPMP. Terwujudnya master plan LPMP baru yang yang dapat
digunakan sebagai acuan pembangunan kompleks LPMP yang terstandar
dan mampu mendukung implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas.
Sasaran master plan adalah untuk LPMPdi Propinsi Sulawesi Barat,
Papua Barat, Riau Kepulauan dan NAD. Master yang berhasil diselesaikan
baru 1 (satu) provinsi yaitu Sulawesi Barat disebabkan oleh kondisi anggaran
tahun 2005 yang mengalami keterlambatan cair (bulan Juli 2005). Disamping
itu juga manajemen keuangan yang tersentral di Biro Keuangan Depdiknas
menyebabkan terkendalanya pencairan dana.
3. Pembangunan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP)
dan Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG)
Pengalaman
empirik
menunjukkan
bahwa
pada
tataran
implementasinya, LPMP dan PPPG sering menghadapi berbagai masalah
yang berkenaan dengan masih kuran memadainya sarana dan prasarana
khususnya gedung kantor, tata laksana, diklat, laboratorium, perpustakaan,
ruang sidang, asrama dan sebagainya.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
30
Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Diklat (Direktorat
Pembinaan Diklat), Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK), Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) telah: membangun sarana dan prasarana gedung empat LPMP
Gorontalo, Maluku Utara, Banten dan Bangka Belitung yang terstandar dan
mampu mendukung implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas.
Yang telah berhasil diselenggarakan adalah:
a. terbangunnya jalan di lingkungan LPMP 4 provinsi baru 5.900 m’ dan
memperindah taman di lingkungan komplek LPMP tersebut, dengan
anggaran sebesar Rp. 4.425.000.000,b. Terbebaskan lahan untuk pembangunan PPPG IPS/PMP Malang seluas
50.000 m2. dengan anggaran sebesar Rp. 13.700.000.000,-
4. Penambahan Fasilitas Belajar Badan Pelatihan Pendidikan
Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP)
Pembangunan BP-PLSP bertujuan meningkatkan kapasitas sarana
dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan pengembangan program dan
peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF. Sasarannya adalah lima BPPLSP (Regional I Medan, Regional II Bandung, Regional III Semarang,
Regional IV Surabaya, Regional V Makasar). Hasil dari pelaksanaan
pembangunan ini adalah tersedianya fasilitas untuk melaksanakan kegiatan
pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF.
5. Bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung bagi UPTD
(BPKB/SKB) secara terpilih
Bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung bagi UPTD (BPKB/SKB)
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana untuk
mendukung pelaksanaan
pengembangan program dan peningkatan mutu
pendidik dan tendik PNF.
Sasarannya adalah BPKB 4 unit, SKB 28 unit, PKBM 2 unit. Hasil yang
diperoleh dari kegiatan ini adalah tersedianya fasilitas untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan program dan peningkatan mutu pendidik dan tendik
PNF, serta peningkatan layanan PNF bagi masyarakat.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
31
6. Mendukung
Pemenuhan
Kebutuhan
Guru
Kejuruan
Bekerjasama dengan LPTK **
(data dalam proses pengkinian)
7. Sosialisasi Manual on Rights-Based Education (UNESCO)
untuk Meningkatkan Akses Pendidikan
UNESCO menerbitkan sebuah buku berjudul “Manual on Rights-Based
Education” yang menekankan pada pentingnya hak-hak yang dimiliki anak
terkait dengan pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS). Implikasi dari
buku dimaksud adalah bahwa pendidikan agar tersedia (available), terakses
(accessible), berterima (acceptable) dan bersesuai (adaptable) bagi seluruh
anak. Buku dimaksud didasarkan atas laporan dari Proyek Kerjasama antara
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Hak Atas Pendidikan
dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO.
UNESCO Jakarta bekerjasama dengan Direktorat Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) menerjemahkan buku
dimaksud dengan tujuan untuk mendifusikan dan mendiseminasikan konsepkonsep tentang pendidikan berbasiskan hak asasi manusia. Di samping itu,
penerjemahan buku tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesadaran bagi
berbagai pengambil kebijakan (stakeholders) mengenai implikasi tujuantujuan PUS (Pendidikan Untuk Semua), dimana Pemerintah dan masyarakat
memiliki
tanggung
jawab
bersama.
UNESCO
Jakarta
mendukung
sepenuhnya pendanaan penerjemahan buku tersebut.
Buku dimaksud diadaptasi sesuai dengan konteks Indonesia, Untuk itu,
telah diselenggarakan beberapa lokakarya yang bertujuan untuk: (1)
memahami buku setelah diterjemahkan dan (2) menyesuaikan dengan
konteks Indonesia. Peserta lokakarya berasal dari Departemen Hukum dan
HAM, Departemen Agama, Komisi Nasional HAM Indonesia, Komnas
Perlindungan Anak, Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU),
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pusat Kurikulum, dan pihak sekolah.
Buku yang telah diadaptasi akan dapat diluncurkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional pada minggu ke-2 bulan Januari 2006.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
32
B. MUTU, RELEVANSI, DAN DAYA SAING
Dalam rangka mewujudkan pilar pembangunan Mutu, Relevansi, dan
Daya Saing; (iii) Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik, Ditjen
PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan
pencapaian program sebagai berikut:
1. Peningkatan
Kompetensi
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan
a. Penyusunan
Standar
Kompetensi
Guru,
Kepala
Sekolah
dan
Pengawas Sekolah
Para guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah masih memiliki
kemampuan yang beragam sehingga diperlukan adanya standarisasi
kompetensi tertentu dalam rangka penjaminan mutu pada bidang pekerjaan
masing-masing.
Untuk itu, Ditjen PMPTK mengembangkan standar kompetensi guru
yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan pola pembinaan guru yang
terstruktur dan sistematis. Kegiatan ini memiliki 2 (dua) tujuan utama: (i) agar
berbagai pihak yang terkait dengan kompetensi guru, kepala sekolah dan
pengawas sekolah memiliki acuan dalam pembinaan guru, kepala sekolah
dan pengawas sekolah secara terarah dan sistematis; dan (ii) agar standar
kompetensi guru dipahami oleh berbagai pihak yang terkait.
Sasaran kegiatan adalah sebagai berikut: (i) Standar Kompetensi Guru
BK sebanyak 1 naskah; (ii) Standar Kompetensi Guru Kejuruan sebanyak 15
naskah; (iii) Standar Kompetensi Kepala Sekolah sebanyak 6 naskah; (iv)
Standar Kompetensi Pengawas Sekolah sebanyak 10 naskah; dan (v)
Sosialisasi standar kompetensi tenaga kependidikan ke 30 provinsi.
Sedangkan hasil yang telah dicapai adalah:
1) Tersusun naskah standar guru yang meliputi: guru Bimbingan dan
Konseling (BK) 1 naskah, guru kejuruan 15 naskah, yang terdiri atas
program keahlian Mekanik Industri, Gambar Mesin, Gambar Bangunan,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
33
Konstruksi
Beton,
Konstruksi
Kayu,
Finishing
Bangunan,
Teknik
Pendinginan dan Tata Udara, Listrik, Audio Video, Elektronika Industri,
Pengolahan Hasil Pertanian Pangan, Pengolahan Hasil Pertanian Non
Pangan, Pembibitan Tanaman, Ternak Ruminansia, dan Pengendalian
Mutu Hasil Pertanian.
2) Tersusun naskah Standar Kompetensi Kepala Sekolah, yang terdiri atas
Kepala TK, Kepala SD, Kepala SMP, Kepala SMA, Kepala SMK dan
Kepala SLB.
3) Tersusun naskah standar kompetensi pengawas sekolah mata pelajaran
Sejarah, PPKn, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika,
Kimia, Biologi, Sosiologi dan Geografi.
4) Tersosialisasikan standar kompetensi guru ke 30 provinsi.
b. Pemetaan Kompetensi Guru melalui Uji Kompetensi
Untuk meningkatkan kompetensi guru diperlukan data yang akurat
tentang kompetensi yang telah maupun yang belum dikuasai guru. Hal
tersebut diperlukan agar pembinaan dapat dilakukan secara efisien dan tepat
sasaran. Untuk mengetahui kompetensi yang dikuasai guru diperlukan uji
kompetensi terhadap guru terhadap guru SD, SMP dan SMA.
Hasil yang telah dicapai adalah pelaksanaan uji kompetensi untuk
guru SD sebanyak 16.981 orang, guru SMP sebanyak 8.452 orang dan
guru SMA sebanyak 7.007 orang. Total guru yang telah mengikuti uji
kompetensi sebanyak 32.440 orang.
c. Pemberdayaan KKG dan MGMP
Pemberdayaan forum KKG dan MGMP dipandang sangat strategis
untuk meningkatkan mutu kesiapan guru dalam pembelajaran dan dalam
peningkatan mutu pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal
dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan nasional. Diharapkan forum
tersebut mampu menjadi forum-forum
yang berdaya untuk mendukung
terwujudnya guru-guru yang produktif, kreatif dan inovatif, serta mampu
melaksanakan pembelajaran yang berkualitas di sekolah.
Secara khusus pemberian block grant kepada forum KKG/MGMP
bertujuan:
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
34
1) Termotivasinya para guru untuk meningkatkan profesionalisme dan
kemampuan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi proses dan hasil
belajar dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan pada tataran satuan
pendidikan sesuai dnegan standar nasional pendidikan.
2) Terbentuknya kemampuan dan kemahiran guru dalam pelaksanaan
pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha pemerataan, peningkatan
mutu, dan relevansi pendidikan.
3) Terpecahkannya permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru
dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya.
4) Terbantunya guru untuk memperoleh informasi teknis edukatif yang
berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan
kurikulum, metodologi, sistem pengujian yang sesuai dengan mata
pelajaran yang bersangkutan.
5) Terwujudnya iklim saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil
lokakarya, simposium, seminar, diklat, action research classroom, atau
referensi yang dibahas bersama di sanggar KKG dan MGMP.
6) Terwujudnya rumusan agenda reformasi sekolah (school reform),
khususnya
classroom
reform,
sehingga
terjadi
suatu
reorientasi
pembelajaran yang efektif.
7) Terwujudnya inovasi pembelajaran oleh para guru.
Sasaran dari pemberian block-grant adalah: (i) KKG SD (165 kelompok
di 165 kecamatan); (ii) KKG SLB (2 rayon di 1 provinsi); (iii) MGMP SMP (2
rayon (6 kelompok/mata pelajaran) di 19 kabupaten/kota); (iv) MGMP SMA
(1 rayon (3 kelompok/mata pelajaran) di 19 kabupaten/kota) dan (v) MGMP
SMK (2 rayon (20 kelompok/mata pelajaran) di 1 provinsi).
Telah tersalurkan dana sebesar Rp. 4.065.000.000 oleh LPMP ke
kelompok-klompok forum pembinaan tersebut. Pendistribusian
grant
kepada
KKG/MGMP
dilaksanakan
setiap
bulan.
dana
block
Mekanisme
pendistribusian dana block grant kepada KKG/MGMP dapat diperlihatkan
pada gambar berikut ini:
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
35
Mekanisme Pendistribusian Dana Block Grant KKG/MGMP
LPMP
SPPLS
KPKN
Jika Proposal
Disetujui oleh Tim
Forum
KKG/MGMP
keterangan:
1. LPMP menerbitkan SPPLS untuk disampaikan kepada KPKN
setempat guna membayar dana block grant KKG/MGMP
di
masing-masing wilayah berdasarkan jumlah dana block grant
KKG/MGMP yang ditetapkan.
2. Atas dasar SPPLS ini, KPKN mencairkan dana block grant
KKG/MGMP tersebut untuk selanjutnya ditransfer ke rekening Mitra
Kerja Pelaksana Distribusi.
3. Kantor Pembayar melaksanakan pembayaran secara langsung ke
masing-masing KKG/MGMP selambat-lambatnya lima hari setelah
akhir bulan.
4. Kantor Pembayar melaksanakan pembayaran dana block grant
mengacu kepada daftar nama KKG/MGMP sesuai dengan Surat
Keputusan tentang penetapan penerima dana block grant, per
wilayah.
5. Surat Keputusan tentang penetapan penerima dana block grant
KKG/MGMP ini sudah harus diterima oleh Kantor Pembayar dari
koordinatornya paling lambat akhir bulan.
6. KKG/MGMP membuat laporan realisasi penerimaan dana block
grant KKG/MGMP
tiap awal bulan berikutnya ke LPMP untuk
selanjutnya wajib dilaporkan kepada pusat sebagai salah satu
bahan masukan untuk menyusun laporan secara nasional.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
36
Bantuan dana untuk pelaksanaan kegiatan KKG/MGMP
tersebut
dibiayai oleh pemerintah melalui direktorat terkait Ditjen PMPTK melalui
pembiayaan dana rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA). Besarnya dana block grant untuk Program Pemberdayaan
Forum Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan melalui KKG/MGMP
yang diusulkan melalui APBN-P tahun 2005, adalah sebagai berikut:
1. Dana Block Grant Pembinaan KKG dan MGMP
a. KKG SD
Penyaluran dana block grant KKG SD berbasis kecamatan. Sasaran
KKG SD tahun 2006: satu kelompok di 165 kecamatan. Satu kelompok
diberikan block grant Rp. 10.000.000,- per kelompok.
b. KKG SLB
Penyaluran dana block grant KKG SD berbasis kecamatan. Sasaran
KKG SD tahun 2006: 2 rayon di 1 propinsi. Satu rayon diberikan block
grant Rp. 10.000.000,- per kelompok.
c. MGMP SMP
Penyaluran dana block grant Pembinaan MGMP SMP berbasis
kabupaten/kota. Sasaran MGMP SMP: 2 rayon per kabupaten/kota.
Satu rayon ditentukan 3 kelompok/mata pelajaran di 19 kabupaten
kota. Besarnya dana block grant Rp. 10.000.000,- per kelompok/ mata
pelajaran.
d. MGMP SMA
Penyaluran dana Block grant Pembinaan MGMP SMA berbasis
kabupaten/kota. Satu kabupaten/kota diambil satu rayon. Satu rayon
diambil 3 kelompok/mata pelajaran di 19 kabupaten/kota. Dana block
grant Rp. 15.000.000,- per kelompok/mata pelajaran.
e. MGMP SMK
Penyaluran dana Block grant
Pembinaan MGMP SMK berbasis
propinsi. Untuk sementara diambil 2 rayon. Satu rayon diambil 10
kelompok/mata pelajaran di satu propinsi dengan dana block grant Rp.
20.000.000,- per kelompok.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
37
Dana APBN-P dan Dana Block grant KKG dan MGMP secara Nasional
Jenis
Jumlah dalam Rupiah
KKG SD
Rp.
1.650..000.000,-
KKG SLB
RP.
20.000.000,-
MGMP SMP
Rp.
1.140.000.000,-
MGMP SMA
Rp.
855.000.000,-
MGMP SMK
Rp.
400.000.000,-
RP.
4.065.000,000,-
Jumlah
2. Mekanisme
Pengendalian
Penggunaan
Dana
Block
Grant
dan
Pelaksanaan Program Pemberdayaan KKG/MGMP
Dinas Pend.
Propinsi
Dinas Pend.
Kab/Kota
Cabang Dinas
Pend. Kec.
Forum
KKG/MGMP
Monev
Tingkat
Propinsi
Monev
Tingkat
kab/Kota
Monev
Tingkat
Kecamatan
Evaluasi
Mandiri
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pemberdayaan
Forum KKG/MGMP secara Nasional oleh Pusat
d. Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan kegiatan
kemitraan ini adalah sebagai berikut:
1) Penyusunan Naskah Pedoman Pengimbasan dan pedoman ME Program
Kemitraan DT-DM: Kegiatan ini terdiri dari 3 kegiatan yaitu Penulisan,
Editing dan Finalisasi dengan menghasilkan 2 naskah yang terdiri dari
“Pedoman Pengimbasan, Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM
dan Naskah Pedoman ME Program Pengimbasan;
2) Pendidikan dan pelatihan Kepemimpinan: Kegiatan ini dilaksanakan untuk
peningkatan kemampuan kepemimpinan Kepala sekolah dalam bidang
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
38
manejerial yang terdiri dari 200 orang peserta kepala sekolah SMP, SMK
dan SMK yang terbagi dalam 8 angkatan;
3) Pendidikan dan pelatihan Manajemen Strategik: Kegiatan ini dilaksanakan
untuk peningkatan kemampuan wakil kepala sekolah terutama dalam
penyusunan renstra sekolah sebanyak 200 orang peserta wakil kepala
sekolah yang dilaksanakan dalam 8 angkatan
4) Diklat Mata Pelajaran Guru Wilayah KTI: Kegiatan ini ditujukan untuk
memberikan
kemampuan
perencanaan, pelaksanaan
pembelajaran dengan basis KBK guru-guru
dan evaluasi
dan wakasek kurikulum
sekolah KTI peserta Program Kemitraan Angkatan II sebanyak 70 sekolah
(630 orang) yang terdiri dari mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia,
Biologi, Ekonomi, Bimbingan
Konseling, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris dan Wakasek Kurikulum yang hasilnya dapat mempersempit
jurang perbedaan pendidikan antara sekolah KTI dan KBI
5) Pendidikan Gelar S1: Kegiatan ini ditujukan untuk peningkatan kualifikasi
staf direktorat tenaga kependidikan sebanyak 9 orang (6 orang sedang
proses penyelesaian sedangkan 3 orang telah lulus) agar
mampu
mengembangkan program-program subdit pengembangan profesi
6) Pendidikan Gelar S2 dan S3: Kegiatan ini ditujukan untuk pejabat di
lingkungan Direktorat Tenaga Kependidikan sebanyak 5 orang (S2 3
orang dan S3 2 Orang) agar mampu mengembangkan program-program
subdit pengembangan profesi. Saat ini sedang dalam proses penyelesaian
Tesis dan Desertasi.
7) Penyusunan Instrumen Data Calon Peserta Kemitraan DT dan DM:
Kegiatan ini bertujuan untuk penyusunan instrumen untuk menseleksi
calon peserta Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM angkatan III
8) Survey Pendataan dan Pemantapan Calon Peserta Program Kemitraan
DT dan DM: Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjaring data secara
objektif dalam mempersiapkan calon peserta program kemitraan Kepala
sekolah DT dan DM Angkatan III untuk memperoleh calon yang terdiri
dari 100 kepala sekolah DT dan 100 kepala sekolah DM (SMA dan SMK).
Hasilnya berupa laporan hasil survey pendataan calon peserta program
kemitraan kepala sekolah DT dan DM.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
39
9) Pengadaan Konsultan Pendidikan: Pengadaan konsultan ini dimaksudkan
untuk mengembangkan konsep-konsep pengembangan profesi tendik dan
membantu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi program
pengembangan profesi sesuai dengan tugas subdit pengembangan
profesi. Hasilnya berupa laporan hasil layanan jasa Konsultan Pendidikan.
10) Konsultan dan Counterpart Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM:
Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk mengem-bangkan konsepkonsep pengembangan program kemitraan kepala sekolah dalam
pelaksanaan perencana-an, dan evaluasi program kemitraan kepala
sekolah KTI dan KBI. Hasilnya berupa laporan hasil layanan jasa
Konsultan Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM.
11) Studi Kajian ke Negara Eropa: Kegiatan ini dilaksanakan untuk
mengetahui
serta
mengkaji
pelaksanaan
pengembangan
tenaga
kependidikan di Eropa sebagai perbandingan dan sebagai acuan dalam
pengembangan tenaga kependidikan di Indonesia. Peserta studi kajian 3
orang (2 orang ke Jepang dan 1 orang ke Inggris). Hasilnya berupa 2
laporan hasil studi kajian ke Inggris dan Jepang.
12) Bantuan
Langsung
(Block
Grant)
ke
sekolah
KTI:
Kegiatan
ini
dilaksanakan untuk membantu pengembang-an perpustakaan sekolah KTI
peserta program kemitraan kepala sekolah KTI dan KBI Angkatan I.
Hasilnya adalah pengadaan komputer dan printer masing-masing 2 unit
untuk 30 SMA di KTI.
13) Koordinasi Pelaksanaan Program Kemitraan Kepala Sekolah KTI dan KBI:
Kegiatan
ini
dilaksanakan
untuk
mendapatkan
solusi
penanganan program kemitraan kepala sekolah antara
dalam
hal
pihak pusat
sebagai pengelola program dan pihak daerah sebagai pelaksana dan
pengawas pelaksanaan. Hasilnya berupa laporan hasil Rapat Koordinasi
Program Kemitraan Kepala Sekolah KTI dan KBI Angkatan II.
14) Sosialisasi Program Kemitraan Kepala Sekolah DT dan DM Angkatan III:
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mensosialisasi-kan program
kemitraan kepada daerah agar dapat dipahami secara komprehensip
sehingga diharapkan tujuan program tersebut dapat tercapai. Hasilnya
tersosialisasikannya program kemitraan kepada Ka Dinas Pendidikan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
40
Kab./Kota, Kepala Bapeda Provinsi, Kepala LPMP dan instansi terkait
yang terangkum dalam 1 laporan.
15) Pembekalan dan Pelaksanaan Program Kemitraan Kepala Sekolah DT
dan DM Angkatan III: Kegiatan ini dilaksanakan untuk kepala sekolah
peserta program kemitraan DT dan DM Angkatan III sebanyak 200 orang
yang terdiri dari 60 orang kepala sekolah SMK (30 DT dan 30 DM), dan
140 orang kepala sekolah SMA (70 DT dan 70 DM) sebagai persiapan
pelaksanaan On the Job Training di sekolah DM. Hasilnya berupa laporan
16) Workshop dan Seminar Program Kemitraan Angkatan I: Kegiatan ini
terbagi dalam 2 kegiatan yaitu kegiatan workshop dan kegiatan seminar
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
program kemitraan kepala sekolah Angkatan I dalam upaya peningkatan
dan pemerataan mutu pendidikan dengan peserta sebanyak 27 sekolah
KBI dan 30 sekolah KTI. Hasilnya berupa laporan hasil workshop dan
seminar Program Kemitraan Kasek Angkatan I
17) Workshop dan Seminar Program Kemitraan Angkatan II: Kegiatan ini
terbagi dalam 3 kegiatan yaitu a).
Workshop hasil Implementasi Tahap
II dan Rencana OJT tahap III untuk 140 orang kepala SMA yang terdiri
dari 70 kepala sekolah SMA KTI dan 70 kepala sekolah KTI; b). Workshop
hasil OJT tahap III dan Penyusunan Rencana Action Plan Tahap III untuk
140 peserta; dan c).
Workshop dan seminar akhir program kiemitraan
kepala sekolah KTI dan KBI Angkatan II dengan peserta sebanyak 140
orang kepala sekolah. Telah tersusun 3 laporan Workshop Implementasi
Tahap II dan Rencana OJT Tahap III, Workshop Hasil OJT Tahap III dan
Penyusunan Rencana Action Plan Tahap III serta Workshop dan Seminar
akhir Program Kemitraan Kasek KTI dan KBI Angkatan II
18) Workshop dan Seminar Program Kemitraan DT dan DM Angkatan III:
Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu : a).Workshop hasil OJT
dan Penyusunan Action Plan Tahap I untuk peserta sebanyak 200 orang
yang terdiri dari 60 orang peserta kepala SMK (30 DT dan 30 DM, dan
140 orang peserta kepala sekolah SMA (70 DT dan 70 DM; b).Workshop
hasil implementasi tahap I dan Rencana OJT tahap II dan Penyusunan
Action Plan tahap III. Telah tersusun 2 laporan Workshop Hasil OJT Tahap
I dan Penyusunan Action Plan Tahap II dan Workshop Hasil Implementasi
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
41
Tahap I dan Rencana OJT Tahap II serta Penyusunan Action Plan Tahap
II Program Kemitraan Kasek DT dan DM Angkatan III
19) Program Guru Sebagai Profesi: Kegiatan inin dilakukan sebagai upaya
untuk meningkatkan profesionalisme guru agar mampu untuk melakukan
tugas dan tanggungjawabnya dalam mengemban pendidikan di sekolah
secara efektif dan efisien. Kegiatan ini menghasilkan 4 (empat) draft
naskah yang terdiri dari: a) Naskah Akademik Guru Sebagai Profesi; (b)
Sistem Manajemen Guru; (c) Sistem Remunerasi Guru; dan (d) Naskah
Akademik Sistem Pendukung Profesi Guru
e. Peningkatan Kompetensi Guru dari Sekolah Daerah Tertinggal**
(data masih dalam proses peng”kini”an)
f. Peningkatan Kompetensi Kepala Sekolah dan Pengawas
Guru dan pengawas sekolah merupakan ujung tombak dalam hal
peningkatan mutu pendidikan. Untuk mengembangkan karir bagi mereka,
diperlukan kegiatan penilaian prestasi kerja agar dapat diketahui kelebihan
dan kekurangannya. Untuk itu, dilakukan kegiatan penilaian prestasi kerja
guru dan pengawas sekolah.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memungkinkan prestasi kerja guru
dan pengawas sekolah dengan golongan IV/a ke atas dapat dinilai secara
obyektif sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang berlaku.
Hasil yang dicapai adalah 119 (seratus sembilan belas) orang guru
(16.15%) dinyatakan memenuhi syarat oleh tim penilai prestasi kerja dari
sasaran sebanyak 737 orang. Sedangkan dari 615 orang pengawas sekolah
tercatat 77 (tujuh puluh tujuh) orang yang dinyatakan memenuhi syarat.
g. Pendidikan Singkat Kepelatihan Olahraga Bagi Guru Penjas SD
Program ini merupakan upaya untuk mengakomodasi berbagai
permintaan lapangan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan
kemampuan dalam konteks kerjasama antara LPTK (FPOK/FIK/JPOK/PSSJ
POK) dengan Mutendik/Dikdasmen. Kegiatan ini merupakan program
kerjasama
dalam rangka memberikan kesempatan kepada guru untuk
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
42
meningkatkan kemampuan di bidang kepelatihan, yang berkaitan dengan
pembinaan olahraga di tingkat sekolah dasar.
Pendidikan singkat ini dilaksanakan dalam kurun waktu 9 (sembilan)
bulan efektif dengan pola pendidikan tatap muka 2 x 2 bulan dan masa
implementasi
3 bulan, atau tatap muka 2 x 45 hari dengan masa
implementasi 3
bulan. Proses pendidikan tatap muka dilaksanakan dan
dipusatkan di kampus FIK Universitas Negeri
Jakarta dan proses
implementasi dilaksanakan di provinsi masing-masing yang dimonitor oleh
LPMP provinsi yang bersangkutan. Pola pendidikan akan dilaksanakan
secara terstruktur dan sistematis dimulai dengan
tatap muka tahap I,
kemudian kegiatan implementasi lapangan, dan tatap muka tahap II ( In – On
– In ).
Proses tatap muka tahap I, merupakan pembekalan penuh peserta
program terhadap berbagai konsep teori maupun praktek, kemudian
dilanjutkan dengan proses implementasi lapangan yaitu kegiatan yang
merupakan pembekalan peserta terhadap berbagai pengalaman lapangan,
dilakukan di daerah masing-masing berdasarkan kebutuhan. Proses tatap
muka tahap II
merupakan proses pengayaan terstruktur (finishing) bagi
peserta program.
Sasaran kegiatan adalah guru Penjas SD, SLTP, SMU/SMK (minimal 4
orang guru dari setiap propinsi yang nantinya dijadikan motor penggerak
didaerah).
Hasil yang telah dicapai adalah bahwa pada tahun 2004 telah
dilaksanakan pendidikan singkat kepelatihan olahraga bagi 30 guru dari 30
provinsi khusus cabang olahraga senam dan atletik, sedangkan tahun 2005
telah dilaksananakan pendidikan singkat bagi 25 guru dari 30 provinsi
(5 provinsi tidak hadir)
h. Pendidikan Singkat Kepelatihan Olahraga Bagi Guru Penjas SD
Sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
memperluas wawasan guru pendidikan jasmani di Indonesia khususnya
terhadap sistem pengelolaan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
43
dasar, telah dikirim 12 guru pendidikan jasmani sekolah dasar ke Queensland
University, Australia.
Guru
pendidikan
yang
bersangkutan
jasmani
diselenggarakan
dalam
oleh
melihat
mengikuti
universitas
langsung
keberadaan
guru
program
pembinaan
yang
tersebut.
Program
ini
merupakan
kesepakatan antara Direktur Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen,
Sekretaris Ditjen Olahraga dengan Mr. Richard Tinning, Ph.D., salah seorang
Professor of
Pedagogy and
Physical
Education,
the
University
Of
Queensland, Australia, pada pertemuan TAFISA Congress Munich, Jerman
Barat.
Sasaran adalah melakukan pelatihan bagi Guru pendidikan jasmani
SD, SLTP, SMU/SMK minimal 1 orang dari setiap provinsi yang nantinya akan
dijadikan model untuk pengembangan pendidikan jasmani di masing-masing
daerah.
Hasil yang diperoleh adalah telah dilaksanakan pelatihan singkat untuk
10 guru dari 10 provinsi pada tahun 2004, dan pada tahun 2005
dilaksanakan pelatihan yang sama untuk 10 orang guru dari 10 provinsi
lainnya.
i. Orientasi Program: Creating Learning Community for Children (CLCC)
untuk semua LPMP – (UNICEF)
Kegiatan ini merupakan kelanjutan rintisan yang telah dimulai sejak
2002 di sejumlah SD di Indonesia oleh UNICEF dan UNESCO. Program
dimaksud meliputi komponen Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan (PAKEM), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan
Partisipasi Masyarakat.
Pada tahun 2006 UNICEF akan mereplikasikan program dimaksud
melalui berbagai jalur yang salah satunya adalah Lembaga Penjamin Mutu
Pendidikan (LPMP). Untuk hal itu, diadakan orientasi untuk mengadopsi dan
mengimplementasi program tersebut bagi LPMP seluruh Indonesia. Orientasi
diselenggarakan di Yogyakarta, 15-17 Desember 2005 yang dihadiri oleh 120
(seratus dua puluh) peserta yang mewakili 30 LPMP yang masing-masing
diwakili
oleh:
(1)
Kepala
LPMP,
(2)
Kepala
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
Seksi
PSDIP,
(3)
44
Widyaiswara/calon widyaiswara spesialis pendidikan SD rumpun Matematika
dan Sains, dan (4) Widyaiswara/calon widyaiswara spesialis pendidikan SD
rumpun Pengetahuan Sosial dan Bahasa.
UNICEF menyandang dana penyelenggaraan orientasi dimaksud
dengan Ditjen PMPTK bertindak sebagai penyelenggara. Sebagai tindak
lanjut, UNICEF bekerjasama dengan Ditjen PMTPK akan mengadakan
monitoring dan evaluasi terhadap replikasi program yang dilakukan oleh
setiap LPMP dalam bentuk lokakarya yang direncanakan pada bulan Maret
2006.
j. Pendidikan dan Pelatihan Teknis bagi Tenaga Struktural dan
Fungsional PPPG dan LPMP
Pada tataran operasional, sebagian pelaksanaan penjaminan mutu
pendidikan melalui fasilitasi peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan di LPMP dan PPPG sering terkendala oleh tenaga struktural
dan fungsional yang kurang profesional. Hal demikian berakibat langsung dan
tidak langsung terhadap pencapaian tiga kebijakan pokok depdiknas, yaitu:
perluasan dan pemerataan akses pendidikan; peningkatan mutu, relevansi,
dan daya saing pendidikan; serta peningkatan governance, akuntabilitas, dan
pencitraan publik.
Keberadaan tenaga struktural dan fungsional yang profesional
merupakan kunci dalam pembentukan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif melalui pendidikan yang sesuai dengan setandar pelayanan
minimal. Pada masa mendatang, tenaga struktural dan fungsional LPMP dan
PPPG
diharapkan
mampu
mendukung
secara
efektif
pelaksanaan
penjaminan mutu di di tanah air sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Karenanya, LPMP dan PPPG perlu memiliki tenaga struktural dan fungsional
profesional.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa profesionalisme tenaga
struktural
dan
fungsional
LPMP
dan
PPPG
masih
memprihatinkan.
Sehubungan dengan itu, Direktorat Pembinaan Pembinaan dan Pelatihan
berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga
struktural dan fungsional melalui berbagai diklat training of the trainers (TOT)
yang didesain sesuai dengan standar nasional pendidikan, sesuai dengan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
45
tuntutan era global dan era otonomi, serta sesuai dengan kebutuhan yang
terus berkembang.
Kegiatan ini ditujukan agar terwujudnya peningkatan kompetensi dan
profesionalisme tenaga struktural dan fungsional LPMP dan PPPG sesuai
dengan standar nasional pendidikan, tuntutan era global dan era otonomi,
serta sesuai dengan kebutuhan yang terus berkembang dalam kerangka
pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan di tanah air.
Yang telah berhasil dicapai adalah seperti terlihat dalam tabel berikut:
No
Jenis Kegiatan
a.
Diklat TOT SIM Tendik
b.
Sasaran
42
Orang
Diklat Pembekalan Instruktur LPMP 4 Propinsi Baru
160
Orang
c.
Diklat Peningkatan Kompetensi Tenaga Fungsional LPMP/PPPG
300
Orang
d.
Diklat TOT Pengelola Perpustakaan
84
Orang
e.
Diklat Peningkatan Kompetensi Tenaga Struktural LPMP/PPPG
120
Orang
f.
TOT Pengkajian dan Penelitian Pendidikan
84
Orang
g.
Diklat Instruktur Kepala Sekolah
60
Orang
h
Diklat Instruktur Pengawas
60
Orang
i
Workshop Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa
235
Orang
j
Diklat Widyaiswara
210
Orang
k
Diklat Pada Guru Calon Instruktur pada 4 Propinsi
Jumlah
640
Orang
2.010
Orang
k. Uji Kompetensi bagi Widyaiswara
Kenyataan menunjukkan bahwa kompetensi widyaiswara LPMP dan
PPPG kurang menggembirakan. Hal itu diyakini berimplikasi negatif terhadap
pengelolaan kegiatan diklat di LPMP dan PPPG. Akibatnya, mutu tamatan
diklat LPMP dan PPPG kurang diakui oleh dinas pendidikan, sekolah,
maupun masyarakat.
Peningkatan kompetensi widyaiswara secara mandiri tergantung pada
upaya pribadi untuk memanfaatkan potensi dan sumber belajar yang ada.
Sedangkan secara kelembagaan, peningkatan kompetensi widyaiswara dapat
dilakukan melalui pendidikan formal maupun diklat (diklat) yang salah satunya
sangat ditentukan oleh manajemen lembaga.
Berdasarkan beberapa isu tersebut, Depdiknas melalui Dit.Tendik
bertanggungjawab untuk melakukan pembinaan dan pengembangan LPMP
dan PPPG, khususnya widyaiswara, sehingga mereka lebih kompeten,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
46
profesional
audit
dan terstandar. Sehubungan hal tersebut, dilaksanakan
widyaiswara
LPMP
dan
PPPG
secara
nasional.
skill
Dengan
mempertimbangkan berbagai hal, Skill Audit widyaiswara LPMP dan PPPG
yang dilaksanakan secara nasional baru difokuskan pada kompetensi umum
yang mencakup: kompetensi pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
manajemen pembelajaran, serta penelitian dan pengembangan. Hasil skill
audit kompetensi widyaiswara diyakini memiliki makna yang sangat sentral
dan strategis untuk mengembangkan berbagai program pembinaan dan
pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG sesuai dengan kebutuhan
yang senantiasa berkembang. Hal itu diharapkan akan berkontribusi positif
terhadap
peningkatan
kompetensi
guru
yang
mampu
mendukung
keberhasilan penjaminan mutu pendidikan nasional.
Penyelenggaraan skill audit widyaiswara LPMP dan PPPG bertujuan
untuk menyusun peta kompetensi, merekomendasi kebutuhan program
pembinaan serta pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG
dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan.
Sasaran kegiatan skill audit ini adalah: (i) Sasaran Lembaga (30 LPMP
dan 12 PPPG); (ii) Sasaran Widyaiswara (semua widyaiswara LPMP dan
PPPG); dan (iii) Sasaran Program, sebagai berikut:
a. Terkumpulnya
data/informasi
yang
berkenaan
dengan
kompetensi
widyaiswara LPMP dan PPPG yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penyusunan program pembinaan dan pengembangan widyaiswara LPMP
dan PPPG dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
b. Terukur dan terevaluasinya kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG
untuk menetapkan tingkat kinerja widyaiswara LPMP dan PPPG secara
nasional.
c. Terpetakannya kompetensi widyaiswara LPMP dan PPPG secara
nasional.
d. Tersusunnya saran bagi pengambil keputusan mengenai program
pembinaan dan pengembangan widyaiswara LPMP dan PPPG.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
47
l. Fasilitasi Pengembangan Profesi (TOT Penulisan Karya Tulis Ilmiah
bagi Pengawas Sekolah dan Guru)
Pengawas sekolah dan guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri
dalam bidang profesinya, termasuk dalam hal penulisan karya tulis ilmiah.
Pada kenyataannya, pengawas sekolah dan guru belum mampu melakukan
secara profesional karena kurang paham terhadap tata cara penulisan karya
tulis limiah. Akibatnya, banyak pengawas sekolah maupun guru terhenti
pangkatnya pada golongan IV/a.
Untuk itu Ditjen PMPTK memfasilitasi pelaksanaan pengembangan
profesi melalui kegiatan Training of Trainer (TOT) Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Tujuan kegiatan adalah agar peserta diklat memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan dalam melaksanakan pengembangan profesi
tenaga
kependidikan
dan
dapat
mendesiminasikan
pada
diklat
pengembangan profesi tenaga kependidikan di daerah.
Hasil kegiatan adalah 300 (tigaratus) orang peserta terdiri atas guru
dan pengawas telah difasilitasi mengenai penulisan karya tulis ilmiah dalam
rangka pengembangan profesi tenaga kependidikan bagi guru dan pengawas
sekolah.
m. Revitalisasi LPMP dan PPPG
Kurang optimumnya peningkatan mutu pembelajaran berdampak
negatif terhadap hasil Ujian Akhir Nasional yang kurang menggembirakan.
Semua itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualifikasi
dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan yang masih kurang sesuai
dengan standar nasional pendidikan serta kurang berkembangnya profesi
pendidik dan tenaga kependidikan.
Sementara
itu,
pengalaman
empirik
menunjukkan
bahwa
kelembagaan dan mutu diklat pendidik dan tenaga kependidikan formal dan
non formal kurang berkembang, kurang terstandar, dan kurang terkelola
secara
profesional.
Lebih
lanjut,
pembinaan,
pengembangan,
dan
peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada jalur-jalur
pendidikan tersebut kurang berfungsi optimum sehingga menimbulkan
berbagai masalah secara nasional. Berbagai ketimpangan tersebut telah
menjadi masalah krusial, baik di tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
48
propinsi, maupun nasional yang bermuara pada disparitas mutu pendidikan
antar daerah otonom.
Sementara itu, eksistensi LPMP dan PPPG di harapkan mampu
mendukung secara efektif implementasi tiga kebijakan pokok Depdiknas
dalam kerangka penjaminan mutu pendidikan secara nasional. Akan tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa tugas dan fungsi LPMP dan PPPG saat ini
kurang mampu mengakomodasi tuntutan era global dan era otonomi darerah,
akselerasi perkembangan IPTEK, tuntutan paradigma baru pendidikan, dan
tuntutan kebutuhan riil pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota yang terus
berkembang.
Sehubungan dengan itu, maka: (1) tugas dan fungsi LPMP
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 087/O/2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan dan Kepmendiknas RI Nomor 087/O/2003 tentang Rincian
Tugas Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, dan
(2) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor
0529/O/1990
tentang
Pengembangan Penataran Guru
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Pusat
perlu disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan pembangunan yang terus berkembang.
Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan: (a) satu draf naskah
revitalisasi tugas dan fungsi LPMP; (b) satu draf naskah reenginering PPPG;
dan (c) satu draf Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
n. Program Penulisan Buku bagi Guru Bantu
Untuk menjamin bahwa Guru Bantu melaksanakan tugas sesuai
dengan harapan semula termasuk agar kesenjangan dalam dunia pendidikan
di Indonesia dapat diminimalisasi, maka pengetahuan masing-masing Guru
Bantu harus senantiasa di tingkatkan dan mengalami pengembangan secara
terus-menerus.
Tanggung
jawab
dalam
hal
agar
senantiasa
terjadi
peningkatan pengetahuan bagi Guru Bantu bukan hanya semata-mata
dibebankan kepada mereka sendiri, tetapi juga menjadi tanggung jawab
bersama, mulai dari Kepala Sekolah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Pusat.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
49
Berangkat dari pemahaman tersebut, pengembangan profesi guru
bantu secara berkesinambungan mutlak perlu dilakukan baik dalam kondisi
formal maupun tidak di dalam perencanaan pengembangan profesional.
Disadari atau tidak pengembangan professional ini diperlukan bagi guru
bantu, sehingga ia dapat memenuhi berbagai tantangan dan menyelesaikan
berbagai persoalan di dalam melaksanakan tugas rutinnya maupun hal-hal
lain yang tak terduga yang dihadapinya sehari-hari di dalam proses
pendidikan untuk membantu dan membimbing anak didiknya. Mereka harus
melakukan berbagai kegiatan pengembangan untuk dapat memperkecil jarak
antara pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang mereka miliki
sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan
profesinya itu. Oleh karena itu proses pengembangan profesi guru bantu ini
dapat berlangsung bukan hanya di LPTK tetapi juga harus terjadi di dalam
praktek-praktek pendidikan lainnya, baik yang dilakukan oleh instusi pembina
maupun oleh individu guru itu sendiri. Dalam konteks ini, maka seyogyanya
Direktorat Tenaga Kependidikan sebagai salah instusi pembina Guru Bantu,
khususnya merasa perlu mengadakan buku-buku yang dapat dimanfaatkan
sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam membimbing siswa di sekolah. Dengan demikian siswa
dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki seperangkat kompetensi
yang berkaitan
dengan
daya
pikir, daya
kalbu
dan daya
fisiknya
(menggunakan anggota tubuhnya). Buku-buku yang akan dikeluarkan oleh
Direktorat Tenaga Kependidikan ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber belajar bagi guru dalam mengembangkan profesionalismenya. Buku
tersebut merupakan buku pegangan guru yang dituliskan berdasarkan kajian
yang mendalam dari berbagai teori pendukung; tetapi dapat menjadi
pedoman praktis bagi guru untuk melaksanakan pengajaran bagi siswa.
Sehubungan dengan pembinaan profesionalisme guru bantu ini, maka
telah diterbitkan beberapa judul buku pegangan guru, yang dikelompokkan
sebgai berikut:
1) Sebelas buku yang dikhususkan untuk membekali Guru Bantu di lapangan
sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
memberdayakan siswanya di sekolah. Metode, media, manajemen kelas,
dan evaluasi pembelajaran sampai kepada dasar-dasar dikdaktika,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
50
termasuk pengenalan tentang kurikulum 2004 dan wawasan kependidikan.
Disadari benar bahwa 11 buku yang telah diterbitkan di masing-masing
LPMP tersebut dirasakan masih dominan berorientasi
kepada kajian
teoritis, dan masih sedikit memberikan wawasan praktisnya. Namun
walaupun demikian buku ini telah dipergunakan untuk pelaksanaan
pembekalan guru bantu.
2) Tiga puluh judul buku yang berkaitan dengan bidang studi dan an jenjang
pendidikan tertentu (TK, SD, SMP, SMA/SMK). Buku ini diharapkan
menjadi pedoman praktis bagi guru untuk melaksanakan pengajaran bagi
siswa yang secara konseptual memiliki intelegensi majemuk yang dapat
dikembangkan sesuai dengan perkembangan mentalnya. Berdasarkan
teori itelegensi majemuk dan perkembangan mental tersebut, maka perlu
dipikirkan bagaimana guru dapat memfasilitasi pembelajaran siswa,
sehingga siswa dapat diberdayakan untuk memiliki kompetensi yang
berkaitan dengan kemampuan daya pikirnya, daya kalbu dan memiliki
seperangkat keterampilan untuk menggunakan anggota badannya. Agar
kompetensi tersebut dicapai oleh siswa sesuai dengan perkembangan
anak dan intelegensi yang dimilikinya, maka diperlukan metode, media,
manajemen kelas, dan evaluasi pembelajaran tertentu sesuai dengan
materi ajar yang dipelajari siswa. Jadi metode apa, media apa, dan
bagaimana mengevaluasinya serta bagaimana mengelola kelas dalam
pembelajaran siswa merupakan cakupan materi yang harus dibahas
dalam buku tersebut. Masing-masing terhadap cakupan mkateri tersebut
perlu disertai dengan contoh-contoh yang kontekstual, sehingga guru yang
membaca buku pedoman ini dapat mengembangkan metode, media, dan
evaluasi serta pengelolaan kelas yang tepat daqn efektif untuk
memfasilitasi siswa untuk belajar. Pengadaan buku ini baru sampai
kepada penulisan dan belum mencapai kepada proses penerbitannya.
o. Kerjasama dengan LPTK dan DIKTI dalam rangka Menyiapkan
Program Sertifikasi Guru
Mengantisipasi implikasi UU Guru dan Dosen, penyusunan program
sertifikasi guru menjadi salah satu prioritas. Untuk itu, Ditjen PMPTK
mengadakan serangkaian diskusi dengan Asosiasi LPTK dan Direktorat
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
51
Jenderal Pendidikan TInggi (Ditjen Dikti) untuk membahas model-model
program sertifikasi guru yang diselenggarakan antara lain di Surabaya dan
Jakarta. Dalam pembicaraan dimaksud, dihadiri oleh Rektor-Rektor yang
berasal dari 12 LPTK serta Unversitas negeri dan swasta yang memiliki FIP
(Fakultas Ilmu Pendidikan), dan Dekan-Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan se
Indonesia.
Hasil dari sejumlah diskusi adalah: (1) dokumen draft sistem dan
pedoman penyelenggaraan sertifikasi profesi guru beserta pendukungnya,
dan (2) kesepakatan akan dipilih beberapa Universitas/LPTK yang berhak
atau diberikan kewenangan untuk melakukan program sertifikasi.
p. Peningkatan Kompetensi PTK Nonformal
Untuk melaksanakan program peningkatan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan telah dilakukan beberapa kegiatan pelatihan sebagai
berikut:
1) TOT Tim Penilai Angka Kredit (TPAK) Tenaga Kependidikan yang
bertujuan untuk menyediakan calon pelatih untuk mendukung pelatihan
TPAK jabatan fungsional di tingkat Provinsi. Sasaran program ini adalah
terlatihnya 90 orang calon pelatih TPAK di tingkat Provinsi. Kegiatan ini
telah menghasilkan 90 orang pelatih untuk mendukung pelatihan TPAK
jabatan fungsional di tingkat Propinsi.
2) TOT Jabatan Fungsional Penilik bertujuan menyediakan calon pelatih
untuk mendukung pelatihan jabatan fungsional penilik di tingkat Propinsi.
Sasaran program ini adalah terlatihnya 90 orang calon pelatih jabatan
fungsional penilik di tingkat Propinsi. Hasil dari kegiatan ini adalah
tersedianya 90 orang pelatih untuk mendukung pelatihan jabatan
fungsional penilik di tingkat Propinsi.
3) Pelatihan Pamong Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memilikin tujuan
untuk meningkatkan kompetensi Pamong PAUD untuk mendukung
pelaksanaan tugas belajar mengajar program PAUD. Sasaran pelaksanan
program ini adalah terlatihnya 60 orang untuk mendukung pelaksanaan
tugas belajar mengajar program PAUD. Kegiatan ini telah menghasilkan
peningkatnya kompetensi 60 orang Pamong PAUD untuk mendukung
pelaksanaan tugas belajar mengajar program PAUD.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
52
4) TOT TUTOR Keaksaraan Fungsional (KF) bertujuan untuk menyediakan
calon pelatih Tutor KF untuk mendukung pelatihan Tutor KF di tingkat
Propinsi. Dengan sasaran 140 orang tutor KF untuk mendukung
pelaksanaan tugas belajar mengajar program pendidikan KF telah
menghasilkan 140 orang pelatih tutor KF di tingkat Propinsi.
5) Pelatihan Penilik bertujuan meningkatkan kompetensi penilik untuk
melakukan penilikan dan penjaminan mutu program PNF. Sasaran
program ini adalah terlatihnya 60 orang penilik untuk melakukan penilikan
dan penjaminan mutu program PNF. Hasil yang telah dicapai adalah
meningkatnya kompetensi penilik
untuk melakukan penilikan dan
penjaminan mutu program PNF.
6) Pelatihan
Manajemen
bertujuan
meningkatkan
kompetensi
tenaga
pengelola program pada UPT/UPTD di bidang manajemen pengelolaan
program PLSP. Sasaran program ini adalah 60 orang tenaga pengelola
program pada UPT/UPTD dan Subdin PLS di bidang manajemen
pengelolaan program PLSP. Dari kegiatan ini telah dihasilkan 60 orang
tenaga pengelola program pada UPT/UPTD di bidang manajemen
pengelolaan program PLSP yang kompeten.
7) TOT Inisiator pemuda bertujuan
menyediakan calon pelatih Insiator
pemuda sebaya untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran
dari program ini adalah 60 orang calon pelatih Inisiator pemuda di tingkat
Propinsi untuk melakukan inisiasi perintisan dan pelaksanaan kegiatan
kepemudaan. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 60 orang pelatih
inisiator pemuda sebaya di tingkat Propinsi.
8) Pelatihan IT Audio/Video bertujaun meningkatkan kompetensi tenaga
pengelola IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk mendukung
program pembelajaran PNF. Dengan sasaran 120 orang tenaga pengelola
IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk mendukung program
pembelajaran PNF, kegiatan ini telah meningkatnya kompetensi 120 orang
tenaga pengelola IT bidang Audio/Video pada UPT/UPTD untuk
mendukung program pembelajaran PNF.
9) Pelatihan
IT
bidang
pengelolaan
website/portal
memiliki
tujuan
meningkatkan kompetensi tenaga pengelola IT bidang pengelolaan
website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
53
PNF. Sasaran program ini adalah 120 orang tenaga pengelola IT bidang
pengelolaan website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program
pembelajaran PNF. Hasil pelaksanaan program ini adalah meningkatnya
kompetensi
120
orang
tenaga
pengelola
IT
bidang
pengelolaan
website/portal pada UPT/UPTD untuk mendukung program pembelajaran
PNF.
10) TOT Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) bertujuan menyediakan calon
pelatih TLD untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran
kegiatan inin adalah 60 orang calon pelatih TLD di tingkat Propinsi. Melalui
kegiatan telah dihasilkan 60 orang pelatih TLD di tingkat Propinsi.
11) TOT Fasilitator Desa Intensif (FDI) memiliki tujuan
menyediakan calon
pelatih FDI untuk mendukung pelatihan di tingkat Propinsi. Sasaran
program ini adalah 60 orang calon pelatih FDI di tingkat Propinsi. Kegiatan
ini telah menghasilkan 60 orang pelatih FDI di tingkat Propinsi
12) Pelatihan
statistik
dan
perencanaan
program
PLSP
bertujuan
meningkatkan kompetensi pengelola program pada UPT/UPTD untuk
mendukung perencanaan program PLSP di UPT/UPTD. Sasaran kegiatan
ini adalah 60 orang pengelola program pada UPT/UPTD untuk mendukung
perencanaan program PLSP di UPT/UPTD. Sementara itu, hasilnya
adalah meningkatnya kompetensi 60 orang pengelola program pada
UPT/UPTD untuk mendukung perencanaan program PLSP di UPT/UPTD.
13) Pelatihan multimedia dan broadcast bertujuan meningkatkan kompetensi
tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD untuk
mendukung program pembelajaran PNF. Dengan sasaran program 120
orang tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD untuk
mendukung program pembelajaran PNF, telah dihasilkan 120 orang
tenaga pengelola multimedia dan broadcast pada UPT/UPTD yang
kompeten untuk mendukung program pembelajaran PNF.
14) Pelatihan pemanfaatan multimedia untuk pembelajaran PLS bertujuan
meningkatkan kompetensi tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD
untuk mendukung program pembelajaran PNF. Sasaran program ini
adalah120 orang tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD untuk
mendukung program pembelajaran PNF. Melalui kegiatan ini telah
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
54
dihasilkan 120 orang tenaga pengelola multimedia pada UPT/UPTD yang
kompeten untuk mendukung program pembelajaran PNF.
15) Pedoman Pembinaan tenaga kependidikan PNF bertujuan menyediakan
pedoman untuk pembinaan tenaga kependidikan PNF di Kabupaten/Kota.
Sasaran program ini adalah 2 judul pedoman untuk pembinaan tenaga
kependidikan PNF di Kabupaten/Kota. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan
2 judul draft pedoman
untuk pembinaan tenaga kependidikan PNF di
Kabupaten/Kota.
16) Pedoman
Fasilitasi Lembaga
Diklat
memiliki tujuan menyediakan
pedoman fasilitasi lembaga diklat untuk pembinaan kelembagaan PNF di
Propinsi dan Kabupaten/Kota. Sasaran program ini adalah 2 judul
pedoman fasilitasi lembaga diklat. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan
pedoman block grant 2005 dan pedoman kelembagaan SKB.
17) Pedoman Pelaksanaan tugas Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) dan FDI
bertujuan menyediakan Pedoman Pelaksanaan tugas TLD dan FDI.
Sasaran kegiatan ini adalah 2 (dua) judul Pedoman Pelaksanaan tugas
TLD dan FDI. Melalui kegiatan ini telah disusun 2 judul
Pedoman
Pelaksanaan tugas TLD dan FDI.
18) Pedoman Standar Kompetensi Penilik dan Kasi PLS memiliki tujuan
adalah menyediakan Pedoman standar kompetensi penilik dan Kasi PLS.
Dengan sasarannya 2 (dua) judul Pedoman standar kompetensi penilik
dan Kasi PLS, program ini telah menghasilkan 2 judul Pedoman standar
kompetensi penilik dan Kasi PLS.
19) Penyusunan
dan Penyempurnaan Bahan Belajar Diklat bertujuan
menyediakan bahan belajar untuk mendukung penyelenggaraan diklat
pendidik dan tendik PNF. Sasaran kegiatan ini adalah 40 judul bahan
belajar untuk mendukung penyelenggaraan diklat pendidik dan tendik
PNF. Melalui kegiatan ini telah dihasilkan 40 judul bahan belajar untuk
mendukung penyelenggaraan diklat pendidik dan tendik PNF.
20) Penyusunan Buku Pintar bertujuan menyediakan buku panduan/pedoman
bagi pendidik dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya.
Sasaran program ini adalah 9 judul buku panduan/pedoman bagi pendidik
dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya. Sementara itu,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
55
melalui kegiatan ini telah dihasilkan 9 judul buku panduan/pedoman bagi
pendidik dan tendik PNF untuk mendukung pelaksanaan tugasnya
2. Peningkatan Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Peningkatan Kualifikasi menjadi D-2 ({GSD dan PGTK}, S-1 (PGSD),
dan S-2 bagi Guru Berprestasi **
(data masih dalam proses peng”kini”an)
b. Rintisan Pendidikan Gelar S-1, S-2 dan S-3 bagi Pamong Belajar dan
Penilik PLS
Rintisan Pendidikan Gelar untuk Pendidik dan Tendik PNF memiliki
tujuan meningkatkan kualifikasi Pendidik dan Tendik
PNF baik di pusat
maupun di UPT/UPTD. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan kualifikasi
Pendidik dan Tendik PNF baik di pusat maupun di UPT/UPTD sebanyak S1
12 orang, S2 201 orang S3 17 orang. Hasilnya adalah terlaksananya tugas
belajar bagi Pendidik dan Tendik PNF baik di pusat maupun di UPT/UPTD
melalui 7 perguruan tinggi sebanyak S1 (12 orang), S2 (201 orang), S3 (17
orang).
c. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 bagi Tenaga Administrasi
Pendidikan Non-Formal
Program ini ditujukan untuk membantu penyelesaian pendidikan strat
bagi tenaga Pendidikan Non-Formal di pusat dengan status izin belajar.
Sasaran adalah tenaga di lingkungan Ditjen Pendidikan Non-Formal
yang terdiri atas 12 (duabelas) orang untuk S-1, 8 (delapan) orang untuk S-2,
dan 3 (tiga) orang untuk S-3. Dengan demikian, 23 (dua puluh tiga) orang staf
memperoleh kesempatan menyelesaikan pendidikan strata.
d. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 bagi Tenaga Administrasi
Pendidikan Formal **
(data dalam proses peng”kini”an)
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
56
e. Bantuan Beasiswa untuk S-1, S-2 dan S-3 di LPMP dan PPPG **
(data dalam proses peng”kini”an)
f. Peningkatan Kualifikasi melalui Pemberian Angka Kredit untuk Diklat
PTK bekerjasama dengan LPTK **
(data dalam proses peng”kini”an)
3. Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
a. Penyusunan UU Guru dan Dosen
Pengalaman pembangunan pendidikan yang cukup panjang, melalui
usaha perluasan kesempatan belajar dan peningkatan kualitas pendidikan,
ternyata sulit untuk dibantah jika dikatakan bahwa sebab utamanya
bersumber dari kondisi guru yang terpaksa tidak dapat melaksanakan
profesionalitasnya secara penuh. Guru dengan penghasilan rendah tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan atau tanpa keluarga,
dipaksa oleh keadaan untuk berjuang mencari penghasilan tambahan. Dalam
kondisi itu sangat banyak guru yang terpaksa tidak dapat memberikan
perhatian
penuh
terhadap
pelaksanaan
pekerjaan/jabatannya
secara
profesional. Di antaranya terdapat yang masih bernasib baik karena dengan
keahliannya dapat mengajar di beberapa sekolah, sedang bagi yang kurang
bernasib baik banyak yang menjadi makelar mobil atau sepeda motor bekas,
perantara jual-beli tanah dan rumah, bahkan tidak sedikit yang hanya tidak
sedikit jumlahnya, merupakan guru yang kehabisan waktu untuk menunaikan
kompetensi sesuai kualifikasinya masing-masing secara profesional.
Kondisi tersebut bukan saja mengakibatkan hasil penataran (pelatihan)
untuk meningkatkan kualitas guru, perbaikan kurikulum pengadaan buku
paket atau sarana belajar-mengajar lainnya menjadi sia-sia, tetapi juga telah
menjadi pemborosan karena kondisi guru yang memprihatinkan. Bersama
dengan itu citra guru sebagai pekerjaan/jabatan pengabdian yang muliapun
menjadi semakin menurun. Dengan kata lain semakin lama, baik siswa dan
orangtua maupun masyarakat semakin rendah penghargaannya terhadap
guru dan pekerjaan/jabatan sebagai guru. Penghargaan yang buruk itu
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
57
tampak dari gejala pekerjaan/jabatan guru semakin tidak diminati oleh
generasi muda, sementara orangtua dan masyarakat menjadi semakin
rendah partisipasinya untuk memperbaiki kesejahteraan guru dan kondisi
sekolah. Dari sisi lain menunjukkan bahwa guru dibutuhkan oleh masyarakat,
bangsa dan negara sepanjang zaman. Guru dibutuhkan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang dengan kecerdasannya akan mampu berpartisipasi
dalam pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masing-masing, yang
akan
bermuara
pada
kesejahteraan
umum.
Guru
dibutuhkan
untuk
menghasilkan ahli ekonomi, ahli hukum, ahli teknik dalam berbagai
spesialisasinya, dokter dan ahli kesehatan lainnya, pengusaha, pemimpin di
masyarakat, pemimpin partai politik, pemimpin di bidang pemerintah termasuk
anggota DPR/MRP-RI atau Presiden dan Wakil Presiden, dan lain-lain. Tidak
seorangpun di antara individu-individu yang berperan di masyarakat dan
pemerintahan tersebut yang tidak pernah mengalami bimbingan guru di SD
sampai SLTA atau para ustadz di Madrasah Ibtidaiyah sampai Madrasah
Aliyah. Kualitas para pemimpin itu sebagai sumber daya manusia berawal
dari guru dan sebagian kualitasnya ditentukan oleh guru yang telah ikut
mengukir sejarah hidupnya.
Berdasarkan kenyataan seperti diuraikan di atas dengan tidak dilebihlebihkan dapat disimpulkan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan
negara dimanapun di dunia ini termasuk di Indonesia sebagian terbesar
ditentukan oleh guru. Untuk itu masyarakat dan pemerintah di negara ini
memikul kewajiban untuk mewujudkan kondisi yang memungkinkan guru
melaksanakan pekerjaan/-jabatannya secara profesional, bukan sekedar demi
guru, tetapi demi masa depan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia
yang tercinta. Hanya guru yang profesional dan dapat mengimplementasikan
profesionalitasnya secara penuh yang akan mewujudkan bangsa yang
cerdas.
Pada
gilirannya
hanya
bangsa
yang
cerdas
yang
dapat
melaksanakan pembangunan ekonomi, politik, hukum, kesehatan, angkatan
bersenjata, kepolisian, dan lain-lain secara efektif dan efisien. Untuk itu sudah
saatnya
masyarakat dan
pemerintah
menempatkan
dan menghargai
jabatan/pekerjaan guru sebagai profesi yang sama atau lebih baik dari profesi
lain yang dihasilkannya sebagaimana disampaikan dalam Deklarasi Guru
sebagai Profesi yang disampaikan oleh Presiden RI pada tanggal 2
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
58
Desember 2004 di Jakarta, yang tentunya harus berdampak kepada
perubahan pembinaan dan penghargaan yang layak sebagaimana profesi
lainnya seperti dokter, akuntan dan advokat. Oleh karena itu diperlukan suatu
kebijakan
makro
yang
secara
komprehensif
menginventarisasikan
permasalahan dan menyusun agenda aksi untuk mengatasinya yang
selanjutnya dicanangkan dalam konsep “Guru Sebagai Profesi”. Program
“Guru
Sebagai
Profesi”
dimaksudkan
sebagai
komitmen
dan
tekad
pemerintah dan bangsa Indonesia untuk mengangkat harkat dan martabat
profesi guru sejajar dengan profesi-profesi lainnya.
Untuk keperluan tersebut maka telah disusun satu naskah akademik
mengenai guru sebagai profesi. Tujuannya adalah agar dalam waktu 100 hari
pertama pemerintahan baru dapat merumuskan agenda tindakan yang perlu
baik dari segi penjaminan mutu, pengelolaan, sistem penghargaan dan
jaminan perlindungan hukum bagi profesi guru. Penyusunan naskah
akademik guru sebagai profesi merupakan kerjasama antara Direktorat
Tenaga Kependidikan dengan Direktorat P2TK-Dikti, dan LPTK. Naskah
akademik ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk: (i) Meningkatkan upaya
penjaminan mutu guru untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan
kebanggaan sebagai profesi; (ii) Meningkatkan status sosial dan tingkat
kesejahteraan guru secara bertahap berdasarkan pada merit system dan
berorientasi memacu prestasi; (iii) Menyempurnakan sistem pengelolaan
profesi guru yang mencakup rekrutmen calon, pendidikan, pengangkatan,
pembinaan dan pengembangan karier guru sebagai profesi; dan (iv)
Meningkatkan daya tarik guru sebagai suatu profesi yang mulia dan
memotivasi putra-putra terbaik bangsa untuk menjadi guru.
b. Kerjasama dengan APSI dalam rangka menyiapkan program
sertifikasi guru
Jabatan guru sebagai profesi telah dicanangkan oleh Presiden sejak
tahun 2004 yang lalu. Untuk mewujudkan jabatan guru sebagai profesi
sebagai telah dicanangkan oleh Presiden sejak tahun 2004 yang lalu,
diperlukan berbagai masukan agar diperoleh suatu program sertifikasi profesi
guru yang tepat sasaran. Salah satu masukan diperoleh dari pengawas
sekolah sebagai evaluator dan pembina kinerja guru.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
59
Untuk itu diperlukan kegiatan kerja sama dengan Asosiasi Pengawas
Sekolah Indonesia guna mewujudkan program sertifikasi profesi guru yang
handal dan tepat sasaran. Hasil yang dicapai adalah diperoleh masukan
terhadap sistem sertifikasi profesi guru beserta pedoman penyelenggaraan
dari para pengawas yang tergabung dalam APSI.
c. Forum Karya Ilmiah Pendidik dan Tenaga Kependidikan-Pendidikan
NonFormal (PTK-PNF) (Widyakarya)
Forum ini ditujukan untuk menghimpun masukan dari berbagai
stakeholder terkait guna mendukung peningkatan wawasan dan kompetensi
PTK-PNF. Sasaran forum adalah 250 (duaratus lima puluh) peserta yang
terdiri atas Birokrat, Akademisi, Praktisi, dan Pemerhati
Pendidikan
NonFormal.
Hasil forum adalah adanya masukan berupa konsep yang berkaitan
dengan upaya peningkatan mutu PTK-PNF
d. Pengkajian Hasil Pengembangan Model Pendidikan Non-Formal
Kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh model pembelajaran
pendidikan nonformal sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat dan
dapat dipertanggungjawabkan secara akademik/ilmiah. Sasaran dari kegiatan
ini adalah tersusunnya model-model terbaik yang dikembangkan oleh BPPLSP dan BPKB.
Hasil akhir dari kegiatan 33 (tigapuluh tiga) model yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik/ilmiah dan dapat diaplikasikan
dalam proses pembelajaran serta pengembangan program PNF.
e. Pendidikan Non-Gelar tentang Quality Assurance (Kerjasama dengan
Inggeris)
Sejumlah 20 orang widyaiswara LPMP mengikuti kursus school
assessment di University of London, UK. Tujuan dari kursus tersebut adalah
untuk
memberikan
wawasan
kepada
peserta
mengenai
mekanisme
penjaminan mutu dalam bidang pendidikan yang selama ini diterapkan di
Inggeris dan dalam wilayah Kerajaan Inggeris Raya. Diharapkan kedua puluh
widyaiswara tersebut dapat menjadi agent of change khususnya bagi
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
60
lembaga-lembaga mereka berasal, sekaligus untuk dapat memulai suatu
inisiasi yang terkait dengan apa yang dipelajari.
f. Seminar Internasional on “Quality Assurance of Primary and
Secondary Education: An Agenda for School Improvement in
Indonesia” (the BRITISH COUNCIL)
Seminar merupakan hasil kerjasama antara the British Council Jakarta,
the Institute of Education, University of London (IOE UL) dan Ditjen PMPTK.
Seminar 3 (tiga) hari (19-21 Desember 2005) ini secara umum bertujuan
untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya penjaminan mutu dengan
didasarkan atas pengalaman di Inggeris serta kajian penelitian.
Sebagai pembicara dalam seminar adalah pakar dari the Institute of
Education, University of London; HMI, BASNAS, dan Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Seminar dihadiri oleh 60 (enam puluh) peserta yang berasal dari
British Council, World Bank, Asian Development Bank, Europe Union,
UNICEF, JICA, HRDC, LPMP, P3G, Universitas Negeri (Semarang, Makasar,
Padang), dan wakil sekolah-sekolah.
g. Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional
Dalam rangka membangun budaya inovasi dan profesionalisme
dikalangan para pendidik dan tenaga kependidikan maka diperlukan forumforum tingkat daerah maupun tingkat nasional sebagai wadah untuk saling
mengasah dan mengasuh para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,
khususnya dalam melakukan studi praktik kependidikan yang kreatif dan
inovatif dan menyampaikannya kepada sesama rekan seprofesi secara
periodik dan berkesinambungan.
Forum ilmiah Guru Tingkat Nasional ini bertujuan untuk tukar
pengalaman, saling asah dan saling asuh sesama tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan lainnya dalam bidang kajian-kajian mutu pendidikan dan
pelaksananan pendidikan yang kreatif dan inovatif yang telah dilakukan oleh
para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lapangan.
Forum Ilmiah Guru Tingkat Nasional ini telah dilaksanakan pada bulan
Desember 2005 di LPMP Propinsi Jawa Tengah- Semarang pada tanggal 17
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
61
dan 18 Desember 2005. Pemakalah dalam seminar ini para pakar pendidikan
dan pejabat yang terkait dalam bidang pendidikan yang terdri dari : Fasli Jalal,
Ph.D, Bahrul Hayat, Ph.D, Ir. Hari Achmadi, komisi X DPR RI, Prof.Dr.
Wardiman Djojongoro, Dr. Arief Rachman. Peserta seinar terdiri dari para
Guru, kepala Sekolah, pengawas, Jajaran PPPG dan LPMP dan perwakilan
dosen-dosen LPTK se indonesia sejumlah 450 orang. Jumlah makalah yang
tersajikan 55 (lima puluh lima) judul.
h. Kerjasama dengan Lembaga-Lembaga Pendidikan Internasional
dalam Peningkatan Mutu PTK
Peningkatan mutu pendidikan selalu menjadi isu sentral dalam
pembangunan pendidikan. Para pengambil kebijakan di Indonesai sangat
membutuhkan perluasan wawasan dalam hal mutu pendidikan, supaya
memiliki pembanding dan wawasan yang luas dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Salah satu cara adalah melalui kerjasama dengan lembagalembaga pendidikan internasional. Sehubungan dengan hal tersebut:
i. Telah dikirim 4 (empat) orang staf dan pimpinan subdit standarisasi ke
Korea Selatan untuk mempelajari sistem dan strategi peningkatan mutu
pendidikan di negara tersebut, yang selanjutnya didesiminasikan kepada
berbagai kalangan dalam lingkungan Ditjen PMTPK.
ii. Telah dikirim 7 (tujuh) orang dari unsur Direktorat Tenaga Kependidikan ke
Jepang. Studi banding dilaksanakan pada tanggal 10 sampai dengan 14
Desember 2005. Melalui studi banding di Jepang ini telah diperoleh
sejumlah informasi dan pedoman – pedoman tentang sistem pendidikan
secara umum di tingkat pendidikan dasar dan menengah maupun
pendidikan guru di tingkat pendidikan tinggi, sistem pengelolaan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, dan sistem rekruitmen guru, kepala
sekolah, wakil kepala sekolah termasuk peningkatan mutu guru.
iii. Dikirim delegasi lain yang terdiri atas 1 (satu) orang ke kerajaan Inggeris
Raya dan 3 (tiga) orang ke Kerajaan Malaysia dengan menggunakan dana
sejumlah Rp 279,500,000. Tujuan pengiriman delegasi tersebut adalah
untuk mengumpulkan data dan informasi penyelenggaraan penjaminan
mutu pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan pada
berbagai lembaga penjaminan mutu pendidikan di Kerajaan Inggris Raya
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
62
dan Kerajaan Malaysia yang bermanfaat besar sebagai bahan masukan
pengambilan kebijakan untuk mengembangkan sistem penjaminan mutu
pendidikan nasional.
iv. Dikirim pejabat Struktural dan fungsional PPPG dan LPMP sebanyak 35
orang widyaiswara mengikuti kursus Bahasa Inggeris di RELC Singapura
serta 20 orang pejabat struktural dan fungsional PPPG dan LPMP selama
1 minggu di Singapura, dengan tujuan untuk memberikan wawasan yang
lebih luas dan menyerap praktek penjaminan mutu yang tepat yang
berskala internasional di kalangan pejabat struktural dan fungsional PPPG
dan LPMP.
v. Disamping itu, dalam menindaklanjuti JWG antara Pemerintah Indonesia
dengan Kementerian plajaran Malaysia telah dilaksanakan pertemuan
tindak lanjut secara teknis khususnyadalam kerja sama peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan antara Bahagian Pendidikan Guru
Malaysia, Institut Aminuddin Baki, dan RESCAM.
i. Pengembangan Model Penjaminan Mutu Sekolah
Guna meningkatkan layanan pendidikan di unit pendidikan secara
bermutu dan berdaya saing tinggi maka faktor-faktor penentu keberhasilan
tersebut perlu terus diupayakan kualitas tingkat layananannya. LPMP sesuai
dengan fungsinya yang memberikan fasilitasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran di sekolah perlu memberikan bimbingan secara bertahap
kepada unit-unit pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Guna
mewujudkan komitmen tersebut maka pada tahun anggaran 2005 LPMP telah
merintis program Sekolah Binaan bagi sekolah-sekolah di lingkup tugasnya
masing-masing. Tujuan program dimaksud adalah untuk meningkatkan
performasi layanan pembelajaran bagi peserta didik di unit-unit pendidikan
tingkat dasar dan menengah sesuai dengan standar minimal pendidikan
khususnya proses pembelajaran.
Sasaran sekolah yang menjadi binaan LPMP antara 3 sampai 10
sekolah oleh LPMP di jenjang pendidikan dasar.
Hasil yang telah dicapai adalah terjalinnya hubungan antara LPMP dan
Sekolah binaan dalam menyamakan persepsi untuk meningkatkan layanan
mutu pembelajaran di unit pendidikan dasar di Kabupaten/Kota terkait.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
63
j. Pengembangan Model-Model Pembelajaran
Untuk memberikan pelayanan pembelajaran yang bermutu diperlukan
persiapan yang matang dari para pendidik terutama dalam menyiapkan
model-model pembelajaran sesuai dengan peserta didik. Untuk itu tenaga
pendidik harus memiliki wawasan yang kaya di dalam pengembangan modelmodel pembelajaran tersebut. Untuk maksud itu maka Direktorat Tenaga
Kependidikan dalam tahun 2005 telah menyusun paket-paket pembelajaran
yang dapat digunakan untuk bahan referensi bagi pelaksanaan diklat di
daerah untuk berbagai bidang studi baik di tingkat SD, SMP SMA/SMK.
Di masa depan, pengadaan bahan ajar dalam penyelenggaran semua
jenis dan jenjang diklat harus memenuhi standar kompetensi tamatan diklat
berjenjang berbasis kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional. Bahan
ajar diklat berjenjang harus mampu mendukung ketercapaian kompetensi
sesuai dengan bidang studi/spesialisasi guru.
Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa berbagai program diklat
yang dilaksanakan pada berbagai tempat dan waktu belum menggunakan
bahan ajar yang terstandar.
Bahan ajar
diklat yang digunakan belum
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kompetensi dan materi
pembelajaran dari diklat yang satu dengan diklat lainnya. Karenanya
penyelenggaraan diklat pada lemdiklat tendik dipandang sangat monoton,
kurang dinamis, dan belum memenuhi kebutuhan peserta diklat.
Sehubungan dengan itu diupayakan
paket diklat berdasarkan
penjenjangan yang meliputi struktur program, silabut, dan bahan ajar diklat
berjenjang berbasis kompetensi yang terstandar dan dapat digunakan
sebagai acuan penyelenggaraan diklat tendik di lingkungan Ditjen PMPTK,
khususnya
oleh LPMP
dan PPPG, serta
institusi pengelola dan
penyelenggara diklat lainnya.
Tersusunnya paket diklat berdasarkan penjenjangan yang mencakup
struktur program, silabut, dan bahan ajar diklat berjenjang berbasis
kompetensi
yang
terstandar
dan
dapat
digunakan
sebagai
acuan
penyelenggaraan diklat tendik di lingkungan Ditjen PMPTK, khususnya oleh
LPMP dan PPPG, serta institusi pengelola dan penyelenggara diklat lainnya.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
64
Sasaran adalah disusun 300 bahan ajar diklat berdasarkan
penjenjangan dengan dana sejumlah 1,553,760,000,-.
4. Kesejahteraan, Penghargaan dan Perlindungan PTK
a. Program Subsidi Guru
Berdasarkan persetujuan DPR RI pada tanggal 18 Desember 2000,
mulai tahun anggaran 2001 diluncurkan Program Subsidi Guru. Program
Subsidi Guru adalah kegiatan memberikan bantuan subsidi kepada guru
mencakup Guru Tidak Tetap (GTT) di sekolah negeri, Guru Tetap Yayasan
(GTY), dan subsidi Kelebihan Jam Mengajar (KJM) untuk guru PNS, serta
pemberian subsidi kepada pengawas sekolah. Guru dimaksud adalah guru
yang mengajar di sekolah yang menjadi binaan Departemen pendidikan
Nasional di seluruh Indonesia. Tujuan utama kegiatan pemberian Subsidi ini
adalah untuk meningkatkan penghasilan Guru dan Pengawas Sekolah.
Dengan adanya tambahan penghasilan tersebut diharapkan mereka dengan
sendirinya tetap berupaya meningkatkan kinerja profesionalnya sehingga
kualitas/mutu pendidikan kita juga diharapkan menjadi meningkat. Sasaran
penerima dana kegiatan pemberian Subsidi Guru Tahun 2005 mencakup
empat (4) jenis, yaitu : (i) Guru di sekolah swasta pada TK, SD, SLB, SMP,
SMA dan SMK; (ii) Guru di sekolah negeri pada SLB, SMP, SMA dan SMK;
(iii) Guru BK pada SMP, SMA, dan SMK; dan (iv) Pengawas Sekolah TK/SD,
MP/Rumpun MP, BK,
dan SLB. Pemberian subsidi kepada Guru dan
Pengawas Sekolah diharapkan upaya peningkatan kinerja profesional guru
dan pengawas sekolah untuk mendukung upaya proses peningkatan mutu
pendidikan secara nasional.
Kegiatan pemberian subsidi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
bekerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui pembentukan kepanitian
yang bersifat ad hoc dan disebut “Komite Subsidi” di masing-masing daerah,
baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota. Pengelolaan dan sumber
dana ; tahun 2001, Dana Program Subsidi Guru dikelola oleh Proyek
Peningkatan Mutu Guru Jakarta, tahun 2002, Dana Program Subsidi Guru
dikelola oleh Proyek Peningkatan Mutu Guru Jakarta untuk 4 propinsi
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
65
(Bangka Belitung, Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara), sedangkan 26
propinsi lainnya dikelola oleh Proyek Peningkatan Mutu Guru yang
berkedudukan di LPMP
di masing-masing propinsi, tahun 2003, Dana
Program Subsidi Guru seluruhnya dikelola oleh Proyek/Bagian Peningkatan
Mutu Guru yang berkedudukan di 26 LPMP dan 4 propinsi yang belum ada
LPMP berkedudukan di Kantor Dinas Pendidikan Propinsi (Bangka Belitung,
Banten, Gorontalo, dan Maluku Utara), tahun 2004, Dana Program Subsidi
Guru dikelola oleh Proyek/Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru yang
berkedudukan di 30 LPMP se Indonesia. Mulai tahun 2005 pengelolaan dana
Program Subsidi Guru tidak dalam bentuk keproyekan tetapi sudah
dimasukkan dalam program yang bersifat Rutin di lingkungan Depdiknas,
yaitu langsung dikelola oleh masing-masing Kepala LPMP
yang juga
sekaligus sebagai Kepala Satuan kerja (Satker) di propinsi. Sumber dana
berasal dari APBN dan dituangkan dalam DIPA masing-masing Satker LPMP
(sebelumnya disebut DIP).
Besar penerimaan Subsidi Guru sesuai dengan status masing-masing
guru sebagai berikut :
a. Guru PNS-DPK menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam
Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu
(per bulan) dengan perhitungan KJM paling besar 12 (dua belas) jam
pelajaran per mi Mulai Tahun 2006, Dana Subsidi Guru untuk GTT, GTY
dan KJM guru PNS/PNS-Dpk dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi,
sedangkan dana Subsidi untuk Pengawas Sekolah dikelola oleh Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).
b. GTY bukan PNS dan GTT bukan PNS menerima Subsidi Guru dalam
bentuk insentif sebesar Rp. 115.000,- per bulan.
c. Guru
Mata
Pelajaran
PNS
Depdiknas
menerima
Subsidi
Guru
berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp.
2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling
banyak 12 (dua belas) jam pelajaran per minggu.
d. GTT menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 115.000,per bulan.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
66
e. Guru BK-PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan
Jam Membina (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4
minggu (per bulan).
f. Pengawas Sekolah menerima Subsidi Guru dalam bentuk insentif sebesar
Rp. 100.000,- per bulan
Grafik berikut menunjukkan komposisi sasaran penerima dana dari
Program Subsidi Guru tahun 2002 sampai dengan tahun 2005.
Total guru penerima
subsidi 768.810
Total guru penerima
subsidi 815.052
Total guru penerima
subsidi 670.713
Total guru penerima
subsidi 722.046
Jumlah dana Program Subsidi Guru yang telah dialokasikan sejak
tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 dan rencana 2006 sebagai berikut: (i)
Tahun 2001 sebesar Rp. 337.969.638.000; (ii) Tahun 2002 sebesar Rp.
739.006.095.300; (iii) Tahun 2003 sebesar Rp. 776.573.862.750; (iv) Tahun
2004
sebesar
796.370.354.000,
Rp.
855.847.802.000;
dan
(vi)
(v)
Rencana
Tahun
tahun
2005
2006
sebesar
Rp.
sebesar
Rp.
974.353.868.000.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
67
Tahun
2006,
pengelolaan
Program
Subsidi
Guru
sepenuhnya
diserahkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan Propinsi
masing-masing (dekonsentrasi dana Program Subsidi Guru). Pusat hanya
berfungsi sebagai pengendali program secara nasional melalui kegiatan
pemantauan dan evaluasi program. Pada tahun 2006 ini juga dimulai
memperluas sasaran Program Subsidi Guru kepada guru-guru yang mengajar
di SD negeri, setelah mendapatkan persetujuan Komisi X DPR RI. Namun
jumlah yang dialokasikan masih terbatas hanya mencakup 90.000 orang guru
SD negeri di seluruh Indonesia. Dari tahun 2005 ke 2006, jumlah dana
Program Subsidi Guru berhasil ditingkatkan secara signifikan dari jumlah Rp.
796.370.354.000,-
menjadi
Rp.
974.354.625.913,-
naik
sebesar
Rp.
177.984.271.913,- (naik 22,35 %).
Pelaksanaan rapat koordinasi dengan seluruh pengelola Program
Subsidi Guru dari 30 LPMP dan dari 480 lebih kabupaten/kota seluruh
Indonesia pada 5 region, masing-masing ; Region Makassar, Samarinda,
Padang, Denpasar dan Bandung periode bulan Juni – Juli 2005 menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut: (a) Masih seringnya pembayaran dana subsidi
dilaksanakan terlambat; (b) Organisasi ad hoc yang dibentuk untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan implementasi program ini belum
berfungsi maksimal; (c) Pengawas Sekolah belum difungsikan untuk ikut serta
melaksanakan pengawasan dalam pelaksanaan usulan calon penerima
subsidi; (d) Pusat (bahkan mungkin juga LPMP, sebagai pengelola langsung
dana di provinsi) tidak memiliki dokumentasi, baik dalam bentuk “hard copy”
maupun “soft copy” menyangkut data yang akurat, reliable (dapat dipercaya),
dan akuntabel atas data-data mengenai kepada siapa dana subsidi ini pernah
diberikan (nama, status guru, sekolah tempat mengajar, alamat, jenis subsidi
yang diterima, jumlah subsidi yang diterima, dst.). Sementara itu pusat
berfungsi sebagai pengendali program secara nasional; dan (e) Laporan
realisasi penyaluran dana subsidi kepada guru dan pengawas sekolah tidak
tertib disampaikan kepada pusat sebagaimana jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya.
Hasil pemantauan pelaksanaan Program Subsidi Guru terhadap
kurang lebih 160 kabupaten/kota seluruh Indonesia periode awal bulan
Nopember sampai dengan awal bulan Desember 2005, menghasilkan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
68
berbagai masukan, serta dapat diidentifikasi berbagai permasalahan untuk
diberikan solusi pemecahannya. Berikut kesimpulan yang dapat disarikan dari
hasil pemantauan tersebut adalah: (a) Terlambatnya proses usulan calon
penerima subsidi dari kabupaten/kota; (b) Keterlambatan pembentukan
Komite Kabupaten/Kota dan Komite Provinsi Program Subsidi Guru tahun
2005; (c) Terlambatnya diterbitkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan,
Departemen Keuangan yang mengatur mekanisme pencairan dana Program
Subsidi Guru ini (18 Oktober 2005); (d) LPMP belum tertib menyampaikan
laporan realisasi penyerapan dana Program Subsidi Guru berdasarkan
ketentuan yang telah digariskan oleh Direktur Tenaga Kependidikan sebagai
penanggung jawab pengendalian Program Subsidi secara nasional; (e)
Pengawas sekolah belum melaksanakan fungsi sebagai pemeriksa terhadap
daftar usulan calon penerima dana subsidi yang diajukan kepala sekolah; (f)
Pelaksanaan sosialisasi program di daerah-daerah jangkauannya masih
sangat terbatas; (g) Pemberian dana subsidi menjadi salah satu pemicu kuat
kesediaan guru untuk mengajar tambahan diluar kewajibannya sebagai guru
bidang studi tertentu; (h) Beberapa provinsi tidak melibatkan Direktorat
Tenaga
Kependidikan,
Dikdasmen/Komite
Pusat
dalam
pelaksanaan
sosialisasi program subsidi di daerahnya; (i) Beberapa usulan dari
kabupaten/kota dikembalikan untuk mendapatkan perbaikan; (j) Masih
perlunya dilakukan sosailisasi program dengan cakupan yang lebih luas,
untuk memberi pemahaman sampai pada tingkat sekolah mengenai kebijakan
pemberian dana subsidi guru; (k) Adanya masukan yang intens supaya
Kepala Sekolah juga mendapatkan subsidi sebagaimana layaknya pengawas
sekolah; (l) Guru TK dan SD negeri dan Kepala Sekolah belum tersentuh oleh
program subsidi sampai tahun 2005; dan (m) Pemberian subsidi kepada
sekolah swasta sebenarnya belum mencakup seluruh GTT dan GTT yang
benar-benar ada. Pada akhirnya kepala sekolah akan memilih secara
subjektif guru-gurunya yang diusulkan sebagai penerima dana subsidi
menyesuaikan dengan jumlah yang telah dialokasikan dari propinsi dan pusat.
Masukan hasil pemantauan program subsidi guru sebagai berikut: (i)
Agar setiap guru TK dan SD pada sekolah negeri memperoleh hak yang
sama dengan guru TK dan SD swasta dalam menerima subsidi; (ii) Diminta
kepada pemerintah agar meningkatkan honor kelebihan jam mengajar tahun
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
69
anggaran 2006/2007; (iii) Dana subsidi guru mengacu kepada kondisi riil yang
berdasarkan usulan kabupaten/kota; (iv) Informasi awal pengenai adanya
keberlanjutan Program Subsidi disampaikan ke daerah lebih awal untuk
kepentingan validasi data calon penerima, minimal diterima dua (2) bulan
sebelumnya; (v) Perlunya komitmen bersama antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama membicarakan tindak lanjut
program Subsidi Guru dan penambahan jumlah guru penerima subsidi; (vi)
Organisasi pengelola Program Subsidi Guru di daerah agar dirampingkan dan
diangkat yang benar-benar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebaik-baiknya, dan (vii) Program Subsidi Guru harus tetap dilanjutkan
sampai kesejahteraan guru sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan yang
layak sehari-hari.
b. Program Subsidi Kelebihan Jam Mengajar
Guru PNS-DPK menerima Subsidi Guru berdasarkan Kelebihan Jam
Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x 4 minggu (per
bulan) dengan perhitungan KJM paling besar 12 (dua belas) jam pelajaran per
mi Mulai Tahun 2006, Dana Subsidi Guru untuk GTT, GTY dan KJM guru
PNS/PNS-Dpk dikelola oleh Dinas Pendidikan Propinsi.
Guru Mata Pelajaran PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru
berdasarkan Kelebihan Jam Mengajar (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp.
2000,- x KJM x 4 minggu (per bulan) dengan perhitungan KJM paling banyak
12 (dua belas) jam pelajaran per minggu.
Guru BK-PNS Depdiknas menerima Subsidi Guru berdasarkan
Kelebihan Jam Membina (KJM) yang ditetapkan sebesar Rp. 2000,- x KJM x
4 minggu (per bulan).
c. Program Subsidi Pengawas
Dana Subsidi untuk Pengawas Sekolah dikelola oleh Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP). Pengawas Sekolah menerima Subsidi
Guru dalam bentuk insentif sebesar Rp. 100.000,- per bulan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
70
d. Penghargaan Guru Berprestasi
Pemilihan guru berprestasi diharapkan dapat mendorong peningkatan
kemampuan profesional guru, dedikasi, loyalitas dan profesionalisme guru,
yang diharapkan akan berpengaruh positif pada kinerja dan prestasi kerja,
khususnya untuk memacu dan meningkatkan profesionalisme guru dalam
pelaksanaan tugas.
Sebanyak 120 (seratus dua puluh) orang guru finalis tingkat provinsi
dari semua jenjang (TK, SD, SMP, SMA dan SMK) datang ke Jakarta pada
bulan Agustus 2005. Terpilih pemenang 1, 2 dan 3 tingkat nasional dari
masing-masing jenjang.
e. Penghargaan Guru Berdedikasi bagi Guru PLB **
(data masih dalam proses peng”kini”an)
f. Penghargaan Kepada Gubernur dan Bupati/Walikota yang Peduli
terhadap PTK
Bersamaan dengan peringatan Hari Guru Nasional pada tanggal 25
November 2005 yang diselenggarakan di kota Solo, Jawa Tengah, telah
diberikan penghargaan kepada para gubernur dan bupati/walikota yang
dianggap memiliki kepedulian terhadap pendidik dan tenaga kependidikan
termasuk dalam hal meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi pendidik
dan tenaga kependidikan (PTK) di daerah masing-masing. Suatu tim telah
dibentuk oleh Ditjen PMPTK untuk melakukan pengecekan dan verifikasi
sebelum diputuskan pemberian penghargaan dimaksud.
Penganugerahan penghargaan diberikan kepada 5 (lima) orang
Gubernur, 3 (tiga) orang Bupati, dan 2 (dua) orang Walikota. Ke lima
gubernur berasal dari Riau, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Bupati yang memperoleh penghargaan berasal dari Bantul (Jawa Tengah),
Boalemo (Gorontalo), dan Jemberana (Bali). Kedua orang walikota berasal
dari Solok (Sumatera Barat) dan Bontang (Kalimantan Timur).
Keputusan
penganugerahan
terhadap
Gubernur
dan
Walikota
didasarkan atas Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 101/P/2005.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
71
g. Peningkatan Wawasan Guru-Guru Berprestasi bekerjasama dengan
Japan Foundation
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya the Japan Foundation melalui
Kajian Pendidikan ke Jepang, telah mengirimkan guru-guru SMP dan SMA ke
Jepang. Program ini khusus ditujukan bagi guru-guru teladan atau berprestasi
jenjang SMP dan SMA yang telah dimulai sejak tahun 1973. Dengan
demikian, tahun 2005 merupakan tahun ketiga puluh dua.
Tujuan program yaitu untuk memberikan pembekalan dan pengenalan
kepada peserta tentang kehidupan di Jepang, baik segi pendidikan, bahasa,
kebudayaan, kehidupan sosial, dan sebagainya. Melalui program ini para guru
memperoleh manfaat antara lain bertambahnya wawasan tentang sistem
pendidikan, sistem pembelajaran, kurikulum, disiplin, budaya, adat istiadat
bangsa Jepang pada umumnya, serta meningkatnya harkat martabat guru
yang bersangkutan karena pengalamannya ke luar negeri dan dapat
menambah motivasi, dedikasi, profesionalisme pembelajaran di sekolah.
Telah dikirim pada periode antara 21 Juni hingga 5 Juli 2005 sejumlah
5 (lima) orang guru berprestasi tingkat nasional yang terdiri atas 2 (dua)
orang guru SMP dan 3 (tiga) orang guru SMA.
h. Peningkatan Wawasan Guru-Guru Bekerjasama dengan Negara
Australia
Program pertukaran guru Indonesia-Australia merupakan tindak lanjut
kesepakatan
bersama
antara
Departemen
Pendidikan
Nasional
dan
Departemen Pendidikan Australia dengan tujuan: (i) memberikan pembekalan
dan wawasan kepada peserta tentang kebijakan pendidikan nasional,
kebijakan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, sistem
pendidikan dan pembelajaran di sekolah Australia, dan (ii) mampu menyerap
hal-hal positip yang dapat dikembangkan di Indonesia.
Telah dikirim 4 (empat) orang guru Bahasa Inggeris Sekolah
Menengah Pertama (SMP) antara 27 Desember sampai dengan 26 Januari
2005. Guru dimaksud berasal dari Provinsi Sulawesi Tenggara dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
72
i. Penghargaan Guru Daerah Terpencil dan Daerah Khusus
Penghargaan terhadap profesionalisme guru daerah terpencil ini
diharapkan mampu meningkatkan wawasan pengalaman dan pemahaman
bagi guru tentang perlunya upaya peningkatan profesionalisme dalam rangka
penyusunan
kebijakan
tentang
peningkatan
kemampuan
akademik,
profesionalisme dan kesejahteraan guru di daerah terpencil. Di samping itu,
penghargaan dapat meningkatkan motivasi, dedikasi, harkat dan martabat
guru daerah terpencil.
Telah diberikan penghargaan terhadap 28 (dua puluh delapan) orang
guru daerah terpencil pada tanggal 25 November 2005 bersamaan dengan
peringatan Hari Guru Nasional.
j. Pengembangan Karier PTK (Formal dan Non-Formal)
Kegiatan untuk mendukung pengembangan karier PTK baik dari formal
dan non-formal diakukan antara lain melalui penilaian angka kredit. Melalui
kegiatan ini diharapkan para PTK dapat meningkatkan profesionalisme dan
kinerjanya.
Untuk Pendidikan Non-Formal telah dilakukan penilaian terhadap
seluruh tenaga fungsional (pamong belajar) pada 5 (lima) BP-PLSP. Hasil
yang diperoleh telah dilakukan penilaian angka kredit oleh tim penilai tingkat
pusat terhadap 50 orang Pamong Belajar (PB) Ahli pada 5 BP-PLSP.
Terkait dengan LPMP dan PPPG, telah diadakan penilaian angka
kredit jabatan fungsional widyaiswara. Hal ini mempertimbangkan salah satu
syarat promosi kenaikan pangkat widyaiswara LPMP dan PPPG yaitu hasil
Penetapan Angka Kredit (PAK) berdasarkan Peraturan Bersama Kepala
Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 tahun
2005 dan Nomor 17 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya.
Dalam implementasinya, penghitungan angka kredit widyaiswara
LPMP dan PPPG ternyata sangat
kompleks dan perlu ketelitian dan
kecermatan tinggi. Karenanya diperlukan adanya tim penilai angka kredit
widyaiswara yang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
profesional.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
73
Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK mengorganisasikan dan
melaksanakan penghitungan angka kredit widyaiswara agar promosi kenaikan
pangkat dan golongan serta jabatan widyaiswara dapat berproses dengan
lancar, transparan dan akuntabel. Sasaran penghitungan angka kredit
widyaiswara sejumlah 1260 widyaiswara.
k. Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran
Di
lapangan
guru
yang
berprestasi
selalu
berupaya
untuk
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dilakukan dengan
meningkatkan kemampuan dalam menyusun program, penyajian program
dan penilaian proses dan hasil pembelajaran, hal tersebut merupakan indikasi
dari keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya.
Menyadari hal tersebut serta dalam rangka meningkatkan kemampuan,
sikap dan motivasi para guru, dilakukan Penyempurnaan hasil Lomba
Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran Tingkat Nasional untuk dijadikan
bahan atau model pembelajaran di sekolah. Tujuan lomba tersebut adalah:
1) Memotivasi
guru
profesionalismenya,
untuk
dapat
khususnya
lebih
meningkatkan
kemampuan
dalam
meningkatkan
kemampuan
penyusunan program, penyajian program dan penilaian proses dan hasil
pembelajaran.
2) Meningkatkan kebiasaan guru dalam mendokumentasikan hasil kegiatan
pengembangan profesinya secara tertulis dengan baik dan benar.
3) Menghimpun berbagai pengalaman guru dalam merancang, menyajikan
dan menilai pembelajaran yang secara nyata telah mampu meningkatkan
proses dan hasil belajar siswa, sehingga dapat dimanfaatkan oleh rekan
guru lainnya.
Lomba diselenggarakan dari bulan Oktober sampai dengan November
2005 dengan sasaran terpilihnya pemenang 1, 2, 3 serta harapan 1, 2, dan 3
dari 120 orang guru finalis.
l. Insentif bagi Pamong Belajar BP-PLSP, BPKB, dan SKB
Pemberian insentif dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi guna
mendukung pelaksanaan tugas. Insentif diberikan dalam bentuk transpor
bulanan.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
74
Sasaran penerima insentif adalah semua Semua Pamong Belajar pada
BP-PLSP, BPKB/UPTD Provinsi dan SKB/UPTD Kabupaten/Kota. Hasil yang
telah dicapai adalah diterimanya insentif sebesar minimal Rp 100.000,/orang/bulan bagi seluruh pamong belajar.
m. Rangkaian Kegiatan dalam Peringatan Hari Guru Nasional
Peranan guru dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sungguh
besar dan sangat menentukan, guru merupakan salah satu faktor yang
strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakan dasar
serta turut mempersiapkan pengembangan potensi peserta didik untuk masa
depan bangsa. Sejak masa penjajahan, guru selalu menanamkan kesadaran
akan harga diri sebagai bangsa dan menanamkan semangat nasionalisme
kepada peserta didik dan masyarakat.
Tujuan Peringatan Hari Guru Nasional ini adalah sebagai berikut: (i)
Menanamkan jiwa patriotisme dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia; (ii) Meneladani semangat juang dan pengabdian guru sebagai
pendidik semua anak bangsa, dalam peningkatan sumber daya manusia yang
bermutu; dan (iii) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian bangsa Indonesia
akan pentingnya kedudukan, peran, dan martabat guru dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa Indonesia.
Peringatan dilakukan pada tanggal 25 November 2005 di Solo, Jawa
Tengah.
Bersamaan
dengan
Hari
Guru
Nasional
tersebut
telah
dianugerahkan penghargaan pendidikan kepada 28 orang Guru, 5 orang
Gubernur, 3 orang Bupati, 2 orang Wali Kota dan 4 orang masyarakat
yang berprestasi dan berdedikasi dalam pendidikan. Surat Keputusan bagi
keempat
anggota
masyarakat
didasarkan
atas
SK
Mendiknas
No.
097/P/2005.
n. Lomba Karya Nyata dan Karya Tulis Tendik Non Formal
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan motivasi dan penghargaan
bagi pendidik dan tenaga kependidikan PNF dalam berinovasi untuk
mendukung peningkatan mutu program PNF. Dengan sasaran seluruh
Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNF, program ini telah memilih 120 karya
nyata dan karya tulis dari 236 (duaratus tiga puluh enam) naskah.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
75
Dari 120 karya tersebut terpilih 25 (dua puluh lima) karya terbaik terdiri
atas: (i) 5 karya nyata PB; ii) 5 karya tulis penilik; (iii) 5 karya tulis TLD; (iv) 5
karya tulis Dosen PLS; dan (v) 5 karya tulis Tutor Paket B.
o. Lomba Cipta lagu “ Untukmu Guru “
Sebagai wujud rasa terima kasih dan penghormatan terhadap jasa dan
pengabdian guru maka sudah selayaknya guru memperoleh gelar Pahlawan
Pendidikan. Agar gelar pehlawan pendidikan dapat dikumandangkan di
seluruh wilayah Republik Indonesia, maka perlu dituangkan dalam lagu Guru
Pahlawan Pendidikan. Lagu guru ini dilombakan supaya diperoleh syair lagu
yang sesuai dengan gelar pahlawan pendidikan dari berbagai lapisan
masyarakat maupun dari kalangan guru sendiri. Di samping itu untuk
meningkatkan kebanggaan, citra, harkat dan martabat guru sebagai pahlawan
pendidikan.
Penyelenggaraan lomba dimulai dari bulan Agustus sampai dengan
November 2005. Terpilih 10 (sepuluh) lagu terbaik yang mampu
mengekspresikan
Guru
sebagai
Pahlawan
Pendidikan
yang
mampu
meningkatkan kebanggaan, citra, harkat dan martabat guru.
C. GOVERNANCE,
AKUNTABILITAS,
DAN
PENCITRAAN
PUBLIK
Sedangkan
dalam
rangka
mewujudkan
Governance, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik,
pilar
pembangunan
Ditjen PMPTK telah
melaksanakan beberapa program dengan tujuan, sasaran dan pencapaian
program sebagai berikut:
1. Peningkatan Transparansi
a. Perluasan Akses terhadap Data dan Informasi Perencanaan serta
Alokasi Anggaran
Dalam kaitan kegiatan ini, telah diundang para kepala sub dinas
pendataan dari seluruh provinsi. Peserta diberikan pembekalan dan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
76
kompetensi untuk mengumpulkan data terkait dengan guru. Kegiatan ini
menghasilkan kesepakatan bahwa LPMP akan menyerahkan data yang telah
diperoleh kepada pihak Ditjen PMPTK pada Oktober 2005.
b. Pelatihan Sistem Perencanaan dan Monitoring dan Evaluasi **
(data masih dalam proses up-to-date)
c. Pelatihan Operator Pendataan
Pelatihan ini diikuti oleh peserta dari seluruh kabupaten/kota ditambah
dari LPMP dan Dinas Provinsi.
d. Pelatihan Pengelolaan Keuangan
Pelatihan ini diperuntukkan bagi seluruh LPMP dan PPPG yang ada.
Dengan demikian, pelatihan ini diikuti oleh 30 (tigapuluh) LPMP dan 12
(duabelas) PPPG.
e. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa
Pelatihan ini diikuti oleh wakil-wakil dari LPMP, PPPG dan Pusat.
Untuk setiap lembaga diwakili oleh 3 (tiga) orang, sedangkan untuk Pusat
diwakili oleh 3 (tiga) orang per sub-direktorat.
f. Temu Konsultasi dan Rapat Koordinasi Program (Guru Bantu, TLD,
BP-PLSP, BPKB, dan SKB)
Temu konsultasi dan rapat koordinasi dilakukan oleh Direktorat
Pendidikan Non-Formal dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan
kesiapan penanggungjawab program di pusat dan daerah serta adanya
kemitraan dengan Akademisi dan Praktisi dalam menghadapi pelaksanaan
program tahun 2006. Sasaran kegiatan tersebut adalah Kepala BP-PLSP,
Kepala BPKB,
Kepala SKB dari seluruh Indonesia serta Akademisi dan
Praktisi. Hasil yang diperoleh adanya kesamaan persepsi dan terjalinnya
kemitraan.
Berdasarkan Surat Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 524
14/MPN/KP/2005 tanggal 15 Desember 2005 yang ditujukan kepada Bapak
Wakil
Presiden
Republik
Indonesia
tentang
Laporan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
Hasil
Rapat
77
Pengangkatan Guru Bantu, yang antara lain bahwa mulai 1 April 2006 akan
direkrut sebanyak 80.000 orang Guru Bantu menjadi CPNS, dan sisa Guru
Bantu yang ada akan masuk dalam formasi CPNS tahun 2006 dan 2007,
maka Depdiknas harus segera melaksanakan rapat kerja dengan seluruh
jajaran terkait di kabupaten/kota dan propinsi agar rencana ini bisa dijalankan
oleh pemerintah daerah dan seluruh Guru Bantu yang habis masa kontraknya
dapat diangkat kembali. Rapat Koordinasi ini bertujuan untuk memberikan
dasar
dalam
pelaksanaan
tindak
lanjut
Program
Guru
Bantu
dan
perpanjangan kontrak Guru Bantu, serta menyamakan persepsi dalam
pelaksanaan rekruitmen Guru Bantu menjadi CPNS khususnya dalam
penetapan formasi Guru Bantu menjadi CPNS oleh Pemerintah Daerah, serta
singkronisasi data Guru Bantu. Rapat kerja dilaksanakan dengan harapan
para peserta dapat: (i) Memahami dan menyamakan persepsi terhadap tindak
lanjut Program Guru Bantu khususnya dalam pelaksanaan perpanjangan
kontrak kerja Guru Bantu pasca 31 Desember 2005; (ii) Segera dapat
melaksanakan perpanjangan kontrak kerja Guru Bantu angkatan 2005 yang
berakhir masa tugasnya per 31 desember 2005; (iii) Singkronisasi data Guru
Bantu per kabupaten/kota dalam penetapan formasi Guru Bantu menjadi
CPNS yang direncanakan mulai dilaksanakan per 1 April 2006 dan selesai
seluruhnya menjadi CPNS sampai akhir Desember 2007.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut,
dilaksanakan
suatu
Rapat
Koordinasi yang diikuti oleh pejabat dan staff Ditjen PMPTK, Kepala LPMP
se Indonesia (30 LPMP), Kepala Dinas Pendidikan Propinsi (33 Propinsi) dan
Kabupaten/Kota (469 orang), Kepala Subdinas Ketenagaan Dinas Pendidikan
Propinsi (33 Propinsi), dan Para konsultan di lingkungan Ditjen PMPTK, serta
dengan nara
sumber Menteri Pendidikan
Nasional, Deputy Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Bidang SDM, Kepala BKN, Dirjen PMPTK,
Setdijen PMPT, Direktur di lingkungan Ditjen. PMPTK, Kepala Biro
Kepegawaian Depdiknas, dan Tim Konsultan Ditjen. PMPTK Depdiknas.
Rapat Koordinasi menghasilkan poin-poin kesepakatan, sebagai
berikut: (i) Dilaksanakan perpanjangan kontrak Guru Bantu angkatan 2003
terhitung 1 januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2008; (ii) Dukungan
sepenuhnya untuk menindaklanjuti rekruitmen Guru Bantu menjadi CPNS; (iii)
Perlu petunjuk operasional Kementerian Negara PAN dan BKN kepada
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
78
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah untuk dapat mengoperasionalkan
Guru Bantu menjadi CPNS sesuai hasil rapat Wakil Presiden RI dengan
Menteri Negara PAN, Kepala BKN, Mendiknas, dan Pejabat Esalon 1 di
lingkungan kementerian terkait; dan (iv) Singkronisasi data Guru Bantu antara
LPMP dengan Dinas pendidikan Kabupaten/Kota dengan hasil final paling
lambat sudah diterima Ditjen. PMPTK tanggal 5 Januari 2006
g. Dukungan terhadap Penyiapan RENSTRA Departemen Pendidikan
Nasional (2005-2009)
Direktorat
Jenderal
Peningkatan
Mutu
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah berperan secara aktif dalam penyiapan
RENSTRA Departemen Pendidikan Nasional. Direktur Jenderal sebagai
Ketua Tim dalam berbagai pertemuan dengan berbagai pihak yang terkait
telah menyajikan mengenai konsep maupun strategi yang direncanakan untuk
penyusunan RENSTRA Depdiknas. Sejumlah pertemuan tersebut sekaligus
merupakan upaya sosialisasi terhadap RENSTRA Depdiknas di samping juga
untuk memperoleh masukan terhadap penyempurnaan draft RENSTRA.
2. Akuntabilitas
a. Penilaian Kinerja Lembaga dan Pimpinan Lembaga di Lingkungan
Ditjen PMPTK
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pemetaan kinerja lembaga dan
kepala lembaga yang bermakna signifikan untuk memberikan masukan
kepada pengambil keputusan dalam kerangka pembinaan lembaga diklat
yang sesuai dengan perkembangan IPTEK, tuntutan era global dan era
otonomi,
serta
kebutuhanpembangunan
pendidikan
yang
terus
berkembang. Sasaran dari kegiatan ini adalah lembaga dan pimpinan
lembaga pada 30 LPMP dan 12 PPPG.
b. Evaluasi Dampak Diklat
1) Monitoring dan Evaluasi terhadap dampak diklat yang diselenggarakan
Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen PMPTK, Depdiknas
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
79
Kegiatan ini untuk memberikan bahan masukan kepada pengambil
keputusan dilingkungan internal dan eksternal Depdiknas dalam
perencanaan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan secara nasional. Sasaran adalah Alumni peserta diklat
yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Diklat, Ditjen
PMPTK, Depdiknas di 30 provinsi dalam kurun Juni 2004 sampai
dengan Juni 2005.
2) Pemantauan dan Evaluasi pelaksanaan program di UPT/UPTD
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
program meliputi kekuatan dan kelemahan dalam pelaksanaan
program
UPT/UPTD
pelaksanaan
tahun
program
2005.
UPT/UPTD
Dengan
tahun
sasarannya
200,
telah
adalah
dihasilkan
tersedianya data dan informasi pelaksanaan program UPT/UPTD
tahun 2005 dan
c. Monitoring dan Evaluasi Program PTK
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan monitoring dan
evaluasi meliputi:
1) Monitoring dan Evaluasi Program Pengembangan Profesi Tendik
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan pelaksanaan program yang dilaksanakan terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan sebagai bahan acuan dalam pengambilan
kebijakan;
2) Monitoring dan Evaluasi Program Kemitraan Kepala Sekolah
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
kinerja kepala sekolah yang mengikuti program kemitraan antara Sekolah
maju dan sekolah tertinggal;
3) Pengolahan data dan Penyusunan Laporan ME
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan
pelaksanaan ME secara kuantitatif sebagai bahan pertanggungjawaban
secara administrasi. Telah tersusun 2 Naskah laporan hasil ME untuk
pengembangan profesi dan program kemitraan;
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
80
4) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Tutorial dan Program
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka evaluasi pelaksanaan tutorial dan
program D-II PGTK, D-II PGSD dan S1 PGSD yang dilaksanakan di
kelompok belajar (pokjar). Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 (dua) kali
kegiatan, yaitu pada semester ganjil dan semester genap. Telah tersusun
2 naskah laporan hasil ME Tutorial dan Program untuk semester ganjil dan
genap
5) Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS)
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka evaluasi dan pemantauan
pelaksanaan ujian program D-II PGTK, D-II PGSD dan S1 PGSD yang
dilaksanakan di kelompok belajar (pokjar). Kegiatan ini dilakukan
sebanyak 2 (dua) kali kegiatan, yaitu pada semester ganjil dan semester
genap. Telah tersusun 2 naskah laporan hasil ME UAS semester ganjil
dan genap;
6) Konsultasi Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, dan Kepala SKB seluruh
Indonesia.
Program
ini bertujuan
untuk penyamaan
persepsi dan
kesiapan
dikalangan penanggungjawab program di daerah dalam menghadapi
pelaksanaan tugas peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF tahun
2006. Sasaran program ini adalah Kepala BP-PLSP, Kepala BPKB, dan
Kepala SKB seluruh Indonesia. Sedangkan hasilnya adalah adanya
kesamaan persepsi dan kesiapan dikalangan Kepala BP-PLSP, Kepala
BPKB,
dan
Kepala
SKB
seluruh
Indonesia
dalam
menghadapi
pelaksanaan tugas peningkatan mutu pendidik dan tendik PNF tahun
2006.
d. Kerjasama Pengawasan Program dengan Inspektorat Jenderal
Ditjen PMPTK berkoordinasi dengan unit utama lainnya dalam
Departemen Pendidikan Nasional termasuk dalam pengawasan program.
Salah satu kerjasama yang dilakukan adalah bersama dengan Inspektorat
Jenderal melakukan monitoring dan evaluasi guru bantu serta distribusi
subsidi. Monitoring dan evaluasi dilakukan pada beberapa kabupaten/kota
sampel di setiap provinsi yang ada.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
81
Hasil kegiatan menjadi rujukan bagi Ditjen PMPTK untuk membenahi
mekanisme yang ada untuk guru bantu dan distribusi subsidi bagi guru.
Mempertimbangkan berbagai keuntungan dari adanya kerjasama dimaksud
dipandang perlu untuk menindaklanjuti mekanisme dimaksud pada masa
yang akan datang.
e. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 pada LPMP,
PPPG dan BP-PLSP
Salah satu upaya dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
berwibawa maka penerapan sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001-2000
pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) di seluruh Indonesia
merupakan satu langkah yang strategis. Sertifikasi ISO 9001-2000 sebuah
standar layanan yang telah diakui oleh dunia Internasional, sehingga
sangatlah tepat jika LPMP, PPPG, dan BP-PLSP mampu memiliki sertifikat
ISO tersebut. Dengan sertifikasi ISO akan mengangkat kredibilitas lembagalembaga dimaksud. Sehingga penerapan sistem manajemen mutu bagi
LPMP, PPPG, dan BP-PLSP tidak bisa ditawar lagi, bahkan merupakan
tuntutan dan kebutuhan agar dalam memberikan layanan kepada sekolah,
kantor Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Provinsi maupun stakeholders
lainnya dapat memberikan jaminan mutu pendidikan yang tercermin dalam
seluruh aspek layanan di ketiga lembaga tersebut. Sertifikasi sistem
manajemen mutu yang berstandar Internasional akan merupakan jaminan
sebuah proses menuju penjaminan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
LPMP, PPPG dan BP-PLSP.
Dengan demikian penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
bagi seluruh LPMP, PPPG, dan BP-PLSP di Indonesia akan mampu
mengangkat citra dan peran masing-masing lembaga secara maksimal.
Disadari sepenuhnya bahwa dalam mendapatkan sertifikasi ISO 9001-2000
tidaklah mudah. Untuk meraih sertifikat ISO 9001:2000 perlu melakukan
beberapa tahapan dalam rangka penerapan SMM 9001:2000, antara lain:
workshop persiapan tim kerja, pelatihan tim inti ISO-LPMP, pelatihan diklat
penyusunan dokumen mutu, diklat tim Audit Internal dan pelaksanaan
monitoring dalam bentuk pemetaan potensi masing-masing lembaga dan
awareness ISO serta evaluasi kinerja tim inti dalam mengembangkan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
82
dokumen mutu. Dengan memperhatikan bervariasinya kondisi
ketiga
lembaga maka diperlukan kegiatan yang terintegrasi dan perlu adanya
fasilitasi dari Ditjen PMPTK.
Tujuan penerapan ISO ini adalah: (i) Menyiapkan Lembaga-lembaga
tersebut agar mampu menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
dalam upaya mendukung kinerja masing-masing; (ii) Agar seluruh staf dan
pimpinan LPMP, PPPG, dan BP-PLSP peduli terhadap mutu pelayanan
sehingga mampu menghasilkan layanan penjaminan mutu pendidikan ke
seluruh stake holder yang menajdi tanggung jawabnya; dan (iii) Optimalisasi
peran LPMP, PPPG, dan BP-PLSP dalam melaksanakan fungsinya.
Kegiatan penerapan sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001:2000
pada seluruh LPMP mempunyai tahapan sebagai berikut:
a. Pemilihan fasilitator ISO Pusat yang terdiri 4 orang Widyaiswara PPP
Teknologi, 4 orang Widyaiswara LPMP Jabar, 4 orang Widuaiswara PPPG
Peertanian Cianjur dan 2 orang Widyaiswara PPPG IPA Bandung.
Terpilihnya fasilitator dari ke empat lembaga tersebut karena lembganya
telah mendapat sertifikasi ISO dan mereka telah memiliki pengalaman
dalam membimbing sekolah untuk meraih sertikat ISO.
b. Penawaran kepada LPMP yang telah siap menerapkan SMM ISO dan
ternyata untuk mendapatkan LPMP yang bersedia menerapkan SMM ISO
tidaklah mudah. LPMP yang telah mendapat sertifikat ISO baru 2 LPMP
yaitu Propinsi Jabar dan Propinsi Sulsel, sedangkan yang dalam proses
penyelesaian yaitu LPMP Banten dan LPMP Lampung. Dari yang tersisa
26 LPMP, yang bersedia menerima program tersebut adalah LPMP dari
Riau, Sumbar, Jambi, Babel, Sumsel, DKI, Jatim, Bali, Gorontalo, Sulut,
Sultra, Maluku Utara, Maluku dan Papua.
c. Kegiatan konsolidasi fasilitator melalui Workshop Tim Kerja I, II, III dan IV
untuk menyusun perangkat modul dan strategi penerapan agar seluruh
fasilitator memiliki persamaan persepsi. Fasilitator dibagi menjadi 7 tim
yang masing-masing terdiri dari 2 orang danmasing-masing tim memiliki
tanggungjawab membina 2 LPMP.
d. Kegiatan pertama adalah memanggil 3 orang staf setiap LPMP seluruh
Indonesia untuk mengikuti Diklat Tim Inti ISO LPMP yang diharapkan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
83
mereka mampu mensosialisasikan dan meyakinkan Kepala LPMP untuk
melaksanakan program penerapan SMM ISO 9001:2000.
e. Kegiatan kedua melaksanakan program Awareness ISO dan Pemetaan
Potensi LPMP untuk menerapkan SMM ISO 9001:2000 ke 14 LPMP yang
siap melaksanakan program tersebut:
f. Program awareness ISO dilaksanakan di 14 LPMP dan diikuti oleh seluruh
staf LPMP sebagai upaya memperkenalkan bahwa LPMP tempat mereka
bekerja akan menerapkan SMM ISO 9001:2000, dalam kegiatan ini
ditandangani komitmen pimpinan dan staf pimpinan untuk mendukung
penerapan SMM ISO 9001;2000 dan komitmen Tim Inti ISO LPMP untuk
menyelesaikan tugasnya dalam menyusun dokumen mutu.
g. Pemetaan potensi LPMP merupakan kegiatan untuk mengukur tingkat
dukungan staf administrasi, widyaiswara dan staf pimpinan dalam
penerapan SMM ISO 9001:2000.
h. Kegiatan ketiga merupakan kegiatan Diklat Penyusunan Dokumen Mutu
yang dilaksanakan di 14 LPMP dengan peserta minimal 15 orang terpilih
sebagai Tim Penyusun Dokumen Mutu, dan pada akhir diklat peserta
menyusun kontrak untuk menyusun dokumen mutu.
i.
Kegiatan keempat adalah ME kinerja Tim Inti ISO LPMP dan melakukan
bimbingan penyusunan dokumen mutu, melihat sejauh mana Tim Inti ISO
LPMP telah menyelesaikan dokumen mutu.
Dari beberapa kegiatan yang telah dilaksnakan tersebut di atas hasil
yang telah dicapai adalah: (a) Terbentuknya Tim Fasilitator ISO Pusat
sebanyak 7 tim yang setiap saat dapat diterjunkan untuk melakukan
bimbingan ke LPMP yang menjadi tanggungjawabnya; (b) Komitmen
pimpinan dan staf pimpinan untuk mendukung penerapan SMM ISO
9001:2000 dan komitmen Tim Inti dalam menyelesaikan dokumen mutu
masing-masing LPMP; (c) 14 LPMP telah membuat rumusan “Business
Process
Map”
dalam
penjaminan
mutu
pendidikan
di
propinsinya.
Memperbaiki Renstra dan Tupoksi masing-masing unit kerja; dan (d)
Terbentuknya Tim Penyusun Dokumen Mutu di 14 LPMP yang sedang
menyusun dokumen mutu dan berdasarkan pemantauan dokumen yang
dihasilkan: (i) Rumusan Kebijakan Mutu; (ii) Sasaran Mutu; dan (iii) Pedoman
Mutu.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
84
Berkaitan dengan BP-PLSP, telah diberikan sertifikat ISO pada BPPLSP Regional III dan sedang dilakukan penilaian untuk pemberian ISO pada
BP-PLSP Regional II.
3. Sosialisasi dan Advokasi Program dan Pembentukan Citra
Publik
a. Sosialisasi Ditjen Mutendik dan Seluruh UPT nya
Segera
setelah
pembentukannya,
pimpinan
Direktorat
Jenderal
PMPTK melakukan koordinasi dengan berbagai UPT dalam jajarannya.
Tujuan koordinasi dimaksud adalah untuk menyampaikan visi dan misi
Direktorat Jenderal yang mana berimplikasi kepada masing-masing UPT yang
ada. Dalam berbagai pertemuan digali masukan dari UPT yang ada dalam
rangka kemungkinan revitalisasi lembaga yang ada seperti halnya LPMP dan
PPPG.
Serangkaian pertemuan telah dilakukan dengan UPT dimaksud dalam
sejumlah kegiatan terkait baik dalam bentuk rakor atau dalam bentuk
kunjungan resmi. Dalam pertemuan tersebut dipertegas strategi dan pola-pola
pencapaian visi dan misi Ditjen, yang harus dijabarkan oleh setiap UPT
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
b. Sosialisasi UU Guru dan Dosen
Untuk
meningkatkan
profesionalisme
serta
dedikasi,
mewujudkan
prestasi
dan
kerja,
menjamin
kemampuan
profesionalisme,
perlindungan, dan kesejahteraan guru dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional maka diperlukan undang-undang yang mengatur status
guru. UU dimaksud menjadi payung hukum bagi guru dalam melaksanakan
tugas profesinya.
Kegiatan sosialisasi dimaksudkan untuk menciptakan kesepahaman
terhadap substansi Undang-undang guru. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan
di 30 provinsi dan diselenggarakan dari Januari sampai dengan Desember
2005.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
85
c. Sosialisasi Jabatan Fungsional Penilik
Sosialisasi Jabatan Fungsional Penilik bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman pemerintah daerah (BKD, Dinas Pendidikan Kab/Kota) tentang
Jabatan Fungsional Penilik. Sasaran program ini adalah 118 orang yang
berasal dari BKD dan Dinas Pendidikan Kab/Kota seluruh Indonesia.Hasil
yang diperoleh adalah adanya pemahaman pemerintah daerah tentang
Jabatan Fungsional Penilik.
d. Pembangunan Jejaring dan Kerjasama Kelembagaan
Pembangunan jejaring dan kerjasama kelembagaan merupakan suatu
indikator adanya dinamika dari suatu organisasi termasuk Ditjen PMPTK.
Jejaring dimaksud mencakup baik lembaga yang ada di dalam maupun di luar
negeri.
Beberapa jalinan kerjasama yang sudah terjalin dalam waktu berdiri
Ditjen yang relatif singkat antara lain diwujudkan dalam pelaksanaan: (i) studi
pengangkatan dan penempatan guru bekerjasama dengan Bank Dunia,
Pemerintah Belanda dan AusAID, (ii) sosialisasi pendidikan berbasiskan hakhak asasi bekerjasama dengan UNESCO, (iii) pengadaan diklat tentang
pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan bekerjasama dengan
UNICEF (15-17 Desember 2005), (iv) revitalisasi MKKS/MGMP untuk
meningkatkan
profesionalisme
guru
melalui
kesejawatan
dalam
pengimplementasian lesson study, dan (v) pelaksanaan international
conference tentang the right to basic education as a fundamental human right
and the legal framework for its financing melalui kerjasama dengan UNESCO
(2-4 Desember 2005).
Pada masa yang akan datang, sedang dijajaki sejumlah kemungkinan
kerjasama dengan lembaga asing, seperti halnya: (i) ADB dalam pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan (diklat) tentang perbaikan kompetensi dan kualitas
guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya khususnya untuk
daerah Aceh Barat, Aceh jaya, Banda Aceh, dan Sabang; (ii) USAID untuk
peningkatan kompetensi di 5 (lima) provinsi; dan (iii) revitalisasi MKKS/MGMP
untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui kesejawatan dalam
pengimplementasian Lesson study di 3 provinsi—Jawa Timur, Jawa Barat,
dan Daerah Istimewa Yogyakarta—bekerjasama dengan JICA dan 3 (tiga)
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
86
universitas berdekatan—Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri
Yogyakarta, dan Universitas Pendidikan Indonesia.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
87
BAB IV
PENYERAPAN DANA
Dalam rangka mewujudkan 3 pilar pembangunan pendidikan nasional,
Ditjen PMPTK telah melaksanakan beberapa program dengan tujuan,
sasaran dan pencapaian program sebagaimana dijelaskan pada Bab II.
Pelaksanaan program-program tersebut telah menyerap anggaran tahun
2005 sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel
Dana, Realisasi, dan Daya Serap Anggaran Formal dan NonFormal untuk Pelaksanaan Program-program 3 Pilar Pembangunan
Pendidikan Nasional
INSTANSI
FORMAL
NONFORMAL
TOTAL
DANA
REALISASI
SISA DANA
PROSENTASI
KEU
FISIK
2.981.357.140.000 2.545.207.167.898 436.149.968.102 83,93
89,71
205.871.211.000
176.203.641.870
29.669.569.130 84,02
93,25
3.187.228.351.000 2.721.410.809.768 465.819.537.232 83,98
91,48
Untuk instansi formal, keuangan bagi daerah diperuntukkan bagi LPMP
dan PPPG. Sedangkan untuk instansi non-formal, keuangan bagi daerah
diperuntukkan bagi BP-PLSP.
Rincian penyerapan anggaran untuk masing-masing instasi dapat
dilihat pada tabel di halaman berikut.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
88
REKAPITULASI REALISASI ANGGARAN TAHUN 2005
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
DIREKTORAT TENAGA TEKNIS
N
O
I.
II.
REALISASI s.d. 20 OKT 2005
URAIAN
PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
TENAGA TEKNIS DAN
MASYARAKAT
PAGU DANA
Target
(%)
9,698,358,000
65.43
36,553,500,000
48.23
Anggaran
3,919,165,624
REALISASI 21 OKT s.d. 31 DES.
2005
%
Target
(%)
40.41
21.55
33.70
43.78
Anggaran
3,772,839,286
JUMLAH REALISASI
%
Target (
%)
38.90
86.98
39.52
92.01
Anggaran
7,692,004,910
SISA DANA
%
79.31
Anggaran
2,006,353,090
%
20.69
PEMBERDAYAAN
TENAGA KEPEND.
LUAR SEKOLAH
12,318,359,278
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
14,446,688,380
26,765,047,658
73.22
9,788,452,342
26.78
89
REALISASI ANGGARAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN PEMUDA
DIREKTORAT TENAGA TEKNIS
PROGRAM : PROGRAM PENY. PENDIDIKAN TENAGA TEKNIS DAN MASYARAKAT
No.
KEGIATAN
SISA ANGGARAN
Keterangan
Anggaran
%
1,339,545,490
38.9 Kelebihan anggaran
16,979,000
2.0 Sisa hasil Neg. Harga
178,729,900
16.7 Sisa belanja
1.
2.
4319.0001
4319.0004
ADMINISTRASI UMUM
PENERBITAN MAJALAH/JURNAL
3.
4319.0013
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL
4.
4319.0029
5.
4319.0050
6.
4319.0051
7.
4319.0052
8.
9.
4319.0062
4319.0083
PEMBINAAN ADMINISTRASI PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN
PENYUSUNAN/PENGUMPULAN/PENGOLAHAN/UPDATING/
ANALISA DATA DAN STATISTIK
PENYUSUNAN PROGRAM DAN RENCANA KERJA/TEKNIS/
PROGRAM
PENYUSUNAN/PERUMUSAN SISTEM DAN PROSEDUR
TEKNIS
PAMERAN/VISUALISASI/PUBLIKASI DAN PROMOSI
EVALUASI DAN PEMANTAUAN PENYELENGGARAAN
10 .
4319.0088
RAPAT-RAPAT KOORDINASI/KERJA/DINAS/PIMPINAN
KELOMPOK KERJA
34,572,600
11 .
4319.0089
KERJASAMA ANTAR INSTANSI PEMERINTAH/SWASTA/
LEMBAGA TERKAIT
433,142,800
12 .
4319.0116
PEMBINAAN ADMINISTRASI PENGELOLAAN KEUANGAN
JUMLAH
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
295,000
0.3 Sisa belanja
1,000,000
0.7 Sisa belanja
150,100
0.7 Sisa belanja
78,200
0.0 Sisa belanja
1,018,000
663,600
178,400
2,006,353,090
0.5 Sisa belanja
0.8 Sisa belanja
Kaesulitan untuk
17.0 melaksanakan koord.
dg instansi terkait
Kaesulitan untuk
48.1 melaksanakan koord.
dg instansi terkait
0.1 Sisa belanja
20.69
90
REKAP LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN
KEADAAN : DESEMBER 2005
URAIAN KEGIATAN /
SUB KEGIATAN
2
NO
1
1 Pengemb. Sistem dan Profesi Pendidik
PAGU
DANA
3
BELANJA PEGAWAI
ALOK ANGG
REAL ANGG
4
5
BELANJA BARANG
ALOK ANGG
REAL ANGG
6
7
BELANJA MODAL
BELANJA BANTUAN SOS
JUMLAH
ALOK ANGG
REAL ANGG ALOK ANGG REAL ANGG ALOK ANGG
REAL ANGG
8
9
10
11
12
13
REALISASI (%)
KEU
FISIK
14
15
SISA
ANGGARAN
16
11,000,000,000
1,976,510,000
1,897,926,000
7,759,276,000
6,956,334,000
1,264,212,000
0
0
0
10,999,998,000
8,854,260,000
79.78%
90.20%
2,145,738,000
2 Pengendalian Program Diklat Tendik
24,000,000,000
1,934,075,000
257,720,000
12,119,725,000
10,203,301,500
9,946,200,000
6,080,664,000
0
0
24,000,000,000
16,541,685,500
68.92%
87.21%
7,458,314,500
3 Pengendalian Pendidik dan Tendik
19,000,000,000
1,616,690,000
1,410,190,000
16,913,310,000
13,778,139,000
470,000,000
0
0
0
19,000,000,000
15,188,329,000
80.06%
84.97%
3,811,671,000
4 Penghargaan & Perlindungan Hukum Bagi
21,000,000,000
1,986,875,000
1,925,875,000
16,613,125,000
16,334,547,365
1,800,000,000
1,688,035 600,000,000
0
21,000,000,000
18,262,110,400
86.96%
90.02%
2,737,889,600
19,000,000,000
1,832,540,000
1,499,280,000
4,006,620,000
2,386,598,500
13,160,840,000
7,632,951,000
0
0
19,000,000,000
11,518,829,500
60.88%
65.15%
7,481,170,500
6 Penyetaraan D II Guru SD
30,253,000,000
660,700,000
625,150,000
5,817,420,000
5,023,224,000
23,774,880,000
23,631,417,000
0
0
30,253,000,000
29,279,791,000
96.78%
98.75%
973,209,000
7 Pengembangan Profesi Pendidik & Tendik
35,144,000,000
9,203,500,000
7,486,300,000
23,547,900,000
19,622,453,350
2,392,600,000
1,650,000,000
0
0
35,144,000,000
28,758,753,350
81.83%
85.15%
6,385,246,650
8 Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Penjas
10,000,000,000
590,490,000
543,490,000
9,254,210,000
8,803,007,000
155,300,000
0
0
0
10,000,000,000
9,346,497,000
93.46%
98.45%
653,503,000
6,001,817,000
5,274,299,000
3,812,331,995
727,518,000
427,706,339
0
0
0
0
6,001,817,000
4,240,038,334
71.00%
89.00%
1,761,778,666
175,398,817,000
25,075,679,000
19,458,262,995
96,759,104,000
83,535,311,054
52,964,032,000
38,996,720,035 600,000,000
0
175,398,815,000
141,990,294,084
79.96%
87.66%
33,408,520,916
dan Tendik
Pend. dan Tendik
5 Program Peningkatan Mutu dan Profesionalisme
Guru
Penjas
9 Penyelenggaraan Kegiatan & Usaha Pendidik
dan Tendik
JUMLAH
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
91
LAPORAN DAYA SERAP KEUANGAN RUTIN/PEMBANGUNAN
LPMP SELURUH INDONESIA
TAHUN ANGGARAN 2005
NO
INSTANSI
DANA
REALISASI
SISA DANA
GURU BANTU
TOTAL
SUBSIDI
RUTIN/LAIN2
SISA DANA
1
LPMP JAKARTA
114,515,230,000
99,810,822,000
9,145,720,000
5,494,392,000
64,296,000
14,704,408,000
2
LPMP JAWA BARAT
311,849,048,000
263,766,334,960
40,690,009,000
2,327,824,000
5,064,880,040
48,082,713,040
3
LPMP JAWA TENGAH
312,552,325,000
269,969,057,600
40,989,053,116
-
1,594,214,284
42,583,267,400
4
LPMP YOGYAKARTA
54,764,739,000
46,158,016,575
5,083,260,000
261,764,000
3,261,698,425
8,606,722,425
5
LPMP JAWA TIMUR
301,933,145,000
255,205,255,698
46,693,416,190
48,000
34,425,112
46,727,889,302
6
LPMP BANTEN
118,355,880,000
94,506,398,000
23,491,482,000
1,290,451,305
632,303,465
23,849,482,000
7
LPMP BALI
42,872,602,000
29,413,917,400
7,303,420,000
4,591,664,000
1,563,600,600
13,458,684,600
8
LPMP NAD
60,311,382,000
33,089,087,286
6,715,080,000
-
-
27,222,294,714
9
LPMP SUMATERA UTARA
142,523,782,000
141,658,182,000
819,000,000
46,600,000
865,600,000
10
LPMP SUMATERA BARAT
84,361,190,000
72,529,194,000
11,831,996,000
-
-
11,831,996,000
11
LPMP SUMATERA SELATAN
95,482,250,000
78,213,830,217
16,033,425,000
-
1,234,994,783
17,268,419,783
12
LPMP JAMBI
44,483,449,000
36,420,832,225
6,716,000,000
517,972,000
828,644,775
8,062,616,775
13
LPMP BENGKULU
24,909,943,000
20,457,015,250
4,263,596,000
-
189,331,750
4,452,927,750
14
LPMP LAMPUNG
80,244,512,000
70,190,554,000
9,188,789,000
-
865,169,000
10,053,958,000
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
92
15
LPMP KEP BABEL
25,088,797,000
15,490,783,263
8,098,322,000
1,328,818,000
170,873,737
9,598,013,737
16
LPMP RIAU
66,098,025,000
58,098,025,000
6,579,840,000
-
-
8,000,000,000
17
LPMP KALBAR
46,736,945,000
39,840,451,634
3,505,373,000
387,624,000
3,003,496,366
6,896,493,366
18
LPMP KALSEL
45,505,798,000
24,547,561,000
4,173,120,000
-
-
20,958,237,000
19
LPMP KALTIM
38,657,000,000
27,760,949,754
7,792,400,000
1,522,574,000
1,581,076,246
10,896,050,246
20
LPMP KALTENG
40,619,317,000
35,299,642,643
3,080,160,000
-
-
5,319,674,357
21
LPMP SULAWESI UTARA
40,841,445,000
34,884,294,466
5,291,106,000
593,044,534
73,000,000
5,957,150,534
22
LPMP SULAWESI TENGGARA
41,303,265,000
25,702,602,000
3,597,200,000
-
-
15,600,663,000
23
LPMP SULAWESI SELATAN
104,524,513,000
97,632,189,700
2,959,615,150
3,932,708,150
6,892,323,300
24
LPMP SULAWESI TENGAH
46,889,297,000
35,502,471,584
4,683,271,950
1,992,910,925
4,710,642,541
11,386,825,416
25
LPMP GORONTALO
21,354,500,000
20,204,254,000
1,150,246,000
-
-
1,150,246,000
26
LPMP NTB
47,999,046,000
37,068,013,427
6,411,749,000
-
4,519,283,573
10,931,032,573
27
LPMP NTT
59,019,556,000
46,360,651,333
8,221,661,000
-
4,437,243,667
12,658,904,667
28
LPMP MALUKU
47,966,347,000
34,373,792,706
4,198,496,000
-
9,394,058,294
13,592,554,294
29
LPMP MALUKU UTARA
22,983,739,000
20,467,319,000
1,687,060,000
-
829,360,000
2,516,420,000
30
LPMP PAPUA
45,207,688,000
42,257,248,000
2,950,440,000
-
-
2,950,440,000
2,529,954,755,000
2,158,269,461,022
303,344,306,406
20,309,086,764
48,031,900,808
371,685,293,978
JUMLAH LPMP
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
93
LAPORAN DAYA SERAP KEUANGAN RUTIN/PEMBANGUNAN
PPPG SELURUH INDONESIA
TAHUN ANGGARAN 2005
NO
INSTANSI
DANA
REALISASI
PROSENTASI
SISA DANA
KEUANGAN
KET
FISIK
1
PPPG BAHASA JAKARTA
15,284,191,000
14,978,507,000
305,684,000
98.00
98.00
Bln Desember 2005
2
PPPG KEJURUAN JAKARTA
30,713,583,000
28,072,928,950
2,640,654,050
91.40
94.25
Bln Desember 2005
3
PPPG KEGURUAN JAKARTA
13,517,426,000
13,517,426,000
100.00
100.00
Bln Desember 2005
4
PPPG PERTANIAN CIANJUR
28,125,156,000
20,874,076,106
7,251,079,894
74.22
78.85
Bln Desember 2005
5
PPPG IPA BANDUNG
13,256,203,000
11,677,931,274
1,578,271,726
88.09
92.45
Bln Desember 2005
6
PPPG TERTULIS BANDUNG
17,898,337,000
17,898,337,000
100.00
100.00
Bln Desember 2005
7
PPPG TEKNOLOGI BANDUNG
35,144,435,000
26,139,912,691
9,004,522,309
74.38
94.89
Bln Desember 2005
8
PPPG MATEMATIKA YOGYA
13,821,715,000
13,047,224,479
774,490,521
94.40
96.85
Bln Desember 2005
9
PPPG KESENIAN YOGYA
28,656,233,000
22,089,452,292
6,566,780,708
77.08
78.54
Bln Desember 2005
10
PPPG IPS/PMP MALANG
24,025,373,000
22,455,963,000
1,569,410,000
93.47
94.05
Bln Desember 2005
11
PPPG TEKNOLOGI MALANG
30,241,761,000
29,476,501,000
765,260,000
97.47
97.47
Bln Desember 2005
12
PPPG TEKNOLOGI MEDAN
25,319,155,000
24,719,155,000
600,000,000
97.63
98.75
Bln Desember 2005
276,003,568,000
244,947,414,792
31,056,153,208
90.51
93.68
JUMLAH PPPG
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
-
-
94
BAB V
MASALAH DAN KENDALA
Dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan, Ditjen PMPTK
telah mencapai berbagai keberhasilan yang amat signifikan dan bermanfaat
untuk mendukung pencapaian tiga kebijakan pokok Depdiknas, yakni:
peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu,
relevansi, dan daya saing; serta peningkatan governance, akuntabilitas, dan
pencitraan publik.
Walaupun demikian, di samping berbagai keberhasilan
yang telah dicapai selama ini, Ditjen PMPTK juga menghadapi berbagai
masalah dan kendala dalam penyelenggaraan program-program dimaksud.
Masalah dan kendala tersebut dikelompokkan ke dalam 4 (empat)
aspek, yaitu (1) Pembentukan Organisasi, (2) Anggaran, (3) Sarana dan
Prasarana, dan (4) Ketenagaan. Berikut diuraikan masalah dan kendala untuk
setiap kelompok tersebut.
A. Pembentukan Organisasi
Pembentukan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) ditujukan untuk khusus menangani
peningkatan profesionalisme, kesejahteraan, dan perlindungan hukum bagi
pendidik dan tenaga kependidikan. Pembentukan Direktorat Jenderal ini
disahkan melalui Peraturan Presiden No. 9 tahun 2005 tentang kedudukan,
tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Negara RI.
Peraturan Presiden (Perpres) ini telah ditindaklanjuti dengan menerbitkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.8 tahun 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, yang ditetapkan pada tanggal 5 Juli 2005.
Penetapan organisasi dan tata kerja Ditjen PMPTK ini yang terjadi
beberapa bulan setelah tahun anggaran berjalan, pada kenyataannya
berdampak terhadap berbagai aspek baik secara administrasi maupun teknis.
Dampak tersebut terkait dengan anggaran, sarana dan prasarana, dan
ketenagaan.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
95
B. Anggaran
Pengelolaan keuangan negara diselenggarakan secara profesional,
terbuka, dan bertanggung jawab sesuai aturan pokok yang telah ditetapkan
dalam UUD 1945 pasal 23c, yang dituangkan dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara seperti : asas tahunan (mulai 1 Januari - 31
Desember ), asas universalitas, asas kesatuan, dan spesialis, maupun asasasas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah
yang baik), antara lain akuntabilitas berorientasi pada hasil, profesionalitas,
proporsionalitas, keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, dan
pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas mandiri. Keuangan
negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien,
ekonomis,
efektif,
transparan,dan
bertanggungjawab
dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Direktorat
Jenderal
Peningkatan
Mutu
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan mengikuti secara taat asas penerapan sistem baru dalam
penganggaran berbasis kinerja sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Sehubungan dengan asas tahunan dan penerapan sistem baru
penganggaran berbasis kinerja, masalah dan kendala yang besar adalah
tidak adanya pengusulan alokasi anggaran yang proporsional dan patut bagi
Direktorat Jenderal ini, apalagi mengingat pembentukannya yang baru
menjelang pertengahan tahun anggaran 2005. Dalam kenyataannya,
anggaran untuk Direktorat Jenderal ini bergantung pada alokasi anggaran
yang ada di 2 (dua) Direktorat lain yaitu (1) Direktorat Tenaga Kependidikan
dan (2) Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan NonFormal.
Kedua direktorat ini sebelumnya berada di bawah Direktorat Jenderal
Pendidikan dan Menengah, yang setelah dibentuknya Ditjen PMPTK berubah
nama menjadi Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Anggaran yang dimiliki oleh kedua direktorat tersebut tidak
memadai untuk mendukung operasionalisasi kedua direktorat lainnya-Direktorat Profesi Pendidik dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan
Pelatihan—di samping Sekretariat Direktorat Jenderal.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
96
Keterlambatan DIPA mempengaruhi implementasi dari beberapa
program yang direncanakan, baik yang sifatnya penundaan atau pembatalan.
Pengaruh tersebut akan sangat terasa khususnya pada kegiatan yang terkait
dengan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Gedung, dan pembangunan LPMP dan
PPPG serta BP-PLSP.
C. Sarana dan Prasarana
Masalah dan kendala terkait dengan sarana dan prasarana adalah
tidak tersedianya berbagai piranti keras dan lunak yang memadai untuk
masing-masing Direktorat dan Sekretariat Direktorat Jenderal pada saat
dibentuknya Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. Sebagai alternatif maka dipinjam beberapa ruang atau piranti
keras dan lunak yang dimiliki oleh unit utama lain termasuk Badan Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah, dan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Pengadaan kebutuhan dimaksud baru dapat dilaksanakan menjelang
akhir tahun setelah dilakukan pembicaraan dengan pihak Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang disetujui oleh Biro
Perlengkapan. Hasil yang diperoleh adalah diizinkannya penggunaan ruangruang kantor yang selama ini menjadi milik dari Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, maupun bagian dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Luar Sekolah.
D. Ketenagaan
Ketenagaan yang ada pada awal berdiri Direktorat Jenderal ini,
bersumber pada mereka yang berasal dari 2 (dua) direktorat yang sudah
berdiri
sebelumnya.
Pengembangan/pemekaran
direktorat
tenaga
kependidikan menjadi 3 (tiga) direktorat baru --Direktorat Profesi Pendidik,
Direktorat Tenaga Kependidikan, dan Direktorat Pembinaan Pendidikan dan
Pelatihan-berdampak
pada jumlah dan komposisi ketenagaan yang ada
tersebut.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
97
Selama 5 (lima) bulan pertama hingga November 2005, kedua
direktorat baru – Direktorat Profesi Pendidik dan Direktorat Pembinaan
Pendidikan dan Pelatihan – belum berjalan secara operasional sebagai suatu
sistem. Hal tersebut terkait dengan belum ditetapkannya Direktur dari kedua
Direktorat dimaksud. Keterlambatan penunjukan para direktur (eselon II) juga
berdampak kepada penentuan personil dari masing-masing direktorat yang
ada.
Hal yang perlu dipertimbangkan adalah terjadinya proses perpindahan
ketenagaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah lama
akibat restrukturisasi direktorat yang ada. Perpindahan tersebut hingga saat
ini belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan karena memerlukan
suatu proses pembahasan di antara kedua direktorat jenderal, yaitu Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
98
BAB VI
PERBAIKAN KEBIJAKAN KEDEPAN
A. Percepatan Fungsionalisasi Organisasi dan Peningkatan Kapasitas
Organisasi Ditjen PMPTK
Sejak ditetapkannya Ditjen PMPTK melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.8 tahun 2005 tanggal 5 Juli sampai akhir
Desember 2005, Ditjen ini mulai melaksanakannya fungsinya dengan
mengkoordinasikan berbagai program dan kegiatan yang semula berada
dibawah Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Dikdasmen.
Hal ini mengingat berbagai program dan kegiatan yang ada di Dittendik
akan direorganisasi dan direfungsionalisasi kedalam struktur Ditjen
PMPTK.
Pada tahun 2005 Ditjen PMPTK telah memiliki Dirjen, Sekditjen dan
empat Direktur. Namun demikian, baik sesditjen dan direktur belum
memiliki staf eselon 3 dan 4 yang definitip, sehingga didalam pelaksanaan
program dan kegiatannya didukung oleh staf eselon 3 dan 4 serta staf
Dittendik yang ada. Keadaan ini tentunya sangat tidak kondusif didalam
mendukung efektivitas kerja Ditjen PMPTK secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, sebagai langkah awal pada bulan Januari akan
dilakukan pembagian staf untuk masing-masing Direktorat dan Sekretariat
berdasarkan staf yang ada di lingkungan Dittendik. Bagi staf yang
potensial di lingkungan Dittendik akan di usulkan untuk mengisi jabatan
eselon di Ditjen PMPTK sesuai dengan kemampuan dan pengalamannya.
Sedangkan staf eselon 3 yang memenuhi persyaratan akan diusahakan
untuk dipromosikan ke eselon 2 dilingkungan Depdiknas.
Disamping
tenaga Ditendik yang ada, Ditjen PMPTK juga akan mengakomodir
berbagai tenaga yang akan melimpah dari unit-unit lain ke Ditjen PMPTK.
Pembenahan staf kedalam struktur yang ada dilingkungan Ditjen
PMPTK akan segera dilakukan dalam bulan Januari sehingga tidak
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
99
menghambat jalannya program dan kegiatan yang telah direncanakan dan
dirumuskan. Sekalipun penyediaan ruangan bagi 4 direktorat dan
sekretariat masih merupakan kendala, namun percepatan melakukan
staffing terhadap sekretariat dan 4 direktorat yang ada harus segera
dilakukan, sehingga dapat mempercepat konsolidasi program dan
kegiatan yang ada di masing-masing unit dilingkungan Ditjen PMPTK.
Sebagai organisasi yang baru dengan susunan staf yang baru,
tentunya perlu dilakukan berbagai kegiatan capacity building, baik berupa
pencerahan terhadap tugas dan fungsi organisasi, reorientasi nilai-nilai
kerja maupun kepada usaha peningkatan berbagai kemampuan di dalam
melaksanakan tugas organisasi. Kapasitas staf didalam berbagai aspek
pekerjaan seperti keuangan, teknologi informasi, manajemen meeting,
monitoring, evaluasi,
pelaporan dan publikasi akan dilakukan secara
periodik sehingga dapat mendukung terwujudnya organisasi yang
berkinerja tinggi. Oleh sebab itu berbagai kegiatan training, benchmarking
dengan beberapa negara berkembang dan maju dalam pengelolaan
tenaga pendidik dan kependidikan, studi lanjut bagi staf yang potensial
akan menjadi perhatian Ditjen PMPTK kedepan.
B. Percepatan Pelaksanaan Program dan Anggaran
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program Ditjen PMPTK
khususnya anggaran 2006, telah diusulkan pengangkatan 5 (lima) PUMK
di masing-masing sekretariat dan direktorat dilingkungan Ditjen PMPTK.
Pada masing-masing subdit di dilingkungan Direktorat akan memiliki
masing-masing 1 (satu) PUMK dan 1 (satu) untuk Subag Tata usaha.
Sedangkan pada masing-masing bagian dilingkungan sekretariat akan
memiliki 1 (satu) PUMK. Keseluruhan PUMK yang diusulkan ke
Sekretariat Jenderal diharapkan telah dapat dikeluarkan SK Menteri
tentang penunjukkan PUMK pada bulan Januari 2006.
Program dan kegiatan Ditjen PMPTK yang tertuang dalam DIPA
2006 akan segera di operasionalkan penganggarannya untuk mendukung
pelaksanaan berbagai pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
Oleh sebab itu penunjukkan PUMK dengan SK Mendiknas diharapkan
dapat segera diterima pada minggu pertama januari 2006. Untuk
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
100
menyamakan persepsi tentang tata cara pengelolaan keuangan, termasuk
mekanisme pengajuan anggaran, pertanggung jawaban dan pelaporan
keungan, akan dilakukan pertemuan antara sekretariat Ditjen PMPTK
dengan seluruh PUMK yang ada dilingkungan Ditjen PMPTK.
Para Direktur dan Sesditjen akan segera mengkoordinasikan
kegiatan yang akan dilakukan dengan para kasubdit dan PUMK, sehingga
dapat dibuat penjadwalan yang konkrit dan jelas terhadap semua kegiatan
yang akan
dilakukan
termasuk anggaran
yang diperlukan untuk
mendukung setiap kegiatan tersebut. Melalui cara ini diharapkan dapat
memantau secara periodik setiap kegiatan yang telah dan akan
dilaksanakan serta mengikuti perkembangan dayaserap anggaran yang
telah dicapai oleh masing-masing direktorat dan sekretariat.
C. Pengembangan
Sistem
Monitoring
dan
Evaluasi
yang
lebih
transparan dan Akuntabel
Perencanaan program dan kegiatan peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan merupakan titik awal dimulainya suatu tujuan yang
ingin dicapai, namun kontribusi pencapaian hasil sangat ditentukan oleh
proses pelaksanaannya. Sehubungan dengan itu perlu adanya langkah
pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan secara periodik dan
teratur agar keterlaksanaan program tetap “on the right track”, dan segera
dapat diantisipasi apabila terjadi kendala, permasalahan dan penyesuaian
kebijakan. Sedangkan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan
dilakukan secara internal oleh unit organisasi yang bersangkutan dan
ekseternal oleh lembaga independent. Dengan demikian diharapkan
obyektivitas pengukuran kinerja unit organisasi akan lebih mengemuka
dan dapat dipertanggunjawabkan serta dapat diketahui oleh pihak-pihak
yang terkait, relevan dan berkepentingan.
Sehubungan
dengan
pemahaman
tersebut
diatas,
system
monitoring dan evaluasi secara transparan dan akuntabel pada Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan perlu
dikembangkan.

Koordinasi perencanaan program – program setiap perencanaan tahun
anggaran dengan mengacu pada rencana strategis (lima tahun dan
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
101
tahapan pencapaian tiap tahun), dengan menyesuaikan dengan
kebijakan yang berkembang dalam peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan. Sinkronisasi program sangat diperlukan dengan
dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal Mutendik dengan Direktorat
Profesi Pendidik, Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Nonformal, Direktorat Pembinaan Pendidik
dan Pelatihan, PPPG dan LPMP. Perencanaan program-program yang
diajukan oleh masing-masing unit organisasi berdasarkan fakta-fakta
kebutuhan
secara
valid
dan
hasil
kajian
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.

Koordinasi perencanaan anggaran didasarkan pada prioitas programprogram strategis yang dapat menyentuh secara langsung dengan
cakupan meluas terhadap peningkatan kemampuan pendidik dan
tenaga kependidikan agar profesional di bidang tugasnya. Dan juga
memperhatikan peningkatan kesejahteraan dan perlindungan hukum
dalam menjalankan profesinya.

Perencanaan program, kegiatan dan anggaran merupakan komitmen
bersama dan menjadi tugas dan tanggungjawab masing-masing unit
organisasi untuk melaksanakannya secara konsisten dan terarah untuk
mencapai tujuan.

Laporan bulanan tentang pelaksanaan program, kegiatan dan
penyerapan anggaran dari setiap unit organisasi agar disampaikan
kepada Sekretariat Jenderal Mutendik untuk direkapitulasi dan analisis
perdiksi keberhasilannya.

Pengendalian pelaksanaan program, kegiatan dan penggunaan
anggaran dilakukan setiap semester melalui monitoring dan evaluasi,
yang hasilnya dikommparasikan rekapitulasi laporan bulanan, sehingga
dapat diprekdiksi kinerja unit organisasi yang melaksanakan program
dan kegiatan. Dari hasil ini sekaligus dapat diantisipasi bila terjadi
kendala atau permasalahan atau penyesuaian kebijakan.

Koordinasi untuk mengevaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan
penyerapan anggaran sangat perlu dilakukan oleh Sekretariat Ditjen
Muntendik, dengan melibat semua unit organisasi dibawahnya,
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
102
sekaligus untuk mengukur prestasi kinerja unit organisasi Sekretariat
Ditjen Mutendik, Direktorat dibawahnya, PPPG dan LPMP.
D. Peningkatan Koordinasi dan Sinkronisasi Program Antara Unit Utama
di lingkungan Depdiknas, Dinas Pendidikan Daerah, Asosiasi dan
Organisasi Profesi, dan Organisasi Masyarakat lainnya

Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Dikti dan LPTK diperlukan
terkait
dengan
kualifikasi,
kompetensi
pendidik
dan
tenaga
kependidikan dan upaya-upaya bersama yang perlu dilakukan untuk
mencapainya.

Koordinasi
dengan
Direktorat
Jenderal
Manajemen
Dikdasmen
diperlukan terkait dengan kebutuhan kuantitas pendidikan dan tenaga
kependidikan yang diperlukan, dan upaya bersama untuk penyebaran
dan distribusi secara merata sesuai dengan kebutuhan yang
diperlukan.

Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Dikti, LPTK dan Direktorat
Jenderal Manajemen Dikdasmen, terkait dengan “supply-demand”
pendidik dan tenaga kependidikan.

Koordinasi
dengan
Dinas
diperlukan
terkait
dengan
Pendidikan
Provinsi,
pembinaan
Kabupaten/Kota
pendidik
dan
tenaga
kependidikan yang mencakup hal sebagai berikut :
o Pemetaan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan
(perhitungan
kebutuhan, yang ada, kekurangan dan kelebihan).
o Perencanaan pemenuhan kekurangan dan realokasi kelebihan
pendidik
dan
tenaga
kependidikan
(tahapan
rekrutmen,
penempatan, dan penyebaran pemerataan)
o Fasilitasi seleksi atau rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan
(guru, pengawas sekolah, kepala sekolah, tenga administrasi
sekolah, pustakawan sekolah, laboran)
o Fasilitasi uji kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
o Fasilitasi peningkatan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
103
o Fasilitasi pembinaan dan pengembangan karir pendidik dan tenaga
kependidikan, berdasarkan evaluasi kinerja.
o Fasilitasi penghargaan dan perlindungan pendidik dan tenaga
kependidikan.

Koordinasi dengan Asosiasi dan Organisasi Profesi, dan organisasi
masyarakat lainnya, terkait dengan kebijakan pengembangan pendidik
dan tenaga kependidikan, dengan memperhatikan kritik, saran,
aspirasi, apresisiasi yang dikonstruksikan dengan kesepakatan dan
kesepahaman untuk saling mendukung kebijakan yang diambil oleh
pemerintah.
E. Peningkatan dan Perluasan Sosialisasi Kebijakan dan Program
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Kebijakan dan program-program peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas dalam
bentuk, seminar dan lokakarya, talk show di radio dan televisi, iklan
layanan masyarakat di radio, televisI dan media cetak, spanduk, baliho.
Layanan sumber informasi disediakan melalui media Web Site, EMail dan layan internet lainnnya agar dapat diakses oleh berbagai pihak
yang memerlukan dan yang akan memberikan kritik, saran dan masukan
baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
104
BAB VII
PENUTUP
Dalam masa kerja yang relatif singkat kurang dari satu tahun sejak
ditetapkan, Ditjen PMPTK, walaupun menghadapi sejumlah masalah dan
kendala, telah berhasil menjabarkan dan melaksanakan berbagai program
dengan strategi pelaksanaan, jenis-jenis kegiatan dan target-target yang
realistis untuk mewujudkan renstra Ditjen PMPTK Tahun 2005 - 2009. Dalam
penjabaran dan pelaksanaan program-program tersebut, Ditjen PMPTK
bergerak dalam kerangka tiga kebijakan pokok yaitu pemerataan dan
perluasan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan, dan
peningkatan
governance
dan
akuntabilitas
pengelolaan
pendidikan
sebagaimana tercakup dalam renstra pembangunan pendidikan nasional
tahun 2005 - 2009.
Sehubungan dengan kebijakan pokok perluasan dan pemerataan
pendidikan,
Ditjen
PMPTK
penyediaan
kekurangan
menitikberatkan
pendidik
melalui
program-program
program
guru
dalam
bantu,
dan
pembangunan berbagai lembaga yang terkait dengan profesi pendidik jalur
pendidikan formal dan pendidikan non-formal.
Dalam kaitan dengan kebijakan pokok peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan, program-program yang telah dilaksanakan dan diselesaikan oleh
Ditjen PMPTK dititikberatkan pada peningkatan kompetensi guru, peningkatan
kesejahteraan tenaga pendidik, penyusunan standar kompetensi bagi
pendidik
dan
tenaga
kependidikan
(P&TK),
revitalisasi
lembaga
pengembangan dan penataran guru serta lembaga penjaminan mutu
pendidikan, pemberian beasiswa dan rintisan pendidikan gelar untuk pamong
belajar, pemberdayaan berbagai kelompok kerja (guru, kepala sekolah
maupun pengawas), pengembangan model pembelajaran, serta studi
banding.
Kebijakan pokok peningkatan good governance dan akuntabilitas
pengelolaan pendidikan telah diwujudkan dalam program-program yang
menekankan kepada pendataan dan pengembangan sistem informasi
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
105
manajemen P&TK, pemantauan dan evaluasi berbagai program yang
dilaksanakan, pemberian bantuan hukum (advokasi) bagi guru, pelaksanaan
berbagai lomba, dan pemberian penghargaan bagi guru berprestasi maupun
guru yang berada di daerah terpencil, serta peringatan hari guru nasional.
Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun pertama merupakan dasar
berpijak yang lebih kuat bagi Ditjen PMPTK untuk melanjutkan pelaksanaan
program-program yang telah dicanangkan pada tahun-tahun berikutnya.
Keberhasilan yang dicapai pada tahun pertama ini sekaligus menjadi
barometer agar program-program pada masa yang akan datang akan dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien.
Apabila diperlukan, Ditjen PMPTK akan mengambil langkah-langkah
strategis baik berupa perubahan, penyesuaian dan pembaharuan dalam
rangka menjamin perwujudan tekad dalam melakukan peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan khususnya dalam mengantisipasi implikasi
adanya Undang-undang Guru dan Dosen yang telah disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai upaya mendudukkan pendidik sebagai
profesi, serta upaya terwujudnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
sebagai bekal untuk menjawab tantangan dalam kehidupan bermasyarakat,
bangsa dan negara di era persaingan global.
Laporan Pelaksanaan Program Ditjen PMPTK periode Tahun 2005, 3 Januari 2006
106
Download