Jurnal Iktiologi Indonesia, 12(1):73-82 Aplikasi pemberian taurin pada rotifer untuk pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis [The application of rotifers enriched with taurine for larvae of humpback grouper Cromileptes altivelis] Dedi Jusadi1,, Achmad Noerkhaerin Putra1, Muhammad Agus Suprayudi1, Deddy Yaniharto2, Yutaka Haga3 1 Departemen Budi Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB 2 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 3 Department of Marine Biosciences, Tokyo University of Marine Science and Technology Dep. Budi Daya Perairan, FPIK IPB Jln. Agatis Kampus IPB Dramga Surel: [email protected] Diterima: 11 Februari 2010; Disetujui: 08 Mei 2012 Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh rotifera yang diperkaya dengan taurin terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis. Percobaan pemberian pakan secara duplikasi dilakukan pada tangki fiber persegi panjang dengan kapasitas 1000 L air laut. Larva ikan yang baru menetas ditebar ke dalam tangki dengan kepadatan 10 ekor.L-1 dan dipelihara selama 16 hari. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan tiga jenis rotifera, yakni rotifera yang diambil dari kultur massal (kontrol), serta rotifera yang diperkaya dengan 0 atau 0,5 g taurin per 10 L media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa larva ikan yang diberi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 g taurin secara signifikan memiliki nilai kelangsungan hidup (58,4%), nisbah RNA/DNA (0,2), serta panjang total (5,86 mm) tertinggi. Nilai kelangsungan hidup, nisbah RNA/DNA, serta panjang total ikan pada perlakuan kontrol dan 0 g taurin masing-masing sebesar 17,6% dan 33,6%; 0,1 dan 0,15; 5,43 mm dan 5,70 mm. Ditemukan pula bahwa larva ikan lebih banyak mengkonsumsi rotifera yang diperkaya dengan 0,5 g taurin dibanding perlakuan lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan larva ikan kerapu bebek secara signifikan meningkat dengan mengkonsumsi rotifer yang diperkaya dengan taurin. Kata kunci: kerapu bebek, larva, rotifer, taurin. Abstract This experiment was performed to evaluate the effect of rotifers enriched with taurine on the growth and survival rate of larval humpback grouper Cromileptes altivelis. A duplicate feeding experiment was conducted in 1000 L rectangular fiberglass tanks supplied with seawater. Hatched-larvae were stocked into the tanks at a density of 10 ind. L-1 and cultured for 16 days. Larvae were fed on rotifers either from mass culture (control), or enriched with 0 and 0.5 g taurine in 10 L culture medium, respectively. Results shows that larvae fed on rotifers enriched with 0.5 g taurine significantly had the highest survival rate (58.4%), ratio of RNA/DNA (0.2), and total length (5.86 mm). The survival rate, ratio of RNA/DNA, and total length for fish in control and 0 taurine treatments were 17.6% and 33.6%; 0.1 and 0.15; 5.43 mm and 5.70 mm, respectively. It was also found that larvae consumed more rotifers when enriched with 0.5 taurine. These results suggest that the larval growth of humpback grouper was significantly improved by the feeding of rotifers enriched with taurine. Keywords: grouper, larvae, rotifers, taurine. bebek yang berhasil dicapai sekitar 10%. Tingkat Pendahuluan Pembenihan kerapu bebek (Cromileptes kematian larva kerapu bebek yang cukup besar altivelis), umumnya dihadapkan pada permasa- terjadi pada saat larva kerapu bebek berumur 2 lahan rendahnya kelangsungan hidup larva pada sampai 20 hari (D.2-D.20). Pada bulan Oktober saat stadia awal pemangsaan. Sebagai contoh pa- 2007, di BBPBL Lampung tingkat mortalitas lar- da bulan April-Oktober 2007 di Balai Besar Pe- va kerapu bebek pada umur D.2-D.20 mencapai ngembangan Budi Daya Laut (BBPBL) Lam- 90%. Dengan tanpa mengabaikan aspek teknik pung, tingkat kelangsungan hidup benih kerapu budi daya, kematian larva kerapu bebek yang cu- Masyarakat Iktiologi Indonesia Pengayaan taurin pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis kup besar pada stadia ini (D.2-D.20), diduga sa- seperti taurin yang terkandung dalam rotifera lah satunya diakibatkan tidak tercukupinya kebu- cukup rendah. Menurut Takeuchi (2001), kan- tuhan nutrien larva dari pakan yang diberikan. dungan taurin yang terdapat dalam rotifera relatif Untuk itu, fokus peningkatan nutrien pada stadia rendah yaitu 0,8-1,8 mg 100 g-1, padahal asam ini perlu dilakukan agar tingkat kelangsungan amino non esensial sangat dibutuhkan oleh ikan. hidup larva kerapu bebek meningkat. Pada stadia ini, pakan yang diberikan adalah rotifera. Taurin memiliki peranan yang cukup penting dalam proses fisiologis dan fungsi-fungsi Salah satu upaya yang pernah dilakukan metabolisme meliputi konjugasi asam empedu untuk meningkatkan kelangsungan hidup kerapu (membantu penyerapan lemak dalam saluran bebek adalah pengayaan rotifera dengan bebera- pencernaan), stabilisasi membran, dan osmoregu- pa pakan komersial, seperti fripak booster, te- lasi (Birdsall, 1998). Takeuchi (2001) menyam- pung telur ikan, super rotifera (Maha et al., paikan bahwa taurin sebagai elemen esensial ti- 1999), mampu meningkatkan sintasan larva kera- dak hanya dibutuhkan untuk pertumbuhan tetapi pu bebek sebesar 5,27%; pengayaan rotifera de- juga untuk kebiasaan hidup pada ikan japanese ngan minyak ikan cod (Febriani, 1999), hanya flounder. Hasil penelitian Chen et al. (2004 dan mampu meningkatkan sintasan kerapu bebek se- 2005) pada larva red sea bream dan japanese besar 2,4%; penga-yaan rotifera dengan menggu- flounder memperlihatkan bahwa pemberian roti- nakan asam lemak esensial (Suwirya et al., fera yang diperkaya dengan taurine dapat me- 2001), mampu meningkatkan sintasan larva kera- ningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hi- pu bebek sebesar 24,97%; dan pengayaan rotifera dup. Pada stadia awal kerapu bebek, organ tubuh dengan menggunakan β karoten (Indah, 2001), dan organ pencernaan belum terbentuk secara mampu meningkatkan sintasan kerapu bebek se- sempurna sehingga dibutuhkan nutrien yang da- besar 48,9%. Ternyata upayaupaya tersebut be- pat secara langsung diserap oleh tubuh. Taurin lum dapat meningkatkan tingkat kelangsungan merupakan asam amino bebas yang langsung da- hidup larva ke-rapu bebek pada stadia D.2-D.20 pat diserap larva. Dengan demikian, peningkatan secara berarti. Salah satu upaya yang belum dila- kadar asam amino bebas dalam pakan, selain me- kukan untuk meningkatkan tingkat kelangsungan miliki fungsi konjugasi asam empedu, stabilisasi hidup larva kerapu bebek adalah pengayaan roti- membran dan osmoregulasi, dapat diartikan juga fera dengan menggunakan asam amino bebas. sebagai upaya untuk meningkatan ketersediaan Kelemahan rotifera yang diberikan selama nutrien yang mudah diserap oleh tubuh larva. ini adalah memiliki kandungan asam lemak esen- Ruchyani (2006) dan Aristyani (2006) menyam- sial terutama DHA docosaheaxaenoic acid paikan bahwa pengayaan rotifera dengan meng- (22:6n-3) yang rendah. Menurut Dhert (1996), gunakan taurin dapat meningkatkan kelangsung- kandungan asam lemak DHA yang terdapat pada an hidup dan mempercepat proses perkembangan rotifera yang diperkaya dengan Nannochloropsis stadia larva udang vaname. Oleh karena itu, pe- adalah 2,2%. Jumlah ini diduga tidak memenuhi ningkatan kadar asam amino bebas melalui pe- kebutuhan larva sehingga diperlukan bahan lain ngayaan rotifera dengan menggunakan taurin untuk meningkatkan kandungan DHA dalam ro- perlu dilakukan untuk meningkatkan tingkat ke- tifera. Selain itu juga, asam amino non esensial langsungan hidup larva. 74 Jurnal Iktiologi Indonesia Jusadi et al. Bahan dan metode Perlakuan 0,5 taurin: rotifera yang diperkaya de- Pemeliharaan larva ngan 0,5 g taurin per 10 liter media pengaya Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Selama pemeliharaan, mulai dari D.1 Pengembangan Budi Daya Laut Lampung, Desa sampai dengan D.16, diberikan minyak ikan de- Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten ngan dosis 0,5 ml pada permukaan air, dengan Lampung Selatan. Wadah yang digunakan untuk frekuensi pemberian 3 kali dalam sehari. Pembe- pemeliharaan larva adalah bak fibreglass berben- rian pertama dilakukan pada pukul 06.00, pem- tuk persegi panjang dengan volume 1 ton. Sebe- berian ke-2 dilakukan pukul 14.00 dan pemberi- lum digunakan, wadah pemeliharaan dibersihkan an ke-3 dilakukan malam hari yaitu pukul 22.00. terlebih dahulu dengan kaporit. Setelah itu dibi- Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan las dengan air bersih dan dibiarkan selama satu melakukan penggantian air. Pada saat larva ber- hari. Wadah pemeliharaan larva diberi aerasi me- umur D.1-D.7 tidak dilakukan penggantian air. lalui selang aerasi yang diberi batu aerasi, timah Pada saat larva berumur D.8, air dalam bak di- pemberat dan regulator yang sudah dibersihkan. buang sebanyak 10-15% dengan menggunakan Larva yang digunakan berasal dari induk pipa paralon ukuran 0,75 inci yang telah diberi kerapu fenotip 1 dengan jumlah induk sebanyak lubang dan diselimuti kasa halus. Selanjutnya 42 ekor yang tediri atas 6 jantan dan 24 betina. bak diisi kembali dengan menggunakan air laut Penebaran larva dilakukan pada tanggal 13 Sep- yang sudah difilter sampai volume semula. Data tember 2007, larva kerapu yang baru menetas kisaran kualitas air pada media pemeliharaan lar- (D.0), ditebar ke dalam enam wadah pemelihara- va kerapu bebek tertera dalam Tabel 1. an dengan kepadatan 10 ekor/liter. Setelah larva Larva dipelihara dengan pemberian pakan berumur 3 hari (D.3), larva diberi pakan rotifera rotifera sampai D.16, yaitu sebelum fase naupli dengan perlakuan yang berbeda, yaitu: Artemia diberikan pada larva sesuai dengan pro- Perlakuan kontrol: rotifera yang langsung diam- sedur operasional baku di hatchery. Setelah men- bil dari kultur massal (tanpa pengayaan) capai D.16 masa pemeliharaan, dilakukan panen Perlakuan 0 taurin: rotifera yang diperkaya de- dan penghitungan jumlah larva (Tabel 2). ngan 0 g taurin per 10 liter media pengaya Tabel 1. Kisaran parameter fisik-kimiawi air pemeliharaan larva kerapu bebek yang diukur selama penelitian Perlakuan No Parameter 1 Suhu (oC) 2 Salinitas -1 Kontrol 0 Taurin 0,5 Taurin 28,3-29,8 28,7-29,9 28,5-29,8 29,3-31 30-31 29,3-31 3 Oksigen terlarut (mg L ) 3,06-5,52 2,94-6,15 2,65-5,95 4 pH 7,69-8,09 7,69-8,053 7,69-8,084 0,098-0,172 0,045-0,18 0,024-0,163 5 -1 NH3 (mg L ) Volume 12 Nomor 1, Juni 2012 75 Pengayaan taurin pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis Tabel 2. Skema pemberian pakan larva kerapu bebek Hari Pakan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Nannochloropsis Rotifera Pakan dan pemberian pakan ai dengan masing-masing perlakuan) dima- Nannochloropsis. Nannochloropsis yang sukkan dalam 200 ml air untuk diemulsikan berasal dari kultur skala massal, ditampung ke dalam tandon penampungan yang terbuat dari be- dengan blender 3-5 menit. c. Campuran bahan pengaya itu tersebut dima- ton dengan volume 5 ton. Pada umur larva D.1, sukkan ke dalam wadah pengayaan yang Nannochloropsis mulai diberikan dengan kepa- berisi rotifera. Rotifera diperkaya selama 2-4 datan 5 x 105 sel/ ml. Selanjutnya Nannochlorop- jam, kemudian rotifera disaring dengan sis ini diberikan sampai larva berumur D.20. Pa- menggunakan plankton net berukuran 30 µm da saat pemeliharaan, terutama saat rotifera mu- untuk selanjutnya diberikan pada larva kera- lai masuk (D.3-D.16) kepadatan Nannochlorop- pu bebek. 5 -1 Pada saat rotifera mulai diberikan (D.3- 5 -1 pada saat cuaca mendung atau 5 x 10 sel ml D.16) dilakukan penghitungan jumlah rotifera pada saat cuaca cerah. dalam setiap media pemeliharaan. Penghitungan sis dipertahankan pada kisaran 4 x 10 sel ml Rotifera. Rotifera yang diberikan sebagai jumlah rotifera dilakukan sebanyak dua kali da- pakan adalah rotifera dari kultur skala massal. lam sehari yaitu siang dan sore hari. Penghitung- Sebelum diberikan pada larva, kepadatan rotifera an dilakukan dengan mengambil 240 ml air dari dihitung kemudian diperkaya atau diberikan setiap media pemeliharaan, kemudian diambil 1 langsung pada larva sesuai dengan perlakuan. ml dan dihitung jumlah rotifera yang terkandung Rotifera diberikan pada saat umur larva D.3 yaitu di dalamnya di bawah mikroskop. saat cadangan kuning telur pada larva sudah terserap habis. Kepadatan rotifera yang diberikan -1 Analisis statistik adalah 1 ind.ml saat umur larva D.3-D.6 dan 5 Rancangan yang digunakan dalam peneli- ind.ml-1 saat umur larva D.7-D.16 dengan freku- tian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) ensi pemberian pakan dua kali dalam sehari yaitu menggunakan tiga perlakuan dengan dua kali pada saat pagi hari sekitar jam 08.00 WIB dan si- ulangan untuk setiap perlakuan. Selanjutnya dila- ang hari pukul 14.00 WIB. kukan uji BNT pada taraf 5% terhadap parameter Adapun prosedur pengayaan rotifera dila- kelangsungan hidup dan panjang larva untuk kukan dengan cara sebagai berikut: mengetahui apakah pengaruh perlakuan memiliki a. perbedaan nyata. Rotifera yang berasal dari kultur massal ditebar dalam wadah kapasitas 20 L dengan kepadatan 500 ind.ml-1. b. 76 Parameter uji Untuk 10 l media, berbagai jenis pengaya Untuk mengetahui keberhasilan pemberi- terdiri atas 0,5 ml minyak ikan; 0,1 g kuning an perlakuan terhadap larva kerapu, parameter uji telur; 0,25 g ragi roti serta 0,5 g taurin (sesu- yang dievaluasi meliputi tingkat kelangsungan Jurnal Iktiologi Indonesia Jusadi et al. hidup, panjang total larva ikan, jumlah rotifera gor. Analisis taurin dilakukan dengan metode dalam tubuh larva ikan, serta analisis pertumbuh- yang telah dijelaskan oleh Matsunari et al. an dengan menghitung nisbah RNA/ DNA. (2005) di Tokyo University of Marine Science Pengukuran panjang larva dilakukan pada and Technology saat panen, pengukuran ini dilakukan dengan Pengambilan contoh rotifera untuk keper- mengambil lima ekor larva dari setiap perlakuan, luan analisis (kadar air, kandungan lemak, pro- kemudian dengan menggunakan mikrometer di- tein dan taurin) diambil setiap hari sebanyak 1-3 ukur di bawah mikroskop mulai dari ujung mulut sendok makan kemudian disimpan dalam lemari larva sampai ujung ekor. pembeku; sedangkan untuk larva kerapu bebek, Penghitungan konsumsi rotifera pada tu- diambil sebanyak 5-10 g larva pada saat awal buh larva dimulai saat larva berumur D.3 sampai penelitian dan 5-10 g ekor larva di akhir peneli- larva berumur D.16. Penghitungan ini dilakukan tian. Contoh dimasukkan dalam plastik dan di- sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pada saat si- simpan dalam lemari pembeku sampai kemudian ang dan sore hari. Larva diambil dari setiap me- dilakukan analisis. dia pemeliharaan dan diletakkan di atas gelas objek, kemudian tutup gelas obyek diletakkan di Hasil atas larva dan ditekan secara perlahan. Selanjut- Hasil analisis kandungan lemak dan pro- nya larva diamati dan jumlah rotifera dihitung di tein dari rotifera dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil bawah mikroskop. Contoh yang diambil seba- penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nyak lima ekor setiap ulangan. kandungan lemak dan protein antara perlakuan Prosedur yang digunakan dalam menghi- kontrol dengan perlakuan 0 taurin dan 0,5 taurin. tung nisbah RNA/DNA adalah prosedur “pure- Peningkatan kandungan lemak rotifera pada per- gene” dan “manual”. Analisis pertumbuhan nis- lakuan 0 taurin dan 0,5 taurin disebabkan oleh bah RNA/DNA pada larva kerapu dilakukan di penambahan minyak ikan ke dalam media pe- Laboratorium Genetika Ikan, Departemen Budi ngaya. Peningkatan kandungan protein pada per- Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Ke- lakuan 0 taurin dan 0,5 taurin disebabkan oleh lautan, Institut Pertanian Bogor. Untuk keperluan penambahan minyak ikan dan taurin ke dalam analisis, 5-10 g larva di akhir penelitian dimasuk- media pengaya. Kandungan taurin rotifera pada kan dalam plastik dan disimpan dalam lemari perlakuan kontrol dan 0 taurin hampir sama ren- pembeku. dahnya, sedangkan pada perlakuan 0,5 taurin tiga setengah kali lipat lebih tinggi daripada ke dua Analisis kimiawi perlakuan tersebut. Sama halnya dengan pola pa- Analisis kimiawi dilakukan terhadap roti- da rotifera, kandungan taurin di tubuh larva per- fera. Rotifera (awal dan setelah pengayaan) dia- lakuan 0,5 taurin juga lebih tinggi daripada dua nalisis kadar air, kandungan lemak, protein dan perlakuan lainnya. Keadaan ini mengindikasikan taurin. Analisis kadar air, kandungan lemak dan bahwa taurin dapat diserap oleh rotifera dalam protein dilakukan berdasarkan prosedur Takeuchi proses pengayaan, serta dapat dikonsumsi dan (1988) dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, terakumulasi dalam tubuh larva ikan. Departemen Budi Daya Perairan, Fakultas Peri- Data mengenai kelangsungan hidup kera- kanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bo- pu bebek dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil pe- Volume 12 Nomor 1, Juni 2012 77 Pengayaan taurin pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis nelitian memperlihatkan bahwa perlakuan kon- Data jumlah konsumsi rotifera oleh larva trol memiliki kelangsungan hidup 17,6±2,1%, kerapu bebek disajikan dalam bentuk grafik pada perlakuan 0 taurin memiliki kelangsungan hidup Gambar 3 dan Gambar 4. Hasil penelitian me- 33,6±2,0% dan perlakuan 0,5 taurin memiliki ke- nunjukkan, baik pada saat konsumsi rotifera pada langsungan hidup 58,4±2,3%. Pengayaan rotifera pagi hari (pukul 10.00) maupun saat sore hari dengan menggunakan taurin pada perlakuan 0,5 (pukul 16.00), perlakuan 0,5 taurin memiliki ra- taurin menghasilkan tingkat kelangsungan hidup ta-rata jumlah konsumsi rotifera terbesar untuk yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua setiap harinya, kemudian diikuti oleh perlakuan 0 perlakuan lainnya. taurin dan kontrol. Semakin bertambahnya umur Untuk menentukan laju pertumbuhan lar- larva akan diikuti dengan bertambahnya jumlah va dilakukan analisis RNA/DNA dan pengukuran rotifera yang dikonsumsi. Secara keseluruhan un- panjang akhir larva. Hasil penelitian menggam- tuk setiap harinya, jumlah konsumsi rotifera pada barkan perlakuan kontrol, 0 taurin dan 0,5 taurin saat pagi hari lebih kecil jika dibandingkan de- memiliki nilai nisbah RNA/DNA masing-masing ngan sore hari. 0,1; 0,15; dan 0,2. Pengayaan rotifera dengan menggunakan taurin pada perlakuan 0,5 taurin Pembahasan menghasilkan nisbah RNA/DNA yang lebih ting- Peningkatan tingkat kelangsungan hidup gi jika dibandingkan dengan dua perlakuan lain- dan pertumbuhan pada perlakuan 0 taurin dise- nya. Hal ini menegaskan bahwa larva kerapu be- babkan oleh terpenuhinya kebutuhan larva akan bek pada perlakuan 0,5 taurin memiliki pertum- asam lemak yang berasal dari bahan pengaya mi- buhan yang lebih baik. nyak ikan. Lemak disamping berfungsi sebagai Panjang akhir rata-rata kerapu bebek da- sumber energi (8-9 kal g-1), juga penting sebagai pat dilihat pada pada Gambar 2. Hasil penelitian sumber asam lemak esensial. Kandungan n3- menampilkan perlakuan kontrol memiliki pan- HUFA (EPA dan DHA) dalam pakan alami me- jang rata-rata 5,43±0,057 mm, perlakuan 0 taurin rupakan faktor paling menentukan nilai nutrisi memiliki panjang rata-rata 5,70±0,086 mm dan pakan untuk larva ikan yang berasal dari laut. perlakuan 0,5 taurin memiliki panjang rata-rata Hal ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan 5,86±0,057 mm. Dari gambar tersebut terlihat ikan yang berasal dari laut untuk melakukan bio- bahwa pemberian taurin juga bisa meningkatkan konversi asam linoleat (18:2n-6) dan linolenat pertumbuhan panjang larva ikan. (18:3n-3) menjadi 20:4n-6 dan n3-HUFA (Tocher, 2003). Tabel 3. Kandungan lemak, protein dan taurin rotifera, serta kandungan taurin pada larva ikan (bobot kering) Nutrien Rotifer: -Lemak (%) -Protein (%) -Taurin (mg/100 g) Larva ikan: -Taurin (mg/100 g) 78 Kontrol Perlakuan 0 Taurin 0,5 Taurin 7,6 46,4 77,7 13,3 52 86,2 14,4 68,5 318,1 237,0 291,7 1326,1 Jurnal Iktiologi Indonesia Jusadi et al. Kelangsungan hidup (%) 70 c 60 50 b 40 30 a 20 10 0 Kontrol 0 taurin 0,5 taurin Perlakuan Panjang (mm) Gambar 1. Kelangsungan hidup larva kerapu bebek setelah dipelihara selama 16 hari. Huruf yang berbeda di setiap batang menyatakan nilai rata-rata yang berbeda nyata (p<0,05) 6 5,9 5,8 5,7 5,6 5,5 5,4 5,3 5,2 5,1 5 b a a Kontrol 0 taurin 0,5 taurin Perlakuan Gambar 2. Panjang akhir larva kerapu bebek setelah dipelihara selama 16 hari. Huruf yang berbeda di dalam setiap batang menyatakan nilai rata-rata yang berbeda nyata (p<0,05) Rotifera dalam larva (ekor) 50 45 40 35 30 25 20 Kontrol 15 0 taurin 10 0,5 taurin 5 0 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Umur larva (hari) 13 14 15 16 Gambar 3. Jumlah konsumsi rotifera oleh larva pada saat pagi hari Volume 12 Nomor 1, Juni 2012 79 Pengayaan taurin pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis Rotifera dalam larva (ekor) 45 40 35 30 25 20 kontrol 15 10 0 taurin 5 0 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Umur larva (hari) Gambar 4. Jumlah konsumsi rotifera oleh larva pada saat sore hari Hasil penelitian ini didukung oleh bebera- jukkan dengan nilai kelangsungan hidup dan per- pa laporan penelitian pada ikan laut bahwa keku- tumbuhan (nisbah RNA/DNA dan panjang akhir) rangan asam lemak esensial (khususnya DHA) larva kerapu bebek yang tertinggi terdapat pada mengakibatkan perlakuan 0,5 taurin. terhambatnya perkembangan fungsional otak dan mata, serta pertumbuhan Nilai kelangsungan hidup dan pertumbuh- yang lambat larva gilthead seabream Sparus au- an yang tinggi ini pada perlakuan 0,5 taurin ber- rata (Benítez-Santana et al., 2007). Sejalan de- kaitan dengan tingginya asam amino bebas yang ngan itu, Matsunari et al. (2012) melaporkan berasal dari taurin. Menurut Huxtable (1992), bahwa rotifera yang diperkaya dengan DHA taurin merupakan golongan β-asam amino yang mampu meningkatkan pertumbuhan, kelangsung- mengandung gugus sulfur, banyak terdapat di an hidup dan volume gelembung renang larva dalam ruang antar sel di otak, retina, hati, ginjal, amberjack Seriola dumerili. Wu et al. (2002) me- jantung, dan otot hewan bertulang belakang. laporkan bahwa DHA lebih superior daripada Taurin ini berperan sebagai neurotransmitter di EPA bagi benih ikan kerapu Epinephelus mala- dalam sistem saraf pusat. Menurut Kim et al. baricus. Hal ini dicirikan dengan terjadinya pe- (2003) taurin merupakan osmoyte organic yang ningkatan pertumbuhan ikan ketika nisbah penting dalam otak dan ginjal serta memiliki DHA/EPA lebih dari satu. Sementara kebutuhan konstribusi yang penting dalam pengaturan volu- asam lemak (n-3 HUFA) untuk yuwana kerapu me sel, khususnya dalam menghadapi perubahan bebek adalah 1,4% (Suwirya et al., 2001). tekanan osmotik, sehingga stabilitas membran sel Pengayaan rotifera dengan menggunakan terjaga. asam lemak (minyak ikan) telah mampu mening- Fungsi metabolisme dari taurin meliputi katkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan lar- konjugasi asam empedu, detoksifikasi, stabilisasi va kerapu bebek. Tingkat kelangsungan hidup membran dan osmoregulasi (Birdsall, 1998). Da- dan pertumbuhan larva kerapu bebek dapat di- lam kaitannya sebagai sumber energi, pada larva tingkatkan lagi melalui penambahan asam amino ikan laut, tingkat penyerapan asam amino bebas bebas taurin pada media pengaya. Hal ini ditun- lebih besar daripada penyerapan protein (Ron- 80 Jurnal Iktiologi Indonesia Jusadi et al. nested, 1999). Hal ini disebabkan asam amino Daftar Pustaka bebas dapat langsung diserap sebagai sumber Aristyani D. 2006. Aplikasi pemberian asam amino bebas pada larva kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur. Departemen Budi daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan) energi dan tidak membutuhkan enzim untuk memecah ikatan peptida. Taurin telah menyumbang energi yang sesuai dan telah membantu penyerapan lemak pada saluran pencernaan larva sehingga pertumbuhan larva yang ditunjukkan oleh nilai nisbah RNA/DNA dan panjang total tubuh larva akhir pada perlakuan 0,5 taurin lebih besar daripada perlakuan kontrol yang diberi pakan rotifera dengan tanpa bahan pengaya dan perlakuan 0 taurin yang hanya diperkaya oleh minyak ikan, ragi roti dan kuning telur. Jumlah konsumsi rotifera terbesar pada pagi dan sore hari berturut-turut terdapat pada perlakuan 0,5 taurin (rotifera dengan bahan pengaya taurin, minyak ikan, ragi roti dan kuning telur), kemudian disusul perlakuan 0 taurin (rotifera dengan bahan pengaya minyak ikan, ragi roti dan kuning telur) dan yang terakhir perlakuan kontrol (rotifera tanpa bahan pengaya). Secara umum, baik pada pagi hari maupun sore hari, semakin bertambahnya umur larva maka akan diikuti dengan semakin besar pula konsumsi rotifera. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan yang semakin meningkat akan diikuti dengan meningkatnya laju metabolisme tubuh karena kebutuhan tubuh akan nutrisi semakin besar sehingga konsumsi rotifera akan semakin tinggi. Pertumbuhan yang lebih baik dan terpenuhinya kebutuhan energi pada perlakuan 0,5 taurin telah meningkatkan konsumsi rotifera oleh larva, baik pada saat pagi maupun sore hari. Simpulan Pemberian taurin pada media pengaya rotifera dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva kerapu bebek. Volume 12 Nomor 1, Juni 2012 Benítez-Santana T, Masuda R, Juárez Carrillo E, Ganuza E, Valencia A, Hernández-Cruz CM, Izquierdo MS. 2007. Dietary n-3 HUFA deficiency induces a reduced visual response in gilthead seabream Sparus aurata larvae. Aquaculture, 264:408-417. Birdsall Tc. 1998 Therapeutic application of taurine. www.Thorne.com/altmedrey/fulltext/ taurine3-2.html. Chen J, Takeuchi T, Takahashi M, Tomoda T, Koisho M, Kuwada H. 2004. Effect of rotifers enriched with taurine on growth and survival activity of red sea bream Pangrus major Larvae. Nippon Suisan Gakkaishi, 70:542-547. Chen J, Takeuchi T, Takahashi T, Tomoda T, Koiso M, Kuwada H. 2005. Effect of rotifers enriched with taurine on growth in larvae of Japanese flonder Paralichtyus olivaceus. Nippon Suisan Gakkaishi, 71:342347. Dhert P. 1996. Rotifera. In: Leavens P & Sorgeloos P (eds.). Manual on the production and use of live food for aquaculture. Laboratory of Aquaculture & Artemia Refference Center. University of Gent. Belgium. pp. 49-77. Febriani D. 1999. Pengaruh pengayaan rotifera, Brachionus retundiformis dengan minyak ikan cod pada konsentrasi yang berbeda terhadap kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek. Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur. Departemen Budi Daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan) Huxtable RJ. 1992. Phisiology action of taurine. Departement of Pharmacology, University of Arizona Collage of Medicine, Tucson, Arizona, pp.101-163. Indah D. 2001. Pengaruh pemberian rotifera Brachionus sp. yang diperkaya dengan beta karoten terhadap kelangsungan hidup larva kerapu bebek Cromileptes altivelis. Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur. Departemen Budi Daya Perairan. 81 Pengayaan taurin pakan larva ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan) Kim S-K, Takeuchi T, Masahito Y, Yuko M. 2003. Effect of dietary supplementation with taurin, β-alanin and GABA on the growth of juvenile and fingerling Japanese flounder Paralichthys olivaceus. Fisheries Science, 69: 242-248. Maha SK, Ismi S, Wardoyo, Hutapea JH. 1999. Pengaruh pengayaan rotifera dengan beberapa pakan komersial terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 5:1-11. Matsunari H. Takeuchi T, Takahashi M, Mushiake K. 2005. Effect of dietary taurine supplementation on growth performance of yellowtail juveniles Seriola quinqueradiata. Fisheries Science, 71:1131-1135. Matsunari H, Hashimoto H, Oda K, Masuda Y, Imaizumi H, Teruya K, Furuita H, Yamamoto T, Hamada K, Mushiake K. 2012. Effects of docosahexaenoic acid on growth, survival and swim bladder inflation of larval amberjack (Seriola dumerili, Risso). Aquaculture Research,. Ronnested I, Thorsen A, Finn RN. 1999. Fish larval nutrition: A review of recent advances in the roles of amino acids. Aquaculture, 177: 210-216. Ruchyani S. 2006. Pengaruh rotifera yang diperkaya dengan taurine pada kadar yang ber- 82 beda terhadap kelangsungan hidup stadia larva vaname. Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen Akuakultur. Departemen Budi daya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan) Suwirya K, Giri NA, Marzuqi M. 2001. Pengaruh n-3 HUFA terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan yuwana ikan kerapu bebek, Cromileptes altivelis. In: Sudradjat A, Heruwati ES, Poernomo A, Rukyani A, Widodo J, Danakusuma E (Editors). Teknologi budi daya laut dan pengembangan sea farming di Indonesia. Depertemen Kelautan dan Perikanan. pp 201-206. Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrients. In: Watanabe T (editor). Fish nutrition and mariculture. Kanagawa International Fisheries Training Centre. JICA. Takeuchi T. 2001. A review of feed development for early life stages of marine finfish in Japan. Aquaculture, 200:203-222. Tocher DR. 2003. Metabolism and functions of lipids and fatty acids in teleost fish. Reviews in Fisheries Science, 11:107-184. Wu FC, Ting YY, Chen HY. 2002. Docosahexaenoic acid is superior to eicosapentaenoic acid as the essential fatty acid for growth of grouper, Epinephelus malabaricus. Journal of Nutrition, 132:72-79. Jurnal Iktiologi Indonesia