perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang banyak dibudidayakan dan memiliki produktivitas cukup tinggi. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011, pada tahun 2007 tercatat jumlah produksi ikan patin di Indonesia sebesar 36.775 ton/tahun, jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2011 tercatat produksi ikan patin sebesar 144.538 ton/tahun. Terjadi kenaikan jumlah rata-rata produksi ikan patin di Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011 sebesar 54,41%. Namun untuk produk olahan ikan patin, Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat bahwa Indonesia masih mengimpor daging irisan (fillet) patin sebanyak 900 ton atau setara dengan 2700 ton ikan patin, sehingga ikan patin masih berpeluang dikembangkan dalam bentuk olahan fillet agar dapat memenuhi permintaan pasar lokal dan ekspor untuk produk olahan fillet. Fillet ikan merupakan salah satu bentuk produk perikanan yang diolah untuk meningkatkan nilai ekonomisnya. Ikan patin dapat dijadikan fillet karena memilki keunggulan tersendiri, antara lain tidak bersisik, durinya relatif sedikit dan dagingnya putih kemerahan serta mudah dikuliti sehingga relatif mudah dibuat fillet yang baik (Susanto dan Amri, 1999). Namun seperti halnya ikan utuh, fillet ikan patin mudah sekali mengalami kerusakan dan penurunan mutu kesegarannya. Menurut Kurniasih (2013), kerusakan ini dikarenakan tubuh ikan mengandung protein, kadar air yang tinggi sekitar 80% dan pH tubuh yang mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun mikroorganisme lain. Daging ikan juga mengandung banyak asam lemak tak jenuh yang sifatnya sangat mudah mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan bau tengik pada tubuh ikan. Mutu dan kesegaran merupakan faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga nilai ekonomis dari fillet ikan tersebut, sehingga dapat diterima commit to user di pasaran. 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk mempertahankan mutu, fillet ikan patin disimpan dalam suhu beku. Proses pembekuan dapat menghambat reaksi fisika dan biokimia yang dapat menyebabkan kebusukan pada ikan. Selain itu, pertumbuhan mikroba juga dapat dihambat dalam proses ini (Puspitasari, 2012). Untuk memaksimalkan daya awet fillet ikan, edible film atau edible coating merupakan salah satu teknik pengawetan produk perikanan yang dapat diaplikasikan pada produk yang berpotensi untuk mencegah hilangnya kelembaban, mengurangi pertukaran air dan gas, dan memperbaiki tekstur atau penampakan dari produk akhir (Noviani, 2004). Menurut Krochta (1992), edible coating adalah lapisan tipis bahan yang dibentuk secara langsung dengan mencelupkan (dipping), penyemprotan (spraying) pada permukaan produk makanan yang bertujuan melindungi serta meningkatkan nilai tambah dari produk. Hasil penelitian Astuti (2008) menyatakan bahwa penambahan minyak atsiri (essential oil) dapat memperbaiki aktivitas antimikrobia pada edible film atau edible coating. Rimpang lengkuas merah diketahui memiliki kandungan minyak atsiri yang bersifat aktif sebagai antijamur dan antibakteri. Menurut Yulia dan Novie (2012), tanaman lengkuas merah memiliki senyawa-senyawa hasil metabolit sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dimana telah diketahui sebelumnya bahwa lengkuas merah mempunyai senyawa fenol, flavonoid dan terpenoid. Senyawa yang diduga berperan penting sebagai antibakteri adalah sineol (Sukandar dkk., 2009). Senyawa fenol dan flavonoid juga merupakan sumber antioksidan alami yang biasanya terdapat dalam tumbuhan (Oktariana, 2010). Shafeed dkk (2008), menyatakan bahwa aktivitas antimikroba sangat berpotensi apabila dimanfaatkan untuk membuat keadaan aseptik, misalnya pada penggunaan edible coating yang digunakan untuk menghambat pembusukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah pada edible coating yang diaplikasikan pada fillet ikan patin terhadap penghambatan kerusakan commit to user mikrobiologis dan oksidatif selama penyimpanan beku. 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) pada edible coating terhadap tingkat kerusakan mikrobiologis dan oksidatif fillet ikan patin selama penyimpanan suhu beku? 2. Berapakah konsentrasi penambahan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) yang tepat dalam edible coating terhadap tingkat kerusakan mikrobiologis dan oksidatif fillet ikan patin selama penyimpanan suhu beku? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh penambahan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) pada edible coating terhadap tingkat kerusakan mikrobiologis dan oksidatif fillet ikan patin selama penyimpanan suhu beku. 2. Mengetahui konsentrasi penambahan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) yang tepat dalam edible coating terhadap tingkat kerusakan mikrobiologis dan oksidatif fillet ikan patin selama penyimpanan suhu beku? D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah : 1. Memberikan informasi mengenai manfaat dan efektivitas pengawet alami untuk fillet ikan patin selama penyimpanan beku. 2. Memberikan informasi mengenai kegunaan minyak atsiri lengkuas merah (Alpinia purpurata) sebagai pegawet alami. 3. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan, khususnya mengenai pengawetan dan pengemasan alami yang biodegradable. commit to user