HBK_08

advertisement
Berita Politik dan Perubahan Tanggapan
Kognitif Pemilih Pemula di Kota Bandung
Tentang Fungsi-fungsi Sistem Politik
Oleh:
Karim Suryadi
Syaifullah
Prayoga Bestari
Latar Belakang Penelitian


Pemilih pemula selalu menjadi isu yang seksi
ketika pemilihan umum tiba.
perilaku memilih kelompok pemilih pemula
disebut-sebut sebagai bakal menjadi penentu
kemenangan salah satu kandidat.



tidak ada fakta empirik yang mampu
menjelaskan bagaimana preferensi pemilih
pemula, dan faktor-faktor apa yang
membentuknya.
belum terjelaskan secara faktual, apakah
terpaan berita politik di media massa
berkontribusi terhadap pembentukan kesadaran
mereka untuk memilih.
dalam kehidupan politik pada umumnya,
pemilih pemula yang berasal dari kelompok
siswa SMA dinisbatkan sebagai elemen
generasi muda yang penting.
Perumusan Masalah
Bagaimana peranan terpaan berita politik yang
disajikan surat kabar Pikiran Rakyat dalam
membentuk tanggapan kognitif siswa SMA
tentang fungsi-fungsi sistem politik.
Identifikasi Masalah




Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan
Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di
Kota Bandung tentang fungsi input sistem politik ?
Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan
Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di
Kota Bandung tentang fungsi konversi sistem politik ?
Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan
Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di
Kota Bandung tentang fungsi output sistem politik ?
Seberapa erat korelasi terpaan berita politik yang disajikan
Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif Siswa SMA di
Kota Bandung tentang fungsi kapabilitas sistem politik ?
Kajian Teori


Merril (1971)mengungkapkan kecenderungan umum
dimana media massa tunduk pada sistem pers,
sedangkan sistem pers sendiri tunduk pada sistem
politik dimana sistem pers tersebut dikembangkan.
Sherman dan Kolker (1987) menegaskan adanya
indikasi pengaruh kognisi warga negara terhadap
tingkat partisipasi politik dan reaksi-reaksinya tentang
mekanisme sistem politik khususnya dan
pembangunan politik pada umumnya.

Easton (1965) melukiskan atribut-atribut
sistem politik yang sekurang-kurangnya
mengindikasikan tiga hal, yakni (1) interaksi
antara lingkungan dan sistem politik, termasuk
batas-batas (boundaries) dan tekanan
lingkungan, (2) proses transaksi input – sistem
(proses politik) – output, dan (3) umpan balik.


Dalam proses pengorganisasian media, dua
faktor sangat menentukanyaitu pertama, faktor
stimulus, berupa faktor-faktor yang berasal
dari sifat objek stimulus eksternal. Faktor
stimulus lainnya adalah frekuensi, intensitas,
gerakan dan perubahan, serta jumlah objek.
Faktor kedua yang menentukan
pengorganisasian kognisi adalah faktor
personal. Dimaksudkan dengan faktor personal
adalah faktor-faktor yang berasal dari
karakteristik tanggapan individual.
Keterlibatan faktor kognitif dalam komunikasi
dijelaskan Ross (1974, dalam Rakhmat, 1986:
4) yang menganggap komunikasi sebagai
proses transaksional yang meliputi pemisahan
dan pemilihan bersama lambang kognitif,
sedemikian rupa sehingga membantu orang
lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya
sendiri arti atau respon yang sama dengan
yang dimaksud oleh sumber
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam peneltian ini
adalah korelasional, yang mampu
mengidentifikasi keeratan hubungan di antara
variabel-variabel (Rakhmat, 1985).
Variabel bebas dalam penelitin ini adalah terpaan
berita politik yang disajikan Pikiran Rakyat dalam
kurun 27 Maret sampai 9 April 2008. Mengacu
kepada Rosengren (Jalaluddin Rakhmat, 1989),
variabel terpaan berita politik media massa
dioperasionalisasikan sebagai jumlah jam yang
dihabiskan khalayak untuk menyimak isi berita yang
disajikan radio, televisi, dan surat kabar.
Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah
tanggapan kognitif siswa SMA tentang fungsifungsi sistem politik Indonesia, yang
mencakup kemampuan untuk memberikan
deskripsi, ekplanasi, dan preskripsi (Danziger,
1990), tentang fungsi input, proses konversi,
fungsi output, dan kapabilitas sistem politik
Indonesia, sebagai implikasi model sistem
politik yang disederhanakan (Easton, 1965).
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
korelasi antara terpaan berita politik yang
disajikan Pikiran Rakyat dengan tanggapan
kognitif siswa SMA di Kota Bandung tentang
fungsi input sistem politik. Berdasarkan uji
statistic diperoleh koefisien korelasi (r =
0,678530) yang menurut aturan Guilford
hubungannya tergolong kuat.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi
antara terpaan berita politik yang disajikan
Pikiran Rakyat dengan tanggapan kognitif
siswa SMA di Kota Bandung tentang fungsi
Konversi Sistem Politik. Berdasarkan uji
statistik besarnya koefiesien korelasi sebesar
(r = 0,768342), yang menurut aturan Guilford
tergolong kuat.

Data hasil penelitian dipertegas lagi dengan
hasil wawancara yang menunjukkan lebih dari
80% responden mengakui sajian berita politik
PR menjelang pemilihan Gubernur Jawa Barat
sangat penting dalam menggali informasi
seputar pemilihan gubernur tersebut, seperti (a)
partai politik pengusung calon; (b) visi dan
misi para calon; (c) program kegiatan yang
ditawarkan oleh pasangan calon.
Hasil perhitungan statistik menunjukkan
terdapat korelasi positif antara terpaan berita
politik yang disajikan Pikiran Rakyat dan
perubahan tanggapan kognitif siswa SMA
tentang fungsi-fungsi sistem politik (fungsi
input, fungsi proses, fungsi konversi, fungsi
kapabilitas).
Kognisi siswa SMA tentang kapabilitas sistem
politik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
kognisi tentang fungsi sistem politik. Hal ini
terjadi karena materi kapabilitas sistem politik
lebih menonjol dan lebih sering ditemui oleh
siswa SMA, terutama di media massa Koran
PR maupun media massa lainnya seperti TV,
Radio, Majalah, Tabloid, dan sebagainya.
Download