Jakarta, 11 Januari 2010

advertisement
Jakarta, 21 September 2015
Tetap Lirik SUN
Fed fund rate tetap 0,25%, Indikasi Quantitative Tightening
Walau dimungkinkan oleh acuan normatif teoretis Taylor’s rule, the Fed pada pertemuan pekan lalu
memutuskan tidak menaikkan suku bunga. Dengan membandingkan pernyataan resmi the Fed paska
pertemuan bulan Juli, saat ini nampak jelas bank sentral AS mempertimbangkan perlambatan ekonomi dan
gejolak pasar keuangan global.
The Fed nampaknya menyadari bahwa
penguatan
dollar
sejauh
ini
telah
memperlemahkan net export yang berisiko
menekan kegiatan ekonomi AS. Selain itu,
keputusan mempertahankan suku bunga juga
dilandasi oleh trend inflasi yang rendah.
Dugaan normalisasi suku bunga kini bergeser
bisa terjadi pada dua pertemuan Fed terakhir
tahun ini. Survei pelaku pasar Bloomberg,
seperti terlihat pada peraga, mengindikasikan
Fed fund rate menjadi 0,25% pada pertemuan
the Fed 29 Oktober 2015 nanti. Kita lihat saja.
Pada tabel juga terlihat suku bunga di negara maju utama G10 umumnya sangat rendah, bahkan ada yang
negatif (Switzerland dan Swedia). Lebih lanjut, suku bunga pasar cenderung lebih rendah ketimbang bunga
acuan bank sentral. Lalu mengapa indeks dollar terus menguat?
Sesungguhnya dunia ini mengalami kelebihan likuiditas yang dipicu oleh aksi quantitative easing bank (QE)
sentral negara maju sejak meletusnya krisis keuangan global 2008. Aksi QE itu ditandai oleh peningkatan total
asset bank sentral. Yang menarik adalah dampak QE kali ini diwujudkan melalui penguatan dollar. Mengapa
demikian?
Dapat dicermati pada peraga, the Fed secara
relatif melakukan quantitative tightening
seperti terlihat pada posisi total asset yang
relatif mendatar. Sementara bank sentral dua
negara lain, ECB dan Boj, terlihat sangat agresif
melakukan QE. Ini berarti likuiditas euro dan
yen bertambah ditengah risiko likuiditas dollar
berkurang. Disamping perbedaan suku bunga
dan prospek pertumbuhan ekonomi, faktor
kelebihan likuiditas non-dollar ini yang memicu
penguatan dollar.
1
Stabilization over Growth
Menyusul keputusan the Fed mempertahankan bunga, fokus kebijakan makroekonomi tetap pada stabilisasi.
Media melansir pertanyataan Menko Perekonomian Darmin Nasution yang menyatakan penundaan
normalisasi bunga itu memicu ketidakpastian di negara berkembang. Peluang BI rate diturunkan hanya
terbuka menjelang akhir tahun ketika dampak kenaikan inflasi BBM November 2014 menghilang. Ketika itu
kita melihat angka tahunan inflasi yang jauh lebih rendah ketimbang BI rate.
Untuk memacu pertumbuhan, pemerintah mengandalkan pada percepatan pengeluaran pemerintah dan
reformasi birokrasi memacu supply side. Menteri Bambang -- yang akhir pekan lalu saya temui dalam acara
Reuni 30 Tahun FEUI Angkatan 1985 – mengindikasikan pengeluaran pemerintah selama September
berlangsung cepat dengan penyerapan belanja sudah mencapai 60% target.
Selama pekan lalu, tekanan
terhadap pasar modal dan nilai
tukar relatif mereda. Lihat peraga.
IHSG menguat 0,46% yang
ditopang oleh sektor domestik
terutama
perbankan
dan
konsumen. Sementara indeks SUN
ABF melesat 1,13% dengan yield
SUN bertenor 10 tahun kembali
sekitar 9%.
Saya secara konsisten menyarankan strategi “Ente Jual, Ane Beli” sekira investor asing melepas SUN. Yield
SUN diatas 9% sebagai “screaming buy” bagi investor domestik sebab jauh lebih tinggi dari proyeksi inflasi
dan pertumbuhan ekonomi.
Update Yield Spread Analysis
Paska
keputusan
the
Fed
mempertahankan bunga, yield T-bond
bertenor 10 tahun pekan lalu berada
pada angka 2,13%. Angka ini terbilang
rendah. Ada dugaan yield rendah ini
akiabt aksi the Fed melakukan
semacam twisting dengan menjual
obligasi bertenor pendek dan membeli
obligasi bertenor panjang.
Update spread analysis antara T-bond
dan SUN mengindikasikan deviasi
tetap sangat lebar walau selama pekan lalu yield SUN 10 tahun telah menurun menjadi 9%. Seperti terlihat
pada peraga diatas, spread saat ini berkisar 687bps. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata lima tahun terakhir
yang mencapai 488bps. Z score untuk deviasi terhadap rata-rata kini mencapai 2,28 yang secara statistik
terbilang lebar.
SUN Mendahului Saham
Saya menilai penurunan yield SUN mengawali pemulihan bursa saham terutama bila investor menjadi yakin
bahwa pemerintah berhasil mempercepat pengeluarannya. Selain informasi dari Menteri Keuangan diatas,
indikasi pemulihan ekonomi Indonesia sebetulnya sudah juga ditunjukkan melalui pertumbuhan uang M1
(uang kartal dan giral) yang mencerminkan daya beli masyarakat. Pekan lalu, BPS melaporkan peningkatan
2
impor non-migas untuk bulan Agustus yang lebih pesat. Hal ini selaras dengan dugaan percepatan
pengeluaran pemerintah.
Terlihat pada peraga, surplus perdagangan Agustus
2015 mencapai $434 juta. Surplus ini berkurang
dibandingkan bulan lalu akibat lonjakan impor non
migas yang lebih pesat ketimbang ekspor. Perbaikan
profil makroekonomi terlihat dari posisi kumulatif
tahun berjalan yang surplus dibandingkan pada
periode yang sama tahun lalu. Walaupun memang,
perbaikan itu belum optimal sebab lebih ditopang
oleh penurunan impor yang lebih tajam.
Hal yang menggembirakan lainnya adalah penurunan defisit neraca minyak yang bulan Agustus 2015 lalu
mencapai $1.16 milyar. Secara kumulatif angka defisit neraca minyak tahun ini mencapai $10.3 milyar atau
lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai $18,6 milyar. Seperti yang kami ulas
pekan lalu, pengendalian neraca minyak dengan mempercepat reformasi sistem transportasi dan memacu
energi alternatif menjadi penting dalam penguatan fundamental ekonomi Indonesia.
Akhirnya kami sajikan update
real effective exchange rate
(REER) yang diterbitkan Bank for
International Settlement per
Agustus 2015. Seperti terlihat
pada peraga, REER rupiah relatif
kompetitif
sebab
berada
dibawah angka 100. Terlihat
Indonesia secara nominal lebih
kompetitif dibanding negara jiran Thailand dan Filipina. Angka REER Indonesia ini akan lebih baik lagi pada
akhir tahun dengan penurunan angka inflasi tahunan. Mari manfaatkan pelemahan rupiah untuk memacu
ekspor dan pariwisata.
Salam
Budi Hikmat
Chief Economist and Director for Investor Relation
3
Download