PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek-reflek regresi pada usia lanjut. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mendeteksi kemunduran kualitas fungsi (regresi) pada usia lanjut. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan reflek regresi pada usia lanjut. Pengertian Penurunan fungsi kognitif ringan dibagi mild cognitif impairment (MCI) dan vascular cognitif impairment (VCI), yang sebagian berkembang menjadi demensia. Demensia dapat dibagi dalam demensia reversibel dan tidak reversibel. Kerusakan yang merata pada neuron-neuron kortikal kedua belah hemisferium, yang mencakup daerah persepsi primer, korteks motorik, dan semua daerah asosiatif menimbulkan demensia. Apabila manifestasi gangguan korteks piramidal dan ekstrapiramidal tidak nyata, tanda-tanda lesi organik masih dapat ditimbulkan. Pada umumnya tanda-tanda tersebut mencerminkan gangguan pada korteks premotorik atau prefrontal. Tanda tersebut diungkapkan dengan jalan membangkitkan reflek-reflek, yang disebut reflek regresi (yang merupakan petanda keadaan regresi/kemunduran kualitas fungsi). REFLEKS REGRESI Refleks regresi disebut juga refleks demensia muncul akibat terjadinya kerusakan sel saraf pusat di otak, baik yang bersifat terlokalisir maupun difus. Penyebab kerusakan tersebut bisa berasal dari kelainan vaskuler, trauma, gangguan metabolik, infeksi, dan sebagainya. Selain itu, refleks regresi juga merupakan tanda proses degeneratif di otak. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan proses degeneratif tersebut adalah demensia vaskuler dan demensia Alzheimer, pasca hipoksia serebri, pasca meningitis, dll. Pemeriksaan reflek regresi ini bisa dilakukan pada posisi penderita duduk atau berbaring. Beberapa pemeriksaan refleks regresi yang penting adalah: 1. Sucking Reflex. Sucking reflex dapat dilakukan dengan menyentuhkan benda seperti ujung pena, palu refleks atau jari pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir penderita. Jawaban refleks berupa gerakan bibir seolah-olah akan menetek atau menyusu. 2. Grasping Reflex. Grasping reflex (refleks menggenggam) dilakukan dengan meletakkan jari pemeriksa secara lembut pada telapak tangan penderita, dimana secara refleks tangan penderita akan menggenggam jari pemeriksa tersebut. 3. Palmomental Reflex. Refleks palmomental dilakukan dengan menggores telapak tangan penderita pada bagian otot hipotenar. Goresan dilakukan dengan cepat dari proksimal (bagian pergelangan tangan penderita) menuju ke distal (bagian pangkal ibu jari). Jawaban dari rangsangan ini berupa gerakan otot-otot mental (dagu). 4. Glabellar Reflex. Glabellar reflex (refleks glabella) dilakukan dengan mengetuk glabella (pertengahan dahi diantara kedua alis mata) penderita dengan ujung jari atau palu refleks. Pada orang normal, respon berkedip hanya timbul dua sampai tiga kali saja. Sedangkan pada penderita demensia, kedipan mata akan timbul setiap kali glabella diketuk. Catatan: pengetukan glabella dilakukan dari arah belakang pasien, sehingga tidak diartikan sebagai refleks ancam oleh pasien. 5. Snout Reflex. Snout reflex dilakukan dengan mengetuk bibir atas penderita secara lembut dengan menggunakan ujung jari pemeriksa atau palu refleks. Jawaban dari rangsangan ini berupa kontraksi otot orbikularis oris, sehingga sudut bibir penderita akan tertarik pada daerah yang diketuk. 6. Refleks Kaki Tonik (Foot Grasping Reflex). Refleks kaki tonik dilakukan dengan menggores telapak kaki penderita menggunakan ujung palu refleks. Pada penderita demensia, penggoresan telapak kaki menyebabkan kontraksi tonik telapak kaki berikut jari-jarinya. 7. Corneomandibular Reflek. Positif bila penggoresan kornea menimbulkan pemejaman mata ipsilateral dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral. PENILAIAN SKILLS LAB PEMERIKSAAN REFLEK REGRESI Nama : ………………… Nim : ………………… No 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Aspek yang Dinilai Memberi salam dan memperkenalkan diri. 1= melakukan 0= tidak melakukan Menjelaskan pada pasien/keluarganya tentang prosedur kerja dan pentingnya tindakan yang akan dilakukan. 2= melakukan dengan sempurna (2 item) 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan Meminta persetujuan 1= melakukan 0= tidak melakukan Mempersiapkan alat (handscoon dan reflex hammer) 2= menyebutkan dan melakukan dengan sempurna (2 item) 1= menyebutkan dan melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak menyebutkan dan melakukan Meminta pasien untuk berbaring ditempat tidur dengan posisi terlentang. 2= melakukan dengan sempurna (2 item) 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan Mencuci tangan dan memakai sarung tangan dengan steril. 2= melakukan dengan sempurna (2 item) 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan Melakukan pemeriksaan Glabellar reflex (mengetuk glabella pasien dengan palu reflex dari arah belakang pasien sehingga tidak diartikan sebagai reflex ancaman oleh pasien). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: respon berkedip hanya timbul setiap kali glabella diketuk. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan 9. Melakukan pemeriksaan Corneomandibular Reflex (menggoreskan kapas secara lembut ke kornea pasien). 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan 10. Interpretasi: positif bila terjadi pemejaman mata ipsilateral dan disertai gerakan mandibula kesisi kontralateral. 0 Nilai 1 2 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Melakukan pemeriksaan Suck Reflex (menyentuhkan jari pemeriksa secara ringan dan lembut pada bibir pasien). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: gerakan bibir seolah-olah akan menyusu. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Melakukan pemeriksaan Snout Reflex (mengetuk bibir atas pasien secara lembut dengan menggunakan ujung jari pemeriksa). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: kontraksi otot orbikularis oris sehingga sudut bibir pasien akan tertarik pada daerah yang diketuk. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Melakukan pemeriksaan Grasping Reflex (meletakkan jari pemeriksa secara lembut pada telapak tangan pasien). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: tangan pasien akan menggenggam jari pemeriksa. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Melakukan pemeriksaan Palmomental Reflex (menggores telapak tangan pasien pada bagian otot hipotenar dengan cepat dari bagian pergelangan tangan penderita/proksimal menuju kebagian pangkal ibu jari/distal). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: gerakan otot-otot mental (dagu). 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Melakukan pemeriksaan Foot Grasping Reflex (menggores telapak kaki pasien menggunakan ujung palu reflex). 2= melakukan dengan sempurna 1= melakukan tidak dengan sempurna 0= tidak melakukan Interpretasi: kontraksi tonik telapak kaki berikut jarijarinya. 1= menyebutkan 0= tidak menyebutkan Memberi tahu kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai. 1= melakukan 0= tidak melakukan Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan. 2= melakukan dengan sempurna (2 item) 22. 1= melakukan tidak dengan sempurna (1 item) 0= tidak melakukan Melaporkan hasil pemeriksaan. 23. 1= melakukan 0= tidak melakukan Mencatat dalam rekam medik. 24. 1= melakukan 0= tidak melakukan Nilai = total skor x 100% = ………… 35 Mengetahui Instruktur (…………………..…..) NIP. TATA CARA PENULISAN DAN PEMBACAAN RESEP Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai perundang – undangan yang berlaku. Resep ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10 – 12 cm, panjang 15 – 18 cm). Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang berlaku merupakan dokumen yang harus disimpan sekurang – kurangnya 3 tahun di apotek. Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena setiap Negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca, dan mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan sesuai kaidah sehingga memenuhi syarat untuk dilayani di apotek. Contoh resep yang benar adalah sebagai berikut : dr. Setiabudhi SIP : 016/X/2013 Alamat praktek : Jl. Subrantas no. 35 C Pekanbaru Telp : (0761) 123456 Pekanbaru, 29 Januari 2013 R/ Paracetamol 100 mg Sacch. Lactis q.s. mf. l.a. pulv. D. t. d. No. VI S p r n tdd pulv I Pro : Algia (3 tahun) Alamat : jl. Garuda Sakti 123 Pekanbaru 1.1 Unsur Resep . No Unsur resep 1. Identitas dokter 2. 3. 4. Keterangan Meliputi : nama, nomor surat izin praktek, alamat lengkap rumah dan praktek dokter dilengkapi nomor telepon, hari dan jam praktek. Biasanya sudah tercetak dalam blanko resep Nama kota dan Hal ini diperlukan dalam pelayanan resep berkaitan dengan tanggal penulisan persyaratan perundang – undangan. resep Superscriptio Ditulis dengan symbol R/ (Recipe = harap diambil) Inscriptio Merupakan inti resep dokter Berisi nama obat, dosis dan jumlah obat yang diperlukan serta ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat menggunakan nama generic, nama standar atau nama paten. Penulisan dosis obat 5. Subscriptio 6. Signatura 7. Penutup 8. Identitas pasien dalam satuan berat dan volume dengan system metrik (mg, g, ml, l) dan dengan angka arab. Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus, tube dll) dengan angka romawi. Mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan (dengan singkatan bahasa latin) tergantung macam formula resep yang digunakan Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien yaitu meliputi frekuensi, jumlah obat dan cara pemakaian obat serta informasi lainnya. Symbol yang digunakan adalah S (signatura = tandailah) Walaupun aturan penggunaan obat sudah ditulis dalam resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien saat menyerahkan resep. Berisi tanda tangan atau paraf dokter. Merupakan syarat syah resep untuk dilayani oleh apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika maka dibutuhkan tanda – tangan dokter, untuk obat golongan lain cukup paraf dokter saja. Meliputi nama pasien dan alamatnya. Bila pasien anak dan lansia perlu dituliskan umurnya. 2.2 Macam Formula Resep Dokter. Ada tiga macam formula yang disusun dalam resep: 1. Formula magistralis atau lebih dikenal dengan nama resep racikan. Untuk menyusun resep racikan, dokter perlu memahami sifat obat, interaksi farmasetik dan bahan tambahan yamg diperlukan dalam menyususn formula tersebut 2. Formula officinalis. Obat yang ditulis merupakan obat baku / standar dalam buku / formularium resmi atau obat jadi generik berlogo 3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan dengan nama paten. Dalam menuliskannya perlu diketahui ada berapa macam sediaan dan dosis serta spesifikasi dari macam – macam sediaan. 2.3 Resep Cito. Kadang dokter memerlukan obat agar SEGERA didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat menuliskan CITO! disebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan pembuatannya dari resep – resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito hendaknya betul – betul jika pasien dalam keadaan darurat dan penundaan pemberian obat dapat membahayakannya. Istilah lain dalam bahasa latin: statim, urgen, P.I.M (amat segera). 2.4 Resep Rasional. Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘5 tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis, tepat BSO (Bentuk Sediaan Obat), tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan resep harus memenuhi kaidah: 1. Nama obat. 2. 3. 4. 5. Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional dan dipilih sesuai terapi, sifat obat dan kondisi obat. Dosis obat. Ditetapkan secara individual diperhitungkan secara seksama baik untuk orang dewasa, lansia, anak, dll. BSO disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita dan spesifikasi BSO tersebut. Cara dan waktu pemberian. Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaatan penderita. Kondisi penderita. Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan pasien dan tujuan terapi tercapai. 2.4 Edukasi Pengobatan kepada Pasien. Seringkali dijumpai, pasien tidak menggunakan dengan benar obat yang diresepkan, minum obat tidak teratur atau bahkan tidak meminumnya sama sekali. Alas an yang dikemukakan biasanya gejala penyakitsudah hilang, timbul efek samping, obat dirasa tidak manjur dan jadwal dosis yang terlalu rumit. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien minum obat, dapat dilakukan dengan tiga cara: 1. Resepkan obat yang dipilih dengan baik. 2. Ciptakan hubungan dokter dan pasien yang baik. 3. Sempatkan memberi informasi, instruksi, dan peringatan. Ada 6 perkara yang merupakan informasi minimal yang harus diberikan kepada pasien: 1. Efek obat : indikasi pemberian obat. 2. Efek samping : efek samping yang mungkin timbul dan atau bagaimana mengenai efek samping. 3. Instruksi : bagaimana cara minum obat, waktu minum obat, berapa lama harus minum obat, dan apa yang harus dilakukan bila lupa minum obat (missal obat KB, OAT). 4. Peringatan : berapa dosis terbanyak, kapan obat harus dihentikan, mengapa obat harus diminum sampai habis (misal : antibiotika). 5. Kunjungan berikutnya : kapan pasien harus kembali (tidak perlu kembali). 6. Sudah jelaskah semuanya? : tanyakan apakah informasi sudah dimengerti, minta pasien mengulang informasi terpenting, dan tanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan pasien. Contoh edukasi pada pasien : Nama obat : ANTASIDA. 1. Efek obat : menetralkan asam lambung sehingga bias mengurangi gejala dyspepsia (nyeri ulu hati, kembung, dan mual). 2. Efek samping : gangguan saluran cerna seperti diare. 3. Instruksi : diminum 4 kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur. 4. Peringatan : pemberian antasida bersama obat lain dapat mengganggu absorpsi obat lain. 5. Kunjungan berikutnya : tidak perlu kembali jika gejala sudah hilang dan control bila gejala tidak membaik bahkan memberat. 6. Sudah jelaskah semuanya? 2.5 Langkah Preskripsi 1. Pemilihan bahan obat yang tepat 2. Penetapan dosis yang tepat 3. Pengaturan jadwal pemberian obat 4. Pemilihan BSO yang tepat 5. Pemilihan formula resep yang tepat 6. Penulisan preskripsi yang lege artis Singkatan Aa a.c. Ad add. ad lib. / ad. Libit a.u.i.(ad.us.int.) a.u.e. (ad.us.ext.) a.u.p. (ad.us.prop.) u.p. m.i. aq. dest. aq. bidest. aq. Steril c. C. c.p. cth. c.c. caps . clysm. collut. collut. or. collyr. comp. cr. d.i.d. d.in 2 plo. d.in 3 plo. d.in 4 plo. d.c. d.c.form. SINGKATAN – SINGKATAN BAHASA LATIN YANG SERING DIPAKAI DALAM RESEP Kepanjangan Arti Ana Sama banyak Ante coenam Sebelum makan Ad Sampai Adde Tambahkan Ad libitum Sesuka hati Ad usum internum Untuk obat dalam Ad usum externum Untuk obat luar Ad usum propium Untuk dipakai sendiri Usum propium Untuk dipakai sendiri Mihi ipsi Untuk dipakai sendiri Aqua destilasta Air suling Aqua bidestilata Air yang 2 kali disuling Aqua sterilata Air steril Cum Dengan Cochlear, cibarium Sendok makan (=15 ml) Cochlear pultis Sendok bubur (=8 ml) Cochlear theae Sendok teh (= 5 ml) Centrimetrum cubitum Sentimeter kubik Capsul Kapsul Clysma Klisma. Lavement Collutorium Obat kumur (cuci mulut) Collutorio oris Obat kumur (cuci mulut) Collyria Obat cuci mata Compositum Obat campuran Cremor Krim Da in dim / da in dimido Berikan sepenuhnya Da in duplo Berikan 2 kali banyaknya Da in triplo Berikan 3 kali banyaknya Da in quarduplo Berikan 4 kali banyaknya Durante coenam Sedang makan Da cum formula Tuliskan dengan resepnya c.form. form. dur.dol. d.d. 1.d.d. 2.d.d. (b.d.d.) 3.d.d. (t.d.d.) 4.d.d. (q.d.d.) dext. dext.et sin. o.d./o.s. d.t.d. epith. extend. extend. cr. extend. ter. empl. enem. extr. extr.aquos. extr.fl. extr. liq. extr.sicc. extr. spir. extr. spiss. f. feb.dur. f.l.a l.a. F.I. F.M.I F.M.S. filtr. fol. fol.digit. fol.pip.betl. g.gm. gi.arab. garg. gtt. gtt.ad.aur. gtt.auric. gtt.nasal. Cum formula Formula Durante dolore De die Smel de die Bis de / in die Ter de/in die Quarter de /in die Dexter Oculus dexter et oculus sinister Da tale doses Epithema Extende Extende crass Extende termiter Emplstrum Enema Extractum Extractum aquosum Extractum fluidum Extractum liquidum Extractum siccum Extractum spirituosum Extractum spissum Fac, flat Febri durante Fac lege artis Lege artis Formularium Indonesia Form Medicantorum Indicum FormMedicantorum Selectum Filtra,filretur Folia Folia digitalis Folia piperis betle Gramma Gummi arabicum Gargarisma Guttae Guttae ad aures Guttae auriculares Guttae nasals Dengan resepnya Resepnya Selagi sakit Sehari, setiap hari Sekali sehari Dua kali sehari Tiga kali sehari Empat kali sehari Kanan Mata kanan dan mata kiri Berikan sebanyak dosis tsb Obat kompres Ulaskan Ulaskan tebal–tebal (0,6 mm) Ulaskan tipis–tipis (0,2 mm) Pleister Lavement Ekstrak Ekstrak dengan air Ekstrak encer Ekstrak encer Ekstrak kering Ekstrak dengan spiritus Ekstrak kental Buat, harap dibuat Sewaktu demam Buat menurut cara semestinya Cara semestinya Nama buku resep standar Nama buku resep standar Nama buku resep standar Sering, harap disaring Daun Daun digitalis Daun sirih Gram Gum arab Obat kumur Tetes Obat tetes telinga Obat tetes telinga Obat tetes hidung gtt.ophth. h. h.m. h.s. h.v. i.m.m. inj. inj.hypod. inj.subc. inj. i.v. Iter iter 1 x lin. lc. lit.or. lot. liq. m. m.et v. m. m.f. m.f.l.a. Guttae ophthalmicae Hora Hora matutina Hora somni Hora vespertina In manum medici Injection Injectio hypodermica Injectio subcutan Injectio intravena Iteretur Iteretur 1x Linimentum Loco Litus oris Lotio Liquid Mane Mane et vespere Misce, misceatur Misce fac Misce fac lege artis mg.; mgm. mixt. muc. Gi arab. n. N.I. non.rep o.h o.b.h o.t.h o.4 h. o.m o.n p.p p.c pil. P.I.M ppt. sulfur ppt. Miligramma Mixture Mucillago gummi arabici Noctum Ne iteretur Non repetetur Omni hora Omni bi horio Omni tri horio Omni quarter horio Omni mane Omni nocte Pro pauper Post coenam Pilula Periculum in mora Praecipitatus Sulfur praecipitatus p.r.n Pro re nata Obat tetes mata Jam Pagi hari Sebelum tidur Pada sore hari Berikan ke tangan dokter Obat suntik Obat suntik di bawah kulit Obat suntik intravena Harap diulang Harap diulang 1 x Obat gosok Pengganti Cairan untuk dioles di mulut Lotio Cair Pagi Pagi dan sore Campurlah, harap dicampur Campur dan buatlah Campur dan buatlah menurut cara semestinya Milligram Campuran Lendir dari acacia Malam Harap jangan diulang Harap jangan diulang Tiap jam Tiap dua jam Tiap tiga jam Tiap empat jam Tiap pagi Tiap malam Untuk si miskin Sesudah makan Pil Berbahaya bila ditunda Diendapkan Sulfur yang dibuat dengan diendapkan Kalau perlu s.n.s s.o.s pot. pulv. pulv. pulv.adsp. q.s R/ rec. rec.par s. sol. spir. steril. supp. supp.rect. syr. tab. tct.(tinct.) tinct.Bellad. tuss. tuss.urg. u.c u.n u.e ungt. ungt.opth. Si necease sit Si opus sit Potio Pulvis Pulveres Pulvis adspersorius Quantum satis / sulficit Recipe Recep Recentus paratus Signa Solution Spiritus Sterilisatus Suppositoria Suppositoria rectal Syrup Tabulae Tincture Tinctura belladona Tussis Tussi urgente Usus cognitus Usus notus Usus externus Unguentum Unguentum ophtalmicae Kalau perlu Kalau perlu Cairan untuk obat dalam Serbuk tunggal Serbuk terbagi (puyer) Serbuk tabor Secukupnya Ambillah Baru, segar Dibuat baru Tandailah, tulislah Larutan Spiritus Yang disterilkan Supositoria Supositoria rectum Sirop Tablet Tinctuur Tinctuur belladonna Batuk Jika batuk amat mengganggu Aturan pakai diketahui Aturan pakai diketahui Obat luar Salep Salep mata DOSIS OBAT YANG SERING DIGUNAKAN Parasetamol Amoksisilin Metronidazol Kloramfenikol : : : : Kotrimoksasol Ampisilin Eritromisin Chlorpheniramin maleat (CTM) Dexamethason : : : : : 10 mg/kgBB/kali. 30-50 mg/kgBB/hari. 50 mg/kgBB/hari (amubiasis = 3 dosis). 100 mg/kgBB/hari (meningitis pada bayi), 75-100 mg/kgBB/hari (infeksi lain). 3-8 mg/kgBB/hari. 50-150 mg/kgBB/hari. 30-50 mg/kgBB/hari. 0,35 mg/kgBB/hari. 0,023 mg/kgBB/hari. Aminophilin Teophilin Phenobarbital Diazepam INH Rifampisin : : : : : : 2-6 mg/kgBB/dosis. 10-20 mg/kgBB/hari. 8 mg/kgBB/hari. 0,12-0,8 mg/kgBB/hari. 15-20 mg/kgBB/hari. 10-20 mg/kgBB/hari. Note : dosis tersebut merupakan dosis lazim untuk anak dari berbagai sumber.