BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rancangan yang akan dilakukan penyederhanaan nilai mata uang Rupiah oleh pemerintah yang disebut sebagai redenominasi sampai saat ini masih belum mendapatkan kepastian. Hal ini dikarenakan membutuhkan banyak pertimbangan, apakah ini akan memberikan dampak positif bagi Negara ini dan memberikan penghitungan yang lebih efektif untuk ke depannya. Dalam hal ini harus dipertimbangkan segala sesuatu kemungkinan yang dapat muncul agar rancangan ini bukan hanya sebagai suatu kebijakan yang akan menjadi wacana, tetapi akan benar-benar dilaksanakan dengan persiapan yang matang. Redenominasi di artikan menyederhanakan, redenominasi (pecahan) mata uang suatu Negara menjadi pecahan lebih kecil dengan cara menghilangkan nol tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut, missal Rp. 1.000 menjadi Rp. 1 . Praktik redenominasi ini telah lazim dilakukan di banyak Negara. Studi yang dilakukan Mosley (2005), mencatat sekitar 60 negara yang melakukan redenominasi dalam periode 1960-1994. Redenominasi tersebut dilakukan dengan menghilangkan sejumlah digit tertentu dari mata uang, sehingga akan menyebabkan perubahan tampilan angka pecahan suatu mata uang menjadi lebih sederhana. Redenominasi mata uang tidak mengakibatkan penurunan nilai relatif uang terhadap barang dan jasa karena harga barang juga disesuaikan dengan redenominasi yang baru tersebut. Misal, dengan redenominasi uang Rupiah yang awalnya Rp. 1.000 menjadi Rp. 1, maka harga suatu barang yang belu di redenominasi sebesar Rp. 1.000 akan berubah menjadi Rp.1 setelah dilakukannya redenominasi, sehingga secara riil nilai uang tidak akan berubah. Redenominasi berbeda dengan sanering yang pernah dilakukan Indonesia pada tahun 1959. Pada saat itu, nilai uang kertas diturunkan dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 100. Kebijakan ini ditujukan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar akibat melonjaknya harga barang dan jasa. Sanering jelas menyebabkan turunnya nilai relatif uang terhadap barang dan jasa, sehingga menjadi suatu kebijakan yag tidak popular di mata masyarakat. Berbeda dengan sanering, redenominasi yang dilaksanakan dengan baik tidak akan merugikan masyarakat karena tidak menyebabkan penurunan nilai relatif uang atau tidak berpengaruh terhadap harga barang dan jasa. 1 Beberapa alasan diperlukannya redenominasi adalah: pertama, pecahan uang yang terlalu besar akan menimbulkan ketidak efisienan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi. Kedua, redenominasi dapat digunakan untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Ketiga, nilai nominal uang yang terlalu besar mencerminkan bahwa suatu Negara mengalami inflasi yang tinggi pada masa lalu atau kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik. Sejalan dengan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia, maka dengan redenominasi akan menyederhanakan penulisan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing sejalan dengan fundamental ekonomi yang semakin kuat sehingga memberikan kebanggaan untuk memegang mata uang Rupiah. Strategi yang perlu di tempuh adalah mempersiapkan program redenominasi dengan baik, sehingga redenominasi dapat dilaksanakan dengan lancar. Hal ini sejalan dengan kajian yang telah dilakukan untuk menunjukkan bahwa dengan persiapan yang matang maka peluang untuk keberhasilan redenominasi menjadi besar. Untuk itu, progam redenominasi akan dilakukan dengan beberapa tahapan. Secara garis besar, pelaksana redenominasi Rupiah di bagi menjadi 4 (empat) tahapan besar, yaitu tahapan penyiapan, tahapan pemantapan, tahap implementasi dan transisi, serta tahap phasing out. Agar tahapan ini berjalan lancar, kegiatan ini akan dikoordinasikan dengan pemerintah dan perlu mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat (merupakan kebutuhan yang di rasakan oleh masyarakat Indonesia). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan redenominasi? 2. Apa yang dimaksud dengan kebijakan redenominasi? 3. Bagaimana rencana implementasi redenominasi agar berjalan dengan baik? 4. Apa tujuan dari kebijakan redenominasi? 5. Apa manfaat redenominasi? 6. Apa dampak yang timbul dari redenominasi? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian redenominasi. 2. Untuk mengetahui penjelasan kebijakan redenominasi. 2 3. Untuk mengetahui rencana implementasi redenominasi. 4. Untuk mengetahui tujuan dari kebijakan redenominasi. 5. Untuk mengetahui manfaat redenominasi. 6. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari redenominasi. D. Manfaat Hasil Penulisan Manfaat bagi penulis adalah: 1. Menambah ilmu pengetahuan penulis, khususnya dalam pembuatan karya tulis. 2. Dapat mengetahui tentang redenominasi Rupiah. Manfaat bagi pembaca adalah: 1. Menjadi saran dan ilmu bagi pembaca. 2. Dapat dijadikan referensi bagi para pembaca di masa mendatang. 3. Dapat memahami dan mengetahui tentang redenominasi mata uang Rupiah. 4. Dapat mengetahui dampak dari redenominasi mata uang Rupiah. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Keuangan Konvensional dan Inflasi Inti dari permasalahan yang menyebabkan turunnya nilai mata uang terhadap barang adalah inflasi. Karena itu, permasalahan pokok dari kekhawatiran Bank Indonesia terhadap nilai uang Rupiah kedepan adalah menyangkut penyebab tingginya nilai Rupiah yaitu inflasi. Pertanyaan utamanya adalah mengapa terjadi inflasi dan apa penyebabnya? Secara teoritis yang selama ini diketahui, ada 2 penyebab utama inflasi itu yaitu tarikan permintaan (demand full inflation) dan desakan biaya (cost push inflation). Terjadinya inflasi di Indonesia saat ini bukan karena tarikan permintaan tetapi lebih banyak karena desakan biaya dan sistem keuangan serta sistem ekonomi yang berlaku saat ini yaitu sistem kapitalis. Kelemahan utama dari sistem kapitalis saat ini adalah menjadikan uang sebagai komoditi dan alat spekulasi dalam perekonomian. Karena uang sebagai komoditi maka, nilai uang tidak lagi sesuai dengan nilai riilnya. Inilah penyebab mengapa nilai uang selalu merosot terhadap barang. Selain itu uang mempunyai fungsi sebagai alat produksi (uang dapat menghasilkan uang) melalui bunga (interest) yang dilakukan oleh bank. Bank merupakan mesin utama dalam sistem ekonomi kapitalis (Dwi Condro Triono. 2008). Mesin kedua dari sistem ekonomi kapitalis adalah pasar modal yang notabene lebih bersifat spekulatif (judi), dan nilai saham lebih banyak ditentukan oleh opini pemilik modal. Pasar bursa selama ini tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor riil, bahkan cenderung bersifat semu sehingga pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pasar bursa menjadikan pertumbuhan ekonomi seperti balon (bubble economic) yang setiap saat mudah pecah. 4 BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Redenominasi Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat mempengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang yang harus di bawa, atau karena psikologi manusia yang tidak efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi yaitu satuan yang baru menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang lama di konversi menjadi satuan yang baru. Jika alasan redenominsai adalah inflasi, rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan sepuluh seperti 10, 100, 1000 dan selanjutnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai “penghilangan nol”. Redenominasi menyederhanakan pecahan mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mangurangi angka nol tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada harga-harga barang dan jasa, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Berbeda hal lagi dengan kebijakan sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang dan jasa, sehingga daya beli masyarakat menurun. Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama. Sedangkan pada sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli masyarakat menurun drastis. Selain itu redenominasi bertujuan untuk menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi. Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi suat Negara dengan Negara regional, sementara sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga. Redenominasi dipersiapkan dengan matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat, sementara sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba. 5 B. Kebijakan Redenominasi Dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia melakukan suatu kebijakan yang disebut redenominasi. Redenominasi mata uang Rupiah merupakan salah satu kewenangan Bank Indonesia dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia, yang tidak boleh diintervensi oleh pihak-pihak lain, baik oleh pemerintah maupun DPR. Karena redenominasi mata uang Rupiah sepenuhnya merupakan kewenangan Bank Indonesia. C. Rencana Implementasi Redenominasi Masa implementasi redenominasi Rupiah akan berjalan selama 10 tahun. Mulai tahun 2010 hingga tahun 2020 dengan tahapan sebagai berikut: 1. 2010-2012 sosialisai redenominasi. 2. 2013-2015 masa transisi. Pada masa ini digunakan dua mata uang Rupiah yaitu, Rupiah lama dan Rupiah baru. 3. 2016-2018 penarikan Rupiah lama. 4. 2019-2020 tulisan kata “baru” pada mata uang dihilangkan. D. Tujuan Redenominasi Redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan mata uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakukan transaksi. Tujuan berikutnya untuk mempersiapkan kesetaran ekonomi Indonesia dengan Negara wilayah sekitarnya. Sedangkan sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yag beredar akibat lonjakan harga-harga barang dan jasa. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi). E. Manfaat Redenominasi Ada tiga manfaat utama yang bisa didapatkan jika kebijakan redenominasi dilakukan, yaitu : 1. Menyederhanakan Penghitungan Proses transaksi perdagangan, akuntansi, perbankan sudah jelas akan medapatkan keuntungan karena nilai uang berkurang angka digit nolnya namun bukan hanya itu, para progamer juga akan mendapatkan keuntungan karena nilai transaksi penghitungan dalam program yang dibuat menjadi lebih sederhana. 6 2. Meningkatkan Produktifitas Anggaplah anda adalah petugas administrasi bagian entry data yang menggunakan Microsoft Excel. Dengan menghilangkan tiga nol disetiap pencatatan transaksi, anda akan menghemat waktu satu detik untuk setiap transaksi, bayangkan anda menginput 1000 transaksi, maka aka nada seribu detik waktu yang dihemat. 3. Meningkatkan Harga Diri Bangsa Nominal mata uang Indonesia menduduki peringkat kedua dunia. Sekedar gambaran, rata-rata penduduk Amerika berpenghasilan 2.500 USD perbulan. Setara dengan 25.000.000 Rupiah perbulan. Harga iPhone di Amerika hanya 700 USD, di Indonesia 6.500.000 Rupiah. Nilai Rupiah terasa tidak berharga. F. Dampak Redenominasi Redenominasi dapat menimbulkan dua dampak. Yaitu : 1. Dampak Positif a. Frekuensi pencetakan uang menjadi lebih jarang karena uang logam lebih tahan lama. b. Dapat mengatasi masalah inefisiensi waktu dan salah hitung karena jumlah nol yang terlalu banyak. c. Redenominasi juga akan menyederhanakan penulisan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing sehingga Rupiah terlihat memiliki kekuatan karena nilainya mendekati nilai dollar Amerika Serikat. 2. Dampak Negatif a. Bertambah besarnya biaya operasional perusahaan karena harus mengganti sistem pembukuan, percetakan, dan sisitem teknologi informasi. b. Bank Indonesia juga akan mengeluarkan biaya yang besar untuk mencetak uang baru hasil redenominasi. c. Timbulnya dampak sosial berupa ketidak percayaan masyarakat terhadap Rupiah, bahkan dapat menjadi boomerang dimana masyarakat justru memborong dollar AS karena mereka mengira redenominasi sama dengan sanering jika tidak dilakukan sosialisasi dengan baik. 7 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Redenominasi merupakan bagian tugas Bank Indonesia dalam melaksanakan dan menjaga kelancaran sistem pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia melakukan redenominasi mata uang Rupiah karena uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp. 100.000, yang merupakan pecahan terbesar kedua setelah Vietnam yang pernah mencetak Rp. 500.000 Dong. Munculnya keresahan atas status Rupiah yang terlalu rendah daripada mata uang lainnya. Pecahan uang Indonesia yang terlalu besar menimbulkan ketidak efisienan dan ketidak nyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung, dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidak efisienan dalam transaksi ekonomi. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang yang terlalu besar seolah-olah mencerminkan bahwa di masa lalu suatu Negara pernah mengalami inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi fundamental ekonomi yang kurang baik. Redenominasi tidak sama dengan sanering, redenominasi adalah penyederhanaan penulisan nominal mata uang menjadi lebih mudah yang dilakukan ketika kondisi ekonomi yang stabil dan dalam menuju ke arah yang lebih sehat. Sedangkan sanering adalah pemotongan nilai uang dalam kondisi perekonomian yang tidak sehat. Redenominasi akan dilakukan secara bertahap, membutuhkan waktu kurang lebih selama sepuluh tahun. Jika dimulai pada 2010, maka akan berlangsung pada 2020 dalam empat tahapan. Tahapan pertama, pada tahun 2010-2012 akan ada sosialisasi mengenai redenominasi mata uang Rupiah. Tahapan kedua, pada 2013-2015 diberlakukan dua redenominasi, yakni uang lama dan baru. Uang lama dengan digit tiga nol, dan uang baru tiga digitnya dipangkas dengan membutuhkan tulisan “Rupiah baru”. Tahap berikutnya, pada tahun 2016-2018 secara alamiah dalam tiga tahun diperkirakan uang lama habis. Selanjutnya, pada tahun 2019-2020, pemerintah akan menghilangkan tulisan “baru” pada uang yang beredar, sehingga seluruh uang yang beredar adalah uang baru hasil 8 redenominasi. Namun pemerintah masih memberikan waktu tiga tahun kepada masyarakat untuk menukarkan uang lama dengan uang baru. Redenominasi dapat menimbulkan dampak posiif maupun negatif. Dampak positif dari redenminasi dapat terlihat dari frekuensi pencetakan uang menjadi lebih jarang karena uang logam lebih tahan lama. Dapat mengatasi masalah inefisiensi waktu dan biaya transaksi dan salah satu karena jumlah nol yang terlalu banyak. Redenominasi juga akan menyederhanakan penulisan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing sehingga Rupiah terlihat memiliki kekuatan karena nilainya mendekati nilai dollar Amerika Serikat. Dampak negatif dari redenominasi terlihat dari bertambah besarnya operasional perusahaan karena harus mengganti sistem pembukuan, percetakan, dan sistem teknologi informasi. Bank Indonesia juga akan mengeluarkan biaya yang besar untuk mencetak uang baru hasil redenominasi. Selain itu timbulnya dampak Sosial berupa ketidak percayaan masyarakat terhadap Rupiah bahkan menjadi boomerang dimana masyarakat justru memborong dollar AS karena mengira redenominasi sama dengan sanering jika tidak dilakukan sosialisasi dengan baik. B. Saran Dalam hal ini, yang harus menjadi perhatian bersama adalah bagaimana pemerintah dapat mempersiapkan segala bentuk yang berhubungan dengan kesiapan redenominasi dalam jangka panjang jika memang ini akan diterapkan di Indonesia, dan akan membawa mata uang Indonesia lebih efisien. Karena bagaimanapun juga ini berkaita dengan keuangan Negara Indonesia di mata dunia, jangan sampai akan menurunkan harga diri bangsa di dunia, jika perlu kita tunjukka bahwa kita layak bersaing di tengah-tengah persaingan dunia yang semakin gencar ke arah yang lebih baik. Untuk menghindari dampak sosial berupa trauma masyarakat seperti pada kebijakan sanering pada masa lalu yang dapat menghilangkan kepercayaan pada mata uang Rupiah, maka disarankan kepada Bank Indonesia agar melakukan persiapan yang matang dan melakukan sosialisasi yang intensif tentang rencana kebijakan redenominasi mata uang Rupiah. 9 DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Didik. Editor : Erlangga Djumena. Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/, Rabu, 23 Maret 2013 Triono, Dwi Kuncoro. 2008. Lehman Bangkrut, Kapitalisme Sekarat. Al-Wa’ie, Nomor 99 Tahun IX, 2008. Hill, Hall, 2001. Ekonomi Indonesia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta, Indonesia. Parkin, Michael. 1997. Economy Macro (Power Point). Web Site. Michael Parkin. September 1997. Smick, David. M. 2008. The World is Curved. Portofolio New York. Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Daras Book. 2009. Amir, Amri. 2011. REDENOMINASI RUPIAH DAN SISTIM KEUANGAN. Jurnal Paradigma Ekonomika. Vol. 1, No. 4: 73-74. 10