ANALISIS Peran Penghambat Penyerapan Kolesterol (Ezetimibe) pada Penyakit Kardiovaskuler Andrew E. P. Sunardi,* Sophie Isabela** * Departemen Jantung dan Pembuluh Darah, **Departemen Penyakit Dalam RS Angkatan Laut Mintohardjo, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Aterosklerosis ialah penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah dan menyebabkan penyakit jantung koroner, ginjal, dan stroke. Menurut worldhealth organization, penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit dengan angka kematian tertinggi di Indonesia, yaitu 30%. Faktor risiko seseorang terkena penyakit kardiovaskuler dapat diestimasi melalui tabel SCORE. Infiltrasi kolesterol dalam bentuk low density lipoprotein (LDL) mengawali proses aterosklerosis. Penurunan kolesterol menjadi penanganan utama dan target terapi didasarkan pada kadar LDL. Ezetimibe merupakan penghambat penyerapan kolesterol, diberikan 10 mg sehari sekali. Ezetimibe dapat digunakan sebagai monoterapi pada individu dengan intoleransi terhadap statin atau terapi kombinasi dengan statin. Beberapa efek positif ezetimibe ialah menurunkan kadar LDL darah, efek antiinflamasi, vasodilator, dan perannya dalam kejadian stroke. Kata kunci: Aterosklerosis,ezetimibe, low density lipoprotein (LDL), penyakit kardiovaskuler ABSTRACT Atherosclerosis is cholesterol accumulation in vascular wall, causing coronary artery disease, kidney disease and stroke. Cardiovasular disease is the leading cause of mortality in Indonesia - around 30% (WHO). SCORE Table is a tool to estimate the cardiovascular disease outcome in individual with risk factor. Infiltration of low density lipoprotein (LDL) cholesterol initiates the atherosclerotic process. The primary target of therapy is to lower serum lipid and LDL level. Ezetimibe is a cholesterol absorption inhibitor, given as a 10 mg tablet once daily. Ezetimibe can be used as monotherapy in statin intolerance or as combination with statin. Positive effects of this drug are lowering LDL plasma level, antiinflammation, vasodilatation and its role in stroke managemant. Andrew EP Sunardi, Sophie Isabela.Role of Cholesterol Absorption Inhibitor (Ezetimibe) in Cardiovascular Disease. Keywords: Atherosclerosis, ezetimibe, low density lipoprotein (LDL), cardiovascular disease PENDAHULUAN Aterosklerosis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di negara berkembang. Aterosklerosis adalah kumpulan kolesterol di dinding pembuluh darah. Hal ini merupakan penyebab utama dari penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), ginjal hipertensi serta stroke. Aterosklerosis diperkirakan akan menjadi pembunuh utama manusia pada tahun 2020. Penyakit ini menghabiskan dana sekitar 192 milyar euro secara langsung ataupun tidak langsung di pelayanan kesehatan pada beberapa negara di Eropa.1 Di Indonesia pada tahun 2010, penyakit kardiovaskuler menyumbang angka kematian Alamat korespondensi terbesar, yaitu 30%, faktor risiko metabolik berupa peningkatan kadar total kolesterol menempati tempat kedua sebesar 35,1% setelah peningkatan tekanan darah.2 Menurut Riskesdas 2013, Nusa Tenggara Timur menempati peringkat pertama prevalensi penyakit jantung koroner sebesar 4,4%, diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), dan Sulawesi Selatan (2,9%).3 Patofisiologi Aterosklerosis Aterosklerosis adalah penyakit dinding arteri disebabkan inflamasi kronis oleh deposit lemak yang pada akhirnya membentuk plak multifokal.4 Karakteristik aterosklerosis ialah penebalan fibrosa lokal dinding arteri yang berkaitan dengan plak infiltrasi lemak. Predileksi plak aterosklerosis ini ialah tempat yang mudah mengalami gesekan, contohnya percabangan pembuluh darah (bifurcatio).4,5 Kejadian aterosklerosis bermula dari infiltrasi lemak dalam bentuk low density lipoprotein (LDL) ke dalam subendotel pembuluh darah.4 Aterosklerosis dapat dilihat berwarna kekuningan di dinding pembuluh darah, menonjol ke dalam lumen, sehingga mempengaruhi aliran pembuluh darah.6 Selain itu, disfungsi endotel pembuluh darah menyebabkan perubahan lipid menjadi lipid teroksidasi. Lipid ini merupakan mediator proinflamasi yang menginisiasi pemanggilan leukosit, komplemen dan akhirnya mem- email: [email protected] CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 379 ANALISIS bentuk sel busa.4,5 Sitokin meningkatkan ekskresi monosit chemoatractant protein1 (MCP-1) yang terikat pada leukosit. Setelah MCP-1 masuk ke dinding arteri, monosit bertemu macrophag colony stimulating factor yang meningkatkan ekspresi receptor scavenger. Reseptor ini memediasi pemasukan mLDL dan membentuk sel busa. Sel busa merupakan sumber inflamasi yang menyebabkan perpindahan sel otot polos dari media ke intima menyebabkan penebalan intima. Sel busa dan sel otot polos kemudian mati melalui mekanisme apoptosis meninggalkan sel nekrotik.6 Setelah plak aterosklerosis menjadi matur, tutup fibrosa (fibrous cap) menyelubunginya. Plak ini rentan ruptur menyebabkan sumbatan pembuluh darah yang akhirnya menyebabkan infark miokard ataupun Tabel 1. Target LDL menurut tingkat risiko8 Rekomendasi Golongan Kelas Pasien dengan risiko SANGAT TINGGI, target LDL yang harus dicapai <70mg/dl dan/atau pengurangan >50% pengurangan LDL dari LDL awal I A Pasien dengan risiko TINGGI, target LDL yang harus dicapai <100mg/dl IIa A Pasien dengan risiko SEDANG, target LDL yang harus dicapai <115mg/dl Iia C Keterangan kelas rekomendasi dan pembuktian terlampir (lampiran 2) Tabel 2. Rekomendasi terapi hiperkolesterolemia Rekomendasi Golongan Kelas Penggunaan statin sampai dosis tertinggi yang direkomendasikan atau dosis tertinggi yang ditoleransi untuk mencapai target I A Pada kasus intoleransi statin, penggunaan pengurang asam empedu atau asam nikotinik harus dipertimbangkan Iia B Penggunaan inhibitor penyerap kolestrol secara sendiri atau kombinasi dengan pengurang asam empedu atau asam nikotinik dapat dipertimbangkan pada kasus intoleransi statin IIb C Bila target tidak tercapai, kombinasi statin dengan inhibitor penyerap kolesterol atau dengan pengurang asam empedu atau asam nikotinik IIb C 8 Dikutip menurut guideline European Society of Cardiovascular Disease Keterangan kelas rekomendasi dan kelas terlampir (lampiran 2) stroke.4 Penyakit kardiovaskuler berkaitan kuat dengan proses aterosklerosis yang didasari oleh kadar lemak arah, khususnya LDL. Gambar 1. Angka kematian penyakit tidak menular di Indonesia tahun 2010 (WHO). Penyakit kardiovaskuler menyumbang angka terbesar.2 Estimasi Risiko Kardiovaskuler Total Pencegahan penyakit kardiovaskuler memerlukan suatu panduan. Pasien diklasifikasi berdasarkan kadar total lemak darah, tetapi risiko total merupakan hasil gabungan beberapa faktor risiko, kerusakan organ, dan penyakit. Faktor risiko dapat diukur menggunakan tabel yang berasal dari penelitian epidemiologi, seperti tabel SCORE (systematic coronary risk stratification) menurut European Society of Cardiovascular Disease.7,8 Tabel SCORE ini terbagi menurut klasifikasi berdasarkan usia, tekanan darah, kadar kolesterol total, dan status merokok (lampiran 1). PENANGANAN Statin masih merupakan standar baku dalam terapi dislipidemia menurut guideline yang berlaku. Preparat lain dapat ditambahkan jika hasil penurunan kolesterol tidak sesuai target (tabel 2) atau dapat diganti jika terdapat intoleransi terhadap preparat statin. Preparat lain dapat berupa pengikat asam empedu / asam nikotinat atau penghambat penyerapan kolesterol. Gambar 2. Patofisiologi terbentuknya sel busa yang pada akhirnya menjadi aterosklerosis.4 380 EZETIMIBE Cara Kerja Ezetimibe merupakan penurun kolesterol, CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 ANALISIS bekerja setelah konversi menjadi bentuk aktif glukoronidase di hepar.9 Cara kerja obat ini ialah menghambat penyerapan kolesterol dengan selektif. Ezetimibe merupakan prodrug bekerja lokal pada brush border usus halus, sehingga menghambat absorpsi kolesterol dan phytosterol, serta menginhibisi transpor balik kolesterol dari usus ke hati. Dengan menghambat absorpsi kolesterol berasal dari diet ataupun yang diekskresi oleh empedu, akan menurunkan kadar kolesterol darah, terutama komponen LDL. Ezetimibe merupakan komponen tidak larut air. Obat ini memiliki t 1/2 sekitar 4 - 12 jam, sehingga pemberiannya cukup sekali sehari.10 Sediaan yang tersedia ialah tablet dengan dosis 10 mg. Pemberian dapat sebelum atau sesudah makan karena tidak dipengaruhi jenis makanan. Obat ini dapat sebagai monoterapi (menurunkan LDL sebanyak 18%) ataupun sebagai terapi kombinasi dengan statin (menurunkan LDL >18 %) pada kasus hiperkolesterolemia primer. Individu dengan gangguan hati dan ginjal ringan tidak memerlukan penyesuaian dosis, tetapi pada kelainan berat tidak disarankan karena belum ada penelitian lebih lanjut. Efek samping antara lain nyeri punggung, artralgia, diare, sinusitis, nyeri perut, dan fatigue pada pemberian tunggal ezetimibe. Apabila digabung dengan statin, dapat menambah risiko toksisitas hepar.9,10 Peran Statin masih standar baku untuk terapi dislipidemia sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Beberapa penelitian memperlihatkan peran positif preparat ezetimibe. Menurunkan Kadar LDL Darah Penggunaan ezetimibe selama 12 minggu menghasilkan penurunan kadar LDL dari 121,3 + 29,4 mg/dL menjadi 94,6 + 30,4 mg/dL pada minggu ke 12 (p <0,001), RPLc (Remnant lipoprotein cholesterol) 6,4 + 3,5 Gambar 3. Molekul ezetimibe11 CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015 mg/dL pada awal menjadi 5,3 + 3 mg/dL pada minggu ke 12 (p <0,05), rasio LDL / HDL dari 2,5 + 0,8 pada awal menjadi 1,9 + 0,7 pada akhir studi (p <0,001).12 Grigore, dkk. membandingkan ezetimibe, pravastatin, dan kontrol. Kadar LDL kelompok ezetimibe turun dari 172 + 20 mg/dL menjadi 137 + 17 mg/dL, pada kelompok pravastatin dari 184 + 32 mg/dL menjadi 143 + 21 mg/ dL, sedangkan pada kelompok kontrol dari 183 + 27 mg/dL menjadi 172 + 18 mg/dL (p = 0,4771).13 Penelitian AIM-HIGH Investigators (2011) pada dewasa usia 45 tahun ke atas dengan penyakit serebrovaskuler yang memiliki kadar HDL-C rendah (<40 mg/dL pada pria atau <50 mg/dl pada wanita), kadar trigiserida tinggi (150-400 mg/dl) dan kadar LDL-C <180 mg/dL. Hasil penggunaan ezetimibe ialah pengurangan kadar LDL-C sebanyak 6%, penambahan HDL-C sebanyak 14%, namun perbaikan tidak diikuti penurunan kejadian penyakit stroke.14 Studi SHARP (study of heart and renal protection) (2010) melakukan penelitian pada dewasa usia >40 tahun dengan penyakit gagal ginjal kronik, 33% menerima dialisis (peritoneal atau hemodialisis). Ezetimibe 10 mg ditambahkan pada simvastatin 20 mg secara acak dibandingkan dengan plasebo; didapatkan pengurangan LDL - C 37 mg/dL (33%) pada pasien yang tidak dialisis, dan 23% pada pasien dialisis.15 Penelitan Parolari, dkk. pada dewasa berusia 58-68 tahun dengan stenosis aorta diterapi dengan statin monoterapi atau statin ditambah ezetimibe selama rata - rata 2,1 – 4,4 tahun; didapatkan pengurangan LDL-C 50 - 55% (67-73 mg/dL) dari kadar LDL-C awal, yaitu 123-140 mg/dL. Akan tetapi, tidak mempengaruhi progesitivitas stenosis aorta yang diakses dari perubahan area katup pada echocardiography.16 Efek Antiinflamasi Studi Tobaru, dkk. melihat peranan ezetimibe pada penanda inflamasi. TNF (tumor necrosis factor) awal 1,36+ 1,06 pg/mL menjadi 0,96 + 0,24 pg/mL (p = 0,042).12 Habara, dkk. menilai efek antiinflamasi ezetimibe melalui optical coherence tomography (OCT), menemukan bahwa progresi aterosklerosis koroner yang dihubungkan dengan penurunan hs-CRP. Terdapat peningkatan bermakna ketebalan fibrous cap dari 0,07 mm menjadi 0,17 mm.17 Vasodilator Disfungsi endotel merupakan kejadian yang menginisiasi aterosklerosis; endotel gagal menghasilkan nitrat oksida, sehingga vasodilatasi berkurang. Hal ini dapat diukur menggunakan ultrasonografi arteri brakialis yang menghasilkan angka flow mediated dilation (FMD). Penilaian FMD pada subjek dengan ezetimibe, pravastatin, dan kontrol ialah masing-masing 5,4%, 3,8 % dan 2,1% dengan p = 0,0466.13 Efek Proteksi terhadap Stroke Penelitian SEAS (simvastatin ezetimibe in aortic stenosis) tahun 2008 pada orang dewasa usia 45 -85 tahun dengan stenosis aorta tanpa penyakit stroke atau diabetes; preparat simvastatin 40 mg ditambahkan pada ezetimibe 10 mg dan dibandingkan dengan plasebo. Didapatkan penurunan LDL rata - rata 50%, penurunan risiko relatif stroke hingga 22% pada rentang pengobatan 4,35 tahun; tetapi didapatkan risiko meningkatnya enzim fungsi hati.18 Studi SHARP mendapatkan penurunan risiko stroke sebanyak 17% pada semua pasien penelitian, dan 21% pada pasien tanpa penyakit serebrovaskuler. Didapatkan penurunan risiko kejadian penyakit serebrovaskuler sebanyak 22% pada pasien yang tidak menerima dialisis. Penggunaan preparat ini tidak mengurangi risiko stroke pada pasien yang sudah menderita penyakit ini atau pada pasien yang sudah menerima hemodialisis.15 Studi Chen, dkk. pada tahun 2011 mengemukakan bahwa kombinasi ezetimibe dengan statin berhasil menurunkan angka perawatan kembali di rumah sakit yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler dibandingkan dengan yang menggunakan statin monoterapi. Angka kejadian perawatan rumah sakit karena sindrom koroner akut pada penderita yang menggunakan kombinasi ialah 13,4 per 100 orang, sedangkan yang menggunakan statin monoterapi ialah 22,6 per 100 orang. Hal yang sama juga tampak terhadap angka kejadian rehospitalisasi dengan revaskulerisasi, PTCA, dan dengan stent.19 381 ANALISIS SIMPULAN Aterosklerosis berkaitan erat dengan kejadian penyakit kardiovaskuler. Faktor risiko koroner akut dapat dinilai melalui tabel SCORE dan diambil simpulan target LDL. Statin masih menjadi obat pilihan untuk kasus dislipidemia. Pada kondisi intoleransi dan tidak tercapainya target LDL, ezetimibe - suatu penghambat penyerapan kolesterol - dapat digunakan. Golongan ini memiliki sinergisitas yang baik dengan statin. Obat ini dapat digunakan sebagai monoterapi ataupun terapi kombinasi. Beberapa efek positif ezetimibe ialah menurunkan kadar LDL darah, efek antiinflamasi, vasodilator, dan proteksi terhadap risiko stroke. Beberapa penelitian mendukung ezetimibe menjadi salah satu modalitas terapi hiperkolesterolemia. DAFTAR PUSTAKA 1. Storm JB, Libby P. Atherosclerosis. In: Lilly LS, ed. Pathophysiology of heart disease.5th ed. China: LippincottWilliams &Wilkins; 2011. p. 113-34. 2. World Health Organization Indonesia. NCD country profiles: Indonesia [Internet]. 2014. Available from: www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.Riset kesehatan dasar riskesdas 2013 [Internet]. 2013. Available from: http://www.depkes.go.id/resources/ download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Kementrian Kesehatan RI. 2013 4. Mitrovic I. Cardiovascular disorder: Vascular disease. In: Hammer GD, McPhee SJ, eds. Pathophysiology of disease: An introduction to clinical medicine. 7thed.United States of America: Mc 5. Genest J, Libby P. Lipoprotein disorder and cardiovascular disease. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braundwald’s heart disease atextbook of cardiovascular medicine.9th ed. 6. Falk E, Fuster V. Atherotrombosis: Disease burden, activity, and vulnerability. In: Fuster V, Walsh RA, Harrington RA, eds. Husrt’s the heart. 13th ed. United States: McGraw-Hill. 2011. p.1215- 7. Stone NJ, Robinson J,Lichtenstein AH. 2013 ACC/AHA guideline on the treatment of blood cholesterol to reduce atherosclerotic cardiovascular risk in adults: Areport of the americancollege Graw Hill Medical; 2014. p. 670-724. China: Elsevier Saunders.2012. p. 975-95. 21. of cardiology/ american heart association task force on practice guidelines. Circulation [Internet]. 2013 [cited 2013 December 16]. Available from: http://circ.ahajournals.org/content/ early/2013/11/11/01.cir.0000437738.63853.7a 8. Perk J, Backer GD, Gohlke H, Graham I, Reiner Z, Verschuren M, et al. European guidelines on cardiovascular disease prevention in clinical practice(version 2012). Eur Heart J. 2012:33:16351701. DOI: http://dx.doi.org/10.1093/eurheartj/ehs092. 9. Drugs used in the treatment of hyperlipidemias. In: Trevor AJ ,Katzung BG, Masters SB, eds. Katzung &trevor’spharmacology: Examination &board review. 8th ed. Singapore: Mc Graw Hill Medical2008. p. 292-300. 10. Patel J, Sheehan V, Turner CG. Ezetimibe (Zetia): A new type of lipid lowering agent. BUMC Procedings 2003;16:354-8. 11. Ezetimibe: Molecular formula [Internet]. 2009. Available from: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ezetimibe. 12. Tobaru T, Seki A, Asano R, Sumiyoshi T, Hagiwara N. Lipid lowering and anti inflammatory effect of ezetimiibe in hyperlipidemic patients with coronary artery disease. Springer.Heart Vessels 2013;28:39-45. doi 10.1007/s00380-012-0234-8. 13. Grigore L, Raselli S, Garlaschelli K, Redaeli L, Norata GD, Pirillo A, et al. Effect of treatment with pravastatin or ezetimibe on endothelial function in patients with moderate hypercholesterolemia. Eur J Clin Pharmacol.2012; 69:341-6. doi:10.1007/s00228-012-1345-z. 14. Brown BC, Boden WE, Probstfield JR, McBride R, Anderson T, Chaitman B, et al.. The role of niacin in raising high-density lipoprotein cholesterol to reduce cardiovascular events in patients with atherosclerotic cardiovascular disease and optimally treated low-density lipoprotein cholesterol rationale and study designThe Atherothrombosis Intervention in Metabolic syndrome with low HDL/high triglycerides: Impact on Global Health outcomes (AIM-HIGH). Am Heart J. 2011 Mar;161(3):471-477.e2. doi: 10.1016/j.ahj.2010.11.017. Epub 2011 Feb 2. 15. Baigent C, Landray L, Reith C. The effects of lowering LDL cholesterol with simvastatin plus ezetimibe in patients with chronic kidney disease (study of heart and renal protection): A randomised placebo-controlled trial. The Lancet 2011;377(9784):2181-92. 16. Parolari A, Tremoli E, Cavallotti L. Do statins improve outcomes and delay the progression of non-rheumatic calcific aortic stenosis. Heart (British Cardiac Society) 2011;97:523-9. 17. Habara M, Nasu K, Terashima M, Ko E, Yokota D, Ito T, et al. Impact of optical coherence tomographic coronary findings of fluvastatin alone versus fluvastatin + ezetimibe.Am J Cardiol. 2014;113:580-7. 18. Rossebo AB, Pedersen TR, Allen C, Boman K, Chambers J, Egstrup K, et al. Design and baseline characteristics of the simvastatin and ezetimibe in aortic stenosis (SEAS) study. Am J Cardiol.2007;99:970-3. 19. Chen FL, Churn SG, Fe LW, Fei YH, Chyi HB, Li JS. Impact of ezetimibe coadministered with statins on cardiovascular events following acute coronary syndrome: A 3-year population based retrospective cohort study in taiwan. Clinical Therapeutics.2011;33(9):1120-31. 382 CDK-228/ vol. 42 no. 5, th. 2015