POLA JARINGAN SOSIAL EKONOMI MIGRAN BUGIS SEBAGAI PEDAGANG SAYUR (Studi di Pasar Baruga Kota Kendari) Oleh: Nilam Sari, Muh. Arsyad, dan Bakri Yusuf Abstrak Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui jarinag sosial ekonomi migran Bugis sebagai pedagang sayur di pasar Baruga Kota Kendari. (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mendorong dan penghambat masyarakat Bugis migran memilih menjadi pedagang sayur di Pasar Baruga Kota Kendari. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Baruga Kota Kendari. Penentuan informasi dilakukan secara purposive sampling yaitu teknik penentuan informan secara sengaja yang berjumlah 16 orang dan data penelitian ini diperoleh melalui observasi dan interview serta dianalisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jaringan sosial ekonomi migran di Pasar Baruga Kota Kendari berjalan dengan baik dan faktor-faktor yang memengaruhi adalah faktor keinginan dan kondisi sosial ekonomi. Kata Kunci: Jaringan Sosial, Migran, Etnis Bugis. PENDAHULUAN Migrasi penduduk merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan proses berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fenomena migrasi yang berlangsung dalam suatu negara banyak terlihat di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu daerah yang mencerminkan adanya fenomena migrasi antar daerah (interprovincial migration) maupun migrasi internasional (international migration). Pekerja migran internal (dalam negeri) adalah orang yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia. Karena perpindahan penduduk umumnya dari desa ke Kota (rural-to-urban migration), maka pekerja migran internal seringkali diidentikan dengan orang desa yang bekerja di kota. Jaringan sosial yang dikembangkan dan dipelihara di antara sesama migrant sedesa asal tersebut antara lain dapat ditelusuri sejak migran yang bersangkutan pertama kali berangkat bermigrasi, karena sejak awal keberangkatan seseorang bermigrasi tidak lepas hubungannya dengan sesama migran se-desa asal. Penelitian terhadap migran ini menemukan bahwa umumnya ketika pertama kali seorang migran baru bermigrasi ke kota, ia tidak berangkat seorang diri, melainkan selalu ada migran yang telah lebih dahulu bermigrasi yang mengajak atau membawanya. Secara historis, sebagian besar suku bugis turun temurun telah merantau mencari keberuntungan di daerah yang baru dahulu sangat bergantung terhadap sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. 217 Penggunaan lahan mayoritas digunakan untuk sektor agraris/pertanian yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka, seperti: padi, jagung, kacang, dan lain sebagainya. Serta di sektor peternakan.Akan tetapi, saat ini kondisi tersebut sudah mengalami perubahan seiring perkembangan zaman (kemajuan IPTEK), perubahan iklim, dan bertambahnya jumlah penduduk yang cukup pesat.Pada perkembangannya, pengelolaan pertanian menjadi kurang maksimal, dan berdampak pada hasil panen yang seringkali mengalami pemerosotan harga. Selain itu, juga terjadi pengalih-fungsian lahan sabagai lahan pemukiman baru dan sarana-sarana umum seperti: sarana pendidikan, balai desa, dan lain-lain. Berdasarkan kondisi itulah (kondisi lahan pertanian yang kurang menjanjikan akibat permainan harga pasar dan munculnya masalah social ekonomi yang menjadi faktor pendorong mereka untuk merantau ke daerah lain. Bugis merupakan kelompok etnik dari wilayah asal Sulawesi Selatan ini mempunyai ciri utama adalah bahasa dan adat-istiadat. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2000, populasi orang Bugis sebanyak sekitar enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, dan daerah di Indonesia lainnya maupun di manca Negara. Kepiawaian suku Bugis dalam mengarungi samudra cukup dikenal luas, dan wilayah perantauan mereka. Awal orang-orang Bugis ke daerah lain di Nusantara hingga ke Sulawesi tenggara adalah adanya semangat untuk merantau (massompe’). Orang-Orang Bugis selalu berupaya mencari tempat yang dianggap layak bagi dirinya untuk tinggal, bekerja, bermasyarakat dan lain-lain. Selama hal tersebut belum dicapai, perantauan tidak akan pernah berakhir. Perantauan orang Bugis ini juga dimotivasi budaya siri’ yang menjadi pandangan hidup orang Bugis.Merantau bagi orang Bugis dianggap menjadi jalan memperbaiki hidup dan meningkatkan harkat dan martabat, baik harga diri maupun kelompok.Karena itulah Bugis lebih berhasil, disebabkan oleh situasi historis dan keunikan orang-orang Bugis untuk melakukan pembaharuan. Migran orang Bugis sebagai pendatang yang secara tidak lansung berusaha untuk mempersatukan dirinya dengan kehidupan setempat, pada akhirnya dipaksa untuk beradaptasi dengan linkungan adat istiadat, walaupun dalam bentuknya yang paling sederhana. Adaptasi dengan adat istiadat merupakan suatu masalah karena hal tersebut mengalami peroses yang membutuhkan jangka waktu yang relatif lama.Waktu yang di butuhkan tersebut sangat relative yaitu sepanjang dengan masa dimana para migran merasa betah untuk tinggal dan menganggap linkungan itu menjadi miliknya. Sebab itu maka dalam proses tersebut, seseorang akan mengadaptasi bagian yang paling sederhana dalam adat istiadat 218 simbol yang di gunakan berhubungan dalam masyarakat seperti bahasa, isyarat, warna dan aneka tingkahlaku yang dipolakan untuk memberikan pengertian tertentu dan telah di ketahui secara menyeluruh dalam kelompok tersebut. Migran Bugis khususnya yang ada di Kota Kendari segala cara akan dilakukannya untuk meningkatkan perekonomiaanya, diantaranya berdagang dan nelayan. Dimana jika berbicara tentang pedagang sayur di Kota Kendari pusatnya yaitu di pasar Baruga, tempat pusat bongkar muat segala jenis sayuran yang dibutuhkan dalam kota Kendari. Suku Bugis yang berdangang sayur di Kota Kendari khususnya yang ada di Pasar Baruga Kendari sebanyak 70% sedangkan yang lainnya adalah suku Tolaki, Muna dan Jawa sebanyak 30%. Ini berarti bahwa yang berdagang di Pasar Baruga mayoritas suku Bugis yang berdatangan dari berbagai daerah.Oleh karena itu penulis bermaksud untuk mengkaji secara cermat tentang pola jaringan sosial ekonomi migran Bugis yang berperan sebagai pedagang sayur. METODE PENELITIAN Peneliti ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena Metode penelitian kualitatif ini melalui observasi, wawancara (interview) pada informan secara langsung dan dokumentasi. Jadi data yang diperoleh valid dan mudah di analisis. Subjek utama dalam penelitian ini adalah migran Bugis yang sengaja datang di pasar Baruga Kota Kendari untuk berdagang sayur sebanyak 16 (enam belas) orang. Informan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik purposive sampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa informan penelitian benar benar memahami subtansi masalah yang paham untuk memberikan keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian. Sumber data yang utama dalam metode penelitian kualitatif adalah perkataan, tindakan dan sebagai tambahan data dari dokumen-dokumen dan arsip-arsip mengenai pedagang sayur yang ada di pasar Baruga melalui data statistik. Ada juga jenis-jenis data yang diperlukan: (1). Data primer, yaitu merupakan data yang paling utama yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data untuk dianalisis diberikan informan yang di wawancara secara langsung. Seperti, para migran Bugis yang berprofesi sebagai pedagang sayur di pasar Baruga Kota Kendari, para pemilik lapak. (2). Data Sekunder, yaitu data penunjang yang diperoleh dari dokumentasi. Data ini digunakan sebagai pelengkap data yang harus diperoleh oleh peneliti. Penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif ada tiga cara untuk mendapatkan yaitu sebagai berikut: (1). Observasi yaitu, merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam pencarian data pada penelitian kualitatif. Pengamatan dilakukan dengan melihat mata telanjang untuk melihat kondisi maupun suasana tempat yang ingin dilakukan penelitian. Pada 219 observasi berlangsung, peneliti bisa memberikan gambaran awal tentang data yang akan digunakan sebagai bahan analisis masalah yang ada dalam penelitian ini. Observasi berlangsung di Pasar baruga di Kota Kendari, Peneliti juga melakukan pengamatan kondisi lingkungan pedagang sayur serta pengamatan terhadap ekonomi, dan hubungan sosial antara pedagang yang satu dengan yang lainnya. (2). Interview, atau wawancara dilakukan dengan proses wawancara kepada informan secara langsung, Pencarian informasi dengan cara wawancara terlebih dahulu ditentukan key-informan (informan kunci). Dalam peneliatian ini yang menjadi informan adalah orang-orang yang sudah lama menjadi pedagang sayur, kepala pasar, tokoh masyarakat migran Bugis.(3). Dokumentasi yaitu, merupakan pencarian data yang berbentuk gambar, arsip dan data-data yang tertulis. Karena peneliti perlu mengambil gambar selama proses penelitian berlangsung untuk memberikan bukti secara riil yang ada di pasar Baruga Kota Kendari. Arsip-arsip dan data-data lainnya digunakan untuk mendukung data dari hasil observasi dan interview. PEMBAHASAN 1. Pola Jaringan Sosial Ekonomi Jaringan sosial ekonomi merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan kordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002). a. Hubungan Antara Sesama Pedagang Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan sesama pedagang di Pasar Baruga Kota Kendari. Semua pedagang di sisni tentunya berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga yaitu kebutuhan ekonomi. Untuk bisa bertahan berdagang disini pastinya kami saling menghargai antara sesama pedagang, para pedagang sangat menjaga hubungan keakraban sesama mereka terkadang saling membantu membersihkan sekeliling tempat penjualan. Kenyamanan dan keamanan juga pedagang jaga bersama demi terciptanya hubungan yang harmonis dari semua pedagang sampai sekarang. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang di Pasar Baruga, hubungan pedagang di sini sangat baik selama berdagang di pasar tidak ada diantara para pedagang yang saling menjelek-jelekan satu sama lain. Terkadang para pewdagang juga saling bercanda kalau sementar menjual, semua kewajiban berkaitan dengan 220 maslah kenyamanan dan kebersihan pasar juga para pedagang sangat menjaganya demi terciptanya hubungan yang harmonis dari semua pedagang. b. Hubungan antara Pedagang Dengan Pedagang Grosiran Semua jenis perdagangan akan berkembang besar dan dapat bersaing di pasar duni tentunya harus mengutamakan kualitas hasil produk barang dagangan harus memuaskan pelanggan dan pola hubungan antara pedagang juga harus dijaga demi terjalinya keharmonisan para pedagang. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan pedagang dengan pedagang grosiran di Pasar Baruga Kota Kendari. pedagang grosiran sangat menjaga hubungan dengan pedagang lain karena menjual dalam jumlah besar tentunya mengharapkan jumlah pembeli yang banyak juga nah kalau hubungan antara para kurang baik maka pembelinya juga akan berkurang. Tetapi selama menjual di pasar hubungan para pedagang dengan para pelanggan adalah hal yang paling utama. Allhamdullilah sampai sekarang masih menjual di Pasar dan mendapat keuntungan besar karena banyak yang berbelanja ditempatnya. c. Hubungan Pedagang Dengan Pelanggan Sebuah keberhasilan dalam pergagangan tentunya semua pihak yang menjalankan perdagangan itu harus menjalin hubungan yang baik antara sesame baik itu hubungan antara sesame pedagang, hubunagn pedagang dengan grosiran dan hubungan pedagang dengan pembeli. Berdasarkan hasil weawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan antara pedagang dengan pelanggan, hubungan diantara keduanya sangat baik biasanya pedagang menjual dagangannya kepada langganannya itu agak murah karena pembeli sering datang belanja disini jadi pedagang harus menjaga hubunagan ini agar tetap baik karena biasanya pembeli sering memborong hasil dagangannya. Beradasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa hubungan antara keduanya sangat baik biasanya kalau pembeli datang disini pedagang selalu jual murah supaya pelanggan datang lagi belanja di tempatnya, sebabnya pedagang selalu menjaga hubungan ini agar tetap terjalin dengan baik karena apabila pedagang menjual dagangannya lebih mahal bukan pembeli lain saja yang kurang tetapi pelanggan juga pun akan pergi belanja di tempat lain yang mereka anggap lebih murah. 2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Memilih Berdagang Sayur Perdagangan merupakan faktor penting guna merangsang pertumbuhan ekonomi. Perdagangan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumberdaya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk yang hasilnya merupakan bekal utama yang jika tidak tersedia negara221 negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Perdagangan membantu semua warga negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui promosi serta pegutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keuntungan komperatif (Todaro, 2000). Pada dasarnya kegiatan perdagangan timbul karena adanya keinginan oleh pihak pihak yang terlibat didalamya untuk memperoleh manfaat/ keuntungan tambahan yang dapat diperoleh dari kegiatan perdagangan tersebut. Oleh karena itu motif manusia melakukan perdagangan adalah untuk memperoleh manfaat/keuntungan dari pelaksanaan kegiatan tersebut (Boediono, 1992). a. Faktor Ekonomi Kebutuhan masyharakat yang paling pokok adalah masalah makanan. Semua masyarakat akan mampu menjalankan hidup sehari-hari apa bila di tunjang dengan kondisi ekonomi yang baik pula. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor pendodrong masyarakat memilih menjadi pedagang sayaur yaitu karna faktor ekonomi. pedagang mengatakan ekonominya meningkat semenjak berdagang dan sangat membantu bagi kelangsungan hidup keluarga. Walaupun hasilya tidak terlalu banyak tapi Alhamdulillah kebutuhan terpenuhi dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat menjadi pedagang sayur yaitu faktor ekonomi, masyarakat memilih menjadi pedagang sayur karena tidak mempunyai modal yang banyak sedangkan berdagang sayur dengan modal rendah suda bisa menjual dan Alhmdulillah penghsilnya cukup memenuhi kebutuhan. b. Faktor Keinginan Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang mendorong masyarakat memilih menjadi pedagang sayur yaitu faktor keinginan. Awalnya berdagang sayur hanya mencoba-coba tapi setelah menjalankan sangat senang karena cukup mendapatkan untung banyak dan hinga sekarang pun dengan berdagan sayur bisa menyekolakan anakanya hingga keperguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara tersebutdi atas menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan masyarakat memilih berdagang sayur yaitu faktor keinginan. awalnya berdagang hanya sekedar ikut-ikutan sama tetangga tetapi setelah menjalaninya ternyata hasilnya lumayan memuaskan dari pada tiggal dirumah nda ada pekerjaan mending berdagang sayur dan hasilnya juga ikut membentu untuk keperluan rumah tangga bukan hanya suaminya pun juga ikut membentu akhirnya sampai saat ini masih menjalankanp pekerjaan ini. 222 Berdasarakan hasil wawancara tersebut di atas menunjukan bahwa faktor yang menorong masyarakat memilih berdagang sayur yaitu faktor keinginan. Dulu hanya menanam dan terus menanam kamudian hasilnya suaminya yang jual tetapi setelah lama kelamaan termotivasi dengan penghasilan yang didapatnya Karena berpikir kalau haya suami yang menjual tidak akan terlalu banyak penghasilanya jadi harus mambantunya akhirnya sampai sekaranng sudah kurang lebih empat tahun menjalamni pekerjaan sabagai penjual dan allhamdulliha hasilnya memuaskan sekali. Bisa mancukupi biaya hidup anakanak kuliah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya maka peneliti menarik kesimpulan bahwa: 1. Jaringan sosial ekonomi migran bugis sebagai pedagang sayur. a. Hubungan antara sesama pedagang. Semua pedagang menjalin hubungan sosial yang erat antara sesama mereka tidak ada yang saling mennjatuhkan satu sama lain. b. hubungan pedagang dengan pedagang grosiran. Jaringan sosial yang terjalin antara keduanya berjalan dengan baik dan saling kerja sama dalam meningkatkan penghasilan dari masing-masing pedagang. c. Hubungan pedagang dengan pelanggan, berjalan dengan baik pelanggan harus diutamakan agar bias memperoleh keuntungan yang banyak. 2. Faktor-faktor penyebeb meayarakat memilih menjadi pedagang sayur a. Faktor ekonomi keadaan ekonomi yang masih sangat kekurangan namun dengan berdagang sayur kondisi perekonomian mereka ikut terbantu. b. Faktor keinginan. Kodisi yang tidak ada pekerjaan lain sehingga mereka ingin melakukan pekerjaan manjual sayur. Saran Saran yang dapat diajukan dengan melihat jaringan sosial ekonomi migrant Bugis sbagai pedagang sayur di Pasar Barga Kota Kendari adalah: a. Kepada Pedagang agar dapat mengelolah dengan baik hasil atau pendapatan yang diperoleh supaya dapat meningkatkan usaha yang dijalankan begitupun hubungan sosial sesama pedagang agar tetap terjaga. b. Dengan peneliti ini diharapkan masyarakat Pedagang migrant Bugis supaya lebih professional dan penuh tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan hubungan-hubungan sosial dagang yang telah terbangun. 223 c. Kepada peneliti selanjuntnya agar lebih memperdalam aspek kajian tentang jaringan sosial ekonomi Migran Bugis sebagai Pedagang Sayur di Pasar Baruga di Kota Kendari. DAFTAR PUSTAKA Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yokyakarta: PT Tiara Wacana. Akhmad. 2005. Studi Perubahan Ekonomi Papua. Yogyakarta: Bigraf Publishing. Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. Yogyakarta: BPFE. Boissevain, Jeremy. 1974. Friends of Friends: Networks, Manipulators and Coalitions. Oxford: Basil Blackwell. Cyril,S Belshaw. 1981. Tukar Menukar Tradisional dan Pasar Moderen. Jakarta: Gramedia. Damsar. 2002. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. The Kian Wie. 1981. Pemeratan Kemiskinan Ketimpangan Beberapa Pemikiran Tentang Pertumbuhan Ekonomi Peebnrbit Sinar Harapan. Jakarta: Djaya Pirusa. Edward L. Poelinggomang. 2002. Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Makassar Abad XIX. Jakarta: Gramedia. Lukas David, Peter Mcdonald, Elspeth Youg. 1982. Pengantar Kependudukan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: AR-Ruzz Media. Mantra Ida Bagus. 1985. Pengantar Studu Demografi. Yogyakarta: Nur Cahya. Mitchell, J. Clyde. 1969. The Concept and Use of Social Network” dalam Social Networks in Urban Situation: Analysis of Personal Relationships in Central Africa Town (ed. Mitchell), hlm 1-50. Manchester: University of Manchester Press. Koetjaranigrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Said Rusdi. 2005. Pengantar Ilmu Kependuduka. Jakarta: LP3ES. Sunarto, Hs. 1985. Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi 1971-1980. Dua Dimensi. Yogyakarta. Suparlan, Parsudi. 1982. Jaringan Sosial”, dalam Media IKA Februari, No. 8/X, hlm. 29-47. Jakarta: Ikatan Kekerabatan Antropologi Fakultas Sastra UI. 224