STIKES NGUDI WALUYO KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMERIKSAAN ANTE NATAL CARE (ANC) DENGAN FREKUENSI ANTE NATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI BPM Ny LINGGAR HASTUTI DESA BONOMERTO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh : SITI NURHIDAYAH NIM 040110a096 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO 2013 STIKES Ngudi Waluyo Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Siti Nurhidayah (040110a096) ABSTRAK Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang xiii + 69 halaman + 5 tabel + 2 gambar + 10 lampiran Frekuensi ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke Bidan atau Dokter semenjak ia merasa dirinya hamil dengan standar kunjungan 4 kali. Beberapa faktor untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC yang perlu mendapatkan perhatian, disamping faktor ibu hamil sendiri (sikap) untuk memeriksakan kehamilanya, pengetahuan, faktor biaya, sosial budaya, informasi, sarana atau fasilitas kesehatan dan dukungan dari suami. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil bulan Mei-Juni 2013 dengan sampel 37 orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan analisis distribusi frekuensi dan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, dengan nilai χ2 sebesar 25,345dan nilai p value sebesar 0,000 dan OR 286,000. Hendaknya bidan meningkatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil dengan meningkatkan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan memberikan bimbangan konseling lebih intensif supaya tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan. Kata kunci : dukungan suami, frekuensi Antenatal Care (ANC), ibu hamil Kepustakaan : 38 pustaka (2000-2009) ii STIKES Ngudi Waluyo School of Health Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, July 2013 Siti Nurhidayah (040110a096) ABSTRACT The Relation between Husbands' Support in Antenatal Care (ANC) examination with the Frequency of Antenatal Care (ANC) on Pregnant Women in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto Village, Suruh, Semarang Regency. xiii + 69 pages + 5 tables + 2 images + 10 appendices The frequency of ANC is an examination conducted by pregnant women to a midwife or doctor from early pregnency to the standard visits of 4 times. Some factors to increase the frequency of ANC visits that need attention, in addition to maternal factors alone (attitude) to check pregnancy, knowledge, cost, socioculture, information, health facilities and husband’s support. The purpose of this study was to determine the relation between husbands' support in Antenatal Care (ANC) examin with the frequency of Antenatal Care (ANC) on pregnant women in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto Village, Suruh, Semarang Regency. This study used a descriptive research design with cross sectional correlation. The subjects were pregnant women in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto Village, Suruh, Semarang Regency. Based on the medical records of Mrs. Linggar Hastuti, the pregnant women in May-June 2013,it took 37 samples using a total sampling technique. Data collecting used questionnaires and statistical analysis usid the analysis of frequency distribution and chi square. The results show that there is a relations of husband support with frequency Antenatal Care (ANC) in pregnant women in Bonomerto Village, Suruh, Semarang Regency, with χ2 value of 25,345 and p value of 0,000 and OR 286,000. Midwives should increase Antenatal Care Services (ANC) on pregnant women by involuing husbands in the Antenatal Care (ANC) ixamination in over to provide more intensive counseling so that there is complication during pregnancy. Keywords : husband's support, the frequency of Antenatal Care (ANC), pregnant women References: 38 references (2000-2009) iii LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan ANC dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang” ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo pada: Hari Tanggal : : Mengetahui Pembimbing I Pembimbing II (Rosalina, S.Kp., M.Kes) (Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes) iv HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang” telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan tim penguji Karya tulis ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo pada : Hari : Tanggal : Tim Penguji Penguji I (Cahyaningrum, S.SiT) Tim Penguji Penguji II (Rosalina, S.Kp., M.Kes) Penguji III (Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes) v RIWAYAT HIDUP Biodata Nama : Siti Nurhidayah Tempat / tanggal lahir : Pati, 10 Januari 1993 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat rumah : Ds. Keben, kec. Tambakromo, Kab. Pati Pendidikan 1. MI Mambaul Falah Keben Lulus Tahun 2004 2. MTS Miftahul Ulum Tambakromo Lulus Tahun 2007 3. SMA Nasional Pati Lulus Tahun 2010 4. Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran angkatan tahun 2010 – sekarang. vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan ANC dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Asaat Pitoyo, SKp M.Kes, selaku ketua STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 2. Luvi Dian Afriani, S.SiT, selaku ketua Prodi D III Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. 3. Rosalina, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. 4. Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah. 5. Seluruh dosen dan staff STIKES Ngudi Waluyo Ungaran 6. Teman-teman PRODI D-III Kebidanan yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini vii 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan studi kasus ini. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keselahan yang harus diperbaiki. Ungaran, Juli 2013 Penulis \ viii AFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i ABSTRAK ...................................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMABAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ................................................................................ 7 B. Kehamilan ................................................................................... 7 C. Antenatal Care (ANC) ............................................................... 10 D. Frekuensi .................................................................................... 29 ix E. Dukungan Suami......................................................................... 33 F. Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi ANC ................ 41 BABIII KERANGKA KERJA PENELITIAN A. Kerangka Teori ............................................................................ 43 B. Kerangka Konsep ......................................................................... 43 C. Variabel Penelitian ....................................................................... 44 C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 44 D. Definisi Operasional .................................................................... 45 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ........................................................................ 46 B. Populasi dan Sampel ................................................................... 46 C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 47 D. Alat Pengumpulan Data .............................................................. 48 E. Proses Pengumpulan Data .......................................................... 50 F. Etika Penelitian ........................................................................... 51 G. Pengolahan Data ......................................................................... 52 H. Analisa Data ................................................................................ 53 BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisi Univariat ........................................................................ 56 B. Anaisis Bivariat .......................................................................... 57 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ....................................................................... 59 B. Analisis Bivariat ......................................................................... 66 x BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 70 B. SARAN ...................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 48 Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami ........................... 51 xii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian .................................................... 46 Gambar 3.2 Kerangka Konsep ................................................................. 46 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 : Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 : Surat Balasan Lamipran 5 : Lembar Konsul xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami. Kehamilan dimulai dari pembuahan dan berakhir dengan kelahiran manusia baru. Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Namun demikian tidak semua hasil persalinan dan kehamilan akan menggembirakan seorang suami ataupun ibu. Ibu hamil bisa menghadapi kegawatan dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu hamil resiko tinggi, maupun rendah yang mengalami komplikasi dalam persalinan (Saifudin, 2002). Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) yaitu pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan flsik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala yang diikuti minggu ke minggu, dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan pada ibu hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan janin (Manuaba, 2007). Antenatal Care dalam penelitian ini untuk selanjuntya akan ditulis dengan ANC. 1 2 Tujuan ANC adalah menyiapkan ibu hamil sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga keadaan post partum mereka sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi mental. Dijelaskan kepada ibu tersebut perlunya diadakan pemeriksaan teratur, makin tua kehamilannya makin cepat pemeriksaan hams diulang atau frekuensinya harus lebih sering (Prawirohardjo, 2002). Frekuensi ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke Bidan atau Dokter sedini mugkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal (Prawirohardjo, 2008). Ibu hamil yang jarang memeriksakan kehamilannya dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, karena dengan pelayanan perawatan kehamilan yang teratur dapat dilakukan deteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya penyakit yang timbul pada masa kehamilan (Mufdlilah, 2009). Menurut WHO kunjungan 4 kali tersebut merupakan standar minimal ANC dengan ketentuan 1 kali kunjungan pada trimester I, 1 kali kunjungan pada trimester II dan 2 kali kunjungan pada trimester III. Namun mengingat komplikasi yang mungkin muncul selama kehamilan maka dengan bertambahnya usia kehamilan pemeriksaan harus lebih sering dilakukan (Mufdlilah, 2009). Beberapa faktor untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC yang perlu mendapatkan perhatian, disamping faktor ibu hamil sendiri (sikap) untuk memeriksakan kehamilanya, pengetahuan, faktor biaya, sosial budaya, informasi, sarana atau fasilitas kesehatan dan dukungan dari suami 2 3 merupakan hal yang sangat penting dalam pemeriksaan kehamilan (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2004). Dukungan suami pada istri adalah hal yang memang dibutuhkan, sangat dianjurkan bahwa suami harus memberi dukungan yang lebih besar kepada istrinya yang sedang hamil (Dagun, 2002). Dukungan suami terhadap kehamilan istri baik secara fisik maupun psikis yang dibutuhkan (Kasdu, 2004). Dukungan fisik adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa kehamilarmya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni menanyakan keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar atau menemani istri memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami membantu tugas istri (Yanuasti, 2001). Dukungan fisik juga di sebut sebagai dukungan instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain. Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995), bahwa bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan fmansial untuk biaya pengobatan, pemulihan maupun biaya hidup selama seseorang tersebut belum dapat menolong dirinya sendiri. Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya 3 4 suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendamhakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan, suami tidak menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan istri dan anaknya (Retnowati, 2005). Prilaku suami yang baik bisa membuat istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang. Dukungan emosi dari pasangan juga merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan kehamilan (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2004). Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik, dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas. Salah satu strategi Making Pregnancy Safer (MPS) adalah mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan dari strategi tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2007). Hasil penelitian Retnowati (2007), menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan frekuensi ANC pada ibu hamil primigravida di BPS Ny.Natalia Genuk Semarang, dengan nilai p value 0,030. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian dari Retnowati adalah studi korelatif dengan pendekatan retrospective, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan cross sectional. Perbedaan selanjutnya dalam penelitian Retnowati menggunakan analisis 4 5 korelasi Rank Spearman, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan menggunakan analisis korelasi chi square. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27-28 Maret 2013 di BPM Ny. Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diperoleh data ibu hamil yang memeriksakan kehamilan sebanyak 68 orang di mana jumlah ibu dengan komplikasi penyakit asma sebanyak 2 orang (2,9%), pre eklamsi sebanyak 2 orang (2,8%), KPD sebanyak 3 orang (3,7%) dan perdarahan sebanyak 1 orang (1,9%). Diperoleh pula jumlah ibu yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 1 orang (1,5%). Hasil wawancara dengan 10 ibu hamil diperoleh data 5 ibu hamil (50,0%) melakukan ANC kurang dari 4 kali di mana 3 orang (60,0%) ibu mengatakan suami mau menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan, sudah menyiapkan perlengkapan bayi dan menemani ibu ketika memeriksakan kehamilan, serta 2 orang (40,0%) mengatakan bahwa suami yaitu hanya mau mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu selama kehamilan. Diperoleh pula data 5 ibu hamil (50,0%) melakukan ANC lebih dari 4 kali di mana 1 orang (20,0%) ibu mengatakan bahwa suami sudah menyiapkan perlengkapan bayi, mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu selama kehamilan dan menemani ibu ketika memeriksakan kehamilan, serta 4 orang (80,0%) tidak mendapatkan dukungan dari suami yaitu hanya menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan. Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian tentang, "Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care 5 6 (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan merumuskan masalah penelitian, "Adakah hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang?". C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus , a. Mengetahui gambaran dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. b. Mengetahui gambaran frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. c. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal 6 7 Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan kepatuhan dalam kunjungan Antenatal Care (ANC), sehingga peneliti mampu memahami pentingnya dukungan suami. 2. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan masukan untuk menambah wawasan kepada mahasiswa tentang pentingnya pemberian health education kepada masyarakat khususnya ibu hamil. 3. Bagi Bidan Memberikan masukan kepada bidan untuk meningkatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil dengan meningkatkan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) supaya tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antenatal Care (ANC) 1. Pengertian Kehamilan adalah proses dimana terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani yang terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang mengandung spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000). Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008). Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002). 2. Tanda-Tanda Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2006), berhasilnya proses pembuahan (kehamilan) dapat dilihat pada perubahan-perubahan fisik dan psikologis ibu atau tanda (gejala) yang menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain : 8 9 a. Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi yang biasanya disebut terlambat datang bulan. b. Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon estrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan muak dan muntah. c. Ngidam yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu. d. Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi darah ke arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat. Keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16 minggu. e. Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon estrogen, progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit lemak, air dan garam pada payudara sehingga akan membesar dan tegang, Ujung syaraf akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. f. Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat kerja hormon progesterone yang menghambat peristaltik usus. g. Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi, pipi dan hidung yang disebabkan kloasma gravidarum. 9 10 h. Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otototot pada uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi nigroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen. i. Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini sebagai akibat kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan betis serta payudara. 3. Tujuan Antenatal Care Menurut (Wiknjosastro, 2005), tujuan antenatal care wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar : a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat; b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan diobati, c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat pula fisik dan metal 4. Fungsi Antenatal Care a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu 10 11 c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi. 5. Cara Pelayanan Antenatal Care Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari : a. Kunjungan Pertama 1) Catat identitas ibu hamil 2) Catat kehamilan sekarang 3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu 4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan 5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium 6) Pemeriksaan obstetric 7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) 8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi. 9) Penyuluhan/konseling. b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal: 1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu). 2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28). 11 12 3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002) 4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003:45). Menurut Saifuddin, dkk, (2002), pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting. 1) Trimester pertama sebelum minggu ke 14 a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil. b) Mendeteksi masalah dan menanganinya c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi e) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya 2) Trimester kedua sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan g 12 13 3) Trimester ketiga antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan g. 4) Trimester ketiga setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. 6. Kebijakan Pelayanan Antenatal a. Kebijakan Program Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : suami berencana, ANC, persalinan bersih dan aman, dan pelayanan obstetri essensial. Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu: 1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. 2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat. 3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya komplikasi keguguran. 13 14 b. Kebijakan Teknis Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponenkomponen sebagai berikut: 1) Mengupayakan kehamilan yang sehat 2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. 3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman 4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi : 1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil. 2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun. 3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah. 14 15 1) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu. (Depkes, 2009) 7. Peran Serta Ibu dalam Pelayanan Antenatal Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam memanfaatkan pelayanan antenatal dipengaruhi perilaku individu dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah dilakukan inilah disebut perilaku. (Fizben dan Ajzen, 2009). Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003) faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain: a. Faktor yang Mempermudah (Predisposing factor) Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat) 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang 15 16 sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar. Sedangkan menurut Indra Jaya pengetahuandidefinisikan sebagai berikut : a) Sesuatu yang ada atau dianggap adab. Sesuatu hasil persesuaian subjek dan objek. b) Hasil kodrat manusia. c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi. Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan (reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di masa lalu yang umumnya dikenal, seperti aristoteles. Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain untuk mendapat pengetahuan dengan pengamatan dan eksperimen metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan dengan pengamatan dan pengetesan.Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan 16 17 penelitian ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. 2) Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Soekidjo, 2003). Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negative terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Sarwono, 2000). Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang yang memberikan gambaran corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada sikap seseorang, orang akan dapat menduga bagaiman respon atau tindakan yang akan diambil tindakan oleh orang tersebut terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi wajar-ideal gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku yang diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau 17 18 keadaan yang dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari sikapnya (Hariyadi, 2003). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Soekidjo, 2003). b. Faktor Pendukung (Enabling Factor) 1) Keterjangkauan Fasilitas Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya penyakit, yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktorfaktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah 18 19 tersendiri bila dilihat dari segi individu, suami, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 2008). 2) Jarak ANC Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2005). Menurut Koenger (2003), keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (2000) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) Faktor pendorong yaitu factor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan derajat kesehatan (Istiarti, 2000). 19 20 1) Perilaku Masyarakat Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan kesehtan dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar belakang social budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem kesehatan kedokteran, recipient memilki system kesehatan yang berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan, termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang sosial budaya dan psikologi recipient. Prinsip-prinsip pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsipprinsip itu antara lain: a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi inovasi. b) Berdasarkan pengalaman, suatu program pembangunan masyarakat terlaksana dengan lancer keren melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai dengan felt-need, yang berdasarkan pertimbangan provider adalah need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang bersangkutan. 20 21 c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan ibu menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor kebiasaan makan orang-orang dari masyarakat target. Ada konsep kebiasaaan makan yang dapat dijadikan pedoman, antara lain teori channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status social, kesehatan dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu dengan yang lain. Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala nilai yang diacu (Joyomartono, 2005). 2) Partisipasi Masyarakat Partisipasi meningkatkan masyarakat tanggung jawab adalah menumbuhkan individu, suami, dan terhadap kesehatan atau kesejahteraan dirinya, suaminya dan masyarakat (Depkes RI, 2007). Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu: a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena paksaan. b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena insensitif. c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena ingin meniru. d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran. 21 22 e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi dan tanggungjawab (Depkes RI, 2007). Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal dari masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi karena kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem pengambilan keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan tetap, pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya, susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat yang sangat berbede dengan persepsi provider tentang masalah kesehatan yang dihadapi. Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak provider adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara provider dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif (Depkes RI, 2007). Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor yang berada dalam masyarakat dan pihak provider yang akan mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan factor penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan (Depkes RI, 2007). 3) Dukungan Suami Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat 22 23 memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan (BKKBN, 2007). 13. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Antenatal Care a. Umur Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam 2001). Dengan bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan. Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Usia berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian Hardjanti (2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia produksi beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu resiko ibu akan meningkat setiap tahun. Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan 23 24 persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. b. Pendidikan Pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Menurut Suparlan (2006), pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang telah ditentukan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan (Suliha, dkk, 2002). Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Munib, dkk, 2004). Menurut Munib, dkk (2004) pendidikan adalah proses 24 25 seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan social dan kemampuan individu yang optimal. Proses perubahan perilaku menuju kedewasaan penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan dan sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku yang berpendidikan tinggi akan berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang hanya berpendidikan dasar (Budioro, 2002). Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya (Maulani, 2009). c. Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu orang. Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang 25 26 mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005). Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan suami berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Wiknjosastro, 2005). d. Pendapatan Menurut Sumardi dan Evers (2002), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota suami lainnya. Pendapatan suami yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 2008). 26 27 Menurut Budioro (2002), keterbatasan sarana dan sumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah perilakunya. Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang diteliti berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan Rp 939.756,-/bulan (BPS Kota Semarang, 2010). Menurut penelitian Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi bukan penentu utama ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya, cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan. Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang khasiatnya. e. Jarak Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Menurut Koenger (2003) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas 27 28 kesehatan akan mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (2000) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana layanan public termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa mempunyai puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan, perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003). C. Frekuensi 1. Pengertian Frekuensi ANC (Antenatal Care) adalah perawatan yang diberikan kepada ibu hamil selama kehamilan secara berbeda-beda dan teratur sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, agar dapat diketahui kelainan atau gangguan kesehatan secara dini (Prawirohadjo, 2005). 2. Ketentuan Antenatal Care (ANC) Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak, 28 29 kunjungan antenatal ini diberi kode huruf K yaitu singkatan dari kunjungan. Kunjungan yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4 (Prawirohardjo, 2008). Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1). b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2). c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009) Menurut Wiknjosastro (2002), pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut : a. Pemeriksaan pertama yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat 1 bulan. b. Pemeriksaan ulang 4 minggu sekali sampai kehamilan 28 minggu. c. Pemeriksaan ulang 2 minggu sekali sampai kehamilan 36 minggu. d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 36 minggu. e. Pemeriksaan khusus bila ada keluhan-keluhan. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal melakasanakan perawatan kehamilan maksimal 13 sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu pertama kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. 29 30 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan ANC Menurut Depkes RI (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC, yaitu : a. Tingkat Pengetahuan Pandangan seseorang tentang kesehatan secara umum baik menyangkut pentingnya memelihara kesehatan tubuh, pemahaman terhadap makna dan manfaat kesehatan bagi kehidupan secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemauan melakukan kunjungan ANC seseorang. Orang yang memiliki pesepsi negatif tentang kesehatan memiliki kecenderungan kemauan untuk melakukan kunjungan ANC-nya rendah. Sebaliknya orang yang memiliki persepsi positif terhadap kesehatan akan cenderung lebih patuh terhadap apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan termasuk kepatuhan kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan. Ketidak mengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas kesehatan. b. Lingkungan Lingkungan dimana seseorang tinggal juga mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap saran dan nasihat orang lain. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan pergaulan/ teman, dan lingkungan keluarga yang mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Orang yang tinggal dalam lingkungan 30 31 yang menjunung tinggi aspek kesehatan akan cenderung patuh terhadap saran-saran untuk menuju hidup sehat dengan teratur memeriksakan kehamilan. Sedangkan perilaku keluarga yang tidak mengizinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya. c. Pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah, semakin tiggi pendidikan maka semakin tinggi pula derajat pekerjaannya. Pekerjaan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan ANC. Ibu yang bekerja khususnya bekerja di sector formal akan memiliki akses lebih baik terhadap berbagai informasi dan juga pelayanan kesehatan. Seorang ibu yang tidak bekerja akan mempengaruhi waktu yang lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. d. Fasilitas Kesehatan Tersedianya fasilitas kesehatan terutama yang dekat dengan tempat tinggal merupakan salah satu factor yang mempengaruhi ANC. Dengan tersedianya fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal akan dapat mendorong seseorang untuk melakukan ANC secara lebih teratur. 31 32 e. Sosial Ekonomi Sosial ekonomi dapat mempengaruhi frekuensi ANC. Tingkat sosial ekonomi yang tinggi dapat mendorong seseorang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lebih teratur. Status ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan, bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. f. Informasi Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). g. Sikap Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan dirinya dan janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004). h. Dukungan Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan sosial yang bisa diberikan keluarga terutama dukungan suami, dukungan sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi, misalnya 32 33 kesiapan finansial, dukungan informasi, juga dukungan psikologis seperti menemani saat periksa kehamilan (Bobak, et.,al, 2004). D. Dukungan Suami 1. Pengertian Menurut Friedman (2008), dukungan suami adalah sikap, tindakan dan penerimaan suami terhadap penderita yang sakit. Anggota suami memang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. 2. Fungsi Dukungan Suami Friedman (2008) menjelaskan bahwa suami memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu : a. Dukungan Informasional Suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. b. Dukungan Penilaian Suami bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan 33 34 validator indentitas anggota suami diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian, c. Dukungan Instrumental Suami merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan, d. Dukungan Emosional Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan (Akhmadi, 2009). 3. Sumber Dukungan Suami Dukungan sosial suami mengacu kepada dukungan sosial yang dipng oleh suami sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk suami (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota suami memang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial suami dapat berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial suami eksternal (Friedman, 2008). 34 35 4. Manfaat Dukungan Suami Dukungan sosial suami adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial suami membuat suami mampu berfungsi dengan berbagai kepian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi suami (Akhmadi, 2009). Friedman (2008) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Akhmadi, 2009). 6. Peran Suami Selama Masa Kehamilan dan persalinan Ada delapan cara peran suami selama masa kehamilan dan persalinan yaitu : a. Tenangkanlah rasa ketidaknyaman istri, selama awal kehamilan sering terjadi mual muntah (morning sickness), rasa lelah, perubahan perasaan, dan nafsu makan yang berkurang. Lakukanlah menenangkan rasa tidak nyaman yang dirasakan istri 35 sesuatu untuk 36 b. Berikan perhatian dan berusaha memahami keadaaan ini sehingga istri mengerti bahwa mengasihinya. Dengarkan kekuatirannya dan keluhannya dengan penuh perhatian c. Menemani istri memeriksa kehamilannya ke dokter akan memberinya perasaan tenang dan lebih percaya diri. Calon ayah pun perlu mengetahui apa yang terjadinya selama kehamilan d. Binalah ikatan dengan calon bayi, Bicaralah dan bacakan cerita untuk bayi dalam kandungan istri, dan rasakan tendangan dan gerakan bayi di perut istri. Ikuti terus perkembangan calon bayi c. Banyak hal yang akan berdua persiapkan untuk calon bayi mulai dari membeli segala perlengkapan bayi, pakaian, ranjang sampai memilih nama bayi e. Makanlah bersama dengan sehat, makanan yang bernutrisi sangat penting dalam kehamilan f. Lengkapi diri dengan pengetahuan, tentang kehamilan dan persalinan. Sehingga dapat lebih mengerti setiap perkembangan dan perubahan pada istri dan juga mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda awal persalinan istri g. Temani saat proses persalinan, Ketika hari persalinan tiba bersiaplah menemani istri melalui proses persalinannya (Suririnah, 2008). 36 37 7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami Menurut Bobak (2004), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan suami dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah ini : a. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan reproduksi pasangannya (Hasriyanti, 2005). b. Pendapatan Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% penghasilannya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat 37 38 holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan karena permasalahan keuangan (Yanuasti, 2001). c. Budaya Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas makanan yang lebih baik, baik dibanding isteri maupun anak karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan lain-lain. d. Pengetahuan tentang kehamilan Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai kehamilan, hal-hal yang tidak jelas dan membingungkan dapat teratasi dan makin mudah bagi suami untuk turut merasakan yang diderita istri. Pengetahuan ini juga akan membuat proses kehamilan menjadi lebih menarik bagi suami. Rendahnya partisipasi suami dalam kehamilan ibu dikarenakan kurang mendapat informasi yang berkaitan dengan masalah kehamilan. 38 39 e. Pengalaman Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam menghadapi kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif terhadap dukungan yang diberikan kepada istrinya. Seorang suami dari ibu primigravida belum dapat secara langsung berperan sebagai ayah yang ideal, karena kehamilan ini merupakan sesuatu yang baru yang belum pernah dihadapi. f. Status perkawinan Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang dukungan terhadap pasangannya, dibanding dengan pasangan yang status perkawinan yang sah. g. Status sosial ekonomi Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya. C. Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi ANC Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to use through our interaction with other people”. Pendapat lain bahwa dukungan tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang diberikan oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis 39 40 yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut diperhatikan, dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai dukungan yang penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan menimbulkan stress bagi ibu hamil. Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul dapat diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya. Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu : (a) terlambat mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. 40 BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN A. Kerangka Teori Faktor yang Mempengaruhi Perilaku 1. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) a. a. Tenaga kesehatan Frekuensi b. b. Masyarakat dan keluarga Antenatal c. 2. Faktor pendukung (enabling Care (ANC) d. factor) e. a. Ketersediaan Fasilitas f. b. Ekonomi g. c. Sosial budaya Perilaku h. d. Geografis kesehatan 3. Faktor pendorong kunjungan (reinforcing factor) ANC a. Sikap dan Perilaku Tenaga Kesehatan b. Sikap dan Perilaku Masyarakat Keterangan : : Variabel yang akan di teliti. Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Antenatal Care (ANC) Tingkat Pengetahuan Lingkungan Pekerjaan Fasilitas Kesehatan Sosial Ekonomi Informasi Sikap Dukungan Suami a. Dukungan Informasional b. Dukungan Penilaian c. Dukungan Instrumental d. Dukungan Emosional Gambar 3. 1 Kerangka Teori Sumber : Bobak, Lowdermilk & Jensen, (2004); Depkes RI, (2005); Lewrence Green dalam Notoatmodjo, (2003) yang dimodifikasi. B. Kerangka Konsep Variabel independen Dukungan suami Variabel dependen Frekuensi ANC Gambar 3. 2 Kerangka Konsep 41 42 C. Variabel Variabel bebas / independen : dukungan suami dalam pemeriksaan ANC Variabel terikat / dependen : frekuensi ANC D. Hipotesis Ada hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan ANC dengan frekuensi ante natal care (ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang 42 E. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala pengukuran Variabel Independen Dukungan suami dalam pemeriksaan ANC Semua bentuk perhatian suami yang diterima istri yang sedang hamil, untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang menyangkut dukungan financial, dukungan informasi, dukungan psikologis, dukungan instrumental Dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan di mana penilai jawaban untuk pertanyaan positif bila dijawab ya nilai 1, tidak nilai 0 dan untuk pertanyaan negatif bila dijawab ya nilai 0, tidak nilai 1 Berdasarkan kuesioner yang digunakan diperoleh jumlah skor maksiman 15 dan skor minimal 0. Untuk kepentingan analisis data selanjutnya jumlah skor jawaban dikategorikan sebagai berikut : 1. Baik (9-15) 2. Kurang baik (0-8) Ordinal Variabel dependen Frekuensi ANC Jumlah kedatangan ibu hamil untuk mengikuti pemeriksaan kehamilan TM I 1 kali, TM 2 1 kali dan TM 3 2 kali, selama kehamilan di bidan Ny Linggar Hastuti Kabupaten Semarang Dengan menggunakan dari buku KIA Penilaian frekuensi ANC adalah sebagai berikut : 1. Baik (≥ 4 kali) 2. Tidak baik (< 4 kali) Nominal data 43 BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada waktu pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua obyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Studi cross sectional dalam penelitian ini dimaksud untuk mempelajari korelasi dukungan suami dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil bulan Mei-Juni 2013 sebanyak 37 orang. 44 45 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam populasi ini adalah ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebanyak 37 orang. Jadi dalam penelitian ini digunakan total sampling, artinya semua jumlah populasi dijadikan sampel. Spesifikasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi di bawah ini : a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi pada penelitian ini : 1) Ibu hamil yang memiliki suami dan suami yang tidak bekerja di luar kota tinggal bersama istri. 2) Umur kehamilan lebih dari 36 minggu b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden. 2) Ibu hamil yang tidak ada di tempat ketika pelaksanaan penelitian 45 46 C. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada 22-24 Juli 2013. D. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variable dukungan suami, sedangkan untuk mengukur variabel frekuensi ANC diperoleh dari rekam medik dari BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami Indikator a. Dukungan Informasional b. Dukungan Penilaian c. Dukungan Instrumental e. Dukungan Emosional Pertanyaan Favourable Unfavourable 2,3,4, 1 5,6,7 9,11 12,14,15 8 10 13 Jumlah 4 4 3 4 Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 46 47 a. Uji Validitas Menurut Arikunto (2006), uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total, selanjutnya dihitung dengan rumus product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : r N XY X Y N X 2 X N Y 2 Y 2 2 Keterangan : R : Koefisien N : Sampel X : Pertanyaan no Y : Skor total Uji instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Arikunto, 2002). Berdasarkan tabel nilai korelasi product moment untuk sampel sebanyak 15 reponden dengan taraf signifikasi 5% diperoleh 0,514 (Sugiyono, 2003). Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden menunjukkan nilai r hitung untuk variabel dukungan suami antara 0,6850,973 lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,514 (α = 0,05). Artinya semua pertanyaan dapat dikatakan valid. 47 48 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk perhitungan uji reliabilitas ini harus dilakukan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang sudah memiliki validitas. Metode pengujian realibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consiteney, yaitu melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach’s sebagai berikut: 𝑟11 = ∑ σb 2 k {1 − 2 } (k − 1) σ t Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen k = Jumlah item dalam instrumen ∑σb2 = Jumlah butir varian σ2t = Varians total Uji instrumen ini dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfa minimal 0,60 (Ghozali, 2007). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di BPM Ny Yunianingrum Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah responden 15 ibu hamil. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden menunjukkan nilai cronbach alpha untuk variabel dukungan suami antara 0,973 lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu 0,60, artinya semua pertanyaan dapat dikatakan reliabel. 48 49 E. Proses Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan a) Perizinan dari kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran b) Perizinan kepada bidan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. c) Melakukan sosialisasi dengan bidan di BPM Ny Linggar Hastuti terkait tentang maksud dan tujuan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan a) Pengambilan data dilakukan secara door to door, dimulai dari memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang maksud dan tujuan penelitian. b) Melakukan pembagian kuesioner kepada ibu hamil terkait dengan dukungan suami berdasarkan pertanyaan yang ada. c) Mendampingi ibu hamil pada saat pengisian kuesioner dengan tujuan apabila ada pertanyaan yang belum dimengerti bisa langsung dijelaskan oleh peneliti. d) Meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. e) Melakukan observasi frekuesni ANC dengan menggunakan buku KIA F. Etika Penelitian 1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Tujuan informed consent agar subyek mengerti maksud dan 49 50 tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak asasi mereka. 2. Cofidentiality (Menjaga responden) yang diambil datanya Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga kerahasiaanya oleh peneliti, kerahasiaan informasi yang diberikan subyek dijamin oleh peneliti dan tidak disampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan penelitian. Dan hanya disajikan apabila dibutuhkan oleh penulis dalam hal pertanggungjawaban. 3. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan indentitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode pada masing-masing baris. G. Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Editing Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan langsung ditempat penelitian setelah responden selesai mengisi kuesioner. 2. Scoring Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner tentang dukungan suami dalam peneriksaan ANC terdiri dari 15 pernyataan yang di bagikan kepada 50 51 responden dengan penilaian untuk pertanyaan positif skor 1 apabila jawaban “ya” dan skor 0 apabila jawaban “tidak”, sedangkan untuk pernyataan negatif dengan skor 1 apabila jawaban “tidak” dan skor 0 apabila jawaban “ya” 3. Coding Coding adalah memindahkan data dari pertanyaan ke daftar yang memberikan informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai jawaban berupa kode angka kemudian dimasukkan kedalam lembar tabel kerja untuk mempermudah membacanya. Untuk kode variabel independen dukungan suami baik diberi kode 1, dukungan suami kurang baik diberi kode 0 demikian juga pada variabel frekuensi ANC yaitu tidak baik (< 4 kali) diberi kode 0 dan baik (≥ 4 kali) di beri kode 1 4. Entri data Proses memasukkan data penelitian dari lembar observasi ke dalam program SPSS for windows untuk dilakukan pengolahan data. 5. Tabulating Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini data telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola format yang telah direncanakan. 51 52 H. Analisa Data 1. Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yaitu dukungan suami (variaber independen) dan frekuensi Antenatal Care (ANC) (dependen). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik) dengan variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya hubungan dua variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi Square tidak dapat menjelaskan derajat hubungan, dalam hal ini uji Chi Square tidak mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain (Hastono, 2007). Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna. Analisa bivariat ini menggunakan chi square. 52 53 𝑥2 = ∑ (𝑓0 − 𝑓𝑒 )2 𝑓𝑒 Keterangan : 𝑥 2 = nilai chi kuadrat 𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi 𝑓𝑒 = frekuensi yang diharapkan Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah: a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan) Syarat uji Chi-Square : 1) Sudah dikategorikan 2) Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik 3) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel 4) Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka : a) Alternatif uji chi-aquare untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact b) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel. Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan derajat kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction. Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang dipakai adalah fisher exact test (Hastono, 2007). 53 54 Data dikatakan memenuhi uji Chi-square jika nilai expected yang diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan Chi-square, maka digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher untuk jenis tabel 2x2 dan uji Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK (Dahlan, 2010). Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis (Dahlan, 2010). 54 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah responden 37 responden. A. Analisa Univariat 1. Gambaran Dukungan Suami dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Dukungan suami N % Kurang baik 14 37,8 Baik 23 62,2 Jumlah 37 100,0 Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%). 2. Gambaran Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny. Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. 54 55 Frekuensi ANC N % Tidak baik 14 37,8 Baik 23 62,2 Jumlah 37 100,0 Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%). B. Hasil Analisa Bivariat Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat kecemasan primigravida pada trimester III dalam menghadapi persalinan di BPM Ny Hartini Selopampang Kabupaten Temanggung Tabel 5.3 Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Frekuensi ANC Dukungan suami Tidak baik Baik Total f % f % Kurang baik 13 92,2 1 7,1 14 100,0 Baik 1 4,3 22 95,7 23 100,0 14 37,8 23 62,2 37 100,0 Jumlah 55 f % OR p-value (CI 95%) 286,000 0,000 56 Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diperoleh hasil responden yang mendapat dukungan suami kategori kurang baik dengan frekuensi ANC kategori tidak baik sebanyak 13 orang (62,2%) serta diperoleh hasil responden yang mendapat dukungan suami kategori baik dengan frekuensi ANC kategori baik sebanyak 22 orang (95,7%). Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 25,345dan nilai p value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 286,00 artinya responden yang mendapat dukungan dari suami kategori kurang baik cenderung 286,0 kali fekuensi ANC dalam kategori kurang baik dibandingkan responden yang mendapat dukungan dari suami. 56 BAB IV METODE PENELITIAN I. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah penelitian untuk mempelajari dinamika antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada waktu pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua obyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Studi cross sectional dalam penelitian ini dimaksud untuk mempelajari korelasi dukungan suami dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. J. Populasi dan Sampel 3. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil bulan Mei-Juni 2013 sebanyak 37 orang. 44 45 4. Sampel Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam populasi ini adalah ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebanyak 37 orang. Jadi dalam penelitian ini digunakan total sampling, artinya semua jumlah populasi dijadikan sampel. Spesifikasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi di bawah ini : c. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti (Nursalam, 2003). Kriteria inklusi pada penelitian ini : 3) Ibu hamil yang memiliki suami dan suami yang tidak bekerja di luar kota tinggal bersama istri. 4) Umur kehamilan lebih dari 36 minggu d. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah : 1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden. 2) Ibu hamil yang tidak ada di tempat ketika pelaksanaan penelitian 45 46 K. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada 22-24 Juli 2013. L. Alat Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variable dukungan suami, sedangkan untuk mengukur variabel frekuensi ANC diperoleh dari rekam medik dari BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami Indikator a. Dukungan Informasional b. Dukungan Penilaian c. Dukungan Instrumental f. Dukungan Emosional Pertanyaan Favourable Unfavourable 2,3,4, 1 5,6,7 9,11 12,14,15 8 10 13 Jumlah 4 4 3 4 Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 46 47 c. Uji Validitas Menurut Arikunto (2006), uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total, selanjutnya dihitung dengan rumus product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut : r N XY X Y N X 2 X N Y 2 Y 2 2 Keterangan : R : Koefisien N : Sampel X : Pertanyaan no Y : Skor total Uji instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel (Arikunto, 2002). Berdasarkan tabel nilai korelasi product moment untuk sampel sebanyak 15 reponden dengan taraf signifikasi 5% diperoleh 0,514 (Sugiyono, 2003). Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden menunjukkan nilai r hitung untuk variabel dukungan suami antara 0,6850,973 lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,514 (α = 0,05). Artinya semua pertanyaan dapat dikatakan valid. 47 48 d. Uji Reliabilitas Reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk perhitungan uji reliabilitas ini harus dilakukan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang sudah memiliki validitas. Metode pengujian realibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consiteney, yaitu melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach’s sebagai berikut: 𝑟11 = ∑ σb 2 k {1 − 2 } (k − 1) σ t Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen k = Jumlah item dalam instrumen ∑σb2 = Jumlah butir varian σ2t = Varians total Uji instrumen ini dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfa minimal 0,60 (Ghozali, 2007). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di BPM Ny Yunianingrum Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah responden 15 ibu hamil. Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden menunjukkan nilai cronbach alpha untuk variabel dukungan suami antara 0,973 lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu 0,60, artinya semua pertanyaan dapat dikatakan reliabel. 48 49 M. Proses Pengumpulan Data 3. Tahap Persiapan d) Perizinan dari kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran e) Perizinan kepada bidan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. f) Melakukan sosialisasi dengan bidan di BPM Ny Linggar Hastuti terkait tentang maksud dan tujuan penelitian. 4. Tahap Pelaksanaan f) Pengambilan data dilakukan secara door to door, dimulai dari memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang maksud dan tujuan penelitian. g) Melakukan pembagian kuesioner kepada ibu hamil terkait dengan dukungan suami berdasarkan pertanyaan yang ada. h) Mendampingi ibu hamil pada saat pengisian kuesioner dengan tujuan apabila ada pertanyaan yang belum dimengerti bisa langsung dijelaskan oleh peneliti. i) Meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. j) Melakukan observasi frekuesni ANC dengan menggunakan buku KIA N. Etika Penelitian 4. Informed Consent (Lembar Persetujuan) Merupakan persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian. Tujuan informed consent agar subyek mengerti maksud dan 49 50 tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak asasi mereka. 5. Cofidentiality (Menjaga responden) yang diambil datanya Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga kerahasiaanya oleh peneliti, kerahasiaan informasi yang diberikan subyek dijamin oleh peneliti dan tidak disampaikan kepada pihak lain yang tidak terkait dengan penelitian. Dan hanya disajikan apabila dibutuhkan oleh penulis dalam hal pertanggungjawaban. 6. Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan indentitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode pada masing-masing baris. O. Pengolahan Data Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut : 6. Editing Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Editing dilakukan langsung ditempat penelitian setelah responden selesai mengisi kuesioner. 7. Scoring Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner tentang dukungan suami dalam peneriksaan ANC terdiri dari 15 pernyataan yang di bagikan kepada 50 51 responden dengan penilaian untuk pertanyaan positif skor 1 apabila jawaban “ya” dan skor 0 apabila jawaban “tidak”, sedangkan untuk pernyataan negatif dengan skor 1 apabila jawaban “tidak” dan skor 0 apabila jawaban “ya” 8. Coding Coding adalah memindahkan data dari pertanyaan ke daftar yang memberikan informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai jawaban berupa kode angka kemudian dimasukkan kedalam lembar tabel kerja untuk mempermudah membacanya. Untuk kode variabel independen dukungan suami baik diberi kode 1, dukungan suami kurang baik diberi kode 0 demikian juga pada variabel frekuensi ANC yaitu tidak baik (< 4 kali) diberi kode 0 dan baik (≥ 4 kali) di beri kode 1 9. Entri data Proses memasukkan data penelitian dari lembar observasi ke dalam program SPSS for windows untuk dilakukan pengolahan data. 10. Tabulating Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini data telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola format yang telah direncanakan. 51 52 P. Analisa Data 3. Analisis Univariat Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yaitu dukungan suami (variaber independen) dan frekuensi Antenatal Care (ANC) (dependen). 4. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik) dengan variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya perbedaan proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya hubungan dua variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi Square tidak dapat menjelaskan derajat hubungan, dalam hal ini uji Chi Square tidak mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain (Hastono, 2007). Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna. Analisa bivariat ini menggunakan chi square. 52 53 𝑥2 = ∑ (𝑓0 − 𝑓𝑒 )2 𝑓𝑒 Keterangan : 𝑥 2 = nilai chi kuadrat 𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi 𝑓𝑒 = frekuensi yang diharapkan Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah: a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan) Syarat uji Chi-Square : 1) Sudah dikategorikan 2) Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik 3) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel 4) Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka : c) Alternatif uji chi-aquare untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact d) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel. Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan derajat kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction. Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang dipakai adalah fisher exact test (Hastono, 2007). 53 54 Data dikatakan memenuhi uji Chi-square jika nilai expected yang diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan Chi-square, maka digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher untuk jenis tabel 2x2 dan uji Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK (Dahlan, 2010). Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis (Dahlan, 2010). 54 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%). 2. Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%). 3. Ada hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, dengan nilai χ2 sebesar 25,345dan nilai p value sebesar 0,000 dan OR 286,000. B. Saran 1. Bagi Peneliti Hendaknya peneliti selanjutnya meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan kepatuhan dalam kunjungan Antenatal Care (ANC), dengan menggali informasi melalui tenaga kesehatan yang berkompeten atau buku-buku literatur 68 69 2. Bagi Institusi Pendidikan Hendaknya institusi pendidikan ikut berperan dalam meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dengan pemberian health education kepada masyarakat khususnya ibu hamil melalui penyuluhan-penyuluhan 3. Bagi Bidan Hendaknya bidan meningkatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil dengan meningkatkan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan memberikan bimbangan konseling lebih intensif supaya tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan. 69