dukungan suami, frekuensi Antenatal Care (ANC), ibu hamil

advertisement
STIKES NGUDI WALUYO
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMERIKSAAN ANTE
NATAL CARE (ANC) DENGAN FREKUENSI ANTE NATAL CARE (ANC)
PADA IBU HAMIL DI BPM Ny LINGGAR HASTUTI
DESA BONOMERTO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
SITI NURHIDAYAH
NIM 040110a096
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
STIKES NGUDI WALUYO
2013
STIKES Ngudi Waluyo
Program Studi DIII Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013
Siti Nurhidayah (040110a096)
ABSTRAK
Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dengan
frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa
Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
xiii + 69 halaman + 5 tabel + 2 gambar + 10 lampiran
Frekuensi ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke Bidan atau
Dokter semenjak ia merasa dirinya hamil dengan standar kunjungan 4 kali.
Beberapa faktor untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC yang perlu
mendapatkan perhatian, disamping faktor ibu hamil sendiri (sikap) untuk
memeriksakan kehamilanya, pengetahuan, faktor biaya, sosial budaya, informasi,
sarana atau fasilitas kesehatan dan dukungan dari suami. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care
(ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny
Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Subyek penelitian adalah ibu hamil di BPM Ny
Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil bulan
Mei-Juni 2013 dengan sampel 37 orang dengan teknik total sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan
analisis distribusi frekuensi dan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan
frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa
Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, dengan nilai χ2 sebesar
25,345dan nilai p value sebesar 0,000 dan OR 286,000.
Hendaknya bidan meningkatkan pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil
dengan meningkatkan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
dengan memberikan bimbangan konseling lebih intensif supaya tidak terjadi
komplikasi dalam kehamilan.
Kata kunci
: dukungan suami, frekuensi Antenatal Care (ANC), ibu hamil
Kepustakaan : 38 pustaka (2000-2009)
ii
STIKES Ngudi Waluyo School of Health
Diploma III of Midwifery Study Program
Scientific Paper, July 2013
Siti Nurhidayah (040110a096)
ABSTRACT
The Relation between Husbands' Support in Antenatal Care (ANC)
examination with the Frequency of Antenatal Care (ANC) on Pregnant
Women in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto Village, Suruh,
Semarang Regency.
xiii + 69 pages + 5 tables + 2 images + 10 appendices
The frequency of ANC is an examination conducted by pregnant women to a
midwife or doctor from early pregnency to the standard visits of 4 times. Some
factors to increase the frequency of ANC visits that need attention, in addition to
maternal factors alone (attitude) to check pregnancy, knowledge, cost, socioculture, information, health facilities and husband’s support. The purpose of this
study was to determine the relation between husbands' support in Antenatal Care
(ANC) examin with the frequency of Antenatal Care (ANC) on pregnant women
in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto Village, Suruh, Semarang Regency.
This study used a descriptive research design with cross sectional correlation. The
subjects were pregnant women in BPM Mrs. Linggar Hastuti in Bonomerto
Village, Suruh, Semarang Regency. Based on the medical records of Mrs. Linggar
Hastuti, the pregnant women in May-June 2013,it took 37 samples using a total
sampling technique. Data collecting used questionnaires and statistical analysis
usid the analysis of frequency distribution and chi square.
The results show that there is a relations of husband support with frequency
Antenatal Care (ANC) in pregnant women in Bonomerto Village, Suruh,
Semarang Regency, with χ2 value of 25,345 and p value of 0,000 and OR
286,000.
Midwives should increase Antenatal Care Services (ANC) on pregnant women by
involuing husbands in the Antenatal Care (ANC) ixamination in over to provide
more intensive counseling so that there is complication during pregnancy.
Keywords : husband's support, the frequency of Antenatal Care (ANC), pregnant
women
References: 38 references (2000-2009)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam
pemeriksaan ANC dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di
BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang” ini telah disetujui untuk diajukan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis
Ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Ngudi Waluyo pada:
Hari
Tanggal
:
:
Mengetahui
Pembimbing I
Pembimbing II
(Rosalina, S.Kp., M.Kes)
(Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes)
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil
di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang” telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan tim
penguji Karya tulis ilmiah Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo pada :
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji
Penguji I
(Cahyaningrum, S.SiT)
Tim Penguji
Penguji II
(Rosalina, S.Kp., M.Kes)
Penguji III
(Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes)
v
RIWAYAT HIDUP
Biodata
Nama
: Siti Nurhidayah
Tempat / tanggal lahir
: Pati, 10 Januari 1993
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat rumah
: Ds. Keben, kec. Tambakromo, Kab. Pati
Pendidikan
1.
MI Mambaul Falah Keben
Lulus Tahun 2004
2.
MTS Miftahul Ulum Tambakromo
Lulus Tahun 2007
3.
SMA Nasional Pati
Lulus Tahun 2010
4.
Mahasiswi Program Studi D III Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran angkatan
tahun 2010 – sekarang.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan dukungan suami dalam
pemeriksaan ANC dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di
BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini tidak lepas dari bimbingan
dan petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Asaat Pitoyo, SKp M.Kes, selaku ketua STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
2. Luvi Dian Afriani, S.SiT, selaku ketua Prodi D III Kebidanan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah.
3. Rosalina, S.Kp., M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bantuan
dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
5. Seluruh dosen dan staff STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
6. Teman-teman PRODI D-III Kebidanan yang telah membantu dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini
vii
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam pembuatan studi kasus ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan keselahan yang harus diperbaiki.
Ungaran, Juli 2013
Penulis
\
viii
AFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
ABSTRAK ......................................................................................................
ii
ABSTRACT ....................................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xii
DAFTAR GAMABAR ...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................
1
B. Rumusan Masalah ........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian..........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ................................................................................
7
B. Kehamilan ...................................................................................
7
C. Antenatal Care (ANC) ...............................................................
10
D. Frekuensi ....................................................................................
29
ix
E. Dukungan Suami.........................................................................
33
F. Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi ANC ................
41
BABIII KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Teori ............................................................................
43
B. Kerangka Konsep .........................................................................
43
C. Variabel Penelitian .......................................................................
44
C. Hipotesis Penelitian ......................................................................
44
D. Definisi Operasional ....................................................................
45
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................
46
B. Populasi dan Sampel ...................................................................
46
C. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
47
D. Alat Pengumpulan Data ..............................................................
48
E. Proses Pengumpulan Data ..........................................................
50
F. Etika Penelitian ...........................................................................
51
G. Pengolahan Data .........................................................................
52
H. Analisa Data ................................................................................
53
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Analisi Univariat ........................................................................
56
B. Anaisis Bivariat ..........................................................................
57
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat .......................................................................
59
B. Analisis Bivariat .........................................................................
66
x
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................
70
B. SARAN ......................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional .....................................................................
48
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami ...........................
51
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Kerangka Teori Penelitian .................................................... 46
Gambar 3.2
Kerangka Konsep ................................................................. 46
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2
: Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4
: Surat Balasan
Lamipran 5
: Lembar Konsul
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan
tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami. Kehamilan dimulai dari
pembuahan dan berakhir dengan kelahiran manusia baru. Kehamilan dan
persalinan merupakan proses yang alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan
merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Namun demikian tidak
semua hasil persalinan dan kehamilan akan menggembirakan seorang suami
ataupun ibu. Ibu hamil bisa menghadapi kegawatan dengan derajat ringan
sampai berat yang dapat memberikan bahaya terjadinya ketidaknyamanan,
ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan kematian bagi ibu hamil resiko
tinggi, maupun rendah yang mengalami komplikasi dalam persalinan
(Saifudin, 2002).
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) yaitu pemeriksaan dan pengawasan
kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan flsik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan pemberian ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Pemeriksaan ini dilakukan
secara berkala yang diikuti minggu ke minggu, dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan pada ibu hamil secara berkala untuk
menjaga kesehatan ibu dan janin (Manuaba, 2007). Antenatal Care dalam
penelitian ini untuk selanjuntya akan ditulis dengan ANC.
1
2
Tujuan ANC adalah menyiapkan ibu hamil sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
nifas, sehingga keadaan post partum mereka sehat dan normal, tidak hanya
fisik tetapi mental. Dijelaskan kepada ibu tersebut perlunya diadakan
pemeriksaan teratur, makin tua kehamilannya makin cepat pemeriksaan hams
diulang atau frekuensinya harus lebih sering (Prawirohardjo, 2002).
Frekuensi ANC adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke
Bidan atau Dokter sedini mugkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan antenatal (Prawirohardjo, 2008). Ibu hamil yang
jarang memeriksakan kehamilannya dapat meningkatkan risiko terjadinya
komplikasi kehamilan, karena dengan pelayanan perawatan kehamilan yang
teratur dapat dilakukan deteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya
penyakit yang timbul pada masa kehamilan (Mufdlilah, 2009).
Menurut WHO kunjungan 4 kali tersebut merupakan standar minimal
ANC dengan ketentuan 1 kali kunjungan pada trimester I, 1 kali kunjungan
pada trimester II dan 2 kali kunjungan pada trimester III. Namun mengingat
komplikasi yang mungkin muncul selama kehamilan maka dengan
bertambahnya usia kehamilan pemeriksaan harus lebih sering dilakukan
(Mufdlilah, 2009).
Beberapa faktor untuk meningkatkan frekuensi kunjungan ANC yang
perlu mendapatkan perhatian, disamping faktor ibu hamil sendiri (sikap)
untuk memeriksakan kehamilanya, pengetahuan, faktor biaya, sosial budaya,
informasi, sarana atau fasilitas kesehatan dan dukungan dari suami
2
3
merupakan hal yang sangat penting dalam pemeriksaan kehamilan (Bobak,
Lowdermilk dan Jensen, 2004).
Dukungan suami pada istri adalah hal yang memang dibutuhkan, sangat
dianjurkan bahwa suami harus memberi dukungan yang lebih besar kepada
istrinya yang sedang hamil (Dagun, 2002). Dukungan suami terhadap
kehamilan istri baik secara fisik maupun psikis yang dibutuhkan (Kasdu,
2004).
Dukungan fisik adalah suatu sikap dengan cara memberikan
kenyamanan dan bantuan secara fisik atau nyata kepada ibu selama masa
kehamilarmya, misalnya suami memperhatikan kesehatan isteri yakni
menanyakan keadaan istri atau janin yang dikandungnya, suami mengantar
atau menemani istri memeriksakan kehamilannya, suami menasihati agar
isteri tidak terlalu lelah bekerja di rumah atau di tempat kerja dan suami
membantu tugas istri (Yanuasti, 2001). Dukungan fisik juga di sebut sebagai
dukungan instrumental yaitu bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat
fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan,
memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain.
Aspek ini di dukung oleh Smet (1995) dan Taylor (1995), bahwa bantuan
instrumental ini berupa dukungan materi seperti benda atau barang yang
dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan fmansial untuk biaya pengobatan,
pemulihan maupun biaya hidup selama seseorang tersebut belum dapat
menolong dirinya sendiri.
Dukungan psikologis adalah suatu sikap yang memberikan dorongan
dan penghargaan moril kepada ibu selama masa kehamilannya, misalnya
3
4
suami sangat membantu ketenangan jiwa isterinya, suami mendamhakan bayi
dalam kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan,
suami tidak menyakiti istri, suami menghibur atau menenangkan ketika ada
masalah yang dihadapi isteri, suami berdoa untuk kesehatan atau keselamatan
istri dan anaknya (Retnowati, 2005). Prilaku suami yang baik bisa membuat
istri menjadi bahagia dan menghayati masa kehamilan dengan tenang.
Dukungan emosi dari pasangan juga merupakan faktor penting dalam
mencapai keberhasilan tugas perkembangan kehamilan (Bobak, Lowdermilk
dan Jensen, 2004).
Wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama
hamil akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik, dan sedikit
komplikasi persalinan serta lebih mudah melakukan penyesuaian selama
masa nifas. Salah satu strategi Making Pregnancy Safer (MPS) adalah
mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga. Output yang diharapkan
dari strategi tersebut adalah menetapkan keterlibatan suami dalam
mempromosikan kesehatan ibu dan meningkatkan peran aktif keluarga dalam
kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2007).
Hasil penelitian Retnowati (2007), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara dukungan suami dengan frekuensi ANC pada ibu hamil primigravida
di BPS Ny.Natalia Genuk Semarang, dengan nilai p value 0,030. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian
dari Retnowati adalah studi korelatif dengan pendekatan retrospective,
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan cross sectional.
Perbedaan selanjutnya dalam penelitian Retnowati menggunakan analisis
4
5
korelasi Rank Spearman, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan
menggunakan analisis korelasi chi square.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27-28 Maret 2013
di BPM Ny. Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang diperoleh data ibu hamil yang memeriksakan kehamilan sebanyak
68 orang di mana jumlah ibu dengan komplikasi penyakit asma sebanyak
2 orang (2,9%), pre eklamsi sebanyak 2 orang (2,8%), KPD sebanyak 3
orang (3,7%) dan perdarahan sebanyak 1 orang (1,9%). Diperoleh pula
jumlah ibu yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 1
orang (1,5%).
Hasil wawancara dengan 10 ibu hamil diperoleh data 5 ibu hamil
(50,0%) melakukan ANC kurang dari 4 kali di mana 3 orang (60,0%) ibu
mengatakan suami mau menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan,
sudah
menyiapkan
perlengkapan
bayi
dan
menemani
ibu
ketika
memeriksakan kehamilan, serta 2 orang (40,0%) mengatakan bahwa suami
yaitu hanya mau mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu selama
kehamilan. Diperoleh pula data 5 ibu hamil (50,0%) melakukan ANC lebih
dari 4 kali di mana 1 orang (20,0%) ibu mengatakan bahwa suami sudah
menyiapkan perlengkapan bayi, mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu
selama kehamilan dan menemani ibu ketika memeriksakan kehamilan, serta 4
orang (80,0%) tidak mendapatkan dukungan dari suami yaitu hanya
menenangkan ketika mengalami ketidaknyamanan.
Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian
tentang, "Hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care
5
6
(ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny
Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan merumuskan masalah
penelitian, "Adakah hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal
Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM
Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang?".
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal
Care (ANC) dengan frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di
BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang.
2. Tujuan Khusus
,
a. Mengetahui gambaran dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal
Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa
Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
b. Mengetahui gambaran frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil
di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang.
c. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal
6
7
Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa
Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan khususnya
mengenai dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) dan
kepatuhan dalam kunjungan Antenatal Care (ANC), sehingga peneliti
mampu memahami pentingnya dukungan suami.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan
masukan
untuk
menambah
wawasan
kepada
mahasiswa tentang pentingnya pemberian health education kepada
masyarakat khususnya ibu hamil.
3. Bagi Bidan
Memberikan
masukan
kepada
bidan
untuk
meningkatkan
pelayanan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil dengan meningkatkan
dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) supaya tidak
terjadi komplikasi dalam kehamilan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antenatal Care (ANC)
1. Pengertian
Kehamilan adalah proses dimana terjadi pembuahan ovum oleh
spermatozoa, Proses perubahan itu sendiri diawali dengan koitus air mani
yang terpancar ke dalam ujung atas vagina sebanyak 2-5 cc yang
mengandung spermatozoa sebanyak 80-120 juta tiap cc (Anderson, 2000).
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2008).
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa
komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai
(Saifuddin, dkk., 2002).
2. Tanda-Tanda Kehamilan
Menurut Prawirohardjo (2006), berhasilnya proses pembuahan
(kehamilan) dapat dilihat pada perubahan-perubahan fisik dan psikologis
ibu atau tanda (gejala) yang menyebutkan tanda-tanda tersebut antara lain :
8
9
a. Amonorea (terlambat datang bulan) yaitu konsepsi dan nidasi
menyebabkan tidak terjadinya pembentukan folikel de graff dan ovulasi
yang biasanya disebut terlambat datang bulan.
b. Mual (nausea) dan muntah (emesis) yaitu akibat pengaruh hormon
estrogen dan progesterone menyebabkan terjadinya pengeluaran asam
lambung yang berlebihan dan menimbulkan muak dan muntah.
c. Ngidam
yaitu keadaan dimana seorang wanita hamil
sering
menginginkan makanan tertentu.
d. Sinkope atau pingsan,Kondisi ini terjadi karena gangguan sirkulasi
darah ke arah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf
pusat. Keadaan ini akan menghilang setelah umur kehamilan 16
minggu.
e. Payudara tegang, Kondisi disebabkan akibat pengaruh hormon
estrogen, progesterone dan samatomammotropin menimbulkan deposit
lemak, air dan garam pada payudara sehingga akan membesar dan
tegang, Ujung syaraf akan tertekan sehingga menimbulkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f. Sering miksi yaitu suatu gejala susah menahan air seni sebagai akibat
kerja hormon progesterone yang menghambat peristaltik usus.
g. Pigmentasi kulit. Pada kulit terdapat hiperpigmentasi pada daerah dahi,
pipi dan hidung yang disebabkan kloasma gravidarum.
9
10
h. Pembesaran rahim. Pembesaran uterus disebabkan oleh hipertropi otototot pada uterus, disamping itu serabut-serabut kolagen menjadi
nigroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen.
i. Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Penampakan ini
sebagai akibat kerja hormon yang terjadi di sekitar genitalia, kaki dan
betis serta payudara.
3. Tujuan Antenatal Care
Menurut (Wiknjosastro, 2005), tujuan antenatal care wanita hamil
ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan mental, serta menyelamatkan
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga
keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan
tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar :
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus sama
sehatnya atau lebih sehat;
b. Adanya kelainan fisik atau
psikologik harus ditemukan dini dan
diobati,
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pula fisik dan metal
4. Fungsi Antenatal Care
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan
resiko tinggi dan merujuk bila perlu
10
11
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.
5. Cara Pelayanan Antenatal Care
Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan
mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 –
28).
11
12
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36).(Saifudin, dkk.,2002)
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak
lebih dari 12 jam
(Pusdiknakes, 2003:45).
Menurut Saifuddin, dkk, (2002), pada setiap kunjungan
antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
1) Trimester pertama sebelum minggu ke 14
a) Membangun
hubungan
saling
percaya
antara
petugas
kesehatan dan ibu hamil.
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
e) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya
2) Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeklampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada
kehamilan g
12
13
3) Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama
seperti
diatas,
dtambah
palpasi
abdominal
untuk
mengetahui apakah ada kehamilan g.
4) Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit.
6. Kebijakan Pelayanan Antenatal
a. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi
strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu meliputi : suami
berencana, ANC, persalinan bersih
dan aman, dan pelayanan
obstetri essensial. Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal
kepada setiap ibu hamil ini sesuai dengan pendekatan Making
Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3 (tiga) pesan kunci yaitu:
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat.
3) Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan
dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganannya komplikasi keguguran.
13
14
b. Kebijakan Teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh
tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun
bayi.
Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil seara
keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi
kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponenkomponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan
awal serta rujukan bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan
antenatal rutin yang
selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan
antara lain meliputi :
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan
stiker dan
buku KIA, dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta
kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
14
15
1) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.
(Depkes, 2009)
7. Peran Serta Ibu dalam Pelayanan Antenatal
Peran serta ibu dalam hal ini ibu-ibu hamil di dalam
memanfaatkan pelayanan
antenatal dipengaruhi perilaku
individu
dalam penggunaan pelayanan kesehatan, adanya pengetahuan tentang
manfaat pelayanan antenatal selama kehamilan akan menyebabkan
sikap yang positif. Selanjutnya sikap positif akan mempengaruhi niat
untuk ikut serta dalam pemeriksaan kehamilan. Kegiatan yang sudah
dilakukan inilah disebut perilaku. (Fizben dan Ajzen, 2009).
Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2003) faktor yang
mempengaruhi perilaku antara lain:
a. Faktor yang Mempermudah (Predisposing factor)
Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan
unsur lain yang terdapat dalam diri individu (masyarakat)
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang
15
16
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan menurut HR Bloom adalah hasil tahu yang
dimiliki individu atau dengan memperjelas fenomena sekitar.
Sedangkan
menurut
Indra
Jaya
pengetahuandidefinisikan
sebagai berikut :
a) Sesuatu yang ada atau dianggap
adab. Sesuatu hasil
persesuaian subjek dan objek.
b) Hasil kodrat manusia.
c) Hasil persesuian antara induksi dengan deduksi.
Pengetahuan terdiri atas kepercayaan tentang kenyataan
(reality). Salah satu cara untuk mendapatkan dan memeriksa
pengetahuan adalah dari tradisi atau dari yang berwenang di
masa
lalu
yang
umumnya
dikenal,
seperti
aristoteles.
Pengetahuan juga mungkin diperoleh berdasarkan pengumuman
sekuler atau kekuasaan agama, negara, atau gereja. Cara lain
untuk
mendapat
pengetahuan
dengan
pengamatan
dan
eksperimen metode ilmiah. Pengetahuan juga diturunkan dengan
cara logika secara tradisional, otoratif atau ilmiah atau
kombinasi dari mereka, dan dapat atau tidak dapat dibuktikan
dengan pengamatan dan pengetesan.Pengetahuan atau kognitif
merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengetahuan dan
16
17
penelitian ternyata prilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng
dari
pada
prilaku
yang
tidak
didasari
oleh
pengetahuan.
2) Sikap
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya dapat
di tafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup
(Soekidjo, 2003).
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif,
kecenderungan
tindakan
adalah
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam sikap negative
terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci,
tidak menyukai obyek tertentu (Sarwono, 2000).
Sikap merupakan penentu penting dalam tingkah laku.
Sikap yang ada pada seseorang yang memberikan gambaran
corak tingkah laku seseorang. Berdasar pada sikap seseorang,
orang akan dapat menduga bagaiman respon atau tindakan yang
akan diambil tindakan
oleh orang tersebut terhadap suatu
masalah atau keadaan yang dihadapinya. Jadi dalam kondisi
wajar-ideal gambaran kemungkinan tindakan atau tingkah laku
yang diambil sebagai respon terhadap suatu masalah atau
17
18
keadaan yang
dihadapkan kepadanya dapat diketahui dari
sikapnya (Hariyadi, 2003).
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas. Misalnya sikap ibu yang
sudah positif terhadap imunisasi tersebut harus mendapat
konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang
mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari
pihak lain (Soekidjo, 2003).
b. Faktor Pendukung (Enabling Factor)
1) Keterjangkauan Fasilitas
Masalah kesehatan masyarakat terjadi tidak terlepas dari
faktor-faktor yang menjadi masa rantai terjadinya
penyakit,
yang kesemuanya itu tidak terlepas dari faktor lingkungan
dimana masyarakat itu berada, perilaku masyarakat yang
merugikan kesehatan ataupun gaya hidup yang dapat merusak
tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan, ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan yang dapat
memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, disamping faktorfaktor yang sudah dibawa sejak lahir sehingga menjadi masalah
18
19
tersendiri bila dilihat dari segi individu, suami, kelompok,
maupun masyarakat secara keseluruhan (Effendy, 2008).
2) Jarak ANC
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak
adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau
tempat yaitu jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC.
Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah
berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan (Kresno, 2005).
Menurut Koenger (2003), keterjangkauan masyarakat
termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan mempengaruhi
pemilihan pelayanan kesehatan. Demikian juga menurut
Andersen, et all (1975) dalam Greenlay (2000) yang
mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang
memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan
pengobatan.
c. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)
Faktor pendorong yaitu factor yang memperkuat perubahan
perilaku seseorang di karenakan adanya sikap dan perilaku yang lain
seperti sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat, atau petugas
kesehatan. Perilaku individu sangat besar pengaruhnya terhadap
kesehatan, perilaku yang positif akan menunjang atau meningkatkan
derajat kesehatan (Istiarti, 2000).
19
20
1) Perilaku Masyarakat
Pada hakikatnya bila sesuatu program pembangunan
kesehtan dilaksanakan berlangsung sutu proses interaksi antara
provider dengan recipient, yang masing-masing memiliki latar
belakang social budaya sendiri-sendiri. Provider memilki sistem
kesehatan kedokteran, recipient memilki system kesehatan yang
berlaku di komunitasnya. Program pembangunan kesehatan,
termasuk di dalamnya upaya peningkatan kedudukan gizi, dapat
mencapai tujuan program apabila dari kedua belah pihak saling
berpartisipasi aktif. Pihaknya perlu memahami latar belakang
sosial
budaya
dan
psikologi
recipient.
Prinsip-prinsip
pembangunan masyarakat pedesaan perlu diperhatikan prinsipprinsip itu antara lain:
a) Untuk memperlancar pelaksanaan program masyarakat target
yang dapat menghambat, dan yang mendorong baik yang
terdapat dalam masyarakat target maupun staf birokrasi
inovasi.
b) Berdasarkan
pengalaman,
suatu
program
pembangunan
masyarakat terlaksana dengan lancer keren melibatkan peran
serta masyarakat dalam kegiatan-kegiatan, karena sesuai
dengan felt-need, yang berdasarkan pertimbangan provider
adalah
need, menjadi feel-need bagi masyarakat yang
bersangkutan.
20
21
c) Dalam usaha memperbaiki kebiasaan makan anak balita dan
ibu menyusui, provider hendaknya memahami faktor-faktor
kebiasaan makan orang-orang dari masyarakat target. Ada
konsep kebiasaaan makan yang dapat dijadikan pedoman,
antara lain teori channel dari Kurt Lewin. Menurut teori ini
pemilihan makanan didasari oleh nilai intelektual dan
emosional dan dipengaruhi oleh rasa, status social, kesehatan
dan harga. Nilai-nilai berinteraksi satu
dengan yang lain.
Makanan apa yang dipilih tergantung pada skala nilai yang
diacu (Joyomartono, 2005).
2) Partisipasi Masyarakat
Partisipasi
meningkatkan
masyarakat
tanggung
jawab
adalah
menumbuhkan
individu,
suami,
dan
terhadap
kesehatan atau kesejahteraan dirinya, suaminya dan masyarakat
(Depkes RI, 2007). Partisipasi masyarakat dibagi menjadi lima
tingkatan, yaitu:
a) Tingkat partisipasi masyarakat karena perintahatau karena
paksaan.
b) Tingkat partisipasi masyarakat karena imbalan atau karena
insensitif.
c) Tingkat partisipasi masyarakat karena identifikasi karena
ingin meniru.
d) Tingkat partisipasi masyarakat karena kesadaran.
21
22
e) Tingkat partisipasi masyarakat karena tuntutan akan hak azasi
dan tanggungjawab (Depkes RI, 2007).
Faktor penghambat dalam partisipasi masyarakat berasal
dari masyarakat dan pihak provider. Dari masyarakat dapat terjadi
karena kemiskinan, kesenjangan sosial, sistem pengambilan
keputusan dari atas ke bawah, adanya kepentingan tetap,
pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya,
susunan masyarakat yang sangat heterogen, persepsi masyarakat
yang sangat berbede dengan persepsi provider tentang masalah
kesehatan yang dihadapi.
Sedangkan hambatan yang ada dalam pihak
provider
adalah terlalu mengejar target, persepsi yang berbede antara
provider
dan masyarakat, dan pelaporan yang tidak obyektif
(Depkes RI, 2007). Partisipasi masyarakat didorong oleh faktor
yang berada dalam masyarakat dan pihak provider yang akan
mempengaruhi perubahan perilaku yang merupakan factor
penting dan besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan
(Depkes RI, 2007).
3) Dukungan Suami
Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh
seorang istri pada saat hamil, antara lain suami harus dapat
menghindari 3T yaitu (a) terlambat mengambil keputusan, (b)
terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c) terlambat
22
23
memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya
waspada dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya
tanda-tanda bahaya dalam kehamilan (BKKBN, 2007).
13. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Antenatal Care
a. Umur
Adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
(Nursalam 2001). Dengan bertambahnya umur seseorang maka
kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi
dalam memeriksakan kehamilan, juga mengetahui akan pentingnya
Antenatal Care. Semakin muda umurnya semakin tidak mengerti
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Umur sangat menentukan suatu kesehatan ibu, ibu dikatakan
beresiko tinggi apabila ibu hamil berusia dibawah 20 tahun dan di atas
35 tahun. Usia
berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan. Menurut penelitian Hardjanti
(2007) seorang wanita sebagai insan biologis sudah memasuki usia
produksi beberapa tahun sebelum mencapai umur dimana kehamilan
dan persalinan dapat berlangsung aman, yaitu 20-35 tahun, setelah itu
resiko ibu akan meningkat setiap tahun.
Wiknjosastro (2005), juga menyatakan bahwa dalam kurun
reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
23
24
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil
dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahunternyata 2-5 kali lebih
tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan dapat diartikan suatu proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah laku lainnya
dalam masyarakat dan kebudayaan. Pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin baik pula tingkat pengetahuannya
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Suparlan (2006), pendidikan dalam arti luas yaitu
segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman
dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit
yaitu seluruh
kegiatan belajar yang direncanakan, dengan materi
terorganisasi,
dilaksanakan
secara
terjadwal
dalam
sistem
pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tujuan yang
telah ditentukan. Tingkat pendidikan individu dan masyarakat dapat
berpengaruh terhadap penerimaan pendidikan kesehatan (Suliha, dkk,
2002).
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti
(kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak (Munib,
dkk, 2004). Menurut
Munib, dkk (2004) pendidikan adalah proses
24
25
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk
tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat
memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan social dan
kemampuan individu yang optimal.
Proses
perubahan
perilaku
menuju
kedewasaan
penyempurnaan hidup dengan demikian pendidikan
dan
sangat besar
pengaruhnya terhadap tingkah laku yang berpendidikan tinggi akan
berbeda tinggi akan berbeda tingkah lakunya dengan orang yang
hanya
berpendidikan
dasar
(Budioro,
2002).
Wanita
yang
berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru dan perubahan
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena
manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya
(Maulani, 2009).
c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih
dari satu orang. Paritas adalah status seorang wanita sehubungan
dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Ibu yang baru
pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga
termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang
25
26
mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak
termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500
gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat
badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24
minggu. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi
kunjungan kehamilan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi
paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada
paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan suami berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan
(Wiknjosastro, 2005).
d. Pendapatan
Menurut Sumardi dan Evers (2002), pendapatan yaitu seluruh
penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain
maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan dalam
penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota
suami lainnya. Pendapatan suami yang memadai akan menunjang
antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat
menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun
sekunder (Soetjiningsih, 2008).
26
27
Menurut Budioro (2002), keterbatasan sarana dan sumber daya,
rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang
menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang
maupun
masyarakat
untuk
merubah
perilakunya.
Pendapatan
mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya
penghidupan
yang
tinggi
sehingga
diperlukan
pasien
harus
menyediakan dana yang diperlukan. Adapun tingkat ekonomi yang
diteliti berdasarkan upah minimal regional (UMR) adalah penghasilan
Rp 939.756,-/bulan (BPS Kota Semarang, 2010).
Menurut penelitian Pribadi (2008) meskipun faktor ekonomi
bukan penentu utama
ketidakpatuhan seseorang, terhadap saran
tenaga kesehatan, namun kemapuan seseorang untuk membeli obat
dari kantong sendiri sedikit banyak mempengaruhi kepatuhan
seseorang terhadap tenaga kesehatan. Biaya pembelian obat yang
dirasa terlalu mahal untuk ukuran kemampuan ekonominya,
cenderung tidak dibeli meskipun itu disarankan oleh tenaga kesehatan.
Walaupun obat yang gratis tidak terlalu disukai karena dirasa kurang
khasiatnya.
e.
Jarak
Menurut Deprtemen Pendidikan Nasional (2002) Jarak adalah
ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu
jarak antara rumah dengan tempat pelayanan ANC. Menurut Koenger
(2003) keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas
27
28
kesehatan akan
mempengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan.
Demikian juga menurut Andersen, et all (1975) dalam Greenlay
(2000) yang mengatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua
yang memungkinkan seseorang untuk
memanfaatkan pelayanan
pengobatan.
Indonesia merupakan negara yang luas sayangnya luas wilayah
ini belum diimbangi dengan kecukupan, ketersediaan sarana-sarana
layanan public termasuk dibidang kesehatan. Di beberapa desa masih
kesulitan mendapatkan akses pelayanan kesehatan, tidak semua desa
mempunyai
puskesmas dan tenaga medis seperti : dokter, bidan,
perawat. Secara geografis masih banyak masyarakat yang tinggal jauh
dari sarana kesehatan (Depkes RI, 2003).
C. Frekuensi
1. Pengertian
Frekuensi ANC (Antenatal Care) adalah perawatan yang diberikan
kepada ibu hamil selama kehamilan secara berbeda-beda dan teratur
sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, agar dapat diketahui
kelainan atau gangguan kesehatan secara dini (Prawirohadjo, 2005).
2. Ketentuan Antenatal Care (ANC)
Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal
kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan
cukup empat kali. Dalam bahasa program kesehatan ibu dan anak,
28
29
kunjungan antenatal ini diberi kode huruf K yaitu singkatan dari
kunjungan. Kunjungan yang lengkap adalah K1, K2, K3, dan K4
(Prawirohardjo, 2008).
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi
kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4). (Depkes, 2009)
Menurut Wiknjosastro (2002), pemeriksaan kehamilan dilakukan
berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pemeriksaan pertama yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat 1 bulan.
b. Pemeriksaan ulang 4 minggu sekali sampai kehamilan 28 minggu.
c. Pemeriksaan ulang 2 minggu sekali sampai kehamilan 36 minggu.
d. Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 36 minggu.
e. Pemeriksaan khusus bila ada keluhan-keluhan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, ibu
hamil secara ideal melakasanakan perawatan kehamilan maksimal 13
sampai 15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu pertama kali pada trimester I, 1
kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III.
29
30
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Kunjungan ANC
Menurut
Depkes
RI
(2005),
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi frekuensi kunjungan ANC, yaitu :
a. Tingkat Pengetahuan
Pandangan seseorang tentang kesehatan secara umum baik
menyangkut pentingnya memelihara kesehatan tubuh, pemahaman
terhadap makna dan manfaat kesehatan bagi kehidupan secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kemauan
melakukan kunjungan ANC seseorang. Orang yang memiliki pesepsi
negatif tentang kesehatan memiliki kecenderungan kemauan untuk
melakukan kunjungan ANC-nya rendah. Sebaliknya orang yang
memiliki persepsi positif terhadap kesehatan akan cenderung lebih
patuh terhadap apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan termasuk
kepatuhan kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan. Ketidak
mengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan
berdampak
pada
ibu
yang
tidak
memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
b. Lingkungan
Lingkungan dimana seseorang tinggal juga mempengaruhi
kepatuhan seseorang terhadap saran dan nasihat orang lain.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan pergaulan/ teman, dan
lingkungan keluarga yang mendukung akan mempengaruhi ibu dalam
memeriksakan kehamilannya. Orang yang tinggal dalam lingkungan
30
31
yang menjunung tinggi aspek kesehatan akan cenderung patuh
terhadap saran-saran untuk menuju hidup sehat dengan teratur
memeriksakan kehamilan. Sedangkan perilaku keluarga yang tidak
mengizinkan
seorang
wanita
meninggalkan
rumah
untuk
memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari
nafkah, semakin tiggi pendidikan maka semakin tinggi pula derajat
pekerjaannya. Pekerjaan akan mempengaruhi seseorang dalam
melakukan ANC. Ibu yang bekerja khususnya bekerja di sector formal
akan memiliki akses lebih baik terhadap berbagai informasi dan juga
pelayanan kesehatan. Seorang ibu yang tidak bekerja akan
mempengaruhi
waktu
yang
lebih
banyak
untuk
melakukan
pemeriksaan kehamilan.
d. Fasilitas Kesehatan
Tersedianya fasilitas kesehatan terutama yang dekat dengan
tempat tinggal merupakan salah satu factor yang mempengaruhi ANC.
Dengan tersedianya fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat
tinggal akan dapat mendorong seseorang untuk melakukan ANC
secara lebih teratur.
31
32
e. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi dapat mempengaruhi frekuensi ANC. Tingkat
sosial ekonomi yang tinggi dapat mendorong seseorang untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan lebih teratur. Status ekonomi
keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan,
bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
f. Informasi
Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care
dari tenaga kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan
meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan
kunjungan antenatal care (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
g. Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi keteraturatan ANC. Adanya
sikap lebih baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil
terhadap kesehatan dirinya dan janin (Bobak, Lowdermilk & Jensen,
2004).
h. Dukungan
Dukungan yang bisa diberikan pada ibu hamil adalah dukungan
sosial yang bisa diberikan keluarga terutama dukungan suami,
dukungan sosial ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi, misalnya
32
33
kesiapan finansial, dukungan informasi, juga dukungan psikologis
seperti menemani saat periksa kehamilan (Bobak, et.,al, 2004).
D. Dukungan Suami
1. Pengertian
Menurut Friedman (2008), dukungan suami adalah sikap, tindakan
dan
penerimaan suami terhadap penderita yang sakit. Anggota suami
memang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
2. Fungsi Dukungan Suami
Friedman (2008) menjelaskan bahwa suami memiliki beberapa fungsi
dukungan yaitu :
a. Dukungan Informasional
Suami berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator
(penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian
saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu
masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya
suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan
ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan Penilaian
Suami bertindak sebagai
sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan
33
34
validator indentitas anggota suami diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian,
c. Dukungan Instrumental
Suami merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita
dalam hal kebutuhan makan dan
minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan,
d. Dukungan Emosional
Suami sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek
dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam
bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan (Akhmadi, 2009).
3. Sumber Dukungan Suami
Dukungan sosial suami mengacu kepada dukungan sosial yang
dipng oleh suami sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk
suami (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota suami
memang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial suami dapat
berupa dukungan sosial kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial suami eksternal
(Friedman, 2008).
34
35
4. Manfaat Dukungan Suami
Dukungan sosial suami adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang
masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam
berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua
tahap siklus kehidupan, dukungan sosial suami membuat suami mampu
berfungsi dengan berbagai kepian dan
akal. Sebagai akibatnya, hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi suami (Akhmadi, 2009).
Friedman (2008) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga
(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan)
dan efek-efek utama
(dukungan sosial secara langsung mempengaruhi
akibat-akibat dari kesehatan) pun
ditemukan. Sesungguhnya efek-efek
penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan
kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan. Secara lebih
spesifik,
keberadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan
menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit dan dikalangan
kaum tua, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi (Akhmadi, 2009).
6. Peran Suami Selama Masa Kehamilan dan persalinan
Ada delapan cara peran suami selama masa kehamilan dan persalinan
yaitu :
a. Tenangkanlah rasa ketidaknyaman istri, selama awal kehamilan sering
terjadi mual muntah (morning sickness), rasa lelah, perubahan perasaan,
dan
nafsu
makan
yang berkurang.
Lakukanlah
menenangkan rasa tidak nyaman yang dirasakan istri
35
sesuatu
untuk
36
b. Berikan perhatian dan berusaha memahami keadaaan ini sehingga istri
mengerti
bahwa
mengasihinya.
Dengarkan
kekuatirannya
dan
keluhannya dengan penuh perhatian
c. Menemani istri memeriksa kehamilannya ke dokter akan memberinya
perasaan tenang dan lebih percaya diri. Calon ayah pun perlu mengetahui
apa yang terjadinya selama kehamilan
d. Binalah ikatan dengan calon bayi, Bicaralah dan bacakan cerita untuk
bayi dalam kandungan istri, dan rasakan tendangan dan gerakan bayi di
perut istri. Ikuti terus perkembangan calon bayi
c. Banyak hal yang akan berdua persiapkan untuk calon bayi
mulai dari
membeli segala perlengkapan bayi, pakaian, ranjang sampai memilih
nama bayi
e. Makanlah bersama dengan sehat, makanan yang bernutrisi sangat penting
dalam kehamilan
f. Lengkapi diri dengan pengetahuan, tentang kehamilan dan persalinan.
Sehingga
dapat lebih mengerti setiap perkembangan dan perubahan
pada istri dan juga mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda awal
persalinan istri
g. Temani saat proses persalinan, Ketika hari persalinan tiba bersiaplah
menemani istri melalui proses persalinannya (Suririnah, 2008).
36
37
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami
Menurut Bobak (2004), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
dukungan suami dalam masa kehamilan isterinya dapat diuraikan di bawah
ini :
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan
suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah pengetahuan suami
maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang
sehingga suami akan kesulitan akan mengambil keputusan secara efektif.
Akhirnya pandangan baru yang perlu diperkenalkan dan disosialisasikan
kembali untuk memberdayakan kaum suami mendasarkan pada
pengertian bahwa suami memainkan peranan yang sangat penting,
terutama dalam pengambilan keputusan berkenan dengan kesehatan
reproduksi pasangannya (Hasriyanti, 2005).
b. Pendapatan
Pada
masyarakat
kebanyakan
75%-100%
penghasilannya
dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak
keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada
akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena
tidak mempunyai kemampuan untuk membayar. Atas dasar faktor
tersebut maka diatas maka prioritas kegiatan GSI ditingkat keluarga
dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas pada kegiatan yang
bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan tetapi akan bersifat
37
38
holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami
perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala
keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan
karena permasalahan keuangan (Yanuasti, 2001).
c. Budaya
Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang
masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya
bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita
hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja.
Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan
reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas makanan yang lebih
baik, baik dibanding isteri maupun anak karena menganggap suamilah
yang mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga sehingga asupan
zat gizi mikro untuk istri kurang, suami tidak empati dan peduli dengan
keadaan ibu yang sedang hamil maupun menyusui anak dan lain-lain.
d. Pengetahuan tentang kehamilan
Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai kehamilan,
hal-hal yang tidak jelas dan membingungkan dapat teratasi dan makin
mudah bagi suami untuk turut merasakan yang diderita istri. Pengetahuan
ini juga akan membuat proses kehamilan menjadi lebih menarik bagi
suami. Rendahnya partisipasi suami dalam kehamilan ibu dikarenakan
kurang mendapat informasi yang berkaitan dengan masalah kehamilan.
38
39
e. Pengalaman
Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam menghadapi
kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif terhadap dukungan
yang diberikan kepada istrinya. Seorang suami dari ibu primigravida
belum dapat secara langsung berperan sebagai ayah yang ideal, karena
kehamilan ini merupakan sesuatu yang baru yang belum pernah dihadapi.
f. Status perkawinan
Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang
dukungan terhadap pasangannya, dibanding dengan pasangan yang status
perkawinan yang sah.
g. Status sosial ekonomi
Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan
lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya.
C. Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi ANC
Dukungan suami dapat ditekankan sebagai sumber daya yang
disediakan lewat interaksi dengan orang lain “ support is the resource to use
through our interaction with other people”. Pendapat lain bahwa dukungan
tentang informasi dari orang lain adalah ia dicintai dan diperhatikan, memiliki
harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan
kewajiban bersama.
Dukungan suami merupakan ketersediaan sumberdaya uang diberikan
oleh suami terhadap istrinya baik berupa kenyamanan fisik dan psikologis
39
40
yang diperoleh melalui pengetahuan bahwa individu tersebut diperhatikan,
dicintai, dan disayangi. Dukungan sosial dan keluarga dan suami sangat
berpengaruh terhadap proses kehamilan seorang ibu, jika kehamilan disertai
dukungan yang penuh dari suami dan keluarga, maka proses kehamilan akan
berjalan dengan baik yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kehamilan akan memberi
dampak terhadap kelangsungan kehidupan keluarga, baik berupa penambahan
biaya, pengurangan atau penambahan beban pekerjaan perubahan jasmani dan
pengurangan frekuensi hubungan dengan orang lain yang kesemua itu akan
menimbulkan stress bagi ibu hamil.
Terjadinya pola kehidupan sehari-hari yang disertai dengan labilitas
emosional yang terjadi sampai batas tertentu karena perubahan hormon dan
kebutuhan psikologis di dalam tubuhnya. permasalahan yang timbul dapat
diatasi oleh seorang ibu tetapi harus disekelilingnya terutama suaminya.
Dukungan dan partisipasi pria sangat dibutuhkan oleh seorang isteri pada saat
hamil, antara lain suami harus dapat menghindari 3T yaitu : (a) terlambat
mengambil keputusan, (b) terlambat ke tempat pelayanan kesehatan dan (c)
terlambat memperoleh pelayanan medis. Seorang suami hendaknya waspada
dan berjaga-jaga serta bertindak jika melihat adanya tanda-tanda bahaya
dalam kehamilan.
40
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku
1. Faktor yang mempermudah
(Predisposing factor)
a.
a. Tenaga kesehatan
Frekuensi
b.
b. Masyarakat dan keluarga
Antenatal
c.
2. Faktor pendukung (enabling
Care (ANC)
d.
factor)
e.
a. Ketersediaan Fasilitas
f.
b. Ekonomi
g.
c. Sosial budaya
Perilaku
h.
d. Geografis
kesehatan
3. Faktor pendorong
kunjungan
(reinforcing factor)
ANC
a. Sikap dan Perilaku
Tenaga Kesehatan
b. Sikap dan Perilaku
Masyarakat
Keterangan :
: Variabel yang akan di teliti.
Faktor yang
Mempengaruhi
Frekuensi Antenatal
Care (ANC)
Tingkat Pengetahuan
Lingkungan
Pekerjaan
Fasilitas Kesehatan
Sosial Ekonomi
Informasi
Sikap
Dukungan Suami
a. Dukungan
Informasional
b. Dukungan
Penilaian
c. Dukungan
Instrumental
d. Dukungan
Emosional
Gambar 3. 1 Kerangka Teori
Sumber : Bobak, Lowdermilk & Jensen, (2004); Depkes RI, (2005);
Lewrence Green dalam Notoatmodjo, (2003) yang dimodifikasi.
B. Kerangka Konsep
Variabel independen
Dukungan suami
Variabel dependen
Frekuensi ANC
Gambar 3. 2 Kerangka Konsep
41
42
C. Variabel
Variabel bebas / independen
:
dukungan
suami
dalam
pemeriksaan ANC
Variabel terikat / dependen : frekuensi ANC
D. Hipotesis
Ada hubungan dukungan suami dalam pemeriksaan ANC dengan
frekuensi ante natal care (ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar Hastuti
Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
42
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
pengukuran
Variabel
Independen
Dukungan
suami dalam
pemeriksaan
ANC
Semua bentuk perhatian
suami yang diterima istri
yang sedang hamil, untuk
melakukan pemeriksaan
kehamilan yang
menyangkut dukungan
financial, dukungan
informasi, dukungan
psikologis, dukungan
instrumental
Dengan
menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 15
pertanyaan di mana penilai
jawaban untuk pertanyaan
positif bila dijawab ya nilai 1,
tidak nilai 0 dan untuk
pertanyaan negatif bila dijawab
ya nilai 0, tidak nilai 1
Berdasarkan kuesioner
yang digunakan diperoleh
jumlah skor maksiman 15 dan
skor minimal 0. Untuk
kepentingan analisis data
selanjutnya
jumlah
skor
jawaban dikategorikan sebagai
berikut :
1. Baik (9-15)
2. Kurang baik (0-8)
Ordinal
Variabel
dependen
Frekuensi
ANC
Jumlah kedatangan ibu
hamil untuk mengikuti
pemeriksaan kehamilan
TM I 1 kali, TM 2 1 kali
dan TM 3 2 kali, selama
kehamilan di bidan Ny
Linggar Hastuti Kabupaten
Semarang
Dengan menggunakan
dari buku KIA
Penilaian frekuensi ANC
adalah sebagai berikut :
1. Baik (≥ 4 kali)
2. Tidak baik (< 4 kali)
Nominal
data
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah penelitian untuk
mempelajari dinamika antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada
waktu pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua obyek penelitian
diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Studi cross sectional
dalam penelitian ini dimaksud untuk mempelajari korelasi dukungan suami
dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil
bulan Mei-Juni 2013 sebanyak 37 orang.
44
45
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam populasi ini adalah
ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang sebanyak 37 orang. Jadi dalam penelitian ini
digunakan total sampling, artinya semua jumlah populasi dijadikan
sampel.
Spesifikasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi di bawah ini :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti (Nursalam,
2003). Kriteria inklusi pada penelitian ini :
1) Ibu hamil yang memiliki suami dan suami yang tidak bekerja di
luar kota tinggal bersama istri.
2) Umur kehamilan lebih dari 36 minggu
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.
2) Ibu hamil yang tidak ada di tempat ketika pelaksanaan penelitian
45
46
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada 22-24 Juli 2013.
D. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menggunakan
kuesioner yang dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang
berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek
untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi,
2008). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variable
dukungan suami, sedangkan untuk mengukur variabel frekuensi ANC
diperoleh dari rekam medik dari BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami
Indikator
a. Dukungan
Informasional
b. Dukungan Penilaian
c. Dukungan Instrumental
e. Dukungan Emosional
Pertanyaan
Favourable
Unfavourable
2,3,4,
1
5,6,7
9,11
12,14,15
8
10
13
Jumlah
4
4
3
4
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab
sebelumnya sehingga
perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
46
47
a.
Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006), uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Penelitian
ini menggunakan uji validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang
ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total,
selanjutnya dihitung dengan rumus product moment.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
r
N  XY  X Y 
N  X
2

  X  N Y 2 Y 
2
2

Keterangan :
R
: Koefisien
N
: Sampel
X
: Pertanyaan no
Y
: Skor total
Uji instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari
r tabel (Arikunto, 2002). Berdasarkan tabel nilai korelasi product moment
untuk sampel sebanyak 15 reponden dengan taraf signifikasi 5%
diperoleh 0,514 (Sugiyono, 2003).
Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden
menunjukkan nilai r hitung untuk variabel dukungan suami antara 0,6850,973 lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,514 (α = 0,05). Artinya semua
pertanyaan dapat dikatakan valid.
47
48
b.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk
perhitungan uji reliabilitas ini harus dilakukan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang sudah memiliki validitas. Metode pengujian realibilitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consiteney, yaitu
melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach’s sebagai berikut:
𝑟11 =
∑ σb 2
k
{1 − 2 }
(k − 1)
σ t
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k
= Jumlah item dalam instrumen
∑σb2 = Jumlah butir varian
σ2t
= Varians total
Uji instrumen ini dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfa minimal 0,60
(Ghozali, 2007). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di BPM Ny
Yunianingrum Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
dengan jumlah responden 15 ibu hamil.
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden
menunjukkan nilai cronbach alpha untuk variabel dukungan suami antara
0,973 lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu 0,60, artinya semua
pertanyaan dapat dikatakan reliabel.
48
49
E. Proses Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
a) Perizinan dari kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
b) Perizinan kepada bidan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
c) Melakukan sosialisasi dengan bidan di BPM Ny Linggar Hastuti
terkait tentang maksud dan tujuan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Pengambilan data dilakukan secara door to door, dimulai dari
memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang maksud dan tujuan
penelitian.
b) Melakukan pembagian kuesioner kepada ibu hamil terkait dengan
dukungan suami berdasarkan pertanyaan yang ada.
c) Mendampingi ibu hamil pada saat pengisian kuesioner dengan tujuan
apabila ada pertanyaan
yang belum dimengerti bisa langsung
dijelaskan oleh peneliti.
d) Meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik
dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.
e) Melakukan observasi frekuesni ANC dengan menggunakan buku KIA
F. Etika Penelitian
1.
Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Merupakan
persetujuan
antara
peneliti
dengan
responden
penelitian. Tujuan informed consent agar subyek mengerti maksud dan
49
50
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak asasi mereka.
2.
Cofidentiality (Menjaga responden) yang diambil datanya
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga
kerahasiaanya oleh peneliti, kerahasiaan informasi yang diberikan subyek
dijamin oleh peneliti dan tidak disampaikan kepada pihak lain yang tidak
terkait dengan penelitian. Dan hanya disajikan apabila dibutuhkan oleh
penulis dalam hal pertanggungjawaban.
3.
Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan indentitas subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor
kode pada masing-masing baris.
G. Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing
Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data
itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses
berikutnya. Editing dilakukan langsung ditempat penelitian setelah
responden selesai mengisi kuesioner.
2. Scoring
Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden
(Notoatmodjo, 2010). Kuesioner tentang dukungan suami dalam
peneriksaan ANC terdiri dari 15 pernyataan yang di bagikan kepada
50
51
responden dengan penilaian untuk pertanyaan positif skor 1 apabila
jawaban “ya” dan skor 0 apabila jawaban “tidak”, sedangkan untuk
pernyataan negatif dengan skor 1 apabila jawaban “tidak” dan skor 0
apabila jawaban “ya”
3. Coding
Coding adalah memindahkan data dari pertanyaan ke daftar yang
memberikan informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk
mempermudah perhitungan selanjutnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara
menandai jawaban berupa kode angka kemudian dimasukkan kedalam
lembar tabel kerja untuk mempermudah membacanya. Untuk kode
variabel independen dukungan suami baik diberi kode 1, dukungan suami
kurang baik diberi kode 0 demikian juga pada variabel frekuensi ANC
yaitu tidak baik (< 4 kali) diberi kode 0 dan baik (≥ 4 kali) di beri kode 1
4. Entri data
Proses memasukkan data penelitian dari lembar observasi ke dalam
program SPSS for windows untuk dilakukan pengolahan data.
5. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel
tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini data
telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola
format yang telah direncanakan.
51
52
H. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel yaitu dukungan suami (variaber independen)
dan frekuensi Antenatal Care (ANC) (dependen).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Untuk menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik)
dengan variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Hasil
uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya perbedaan
proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat menyimpulkan
ada/tidaknya hubungan dua variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi
Square tidak dapat menjelaskan derajat hubungan, dalam hal ini uji Chi
Square tidak mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar
dibandingkan kelompok lain (Hastono, 2007).
Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi
yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai
frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan
tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai
frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna.
Analisa bivariat ini menggunakan chi square.
52
53
𝑥2 = ∑
(𝑓0 − 𝑓𝑒 )2
𝑓𝑒
Keterangan :
𝑥 2 = nilai chi kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑒 = frekuensi yang diharapkan
Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah:
a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya
perbedaan yang bermakna (signifikan)
b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak
mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan)
Syarat uji Chi-Square :
1) Sudah dikategorikan
2) Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik
3) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi
kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel
4) Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka :
a) Alternatif uji chi-aquare untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact
b) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel.
Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan derajat
kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada
nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction.
Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang dipakai
adalah fisher exact test (Hastono, 2007).
53
54
Data dikatakan memenuhi uji Chi-square jika nilai expected yang
diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak
memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan Chi-square, maka
digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher untuk jenis tabel 2x2 dan uji
Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK (Dahlan, 2010).
Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang
bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value >
0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang
dianalisis (Dahlan, 2010).
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah responden 37 responden.
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Dukungan Suami dalam Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
pada Ibu Hamil
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami dalam Pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang
Dukungan suami
N
%
Kurang baik
14
37,8
Baik
23
62,2
Jumlah
37
100,0
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dukungan suami dalam
pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagian
besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%).
2. Gambaran Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny.
Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di
BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten
Semarang.
54
55
Frekuensi ANC
N
%
Tidak baik
14
37,8
Baik
23
62,2
Jumlah
37
100,0
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa frekuensi Antenatal
Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.sebagian besar dalam kategori
baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%).
B. Hasil Analisa Bivariat
Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang proses persalinan dengan tingkat
kecemasan primigravida pada trimester III dalam menghadapi persalinan di
BPM Ny Hartini Selopampang Kabupaten Temanggung
Tabel 5.3
Hubungan Dukungan Suami dengan Frekuensi Antenatal Care
(ANC) pada Ibu Hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa
Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
Frekuensi ANC
Dukungan
suami
Tidak baik
Baik
Total
f
%
f
%
Kurang baik
13
92,2
1
7,1 14 100,0
Baik
1
4,3
22 95,7 23 100,0
14
37,8 23 62,2 37 100,0
Jumlah
55
f
%
OR
p-value
(CI 95%)
286,000
0,000
56
Berdasarkan hasil analisis hubungan dukungan suami dengan
frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti
Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diperoleh hasil
responden yang mendapat dukungan suami kategori kurang baik dengan
frekuensi ANC kategori tidak baik sebanyak 13 orang (62,2%) serta
diperoleh hasil responden yang mendapat dukungan suami kategori baik
dengan frekuensi ANC kategori baik sebanyak 22 orang (95,7%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 25,345dan nilai p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan dukungan suami dengan
frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti
Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Hasil analisis data
diperoleh nilai OR sebesar 286,00 artinya responden yang mendapat
dukungan dari suami kategori kurang baik cenderung 286,0 kali fekuensi
ANC dalam kategori kurang baik dibandingkan responden yang mendapat
dukungan dari suami.
56
BAB IV
METODE PENELITIAN
I. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Studi cross sectional adalah penelitian untuk
mempelajari dinamika antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point
time approach). Artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja
dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada
waktu pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua obyek penelitian
diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Studi cross sectional
dalam penelitian ini dimaksud untuk mempelajari korelasi dukungan suami
dengan frekuensi Ante Natal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
J. Populasi dan Sampel
3. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Berdasarkan catatan medis dari BPM Ny Linggar Hastuti jumlah ibu hamil
bulan Mei-Juni 2013 sebanyak 37 orang.
44
45
4. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diamati dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam populasi ini adalah
ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang sebanyak 37 orang. Jadi dalam penelitian ini
digunakan total sampling, artinya semua jumlah populasi dijadikan
sampel.
Spesifikasi penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan
eksklusi di bawah ini :
c. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau yang diteliti (Nursalam,
2003). Kriteria inklusi pada penelitian ini :
3) Ibu hamil yang memiliki suami dan suami yang tidak bekerja di
luar kota tinggal bersama istri.
4) Umur kehamilan lebih dari 36 minggu
d. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
(Nursalam, 2003). Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
1) Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.
2) Ibu hamil yang tidak ada di tempat ketika pelaksanaan penelitian
45
46
K. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang pada 22-24 Juli 2013.
L. Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel menggunakan
kuesioner yang dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang
berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek
untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi,
2008). Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variable
dukungan suami, sedangkan untuk mengukur variabel frekuensi ANC
diperoleh dari rekam medik dari BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Dukungan Suami
Indikator
a. Dukungan
Informasional
b. Dukungan Penilaian
c. Dukungan Instrumental
f. Dukungan Emosional
Pertanyaan
Favourable
Unfavourable
2,3,4,
1
5,6,7
9,11
12,14,15
8
10
13
Jumlah
4
4
3
4
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab
sebelumnya sehingga
perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan
menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
46
47
c.
Uji Validitas
Menurut Arikunto (2006), uji validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau keaslian suatu instrumen. Penelitian
ini menggunakan uji validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang
ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total,
selanjutnya dihitung dengan rumus product moment.
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
r
N  XY  X Y 
N  X
2

  X  N Y 2 Y 
2
2

Keterangan :
R
: Koefisien
N
: Sampel
X
: Pertanyaan no
Y
: Skor total
Uji instrumen dinyatakan valid jika nilai r hitung lebih besar dari
r tabel (Arikunto, 2002). Berdasarkan tabel nilai korelasi product moment
untuk sampel sebanyak 15 reponden dengan taraf signifikasi 5%
diperoleh 0,514 (Sugiyono, 2003).
Hasil uji validitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden
menunjukkan nilai r hitung untuk variabel dukungan suami antara 0,6850,973 lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,514 (α = 0,05). Artinya semua
pertanyaan dapat dikatakan valid.
47
48
d.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukkan
sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk
perhitungan uji reliabilitas ini harus dilakukan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang sudah memiliki validitas. Metode pengujian realibilitas
yang digunakan pada penelitian ini adalah internal consiteney, yaitu
melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
rumus koefisien reliabilitas alfa cronbach’s sebagai berikut:
𝑟11 =
∑ σb 2
k
{1 − 2 }
(k − 1)
σ t
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k
= Jumlah item dalam instrumen
∑σb2 = Jumlah butir varian
σ2t
= Varians total
Uji instrumen ini dikatakan reliabel jika memiliki nilai alfa minimal 0,60
(Ghozali, 2007). Uji validitas dan reliabilitas dilaksanakan di BPM Ny
Yunianingrum Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
dengan jumlah responden 15 ibu hamil.
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 15 orang responden
menunjukkan nilai cronbach alpha untuk variabel dukungan suami antara
0,973 lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu 0,60, artinya semua
pertanyaan dapat dikatakan reliabel.
48
49
M. Proses Pengumpulan Data
3. Tahap Persiapan
d) Perizinan dari kampus STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
e) Perizinan kepada bidan di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
f) Melakukan sosialisasi dengan bidan di BPM Ny Linggar Hastuti
terkait tentang maksud dan tujuan penelitian.
4. Tahap Pelaksanaan
f) Pengambilan data dilakukan secara door to door, dimulai dari
memberikan penjelasan kepada ibu hamil tentang maksud dan tujuan
penelitian.
g) Melakukan pembagian kuesioner kepada ibu hamil terkait dengan
dukungan suami berdasarkan pertanyaan yang ada.
h) Mendampingi ibu hamil pada saat pengisian kuesioner dengan tujuan
apabila ada pertanyaan
yang belum dimengerti bisa langsung
dijelaskan oleh peneliti.
i) Meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data itu cukup baik
dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.
j) Melakukan observasi frekuesni ANC dengan menggunakan buku KIA
N. Etika Penelitian
4.
Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Merupakan
persetujuan
antara
peneliti
dengan
responden
penelitian. Tujuan informed consent agar subyek mengerti maksud dan
49
50
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden tidak
bersedia maka peneliti harus menghormati hak asasi mereka.
5.
Cofidentiality (Menjaga responden) yang diambil datanya
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subyek dijaga
kerahasiaanya oleh peneliti, kerahasiaan informasi yang diberikan subyek
dijamin oleh peneliti dan tidak disampaikan kepada pihak lain yang tidak
terkait dengan penelitian. Dan hanya disajikan apabila dibutuhkan oleh
penulis dalam hal pertanggungjawaban.
6.
Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan indentitas subyek, peneliti tidak
mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor
kode pada masing-masing baris.
O. Pengolahan Data
Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :
6. Editing
Editing adalah meneliti kembali data untuk mengetahui apakah data
itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses
berikutnya. Editing dilakukan langsung ditempat penelitian setelah
responden selesai mengisi kuesioner.
7. Scoring
Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden
(Notoatmodjo, 2010). Kuesioner tentang dukungan suami dalam
peneriksaan ANC terdiri dari 15 pernyataan yang di bagikan kepada
50
51
responden dengan penilaian untuk pertanyaan positif skor 1 apabila
jawaban “ya” dan skor 0 apabila jawaban “tidak”, sedangkan untuk
pernyataan negatif dengan skor 1 apabila jawaban “tidak” dan skor 0
apabila jawaban “ya”
8. Coding
Coding adalah memindahkan data dari pertanyaan ke daftar yang
memberikan informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk
mempermudah perhitungan selanjutnya. Klasifikasi dilakukan dengan cara
menandai jawaban berupa kode angka kemudian dimasukkan kedalam
lembar tabel kerja untuk mempermudah membacanya. Untuk kode
variabel independen dukungan suami baik diberi kode 1, dukungan suami
kurang baik diberi kode 0 demikian juga pada variabel frekuensi ANC
yaitu tidak baik (< 4 kali) diberi kode 0 dan baik (≥ 4 kali) di beri kode 1
9. Entri data
Proses memasukkan data penelitian dari lembar observasi ke dalam
program SPSS for windows untuk dilakukan pengolahan data.
10. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data kedalam suatu tabel
tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya. Pada tahap ini data
telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola
format yang telah direncanakan.
51
52
P. Analisa Data
3. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel yaitu dukungan suami (variaber independen)
dan frekuensi Antenatal Care (ANC) (dependen).
4. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).
Untuk menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik)
dengan variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Hasil
uji Chi Square hanya dapat menyimpulkan ada/tidaknya perbedaan
proporsi antar kelompok atau dengan kata lain hanya dapat menyimpulkan
ada/tidaknya hubungan dua variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi
Square tidak dapat menjelaskan derajat hubungan, dalam hal ini uji Chi
Square tidak mengetahui kelompok mana yang memiliki risiko lebih besar
dibandingkan kelompok lain (Hastono, 2007).
Proses pengujian Chi Square adalah membandingkan frekuensi
yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai
frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan
tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai
frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna.
Analisa bivariat ini menggunakan chi square.
52
53
𝑥2 = ∑
(𝑓0 − 𝑓𝑒 )2
𝑓𝑒
Keterangan :
𝑥 2 = nilai chi kuadrat
𝑓𝑜 = frekuensi yang diobservasi
𝑓𝑒 = frekuensi yang diharapkan
Keputusan yang diambil dari hasil chi square adalah:
a. Bila nilai p < α, Ho ditolak, berarti data sampel mendukung adanya
perbedaan yang bermakna (signifikan)
b. Bila nilai p ≥ α, Ho gagal di tolak, berarti data sampel tidak
mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan)
Syarat uji Chi-Square :
1) Sudah dikategorikan
2) Skala ukur ordinal atau nominal bentuk data kategorik
3) Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan / nilai ekspektasi
kurang dari 5, lebih dari 20% dari keseluruhan sel
4) Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka :
c) Alternatif uji chi-aquare untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher Exact
d) Alternatif untuk tabel selain 2x2 adalah dengan penggabungan sel.
Uji chi square sangat baik digunakan untuk tabel dengan derajat
kebebasan (df) yang besar. Bila tabel yang digunakan 2 x 2 dan tidak ada
nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya continuity correction.
Sedangkan bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E < 5, maka uji yang dipakai
adalah fisher exact test (Hastono, 2007).
53
54
Data dikatakan memenuhi uji Chi-square jika nilai expected yang
diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak
memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan Chi-square, maka
digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher untuk jenis tabel 2x2 dan uji
Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK (Dahlan, 2010).
Apabila diperoleh p-value < 0,05 maka ada perbedaan yang
bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh p-value >
0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang
dianalisis (Dahlan, 2010).
54
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dukungan suami dalam pemeriksaan Antenatal Care (ANC) pada ibu
hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak
23 responden (62,2%).
2. Frekuensi Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil di BPM Ny Linggar
Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang sebagian
besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 23 responden (62,2%).
3. Ada hubungan dukungan suami dengan frekuensi Antenatal Care (ANC)
pada ibu hamil di BPM Ny Linggar Hastuti Desa Bonomerto Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang, dengan nilai χ2 sebesar 25,345dan nilai
p value sebesar 0,000 dan OR 286,000.
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Hendaknya peneliti selanjutnya meningkatkan pengetahuan dan
menambah wawasan khususnya mengenai dukungan suami dalam
pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
dan kepatuhan dalam kunjungan
Antenatal Care (ANC), dengan menggali informasi melalui tenaga
kesehatan yang berkompeten atau buku-buku literatur
68
69
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hendaknya institusi pendidikan ikut berperan dalam meningkatkan
pelayanan bagi masyarakat dengan pemberian health education kepada
masyarakat khususnya ibu hamil melalui penyuluhan-penyuluhan
3. Bagi Bidan
Hendaknya bidan meningkatkan pelayanan Antenatal Care (ANC)
pada ibu hamil dengan meningkatkan dukungan suami dalam pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) dengan memberikan bimbangan konseling lebih
intensif supaya tidak terjadi komplikasi dalam kehamilan.
69
Download