riset operasional gambaran dan faktor penyebab kematian ibu dan

advertisement
RISET OPERASIONAL
GAMBARAN DAN FAKTOR PENYEBAB KEMATIAN IBU DAN
BAYI DI WILAYAH PROPINSI KEPULAUAN RIAU
Novian Aldo 1)
1)
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
Abstract : Operational Research: Overview And Factors Cause Of Death Mother and Baby In
The Province Of Islands Riau. In the period of 2007-2009 maternal mortality in Riau Province
showed an increasing trend, where the maternal mortality rate in 2007 was 78 per 100,000 live births
to 85 per 100,000 live births in 2009. While the infant mortality rate in 2007 amounted to 5.03 per
1,000 live births increased to 7.38 per 1,000 live births in 2009 (PHO Riau Islands, 2009). The
mortality rates are the result of recording reported by health workers, yet describe the incidence of
maternal and infant deaths that occurred in the community as a whole. This research is descriptive
research study crosessectional approach. Population and sample in this research are families who have
family members (pregnant women, childbirth and maternity and baby) who died in 2009-2010 in
Tanjunginang City, Batam, Bintan regency, Karimun, Natuna, Anambas and Lingga District. The
instrument used 1) a questionnaire and interviews with residents, 2) data from the health center and
the health department. The results showed that, the general data related to infant mortality in Riau
Province in 2009 and 2010: the last head of household education is high school, private employees
work, the economic status of the poor and generally not more than 2 children. In general, having a
book KIA, quality ANC less, the introduction of an alarm, but lacking in action to overcome and
generally cesare operation. The main causes of infant mortality is LBW, asphyxia, infections and
pneumonia. Indirect causes of infant mortality is Hidrosepalus, congenital defects, drowning,
pulmonary tuberculosis, heart and dehydration as well as several other diseases. The main causes of
maternal mortality are bleeding, pre / eclampsia, infection and abortion.
Keyward: Cause Of Death Mother And Baby
Abstrak Riset Operasional Gambaran dan Faktor Penyebab Kematian Ibu Dan Bayi di
Wilayah Propinsi Kepulauan Riau. Pada kurun waktu tahun 2007-2009 kematian ibu di Propinsi
Kepulauan Riau menunjukkan trend peningkatan, dimana angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 78
per 100.000 kelahiran hidup menjadi 85 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2009. Sementara angka
kematian bayi tahun 2007 sebesar 5,03 per 1.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 7,38 per 1.000
kelahiran hidup tahun 2009 (Dinkes Propinsi Kepri, 2009). Angka kematian tersebut di atas
merupakan hasil pencatatan yang dilaporkan oleh petugas kesehatan, belum menggambarkan kejadian
kematian ibu dan bayi yang terjadi di masyarakat secara keseluruhan.. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan crosessectional study. Populasi dan sampel dalam penelitian
ini adalah keluarga yang mempunyai anggota keluarga (ibu hamil, nifas dan bersalin serta bayi) yang
meninggal pada tahun 2009-2010 di Kota Tanjunginang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten
Karimun, Kabupaten Natuna, Anambas dan Kabupaten Lingga. Instrumen yang digunakan 1)
kuesioner dan wawancara dengan penduduk, 2) data dari puskesmas dan dinas kesehatan. Hasil
penelitian, data umum berkaitan dengan kematian bayi di Propinsi Kepulauan Riau tahun 2009 dan
2010 : pendidikan terakhir kepala rumah tangga adalah SLTA, pekerjaan pegawai swasta, status
ekonomi tidak miskin dan umumnya lebih dari 2 anak. Pada umumnya memiliki buku KIA, kualitas
ANC kurang, pengenalan tanda bahaya, tapi kurang dalam tindakan untuk mengatasinya dan
umumnya operasi cesare. Penyebab utama kematian bayi BBLR, Asfiksia, Infeksi dan Pneumonia.
Penyebab tidak langsung kematian bayi adalah Hidrosepalus, cacat bawaan, tenggelam, TB Paru,
Jantung dan dehidrasi serta beberapa penyakit lainnya. Penyebab kematian utama kematian ibu adalah
perdarahan, pre/eklamsia, infeksi dan abortus.
Kata Kunci : Penyebab, Kematian,Ibu, Bayi
Kematian Ibu dan Bayi masih merupakan masalah utama di Tingkat Internasional,
Nasional maupun Propinsi Kepulauan Riau,
sehingga kematian Ibu dan Bayi dijadikan
prioritas utama yang harus diupayakan
pemecahan masalahnya di bidang kesehatan.
154
Aldo, Gambaran dan Faktor Penyebab Kematian Ibu dan Bayi 155
Bentuk upaya pemecahan masalah kesehatan
ibu dan bayi telah dituangkan dalam Millenium
Development Goals (MDGs) untuk menurunkan
angka kematian ibu dari 227 per 100.000
kelahiran hidup tahun 2010 menjadi 108 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2015, sedangkan
kematian bayi dari 24 per 1.000 kelahiran hidup
tahun 2010 menjadi 20 per 1.000 kelahiran
hidup tahun 2015. Kurun waktu tahun 20072009 kematian ibu di Propinsi Kepulauan Riau
menunjukkan trend pening-katan, dimana
angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 78 per
100.000 kelahiran hidup menjadi 85 per
100.000 kelahiran hidup tahun 2009.
Sementara angka kematian bayi tahun
2007 sebesar 5,03 per 1.000 kelahiran hidup
meningkat menjadi 7,38 per 1.000 kelahiran
hidup tahun 2009 (Dinkes Propinsi Kepri,
2009). Angka kematian tersebut di atas
merupakan hasil pencatatan yang dilaporkan
oleh petugas kesehatan, belum menggambarkan
kejadian kematian ibu dan bayi yang terjadi di
masyarakat secara keseluruhan, karena yang
tercatat hanya ibu dan bayi datang dan
meninggal di sarana pelayanan kesehatan.
Disamping itu, kematian ibu dan bayi
yang terjadi di Rumah Sakit belum terdata
dengan baik karena masih lemahnya sistem
pencatatan dan pelaporan di tingkat polindes,
pustu, puskesmas dan Kabupaten.Upaya
mendapatkan informasi penyebab kematian
yang lebih akurat dan sesuai dengan kaidah
metodologi pengumpulan data di Propinsi
Kepulauan Riau, maka perlu dilakukan riset
khusus berupa riset operasional kesehatan untuk
menentukan penyebab kematian ibu dan bayi
yang langsung didapatkan dari masyarakat.
Tujuan penelitian, a) Diketahuinya saat
kematian ibu dan bayi, b) riwayat penolong
persalinan ibu dan bayi yang meninggal, c)
tempat meninggal ibu dan bayi, d) penyebab
kematian ibu dan bayi, e) kepemilikan buku
KIA ibu dan bayi yang meninggal, f) kualitas
Antenatal Care (ANC) ibu dan bayi yang
meninggal, g) frekuensi ANC ibu yang
meninggal, h) dukungan ANC ibu yang
meninggal, i) anjuran melakukan ANC ibu
yang meninggal, j) tanda bahaya pada bayi
yang meninggal, (k) dan diketahuinya tindakan
mengatasi masalah pada bayi yang meninggal.
METODE
Jenis penelitian adalah deskriptif
dengan pendekatan crosessectional study.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah
keluarga yang mempunyai anggota keluarga
(ibu hamil, nifas dan bersalin serta bayi) yang
meninggal pada tahun 2009-2010 di Kota
Tanjunginang, Kota Batam, Kabupaten Bintan,
Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna,
Anambas dan Kabupaten Lingga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kematian Bayi
Hal-hal non teknis seperti status wanita
dan pendidikan juga berperan besar sebagai
faktor yang mempengaruhi tingginya angka
kematian ibu di Indonesia. Dibuktikan dengan
masih banyaknya perkawinan, kehamilan,
persalinan di luar kurun waktu reproduksi yang
sehat, terutama pada usia muda. Masih
rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk
memeriksa
kandungannya
pada
sarana
kesehatan
sehingga
faktor-faktor
yang
sesungguhnya dapat dicegah atau komplikasi
kehamilan yang dapat diperbaiki atau diobati
tidak dapat segera ditangani.Teori Nursalam
bahwa pendidikan sangat penting dalam
menunjang
tingkat
pemahaman
dan
pengetahuan.Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang,
makin
mudah
menentukan
informasi, makin banyak pengetahuan sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Stasus ekonomi umumnya tidak miskin,
hal ini sebenarnya sangat mendukung untuk
peningkatan derajat kesehatan. Tapi status
ekonomi yang tinggi harus sejalan dengan
tingkat pemahaman akan pentingnya kesehatan
dalam artian adanya uang yang dialokasikan
untuk biaya kesehatan. Sebagai bentuk
antisipasi atas keadaan yang tidak diingkan
misalnya
terjadinya
komplikasi
dalam
kehamilan.
Jumlah anggota rumah tangga yang
pada umumnya lebih dari 2 orang anak, melihat
hal ini maka perlu digalakkan lagi program
keluarga berencana yang lebih menitiberatkan
pengaturan jumlah anak dan juga jarak
156 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 154-161
kehamilan untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan ibu dan bayi. Kepemilikan buku
KIA pada umumnya mereka memiliki buku
KIA, sebagai modal dasar untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman. Tapi hal ini
sebenarnya harus didukung oleh penyuluhan
atau konseling oleh tenakes atau kader untuk
menigkatkan
tingkat
pengetahuan
dan
pemahaman. Hal ini dapat kita lihat dari hasil
dimana pada umumnya kualitas ANC masih
kurang. Buku KIA sangat potensial untuk
meningkatkan pengetahuan dan perilaku
keluarga/ ibu mengenai kesehatan reproduksi
dan kesehatan anak. SK Menkes no
284/Menkes/SK/III/2004 mengenai Buku KIA
memberikan
dasar
yang
kuat
untuk
meningkatkan fungsi Buku KIA sebagai salah
satu strategi nasional dalam menurunkan AKI
dan AKB melalui dana khusus dari APBN.
Pemberdayaan
masyarakat
dalam
rangka meningkatkan kemandirian masyarakat
adalah sangat penting dalam mendukung
program KIA. Hal ini ditunjukkan semakin
tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman
mereka terhadap pengenalan tanda bahaya
tentunya berbanding lurus terhadap upaya
mereka dalam mencari pertolongan terhadap
permasalahan yang mereka derita. Oleh
karenanya perlu peningkatan pemberdayaan
masyarakat terutama untuk daerah terpencil
karena jauh dari askes pelayanan kesehatan.
Jangan sampai terjadi keterlambatan dalam
menerima
pelayanan
kesehatan
yang
disebabkan oleh ketidak tahuan masyarakat.
Dari hasil dilihat pada umumnya
responden melahirkan dengan operasi cesare.
Tenaga kesehatan umumnya berupaya agar
melahirkan dapat dilakukan secara normal
karena sedikit berpengaruh kepada waktu
penyembuhan yang lebih cepat dan kelancaran
ASI kerena terjadi secara alamiah. Tetapi titik
pentingnya adalah persalinan dilakukan oleh
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dengan
memperhatikan kesehatan dan kemanan pasien
(ibu) dan bayinya, terutama menggunakan alat
kesehatan yang steril.
Usia kematian bayi yang terbanyak
terjadi pada usia kurang dari tujuh hari, dimana
memang pada usia ini bayi maupun sang ibu
masih sangat rentan dan masih pada masa
penyembuhan. Oleh karenanya di pandang
perlu untuk terus meningkatkan pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan yang terlatih
dan fasilitas kesehatan yang adekuat sehingga
melahirkan pelayanan yang lebih prima.
Mengingat status gizi janin di dalam kandungan
tidak dapat di pastikan selalu dalam keadaan
sehat dan baik hal ini sangat tergantung dari
keadaan asupan makanan bergizi oleh sang ibu
disamping istirahat yang cukup serta
mengontrol aktifitas yang terlalu berat.
Jika dibandingkan data di tahun
2009 dan 2010 sudah menunjukkan hal yang
baik sepertinya dimana angka bayi yang di
tolong oleh tenaga kesehatan lebih banyak
dibandingkan oleh dukun (bukan tenaga
kesehatan). Namun demikian, hal ini akan
sangat berpengaruh pada kesehatan dan
keselamatan ibu maupun bayinya. Karena pada
umumnya diindikasikan pengetahuan dan
praktek persalinan aman kurang dimiliki oleh
seorang dukun.
Tempat meninggal bayi masih ada
yang terjadi di dalam perjalanan menuju tempat
pelayanan kesehatan, melalui hal ini dapat di
asumsikan akses ke palayanan kesehatan masih
terdapat kekurangan baik dari sarana
transportasi, lokasinya yang jauh maupun akses
jalan yang masih dalam keadaan rusak, hal ini
terutama terjadi di pedesaan dan pedalaman.
Pada tahun 2010 kematian bayi banyak terjadi
di rumah, banyak kejadian walau pelayanan
persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih tetapi sering sekali dilakukan di
rumah sehingga kurang di dukung oleh fasilitas
kesehatan yang memadai. Keterbatasan dalam
hal transportasi pengangkutan sarana dan
prasarana (berkaitan dengan alat-alat), terlebih
untuk kasus komplikasi dengan membutuhkan
penanganan pelayanan kesehatan yang lebih
mendalam dengan waktu sedini mungkin,
dengan fasilitas yang lebih mendukung.
Penyebab kematian bayi yang
terbanyak adalah berat bayi lahir rendah
(BBLR) hal ini bisa terjadi dengan banyak
faktor diantaranya status gizi yang buruk. Hal
ini dapat dilihat dari asupan makanan yang
mengandung zat gizi yang baik. Makanan yang
mengandung zat gizi yang baik tidak harus
mahal, yang penting makanan dan atau
Aldo, Gambaran dan Faktor Penyebab Kematian Ibu dan Bayi 157
minuman tersebut mengandung gizi seimbang.
Sebagai seorang ibu harus menjaga intake
makanan yang masuk ke dalam tubuh karena
hal tersebut akan menjadi sari pati makanan
yang akan di konsumsi oleh janin. Makananmakanan yang banyak mengandung bahan
tambahan makanan dan atau bahan pengawet
(makanan dalam kemasan) sebaiknya dihindari.
2. Kematian Ibu
Sebagian besar (60-80%) kematian ibu
di Indonesia disebabkan oleh perdarahan saat
melahirkan, persalinan macet, sepsis, tekanan
darah tinggi pada kehamilan dan komplikasi
dari aborsi.Komplikasi kehamilan/persalinan
atau yang menyebabkan kematian ibu tak bisa
diperkirakan sebelumnya, dan sering terjadi
beberapa jam atau hari setelah persalinan.
Kematian seorang ibu sangatlah berpengaruh
terhadap kesehatan dan kehidupan anak-anak
yang ditinggalkannya. Jika seorang ibu
meninggal, maka anak-anak yang ditinggalkannya mempunyai tiga hingga sepuluh kali
lebih besar untuk meninggal dalam waktu dua
tahun bila dibanding dengan mereka yang
masih mempunyai orang tua.
Istilah 3 terlambat dan 4 terlalu
merupakan fenomena yang paling sering terjadi
dan merupakan faktor pendukung penyebab
AKI. Istilah 3 terlambat yaitu terlambat
mengenali tanda bahaya dan harus mencari
pertolongan ke fasilitas kesehatan, terlambat
mencapai fasilitas kesehatan yang memadai,
dan terlambat dalam menerima pelayanan
kesehatan yang cukup memadai pada setiap
tingkatan. Istilah 4 terlalu yaitu terlalu muda
untuk menikah, terlalu sering hamil dan terlalu
banyak melahirkan dan terlalu tua untuk hamil.
Pendidikan kepala rumah tangga
berkaitan dengan angka kematian ibu pada
umumya berpendidikan SLTA. Tapi masih ada
kepala rumahtangga yang tidak menamatkan
sekolah dasar (sampai tingkat SLTP). Jika
kepala rumah tangga berpendidikan baik hal ini
akan menunjang kundisi di rumah tangga
tersebut termasuk mengenai kesehatan istri
ketika hamil maupun pasca kehamilan.
Menurut Notoatmodjo pengetahuan
merupakan faktor dominan yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Diperkuat dengan pendapat Blum yang dikutip
Notoatmodjo bahwa pengetahuan adalah bentuk
tahu individu yang diperolehnya dengan
penalaran, perasaan dan akal pikiran tentang
segala sesuatu yang dihadapinya.Ketika
individu sudah tahu, memahami kemudian
melakukan tindakan.Pendidikan secara tidak
langsung akan mempengaruhi hasil suatu
kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi
dengan berat badan lahir rendah. Hal ini
dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam
memelihara kondisi kehamilan serta upaya
mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan selama kehamilan
Pekerjaan pada tahun 2009 umumnya
pekerjaan kepala rumah tangga adalah buruh
dan nelayan, mengingat kepri adalah daerah
kepulauan. Pekerjaan ini berkaitan dengan lama
waktu kerja dan juga tinggat stress yang
dialaminya. Hal ini tetntunya berdampak pada
waktu untuk keluarga dan suasana hati yang
baik yang akan menciptakan suasana yang baik
di rumahtangga.
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi
kualitas dan kuantitas gizi ibuselama bulan–
bulan terakhir kehamilan dan ukuran bayi pada
saatlahir.Semakin buruk gizi ibu semakin
kurang berat dan panjangbayinya.
Sebaiknya pemeriksaan kehamilan
dilakuakn sebanyak 9 kali yang dibagi dalam 3
semester, dan lebih baik lagi pemeriksaan
ditingkatkan jumlahnya menjelang usia
kehamilan 7 bulan ke atas. Hal ini dilakukan
untuk mengontrol perkembangan janin dan
kondisi kesiapan janin untuk dilahirkan.
Berdasarkan hasil masih terdapat dimana
frekuensi ANC kurang sama dengan 4 kali. Hal
ini juga berdampak pada perkembangan janin
dan kesehatan ibu, dan yang lebih parahnya lagi
tidak diketahuinya bila terjadi penyakit atau
komplikasi yang dialami ibu. Hal ini akan
berakibat fatal yang kematian ibu atau dan bayi.
Masih terdapat responden yang belum
memiliki buku KIA, hal ini berpengaruh pada
pengetahuan dan pemahaman mereka tentang
KIA. Kepemilikan buku KIA juga harus di
tunjang dengan penguatan dan motivasi bagi
mereka untuk lebih berkeinginan tahu dan
paham tentang KIA dan tanda-tanda bahaya.
158 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 154-161
Dukungan
dan
anjuran
untuk
melakukan ANC sangat diperlukan bagi ibu.
Dukungan pada umumnya diperoleh dari suami.
Hal ini juga berhubungan dengan pemegang
keputusan dalam rumah tangga. Tanpa izin dari
pemegang keputusan sangat sulit untuk
meningkatkan partisipasi ibu untuk melakukan
ANC. Peran suami sangat penting, kedepan
mengikutsertakan orang yang berpengaruh di
rumahtangga (suami, orangtua, mertua dll)
dalam kegiatan penyuluhan pendampingan dll.
Jadilah suami siaga (siap antar jaga).
Kuantitas ANC juga harus ditingkatkan
terutama pada pemeriksaan air seni,
pemeriksaan darah. Dimana pemeriksaan air
seni dilakukan untuk mengetahui kadar protein
urine untuk keperluan pendeteksian terhadap
adanya hipertensi dqalam kehamilan selain itu
juga untuk mengetahui kadar glukosa untuk
mendeteksi diabetes nellitus dalam kehamilan.
Sedangkan pemeriksaan darah dilakukan untuk
mengetahui kadar hemoglobin darah untuk
mendeteksi anemia kehamilan. Mengingat
pentingnya hal ini maka dipandang perlu untuk
dilakukan pemeriksaan terhadap semua ibu
hamil. Agar hal-hal yang tidak diingikan dapat
diketahui dan dilakukan intervensi berupa
pengobatan dengan sesegera mungkin.
Saat kematian ibu tahun 2009 di
Propinsi Kepulauan Riau adalah terjadi pada
masa nifas yaitu dengan penyebab kematian
utama adalah perdarahan, pre/eklamsia, infeksi
dan abortus sedangkan penyebab lain-lain yang
meliputi beberapa jenis penyakit komplikasi
antara lain TBC, HIV/AIDS, Penyakit Multiple
Organ, Post Sectio/Sectio dan Hepatitis juga
masih merupakan penyakit yang sering
menyertai kematian pada ibu. Sedangkan tahun
2010, saat kematian sering terjadi pada saat
nifas dengan penyebab utama sama dengan
tahun 2009 dan penyebab lainnya yang meliputi
penyakit Jantung, Asthma Bronchial, Malaria,
Suspec DHF, Hepatomegali, Gagal Ginjal
Akut, dan Anemia Berat.
Survey ini sejalan dengan Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011,
bahwa penyebab langsung kematian ibu adalah
perdarahan, eklamsia dan dan infeksi,
sedangkan penyebab tidak langsung kematian
maternal adalah kurang energi kronis (KEK)
dan anemia pada kehamilan. Sementara itu,
berdasarkan laporan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) tahun 2007, penyebab
langsung kematian maternal adalah perdarahan,
eklamsia, infeksi dll (Depkes RI, 2008).
Masih tingginya AKI, dan AKB
menunjukkan rendahnya status kesehatan ibu,
dan bayi yang disebabkan oleh rendahnya akses
dan kualitas pelayanan kesehatan, rendahnya
pengetahuan ibu dan keluarga dalam
pengenalan tanda bahaya dan perawatan bayi
baru lahir, bayi dan balita sakit, perilaku yang
belum mendukung hidup bersih dan sehat
seperti mencuci tangan dengan sabun serta pola
pemberian makan yang salah. Pemberian ASI
eksklusif juga masih sangat rendah.
Presiden Republik Indonesia telah
mencanangkan program MPS yang akan lebih
difokuskan
pada
peningkatan
akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan bagi ibu
hamil, bersalin dan nifas. Strategi MPS ini
diharapkan
dapat
meningkatkan
status
kesehatan rakyat Indonesia yang akan
ditunjukkan melalui penurunan AKI, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita.
Beberapa hal yang perlu di perhatiakan
dalam memberikan yang terbaik bagi kesehatan
ibu dan anak diantaranya : (a) Perencanaan,
pelaksanaan
dan
penyelesaian
masalah
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, bayi dan anak
balita berdasarkan prioritas masalah, efektifitas
dan efisiensi sumberdaya yang tersedia,
keterpaduan dan kemitraan lintas program dan
sector. (b) Peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir,bayi
dan anak balita. (c) Penguatan peran dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
secara adekuat dalam upaya menurunkan
jumlah kesakitan dan kematian ibu, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita (d) Perbaikan kinerja
tenaga kesehatan melalui pelatihan klinik yang
berdasarkan kompetensi dan mengacu pada
pencapaian kualifikasi dan penerapan praktik
terbaik di institusi pelayanan kesehatan(e)
Perbaikan kinerja lembaga pendidikan tenaga
kesehatan
dalam
menghasilkan
tenaga
kesehatan yang terampil dan handal(f)
Advokasi bagi lembaga pemerintah, badan
legislatif dan pemegang otoritas bidang
Aldo, Gambaran dan Faktor Penyebab Kematian Ibu dan Bayi 159
kesehatan (pusat dan daerah) untuk mendukung
program KIA, alokasi sumberdaya, dan
menjamin kualitas pelayanan kesehatan Ibu,
bayi baru lahir, bayi dan anak balita (g)
Mobilisasi masyarakat untuk mewujudkan
keluarga dan budaya hidup sehat, pemanfaatan
fasilitas kesehatan, berperan-serta dalam
penyediaan dan kualitas pelayanan kesehatan
(h) Menggalang kemitraan dengan pengampu
(stakeholders) dan mitra strategis dalam
pengkayaan sumberdaya dan melaksanakan
program KIA yang efektif
Kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita tidak hanya disebabkan masalah
kesehatan. Selain faktor sosio-budaya dan
politik, juga terkait dengan tingkat pendidikan
dan kemampuan masyarakat. Karena itu, untuk
menanggulangi kematian dan mengurangi
angka kesakitan maka perlu dilakukan
pendekatan secara lengkap terhadap pengguna,
penyedia dan manajemen pelayanan kesehatan.
Berbagai upaya telah dijalankan untuk
memperbaiki derajat kesehatan Ibu, bayi baru
lahir, bayi dan anak balita. Sebagai contoh,
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Program
Safe Motherhood, Life Saving Skills, Integrated
Management of Pregnancy and Childbirth, dan
Integrated Management of Child Ilness, namun
ternyata belum memberikan dampak seperti
yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
pelaksanaan upaya tersebut melalui pendekatan
yang kurang terpadu.Dipilihnya strategi MPS
dan Child Survival (kelangsungan hidup anak)
oleh
pemerintah
karena
strategi
ini
mengutamakan keterjangkauan dan kualitas
pelayanan, kemitraan, pemberdayaan dan peran
serta masyarakat.
Strategi Utama dan Pesan Kunci MPS
dan Child SurvivalProgram Making Pregnancy
Safer (MPS) atau Kehamilan yang Lebih Aman
(KLA) adalah penajaman dari program Safe
Motherhood. Program MPS dan Child Survival
dijabarkan ke dalam 4 strategi utama (berserta
keluarannya) yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita yang berkualitas yang cost
effective dan berdasar bukti ilmiah.
Dengan Keluaran :Keluaran pertama ;
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
yang berkualitas dan pelayanan pertolongan
pertama obstetri dan neonatus, baik di
Polindes maupun di Puskesmas. Tersedianya
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
dasar (PONED) berkualitas di sekurangkurangnya 4 Puskesmas di tiap kabupaten/
kota.Tersedianya
PONEK
(Pelayanan
Obetetri Neonatal Emergensi Komprehensif)
berkualitas di Rumah Sakit kabupaten/kota
dan propinsi.Pelayanan kesehatan bayi dan
balita yang berkualitas melalui Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di polindes,
pustu dan puskesmas. Keluaran ke Dua:
Tersedianya
pelayanan
kehamilan,
persalinan dan nifas oleh petugas kesehatan
yang kompeten dan terampil. Keluaran ke
Tiga :Peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang telah disempurnakan guna
mengatasi berbagai hambatan yang membatasi kaum ibu, bayi dan balita memperoleh
akses terhadap pelayanan kesehatannya.
2. Membangun kemitraan yang efektif melalui
kerjasama lintas program, lintas sektor dan
mitra lainnya dalam melakukan advokasi
untuk memaksimalkan sumber daya yang
tersedia serta memantapkan koordinasi
perencanaan kegiatan MPS dan Child
Survival.
Keluaran : Meningkatkan kemitraan yang
efektif guna memaksimalkan sumberdaya
yang tersedia serta meningkatkan dan
menjamin koordinasi perencanaan dan
kegiatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
yang lebih baik.Mantapnya kerjasama
dengan BKKBN dalam pelayanan Keluarga
Berencana yang
berkualitas.Mantapnya
kerjasama
antara
sistem
pelayanan
kesehatan dengan Dukun bayi, terutama di
daerah-daerah dimana sebagian besar
persalinan ditolong oleh Dukun bayi.
Meningkatkan kualitas tumbuh kembang
balita melalui pelayanan Stimulasi Deteksi
dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor (Depdiknas,
BKKBN, Depag, Depsos dan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan). Meningkatnya
kemitraan dengan sektor swasta dan
Lembaga Swadaya Masyarakat terutama
dalam pelaksanaan PONEK. Meningkatnya
160 Jurnal Kesehatan, Volume V, Nomor 2,Oktober 2014, hlm 154-161
kemitraan dengan organisasi profesi dan
institusi akademik.Meningkatnya kerjasama
dengan Palang Merah Indonesia untuk
menjamin pengadaan darah yang aman di
fasilitas PONEK.
3. Mendorong pemberdayaan wanita dan
keluarga melalui kegiatan peningkatan
pengetahuan menjamin perilaku yang
menunjang kesehatan ibu, bayi baru lahir,
bayi dan anak balita serta pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang tersedia. Keluaran
:meningkatnya upaya dalam kegiatan
“Suami Siaga”, untuk memantapkan
keterlibatan
suami
mempromosikan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, Keluarga
Berencana, dan penvegahan Penyakit
Menular Seksual.Meningkatnya peran aktif
keluarga dalam menjamin pelayanan yang
adekuat selama kehamilan dan masa laktasi
serta mencegah kehamilan yang “terlalu
muda”, “terlalu tua”, “terlalu sering”, dan
“terlalu banyak”.Wanita terlibat dalam
pemantauan kualitas pelayanan kesehatan
ibu, bayi baru lahir,bayi dan balita.
Meningkatnya pemanfaatan dan penerapan
buku KIA oleh ibu,keluarga dan masyarakat.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan
anak balita.
Keluaran :Mantapnya Gerakan Sayang
Ibu/Masyarakat SiAGa yang sedang
dilaksanakan
dalam
meningkatkan
pengetahuan wanita, suami, dan keluarga
mengenai kesehatan ibu dan bayi yang baru
lahir.Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
dipromosikan sebagai tanggung jawab
bersama
masyarakat
dan
sistem
kesehatan.Masyarakat
terlibat
dalam
pemantauan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi
baru
lahir
yang
berkualitas.
Dilakukannya asesmen kegiatan GSI/
Masyarakat SiAGa untuk identifikasi
elemen-elemen serta pendekatan yang
menurut pengalaman sangat efektif di
beberapa kabupaten/kota.
Strategi MPS di atas dijalankan
dengan landasan tiga pesan kunci berikut:
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih,
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal
mendapat pelayanan yang adekuat,
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses
terhadap pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Sedangkan pesan kunci untuk Child
Survival adalah :
1. Setiap bayi dan balita memperoleh
pelayanan kesehatan dasar paripurna
2. Setiap bayi dan balita sakit ditangani
secara adekwat
3. Setiap bayi dan balita tumbuh dan
berkembang secara optimal
Keberhasilan upaya penurunan angka
kesakitan/kematian dan perbaikan status
kesehatan kelompok risiko tinggi melalui
Program MPS dan Child Survival sangat
ditentukan oleh keterpaduan, rasa memiliki dan
tanggung-jawab bersama, kordinasi lintas
program dan sektor serta partisipasi masyarakat
SIMPULAN
Data umum berkaitan dengan kematian
bayi di Propinsi Kepulauan Riau tahun 2009
dan 2010 : pendidikan terakhir kepala rumah
tangga SLTA, pekerjaan pegawai swasta, status
ekonomi tidak miskin dan umumnya lebih dari
2 anak. Pada umumnya memiliki buku KIA,
kualitas ANC kurang, pengenalan tanda bahaya,
tapi kurang dalam tindakan untuk mengatasinya
dan umumnya operasi cesare.
Sedangkan penyebab utama kematian
bayi , BBLR, Asfiksia, Infeksi dan Pneumonia.
Penyebab tidak langsung kematian bayi adalah
Hidrosepalus, cacat bawaan, tenggelam, TB
Paru, Jantung dan dehidrasi serta beberapa
penyakit lainnya.Data umum berkaitan dengan
kematian ibu di Propinsi Kepulauan Riau tahun
2009 dan 2010 : pendidikan terakhir kepala
rumahtangga adalah SLTA, pekerjaan nelayan,
buruh (2009) dan pegawai swasta (2010), status
ekonomi tidak miskin dan umumnya lebih dari
2 anak. Pada umumnya frekuensi ANC lebih
dari 4 kali, memiliki buku KIA, dukungan
melakukan ANC dari suami, dan yang
menganjurkan adalah bidan, kuantitas ANC
Aldo, Gambaran dan Faktor Penyebab Kematian Ibu dan Bayi 161
masih kurang. Penyebab kematian utama
kematian ibu di Propinsi Kepulauan Riau tahun
2009
dan
2010
adalah
perdarahan,
pre/eklamsia, infeksi dan abortus. Adapun
penyebab tidak langsung kematian ibu yaitu
penyakit komplikasi antara lain TBC,
HIV/AIDS,s Penyakit Multiple Organ, Post
Sectio/ Sectio dan Hepatitis, sedangkan tahun
2010 disebabkan oleh penyakit Jantung,
Asthma Bronchial, Malaria, Suspec DHF,
Hepatomegali, Gagal Ginjal Akut, dan Anemia
Berat
Riau Tahun 2009 (Health Profile of
Kepulauan Riau Province Year 2009).
Tanjungpinang.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2008. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Propinsi
Kepulauan Riau Tahun 2007. Jakarta
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau,
2009. Profil Kesehatan Propinsi Kepulauan
\
Notoatmodjo S, 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta Rineka Cipta.
Notoatmodjo S, 2010. Metodologi Penelitian
Kesehtan. Jakarta Rineka Cipta.
Download