BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan mereka, seperti olahraga untuk peningkatan prestasi, olahraga maningkatkan kinerja, ketahanan yang lebih baik, lemak tubuh kurang, tambah dan bahkan hanya ingin tubuhnya merasa lebih bugar. Beberapa bentuk latihan fisik yang dilakukan mempunyai manfaat maupun reaksi tersendiri bagi tubuh. Misalnya dalam berbagai bentuk latihan fisik yang dilakukan dengan menggunakan intensitas tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar asam laktat dalam otot maupun dalam darah. Intensitas latihan fisik secara langsung berkaitan dengan peningkatan kapasitas aerob. Intensitas latihan fisik dapat dibagi menjadi (1) latihan intensitas rendah (60-70%), (2) latihan fisik intensitas sedang (7080%), dan (3) latihan fisik intensitas tinggi (80-90 %). Nilai ambang anaerobik adalah intensitas beban kerja melalui peningkatan metabolisme anaerobik yang dapat diketahui melalui peningkatan penimbunan asam laktat di darah dan otot skelet (Fox, 1993). Energi yang digunakan saat beraktivitas pada kondisi anaerob akan menghasilkan produk sampingan berupa asam laktat. Asam laktat secara normal terdapat dalam tubuh dan menggambarkan kondisi glikolisis anaerob. Asam laktat berkaitan erat dengan kemampuan otot untuk berkontraksi. Tubuh memiliki keterbatasan dalam mentoleransi jumlah asam laktat dan tiap individu memiliki batas ambang asam laktat yang berbeda-beda. Kadar asam laktat akan meningkat saat beraktivitas dimana sumber energinya berasal dari sistem glikolisis anaerob. Di dalam tubuh kita, terjadi proses kimia yang mengubah energy kimia dalam makanan menjadi energi mekanik yang membuat otot kita dapat berkontraksi. Energi mekanik yang menjadikan otot berkontraksi berasal dari molekul yang disebut ATP (Adenosin Tri Phospate, merupakan gugus adenosine yang meningkat tiga gugus fosfat). Jika satu gugus fosfat lepas dari ATP, maka energy 1 2 sebesar 30 kJ akan dilepas. Salah satu pengunaan energi tersebut, yaitu untuk menggerakkan otot (Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph Sigit, Serlyana Herman, 2007). Asam laktat yang terbentuk melalui glikolisis anaerobik ini akan menurunkan pH (meningkatkan keasaman) dalam otot maupun darah.penurunan pH ini akan menghambat kerja enzim-enzim atau reaksi kimia dalam sel tubuh, terutama dalam sel otot tersebut sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah lemah dan akhirnya mengalami kelelahan (Ilhamjaya, 2000). Adanya aktivitas tinggi tanpa memperhatikan waktu pemulihan yang cukup, dapat menyebabkan penumpukan asam laktat darah yang mengakibatkan terhalangnya asupan energi dari sistema aerob pada sel otot dan timbulnya rasa lelah. Kondisi tersebut berakibat pada turunnya kinerja otot. Namun adanya asam laktat dalam tubuh juga penting karena asam laktat dapat diubah menjadi sumber energi. Asam laktat dalam kondisi cukup oksigen dapat diubah kembali menjadi asam piruvat dan selanjutnya mengalami sistem oksidatif untuk menghasilkan energi (Goyton, 1986). Asam laktat dalam darah pada tubuh atlet akan meningkat pada saat berlatih atau bertanding disebabkan karena berlatih dan bertanding sebagian besar kebutuhan energy diperoleh melalui glikolisis anaerob. Glikosisis anaerob terjadi dalam dua jalan yaitu: secara anaerob lakatasid (system fosfagen) yang tidak menghasilakan asam laktat dan glikolisis anaerob laktasid (system asam laktat) yang memproduksi asam laktat dalam tubuh (Guyton, 2006). Pembuangan laktat yang lambat menyebabkan sindroma latihan yang berlebihan (overtraining syndrome) pada atlet sehingga dapat mengakibatkan peningkatan insiden cedera yang dapat menyebabkan kecacatan baik sementara maupun menetap. Produksi energi yang sejalan dengan nilai laktat yang tinggi tidak lebih dari sebuah solusi darurat (Janssen Peter G.J.M; 1993: 13). Adapun dalam latihan fisik agar pencapaian prestasi secara maksimal dan terarah tidak lepas dari aspek fisik, teknik, taktik, dan mental. Faktor-faktor dasar latihan yaitu meliputi persiapan fisik, teknik, taktik dan kejiwaan (psikologi). 3 Disamping itu juga terdapat komponen penting dalam menentukan keberhasilan seseorang yaitu tingkat kebugaran jasmani (Bompa, 2004). Untuk mencapai tingkat kebugaran jasmani telah diketahui bahwa tidak lepas dari sistem aerob dan sistem anaerob. Dimana aerob berarti “daya tahan” atau “stamina” yang mengambarkan kemampuan fisiknya, bagian yang diwarisi, dan bagian yang dilatih, untuk mempertahankan usaha yang keras dan lama. Kebukaran aerob didefinisikan sebagai kapasitas maksimal untuk menghirup, menyalurkan, dan menggunakan oksigen, dalam pengukurannya disebut maksimal pemasukan oksigen atau VO2max. Pada dasarnya, untuk mencapai ketahanan kardiorespirasi ada dua yaitu aerob dan anaerob. VO2max merupakan jumlah maksimal oksigen yang dapat di konsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. VO2max dapat membatasi kapasitas kardiovaskular seseorang, maka VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik, dimana VO2max merefleksikan keadaan paru, kardiovaskular, dan hematologik dalam pengantaran oksigen, serta mekanisme oksidatif dari otot yang melakukan aktivitas. Selama menit-menit pertama latihan, konsumsi oksigen meningkat hingga akhirnya tercapai keadaan steady state di mana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Bersamaan dengan keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut jantung, dan cardiac output. Keadaan di mana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meskipun dengan penambahan intensitas latihan, inilah yang disebut VO2max. Konsumsi oksigen (VO2max) lalu turun secara bertahap, bersamaan dengan penghentian latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang (Sharkley, 2011). Oksigen dibutuhkan oleh otot dalam melakukan setiap ativitas berat maupun ringan dan semakin banyak oksigen yang diserap oleh tubuh menunjukkan semakin baik kinerja otot dalam bekerja, sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit. Semakin tinggi volume oksigen maksimal (VO2max) seseorang yang bersangkutan maka akan memiliki daya tahan dan stamina yang baik. 4 Dalam proses pemulihan asam laktat dari otot dan darah dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan setelah aktivitas dengan intensitas tinggi. Hal ini akan mempengaruhi mekanisme keluarnya laktat dari otot ke darah, meningkatnya aliran darah, ambilan laktat oleh hati, jantung, dan otot rangka. Kecepatan pengeluaran laktat dari otot kepembuluh darah akan mempengaruhi proses metabolism berikutnya, sehingga laktat dapat segera dapat dimetabolisasi kembali membentuk energy melalui siklus krebs (Widiyanto, 2012). Optimalisasi masa recovery sejalan dengan kajian teoritik yang emnyatakan bahwa pengkondisian fisiologi seseorang tidak hanya pada masa latihan tapi juga pada masa recovery latihan, masa pertandingan, dan masa recovery antar pertandingan. Optimalisasi jenis recovery penting untuk dilakukan mengingat kualitas recovery yang baik dapat menurunkan kelelahan baik secara objektif maupun subjektif, serta dapat mengurangi cedera (Widiyanto, 2012). Dari berbagai jenis recovery, dalam penelitian ini mengunakan metode massage dengan circullo massage dan contrasbath sebagai metode relaksasi, digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi kelelahan atlet setelah pertandingan. Pijat dapat dilakukan mulai dengan pemijatan secara keseluruhan dan pemijatan secara parsial (Roepajadi, 2009: 18). Sebagai solusi keterbatasan waktu, pemijatan parsial (local massage) dapat dilakukan untuk mengoptimalkan upaya percepatan pemulihan kelelahan. Pijat sering dilakukan oleh pemijat (masseur) ahli adalah seseorang yang menguasai teori, praktik, dan ilmu pendukung tentang pijat secara baik dan benar (Roepajadi, 2009: 4). Sedangkan untuk metode dengan contrasbath dimana menurut Cochrane (2004) menjelaskan bahwa contrasbath digunakan atlet dalam pemulihan setelah latihan. Teknik contrasbath sangat cepat dalam pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi darah sehingga membantu menghilangakan sisa metabolik (asam laktat). Dalam kesempatan ini peneliti akan membandingkan pemulihan antara metode massage dan contrasbath dengan VO2max yang harapannya dapat membantu meningkatkan penurunan kadar asam laktat. Dengan meningkatnya penurunan kadar asam laktat diharapkan mampu memberikan sumbangan pada 5 efisiensi pemulihan dan dapat mengetahui ketahanan atlet selama latihan dan mempersiapkan kompetisi, bahan juga saat proses kompetisi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah disebutkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Adakah perbedaan pengaruh circulo massage dan contrasbath terhadap kadar asam laktat pada latihan beban? 2. Adakah perbedaan kadar asam laktat antara VO2max tinggi dan VO2max rendah? 3. Adakah interaksi antara circulo massage dan contrasbath dengan VO2max terhadap kadar asam laktat? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh circulo massage dan contrasbath terhadap kadar asam laktat pada latihan beban yang ditunjau dari VO2max. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh circulo massage dan contrasbath terhadap kadar asam laktat pada latihan beban. b. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam laktat antara VO2max tinggi dan VO2max rendah. c. Untuk mengetahui interaksi antara circulo massage dan contrasbath dengan VO2max terhadap kadar asam laktat. 6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam mengembangkan diri dan mengabdikan diri pada dunia kesehatan, khususnya di bidang kesehatan olahraga di masa yang akan datang, b. Menambah pemahaman dalam akademik khususnya pengaruh pemberian circulo massage dan contrasbath terhadap kadar asam laktat setelah latihan beban yang ditinjau dari VO2max. 2. Manfaat Praktis Memberikan pemahaman kepada praktisi olahraga tentang dampak circulo massage dan contrasbath terhadap kadar asam laktat yang ditinjau dari VO2max setelah latihan beban dalam upaya meningkatkan kesehatan, kesegaran jasmani dan prestasi yang fisiologis dan sebagai rujukan bagi praktisi olahraga, pelatih kebugaran serta fisioterapi olahraga dalam perannya untuk menurunkan kadar asam laktat bagi para atlet maupun masyarakat umum setelah latihan beban.