FISIKA BATUAN DEFINISI DAN SATUAN Terdapat tiga vector magnetic: 1. H 2. M 3. B Medan magnet Magnetisasi Induksi Magnet Medan magnet di tengah lingkaran Momen magnetik Magnetisasi Momen magnetik perunit massa Suseptibilitas magnetik Suseptibilitas massa Momen magnetik dan suseptibilitas • Magnetisasi merupakan tingkat kemampuan untuk di se-arahkan momen-momen dipol magnetiknya oleh medan magnetik luar. • Suatu bahan yang bersifat magnetik berada dalam pengaruh kuat medan magnet luar maka bahan tersebut akan termagnetisasi. Besaran dari magnetisasi ini sebanding dengan momen magnetik per volume. • Magnetisasi yang dihasilkan sebanding dengan kuat medan yang mempengaruhinya yang bergantung pada nilai suseptibilitas magnetic (k) medium tersebut. Bahan magnetik Jika suatu batang magnet retak sehingga membentuk kutub baru, maka akan timbul medan magnet disekitarnya. Gas atau udara tidak dapat mangalami magnetisasi sehingga titak memiliki momen magnetik, dan jika pada bagian retak tersebut diberikan suatu medium dan terjadi magnetisasi, maka medium tersebut dapat dikatakan sebagai medium/ bahan magnetik pula. Klasifikasi medium Bahan atau medium dapat diklasifikasikan ke dalam 5 jenis sesuai dengan respon magnetisasinya terhadap pengaruh kuat Medan magnet luar. Klasifikasi ini didasarkan atas spin elektron dari atom penyusun medium tersebut, dimana elektron sebagai ion negatif yang menghasilkan momen momen magnetik. Prinsip utama dari kemagnetan suatu medium bergantung pada spin elektronnya. Jika elektron pada atom suatu medium berpasangan, maka elektron tersebut tidak akan menarik garis-garis gaya magnetik luar dan sebaliknya. Spin elektron inilah yang menentukan apakah suatu medium dapat dikatakan bersifat megnetik atau tidak. DEFINISI DAN SATUAN Beberapa satuan magnet : BAHAN MAGNETIK Asal dari magnetisme adalah perputaran (spin) dan pengorbitan dari elektron dan bagaimana elektron-elektron tersebut berinteraksi dengan elektron lainnya Tiap bahan memberikan respon yang berbeda terhadap medan magnet yang melewatinya Pada umumnya semua bahan bersifat magnetik, hanya saja beberapa bahan lebih magnetik dibandingkan bahan lainnya Perbedaan antar bahan adalah terletak pada interaksi antara momen magnetik atomatomnya. Beberapa bahan memiliki interaksi yang sangat kuat sebagian lagi sangat lemah BAHAN MAGNETIK Kelompok Bahan Magnetik Klasifikasi unsur atas sifat magnetiknya BAHAN MAGNETIK DIAMAGNETIK Diamagnetik: yaitu bahan yang kulit elektronnya lengkap dan terisi oleh elektron yang berpasangan Tidak memiliki momen magnetik suseptibilitas < -10-5 SI Jika dipengaruhi oleh kuat medan luar, putaran elektron ini akan menghasilkan arah momen magnetik yang berlawanan dengan arah kuat medan luar sehingga akan menghasilkan resultan yang berarah negatif Contoh: Susep 10-8 m3kg-1 BAHAN MAGNETIK PARAMAGNETIK Paramagnetik: yaitu bahan yang jumlah elektron pada kulit atomnya tidak lengkap (sebagin ada elektron yang tidak berpasangan) Memiliki momen magnetik Suseptibilitas 10-3 - 10-6 SI Hukum Curie Tanpa pengaruh kuat medan luar, momen magnetik memiliki arah orientasi yang acak Jika ada pengaruh dari kuat medan luar, maka momen momen magnetik akan mensejajarkan diri searah dengan medan tersebut. Tetapi megnetisasi yang dihasilkan sangat kecil terhadap kuat medan magnetnya sehingga harga suseptibilitasnya kecil walaupun positif. Susep 10-8 m3kg-1 BAHAN MAGNETIK FERROMAGNETIK Dua karakteristik dari bahan ferromagnetik adalah: • Magnetisasi spontan; dan •Tingkat kemagnetan yang bergantung pada suhu. Magnetisasi spontan adalah total magnetisasi yang terdapat didalam elemen volume seragam meskipun jika tidak ada medan magnet luar. Momen magnetik timbul dari putaran elektron yang barinteraksi kuat dengan elektron disekitarnya secara exchange coupling sehingga terjadi penyearahan momen magnetik dalam atomnya dengan arah yang sama , bahkan tanpa adanya pengaruh medan magnet luar. Sehingga jika dipengaruhi oleh medan magnet luar, akan termagnetisasi dengan kuat. Antiferromagnetik Medium ini memilki struktur elektron yang hampir sama dengan medium ferromagnetik, tetapi memiliki dua arah momen magnetik yang berlawanan dengan besar yang sama. Ketika ada pengaruh dari kuat medan luar, maka momen momen ini akan saling meniadakan. Momen yang saling berlawanan ini disebut momen paralel dan anti paralel. Memiliki momen magnetik Ada interaksi antar atom Bahan Ferrimagnetik Medium ini juga hampir sama dengan medium ferromagnetik tetapi sebagian ada yg berbeda arah momen magnetiknya Tanpa adanya pengaruh kuat medan luar, arah momen magnetik paralel dan saling berlawanan, tetapi berbeda dengan antiferromagnetik, momen paralelnya lebih besar dibandingkan momen anti paralelnya. Medium ferro-, anti ferro, dan ferrimagnetik dipengaruhi oleh suhu, dimana jika medium ini dipanaskan sampai pada suhu terntentu maka medium ini akan berubah menjadi medium paramagnetik. Batasan tersebut dinamakan suhu curie . BAHAN MAGNETIK • Magnetisasi saturasi Magnetisasi saturasi (Msat)adalah magnetisasi maksimum dari momen magnetik yang dapat dicapai pada medan magnetic saturasinya (Hsat), setelah medan ini tidak ada peningkatan magnetisasi Untuk medium ferro- dan ferrimagnetik , momen magnetic adalah jumlahan dari induksi magnetisai (Mi) dan remannent magnetisasi (Mr). Rasio dari remanent magnetisasi terhadap induksi magnetisasi dinamakan “Koenigsberger Q-ratio” Induksi magnetik (B) adalah jumlahan antara medan yang diakibatkan oleh kuat medan magnetik luar (H) dan efek magnetisasi (M) Kurva Histerisis Kurva histeresis dapat menunjukkan adanya pengaruh “magnetic histories” pada medium ferromagnetik, dengan mengubah kuat medan luar dan mengamati induksi magnetik yang muncul. Ketika kuat medan magnet menjadi nol, ternyata induksi magnetnya tidak serta merta menjadi nol. Agar induksi magnetisasi menjadi nol, maka diperlukan medan magnet yang berlawanan arah. Kurva Histerisis 1. Sampel dengan momen magnet acak disearahkan dengan medan magnet luar H. 2. Momen dipole searah magnetisasinya menguat sesuai dengan besar H, pada medan magnetisasi mulai jenuh akan konstan. 3. Medan magnet luar dilepas (H=0), maka momen dipole kembali acak dengan masih punya magnetisasi remanen. 4. Bila diberi H negatif, momen dipole diserahkan kembali pada arah negatif sampai jenuh. BAHAN MAGNETIK Magnetisasi batang besi pada solenoida berarus a-b : magnetisasi awal, saturasi pada b b-c : demagnetisasi, M ≠ 0 di I = 0 c-d : arah arus dibalik d-e : saturasi pada arah yang berlawanan Pada c dan f magnetisasinya permanent, I=0 BAHAN MAGNETIK Parameter histerisis yang beragam bukan semata mata merupakan sifat/ciri intrinsic dari suatu bahan tapi juga bergantung atas ukuran butir(partikel), kondisi domain, stress, dan suhu. Parameter histerisis bergantung dari ukuran butir, maka kurva tersebut menjadi penting dalam mengukur ukuran butir dari sample alam. BAHAN MAGNETIK Bahan ferro-, antiferro- dan ferrimagnetik memiliki magnetisasi spontan Sifat kemagnetan ini dapat ditunjukkan dengan adanya elemen volume magnetic yang disebut Domain Magnetic DOMAIN MAGNETIK BAHAN MAGNETIK ANISOTROPI MAGNETIK Anisotropi magnetik adalah kebergantungan sifat magnetic oleh arah dari magnetisasi Anisotropi digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu: Tipe Magnetokristalin Bentuk Tekanan (Stress) Dipengaruhi oleh struktur bentuk butir tekanan yang diberikan Anisotropi magnetic sangat mempengaruhi bentuk dari kurva histerisis dan control dari remanensi dan koersivitas Anisotropi Magnetokristalin Adalah sifat intrinsic dari bahan ferrimagnetik yang tidak terpengaruh oleh bentuk dan ukuran dari butir magnetic Hal ini dapat mudah dilihat dengan melakukan pengukuran magnetisasi pada arah yang berbeda pada sebuah kristal magnet BAHAN MAGNETIK • Anisotrophy karena Tekanan Yaitu perubahan magnetisasi yang timbul akibat berubahnya tekanan Suseptibilitas akan berkurang dengan bertambahnya tekanan pada arah yang sama dengan medan magnet yang diberikan Sebaliknya akan bertambah dengan bertambahnya tekanan pada arah yang berlawanan dengan arah medan magnetnya • Anisotropi Bentuk Tipe anisotropi karena bentuk butiran, bagian bentuk butir yang tajam akan memiliki magnetisasi dan menghasilkan kutub kutub magnet di permukaannya Ujung ujung butir akan menghasilkan kutub magnet yang menghasilkan medan magnet yang berlawanan arah dengan arah magnetisasinya SIFAT KEMAGNETAN BATUAN SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Sifat Kemagnetan dari Mineral Suatu bahan diklasifikasikan berdasarkan atomnya. Mineral, juga diklasifikasikan berdasarkan unsur atomnya. Di alam, mineral yang umum dijumpai adalah mineral diamagnetik. Tetapi mineral ini tidak berdiri sendiri melainkan berasosiasi dengan mineral lainnya misalnya mineral yang mengandung unsur Fe dan Ti, sehingga menaikkan nilai suseptibilitasnya. Untuk mineral paramagnetik umumnya nilai suseptibilitasnya dikontrol oleh kandungan ion Fe2+, Fe3+, dan Mn2+. Dari hubungan antara kandungan ion Fe (dalam % berat ion terhadap berat mineral) dan nilai suseptibilitasnya, didapatkan persamaan empiris yang masih perlu di kaji kembali. Mineral juga dapat diklasifikasikan sebagai: • Mineral Diamagnetik • Mineral Paramagnetik • Mineral Ferromagnetik • Mineral Antiferromagnetik • Mineral Ferrimagnetik SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Tabel Nilai Suseptibilitas dari Mineral Diamagnetik SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Tabel Nilai Suseptibilitas dari mineral Paramagnetik SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Karena suseptibilitas paramagnetik dikontrol oleh kandungan Fe maka secara empiris korelasi antara suseptibilitas dan kandungan Fe (CFe) adalah: κ = 3.48 CFe κ dalam m3 kg-1 1 biotit 2 amphibolite 3 piroksin Composition Magnetic Order Tc(°C) σs (Am2/kg) Magnetite Fe3O4 ferrimagnetic 575-585 90-92 Ulvospinel Fe2TiO2 AFM -153 Hematite αFe2O3 canted AFM 675 Ilmenite FeTiO2 AFM -233 Maghemite γFe2O3 ferrimagnetic ~600 ~80 Jacobsite MNFe2O4 ferrimagnetic 300 77 Trevorite NiFe2O4 ferrimagnetic 585 51 Magnesioferrite MgFe2O4 ferrimagnetic 440 21 Pyrrhotite Fe7S8 ferrimagnetic 320 ~20 Greigite Fe3S4 ferrimagnetic ~333 ~25 Troilite FeS AFM 305 Goethite αFeOOH AFM, weak FM ~120 Lepidocrocite γFeOOH AFM(?) -196 Feroxyhyte δFeOOH ferrimagnetic ~180 Iron Fe FM 770 Nickel Ni FM 358 55 Cobalt Co FM 1131 161 Awaruite Ni3Fe FM 620 120 Wairauite CoFe FM 986 235 Mineral Oxides Jenis magnetic dan suhu curie untuk beberapa mineral 0.4 Sulfides Oxyhydroxides <1 <10 Metals & Alloys iron-titanium oxides Untuk mineral ferro-, antiferro, dan ferrimagnetik, unsur utama dari penyusun mineralnya yang sangat signifikan dalam mempegaruhi nilai suseptibilitasnya yaitu besi (Fe) dan iron-titanium oxides (Fe-Ti-oxida). Iron oxyhydroxides dan iron sulphides juga signifikan tetapi umumnya tidak melimpah. Fe-Ti-oxides merupakan unsur yang sangat dominan terutama pada batuan vulkanik. System dari unsur inilah yang mendasari dalam pengetahuan tentang karakteristik ferrimagnetik dalam batuan (Nagata 1966). Sistem Fe-Ti-oxida ini kemudian dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Simple oxide minerals of interest in rock magnetism: FeO (wustite), FeTiO3 (ilmenite), Fe3O4 (magnetite), Fe2TiO4 (ulvospinel), Fe2TiO5 (pseudobrookite), γ-Fe2O3 (maghemite), FeTi2O5 (ilmeno-rutile, ferropsudobrookite). α-Fe2O3 (hematite), 2. Four series (solid solution series) : Titanomagnetite, pseudobrookite, ilmeno-hematite, titanomaghmite. Titanomagnetite series : struktur kubik Series ini memiliki system : Fe3-xTixO4 dengan 0 ≤ x ≤ 1 Saturasi magnetisasi, suseptibilitas, dan temperature-curie akan berkurang dengan naiknya harga x sesuai dengan persamaan Tc=85i – 580 x -150 x2 Menurut Bleil dan Petersen, (1982) system series inilah yang umumnya dijumpai pada batuan beku. ilmeno-hematite series : struktur hexagonal/rhombohedral Series ini memiliki system : Fe2-xTixO3 dengan 0 ≤ x ≤ 1 Series ini memilki orientasi yang karakteristik: hematite memberikan nilai remanen magnetisasi pada batuan sediment secara dominan. Pseudobrookite : struktur orthorhombic Series ini ditentukan berdasarkan komposisi pseudobrookite Fe2TiO5 dan ferropseudobrookite FeTi2O5. Pada suhu kamar, pseudobrookite merupakan mineral paramagnetic. Proses alami terjadi pada batuan beku dan metamorf. Titanomaghmite : struktur spinel Series ini diturunkan dari oksidasi titanomagnetites pada suhu di bawah 300ºC dari perubahan Fe2+ → Fe3+. Salah satunya yaitu maghemite dan lainnya dirumuskan dalam formula (Fe,Ti,δ)3O4, dimana δ menandakan variasi kekosongan ion metal pada struktur Kristal. Kemagnetan series ini sangat dikontrol oleh komposisi kimianya, dan dipengaruhi oleh rasio oksidasinya. Suhu Curie-nya akan menurun sebanding dengan penurunan nilai oksidasi rasionya. Series ini adalah unsur utama pada basement basaltic lautan, tetapi juga ditemukan pada batuan beku Struktur spinel , magnetit (Fe3O4) yang mengkristal Struktur hexagonal , hematite yang mengkristal Kemagnetan fluida Umumnya fluida bersifat diamagnetic dan memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap kemagnetan batuan. Untuk cairan, Kabronova (1989) meberikan nilai suseptibiliasnya : Kair = -0.9 . 10-5 dan Kminyak = -1.04 . 10-5 Mineralisasi memiliki efek yang kecil terhadap fluida, umumnya garam bersifat diamagnetic. Gas juga bersifat diamagnetic kecuali oksigen yang bersifat paramagnetic. Untuk itu udara memiliki nilai suseptibilitas yang positif sebesar 0.04 . 10-5, sedangkan hydrocarbon harga suseptibilitasnya berkisar (-10-8). Kemagnetan batuan Kemagnetan batuan sangat dikontrol oleh kandungan mineralnya. Oleh karena itu nilai susetibilitas batuan sebenarnya tidak dapat ditenetukan dari jenis litologinya, tetapi dari unsur mineralnya. Walaupun unsur mineral pada batuan ini sangat kecil, tetapi justru sangat berpengaruh dalam menentukan kemagnetan batuan tersebut. Kebanyakan batuan mangandung unsur mineral diamagnetic dan paramagnetic. Sedangkan kemagnetan batuan umumnya disumbangkan oleh keberadaan mineral ferrimagnetik walaupun kuantitasnya jarang yang melebihi 10 % dari total volume. Pada batuan magmatic, suseptibilitasnya akan menurun sebanding dengan pelapukan yang terjadi pada batuan tersebut, sedangkan pada batuan sedimen, akan meningkat sebanding dengan kandungan mineral lempungnya. SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Sifat kemagnetan Batuan 1. Sifat kemagnetan bergantung atas ketidak homogenan kimiawi, pengendapan dan atau kristalisasi, dan kondisi post-formasi 2. Sifat kemagnetan tidak sepenuhnya ditentukan oleh tipe litologi batuan (nama geologinya) Mineral yang paling banyak terdapat di batuan adalah mineral paramagnetik atau diamagnetik • • • Suseptibilitas dari tiap tipe batuan bervariasi terhadap ukuran mineralnya Suseptibilitas dari batuan magmatik meningkat dari asam ke basa. Suseptibilitas dari batuan sediment meningkat sesuai peningkatan kandungan lempung-nya (clay) Selain unsur mineralnya, kondisi batuan juga mempengaruhi magnetisasinya, diantaranya : Kondisi genetik Damm (1988) melakukan penelitian pada dua intrusi batu granit yang berbeda dari segi umurnya, dan menemukan hubungan sacara linear antara intrusi yang lebih muda terhadap intrusi yang lebih tua. Dimana untuk batuan yang lebih tua, nilai suseptibilitasnya lebih kecil dibanding batuan yang lebih muda walaupun dipengaruhi oleh kuat medan magnet yang sama Alterasi Platou (1968) melakukan penelitian pada batu granit yang menunjukkan bahwa alterasi dari mineral mafic (hornblende dan biotit) ke chlorite dan magnetite, akan menaikkan nilai suseptibiitasnya sebanding dengan naiknya tingkat alterasinya. n = banyaknya pengukuran 1 = intrusi muda 2 = intrusi tua Kandungan mineral lempung Kopf et al (1981) menemukan hubungan antara suseptibilitas dan kandungan mineral lempung (dalam persen diukur dengan menggunakan analisis sinar-X) pada batu lempung, batulanau, dan batupasir, yang dirumuskan dalam persamaan empiris : 1 granit 2 diorite dan gabro 3 hiperbasit Kandungan bahan magnetik Magnetite merupakan unsur yang umum dari system Fe-Ti-oxides (Hearst dan Nelson, 1985) merumuskan hubungan antara suseptibilitas dan kandungan bahan magnetic sesuai dengan persamaan : Dimana Vm adalah kuantitas magnetite dalam % volume, sedangkan a dan b adalah variable empiris. SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Tabel nilai konstanta empiris dari batuan Sebagai contoh, mooney dan bleifuss (1953) melakukan percobaan terhadap batu diabas dan iron formation dan mendapatkan persamaan berikut : Densitas dan Kandungan Fe Wanstedt (1922) melakukan penelitian terhadap kandungan Fe terhadap suseptibilitas pada malmbergit (swedia) dan menemukan hubungan yang nonlinear yang dapat dirumuskan sebagai berikut : k = 0.0064 . (Fe –content)1.71 sedangkan hubungan antara kandungan Fe terhadap densitas dapat dirumuskan sebagai berikut : d = 33.7 (Fe-content) + 2583.5 densitas dalam Kg/m3 dan Fe-content dalam % SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Table kandungan mineral magnetic pada batuan SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Bentangan/kisaran nilai suseptibilitas batuan SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Untuk batuan metamorf ditunjukkan perbedaan karakter batuan berdasarkan perbedaan genesanya (para- dan orto-metamorf) Am ch-bc b-am Fe-Q = amphibolit = cloritik-biotitik = biotitic-ampibiolitik = Fe-Quarsit SIFAT KEMAGNETAN BATUAN untuk diabas untuk formasi besi κ = 0.0336 Vm1.14 κ = 0.0116 Vm1.43 SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Pengaruh Ukuran Butir dan Bentuk Butir dengan Suseptibilitas κ = 0.101 ln d + 0.502 κ = 0.277 ln d - 0.423 d dalam µm SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Untuk batuan dengan ukuraan butir yang lebih besar, suseptibilitas magnetik dipengaruhi oleh efek demagnetisasi. Vm ⋅ κ int κ= 1 + N ⋅ κ int a/b Ellipsoid Silinder Prisma Vm = volume dari bahan magnetic κint = suseptibilitas mineral intrinsik = factor demagnetisasi dari bentuk butir N = perbandingan 2 diameter sumbu = perbandingan tinggi dengan diameter = perbandingan tinggi dgn lebar SIFAT KEMAGNETAN BATUAN Pengaruh Struktur Batuan dengan Suseptibilitas Pengaruh dari struktur batuan dengan sifat kemagnetan adalah fenomena dari anisotropi magnetic κ1 (suseptibilitas maksimum), κ2 (suseptibilitas menengah), κ3 (suseptibilitas minimum) Suseptibilitas rata rata κ= κ1 + κ 2 + κ 3 3 TIPE REMANENSI TIPE REMANENSI (Natural Remanent Magnetization – NRM) yaitu jumlahan vector magnetisasi dari semua komponen yang berbeda yang didapatkan dari domain domainnya Magnetisasi primer Magnetisasi sekunder waktu, suhu, atau perubahan sifat kimiawi Remanensi Akronim Proses Magnetisasi TIPE REMANENSI Thermoremanent Magnetization TRM Magnetisasi diperoleh selama pendinginan dari suhu diatas suhu curie di suatu medan magnet luar. Chemical Remanent Magnetization CRM Magnetisasi yang diperoleh selama perubahan sifat kimiawi dalam sebuah medan magnet luar Viscous Remanen Magnetization VRM Magnetisasi yang diperoleh selama waktu tertentu dalam sebuah medan magnet luar Isothermal Magnetization IRM Magnetisasi yang diperoleh seketika dalam suatu medan magnet luar Anhisteretic Magnetization ARM Magnetisasi yang diperoleh dari efek gabungan medan magnet yang besar dengan medan DC yang kecil Depositional Remanent Magnetization DRM Magnetisasi yang diperoleh sediment ketika butiran butirannya tersusun dalam sebuah medan magnet luar Post Depositional Remanent Magnetization pDRM Magnetisasi yang diperoleh setelah deposisi dan terjadi karena efek mekanika pada sediment yang basah SEKIAN