Efek Residu Pemberian Kompos Jerami dan Mikoriza Terhadap Karakteristik Sifat Kimia Tanah Ultisol Pada Pertanaman Padi Gogo*) Oleh : Jamali**) Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Abstract The research was conducted in Soil Chemistry and Fertility Laboratory, Agriculural Faculty, North Sumatera University, Medan, from June 2008 to March 2009. The aim from this research was to study the effect of residue composted rice straw and mhycorrhiza to characteristic of chemistry properties from Ultisols in field rice plantation. It used a complete random design (CRD) ordered factorially and it consisted two factors and three replications. The first factor was the amount of compost, of 0, 25, 50, and 75 grams.pot-1 respectively. The second factor was the amount of inoculum of mhyicorrhiza, of 0, 7,5, 15, and 22,5 gram.pot-1 respectively. The result showed that composted rice straw residue given increasing the C-organic and P-available of Ultisol significantly, and significant decreasing the Al-exchangeable of Ultisol, but unsignificant to Soil pH, Al Saturation, CEC and Kdd. The mhycorrhiza given the effect of increasing P-available of Ultisols significantly, but unsignificant to Soil pH, C-organic, Aldd, CEC, Al Saturation and Kdd. The Interraction of both increasing C-organic, P-available, and decreasing of Aldd of Ultisols significantly, but unsignificant to Soil pH, CEC, Al Saturation and Kdd. Key Word : Residue Efect, Composted Rice Straw, Mhycorrhiza, Ultisols Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, pada bulan Juni 2008-Maret 2009. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza terhadap karakteristik sifat kimia tanah Ultisol pada pertanaman padi gogo. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor perlakuan pertama adalah kompos jerami yang terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu 0, 25, 50 dan 75 gram.pot-1. Faktor perlakuan kedua adalah mikoriza yang terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu 0, 7,5, 15, dan 22,5 gram.pot -1. Hasil penelitian menunjukkan residu pemberian kompos jerami mampu meningkatkan C-organik dan P-tersedia tanah Ultisol secara sangat nyata, dan nyata menurunkan Aldd, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, KTK, kejenuhan Al dan Kdd tanah Ultisol. Sedangkan residu mikoriza menghasilkan efek sangat nyata terhadap peningkatan P-tersedia, tetapi tidak nyata terhadap pH tanah, C-organik, Aldd, KTK, Kejenuhan Al, dan Kdd tanah Ultisol. Interaksi keduanya sangat nyata meningkatkan P-tersedia, dan C–Organik tanah Ultsisol, dan sangat nyata menurunkan Aldd tanah Ultisol. Kata Kunci : Efek Residu, Kompos Jerami, Mikoriza, Ultisol *) **) Makalah diseminarkan pada seminar hasil Jumat 22 Mei 2009 Pukul 10.00 WIB Mahasiswa Ilmu Tanah, dibawah bimbingan Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Prof. Dr. Abdul Rauf, MP Pendahuluan Padi gogo memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia. Hanya saja produktivitas padi gogo di Indonesia relatif masih rendah, berkisar antara 1,68-2,96 t/ha dengan rata-rata 2,58 t/ha (BPS, 2004). Salah satu yang menyebabkan rendahnya produktivitas padi gogo adalah lahan yang dipergunakan untuk pertanaman padi gogo berjenis tanah Ultisol. Ultisol memiliki cakupan areal yang cukup luas di Indonesia dengan luas + 25% dari total luas daratan di Indonesia. Akan tetapi Ultisol memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah. Rendahnya tingkat kesuburan tanah ini dikarenakan pH, Kejenuhan Basa termasuk unsur kalium dan bahan organik yang rendah, tingginya proses pencucian hara-hara yang dibutuhkan tanaman, dan kejenuhan aluminium dan unsur besi yang tinggi sehingga dapat menjadi racun dan memfiksasi unsur hara fosfat menjadi tidak tersedia untuk tanaman (Hardjowigeno, 2003). Buruknya sifat kimia tanah ini secara tidak langsung juga menyebabkan sifat biologi tanah menjadi buruk pula. Permasalahan diatas dapat diatasi melalui pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik sudah mulai banyak dilakukan oleh petani, seperti pemberian pupuk organik dalam kompos, pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk hayati. Salah satu pupuk organik dalam bentuk kompos yang dapat digunakan adalah kompos jerami. Dewasa ini, penggunaan kompos jerami mulai banyak digunakan para petani padi khususnya untuk mengurangi ketergantungan petani akan pupuk anorganik. Selain jumlahnya yang cukup banyak untuk dapat dijadikan kompos, jerami padi juga memiliki komposisi hara yang baik, seperti kandungan unsur kalium yang tinggi, yaitu berkisar antara 1,1%-3,7% (Sutanto, 2002) sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk K. Selain itu, penggunaan pupuk hayati yang bertumpu pada penggunaan organisme tanah yang ramah lingkungan juga banyak mendapat perhatian (Sharma, et al, 2004). Salah satu contohnya adalah cendawan mikoriza arbuskular. Cendawan mikoriza arbuskular merupakan salah satu bentuk asosiasi simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu yang bersifat menguntungkan (Rao, 1994). Marshner dan Dell (1994) menyatakan bahwa CMA mempunyai peranan penting dalam meningkatkan serapan hara melalui memperluas area serapan permukaan. Selain itu mikoriza juga dapat menekan kebutuhan pupuk fosfat 20%-30% (Sutanto, 2002). Mikoriza juga dikenal sebagai cendawan yang dapat meningkatkan ketersediaan fosfat khususnya pada tanah-tanah tropis dengan kandungan Al dan Fe yang tinggi (Nuhamara, 1994 dalam Subitsa, 2002). Bahan organik yang diberikan ini kemudian akan memiliki efek tersendiri pada tanah. Efek tersebut dapat berupa residu bahan organik yang diaplikasikan. Adiningsih (1984) menyatakan bahwa pemberian jerami setidaknya membutuhkan waktu 4 musim tanam padi atau setara dengan 1,5 tahun untuk memberikan pengaruh nyata terhadap ketersediaan hara kalium dan pertumbuhan tanaman padi. Pemberian kompos jerami dengan mikoriza sudah pernah dilakukan oleh Chairuman (2008) pada tanah Ultisol bekas tanaman padi gogo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar P-tersedia dan P-total dari aplikasi kompos jerami dan cendawan mikoriza arbuskular pada penelitian ini masih tergolong sangat rendah berdasarkan kriteria BPP Medan (1982). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik sifat kimia tanah Ultisol akibat efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza pada pertanaman padi gogo. Dengan pendugaan penulis bahwa : a). sifat kimia berupa P-tersedia, KTK, C-Organik, Kdd, Aldd, Kejenuhan Al, pH tanah Ultisol dari residu pemberian kompos jerami lebih baik dibandingkan dengan tanpa kompos jerami, b) kandungan P-tersedia tanah Ultisol pada residu pemberian mikoriza lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza, dan c). Sifat kimia tanah berupa P-tersedia, KTK, C-Organik, Kdd, Aldd, Kejenuhan Al, pH tanah Ultisol dari kombinasi residu pemberian kompos jerami dan mikoriza lebih baik dibandingkan dengan tanpa pemberian kompos jerami dan mikoriza. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat + 25 meter dari permukaan laut. Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2008 s/d Maret 2009. Bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol bekas aplikasi kompos jerami dan mikoriza yang berasal dari Bangun Purba dan bahan-bahan kimia dan alat-alat yang digunakan untuk keperluan analisis. Metode yang digunakan sebelumnya adalah rancangan acak lengkap dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah efek residu kompos jerami yang terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu 0, 5, 10 dan 15 ton/ha. Faktor kedua adalah efek residu mikoriza yang terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu 0, 7.5, 15, dan 22.5 g/pot. Sampel tanah dari efek residu kedua perlakuan dituangkan keatas alas plastik, kemudian diaduk hingga merata, dan dilakukan pengambilan sampel pada tiap unit percobaan tersebut. Sampel tanah diambil sebanyak + 500 gram/polibag Sampel tanah yang telah diambil kemudian dikeringudarakan, dan diayak dengan ayakan ukuran 10 mesh, kemudian dilakukan tahapan analisis meliputi analisis terhadap peubah amatan meliputi pH tanah, C-organik (walkley and black), Aldd, KTK (NH4OAc pH 7), Kejenuhan Al, Kdd, P-tersedia. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan tabel analisis sidik ragam (ANOVA), pada perlakuan yang nyata dilakukan uji beda rataan dengan menggunakan Uji Beda Rataan DMRT (Ducan Multiple Range Test) pada taraf α 5%, dan data juga dianalisis dengan Uji Korelasi dari tiap-tiap parameter atau peubah amatan dengan menggunakan aplikasi M.S. Excel. Hasil dan Pembahasan 1. Pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami terhadap karakteristik sifat kimia tanah Ultisol pada pertanaman padi gogo. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh tunggal dari efek residu pemberian mikoriza sangat nyata meningkatkan C-organik dan P-tersedia tanah Ultisol, serta nyata menurunkan Aldd tanah Ultisol. Akan tetapi tidak nyata mempengaruhi pH tanah, KTK, kejenuhan Al, dan K tukar tanah Ultisol. Pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami terhadap C-organik, Aldd, dan P-tersedia tanah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Tunggal Efek Residu Pemberian Kompos Jerami Terhadap Corganik, Aldd dan P-tersedia tanah Ultisol Pada Pertanaman Padi Gogo Kompos Jerami C-org Aldd P-tersedia (ton/ha) …%.... ..me/100g.. ….ppm…. 0 1.836b 0.65a 2.935c 5 1.889b 0.58b 6.944b 10 1.991a 0.41b 8.163a 15 1.938a 0.49b 9.773a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT Dari Tabel 1 diketahui bahwa pemberian kompos jerami nyata meningkatkan C-organik dan P-tersedia tanah Ultisol dengan penambahan dosis dari taraf, 0, 5, dan 10 ton/ha kompos jerami. Tetapi penambahan dosis kompos jerami menjadi 15 ton/ha tidak berbeda nyata meningkatkan C-organik dan P-tersedia pada dosis 10 ton/ha. Berbeda halnya dengan Aldd, penambahan dosis kompos jerami sebanyak 5, 10 dan 15 ton/ha tidak berbeda nyata dalam menurunkan Aldd tanah Ultisol. Peningkatan C-organik dan P-tersedia tanah Ultisol tidak terlepas dari peranan kompos jerami sebagai sumber karbon, dan penyumbang hara P untuk tanah Ultisol. Hara P ini berasal dari P organik dari kompos jerami. Ponnamperuma (1984) menyatakan jerami padi mengandung kirakira 0.1%P, 5%Si, dan 40%C. Jerami padi secara tidak langsung mengandung sumber senyawa N-C yang menyediakan substrat untuk metabolisme jasad renik yaitu gula pati (starch), selulose, hemiselulose, pectin, lignin, lemak dan protein. Senyawa-senyawa ini terdiri dari 40% C dari bobot kering jerami. Peningkatan C-organik juga diikuti dengan menurunnya Aldd, diikuti pula korelasi keduanya sebesar 0.808. Hal ini juga tidak terlepas dari asam-asam organik yang dihasilkan kompos jerami yang mampu mengurangi tingginya ion Aldd pada tanah Ultisol. Tan (1991) menyatakan berkurangnya Al-dd disebabkan terbentuknya khelat atau komplek Al-organik. Mekanisme pembentukan senyawa khelat tersebut dapat berlangsung melalui khelat mono, bi atau multidentat. Mekanisme tersebut bergantung pada jumlah dan distribusi gugus fungsional pada senyawa organik tersebut. Dari kurva persamaan kuadratik C-organik, P-tersedia, dan Aldd, diperoleh dosis optimum kompos jerami untuk meningkatkan C-organik, P-tersedia dan menurunkan Aldd tanah Ultisol masing-masing sebanyak 11.18 ton/ha, 7.98 ton/ha, dan 11.8 ton/ha. Persamaan kuadratik untuk C-organik, P-tersedia dan Aldd disajikan pada gambar 1, 2 C-organik (%) dan 3. 2.00 1.98 1.96 1.94 1.92 1.90 1.88 1.86 1.84 1.82 1.80 y = -0,0011x 2 + 0,0241x + 1,8258 R2 = 0,8425* 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 1. Pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami terhadap C-organik tanah Ultisol 12,00 P-tersedia (ppm) 10,00 8,00 2 y = -0,024x + 0,7945x + 3,0941 6,00 2 R = 0,9802* 4,00 2,00 0,00 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 2. Pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami terhadap P-tersedia tanah Ultisol Aldd (me/100g) 0,8 0,7 y = 0,0015x2 - 0,0355x + 0,6675 0,6 R2 = 0,8137* 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 3. Pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami terhadap Aldd tanah Ultisol Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh tunggal efek residu pemberian kompos jerami tidak nyata mempengaruhi pH, KTK, Kejenuhan Al, dan K tukar tanah Ultisol. Meskipun C-organik meningkat dan Aldd menurun, namun belum mampu meningkatkan pH, KTK dan K tukar tanah Ultisol serta menurunkan kejenuhan Al. Fenomena ini dapat disebabkan beberapa hal salah satunya adalah bahwa kompos jerami yang diberikan belum secara maksimal terdekomposisi menjadi humus. Indikator yang memperlihatkan bahwa bahan organik telah menjadi humus adalah peningkatan KTK yang menghasilkan senyawa humik dan membentuk khelat dengan Al. Akan tetapi, peningkatan KTK tanah Ultisol akibat pemberian kompos jerami ini belum terjadi (KTK masih tergolong rendah). Atmojo (2003) menyatakan bahwa pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. 2. Pengaruh tunggal efek residu pemberian mikoriza terhadap karakteristik sifat kimia tanah Ultisol pada pertanaman padi gogo. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh tunggal efek residu pemberian mikoriza sangat nyata meningkatkan P-tersedia tanah Ultisol, tetapi tidak nyata berpengaruh terhadap pH, C-organik, Aldd, KTK, Kejenuhan Al, dan K tukar tanah Ultisol. Tidak berpengaruhnya pemberian mikoriza ini terhadap pH, C-organik, Aldd, KTK, Kejenuhan Al, dan K tukar diketahui karena aktivitas mikoriza yang terhenti sesuai dengan hilangnya inang mikoriza akibat pemamenan. Rao (1994) menyatakan mikoriza merupakan asosiasi simbiotik yang menguntungkan antara jamur dan perakaran tanaman yang masih hidup. Pengaruh tunggal efek residu pemberian mikoriza terhadap P-tersedia tanah Ultisol di sajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengaruh tunggal efek residu pemberian mikoriza terhadap P-tersedia tanah Ultisol Inokulum Mikoriza P-tersedia (g/pot) …..ppm..... 0 4.538b 7.5 7.152a 15 8.771a 22.5 7.354a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang samatidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT Dari Tabel 2 diketahui bahwa penambahan dosis mikoriza dari taraf 7.5, 15 dan 22.5 g/pot tidak berbeda nyata meningkatkan P-tersedia tanah Ultisol. Peningkatan P-tersedia tertinggi terdapat pada pemberian mikoriza sebanyak 15 g/pot sebesar 8.771 ppm. Peningkatan P-tersedia tanah Ultisol ini bisa disebabkan oleh adanya enzim-enzim fosfatase yang dihasilkan sebelumnya oleh mikoriza masih tertinggal di dalam tanah, sehingga mampu melarutkan sejumlah P tidak larut menjadi P-tersedia, dan hifa yang tertinggal sebagian masih mengandung P-tersedia yang belum ditranslokasikan ke tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suciatmih (1994) dan Prihatini, dkk, (1996) yang menyatakan Assosiasi mikoriza dapat menyebabkan tanaman mampu memanfaatkan sumber-sumber P lambat larut seperti batuan fosfat. Akar bermikoriza dapat menyerap P dari larutan tanah. Peran utama mikoriza dalam mengatasi kekahatan P adalah kemampuannya untuk mentranslokasikan P tanah ke dalam tanaman. Hal ini disebabkan mikoriza membentuk hifa yang tumbuh pada akar tanaman dan berfungsi sebagai perluasan dari permukaan akar. Peningkatan P-tersedia tanah Ultisol bersifat kuadratik. Untuk menghasilkan P-tersedia maksimum diperlukan dosis optimum mikoriza sebanyak 9,49 g/pot. P-tersedia (ppm) Persamaan kuadratik untuk peningkatan P-tersedia ini dapat dilihat pada Gambar 4. 10,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 y = -0,0403x 2 + 0,806x + 4,436 R2 = 0,9777* 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Inokulum Mikoriza (g/pot) Gambar 4. Respon peningkatan P-tersedia tanah Ultisol akibat residu pemberian mikoriza pada pertanaman padi gogo. 3. Pengaruh interaksi efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza terhadap karakteristik sifat kimia tanah Ultisol pada pertanaman padi gogo. Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa pengaruh interaksi efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap kompos jerami, Aldd, dan P-tersedia tanah Ultisol. Akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah, KTK, kejenuhan Al, dan K tukar tanah Ultisol. Seperti halnya yang telah dikemukakan sebelumnya, hal ini bisa disebabkan karena pemberian keduanya tidak mengalami aktivitas yang semestinya., hal ini dikarenakan aktivitas mikoriza yang memang sudah terhenti, meski tidak total namun belum maksimal, dan kompos jerami yang masih belum mengalami proses dekomposisi maksimal (sempurna) dalam menghasilkan senyawa humus. Gaur (1982) dan Lin, et al (2003) menyatakan bahwa kompos bermanfaat untuk jangka panjang. Penggunaan 10 ton kompos perhektar dapat menyumbang 100-150kg N, 44kg P, dan 125kg K. Unsur hara ini tidak digunakan hanya dalam satu periode musim tanam karena terurainya masing-masing unsur tidak sama. Kelebihan unsur yang dapat disumbangkan oleh kompos kepada tanaman merupakan residu di dalam tanah. Suatu percobaan jangka panjang untuk mempelajari pengaruh kompos terhadap produktivitas tanah lempung liat berdebu di Taiwan, menunjukkan bahwa pemberian kompos sebanyak 10ton/ha setelah 10 tahun, memberikan hasil lebih tinggi dari pada yang dipupuk dengan NPK pada tingkat yang sama. Pengaruh Interaksi efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza terhadap C-organik, Aldd, dan P-tersedia tanah Ultisol ddisajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Interaksi efek residu pemberian kompos jerami dan mikoriza terhadap C-organik, Aldd, dan P-tersedia tanah Ultisol. Perlakuan C-organik (%) Aldd (me/100g) P-tersedia (ppm) 0 t/ha kompos jerami 1,600c 1,20a 2,335ef 5 t/ha kompos jerami 1,853b 0,63b 3,932e 0 g/pot inokulum mikoriza 10 t/ha kompos jerami 1,999a 0,35c 3,932e 15 t/ha kompos jerami 2,031a 0,43b 7,951bc 0 t/ha kompos jerami 1,950b 0,61b 2,335ef 5 t/ha kompos jerami 1,925b 0,69b 7,141cd 7.5 g/pot inokulum mikoriza 10 t/ha kompos jerami 1,974a 0,39b 6,338cd 15 t/ha kompos jerami 1,934b 0,53b 12,793a 0 t/ha kompos jerami 1,885b 0,39b 3,134ef 5 t/ha kompos jerami 1,990a 0,39b 8,750b 15 g/pot inokulum mikoriza 10 t/ha kompos jerami 1,999a 0,44b 10,385a 15 t/ha kompos jerami 1,901b 0,68b 12,814a 0 t/ha kompos jerami 1,909b 0,41b 3,937e 1,788b 0,62b 7,951bc 22.5g/pot inokulum 5 t/ha kompos jerami mikoriza 10 t/ha kompos jerami 1,990a 0,48b 11,994a 15 t/ha kompos jerami 1,885b 0,33c 5,534d Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT. Dari Tabel 3 diketahui bahwa untuk meningkatkan C-organik dan menurunkan Aldd tanah Ultisol dapat dilakukan dengan pemberian kompos jerami saja atau dikombinasikan dengan mikoriza. Untuk meningkatkan C-organik tanah Ultisol pemberian 10 ton/ha kompos jerami saja sudah menyamai peningkatan C-organik pada pemberian 15 ton/ha kompos jerami atau dikombinasikan dengan pemberian mikoriza dengan dosis 7.5, 15 dan 22.5 g/pot. Alternatif lain adalah 5 ton/ha kompos jerami dengan 15 g/pot mikoriza. Interaksi pemberian 15 g/pot mikoriza pada berbagai tingkat dosis pemberian kompos jerami memperlihatkan hubungan kuadratik terhadap peningkatan C-organik tanah Ultisol paling tinggi. Dari persamaan pada Gambar 5 diketahui bahwa untuk meningkatkan C-Organik tanah Ultisol secara maksimum dibutuhkan 7.68 ton/ha kompos jerami yang dikombinasikan dengan 15 g/pot mikoriza. Sedangkan untuk penurunan Aldd, pemberian 15 ton/ha kompos jerami yang dikombinasikan dengan 22.5 g/pot mikoriza tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos jerami saja sebanyak 10 ton/ha. Dari Gambar 6 diketahui bahwa untuk menurunkan Aldd tanah Ultisol secara maksimum dibutuhkan 12.98 ton/ha kompos jerami yang dikombinasikan dengan 22.5 g/pot mikoriza. Peningkatan C-organik juga diikuti dengan menurunnya Aldd, hal ini bisa disebabkan karena pengaruh sisa-sisa akar tanaman yang sebelumnya telah dipengaruhi oleh pemberian kompos jerami dan mikoriza yang secara tidak langsung akan menyumbangkan sejumlah bahan-bahan organic untuk tanah Ultisol yang juga bisa menurunkan Aldd melalui proses dekomposisi. Hal ini sesuai dengan penelitian Chairuman (2008) yang menunjukan bahwa interaksi pemberian kompos jerami dan mikoriza sangat nyata meningkatkan bobot akar tanaman. Berbeda halnya dengan P-tersedia tanah Ultisol, pemberian kedua faktor perlakuan memperlihatkan hasil yang paling baik. Kadar P-tersedia tanah Ultisol tertinggi pada pemberian kompos jerami sebanyak 15 ton/ha yang dikombinasikan dengan 15 g/pot mikoriza. Nilai ini tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos jerami sebanyak 10 ton/ha yang dikombinasikan dengan pemberian mikoriza sebanyak 15 dan 22.5g/pot juga, serta pemberian kompos jerami sebanyak 15 ton/ha yang dikombinasikan dengan pemberian mikoriza sebanyak 7.5 g/pot. Pengkombinasian mikoriza pada taraf dosis tertinggi dengan tiap-tiap dosis kompos jerami meningkatkan P-tersedia tanah Ultisol secara kuadratik. Dari Gambar 7 diketahui bahwa untuk meningkatkan P-tersedia tanah Ultisol secara maksimum diperlukan 10.92 ton/ha kompos jerami yang dikombinasikan dengan 22.5 g/pot mikoriza. 2,02 C-organik (%) 2,00 1,98 1,96 1,94 1,92 y = -0,002x2 + 0,0316x + 1,8845 1,90 R2 = 0,999* 1,88 1,86 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 5. Respon C-organik tanah Ultisol akibat pengaruh interaksi efek residu pemberian 15 g/pot mikoriza pada beberapa tingkat dosis pemberian kompos jerami. 0.7 Aldd (me/100g) 0.6 0.5 y = -0.0036x 2 + 0.0464x + 0.427 R2 = 0.8727* 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 6. Respon Aldd tanah Ultisol akibat pengaruh interaksi efek residu pemberian 22.5 g/pot mikoriza pada beberapa tingkat dosis pemberian kompos jerami pada pertanaman padi gogo. 14 P-tersedia (ppm) 12 10 8 y = -0.1047x 2 + 1.7478x + 3.4104 R2 = 0.8496* 6 4 2 0 0 5 10 15 20 Kompos Jerami (ton/ha) Gambar 7. Respon P-tersedia tanah Ultisol akibat pengaruh interaksi efek residu pemberian 22.5 g/pot mikoriza pada beberapa tingkat dosis pemberian kompos jerami pada pertanaman padi gogo. Kesimpulan dan Saran Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa efek residu kompos jerami pada bekas musim pertama pertanaman padi gogo menunjukkan karakteristik sifat kimia tanah Ultisol yang lebih baik, meliputi peningkatan C-organik tanah, P-tersedia, dan penurunan Aldd. Namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap pH tanah, Kejenuhan Al, KTK dan K tukar tanah Ultisol, Efek residu mikoriza pada bekas musim pertama pertanaman padi gogo, sangat nyata meningkatkan ketersediaan fosfat tanah Ultisol, namun masih tergolong agak rendah dan Interaksi residu aplikasi kompos jerami dan mikoriza menghasilkan karakteristik sifat kimia tanah Ultisol yang lebih baik pada peningkatan C-organik tanah dan P-tersedia tanah, dan sangat nyata menurunkan Aldd tanah Ultisol Namun tidak menghasilkan perubahan yang nyata terhadap pH tanah, KTK, Kejenuhan Al dan K tukar tanah Ultisol. Selain itu penulis menyarankan tanah Ultisol bekas pertanaman padi gogo yang memiliki residu kompos jerami dan mikoriza masih bisa digunakan sebagai lahan pertanian yang ramah lingkungan, hanya saja sebaiknya perlu dilakukan pergiliran tanaman, misalnya tanaman kacang-kacangan. Untuk memperoleh peningkatan P-tersedia tanah Ultisol maksimum diperlukan 10.92 ton/ha kompos jerami yang dikombinasikan dengan 22.5 g/pot mikoriza. Daftar Pustaka Adiningsih, Sri J. 1984. Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Penyediaan Kalium Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan Bogor. Disertasi Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor. Diakses dari :http//www.ipb.ac.id/di390ejjdd. Pada tanggal 21 September 2008. Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Pengelolaannya dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Semarang. Biro Pusat Statistik. 2004. Statistik Produksi Padi Gogo Indonesia Tahun 2004. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Chairuman, N. 2008. Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskular Pada Beberapa Tingkat Pemberian Kompos Jerami Terhadap Ketersediaan Fosfat Serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo Di Tanah Ultisol. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. Gaur, A.C. 1982. A Manual of Rural Composting Project Field Document No.15 FAO/UNDp Regional Project. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Presindo, Bogor Lin, C.F., T.S.L. Wang, A.H. Chay and L.Y Cheng. 1993. Effec of Some Long Term Fertilizer Treatments on The Chemical Properties Of Soil and The Yield Of Rice. Journal of Taiwan Agricultural Research, pp. 241-292 Marshner, H. And B. Dell. 1994. Nutrient Uptake in Mycorrhiza Symbiosis. Plant Soil. 159: 89-102. Nuhamara, S.T., 1994. Peranan mikoriza untuk reklamasi lahan kritis dalam Subitsa (2002) Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza. Diakses dari http://shantybio.transdigit.com [2 September 2008]. Ponamperuma, F.N. 1984. Straw as A Source of Nutrient for Wetland Rice. In Organic Matter and Rice, pp 117-136. International Rice Research Institute, Los Banos. Philiphines. Prihatini, T., Kentjanasari, A, Subowo. 1996. Pemanfaatan Biofertilizer untuk Peningkatan Produktivitas Lahan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Jakarta. Jurnal Litbang Pertanian. Vol.15 No. 1. 26 hal. Rao, N.S.S, 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, edisi kedua. UIPress, Jakarta. Sharma, R.A. Totawat, K.L. Maloo, S.R. and Somani, L.L. 2004. Biofertilizers Technology. Udaipur, Agrotech Publishing Academy. ISBN 979-98255-0-4. Suciatmih, 1994. Bagaimana Jamur Mikoriza Vesikular-Arbuskular Meningkatkan Ketersediaan dan Pengambilan Fosfor. Balitbang, Puslitbang Biologi-LIPI. Bogor. Hal : 6. Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan Pengembangan. Kanisius, Yogyakarta Tan, K.H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Terjemahan Goenadi Hadjar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta