EJA-1-1 - Universitas Mercu Buana

advertisement
EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Pembicaraan
mengenai
ejaan
dalam
bahasa
Indonesia
ini
terbagi dalam beberapa bagian. Bagian-bagian itu adalah
pengertian
ejaan,
perkembangan
ejaan,
pemenggalan
kata,
pemakaian huruf kapital, dan pemakaian huruf miring.
1. Pengertian Ejaan
Secara umum, ejaan dapat mempunyai pengertian keseluruhan
ketentuan
yang
mengatur
perlambangan
pemisahan
dan
pemenggalannya--yang
bunyi
bahasa--termasuk
dilengkapi
juga
dengan
tanda baca. Adapun secara khusus, ejaan mempunyai pengertian
perlambangan
bunyi-bunyi
bahasa
dengan
huruf,
baik
berupa
huruf per huruf maupun huruf-huruf yang telah disusun menjadi
kata, frasa, ataupun kalimat.
Ejaan
fonologis
pada
(lambang
umumnya
fonem
berkaitan
pada
dengan
huruf
dan
tiga
hal,
susunan
yaitu
abjad),
morfologis (lambang-lambang morfemis), dan sintaktis (tandatanda baca).
Kaidah ejaan bukan kaidah bahasa. Kaidah ejaan disusun
berdasarkan pada kesepakatan ahli-ahli bahasa yang kemudian
ditetapkan dengan landasan yang kuat--seperti ditetapkan oleh
presiden
ataupun
menteri--sebagaimana
terlihat
dalam
ejaan-
ejaan yang pernah ada di Indonesia. Adapun kaidah bahasa lahir
tidak ditetapkan, melainkan dari hasil-hasil temuan para ahli
bahasa yang berpedoman pada data bahasa. Meskipun demikian,
kedua kaidah itu tidak saling bertentangan. Bahkan, keduanya
http://www.mercubuana.ac.id
mengeluarkan
SK
adalah
Menteri
Pengajaran
Pendidikan
dan
Kebudayaan waktu itu adalah Mr. Soewandi dengan SK Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
264/Bhg.A, tanggal 19 Maret 1947.
Di dalam perkembangannya, ejaan terus diusahakan penyempurnaannya, terbukti dengan lahirnya Panitia Pembaruan Ejaan
Bahasa Indonesia--yang diketuai oleh Prof. Prijono (kemudian
dilanjutkan
oleh
E.
Katoppo)--yang
dibentuk
oleh
Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusan
No.
44876/S
tanggal
19
Juli
1956.
Panitia
itu
berhasil
menyusun rancangan ejaan pada tahun 1957. Konsep rancangan ini
belum diresmikan. Penyusunan rancangan itu berkaitan dengan
adanya
tahun
Kongres
1956
perjanjian
Bahasa
dan
juga
pada
dan
persahabatan
Persuratan
tanggal
antara
Melayu
17
April
Republik
di
Johor
1959
pada
diadakan
Indonesia
dan
Persekutuan Tanah Melayu.
Bentuk
Melayu itu
kerja
sama
Indonesia
dengan
Persekutuan
Tanah
(Slametmuljana--Syed Nasir bin Ismail) melahirkan
konsep ejaan bersama yang dikenal dengan nama Ejaan Melindo
(Melayu--Indonesia).
Di Indonesia pernah terdapat nama Ejaan Baru yang pada
dasarnya
merupakan
lanjutan
dari Ejaan Melindo. Ejaan Baru
juga dikenal dengan nama Ejaan LBK karena kepanitiaan yang
menangani
hal
itu
dibentuk
oleh
Kepala
Lembaga
Bahasa
dan
Kesusastraan (LBK) yang bekerja atas dasar Keputusan Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
No. 062/67, tanggal 19 September
1967. Yang tampak dalam Ejaan Baru
adalah ketetapan yang
sudah mengarah kepada ketetapan yang ada di dalam Ejaan yang
disempurnakan (EYD).
http://www.mercubuana.ac.id
3.1.1.1 Huruf Konsonan
Huruf
konsonan
dalam
bahasa
Indonesia
yang
ditulis
berikut namanya yang ditulis di antara kurung adalah b (be), c
(ce) bukan
se dan bukan si, d (de), f (ef), g (ge) bukan je
dan bukan khe, h (ha), j (je) bukan ye, k (ka), l (el), m
(em), n (en), p (pe), q (ki) bukan kyu, r (er), s (es), t
(te), v (ve), w (we), x (eks) bukan ek, y (ye) bukan ie, dan z
(zet) bukan yet dan bukan jet.
3.1.1.2 Huruf Vokal
Huruf vokal dalam bahasa Indonesia yang ditulis berikut.
Vokal a (anak), e /e/ (enak, petak, sore); /ə/ (emas, kena,
tipe); /æ/ (nenek), I (itu, simpan, murni), o /o/ (obat); o
/‫כ‬/ , u.
3.1.1.3 Huruf Diftong
Huruf diftong dalam bahasa Indonesia adalah ai, au, dan
oi.
Diftong
dicirikan
oleh
tidak
dapat
dipisahkannya
gabungan
bunyi itu sehingga dalam kaitannya dengan pemenggalan kata pun
bunyi yang tergabung sebagai diftong tetap berada dalam satu
bagian penggalan. Sebagai contoh adalah kata amboi yang tidak
dipenggal
sebagai
am-bo-i
tetapi am-boi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia edisi kedua (1993) diftong ditandai dengan
disatu-kannya dua lambang bunyi yang merupakan diftong dalam
satu penggalan. Tanda pemenggalan kata dalam kamus itu berupa
tanda titik.
3.1.1.4 Gabungan-Huruf Konsonan
http://www.mercubuana.ac.id
Download