TUGAS KEPERAWATAN GERONTRIK SEKSUALITAS PADA LANSIA Oleh : Muda Andriani 07.079 PROGRAM SETUDI STIKES KEPANJEN 2009 SEKSUALITAS PADA LANSIA Aktifitas Seksualitas tetap merupakan kebutuhan bagi lansia . walaupun demikian berbagai hambatan baik eksternal maupun internal menyababkan kegiatan ini sering kali tidak dilakukan oleh semua lansia .diantara hambatan internal adalah impontensai atau disfunsi ireksi PERUBAHAN FISIOLOGIK AKIBAT PROSER MENUA Pada dasarnya perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukan status dasar dari aspek vaskuler ,hormonal dan neurilogiknya.(Alexander and Allison 1989) Kaplan membagi iklus tanggapan seksual dalam beberapa tahap . Tabel berikut akan menunjukkan perubahan fisiologik dari aktifitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua ditinjau dari pembagian tahapan seksual menurut Kaplan. Fase tanggapan seksual Fase desire Pada wanita lansia Pada pria lansia Terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dirinya atau pasangan masalah hubungan antar keduanya ,harapan cultural dan hal-hal tentang harga diri .desire/hasrat padfa lansia wanita mungkin munurun dengan makin lanjutnya usia ,teta[I hal ini bisa bervariasi. Interval untuk meningkatkan hasrat melakukan kontak seksual meningkat .hasrat dipengaruhi oleh penyakit,kecemasan akan melakukan seks dan masalah hubungan antara pasangan .mulai usia 55 tahun testosterone menurun bertahap yang akan mempengarihi libido. Fase orousal Pembesaran payudara (penggairahan)=fase berkurang ,semburat panas vaskuler dikulit menurun ;elastisitas dinding vagina menurun ,lubrikasi vagina menurun .iritasi uretra dan kandung kemih miningkat ,otot-otot yang menegang pada fase ini menurun Membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi ,ereksi kurang begitu kuat .testosteron menurun ,produksi sperma menurun bertahap mulai dari usia 40 tahun ‘elevasi testis ke perineum lebih lambat dan lebih sedikit ,penguasaan atas ejakulasi biasanya mulai sedikit Fase argasmik (fase muskular) Tanggapan orgasmic mungkin kurang intens disertai lebih sedikit kontraksi ;kemampuan untuk mendapatkan orgasme multiple berkurang dengan makin lanjut usia Kemampuan mengontrol ejakulasi membaik,kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang jumlah kontraksi /orgasme menurun ,volume ejakulat menirun Fase pasca orgasmik Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah secara segera lebih sukar Periode refrakter memanjang secara fisiologik ,dimana ereksi dan orgasme berukutnya lebih sukar terjadi . HAMBATAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA USIA LANJUT. Pada usia lanjut terdapat berbagai hambatan untik melakukan aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang dating dari lingkungan dan hambatan internal yang terutama berasal dari subyek lansianya sendiri Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan social ,yang mengaggap bahwa aktivitas sosial tidak layak . Pada lansia yang yng berada diinstitusi ,misalnya di panti wreda hambatan tewrutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi tersebut Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas degan hambatan eksternal .seringkali seorang lansia sudah merasa tidak bias dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya. Obat-obatan yang sering diberikan pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel juga sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut ,seperti dapat dilihat dari pada tabel berikut ini Golongan obat Anti hipertensi:diuretika Anti hipertensi;obat berdaya sentral Anti hipertensi penyekat b Anti hipertensi – penghambat AC Obat anti psikotik contoh Gol;tiasid Klonidin metil-dopa Propanolol Captropil Torasin tiotiksen haloperidol Obat anti angsietas Pengaruh pada fase Fase pembangkitan(arousal) Fase pembangkitan (arousal) Fase hasrat(desire) Fase penggairahan (arousal) Fase desire Anjuran obat pengganti Pertimbangan penghambat kanal ca Pertimbangkan buspiron Anti kolinergik Diazepam diasepam Fase desire Lebih ditekankan pada pemuasan Atropine,hidroksisin Fase desire Estrgon oral merupakan pilihan padayang tak bisa per oral Estrogen premarin Progestin Fase pembangkitan provera Bila adaefek samping Fase desire berikan secara siklik Fase desire Pertimbanganaltern waktu pemberian sangat pentingf dari bloker h-2 Antaginis reseptor h-2 narkotik Simetidin Kodein ;Demerol sedaktif Alcohol balbiturat Fase desire kenali obat dan obati anti depresan trisiklik Imipramin amitriptilin Fase desire pertimbangan prozac ziloft Impotensia pada usia lanjut. Secara umum impotensia merupakan istilah yang berarti ”tidak mampu (melakukan aktivitas seksual) dan dapat dibedakan sebagai impotensia coendi (ketidak mampuan untik melakukan hubungan seksual),impotensia erigendi(tidak mampu berereksi )dan impotensia generandi (tak mampu menghasilkan keturunan. Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan secara konsisten untuk mencapai dan mempertahankan ereksi sedemikian ingá mencapai aktivitas seksual yang memuaskan . Secara garis besar Dedapat dibagi menjadi 2 bagian besar sebagai berikut . 1.DE organik sebagai akibat gangguan endokrin ,neurogenil,vaskuler. (aterosklerosis atau fibrosis) Deendokrinologik biasanya disebabkan oleh gangguan testikuler baik primer (sindroma klinefelter maupun sekunder) .penyakit yang meningkat hormon prolaktin dan tiroksin dapat menyebabkan DE. DE vaskuler terjadi pada penyakit leriche .yaitu suatu obstruksi dipangkal bifurkasio a.iliaka pada daerah abdominalis yang akan menyababkan kladikasio dab DE . DE psikologik atau psikogenik .DE jenis ini yang secare opotensial reversibel biasanya diakibatkan oleh kecemasan (ansietas) ,depresi rasa bersalah (guilty feeling ) ,masa perkawinan atau juga akibat dari rasa takut akan gagal dalam hubungan seksual . PENATAKSANAAN MASALAH SEKSUAL PADA USIA LANJUT Penatalaksanaan penderita lansia dengan masalah seksual pada dasarnya tidak berbeda dengan apa bila penderita tersebut berusia lebih muda pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan kehadiran pasangangannya. Anameses harus rinci,mengikuti awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan juga anamisis tentang gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan.penelaah tentang gangguan psikologi (kesepian,deprsei,duka cita,gangguan kongniktif harus pula dilakukan. Tidak kala pentingnya anamisis tentang obat-obatan yang diminum,pemeriksaan fisik mengikuti seluruh organ dari kepala samapai keujung kaki.setatus lokalis organ seksual perlu mendapatkan perhatian khusus. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Setatus indrogin dan metabolik meliputi keadaan gula dara, setaus gizi dan kalau diperlukan setatus hormonal tertentu (testoteron, teroit dan proplaktin pada pria dan ekstrogen dan progestrorol pada wanita ) apa bila penuaan mengenai disfunsi ereksi pda pria. Pemeriksaan kas juga meliputi antara lain dengan pemeriksaan snap gauge atau nacturnal penile tumescence testing (Hadi-Martono, 1996). Terapi yang diberikan tentusaja tergantung dalam diaknosis penyakit/gangguan yang mendasari keluhan tersebut dan sebaiknya dilakukan oleh suatu tim multi disiplin. Pada keadaan dinfusi ereksi, terapi yang diperlukan berupa(Weg, 1986; Leslie, 1987; Hadi-Martono, 1996): 1. Terapi psikolgik 2. medika mentosa (hormonal atau injeksi intra korpureal dengan mengunakan papaverin atau altrostaldil) 3. pengobatan dengan alat vakum 4. pembedahan baik pembedahan vaskulen atau untuk pemasangan proteksis penis salah satu obat peroral yang baru-baru ini meningkat popularitasnya untuk pengobatan DE adalah sildenafil sitrat (VIAGRA) obat ini bekerja dengan jalan memblok pemecahan GMP siklik yang mempertahankan vasedilatasi kavernosa, hanya bisa diberikan apabila keadaan vaskuler penis masih intak. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa interaksi obat ini dengan golongan nitrat dapa menyebabkan hipotensi bahkan syok (Vinik 1998). DAFTAR PUSTAKA 1. Adimulya, A. Respon seksual pria usia senja dan beberapa permasalahannya.naskah simposium hubungan suami istri pada usia lanjut, semarang 1986. 2. Hadi-Martono . kegiatan seksual pada lanjut usia. Naskah simposium sek rotary Club Purwokerto, 1996. 3. R. Buedhi Darmojo buku. Buku ajar Gerriatri ilmu kesehatn usia lanjut.fakultas kedokteran UI, Jakarta 1999.