DI SUSUN OLEH : MARIA MONTESSORI NIM : 07.029 PEMBIMBING : ERFANDY SEKSUALITAS PADA LANSIA Pendahuluan Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias. Bahkan pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun(Alexander and Allison,1995). Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa: banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut, dan aktifitas tsb hanya dibatasi oleh status kesehatan dan ketiadaan pasangan. Aktifitas dan perhatian seksual pasangan suami istri lansia yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tsb sebelumnya. Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria, seorang wanita lansia yang ditinggal mati suaminya akan sulit untuk menemukan pasangan hidup. Perubahan Fisiologik Akibat Proses Menua Perubahan fisiologik yang terjadi pada aktifitas seksual pada usia lanjut biasanya berlangsung secara bertahap dan menunjukkan status dasar dari aspek vaskuler, hormonal dan neurologiknya (Alexander and Allison,1989) Untuk suatu pasangan suami istri,bila semasa usia dewasa dan pertengahan aktivitas seksual mereka normal,akan kecil sekali kemungkinan mereka akan mendapatkan masalah dalam hubungan seksualnya. Kaplan membagi siklus tanggapan seksual dalam beberapa tahap, yaitu fase desire(hasrat) dimana organ targetnya adalah otak. Fase kedua atau fase arousal(penggairahan) dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler dan fase ketiga atau fase orgasmic dengan organ target medula spinalis dan otot dasar perinium yang berkontraksi selama orgasme. Fase berikutnya yaitu fase pasca orgasmik merupakan fase relaksasi dari semua organ target tsb. Tabel perubahan fisiologi dari aktivitas seksual yang diakibatkan oleh proses menua menurut Kaplan: Fase tanggapan seksual Pada wanita lansia Pada pria lansia Fase desire Terutama dipengaruhi oleh penyakit baik dirinya sendiri atau pasangan, masalah hubungan antar keduanya, harapan kultural dan hal-hal tentang harga diri. Desire pada lansia wanita mungkin menurun dengan makin lanjutny usia, tetapi hal ini bisa bervariasi. Fase arousal Pembesaran payudara berkurang, semburat panas dikulit menurun; elastisitas dinding vagina menurun; iritasi uretra dan kandung kemih meningkat;otot-otot yang menegang pada fase ini menurun. Fase orgasmik(fase muskular) Tanggapan orgasmik mungkin kurang intens disertai sedikit kontraksi; kemampuan untuk mendapatkan orgasme multipel berkurang dengan makin lanjutnya usia. Mungkin terdapat periode refrakter, dimana pembangkitan gairah secara segera lebih sukar. Fase pasca orgasmik Interval untuk meningkaatkan hasrat melakukan kontak seksual meningkat;hasrat sangat dipengaruhi oleh penyakit; kecemasan akan kemampuan seks dan masalah hubungan antara pasangan. Mulai usia 55 th testosteron menurun bertahap yang akan mempengaruhi libido. M embutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi; ereksi kurang begitu kuat; testosteron menurun; produksi sperma menurun bertahap mulai usia 40 th; elevasi testis ke perinium lebih lambat dan sedikit; penguasaan atas ejakulasi biasany membaik. Kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan kontraksi otot dirasakan berkurang; jumlah kontraksi menurun; volume ejakulat menurun. Periode refrakter memanjang secara fisiologis, dimana ereksi dan orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Hambatan aktivitas seksual pada usia lanjut Pada usia lanjut, hambatan untuk aktivitas seksual yang dapat dibagi menjadi hambatan eksternal yang datang dari lingkungan dan hambatan internal,yang terutama berasal dari subyak lansiany sendiri. Hambatan eksternal biasany berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak lagi dilakukan lagi oleh lansia.Hambatan eksternal bilamana seorang janda atau duda akan menikah lagi sering kali juga berupa sikap menentang dari anak-anak, dengan berbagai alasan. Pada lansia yang ada di institusi, misalny di panti wredha, hambatan terutama adalah karena peraturan dan ketiadaan privasi di institusi tsb Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan eksternal. Seringkali seorang lansia sudah merasa tidak baisa dan tidaak pantas berpenampilan untuk menarik lawan jenisnya. Pandangan sosial dan keagamaan tentang seksualitas diusia lanjut menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sbg impotensia. Obat-obatan yang sering diberikan, pada penderita usia lanjut dengan patologi multipel jika sering menyebabkan berbagai gangguan fungsi seksual pada usia lanjut Tabel Efek Obat Yang Sering Diberikan Dan Pengaruhnya Pada Fungsi Seksual Lansia. Golongan Obat Contoh Pengaruh Pada Fase Anjuran Obat Pengganti Anti Gol. tiasid hipertensi:diuretika Fase pembangkitan Pertimbangkan penghambat kanal Ca Anti hipertensi: Klonidin, metilobat berdaya sentral dopa Fase pembangkitan Sama seperti diatas Anti hipertensi: penyakit beta propanolol Fase hasrat dan penggairahan Sama seperti diatas Anti-hipertensi penghambat ACE captopril Fase penggairahan Sama seperti diatas Obat anti -psikotik Torasin, tiotksen, haloperidol Fase desire, fase pembangkitan, priapismus, ejakulasi retrogad Pertimbangkan Buspiron, turunkan dosis bertahap Obat anti-ansietas diasepam Fase desire, orgasme Lebih ditekankan pada pemuaskan antikolinergik Atropin, hidroksisin Fase pembangkitan, Estrogen oral fase desire merupakan pilihan pada yang takbisa per oral estrogen premarin Fase Bila ada efek pembangkitan(perb samping berikan aikan lubrikasi, secara siklik turunkan rasa nyeri) progestin provera Fase desire(dapat diturunkan libido) Pertimbangkan alternatifdari Blocker H-2 Antagonis reseptor H-2 simetidin Fase desire, pembangkitan orgasme Waktu pemberian sangat penting (berhubungan dengan waktu aktivitas seksual0 narkotik Kodein, demerol Fase desire, pembangkitan orgasme Sedatif lain-lain Alkohol, barbiturat Fase desire, digitalis pembangkitan Obati gejala kecemasan; yakinkan ketakutan akan serangan jantung waktu akt. seksual Antidepresan trisiklik Imipramin, amitriptilin Pertimbangkan: Prozac, zoloft Antidepresan lain Trasodon, inhibitor Priapisme, fase MAO pembangkitan, orgasme Fase desire, pembangkitan fase muskular terlambat Kenali dan obatitd.adiksi Pertmb. Prozac, Zoloft Impotensia pada usia lanjut Merupakan istilah yang berarti tidak mampu(melakukan aktivitas seksual), dan dapat dibedakan sbg impotensia coendi(ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual), impotensia erigendi(tidak mampu ereksi) dan impotensia generandi(tidk mampu menghasilkan keturunan). Dalam banyak hal istilah tersebut memang banyak mengenai pria, karena memang aktivitas seksual terutama menyangkut kemampuan penis untuk berpenetrasi ke dalam vagina.(HadiMartono,1996). Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan secara konsisten untuk mencapai atau mempertahankan ereksi seemikian hingga mencapai aktivitas seksual yang memuaskan.(vinik,1998) Rangsangan untuyk timbulnya ereksi bisa bermula dari rangsangan psikologik, olfaktorik dan rangsangan sentuh.Rangsangan tsb melalui jalur kortiko-talamikus, limbik maupun talamo-retikularis dan sebaliknya kemudian akan diteruskan ke susunan saraf otonom yang akan menyebabakan vasodilatasi korpus kavenosa penis. Setelah aktivitas seksual terjadi, saraf simpatis akan membantu terjadinya ejakulasi. Dismping pengaruh hormonal, vasidilatasi memerlukan NO sbg transmitr saraf yang menyababkan penglepasan GMP siklik yang mengakibatkan dilatasi korpus kavernosa penis. Dari gambaran tsb diatas bahwa proses ereksi menyangkut berbagai fungsi diantaranya saraf, vaskuler, hormonal tetapi juga psikologi dan kimiawi yang berpengaruh pada ketiga aspek ereksi.(Leslie,1987),Harmon and Tsitauras,1980). DE dapat dibagi menjadi 2 bagian: o DE organik,sbg akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler.DE endokrinologik biasanya disebabkan oleh gangguan testikuler baik primer maupun sekunder. Penyakit-penyakit yang meningkatkan hormon prolaktin dan tiroksin juga dapat menyebabkan DE. DE neurologik dapat disebabkan oleh barbagai gangguan sepanjang jalur impuls terjadinya ereksi. Lesi dilobus temporalis anterior sbg akibat trauma atau stroke, gangguan jalur asupan sensorik mis, pada polineuropatidiabetik tabes dorsalis, juga penyakit pada saraf erigentes yang bisa terjadi pada lansia pasca prostatektomi total. DE vaskuler bisa terjadi pada penyakit leriche. Penyempitan atau obstruksi di daerah distal a. Iliaka dapat terjadi sbg akibat proses aterosklerosis. Terjadinya fibrosis korpora kavernosa spt pada penyakit peyronie mengakibatkan pengisian darah tak sempurna yang menyebabkan DE. o DE sikologik, pada usia lanjut justru dapat dikatakan bahwa penyebab utama adalah gangguan organik, walaupun faktor sikogenik ikut memegang peran. DE jenis ini yang secara potensial reversibel biasanya diakibatkan oleh kecemasan, depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan. Penatalaksanaan Masalah Seksual pada usia lanjut Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun itensitas gangguan yang dirasakan. Juga anamnese tentang gangguan sistemik maupun organik yang dirasakan. Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga anamneses tentang obatobatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe. Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati, ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula darah, status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai disfungsi ereksi pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (HadiMartono, 1996) Pad keadaan disfungsi ereksi terapi yan g diberikan dapat berupa (weg, 1986; leslie, 1987; Hadi-Martono, 1996): o Terapi psikologik o Meedika mentosa(hormonal atau injeksi intra-korporeal dengan menggunakan papaverin atau alprostadil) o Pengobatan dengan alat vakum o Pembedahan, baik pembedahan vaskuler atau untuk pemasangan protesis penis. hSalah satu obat per-oral yang baru ini meningkat popularitasnya untuk pengobatan DE adalah sildenafil sitrat viagra. obat ini hanya bisa diberikan apabila keadaan vaskuler penis masih intak. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa interaksi obat ini dengan golongan nitrat dapat menyebabkan hipotensi bahkan shock(vinik, 1998). referensi: darmojo, R Boedi dan Martono, H Hadi.2000.geriatri ( ilmu kesehatan usia lanjut ). jakarta : FKUI