Jurnal Lemlit UHAMKA Kajian Kata Baku dan Efektivitas Kalimat Bahasa Indonesia Guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat oleh Drs. Dede Hasanudin, M.Hum. ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Kajian Kata Baku dan Efektivitas Kalimat Bahasa Indonesia Guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat” ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara lengkap tentang pengetahuan dan wawasan guru tentang perkembangan bahasa Indonesia khususnya mengenai bahasa baku, dan kemampuan dalam menganalisis kalimat efektif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis deskriptif dengan menampilkan data apa adanya secara rinci, objektif, sistematis, akurat dan komprehensif, sehingga menghasilkan pemerian data bahasa yang akurat pula. Hasil pengamatan ini kemudian dideskripsikan, dipilah – pilah, dan dianalisis sesuai dengan gejala – gejala yang ditemukan di lapangan; tanpa perlu mempertimbangkan betul salahnya yang ditulis oleh guru. Penelitian ini dilakukan terhadap 90 responden yang terdiri dari 49 guru perempuan, dan 41 guru laki-laki. Skor tertinggi dalam pilihan ganda adalah 8 (1 guru perempuan dan 3 guru laki-laki) dan skor terendah adalah 3 (1 guru perempuan dan 1 guru laki-laki). Sedangkan untuk tes esai skor tertinggi adalah 27 (guru perempuan) dan skor terendah adalah 5 (guru perempuan). Sementara guru laki-laki mendapat skor tertingg 26 dan skor terendah 10. Secara keseluruhan Nilai dari kedua tes di atas, adalah nilai tertinggi diperoleh guru wanita yaitu 80, dan nilai terendah adalah 50, sementara nilai tertinggi yang diperoleh guru laki-laki adalah 75 dan nilai terendah 12,5. Berdasarkan data di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut(1) Dari hasil di atas didapati data yang sangat akurat bahwa skor tertinggi untuk tes pilihan ganda diperoleh laki-laki. Sedangkan skor tertinggi untuk tes esai diperoleh perempuan.Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih teliti dalam menganalisis kalimat. (2) Sebagian besar responden banyak kesulitan dalam menganalisis kalimat, hal ini membuktikan bahwa pemahaman guru terhadap penggunaan kalimat efektif masih sangat rendah. (3) Sebagaian besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat banyak tidak mengetahui kata baku dalam bahasa Indonesia, (4) Sebagaian besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat banyak tidak mengetahui bahwa sumber belajar bahasa Indonesia tidak hanya berpatokan dari buku saja, tetapi bisa juga diunduh dari Internet. Kata Kunci : kata baku, efektivitas kalimat, bahasa Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang G guru. 8 uru harus selalu digugu dan ditiru. Itulah pribahasa yang sampai sekarang masih melekat dan disandang oleh Terlebih lagi guru-guru sd yang mengawali proses pendidikan formal bagi anak didik. Perkataan, perbuatan maupun prilaku sehari-hari akan senantiasa menjadi tokok ukur dan panutan bagi para siswanya. Demikian pula halnya, dalam keterampilan menulis, jika guru saja salah dalam mengajarkan keterampilan menulis kepada Jurnal Lemlit UHAMKA peserta didik, maka akan selamanya siswa itu juga akan salah. Bahasa yang sering muncul, ketika mereka sudah duduk di jenjang yang lebih tinggi, adalah “ Kata Bapak/Ibu guru saya waktu di sd begitu “. Kesalahan akhirnya ditumpahkan kepada guru mereka di sd. Jika ini didiamkan, tentunya akan membuat keterampilan menulis kalimat siswa akan semakin buruk. Sebenarnya keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.Keempatnya harus bersinergi karena saling ketergantungan.Oleh sebab itu, sangat wajar jika keempat aspek tersebut diajarkan dalam kurikulum. Guru yang akan mengajar pun harus memiliki kemampuan yang baik dalam menguasai keempat aspek tersebut di atas. Hal ini dimaksudkan agar apa yang disampaikan kepada siswa dapat diserap secara baik dan benar. Inilah yang menjadi persoalan selama ini, apakah keempat aspek yang diajarkan kepada siswa sudah tepat dan benar.Tentunya untuk menjawab persoalan ini perlu diadakan penelitian secara seksama, mendalam dan berproses.Tidak mungkin dapat dilakukan sekaligus.Satu persatu dari keempat aspek itu harus diteliti.Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk meneliti salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa di atas.Aspek yang dimaksud adalah aspek keterampilan menulis. Menulis yang dimaksud di sini adalah kemampuan guru dalam menulis kata baku dan kalimat efektif dalam bahasa Indonesia. Kita menyadari bahwa faktor bahasa daerah sangat mempengaruhi dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah. Sehingga tidak jarang, guru dalam mengajar banyak memasukkan diaelek bahasa daerah, yang tentunya akan sangat berpengaruh pada keterampilan menulis siswa. Misalnya saja di Jawa Barat, guru sulit membedakan pelafalan antara /p/,f/, dan /v/. Sehinga ketika ia mengucapkan kata duplikat bisa saja diucapkan duflikat, positif, diucapkan positip. Hal ini tentu juga berimbas kepada keterampilan menulis guru tersebut.Ia menulis sesuai dengan yang diucapkan. Padahal, jika kita melihat Salah satu fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, guru wajib menggunakan bahasa Indonesia dalam dunia pendidikan formal. Bukan itu saja, tetapi juga harus disampaikan secara baik dan benar. Persoalan di atas, diperparah lagi ketika guru membuat kalimat dalam bahasa Indonesia, tetapi menggunakan struktur bahasa daerah.Misalnya saja seorang guru menuliskan kalimat “Surat itu sudah dikirimkan oleh saya untuk Paman”.Tentunya ini bukan struktur bahasa Indonesia, karena kalimat ini langsung diterjemahkan dari bahasa Sunda yang berbunyi “Seurat eta parantos dikintunkeun ku abdi kanggo emang”.Kalau kita ingin taat asas, maka seharusnya kalimat di atas, ditulis sesuai struktur bahasa Indonesia, “Saya sudah mengirimkan surat itu kepada Paman”. Contoh lain adalah efektivitas kalimat, misalnya hadirin sekalian, yang langsung dialihtransformasikan dari bahasa daerah “Bapak ibu sadayana”. Tentunya ini pemborosan kata, yang benar adalah Hadirin yang saya hormati, atau Bapak Ibu yang saya hormati”. Fenomena di atas, yang menimbulkan hasrat peneliti untuk melihat lebih jauh kemampuan mnulis kata baku dan keterampilan menulis kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. KAJIAN TEORI Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namunpengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secarakomprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbuktibahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa bakusama dengan bahasa yang baik dan benar.“Kita berusaha agar dalamsituasi resmi kita harus berbahasa yang baku.Begitu juga dalam situasiyang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda,1997 : 30). 9 Jurnal Lemlit UHAMKA Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan ituhanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikanbahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Demikianjuga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan pemerintahagar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa.“Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalahada bahasa Indonesia lisan baku”?“Manalah ada masyarakat atau orangyang mampu menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal daridaerah”.Atau mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnyajika mereka berbahasa Indonesia secara lisan. Di dalam pengantar dikemukakan bahwa masih banyak orang yangmenyamakan pengertian bahasa baku dengan bahasa yang baik danbenar. Bahasa yang dipergunakan di dalam situasi tidak resmi pun dianggap sebagai bahasa baku. Makna bakutampaknya tidak dipahamisecara benar, apalagi makna bahasa baku. Hal ini disebabkan olehkeengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku itu didalam kamus Umum atau Kamus Istilah Linguistik, baik dari bahasaIndonesia maupun dari bahasa Asing, terutama dalam bahasa Inggris. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan: baku I Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatuyang dipakai sebagai dasar ukuran (nilai, harga; standar). baku IIsaling (1976 : 79). Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 : 71), kata baku juga ada dijelaskan. baku I (1) pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar; baku II saling Di dalam Kamus Umum Bahasa 10 Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku baku I (Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar. baku II (Manado), saling (1996 : 114) Baku dalam bahasa bakudi dalam 3 Kamus di atas bermakna sama denganbaku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Istilah bahasa bakudalam bahasa Indonesia atau standard language dalam bahasa Inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk pencetus Aliran Praha atau The Prague School. Pada 1930, B. Havranekdan Vilem Mathesius merumuskan pengertian bahasa baku itu. Merekaberpengertian bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telahdikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan olehmasyarakat secara luas (A Standard language can tentatively be definite as a codified form of language accepted by and serving as a model for a large speech community) (Garvin, 1967 dalam Purba, 1996 : 52). Pengertian bahasa baku di atas diikuti dan diacu oleh pakar bahasa danpengajaran bahasa baik di barat maupun di Indonesia. Di dalamDictionary Language and Linguistics, Hartman dan Strok berpengertianbahasa baku adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih digandrungidan yang sering didasarkan bahasa orang-orang yang berpendidikan didalam atau di sekitar pusat kebudayaan atau suatu masyarakat bahasa(Standard language is the socially favourite variaty of a langauage, oftenbased on the speech of educated population in and a round the culturaland or political cntre of the speech community) (1972 : 218). Di dalam Sociolinguistics A Critical Survey of Theory and Application,Dittmar (1976: 8) berpengertian bahwa bahasa baku Jurnal Lemlit UHAMKA adalah ragam bahasa dari suatumasyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma keharusan bagipergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihak-pihak dominan didalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melaluipertimbanganpertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik. Kata-kata baku adalah kata-kata yang standar sesuai dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Kebakuan kata amat ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa dari berbagai segi yang ujungnya menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti sesuai dengan konsep yang disepakati terbentuk. Kata baku dalam bahasa Indonesia memedomani Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bersamaan ditetapkannya pedoman sistem penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan. Di samping itu, kebakuan suatu kata juga ditentukan oleh kaidah morfologis yang berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia. Dalam Pedoman UmumPembentukan istilah (PUPI)diterangkan sistem pembentukqan istilah serta pengindonesiaan kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing. Bila kita memedomani sistem tesebut akan telihat keberaturan dan kemanapan bahasa Indonesia. Kata baku sebenanya merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihankatanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasiterjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh.Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jikadipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya.Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?”Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasarRebo?” Yang perlu diperhatikan oleh parasiswa dalam membuat karya tulis, baikberupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitumemakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif. Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terja di dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadikalimat yang efektif. 1. Penggunaan dua kata artinyadalamsebuah kalimat : yang sama - Sejak dari usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya. (Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.) - Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. (Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. - Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup. (Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.) 11 Jurnal Lemlit UHAMKA - Pada era zaman modern init eknologi berkembang sangat pesat. (Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.) Berbuat baik kepada orang lainadalah merupakan tindakan terpuji. (Berbuat baik kepada orang lainmerupakan tindakan terpuji.) - Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi. (Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.) - Rumah yang besar yang terbakar itu. (Rumah yang besar itu terbakar.) - 2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat : - Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. (Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. atau Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.) - Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal. (Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.) 3. Penggunaan imbuhan yang kacau : - - - - Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan. (Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan) Iadiperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. (Iadiperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. Operasi yang dijalankan member dampak buruk. (Oparasi yang dijalani berdampak buruk) 12 - Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bias mengubah kebiasaan yang buruk.) Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan. - Pertemuan itu berhasil menelorkan ideide cemerlang. (Pertemuan itu telah menelurkan ideide cemerlang.) - Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional. (Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.) - tau tahu negri negeri - - kepilih terpilih faham paham - - ketinggal tertinggal himbau imbau - - gimana bagaimana silahkan silakan - jaman zaman antri antre Reagan Reagan Dalam pelajaran BI mengajarkan jugateori apresiasi puisi. (Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi./ Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.) 4. Kalimat tak selesai : 5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku : - Jurnal Lemlit UHAMKA - trampil terampil disyahkan disahkan - 6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ : - Saya menyukainya di mana sifatsifatnya sangat baik. (Saya menyukainya karena sifatsifatnya sangat baik.) - Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh. (Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.) (Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.) - Bukunya ada di saya. (Bukunya ada pada saya.) 9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti : - Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai - Rumah sakit di mana orang-orang antara komunis dan pemerintah yang mencari kesembuhan harus selalu gagal. bersih. Kalimat di atas dapat menimbulkan (Rumah sakit tempat orang-orang salah pengertian.Siapa/apa yang mencari kesembuhan harus selalu gagal?Pemerintahkah atau bersih.) pembicaraan damai yang prnah dilakukan? - Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat(Usul ini merupakan suatu zat yang diperlukan oleh tubuh. perkembangan yang menggembirakan (Manusia membutuhkan makanan yang untuk memulai kembali pembicaraan mengandung zat-zat yang diperlukan damai yang gagal antara pihak oleh tubuh.) komunis dan pihak pemerintah. 1. Penggunaan kata ‘daripada’ yang - Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang tidak tepat : Melarikan Diri Judul berita di atas dapat - Seorang daripada pembatunya pulang menimbulkan salah ke kampung kemarin. pengertian.Siapa/apa yang dimaksud (Seorang di antara pembantunya Santosa? Nama sopir atau nama bus? pulang ke kampung kemarin.) Yang masuk jurang busnya atau - Seorang pun tidak ada yang bisa sopirnya? menghindar daripada pengawasannya. (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya (Seorang pun tidak ada yang bisa Melarikan Diri) menghindar dari pengawasannya.) 8. Pilihan kata yang tidak tepat : - Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat. 10. Pengulangan kata yang tidakperlu : - Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun. (Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.) - Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang salingmenjatuhkan. 13 Jurnal Lemlit UHAMKA (Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.) 11. - - Kata ‘kalau’ yang dipakaisecarasalah : Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya. (Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.) Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya? (Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?) Kalimat merupakan salah satu struktur sintaktis yang terdiri atas konstituen konstituen yang bersifat linear, yang berada dalam dimensi linear pula.Kalimat adalah rangkaian kata-kata yang memliki makna. Verhaar, 1978: 72 dan Lyons, 1977:273 mengemukakan bahwa kalimat memiliki struktur bentuk (sintaksis). Stuktur sintaksis terdiri atas struktur klausa dan kalimat; yang kemudian ditambahkan oleh Longacre (1972:3) sebagai seperangkat kaidah yang menghubungkan makna dengan bentuk dalam tuturan. Itulah sebabnya teori distribusi akan digunakan untuk mengkaji hubungan dan sifat antarargumen dan predikator dari kalimat, atau antarkonstituen dalan satu kalimat. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis deskriptif dengan menampilkan data apa adanya secara rinci, objektif, sistematis, akurat dan komprehensif, sehingga menghasilkan pemerian data bahasa yang akurat pula. Hasil pengamatan ini kemudian dideskripsikan, dipilah – pilah, dan dianalisis sesuai dengan gejala – gejala yang ditemukan di lapangan; tanpa perlu mempertimbangkan betul salahnya yang ditulis oleh guru. 14 B. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah ragam bahasa tulisan. Data utamanya adalah penulisan kata baku dan penulisan kalimat bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes tertulis tentang kata baku dan membuat kalimat efektif dalam bahasa Indonesia yang diberikan kepada guru-guru SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat sebanyak 40 orang, yang mewakili 20 sekolah SDN yang ada di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat dengan melibatkan responden sebanyak 90 orang.Kesembilan puluh orang tersebut semua berperdikat sebagai guru sekolah dasar, baik sebagai guru bidang studi maupun sebagai guru kelas.Mereka berasal dari sekolah dasar yang berada di wilayah kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Guru-guru yang penulis jadikan responden dalam penelitian ini, tersebar di 20 sekolah dasar yang berada di wilayah Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat. Kepada mereka diberikan tiga instrumen penelitian yang meliputi : 1) biodata penelitian, 2) tes pilihan ganda, dan 3) tes tentang kalimat efektif. B. Analisis Data Berikut adalah data yang penulis peroleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 90 orang guru sekolah dasar yang tersebar di wilayah Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.Untuk tes pilihan ganda, penulis membuat 10 soal dengan empat pilihan, sedangkan untuk tes esai penulis juga memberikan 10 soal untuk diperbaiki menjadi kalimat efektif. Jurnal Lemlit UHAMKA C. Analisis Data untuk pertanyaan pilihan ganda Jawaban Keterangan Pertanyaan A B C D Jawaban yang Benar 1 17 0 58 0 C 2 0 1 73 0 C 3 0 1 73 0 C 4 22 0 51 0 C 5 13 48 10 3 A 6 39 0 28 2 A 7 44 14 10 0 B 8 40 27 1 2 B 9 15 48 9 1 B 10 0 1 40 38 A, B 1. Deskripsi Data 1. Dari 90 guruyang menjawab a sebanyak 17, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 58, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 15. 2. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 73, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 16. 3. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 73, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 16. 4. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 22, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 51, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 17. 5. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 13, menjawab b sebanyak 48, menjawab c sebanyak 10, menjawab d sebanyak 3, dan tidak menjawab sebanyak 16. 6. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 39, menjawab b sebanyak 0, menjawab c sebanyak 28, menjawab d sebanyak 2, dan tidak menjawab sebanyak 21. 7. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 44, menjawab b sebanyak 14, menjawab c sebanyak 10, menjawab d sebanyak 0, dan tidak menjawab sebanyak 22. 8. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 40, menjawab b sebanyak 27, menjawab c sebanyak 1, menjawab d sebanyak 2, dan tidak menjawab sebanyak 20. 9. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 15, menjawab b sebanyak 48, menjawab c sebanyak 9, menjawab d sebanyak 1, dan tidak menjawab sebanyak 17. 10. Dari 90 guru yang menjawab a sebanyak 0, menjawab b sebanyak 1, menjawab c sebanyak 40, menjawab d sebanyak 38, dan tidak menjawab sebanyak 12. 2. Analisis Data Jurnal Lemlit UHAMKA Rumus F-------------- x 100 % N F: jumlah guru yang menjawab N: banyaknya guru 1. Sebanyak 90 guru menjawab a (18,88%), menjawab b (0%), menjawab c (64,44%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 15 guru (16,7%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 2. Sebanyak 90 guru menjawab c (81,11%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 3. Sebanyak 90 guru menjawab c (81,11%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 4. Sebanyak 90 guru menjawab a (24,44%), menjawab b (0%), menjawab c (56,66%), menjawab d (0%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 5. Sebanyak 90 guru menjawab a (14,44%), menjawab b (53,33%), menjawab c (11,11%), menjawab d (11,11%), dan tidak menjawab 16 guru (17,77%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 6. Sebanyak 90 guru menjawab a (43,33%), menjawab b (0%), menjawab c (31,11%), menjawab d (2,22%), dan tidak menjawab 21 guru (23,33%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 7. Sebanyak 90 guru menjawab a (48,88%), menjawab b (15,55%), menjawab c (11,11%), menjawab d 16 (0%), dan tidak menjawab 22 guru (24,44%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 8. Sebanyak 90 guru menjawab a (44.44%), menjawab b (30%), menjawab c (1,11%), menjawab d (2,22%), dan tidak menjawab 20 guru (22,22%). Ini berarti guru belum mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 9. Sebanyak 90 guru menjawab a (16,66%), menjawab b (53,33%), menjawab c (10%), menjawab d (1,11%), dan tidak menjawab 17 guru (18,88%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. 10. Sebanyak 90 guru menjawab c (44,44%), menjawab d (42,22%), menjawab a (0%), menjawab b (1,11%), dan tidak menjawab 12 guru (13,33%). Ini berarti guru sudah mengetahui tentang kata-kata baku dalam EYD. D. Analisis Data untuk pertanyaan terbuka (kalimat efektif) 1. Paman saya teman saya adik saya saya belum menikah. Kalimat 1 salah, karena kalimat itu tidak mempunyai subjek yang jelas (ambiguitas). Perbaikannya: Paman, teman, adik, dan saya belum menikah. 2. Mobilnya Amir yang besar sendiri. Kalimat 2 salah, karena tidak logis sehingga kalimat menjadi tidak efektif. Perbaikan kalimat: Mobil Amir paling besar. Perbaikan: Mobil Amir paling besar. 3. Ayah ke Surabaya hari ini terbang naik pesawat Garuda. Kalimat 3 salah, dari segi kehematan kata. Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghilangkan kata yang bermakna Jurnal Lemlit UHAMKA 4. 5. 6. 7. 8. sama seperti kata terbang dan naik, pesawat. Perbaikannya; Hari ini, ayah ke Surabaya naik garuda. Isteri pengusaha yang nakal itu tertangkap sedang selingkuh di sebuah hotel. Kalimat 4 salah, karena bermakna ganda(ambiguitas). Hal tersebut terjadi karena tidak ada tanda koma. Perbaikannya: Istri pengusaha yang nakal itu, tertangkap selingkuh di hotel. Para hadirin dipersilakan untuk tidak meninggalkan tempat duduknya masing-masing. Kalimat 5 salah, karena terdapat kata ganti kepemilikan ”nya” (koherensi). Perbaikannya: Hadirin dipersilakan tidak meninggalkan tempat duduk. Kedua mahasiswa yang belum mendapatkan kartu ujiannya harap diambil di ketua program studinya. Kalimat 6 salah, karena terdapat kesalahan logika pada kata diambil. Perbaikannya: Mahasiswa yang belum mendapatkan kartu ujian, harap mengambil ke ketua prodi. Pembangunan ini akan di awali dengan pembebasan tanah warga dan berhitung tentang keuntungan yang akan diperoleh dari hasil penjualan rumah yang akan dibangun. Kalimat 7 salah, karena kepararelan dan variasi bahasa. Perbaikannya: Pembangunan akan diawali dengan membebaskan tanah dan menghitung keuntungan yang diperoleh dari hasil menjual rumah. Surat itu sudah dikirimkan oleh saya untuk paman. Kalimat 8 salah, karena berkaitan dengan pararelisme dan logika. Perbaikannya: Saya sudah mengirimkan surat untuk paman. 9. Burung itu terbang naik ke atas, melayang-layang di udara lalu menukik ke bawah dan masuk ke dalam sangkarnya. Kalimat 9 salah, karena dari segi kehematan kata. Penghematan kata dapat dilakukan dengan cara menghilangkan kata yang bermakna sama seperti kata terbang naik dan pesawat. Perbaikannya: Burung itu terbang, melayanglayang di udara lalu menukik ke sangkar. 10. Kepada bapak lurah dipersilakan untuk menyampaikan amanahnya, waktu dan tempat kami persilakan. Kalimat 10 salah, karena kalimat tersebut tidak dapat diterima oleh akal (kelogisan/salah nalar), seperti kata waktu dan tempat kami persilakan. Perbaikannya: Bapak Lurah dipersilakan menyampaikan amanah. Rekapitulasi Nilai Kuesioner A. Soal Pilihan Ganda JAWABAN SKOR BENAR 1 SALAH 0 B. Soal Esai Setiap soal esai diberi bobot, berikut tabelnya: JAWABAN Tata bahasa dan cara penulisan salah Tata bahasa benar dan cara penulisan salah/ sebaliknya Tata bahasa dan cara penulisan benar C. Penilaian SKOR 1 2 3 Jurnal Lemlit UHAMKA D. Nilai = Perolehan skor PG+ Esai X 100 = ... Skor Maksimal Keseluruhan 1. Skor Maksimal Pilihan Ganda: Jumlah soal PG adalah 10. Jadi, skor maksimal PG adalah 1 x 10 = 10 2. Skor Maksimal Esai adalah 3 x 10 = 30 Jumlah soal esai adalah 10. Jadi, skor maksimal esai adalah 3 x 10 = 30 3. Skor Maksimal Keseluruhan Skor Maksimal PG + skor maksimal esai = 10 + 30 = 40 RES PON DEN SK OR PG SKOR ESAI NILAI 1 P 6 5 27,5 2 L 8 13 53,5 3 P 6 11 42,5 4 L 4 26 75 5 L 4 18 55 6 L 7 12 47,5 7 L 7 16 57,5 8 P 7 11 45 9 P 6 18 60 10 L 6 16 54 11 L 5 10 37,5 12 P 7 12 47,5 13 P 4 15 47,5 14 L 4 19 57,5 15 L 7 11 45 No 18 16 L 0 0 0 17 L 0 0 0 18 L 0 0 0 19 P 4 12 40 20 L 4 12 40 21 L 5 23 70 22 P 5 27 80 23 P 5 21 65 24 P 6 20 65 25 P 8 24 80 26 P 5 8 32,5 27 L 7 20 67,5 28 L 5 21 65 29 L 7 17 60 30 L 6 24 75 31 L 5 0 12,5 32 L 8 23 77,5 33 L 4 24 70 34 L 0 0 0 35 L 0 0 0 36 L 0 0 0 37 P 4 20 60 38 P 6 21 67,5 39 L 5 19 60 40 L 6 22 70 41 L 5 20 62,5 42 P 7 19 65 43 L 5 17 55 44 P 6 19 62,5 45 P 5 20 62,5 Jurnal Lemlit UHAMKA 46 P 5 24 72,5 77 L 3 19 55 47 P 5 19 60 78 P 5 18 57,5 48 P 6 20 65 79 P 5 17 55 49 P 6 19 62,5 80 P 4 21 62,5 50 P 5 19 60 81 P 6 16 55 51 L 0 0 0 82 P 6 19 62,5 52 P 0 0 0 83 P 6 20 65 53 P 0 0 0 84 P 5 19 60 54 L 0 0 0 85 P 6 20 65 55 P 6 18 60 86 P 7 13 50 56 P 6 21 67,5 87 P 4 17 52,5 57 L 5 18 57,5 88 P 0 0 0 58 P 5 12 42,5 89 P 0 0 0 59 P 7 18 62,5 90 L 0 0 0 60 L 7 17 60 61 L 7 20 67,5 62 P 6 20 65 63 P 4 13 42,5 64 L 6 15 52,5 65 L 6 17 57,5 66 L 5 16 52,5 67 L 5 19 60 68 P 5 21 65 69 L 6 10 40 70 L 0 0 0 71 P 0 0 0 72 P 0 0 0 73 L 8 16 60 74 P 3 21 60 75 P 3 21 60 76 P 3 19 55 Interpretasi Data Penelitian ini dilakukan terhadap 90 responden yang terdiri dari 49 perempuan dan 41 laki-laki. Skor tertinggi dalam pilihan ganda adalah 8 (3 laki-laki dan 1 perempuan) dan skor terendah adalah 3 (1 perempuan dan 1 laki-laki). Skor tertinggi dalam esai adalah 27 (perempuan) dan skor terendah adalah 5 (perempuan). Nilai tertinggi adalah 8 (2 perempuan) dan 1,25 (laki-laki). Dari hasil di atas didapati data yang sangat akurat bahwa skor tertinggi untuk tes pilihan ganda diperoleh laki-laki. Sedangkan skor tertinggi untuk tes esai diperoleh perempuan. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih teliti dalam menganalisis kalimat. Jurnal Lemlit UHAMKA PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Dari hasil di atas didapati data yang sangat akurat bahwa skor tertinggi untuk tes pilihan ganda diperoleh laki-laki. Sedangkan skor tertinggi untuk tes esai diperoleh perempuan. Hal ini membuktikan bahwa perempuan lebih teliti dalam menganalisis kalimat. 2. Sebagian besar responden banyak kesulitan dalam menganalisis kalimat, hal ini membuktikan bahwa pemahaman guru terhadap penggunaan kalimat efektif masih sangat rendah. 3. 4. Sebagaian besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat banyak tidak mengetahui kata baku dalam bahasa Indonesia. Sebagaian besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat banyak tidak mengetahui bahwa sumber belajar bahasa Indonesia tidak hanya berpatokan dari buku saja, tetapi bisa juga diunduh dari Internet. B. Saran-Saran 1. Guru a. Mempelajari lagi mengenai analisis kalimat. b. Mempunyai kamus sendiri untuk mengetahui kalimat baku dan tidak baku. 2. Kepala Sekolah a. 20 b. Memberikan fasilitas yang memadai. Daftar Pustaka Chomsky, Noam. 1970. Aspects of the Theory of Syntax. USA : The M.L.T. Press. Clark. 1978. Universals of Human Language. Stanford: Stanford University Press Depdikbud. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia : Sintaksis. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Dittmar, N, 1976, Sosiolinguistics, A Critical Survey of Theory and Aplication, Edward Arnol, London. Djajasudarma, T. Fatimah. 1997. Analisis Bahasa Sintaksis dan Semantis.Bandung : Humanora Utama Press. Greenberg, J.H. 1978. Universal of Human Language.Stanford : Stanford University Press. Gruber, Jeffrey S. 1976. Lexical Structures in Syntax and Semantics. Amsterdam: North Holland. Kridalaksana, H, 1981, “Bahasa Indonesia Baku”, dalam Majalah Jurnal Lemlit UHAMKA Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II, Tahun 1981, 17-24, Bhratera, Jakarta. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: UNIKA Atma Jaya. Parera, Jos Daniel. 1983 Pengantar Linguistik Umum Bidang Sintaksis Seri C. Flores : Nusa Indah. Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pike, Knneth L. 1967. Language in Relation to a Unified Theory of the Structure of Human Behavior.The Hague: Mouton. Pike, Knneth L and Evelyn Pike. 1977. Grammatical Analysis. Arlington, Texas: Summer Institute of Linguistics Press. Ramlan.1987. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Sugono, Dendy (penyunting). 1985. Tata Bahasa Deskripif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Verhaar. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.