Kajian Kata Baku Dan Efektivitas Kalimat

advertisement
Jurnal Lemlit UHAMKA
Kajian Kata Baku dan Efektivitas Kalimat Bahasa Indonesia Guru
SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat
oleh
Drs. Dede Hasanudin, M.Hum.
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Kajian Kata Baku dan Efektivitas Kalimat Bahasa Indonesia Guru
SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat” ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mendapatkan gambaran secara lengkap tentang pengetahuan dan wawasan guru tentang
perkembangan bahasa Indonesia khususnya mengenai bahasa baku, dan kemampuan dalam
menganalisis kalimat efektif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis deskriptif dengan
menampilkan data apa adanya secara rinci, objektif, sistematis, akurat dan komprehensif, sehingga
menghasilkan pemerian data bahasa yang akurat pula. Hasil pengamatan ini kemudian
dideskripsikan, dipilah – pilah, dan dianalisis sesuai dengan gejala – gejala yang ditemukan di
lapangan; tanpa perlu mempertimbangkan betul salahnya yang ditulis oleh guru.
Penelitian ini dilakukan terhadap 90 responden yang terdiri dari 49 guru perempuan, dan 41
guru laki-laki. Skor tertinggi dalam pilihan ganda adalah 8 (1 guru perempuan dan 3 guru laki-laki)
dan skor terendah adalah 3 (1 guru perempuan dan 1 guru laki-laki). Sedangkan untuk tes esai skor
tertinggi adalah 27 (guru perempuan) dan skor terendah adalah 5 (guru perempuan). Sementara
guru laki-laki mendapat skor tertingg 26 dan skor terendah 10. Secara keseluruhan Nilai dari kedua
tes di atas, adalah nilai tertinggi diperoleh guru wanita yaitu 80, dan nilai terendah adalah 50,
sementara nilai tertinggi yang diperoleh guru laki-laki adalah 75 dan nilai terendah 12,5.
Berdasarkan data di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut(1)
Dari hasil di atas didapati data yang sangat akurat bahwa skor tertinggi untuk tes pilihan ganda
diperoleh laki-laki. Sedangkan skor tertinggi untuk tes esai diperoleh perempuan.Hal ini
membuktikan bahwa perempuan lebih teliti dalam menganalisis kalimat.
(2) Sebagian besar responden banyak kesulitan dalam menganalisis kalimat, hal ini membuktikan
bahwa pemahaman guru terhadap penggunaan kalimat efektif masih sangat rendah. (3) Sebagaian
besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat banyak tidak mengetahui kata baku
dalam bahasa Indonesia, (4) Sebagaian besar guru SD Sekecematan Cikalong Tasikmalaya Jawa
Barat banyak tidak mengetahui bahwa sumber belajar bahasa Indonesia tidak hanya berpatokan dari
buku saja, tetapi bisa juga diunduh dari Internet.
Kata Kunci : kata baku, efektivitas kalimat, bahasa Indonesia
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
G
guru.
8
uru harus selalu digugu dan ditiru.
Itulah pribahasa yang sampai sekarang
masih melekat dan disandang oleh
Terlebih lagi guru-guru sd yang
mengawali proses pendidikan formal bagi
anak didik. Perkataan, perbuatan maupun
prilaku sehari-hari akan senantiasa menjadi
tokok ukur dan panutan bagi para siswanya.
Demikian pula halnya, dalam keterampilan
menulis, jika guru saja salah dalam
mengajarkan keterampilan menulis kepada
Jurnal Lemlit UHAMKA
peserta didik, maka akan selamanya siswa itu
juga akan salah. Bahasa yang sering muncul,
ketika mereka sudah duduk di jenjang yang
lebih tinggi, adalah “ Kata Bapak/Ibu guru
saya waktu di sd begitu “. Kesalahan akhirnya
ditumpahkan kepada guru mereka di sd. Jika
ini didiamkan, tentunya akan membuat
keterampilan menulis kalimat siswa akan
semakin buruk.
Sebenarnya keterampilan berbahasa
terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak,
berbicara, membaca dan menulis.Keempatnya
harus
bersinergi
karena
saling
ketergantungan.Oleh sebab itu, sangat wajar
jika keempat aspek tersebut diajarkan dalam
kurikulum. Guru yang akan mengajar pun
harus memiliki kemampuan yang baik dalam
menguasai keempat aspek tersebut di atas. Hal
ini dimaksudkan agar apa yang disampaikan
kepada siswa dapat diserap secara baik dan
benar.
Inilah yang menjadi persoalan selama
ini, apakah keempat aspek yang diajarkan
kepada siswa sudah tepat dan benar.Tentunya
untuk menjawab persoalan ini perlu diadakan
penelitian secara seksama, mendalam dan
berproses.Tidak mungkin dapat dilakukan
sekaligus.Satu persatu dari keempat aspek itu
harus diteliti.Hal inilah yang menarik
perhatian peneliti untuk meneliti salah satu
dari empat aspek keterampilan berbahasa di
atas.Aspek yang dimaksud adalah aspek
keterampilan menulis. Menulis yang dimaksud
di sini adalah kemampuan guru dalam menulis
kata baku dan kalimat efektif dalam bahasa
Indonesia.
Kita menyadari bahwa faktor bahasa
daerah
sangat
mempengaruhi
dalam
pengajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Sehingga tidak jarang, guru dalam mengajar
banyak memasukkan diaelek bahasa daerah,
yang tentunya akan sangat berpengaruh pada
keterampilan menulis siswa. Misalnya saja di
Jawa Barat, guru sulit membedakan pelafalan
antara /p/,f/, dan /v/. Sehinga ketika ia
mengucapkan kata duplikat bisa saja
diucapkan duflikat, positif, diucapkan positip.
Hal ini tentu juga berimbas kepada
keterampilan menulis guru tersebut.Ia menulis
sesuai dengan yang diucapkan. Padahal, jika
kita melihat Salah satu fungsi bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional, guru wajib
menggunakan bahasa Indonesia dalam dunia
pendidikan formal. Bukan itu saja, tetapi juga
harus disampaikan secara baik dan benar.
Persoalan di atas, diperparah lagi
ketika guru membuat kalimat dalam bahasa
Indonesia, tetapi menggunakan struktur bahasa
daerah.Misalnya saja seorang guru menuliskan
kalimat “Surat itu sudah dikirimkan oleh saya
untuk Paman”.Tentunya ini bukan struktur
bahasa Indonesia, karena kalimat ini langsung
diterjemahkan dari bahasa Sunda yang
berbunyi “Seurat eta parantos dikintunkeun ku
abdi kanggo emang”.Kalau kita ingin taat asas,
maka seharusnya kalimat di atas, ditulis sesuai
struktur bahasa Indonesia, “Saya sudah
mengirimkan surat itu kepada Paman”.
Contoh lain adalah efektivitas kalimat,
misalnya hadirin sekalian, yang langsung
dialihtransformasikan dari bahasa daerah
“Bapak ibu sadayana”. Tentunya ini
pemborosan kata, yang benar adalah Hadirin
yang saya hormati, atau Bapak Ibu yang saya
hormati”.
Fenomena di atas, yang menimbulkan
hasrat peneliti untuk melihat lebih jauh
kemampuan
mnulis
kata
baku
dan
keterampilan
menulis
kalimat
bahasa
Indonesia guru SDN Sekecamatan Cikalong
Tasikmalaya Jawa Barat.
KAJIAN TEORI
Istilah bahasa baku telah dikenal oleh
masyarakat secara luas. Namunpengenalan
istilah tidak menjamin bahwa mereka
memahami secarakomprehensif konsep dan
makna istilah bahasa baku itu. Hal ini
terbuktibahwa masih banyak orang atau
masyarakat berpendapat bahasa bakusama
dengan bahasa yang baik dan benar.“Kita
berusaha agar dalamsituasi resmi kita harus
berbahasa yang baku.Begitu juga dalam
situasiyang tidak resmi kita berusaha
menggunakan
bahasa
yang
baku”.
(Pateda,1997 : 30).
9
Jurnal Lemlit UHAMKA
Slogan
“pergunakanlah
bahasa
Indonesia dengan baik dan benar”,tampaknya
mudah diucapkan, namun maknanya tidak
jelas. Slogan ituhanyalah suatu retorika yang
tidak
berwujud
nyata,
sebab
masih
diartikanbahwa di segala tempat kita harus
menggunakan bahasa baku. Demikianjuga,
masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu
hanya buatan pemerintahagar bangsa ini dapat
diseragamkan
dalam
bertindak
atau
berbahasa.“Manakah ada bahasa baku,
khususnya
bahasa
Indonesia
baku?
“Manalahada
bahasa
Indonesia
lisan
baku”?“Manalah ada
masyarakat
atau
orangyang mampu menggunakan bahasa baku
itu, sebab mereka berasal daridaerah”.Atau
mereka masih selalu dipengaruhi oleh bahasa
daerahnyajika mereka berbahasa Indonesia
secara lisan.
Di dalam pengantar dikemukakan
bahwa masih banyak orang yangmenyamakan
pengertian bahasa baku dengan bahasa yang
baik danbenar. Bahasa yang dipergunakan di
dalam situasi tidak resmi pun dianggap sebagai
bahasa baku. Makna bakutampaknya tidak
dipahamisecara benar, apalagi makna bahasa
baku. Hal ini disebabkan olehkeengganan
orang mencari makna istilah baku dan bahasa
baku itu didalam kamus Umum atau Kamus
Istilah Linguistik, baik dari bahasaIndonesia
maupun dari bahasa Asing, terutama dalam
bahasa Inggris.
Di dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Poerwadarminta menuliskan:
baku I
Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang
sebenarnya; (2) sesuatuyang dipakai sebagai
dasar ukuran (nilai, harga; standar). baku
IIsaling (1976 : 79).
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 1988 : 71), kata baku juga ada
dijelaskan. baku I
(1) pokok, utama; (2) tolok ukur yang berlaku
untuk kuantitas atau kualitas dan yang
ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;
baku II saling Di dalam Kamus Umum Bahasa
10
Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan
makna kata baku
baku I (Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang
utama; standar. baku II (Manado), saling
(1996 : 114)
Baku dalam bahasa bakudi dalam 3 Kamus di
atas bermakna sama
denganbaku I. Oleh karena itu, bahasa baku
ialah bahasa yang menjadi pokok, yang
menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi
standar.
Istilah bahasa bakudalam bahasa
Indonesia atau standard language dalam
bahasa Inggris dalam dunia ilmu bahasa atau
linguistik pertama sekali diperkenalkan oleh
Vilem Mathesius pada 1926. Ia termasuk
pencetus Aliran Praha atau The Prague School.
Pada 1930, B. Havranekdan Vilem Mathesius
merumuskan pengertian bahasa baku itu.
Merekaberpengertian bahwa bahasa baku
sebagai bentuk bahasa yang telahdikodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau
acuan olehmasyarakat secara luas (A Standard
language can tentatively be definite as a
codified form of language accepted by and
serving as a model for a large speech
community) (Garvin, 1967 dalam Purba, 1996
: 52).
Pengertian bahasa baku di atas diikuti
dan diacu oleh pakar bahasa danpengajaran
bahasa baik di barat maupun di Indonesia. Di
dalamDictionary Language and Linguistics,
Hartman dan Strok berpengertianbahasa baku
adalah ragam bahasa yang secara sosial lebih
digandrungidan yang sering didasarkan bahasa
orang-orang yang berpendidikan didalam atau
di sekitar pusat kebudayaan atau suatu
masyarakat bahasa(Standard language is the
socially favourite variaty of a langauage,
oftenbased on the speech of educated
population in and a round the culturaland or
political cntre of the speech community) (1972
: 218).
Di dalam Sociolinguistics A Critical
Survey of Theory and Application,Dittmar
(1976: 8) berpengertian bahwa bahasa baku
Jurnal Lemlit UHAMKA
adalah ragam bahasa dari suatumasyarakat
bahasa yang disahkan sebagai norma
keharusan bagipergaulan sosial atas dasar
kepentingan dari pihak-pihak dominan
didalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan
itu
dilakukan
melaluipertimbanganpertimbangan nilai yang bermotivasi sosial
politik.
Kata-kata baku adalah kata-kata yang
standar sesuai dengan aturan kebahasaaan
yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai
ilmu, termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan
perkembangan zaman. Kebakuan kata amat
ditentukan oleh tinjauan disiplin ilmu bahasa
dari
berbagai
segi
yang
ujungnya
menghasilkan satuan bunyi yang amat berarti
sesuai dengan konsep yang disepakati
terbentuk.
Kata baku dalam bahasa Indonesia
memedomani Pedoman Umum Pembentukan
Istilah yang telah ditetapkan oleh Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
bersamaan ditetapkannya pedoman sistem
penulisan dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
Di samping itu, kebakuan suatu kata juga
ditentukan oleh kaidah morfologis yang
berlaku dalam tata bahasa bahasa Indonesia
yang telah dibakukan dalam Tata Bahasa Baku
Bahasa Indoensia.
Dalam Pedoman UmumPembentukan
istilah
(PUPI)diterangkan
sistem
pembentukqan istilah serta pengindonesiaan
kosa kata atau istilah yang berasal dari bahasa
asing. Bila kita memedomani sistem tesebut
akan telihat keberaturan dan kemanapan
bahasa Indonesia.
Kata baku sebenanya merupakan kata
yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Konteks
penggunaannya adalah dalam kalimat resmi,
baik
lisan
maupun
tertulis
dengan
pengungkapan gagasan secara tepat.
Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan
maksud
si
pembicara
atau
penulis.Untuk
itu
penyampaian
harus
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik,
yaitu strukturnya benar, pilihankatanya tepat,
hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya
pun harus benar.
Dalam hal ini hendaknya dipahami
pula bahwa situasiterjadinya komunikasi juga
sangat berpengaruh.Kalimat yang dipandang
cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu
dipandang efektif jikadipakai dalam situasi
resmi, demikian pula sebaliknya.Misalnya
kalimat yang diucapkan kepada tukang becak,
“Berapa, Bang, ke pasar Rebo?”Kalimat
tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat
lengkap, “Berapa saya harus membayar,
Bang, bila saya menumpang becak Abang ke
pasarRebo?”
Yang perlu diperhatikan oleh parasiswa
dalam membuat karya tulis, baikberupa essay,
artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah
adalah penggunaan bahasa secara tepat,
yaitumemakai bahasa baku. Hendaknya
disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur
dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak
tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat
membuat kalimat tidak efektif.
Berikut ini akan disampaikan beberapa
pola kesalahan yang umum terja di dalam
penulisan
serta
perbaikannya
agar
menjadikalimat yang efektif.
1.
Penggunaan dua kata
artinyadalamsebuah kalimat :
yang
sama
-
Sejak dari usia delapan tahun ia telah
ditinggalkan ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah
ditinggalkan ayahnya.)
-
Hal itu disebabkan karena perilakunya
sendiri yang kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri
yang kurang menyenangkan.
-
Ayahku rajin bekerja agar supaya
dapat mencukupi kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup.)
11
Jurnal Lemlit UHAMKA
-
Pada era zaman modern init eknologi
berkembang sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi
berkembang sangat pesat.)
Berbuat baik kepada orang lainadalah
merupakan tindakan terpuji.
(Berbuat
baik
kepada
orang
lainmerupakan tindakan terpuji.)
-
Manusia
yang
secara
kodrati
merupakan mahluk sosial yang selalu
ingin berinteraksi.
(Manusia
yang
secara
kodrati
merupakan mahluk sosial, selalu ingin
berinteraksi.)
-
Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
-
2.
Penggunaan kata berlebih yang
‘mengganggu’ struktur kalimat :
-
Menurut berita yang saya dengar
mengabarkan bahwa kurikulum akan
segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan
bahwa kurikulum akan segera diubah.
atau Menurut berita yang saya dengar,
kurikulum akan segera diubah.)
-
Kepada yang bersalah harus dijatuhi
hukuman setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman
setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau :
-
-
-
-
Yang meminjam buku di perpustakaan
harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan
harap mengembalikan. / Buku yang
dipinjam dari perpustakaan harap
dikembalikan)
Iadiperingati oleh kepala sekolah agar
tidak mengulangi perbuatannya.
(Iadiperingatkan oleh kepala sekolah
agar tidak mengulangi perbuatannya.
Operasi yang dijalankan
member dampak buruk.
(Oparasi yang dijalani
berdampak buruk)
12
-
Kita harus bisa merubah kebiasaan
yang buruk.
(Kita harus bias mengubah kebiasaan
yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu
antara lain menyolok, menyuci, menyontoh,
menyiptakan,
menyintai,
menyambuk,
menyaplok, menyekik, menyampakkan,
menyampuri, menyelupkan dan lain-lain,
padahal seharusnya mencolok, mencuci,
mencontoh, menciptakan, mencambuk,
mencaplok, mencekik, mencampakkan,
mencampuri, mencelupkan.
-
Pertemuan itu berhasil menelorkan ideide cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ideide cemerlang.)
-
Gereja itu dilola oleh para rohaniawan
secara professional.
(Gereja itu dikelola oleh para
rohaniwan secara professional.)
-
tau
 tahu
negri
 negeri
-
-
kepilih terpilih
faham
 paham
-
-
ketinggal tertinggal
himbau
 imbau
-
-
gimana bagaimana
silahkan
 silakan
-
jaman  zaman
antri  antre
Reagan
Reagan
Dalam pelajaran BI mengajarkan
jugateori apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga
teori apresiasi puisi./ Pelajaran BI
mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan
yang tidak baku :
-
Jurnal Lemlit UHAMKA
-
trampil terampil
disyahkan  disahkan
-
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan
‘yang mana’ :
-
Saya menyukainya di mana sifatsifatnya sangat baik.
(Saya menyukainya karena sifatsifatnya sangat baik.)
-
Tendangan daripada Ricky Jakob
berhasil
mematahkan perlawanan
musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil
mematahkan perlawanan musuh.)
(Dalam kunjungan itu Presiden
Yudhoyono menyempatkan diri untuk
berbincang-bincang
dengan
masyarakat.)
-
Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan
salah arti :
- Usul
ini
merupakan
suatu
perkembangan yang menggembirakan
untuk memulai pembicaraan damai
- Rumah sakit di mana orang-orang
antara komunis dan pemerintah yang
mencari kesembuhan harus selalu
gagal.
bersih.
Kalimat di atas dapat menimbulkan
(Rumah sakit tempat orang-orang
salah
pengertian.Siapa/apa
yang
mencari kesembuhan harus selalu
gagal?Pemerintahkah
atau
bersih.)
pembicaraan damai yang prnah
dilakukan?
- Manusia membutuhkan makanan yang
mana makanan itu harus mengandung zat(Usul
ini
merupakan
suatu
zat yang diperlukan oleh tubuh.
perkembangan yang menggembirakan
(Manusia membutuhkan makanan yang
untuk memulai kembali pembicaraan
mengandung zat-zat yang diperlukan
damai yang gagal antara pihak
oleh tubuh.)
komunis dan pihak pemerintah.
1. Penggunaan kata ‘daripada’ yang
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang
tidak tepat :
Melarikan Diri
Judul
berita
di
atas
dapat
- Seorang daripada pembatunya pulang
menimbulkan
salah
ke kampung kemarin.
pengertian.Siapa/apa
yang
dimaksud
(Seorang di antara pembantunya
Santosa? Nama sopir atau nama bus?
pulang ke kampung kemarin.)
Yang masuk jurang busnya atau
- Seorang pun tidak ada yang bisa
sopirnya?
menghindar daripada pengawasannya.
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya
(Seorang pun tidak ada yang bisa
Melarikan Diri)
menghindar dari pengawasannya.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
-
Dalam kunjungan
itu Presiden
Yudhoyono menyempatkan waktu
untuk berbincang bincang dengan
masyarakat.
10. Pengulangan kata yang tidakperlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan
5 judul buku setahun.
(Dalam
setahun
ia
berhasil
menerbitkan 5 judul buku.)
-
Film ini menceritakan perseteruan
antara dua kelompok yang saling
menjatuhkan, yaitu perseteruan antara
kelompok Tang Peng Liang dan
kelompok
Khong
Guan
yang
salingmenjatuhkan.
13
Jurnal Lemlit UHAMKA
(Film ini menceritakan perseteruan
antara kelompok Tan Peng Liang dan
kelompok Khong Guan yang saling
menjatuhkan.)
11.
-
-
Kata ‘kalau’ yang dipakaisecarasalah :
Dokter itu mengatakan kalau penyakit
AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa
penyakit AIDS sangat berbahaya.)
Siapa yang dapat memastikan kalau
kehidupan anak pasti lebih baik
daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa
kehidupan anak pasti lebih baik
daripada orang tuanya?)
Kalimat merupakan salah satu struktur
sintaktis yang terdiri atas konstituen konstituen
yang bersifat linear, yang berada dalam
dimensi linear pula.Kalimat adalah rangkaian
kata-kata yang memliki makna. Verhaar, 1978:
72 dan Lyons, 1977:273 mengemukakan
bahwa kalimat memiliki struktur bentuk
(sintaksis). Stuktur sintaksis terdiri atas
struktur klausa dan kalimat; yang kemudian
ditambahkan oleh Longacre (1972:3) sebagai
seperangkat kaidah yang menghubungkan
makna dengan bentuk dalam tuturan. Itulah
sebabnya teori distribusi akan digunakan untuk
mengkaji hubungan dan sifat antarargumen
dan
predikator
dari
kalimat,
atau
antarkonstituen dalan satu kalimat.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Analisis
deskriptif dengan menampilkan data apa
adanya secara rinci, objektif, sistematis, akurat
dan komprehensif, sehingga menghasilkan
pemerian data bahasa yang akurat pula. Hasil
pengamatan ini kemudian dideskripsikan,
dipilah – pilah, dan dianalisis sesuai dengan
gejala – gejala yang ditemukan di lapangan;
tanpa perlu mempertimbangkan betul salahnya
yang ditulis oleh guru.
14
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah
ragam bahasa tulisan. Data utamanya adalah
penulisan kata baku dan penulisan kalimat
bahasa Indonesia guru SDN Sekecamatan
Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan
cara memberikan tes tertulis tentang kata baku
dan membuat kalimat efektif dalam bahasa
Indonesia yang diberikan kepada guru-guru
SDN Sekecamatan Cikalong Tasikmalaya
Jawa Barat sebanyak 40 orang, yang mewakili
20 sekolah SDN yang ada di Kecamatan
Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat dengan
melibatkan
responden
sebanyak
90
orang.Kesembilan puluh orang tersebut semua
berperdikat sebagai guru sekolah dasar, baik
sebagai guru bidang studi maupun sebagai
guru kelas.Mereka berasal dari sekolah dasar
yang berada di wilayah kecamatan Cikalong
Tasikmalaya Jawa Barat.
Guru-guru yang penulis jadikan
responden dalam penelitian ini, tersebar di 20
sekolah dasar yang berada di wilayah
Kecamatan Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.
Kepada mereka diberikan tiga instrumen
penelitian yang meliputi : 1) biodata
penelitian, 2) tes pilihan ganda, dan 3) tes
tentang kalimat efektif.
B. Analisis Data
Berikut adalah data yang penulis
peroleh dari hasil penelitian yang telah
dilakukan terhadap 90 orang guru sekolah
dasar yang tersebar di wilayah Kecamatan
Cikalong Tasikmalaya Jawa Barat.Untuk tes
pilihan ganda, penulis membuat 10 soal
dengan empat pilihan, sedangkan untuk tes
esai penulis juga memberikan 10 soal untuk
diperbaiki menjadi kalimat efektif.
Jurnal Lemlit UHAMKA
C. Analisis Data untuk pertanyaan pilihan ganda
Jawaban
Keterangan
Pertanyaan
A
B
C
D
Jawaban yang Benar
1
17
0
58
0
C
2
0
1
73
0
C
3
0
1
73
0
C
4
22
0
51
0
C
5
13
48
10
3
A
6
39
0
28
2
A
7
44
14
10
0
B
8
40
27
1
2
B
9
15
48
9
1
B
10
0
1
40
38
A, B
1. Deskripsi Data
1. Dari 90 guruyang menjawab a
sebanyak 17, menjawab b sebanyak
0, menjawab c sebanyak 58,
menjawab d sebanyak 0, dan tidak
menjawab sebanyak 15.
2. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 0, menjawab b sebanyak
1, menjawab c sebanyak 73,
menjawab d sebanyak 0, dan tidak
menjawab sebanyak 16.
3. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 0, menjawab b sebanyak
1, menjawab c sebanyak 73,
menjawab d sebanyak 0, dan tidak
menjawab sebanyak 16.
4. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 22, menjawab b sebanyak
0, menjawab c sebanyak 51,
menjawab d sebanyak 0, dan tidak
menjawab sebanyak 17.
5. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 13, menjawab b sebanyak
48, menjawab c sebanyak 10,
menjawab d sebanyak 3, dan tidak
menjawab sebanyak 16.
6. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 39, menjawab b sebanyak
0, menjawab c sebanyak 28,
menjawab d sebanyak 2, dan tidak
menjawab sebanyak 21.
7. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 44, menjawab b sebanyak
14, menjawab c sebanyak 10,
menjawab d sebanyak 0, dan tidak
menjawab sebanyak 22.
8. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 40, menjawab b sebanyak
27, menjawab c sebanyak 1,
menjawab d sebanyak 2, dan tidak
menjawab sebanyak 20.
9. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 15, menjawab b sebanyak
48, menjawab c sebanyak 9,
menjawab d sebanyak 1, dan tidak
menjawab sebanyak 17.
10. Dari 90 guru yang menjawab a
sebanyak 0, menjawab b sebanyak
1, menjawab c sebanyak 40,
menjawab d sebanyak 38, dan tidak
menjawab sebanyak 12.
2. Analisis Data
Jurnal Lemlit UHAMKA
Rumus
F-------------- x 100 %
N
F: jumlah guru yang menjawab
N: banyaknya guru
1. Sebanyak 90 guru menjawab a
(18,88%), menjawab b (0%),
menjawab c (64,44%), menjawab d
(0%), dan tidak menjawab 15 guru
(16,7%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
2. Sebanyak 90 guru menjawab c
(81,11%), menjawab a (0%),
menjawab b (1,11%), menjawab d
(0%), dan tidak menjawab 16 guru
(17,77%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
3. Sebanyak 90 guru menjawab c
(81,11%), menjawab a (0%),
menjawab b (1,11%), menjawab d
(0%), dan tidak menjawab 16 guru
(17,77%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
4. Sebanyak 90 guru menjawab a
(24,44%), menjawab b (0%),
menjawab c (56,66%), menjawab d
(0%), dan tidak menjawab 16 guru
(17,77%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
5. Sebanyak 90 guru menjawab a
(14,44%), menjawab b (53,33%),
menjawab c (11,11%), menjawab d
(11,11%), dan tidak menjawab 16
guru (17,77%). Ini berarti guru
belum mengetahui tentang kata-kata
baku dalam EYD.
6. Sebanyak 90 guru menjawab a
(43,33%), menjawab b (0%),
menjawab c (31,11%), menjawab d
(2,22%), dan tidak menjawab 21
guru (23,33%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
7. Sebanyak 90 guru menjawab a
(48,88%), menjawab b (15,55%),
menjawab c (11,11%), menjawab d
16
(0%), dan tidak menjawab 22 guru
(24,44%). Ini berarti guru belum
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
8. Sebanyak 90 guru menjawab a
(44.44%), menjawab b (30%),
menjawab c (1,11%), menjawab d
(2,22%), dan tidak menjawab 20
guru (22,22%). Ini berarti guru
belum mengetahui tentang kata-kata
baku dalam EYD.
9. Sebanyak 90 guru menjawab a
(16,66%), menjawab b (53,33%),
menjawab c (10%), menjawab d
(1,11%), dan tidak menjawab 17
guru (18,88%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
10. Sebanyak 90 guru menjawab c
(44,44%), menjawab d (42,22%),
menjawab a (0%), menjawab b
(1,11%), dan tidak menjawab 12
guru (13,33%). Ini berarti guru sudah
mengetahui tentang kata-kata baku
dalam EYD.
D. Analisis Data untuk pertanyaan terbuka
(kalimat efektif)
1. Paman saya teman saya adik saya
saya belum menikah.
Kalimat 1 salah, karena kalimat itu
tidak mempunyai subjek yang jelas
(ambiguitas). Perbaikannya:
Paman, teman, adik, dan saya belum
menikah.
2. Mobilnya Amir yang besar sendiri.
Kalimat 2 salah, karena tidak logis
sehingga kalimat menjadi tidak
efektif. Perbaikan kalimat: Mobil
Amir paling besar.
Perbaikan: Mobil Amir paling besar.
3. Ayah ke Surabaya hari ini
terbang naik pesawat Garuda.
Kalimat 3 salah, dari segi
kehematan kata. Penghematan kata
dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan kata yang bermakna
Jurnal Lemlit UHAMKA
4.
5.
6.
7.
8.
sama seperti kata terbang dan naik,
pesawat. Perbaikannya;
Hari ini, ayah ke Surabaya naik
garuda.
Isteri pengusaha yang nakal itu
tertangkap sedang selingkuh di
sebuah hotel.
Kalimat 4 salah, karena bermakna
ganda(ambiguitas). Hal tersebut
terjadi karena tidak ada tanda koma.
Perbaikannya:
Istri pengusaha yang nakal itu,
tertangkap selingkuh di hotel.
Para hadirin dipersilakan untuk
tidak
meninggalkan
tempat
duduknya masing-masing.
Kalimat 5 salah, karena terdapat
kata ganti kepemilikan ”nya”
(koherensi). Perbaikannya:
Hadirin
dipersilakan
tidak
meninggalkan tempat duduk.
Kedua mahasiswa yang belum
mendapatkan kartu ujiannya harap
diambil di ketua program studinya.
Kalimat 6 salah, karena terdapat
kesalahan logika pada kata diambil.
Perbaikannya:
Mahasiswa
yang
belum
mendapatkan kartu ujian, harap
mengambil ke ketua prodi.
Pembangunan ini akan di awali
dengan pembebasan tanah warga
dan berhitung tentang keuntungan
yang akan diperoleh dari hasil
penjualan rumah yang akan
dibangun.
Kalimat 7 salah, karena kepararelan
dan variasi bahasa. Perbaikannya:
Pembangunan akan diawali dengan
membebaskan
tanah
dan
menghitung
keuntungan
yang
diperoleh dari hasil menjual rumah.
Surat itu sudah dikirimkan oleh saya
untuk paman.
Kalimat 8 salah, karena berkaitan
dengan pararelisme dan logika.
Perbaikannya:
Saya sudah mengirimkan surat
untuk paman.
9. Burung itu terbang naik ke atas,
melayang-layang di udara lalu
menukik ke bawah dan masuk ke
dalam sangkarnya.
Kalimat 9 salah, karena dari segi
kehematan kata. Penghematan kata
dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan kata yang bermakna
sama seperti kata terbang naik dan
pesawat. Perbaikannya:
Burung itu terbang, melayanglayang di udara lalu menukik ke
sangkar.
10. Kepada bapak lurah dipersilakan
untuk menyampaikan amanahnya,
waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat 10 salah, karena kalimat
tersebut tidak dapat diterima oleh
akal (kelogisan/salah nalar), seperti
kata waktu dan tempat kami
persilakan. Perbaikannya:
Bapak
Lurah
dipersilakan
menyampaikan amanah.
Rekapitulasi Nilai Kuesioner
A. Soal Pilihan Ganda
JAWABAN
SKOR
BENAR
1
SALAH
0
B. Soal Esai
Setiap soal esai diberi bobot,
berikut tabelnya:
JAWABAN
Tata bahasa dan cara
penulisan salah
Tata bahasa benar
dan cara penulisan
salah/ sebaliknya
Tata bahasa dan cara
penulisan benar
C. Penilaian
SKOR
1
2
3
Jurnal Lemlit UHAMKA
D.
Nilai = Perolehan skor PG+
Esai X 100 = ...
Skor Maksimal
Keseluruhan
1. Skor Maksimal Pilihan
Ganda:
Jumlah soal PG adalah 10.
Jadi, skor maksimal PG
adalah 1 x 10 = 10
2. Skor Maksimal Esai adalah
3 x 10 = 30
Jumlah soal esai adalah 10.
Jadi, skor maksimal esai
adalah 3 x 10 = 30
3. Skor Maksimal Keseluruhan
Skor Maksimal PG + skor
maksimal esai = 10 + 30 =
40
RES
PON
DEN
SK
OR
PG
SKOR
ESAI
NILAI
1
P
6
5
27,5
2
L
8
13
53,5
3
P
6
11
42,5
4
L
4
26
75
5
L
4
18
55
6
L
7
12
47,5
7
L
7
16
57,5
8
P
7
11
45
9
P
6
18
60
10
L
6
16
54
11
L
5
10
37,5
12
P
7
12
47,5
13
P
4
15
47,5
14
L
4
19
57,5
15
L
7
11
45
No
18
16
L
0
0
0
17
L
0
0
0
18
L
0
0
0
19
P
4
12
40
20
L
4
12
40
21
L
5
23
70
22
P
5
27
80
23
P
5
21
65
24
P
6
20
65
25
P
8
24
80
26
P
5
8
32,5
27
L
7
20
67,5
28
L
5
21
65
29
L
7
17
60
30
L
6
24
75
31
L
5
0
12,5
32
L
8
23
77,5
33
L
4
24
70
34
L
0
0
0
35
L
0
0
0
36
L
0
0
0
37
P
4
20
60
38
P
6
21
67,5
39
L
5
19
60
40
L
6
22
70
41
L
5
20
62,5
42
P
7
19
65
43
L
5
17
55
44
P
6
19
62,5
45
P
5
20
62,5
Jurnal Lemlit UHAMKA
46
P
5
24
72,5
77
L
3
19
55
47
P
5
19
60
78
P
5
18
57,5
48
P
6
20
65
79
P
5
17
55
49
P
6
19
62,5
80
P
4
21
62,5
50
P
5
19
60
81
P
6
16
55
51
L
0
0
0
82
P
6
19
62,5
52
P
0
0
0
83
P
6
20
65
53
P
0
0
0
84
P
5
19
60
54
L
0
0
0
85
P
6
20
65
55
P
6
18
60
86
P
7
13
50
56
P
6
21
67,5
87
P
4
17
52,5
57
L
5
18
57,5
88
P
0
0
0
58
P
5
12
42,5
89
P
0
0
0
59
P
7
18
62,5
90
L
0
0
0
60
L
7
17
60
61
L
7
20
67,5
62
P
6
20
65
63
P
4
13
42,5
64
L
6
15
52,5
65
L
6
17
57,5
66
L
5
16
52,5
67
L
5
19
60
68
P
5
21
65
69
L
6
10
40
70
L
0
0
0
71
P
0
0
0
72
P
0
0
0
73
L
8
16
60
74
P
3
21
60
75
P
3
21
60
76
P
3
19
55
Interpretasi Data
Penelitian ini dilakukan terhadap
90 responden yang terdiri dari 49
perempuan dan 41 laki-laki. Skor
tertinggi dalam pilihan ganda adalah 8
(3 laki-laki dan 1 perempuan) dan skor
terendah adalah 3 (1 perempuan dan 1
laki-laki). Skor tertinggi dalam esai
adalah 27 (perempuan) dan skor
terendah adalah 5 (perempuan). Nilai
tertinggi adalah 8 (2 perempuan) dan
1,25 (laki-laki).
Dari hasil di atas didapati data
yang sangat akurat bahwa
skor
tertinggi untuk tes pilihan ganda
diperoleh laki-laki. Sedangkan skor
tertinggi untuk tes esai diperoleh
perempuan. Hal ini membuktikan
bahwa perempuan lebih teliti dalam
menganalisis kalimat.
Jurnal Lemlit UHAMKA
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data di atas, maka
peneliti
mengambil
beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari hasil di atas didapati data
yang sangat akurat bahwa skor
tertinggi untuk tes pilihan ganda
diperoleh laki-laki. Sedangkan
skor tertinggi untuk tes esai
diperoleh perempuan. Hal ini
membuktikan bahwa perempuan
lebih teliti dalam menganalisis
kalimat.
2. Sebagian
besar
responden
banyak
kesulitan
dalam
menganalisis kalimat, hal ini
membuktikan
bahwa
pemahaman
guru
terhadap
penggunaan kalimat efektif
masih sangat rendah.
3.
4.
Sebagaian besar guru SD
Sekecematan
Cikalong
Tasikmalaya Jawa Barat banyak
tidak mengetahui kata baku
dalam bahasa Indonesia.
Sebagaian besar guru SD
Sekecematan
Cikalong
Tasikmalaya
Jawa
Barat
banyak
tidak
mengetahui
bahwa sumber belajar bahasa
Indonesia
tidak
hanya
berpatokan dari buku saja,
tetapi bisa juga diunduh dari
Internet.
B. Saran-Saran
1. Guru
a. Mempelajari lagi mengenai
analisis kalimat.
b. Mempunyai kamus sendiri
untuk mengetahui kalimat
baku dan tidak baku.
2. Kepala Sekolah
a.
20
b. Memberikan fasilitas yang
memadai.
Daftar Pustaka
Chomsky, Noam. 1970. Aspects of
the Theory of Syntax. USA :
The M.L.T. Press.
Clark. 1978. Universals of Human
Language. Stanford: Stanford
University Press
Depdikbud. 1985. Tata Bahasa
Deskriptif Bahasa Indonesia :
Sintaksis. Jakarta : Pusat
Pembinaan
dan
Pengembangan
Bahasa
Depdikbud.
Depdikbud, 1988, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Dittmar, N, 1976, Sosiolinguistics, A
Critical Survey of Theory and
Aplication, Edward Arnol, London.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1997.
Analisis Bahasa Sintaksis dan
Semantis.Bandung : Humanora
Utama Press.
Greenberg, J.H. 1978. Universal of
Human Language.Stanford :
Stanford University Press.
Gruber, Jeffrey S. 1976. Lexical
Structures in Syntax and
Semantics. Amsterdam: North
Holland.
Kridalaksana, H, 1981, “Bahasa
Indonesia Baku”, dalam Majalah
Jurnal Lemlit UHAMKA
Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II,
Tahun 1981, 17-24, Bhratera, Jakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2002.
Struktur, Kategori, dan Fungsi
dalam Teori Sintaksis. Jakarta:
UNIKA Atma Jaya.
Parera, Jos Daniel. 1983 Pengantar
Linguistik Umum Bidang Sintaksis
Seri C. Flores : Nusa Indah.
Parera, Jos Daniel. 1988. Sintaksis.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Pike, Knneth L. 1967. Language in
Relation to a Unified Theory of
the Structure of Human
Behavior.The Hague: Mouton.
Pike, Knneth L and Evelyn Pike.
1977. Grammatical Analysis.
Arlington, Texas: Summer
Institute of Linguistics Press.
Ramlan.1987. Ilmu Bahasa
Indonesia Sintaksis.
Yogyakarta: CV Karyono.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa.
Jakarta: Erlangga.
Sugono, Dendy (penyunting). 1985.
Tata Bahasa Deskripif
Bahasa Indonesia: Sintaksis.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Verhaar. 2001. Asas-Asas Linguistik
Umum. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Download