845-1672-1

advertisement
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
KOMUNIKASI PSIKIATER DAN PASIEN
PENDERITA BIPOLAR
1
Merizha Yamudaha, 2Femi Oktaviani, 3Reza Rizkina Taufik
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI, [email protected]
ABSTRACT
Bipolar disorder is a mental disorder that attacks a person's psychological condition
characterized by mood swings are very extreme form of mania and depression, as it was
previously called the medical term with a manic depressive. Psychiatrists are medical
specialists who study the science of the soul. In simple language, the psychiatrist is a doctor
of the soul because in addition to master the medical sciences, he also mastered the science
of psychology. Interpersonal communication is a communication made between two people,
where there is direct contact either verbal or nonverbal, and has effectiveness in changing
attitudes, opinions or behavior because it possesses a dialog where backflow occurs directly,
as is the case for psychiatrists and patients with bipolar disorder. Issues to be discussed,
namely 1. What forms of interpersonal communication that do psychiatrists and patients with
bipolar disorder in the recovery process 2. What factors interpersonal communication helps
the recovery process of patients with bipolar disorder 3. Why do psychiatrists proximity to
the recovery process of patients with disorders bipolar 4. What obstacles encountered
psychiatrist when communicating with patients with bipolar disorder in the recovery process.
This problem is very important investigation, to determine interpersonal communication
easier for psychiatrists to interact with patients with bipolar in the recovery process. The
research method that researchers use the method of qualitative case study approach, and the
paradigm used by researchers is critical paradigm. Where researchers are also collecting
data through observation, interviews directly to the informant, documentation, and literature
study. In this case, the results of research to researchers conclude that interpersonal
communication that do psychiatrists and patients with bipolar greatly help facilitate the
psychiatrist to interact with the patient in the recovery process, where the psychiatrist and
the family is the central figure who took part in the recovery process.
Keywords: Interpersonal Communication, Psychiatrists, Bipolar Patients
Abstrak
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang
yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi,
karena itu istilah medis sebelumnya di sebut dengan manic depressive. Psikiater adalah
dokter spesialis yang mempelajari ilmu jiwa. Dalam bahasa sederhana, psikiater adalah
dokter jiwa karena selain menguasai ilmu-ilmu medis, dia juga menguasai ilmu kejiwaan.
Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan antara dua orang, dimana
terjadi kontak langsung baik secara verbal ataupun nonverbal, serta memiliki keefektifan
dalam merubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena memiliki sifat dialogis
dimana arus balik terjadi secara langsung, sama halnya yang terjadi pada psikiater dan pasien
penderita gangguan bipolar. Permasalahan yang akan dibahas, yaitu 1. Bagaimana bentuk
ISSN: 2355-6579
1
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
komunikasi antarpribadi yang dilakukan psikiater dan pasien penderita gangguan bipolar
pada proses pemulihan 2. Bagaimana faktor-faktor komunikasi antarpribadi membantu proses
pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 3. Mengapa psikiater melakukan kedekatan
pada proses pemulihan pasien penderita gangguan bipolar 4. Bagaimana hambatan-hambatan
yang ditemui psikiater saat berkomunikasi dengan pasien penderita gangguan bipolar pada
proses pemulihan. Permasalahan ini sangatlah penting diteliti, untuk mengetahui komunikasi
antarpribadi memudahkan psikiater berinteraksi dengan pasien penderita bipolar pada proses
pemulihan. Metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu metode kualitatif dengan
pendekatan studi kasus, dan paradigma yang digunakan oleh peneliti yaitu paradigma kritis.
Dimana peneliti juga melakukan pengumpulan data melalui observasi, wawancara secara
langsung kepada informan, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Dalam hal ini, hasil dari
penelitian yang dapat peneliti simpulkan bahwa komunikasi antarpribadi yang dilakukan
psikiater dan pasien penderita bipolar sangat membantu memudahkan psikiater untuk
berinteraksi dengan pasien pada proses pemulihan, dimana psikiater dan keluarga adalah
tokoh sentral yang ikut andil dalam proses pemulihan.
Kata Kunci: Komunikasi Antarpribadi, Psikiater, Pasien Bipolar
PENDAHULUAN
Gangguan bipolar adalah gangguan mental
yang menyerang kondisi psikis seseorang
yang ditandai dengan perubahan suasana
hati yang sangat ekstrim berupa mania dan
depresi, karena itu istilah medis
sebelumnya di sebut dengan manic
depressive. Suasana hati penderitanya
dapat berganti-ganti secara tiba-tiba antara
dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu
kebahagiaan (mania) dan kesedihan
(depresi) yang berlebihan tanpa pola dan
waktu yang pasti.
Setiap orang pada umumnya pernah
mengalami suasana hati yang baik (mood
high) dan suasana hati yang buruk (mood
low). Akan tetapi, seseorang yang
menderita gangguan bipolar memiliki
ayunan perasaan (mood swings) yang
ekstrim dengan pola perasaan yang mudah
berubah secara drastis. Suatu ketika,
seorang pengidap gangguan bipolar bisa
merasa sangat antusias dan bersemangat
(mania). Saat suasana hatinya berubah
buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis,
putus asa, bahkan sampai mempunyai
keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati
meningkat secara klinis disebut sebagai
mania, atau disaat ringan di sebut sebagai
ISSN: 2355-6579
hipomania. Faktor yang menyebabkan
gangguan jiwa (bipolar) ialah faktor
genetika, fisiologis, lingkungan.
Komunitas Bipolar Care Indonesia
merupakan komunitas sosial non-profit
yang bergerak dibidang kesehatan jiwa
khususnya gangguan bipolar. Komunitas
ini untuk penderita gangguan jiwa
khususnya penderita gangguan bipolar.
Penyebab suatu penyakit tidak hanya
dikarenakan kelainan pada fisiologi tubuh
seseorang namun juga karena adanya
gangguan
psikologis.
Gangguan
psikologis atau gangguan kejiwaan banyak
ditemui ditengah masyarakat, mulai dari
ringan hingga berat. Berbagai penelitian
pun dilakukan untuk mencari penanganan
yang tepat. Salah satu masalah kejiwaan
yang masih kurang di pahami masyarakat
adalah gangguan bipolar.
Psikiater adalah dokter spesialis yang
mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki
gelar dokter. Tetapi mempelajari dan
memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater
juga biasanya adalah seorang dokter (S1)
yang meneruskan pendidikannya dibidang
psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa
sederhana, psikiater adalah dokter jiwa
2
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
karena selain menguasai ilmu-ilmu medis,
dia juga menguasai ilmu kejiwaan.
Psikiater mengobati pasiennya yang punya
masalah kejiwaan dengan memberikan
obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa
disebabkan oleh keadaan tubuh yang
sedang
tidak
sehat,
yang
bisa
disembuhkan atau dikurangi dengan
mengobati organ tubuh yang berhubungan
dengan gejala kejiwaan yang sedang
diderita.
Melihat kondisi pasien maka timbullah
sebuah pertanyaan tentang bagaimana
sebenarnya para psikiater melakukan
pendekatan komunikasi terhadap pasien
yang memiliki kondisi emosional yang
tidak stabil, psikologis yang tidak
kondusif. Kondisi pasien yang memiliki
banyak kekurangan ini menyebabkan
banyak hambatan dan rintangan yang akan
di hadapi oleh psikiater, namun tetap saja
ia di tuntut untuk bisa menghadapi
kesulitan tersebut. Berkat kegigihannya
hingga akhirnya ia mampu membuat iklim
interaksi yang baik dengan pasien
penderita gangguan bipolar. Sebenarnya
yang memilik kewajiban untuk ikut
menyembuhkan
pasien
penderita
gangguan bipolar tidak hanya psikiater
saja tetapi juga masyarakat luas. Penderita
penyakit ini juga merupakan bagian dari
masyarakat itu sendiri namun akibat
kurangnya informasi tentang penyakit
gangguan bipolar dan bagaimana cara
berkomunikasi
dengan
pasien
ini
menyebabkan stigma negatif menjamur
dalam pikiran masyarakat. Masyarakat
menganggap mereka sangat berbahaya,
bodoh, aneh dan tidak dapat disembuhkan.
Namun stigma tersebut terus saja melekat
dalam diri penderita gangguan bipolar
sehingga sulit di hilangkan. Stigma dan
diskriminasi terhadap penderita penyakit
ini akan membuat penderita semakin
merasa terkucilkan dan tidak dipedulikan,
ISSN: 2355-6579
padahal itu justru akan membuat kondisi
mental penderita penyakit ini semakin
menurun, karena mereka juga seorang
manusia yang sudah sepantasnya di beri
perlakuan yang sama dengan manusia
lainnya atau justru mereka diberi
perlakuan yang spesial agar gangguan
mental cepat kembali pulih.
Peneliti berpendapat bahwa penderita
gangguan bipolar itu layak di berikan
kesempatan dalam melakukan sesuatu dan
layak mendapatkan tempat dimasyarakat
serta mampu bersosialisasi dengan baik.
Para penderita gangguan bipolar dapat
kembali menjalani hidup yang normal
tanpa adanya perubahan mood yang
drastis. Pada dasarnya, tidak semua
penderita
gangguan
bipolar
ingin
menerima hal tersebut. Mereka memiliki
motivasi untuk dapat kembali normal
sehingga dapat memberikan inspirasi
kepada penderita gangguan bipolar yang
lain tentang bagaimana di tengah
keterbatasan mereka dapat mengatasinya
dan memberikan sebuah prestasi.
Melihat
kasus
diatas
komunikasi
antarpribadi antara psikiater dengan pasien
penderita gangguan bipolar sangat
dibutuhkan dalam proses pemulihan,
mengingat komunikasi merupakan faktor
penentu yang dapat memberikan motivasi
kepada penderita gangguan bipolar, agar
mempunyai keinginan dalam mengontrol
perasaan yang mudah berubah secara
drastis.
Dalam hal ini, peneliti merasa perlu untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab serta
bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh psikiater terhadap
pasien penderita gangguan bipolar yang
dapat membantu proses pemulihan. Selain
itu, peneliti ingin mengetahui seberapa
besar kedekatan dari seorang psikiater
dalam membantu proses pemulihan
penderita
gangguan
bipolar
serta
3
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
mengetahui kendala dan hambatan yang
dialami oleh psikiater saat melakukan
komunikasi dengan penderita gangguan
bipolar.
KAJIAN LITERATUR
Komunikasi Antar Pribadi
Mulyana
(2011:81)
mengemukakan
bahwa
komunikasi
antarpribadi
merupakan komunikasi antara orangorang secara
tatap
muka,
yang
memungkinkan
setiap
pesertanya
mena5ngkap reaksi secara langsung, baik
secara
verbal
maupun
nonverbal.
Komunikasi antarpribadi tidak hanya apa
yang dikatakan, atau bahasa yang
digunakan, tapi bagaimana dikatakan
misalnya nonverbal pesan yang dikirim,
seperti nada suara dan ekspresi wajah.
Ketika dua orang atau lebih berada
ditempat yang sama dan menyadari
kehadiran satu sama lain, maka
komunikasi dikatakan langsung, tidak
peduli seberapa halus atau disengaja.
Komunikasi antarpribadi merupakan jenis
yang frekuensi terjadinya cukup tinggi
dalam kehidupan sehari-hari. Efektivitas
dalam komunikasi antarpribadi akan
mendorong terjadinya hubungan yang
positif antara teman, keluarga, masyarakat
maupun
pihak-pihak
yang
saling
berkomunikasi.
Sementara
menurut
Effendy
mendefinisikan komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara dua orang,
dimana terjadi kontak langsung dalam
bentuk percakapan, komunikasi jenis ini
bisa langsung secara berhadapan muka
(face to face) bisa juga melalui medium,
umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi
antarpribadi adalah dua arah atau timbal
balik (Effendi, 1993:61)
Pesan Verbal dan NonVerbal
Pada umumnya, pesan yang disampaikan
oleh pengirim kepada penerima dapat
dikemas secara verbal dengan kata-kata
atau
nonverbal
tanpa
kata-kata.
Komunikasi yang pesannya dikemas
ISSN: 2355-6579
secara verbal disebut komunikasi verbal.
Sedangkan komunikasi yang pesannya
dikemas secara nonverbal disebut
komunikasi nonverbal. Jadi, komunikasi
verbal adalah penyampaian makna dengan
menggunakan
kata-kata.
Sedangkan
komunikasi nonverbal tidak menggunakan
kata-kata. Karena, tidak semua penderita
gangguan bipolar memiliki kemampuan
yang sama dalam menangkap pesan secara
verbal, terkadang dengan menggunakan
pesan nonverbal dapat lebih membantu
penderita gangguan bipolar untuk
mengerti isi pesan tersebut.
Psikiater
Psikiater adalah dokter spesialis yang
mempelajari ilmu jiwa. Mereka memiliki
gelar dokter. Tetapi mempelajari dan
memperdalam ilmu kejiwaan. Psikiater
juga biasanya adalah seorang dokter (S1)
yang meneruskan pendidikannya dibidang
psikiatri pada jenjang S2. Dalam bahasa
sederhana, psikiater adalah dokter jiwa
karena selain menguasai ilmu-ilmu medis,
dia juga menguasai ilmu kejiwaan.
Psikiater mengobati pasiennya yang punya
masalah kejiwaan dengan memberikan
obat. Sebab, beberapa penyakit jiwa bisa
disebabkan oleh keadaan tubuh yang
sedang
tidak
sehat,
yang
bisa
disembuhkan atau dikurangi dengan
mengobati organ tubuh yang berhubungan
dengan gejala kejiwaan yang sedang
diderita. Peran psikiater terhadap pasien
penderita gangguan bipolar sangat
berpengaruh besar karena dengan psikiater
melakukan kedekatan pada pasien
penderita gangguan bipolar, akan sangat
membantu pasien untuk pulih kembali.
Penderita Gangguan Bipolar
Menurut Barbara D.Ingersol, ph.D dan
Sam Goldstain, gangguan bipolar (juga
dikenal sebagai gangguan manik depresif )
adalah suatu kondisi yang dicirikan oleh
episode depresi yang kemudian diganti
dengan episode mania manakala suasana
hati dan energi sangat meningkat. Begitu
4
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
meningkatnya melampaui batas normal
suasana hati yang baik, atau bisa juga
sebaliknya, dari episode mania kemudian
diganti menjadi periode depresi secara
tiba-tiba. Gangguan bipolar adalah
gangguan mental yang menyerang kondisi
psikis seseorang yang ditandai dengan
perubahan suasana hati yang sangat
ekstrim berupa mania dan depresi, karena
itu istilah medis sebelumnya di sebut
dengan manic depressive. Suasana hati
penderitanya dapat berganti-ganti secara
tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang
berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan
kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa
pola dan waktu yang pasti.
Setiap orang pada umumnya pernah
mengalami suasana hati yang baik (mood
high) dan suasana hati yang buruk (mood
low). Akan tetapi, seseorang yang
menderita gangguan bipolar memiliki
ayunan perasaan (mood swings) yang
ekstrim dengan pola perasaan yang mudah
berubah secara drastis. Suatu ketika,
seorang pengidap gangguan bipolar bisa
merasa sangat antusias dan bersemangat
(mania). Saat suasana hatinya berubah
buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis,
putus asa, bahkan sampai mempunyai
keinginan untuk bunuh diri. Suasana hati
meningkat secara klinis disebut sebagai
mania, atau disaat ringan di sebut sebagai
hipomania. Individu yang mengalami
episode mania juga sering mengalami
episode depresi atau episode campuran
disaat kedua fitur mania dan depresi hadir
pada waktu yang sama. Episode ini
biasanya dipisahkan oleh periode suasana
hati normal tetapi dalam beberapa depresi
individu dan mania mungkin berganti
dengan sangat cepat yang dikenal sebagai
rapid-cycle. Episode manic ekstreme
kadang-kadang dapat menyebabkan gejala
psikosis seperti delusi dan halusinasi.
Episode manik biasanya mulai dengan
tiba-tiba dan berlangsung antara dua
minggu sampai lima bulan, sedangkan
depresi cenderung lebih lama. Episode
hipomanik mempunyai derajat yang lebih
ISSN: 2355-6579
ringan dari pada manik. Gangguan bipolar
dibagi menjadi bipolar 1 dan bipolar II,
Cyclothymia, dan jenisnya berdasarkan
sifat dan pengalaman tingkat keparahan
episode suasana hati; kisaran sering
digambarkan sebagai spectrum bipolar.
Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial dari Irwin Altman
dan Dalmas Taylor ini menganggap
bahwa metode penetrasi sosial untuk
mengidentifikasi proses meningkatnya
sikap keterbukaan dan keintiman dalam
sebuah hubungan dan merupakan teori
yang formatif dalam sejarah intelektual
pada teori hubungan. Teori penetrasi
sosial didasarkan pada pengamatan atas
tradisi panjang bagaimana suatu hubungan
dibangun. menjelaskan bagaimana proses
hubungan antara psikiater dengan pasien
penderita gangguan bipolar dimana terjadi
proses gradual yaitu semacam proses
adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh
tersebut mengibaratkan manusia seperti
bawang merah yang terdiri dari beberapa
layer.
LAPISAN
TERLUAR
LAPISAN
SEMIPRIVATE
LAPISAN
PRIVATE
Gambar 1
Teori Penetrasi Sosial
Layer tersebut berarti lapisan kepribadian:
1. Lapisan terluar
2. Lapisan semi-private
3. Lapisan private.
Dari ketiga faktor tersebut sangat
berpengaruh pada proses pemulihan
penderita bipolar, karena lapisan terluar
5
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
adalah faktor sosial atau publik, dimana
penderita gangguan bipolar juga sangat
membutuhkan dukungan sosial. Lapisan
semi-private adalah faktor orang-orang
terdekat seperti psikiater, dalam proses
pemulihan psikiater sangat berperan
penting karena dengan adanya komunikasi
antarpribadi psikiater pada pasien
penderita
gangguan
bipolar
dapat
membantu proses pemulihan sehingga
pasien bisa belajar kesadaran diri/self
awareness, dalam menstabilkan emosinya.
Terakhir lapisan private adalah faktor diri
sendiri dengan tuhan bagaimana cara
penderita gangguan bipolar berkomunikasi
dengan tuhan, dimana faktor ini sangat
membantu pasien penderita gangguan
bipolar untuk pulih kembali dengan
mendekatkan dirinya kepada tuhan maha
kuasa yang menciptakan seluruh isi alam
semesta ini beserta isinya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif. Kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistic atau dengan cara dengan cara
kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif
dapat digunakan untuk meneliti kehidupan
masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial,
atau hubungan kekerabatan (Strauss dan
Corbin 1997:1).
Bogdan
dan
Taylor
(1992:21-22)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah salah satu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan dan perilaku orangorang yang diamati. Denzin dan Lincoln
(1994:4) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang
dilakukan
berdasarkan
paradigma,
strategi, dan implementasi model secara
kualitatif. Penelitian ini juga di iringi
dengan menggunakan metode studi kasus.
ISSN: 2355-6579
Sedangkan Paradigma penelitian ini ialah
paradigma kritis. Paradigma kritis
berangkat dari cara melihat realitas
dengan mengasumsikan bahwa selalu saja
ada struktur sosial yang tidak adil.
Paradigma ini mempunyai sejumlah
asumsi mengenai bagaimana penelitian
seharusnya dijalankan. Paradigma kritis
digunakan karena penelitian ini bersifat
fakta yang ada dilapangan komunikasi
yang terjadi antara psikiater dan pasien
penderita gangguan bipolar.
Dalam penelitian ini dlakukan pendekatan
penelitian studi kasus, yang mana menurut
creswell, studi kasus merupakan strategi
penelitian dimana didalamnya peneliti
menyelidiki secara cermat suatu program,
peristiwa,
aktivitas,
proses,
atau
sekelompok
individu.
Kasus-kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan
peneliti mengumpulkan informasi secara
lengkap dengan menggunakan berbagai
prosedur pengumpulan data berdasarkan
waktu yang telah ditentukan (stake 1995,
dalam Creswell,2010:20). Stake (dalam
Denzin & Lincoln, 1994:236-238) merinci
ciri-ciri studi kasus adalah sebagai berikut;
1. Studi kasus adalah suatu bentuk
penelitian (inquiry) atau studi tentang
suatu masalah yang memiliki sifat
kekhususan (particularity).
2. Dapat dilakukan baik dengan
pendektan
kualitatif
maupun
kuantitatif, tetapi lebih di tekankan
pada pendektan kualitatif.
3. Sasaran studi kasus dapat berupa
perorangan (individual) maupun
kelompok bahkan masyarakat luas.
Studi kasus memiliki keunggulan dalam
hal memberikan informasi penting
mengenai hubungan antar variabel,
memperoleh wawasan mengenai konsep
dasar perilaku manusia dan menyajikan
data temuan yang sangat berguna untuk
6
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
membangun
latar
permasalahan.
Kelebihan
lainnya
yaitu
mampu
mengungkapkan hal-hal yang spesifik,
unik dan hal-hal yang sangat amat
mendetail yang tidak dapat diungkap oleh
studi yang lain. Studi kasus mampu
mengungkap makna dibalik fenomena
dalam kondisi apa adanya natural. Selain
itu metode studi kasus tidak sekedar
memberi laporan faktual, tetapi juga
memberi nuansa, suasana kebatinan dan
pikiran-pikiran yang berkembang dalam
kasus yang menjadi bahan studi yang tidak
dapat ditangkap oleh penelitian kualitatif.
Namun metode studi kasus juga memiliki
kekurangan yaitu semakin kompleks
sebuah kasus, semakin sulit analisis
dibuat. Berdasarkan pemaparan di atas
dapat disimpulkan bahwa penelitian
metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk
komunikasi antarpribadi yang dilakukan
psikiater dan pasien penderita gangguan
bipolar dan mengetahui faktor-faktor
komunikasi antarpribadi membantu proses
pemulihan pasien serta mengetahui
kedekatan psikiater, hambatan yang
ditemui psikiater saat berkomunikasi
dengan pasien penderita gangguan bipolar.
Penelitian ini berfokus pada psikiater dan
pasien penderita gangguan bipolar di
komunitas Bipolar Care Indonesia
Bandung. Sebab komunitas ini adalah
komunitas yang bergerak dibidang
kesehatan jiwa khususnya gangguan
bipolar. Komunitas ini dibangun untuk
menjadi wadah bagi penderita bipolar,
psikiater, caregiver, dan siapa saja yang
peduli dengan gangguan jiwa lain pada
umumnya. Sesuai maksud dari penelitian
ini yang meneliti tentang proses
pemulihan dan bentuk komunikasinya.
Dari sini subjek akan dipilih secara
random sesuai dengan keperluan, karena
ISSN: 2355-6579
yang dikaji dari penelitian ini adalah
kedalaman informasi, bukan kuantitas
responden.
Dalam pelaksanaannya penelitian ini
menggunakan wawancara, observasi,
dokumentasi
didalam pengumpulan
datanya. Kemudian data yang didapat
dianalisa menggunakan teknik analisa
Analisis Domain. Menurut Bungin (2001),
teknik analisis domain digunakan untuk
menganalisis gambaran-gambaran objek
penelitian secara umum atau menganalisis
di tingkat permukaan relatif utuh tentang
penelitian tersebut. Disini peneliti ingin
menganalisis komunikasi antarpribadi
psikiater dengan pasien gangguan bipolar
pada proses pemulihan, maka domain dari
interaksi
psikiater
dengan
pasien
gangguan bipolar antara lain: saluran
komunikasi, bentuk komunikasi, sifat
komunikasi,
perilaku
yang
biasa
dilakukan,
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan, dan lain-lain.
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di
Komunitas Bipolar Care Indonesia
Bandung yang beralamat di Graha Atma
JL.Riau 11 Bandung. Lokasi wawancara
psikiater, caregiver, penderita gangguan
bipolar serta observasi sepenuhnya
dilakukan di Komunitas BCI. Sedangkan
waktu penelitiannya berjalan selama tiga
bulan.
PEMBAHASAN
Bentuk
Komunikasi
Antrapribadi
Psikiater
dan
Pasien
Penderita
Gangguan
Bipolar
pada
Proses
Pemulihan
Komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh psikiater dan pasien dalam
berinteraksi pada proses pemulihan
menggunakan pesan verbal dan nonverbal.
Dari pendapat di atas menjelaskan
bagaimana
komunikasi
antarpribadi
membantu proses pemulihan terutama
ketika psikiater melakukan komunikasi
terhadap pasien penderita bipolar.
1. Verbal, Komunikasi yang pesannya
dikemas secara verbal disebut
7
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
komunikasi verbal. Jadi, komunikasi
verbal adalah penyampaian makna
dengan menggunakan kata-kata.
Komunikasi verbal pada penderita
gangguan bipolar dapat dilakukan
secara lisan maupun tulisan. Namun,
pada beberapa kasus adapula
penderita gangguan bipolar yang
tidak dapat berinteraksi secara verbal
dengan baik maka digunakan
komunikasi
nonverbal
sebagai
pendukung. Seperti yang dijelaskan
diatas komunikasi verbal itu meliputi
lisan dan tulisan, pada penelitian ini
rata-rata penderita gangguan bipolar
dapat berkomunikasi secara verbal
dengan baik sehingga pesan yang
disampaikan oleh psikiater tidak
terlalu sulit untuk disampaikan pada
penderita bipolar.
2. Nonverbal,
Komunikasi
yang
pesannya dikemas secara nonverbal
disebut komunikasi nonverbal. Pesan
nonverbal sangat efektif digunakan
untuk dapat mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan, dan dapat lebih
membantu pasien penderita gangguan
bipolar untuk mengerti isi pesan yang
disampaikan
oleh
psikiater.
Komunikasi
nonverbal
tidak
menggunakan kata-kata. Karena,
tidak semua penderita gangguan
bipolar memiliki kemampuan yang
sama dalam menangkap pesan secara
verbal,
terkadang
dengan
menggunakan pesan nonverbal dapat
lebih membantu penderita gangguan
bipolar untuk mengerti isi pesan
tersebut. Untuk itu psikiater jangan
menggunakan kata-kata yang tidak
dipahami pasien sangat dianjurkan
menggunakan bahasa sehari-hari, hal
ini bertujuan agar pasien penderita
gangguan bipolar dapat dengan
mudah memahami maksud dari
psikiater secara langsung.
Komunikasi
nonverbal juga
sama
pentingnya seperti komunikasi verbal
karena keduanya berpengaruh dalam
ISSN: 2355-6579
kelangsungan proses komunikasi. Dengan
adanya komunikasi nonverbal disini
adalah penunjang dalam komunikasi
verbal. Karena tanpa disadari setiap kita
melakukan komunikasi verbal secara tidak
sengaja kita sering juga menggunakan
komunikasi nonverbal seperti menggerakgerakan anggota tubuh kita. Maka dari itu
seperti yang dijelaskan pada bahasan
komunikasi verbal rata-rata penderita
gangguan bipolar dikomunitas bipolar care
Indonesia bandung dapat berkomunikasi
secara verbal dengan baik, akan tetapi ada
pula penderita gangguan bipolar yang
tidak dapat menerima pesan verbal dengan
baik oleh karena itu digunakanlah
komunikasi nonverbal untuk membantu
menyampaikan pesan. Dimana bentuk
komunikasi nonverbal yang dilakukan
berupa sentuhan, gerak tubuh dan lainlain. Dalam prakteknya pada saat psikiater
berkomunikasi secara pribadi terhadap
pasien, psikiater tidak terlepas dalam
komunikasi secara verbal ataupun
nonverbal karena dapat membantu
psikiater berkomunikasi dengan pasien
penderita bipolar.
Faktor-Faktor
Komunikasi
Antarpribadi Dalam Membantu Proses
Pemulihan Pasien Penderita Gangguan
Bipolar
1. Psikiater, Psikiater adalah dokter
spesialis kejiwaan yang mempunyai
keahlian dibidang psikologis pasien,
melalui bidang keilmuannya psikiater
merupakan tokoh sentral yang paling
mengerti bagaimana cara penanganan
terhadap pasien penderita gangguan
bipolar, sedangkan keluarga merupakan
salah satu faktor penting dalam proses
pemulihan penderita gangguan bipolar,
karena keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan paling dalam terhadap
pasien. Pasien penderita gangguan
bipolar akan selalu berinteraksi secara
intens dengan lingkungan terdekatnya
yaitu keluarga sehingga peranan
keluarga merupakan faktor kunci dalam
8
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
a.
b.
c.
d.
menunjang proses pemulihan pasien
penderita gangguan bipolar.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi
komunikasi antarpribadi yang dilakukan
oleh psikiater dan penderita bipolar,
yaitu:
Citra diri, merupakan gambaran
seseorang
tentang
dirinya
baik
kelemahan ataupun kelebihan serta
status yang dianggap pada masyarakat,
seorang psikiater memiliki citra diri
yang dianggap oleh masyarakat sebagai
dokter atau orang yang memiliki
kelebihan dibidang kejiwaan, dalam
menciptakan dan menjaga citra diri yang
baik, seorang psikiater perlu juga
menjaga hubungan komunikasi yang
baik dengan orang lain. Begitu juga
dalam penelitian ini peneliti mendapati
citra diri yang diperlihatkan oleh seorang
psikiater sebagai orang yang memiliki
kelebihan dibidang kejiwaan serta
sebagai dokter yang membantu proses
pemulihan terhadap pasiennya.
Citra pihak lain, citra pihak lain dalam
penelitian ini dapat diambil dari seorang
psikiater saat berkomunikasi dengan
pasien, psikiater berupaya berbicara
dengan lugas, lancar, tegas dan
meyakinkan saat berbicara dengan
pasien. Berbeda ketika psikiater
berbicara dengan atasannya atau
seseorang yang memiliki jabatan
diatasnya.
Lingkungan fisik, dimana seorang
psikiater harus menyesuaikan cara
berkomunikasi
sesuai tempat dan
dengan siapa psikiater berkomunikasi.
Lingkungan sosial, bentuk komunikasi
yang dilakukan oleh seorang psikiater
dipengaruhi oleh keadaan masyarakat,
terutama
keadaan
pasien
saat
berkomunikasi. Lingkungan sosial juga
mempengaruhi
mempengaruhi
komunikasi yang dilakukan psikiater dan
pasien, karena psikiater dan pasien
sebelumnya telah dipengaruhi oleh
lingkungan serta budaya mereka masingmasing.
ISSN: 2355-6579
e. Kondisi,
kondisi/keadaan
seorang
psikiater
saat
berkomunikasi
berpengaruh terhadap komunikasi yang
dilakukan psikiater terhadap pasiennya.
Contohnya; seorang psikiater yang
memiliki
waktu
luang
akan
mempengaruhi
hasil
diagnosanya
terhadap pasien dengan lebih baik dan
akurat, berbeda dengan psikiater yang
memiliki jadwal yang padat dan
memiliki banyak pasien yang harus
ditangani
saat
itu
juga
akan
mempengaruhi
keadaan
seorang
psikiater.
f. Bahasa badan, dalam prakteknya
psikiater saat berkomunikasi terhadap
pasien selalu menambahkan bahasa
badan, seperti exspresi wajah dan
gerakan
tangan
psikiater
saat
menjelaskan sesuatu kepada pasiennya.
Psikiater dalam proses pemulihan
merupakan faktor internal kedua setelah
keluarga,
dimana
psikiater
mengdiagnosa pasien tersebut mengidap
gangguan bipolar, berlanjut kepada
proses keputusan psikiater menentukan
cara pemulihan yang harus dilalui oleh
penderita bipolar. Apabila komunikasi
yang dilakukan psikiater tidak terdapat
hambatan maka proses interaksi pun
dapat dilaksanakan dengan lancar. Bagi
seorang pasien penderita bipolar,
psikiater dapat menjadi orang terdekat
atau
partnership
dalam
proses
pemulihan, namun dalam proses
psikiater menjadi partnership pasien
diharapkan pasien pun tidak merasakan
ketergantungan yang berlebih terhadap
psikiater. Karena psikiater dapat
dikatakan sebagai sarana pasien dalam
proses pemulihan.
2. Keluarga, Keluarga adalah kelompok
premier yang paling penting dalam
masyarakat sedangkan dalam hubungan
sosial, keluarga merupakan satu
kesatuan yang diikat oleh adanya saling
hubungan atau interaksi dan saling
mempengaruhi antara satu dengan
lainnya, walaupun diantara mereka tidak
9
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
terdapat hubungan darah. Keluarga
merupakan salah satu faktor internal
dalam pribadi pasien gangguan bipolar,
keluarga juga berfungsi sebagai orang
terdekat yang membantu pemulihan
pasien bipolar melalui komunikasi
sehari-hari yang dilakukan keluarga
pasien bipolar atau pun aktifitas keluarga
yang
mendukung
dalam
proses
pemulihan seperti setiap kali pasien
berkonsultasi atau berobat kepada
psikiater keluarga menjadi orang
terdekat yang selalu dapat menemani
pasien saat berkonsultasi kepada
psikiater atau bisa juga saat pasien
merasakan hal yang tidak diinginkan
oleh pasien maka keluarga menjadi
orang pertama yang dapat melindungi
pasien dari hal-hal negatif yang
kemungkinan muncul dari diri pasien
penderita gangguan bipolar.
Kedekatan Psikiater Pada Proses
Pemulihan Pasien Penderita Gangguan
Bipolar
1. Penyesuaian diri, Penyesuaian diri
adalah proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan hidup dalam
memenuhi kebutuhan sesuai dengan
lingkungan. Penyesuaian diri lebih
bersifat suatu proses sepanjang hayat,
dan manusia terus menerus berusaha
menemukan dan mengatasi tekanan dan
tantangan hidup guna mencapai pribadi
yang sehat. Penyesuaian sebagai suatu
proses kearah hubungan yang harmonis
antara tuntutan internal dan eksternal.
Dalam proses penyesuaian diri dapat
saja muncul konflik, tekanan dan
frustrasi, dan individu di dorong meneliti
berbagai kemungkinan perilaku untuk
membebaskan diri dari ketegangan.
Individu di katakan berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri apabila ia
dapat memenuhi kebutuhannya dengan
cara-cara yang wajar dapat di terima
oleh liungkungan tanpa merugikan atau
mengganggu
lingkungannya.
Penyesuaian diri dalam komunikasi
antarpribadi psikiater kepada pasien
ISSN: 2355-6579
gangguan bipolar sangat diperlukan
karena,
setiap
pasien
memiliki
kebutuhan, keinginan & harapan yang
berbeda-beda begitu pula dari watak,
sifat, cara berbicara & personality pasien
gangguan bipolar yang tidak selamanya
sama, maka seorang psikiater diharapkan
dapat menyesuaikan diri dengan
berbagai macam perbedaan yang ada
pada diri pasien gangguan bipolar agar
komunikasi antarpribadi dengan pasien
gangguan bipolar dapat dilakukan secara
efektif tanpa adanya hambatan.
2. Attitude adalah sikap, tingkah laku atau
perilaku seseorang dalam berinteraksi
ataupun berkomunikasi dengan sesama
manusia. Attitude itu sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
yang bersikap sopan santun, belum tentu
memiliki
attitude
yang
bagus.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki
atttitude tinggi, belum tentu juga
memiliki sikap sopan santun. Jadi
diperlukan sikap keseimbangan antara
"attitude" dan "sopan santun" agar kita
bisa menjadi orang yang bermoral baik.
Attitude bekerja dengan hati nurani.
Apabila attitude diterapkan pada
kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan
tanggung jawab yang besar akan hasil
dan menimbulkan pengaruhnya kepada
masyarakat. Attitude komunikasi yang
tidak boleh dilanggar oleh psikiater
dalam berhubungan dengan pasien
penderita gangguan bipolar, seperti
prinsip
kerahasiaan,
diskriminasi,
memanfaatkan
pasien
penderita
gangguan bipolar untuk kepentingan
pribadi. Banyak dari rambu-rambu ini
yang sangat di pengaruhi oleh budaya,
dan karenanya merupakan “advantage”
bagi dokter Indonesia. Komunikasi
psikiater dengan pasien penderita
gangguan bipolar mengarah pada
terciptanya
hubungan
kemitraan
(partnership) antara keduanya. Psikiater
menguasai ilmu kedokteran, namun pada
akhirnya pasien gangguan bipolar yang
“berhak” atas kehidupannya. Karena itu
10
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
psikiater perlu mendengarkan dan
merespon keluhan, kekhawatiran pasien
penderita gangguan bipolar. Psikiater
juga harus membantu pasien penderita
gangguan bipolar menetapkan pilihan
pengobatan terbaik melalui pemberian
informasi yang dibutuhkan pasien
penderita gangguan bipolar. Hubungan
psikiater dengan pasien penderita
gangguan bipolar bersifat unik. Meski
terjadi transaksi material diantara
keduanya, namun kenyataannya kualitas
hubungan sangat dipengaruhi oleh
tingkat kepercayaan pasien bipolar
terhadap
psikiater.
Sebaliknya
kepercayaan itu sangat dipengaruhi oleh
seberapa jauh dokter menunjukan
penghormatan terhadap kehidupan dan
pribadi pasien gangguan bipolar.
Hambatan
Psikiater
Saat
Berkomunikasi
Dengan
Pasien
Penderita Gangguan Bipolar Pada
Proses Pemulihan
Komunikasi efektif antara psikiater dan
pasien penderita gangguan bipolar adalah
hal yang paling sentral untuk keberhasilan
terapi. Keberhasilan membangun pola
komunikasi yang baik akan sangat
menentukan persepsi mengenai kualitas
layanan yang bermutu. Kebanyakan
ketidakpuasan dari pihak pasien bipolar
biasanya disebabkan karena ketiadaan
komunikasi yang baik. Masih banyak
psikiater yang membutuhkan capacity
building dibidang komunikasi. Selama ini
anggapan umum mengatakan bahwa
psikiater Indonesia kurang komunikatif
atau peduli dengan kondisi pasien
gangguan bipolar. Tantangan Masyarakat
Ekonomi
ASEAN
(MEA)
2015
seharusnya menjadi titik tolak bagi
perubahan
pola
komunikasi
yang
menempatkan psikiater/dokter berkuasa
penuh atas hidup dan kualitas hidup
pasien.
Hambatan yang ada pada komunikan
berupa keadaan saat menerima pesan,
misalnya kurang perhatian pada saat
menerima /mendengarkan pesan, sikap
ISSN: 2355-6579
prasangka tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi lebih lanjut. Keadaan
dan kondisi komunikan yang terjadi pada
komunikasi psikiater dan pasien sangat
dipengaruhi oleh mood dan emosi
komunikan yang tidak stabil hal ini
menjadi hambatan bagi psikiater dalam
berinteraksi pada pasien penderita bipolar.
Suasana hati komunikan sebagai pasien
penderita bipolar memiliki suasana hati
yang dapat berganti-ganti secara tiba-tiba
antara dua kutub bipolar yang berlawanan
yaitu saat kebahagiaan yang berlebih
(mania) dan kesedihan (depresi) yang
berlebih tanpa pola waktu yang pasti, hal
tersebut tentunya sangat mengganggu
interaksi yang dilakukan psikiater pada
pasiennya dan menjadi hambatan yang
muncul dari diri pribadi komunikan. Maka
diharapkan psikiater terutama saat
berkomunikasi menggunakan bahasa yang
mudah di mengerti oleh pasien bipolar.
Komunikasi berjalan efektif apabila
selama
berlangsungnya
komunikasi
hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi.
Komunikator yang baik adalah orang yang
mampu mengendalikan komunikasi atau
mengarahkan komunikasi agar tidak
berbenturan
dengan
hambatan
komunikasi. Dalam hal ini peneliti
menyimpulkan mood pasien yang tidak
stabil
dapat
menghambat
proses
komunikasi. Karena pada saat psikiater
menyampaikan pesan namun pasien
berada pada posisi mood yang tidak
setabil tentunya dapat mempengaruhi
pasien dalam menerima atau memahami
isi pesan. Solusinya adalah pasien
diharapkan saat berkonsultasi harus
didampingi oleh orang terdekat, baik
teman ataupun keluarga.
Sesuai dengan asumsi teori penetrasi
sosial, dalam mengidentifikasi proses
meningkatnya sikap keterbukaan dan
keintiman dalam sebuah hubungan dan
merupakan teori yang formatif dalam
sejarah intelektual pada teori hubungan.
Teori penetrasi sosial didasarkan pada
pengamatan
atas
tradisi
panjang
11
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
bagaimana suatu hubungan dibangun.
menjelaskan bagaimana proses hubungan
antara psikiater dengan pasien penderita
gangguan bipolar dimana terjadi proses
gradual yaitu semacam proses adaptasi
diantara keduanya yaitu semacam proses
adaptasi diantara keduanya. Kedua tokoh
tersebut mengibaratkan manusia seperti
bawang merah yang terdiri dari beberapa
layer. Layer tersebut berarti lapisan
kepribadian:
1. Lapisan terluar
2. Lapisan semi-private
3. Lapisan pivate.
Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh
pada
proses
pemulihan
penderita
gangguan bipolar, karena lapisan terluar
adalah faktor sosial atau publik, dimana
penderita gangguan bipolar juga sangat
membutuhkan dukungan sosial. Lapisan
semi-private adalah faktor orang-orang
terdekat seperti psikiater, dalam proses
pemulihan psikiater sangat berperan
penting karena dengan adanya komunikasi
antarpribadi psikiater pada pasien
penderita
gangguan
bipolar
dapat
membantu proses pemulihan sehingga
pasien bisa belajar kesadaran diri/self
awareness, dalam menstabilkan emosinya.
Lapisan private adalah faktor diri sendiri
dengan tuhan, dimana faktor ini sangat
membantu pasien penderita bipolar untuk
pulih kembali dengan mendekatkan
dirinya kepada tuhan maha kuasa yang
menciptakan seluruh isi alam semesta ini.
Teori tersebut kita bisa mengetahui
bagaimana psikiater berinteraksi dengan
pasien dilihat dari bentuk komunikasi
antarpribadinya, faktor-faktor komunikasi
antarpribadi yang membantu proses
pemulihan pasien penderita gangguan
bipolar, serta kedekatan psikiater pada
pasien dan hambatan-hambatan yang
dihadapi psikiater saat berkomunikasi
dengan pasien penderita gangguan bipolar
pada proses pemulihan.
KESIMPULAN
ISSN: 2355-6579
1. Bentuk komunikasi antarpribadi yang
digunakan psikiater dalam berinteraksi
dengan pasien penderita gangguan
bipolar menggunakan pesan verbal dan
nonverbal, karena akan mempermudah
psikiater dalam menyampaikan pesan
agar komunikasi berjalan dengan
efektif.
2. Faktor komunikasi antarpribadi yang
membantu proses pemulihan pasien
penderita bipolar yang pertama adalah
keluarga. Keluarga merupakan salah
satu faktor internal, keluarga juga
berfungsi sebagai orang terdekat yang
membantu proses pemulihan pasien
bipolar, dalam proses pemulihan
psikiater merupakan faktor internal
kedua setelah keluarga, dimana
psikiater mengdiagnosa pasien tersebut
mengidap gangguan bipolar, berlanjut
kepada proses keputusan psikiater
menentukan cara pemulihan yang
harus dilalui oleh penderita bipolar.
Apabila komunikasi yang dilakukan
psikiater tidak terdapat hambatan maka
proses
interaksi
pun
dapat
dilaksanakan dengan efektif.
3. Kedekatan psikiater pada pasien
penderita bipolar dengan penyesuaian
diri dalam komunikasi antarpribadi
karena, setiap pasien memiliki
kebutuhan, keinginan & harapan yang
berbeda-beda begitu pula dari watak,
sifat, cara berbicara & personality
pasien gangguan bipolar yang tidak
selamanya sama, maka seorang
psikiater
diharapkan
dapat
menyesuaikan diri dengan berbagai
macam perbedaan yang ada pada diri
pasien
gangguan
bipolar
agar
komunikasi antarpribadi dengan pasien
gangguan bipolar dapat dilakukan
secara efektif tanpa adanya hambatan.
4. Hambatan yang ada pada komunikan
berupa keadaan saat menerima pesan,
misalnya kurang perhatian pada saat
menerima/mendengarkan pesan, sikap
prasangka tanggapan yang keliru dan
tidak mencari informasi lebih lanjut.
12
Jurnal Komunikasi, Vol. 2, No. 2 September 2015
Keadaan dan kondisi komunikan yang
terjadi pada komunikasi psikiater dan
pasien sangat dipengaruhi oleh mood
dan emosi komunikan yang tidak stabil
hal ini menjadi hambatan bagi psikiater
dalam berinteraksi pada pasien
penderita bipolar. Suasana hati
komunikan sebagai pasien penderita
bipolar memiliki suasana hati yang
dapat berganti-ganti secara tiba-tiba
antara dua kutub bipolar yang
berlawanan yaitu saat kebahagiaan
yang berlebih (mania) dan kesedihan
(depresi) yang berlebih tanpa pola
waktu yang pasti, hal tersebut tentunya
sangat mengganggu interaksi yang
dilakukan psikiater pada pasiennya dan
menjadi hambatan yang muncul dari
diri pribadi komunikan
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi
Komunikasi. Bandung: Rosdakarya
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode
Penelitian Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2005. TeoriTeori Psikologi Sosial. Jakarta:
Rajawali Pers.
Wikipedia.org/wiki/gangguan_bipolardiun
duh20/05/2016
REFERENSI
Amir, Nurmiati. 2009. Gangguan Mood
Bipolar. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran.
Cheney Terry, 2010, Manic (Perjuangan
Melawan Manik Depresi)
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu
Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: Rosdakarya.
Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan
Metodelogi
Penelitian
Sosial
Empiris
Klasik.
Jakarta
:
Departemen Ilmu komuniskasi
FISIP Universitas Indonesia.
Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi
Antarpribadi
dan
Medianya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
http://www.anneahira.com/pengertianpsikiater.htmdiunduh20/05/2016
Liliweri,
Alo.
1997.
Komunikasi
Antarpribadi.
Bandung:
Citra
Aditya Bakti.
Moleong, Lexy. 2007. Metodelogi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
ISSN: 2355-6579
13
Download