kerangka kebijakan akselerasi perbaikan gizi pada 1000 hari

advertisement
Versi 5 Sept ‘12
PEDOMAN PERENCANAAN PROGRAM
GERAKAN SADAR GIZI DALAM RANGKA SERIBU HARI PERTAMA
KEHIDUPAN (1000 HPK)
REPUBLIK INDONESIA
AGUSTUS 2012
KATA PENGANTAR
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Sasaran pembangunan pangan dan gizi dalam RPJMN 2010-2014 dan RAN-PG 2011-2015
adalah menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita, termasuk stunting. Beberapa program
dan kegiatan pembangunan nasional telah dilakukan untuk mendukung sasaran tersebut. Seiring
dengan hal tersebut, gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama
kehidupan pada tataran global disebut Scalling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut
dengan Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari
Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK).
SUN (Scaling Up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara dalam
rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Gerakan ini
merupakan respon negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi di sebagian besar negara
berkembang dan akibat kemajuan yang tidak merata dalam mencapai Tujuan Pembangunan
Milenium/MDGs (Goal 1).
Gerakan 1000 HPK bukanlah inisiatif, institusi maupun pembiayaan baru melainkan
meningkatkan efektivitas dari inisiatif yang telah ada yaitu meningkatkan koordinasi termasuk
dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, dan kemitraan inovatif, dan partisipasi untuk
meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, dan pembangunan. Hal ini perlu didukung
dengan kepemimpinan nasional dan daerah yang cukup kuat, meningkatkan partisipasi seluruh
pemangku kepentingan, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dunia usaha, organisasi profesi
dan lembaga kemasyarakatan.
Tiga elemen dari Gerakan 1000 HPK adalah: (i) Aksi pada tingkat Nasional. Untuk itu
diperlukan kepemimpinan yang kuat, berdasarkan atas data epidemiologi gizi, dan kapasitas untuk
menangani masalah gizi. (ii) Didasarkan atas bukti yang nyata dan intervensi yang cost-effective.
(iii) Pendekatan bersifat multisektor dengan prinsip kemitraan dalam hal jaminan ketahanan
pangan, proteksi sosial, kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, kesetaraan gender, dan tata
kelola Pemerintahan yang baik.
Tiga strategi dalam Gerakan 1000 HPK adalah: (i) mobilisasi berbagai organisasi untuk
melakukan upaya bersama secara efektif, (ii) mendorong keterpaduan antar institusi, dan (iii)
mengidentifikasi dan mendorong kepemimpinan di bidang gizi.
Dengan adanya Gerakan Nasional Sadar Gizi Dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan) diharapkan semua
pemangku kepentingan mempunyai persepsi, komitmen dan langkah nyata yang terkoordinasi
dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran untuk gerakan 1000 HPK ini di berbagai
tingkat administrasi baik di pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Keberhasilan dari gerakan 1000
HPK ini selain ditentukan oleh perencanaan yang sistematis dan terpadu, juga ditentukan oleh
kepemimpinan di berbagai tingkat administrasi.
Jakarta, Agustus 2012
TIM PENYUSUN
1
ASI
:
Air Susu Ibu
BBLR
:
Berat Badan Lahir Rendah
GNP
:
Gross National Product
IUGR
:
Intra Uterine Growth Retardation
KIE
:
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
KMS
:
Kartu Menuju Sehat
KUKP
:
Kebijakan Umum Ketahan Pangan
PTM
:
Penyakit Tidak Menular
RAN-PG
:
Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi
RAD-PG
:
Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi
RISKESDAS
:
Riset Kesehatan Dasar
SUN
:
Scaling Up Nutrition
1000 HPK
:
Seribu Hari Pertama Kehidupan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
DAFTAR SINGKATAN
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………
1
DAFTAR SINGKATAN …………………………………………………………………………………………………………..
2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………………..
3
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………………………………………...........
4
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………………………………………….
5
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………….
6
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………………..…........
6
B. Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan ……………………………………………………………………….
7
C. Tujuan Pedoman ………………………………………………………………………………………………………..…
7
D. Pengguna Pedoman …………………………………………………………………………………………………….
7
BAB II. GERAKAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN ……………………………………………………….
8
A. Visi, Misi dan Goals Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan ……………………………………..
8
B. Tahapan Gerakan ………………………………………………………………………………………………………….
8
C. Strategi Gerakan ………………………………………………………………………………………………………….
11
D. Kemitraan dalam Gerakan ……………………………………………………………………………………………. 12
1. Pemangku Kepentingan ……………………………………………………………………………………….
12
2. Kegiatan Utama Pemangku Kepentingan …………………………………………………………….. 13
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
BAB III. KERANGKA PERUMUSAN INTERVENSI GIZI ………………………………………………………….
16
A. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi ………………………………………………………………………... 16
B. Jenis-jenis Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif …………………………………………………...…........
16
C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Intervensi Gizi ………………………………………………………..
18
BAB IV. PERENCANAAN KEGIATAN UNTUK INTERVENSI GIZI SPESIFIK DAN SENSITIF.... 19
A. Pengantar …………………………………………………………………………………………………..………………..
19
B. Langkah-langkah Penyusunan Rencana ……………………………………………………...………………. 19
C. Rincian Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif ………………………………………………….. 19
BAB V. MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN 1000 HPK …………………………………………….. 22
A. Indikator Proses ……………………………………………………………………………………………………………
22
B. Indikator Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif ……………………………………………………………..
23
C. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi …………………………………………………………………………... 24
D. Indikator Hasil ……………………………………………………………………………………………………………… 25
E. Kelembagaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi ……………………………………………..
26
BAB VI. PENUTUP …………………………………………………………………………………………………………………..
28
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………………………………... 29
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………………………………..……….
3
30
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Indikator dan Data Dasar .......................................................................................
8
Tabel 2
Rencana Kegiatan Utama Pemerintah ..............................................................
13
Tabel 3
Rencana Kegiatan Utama Donor .......................................................................... 14
Tabel 4
Rencana Kegiatan Utama Lembaga Sosial Kemasyarakatan ..................... 14
Tabel 5
Rencana Kegiatan Utama Dunia Usaha ………………………………………….….
Tabel 6
Rencana Kegiatan Utama UN System ................................................................ 15
Tabel 7
Identifikasi Masalah Dalam Pelaksanaan Pelayanan Gerakan 1000
Hari Pertama Kehidupan ......................................................................................
Tabel 8
Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Spesifik ............................................ 20
Tabel 9
Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Sensitif ............................................. 21
Tabel 10
Indikator Proses .........................................................................................................
Tabel 11
Indikator Spesifik ........................................................................................................ 23
Tabel 12
Indiaktor Sensitif ......................................................................................................... 24
Tabel 13
Indikator Hasil ………………………………...................................................................... 25
Tabel 14
Pelaporan ………………………………………………………………………………………….
30
Tabel 15
Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik Pada Kelompok Ibu Hamil ….
31
Tabel 16
Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok 0-6 Bulan …… 33
Tabel 17
Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok 7-24 Bulan …. 34
Tabel 18
Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Sensitif ………………………………………………. 38
15
22
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
18
4
DAFTAR GAMBAR
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gambar 1.
5
Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi …………………………….................
16
BAB I. PENDAHULUAN
Ibu hamil, ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta)
merupakan kelompok sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama
manusia. Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya
konsepsi hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan
730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden
periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik
akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (window of opportunity).
Untuk itu diperlukan dua kelompok intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif. Yang dimaksud dengan intervensi gizi sensitif adalah adalah berbagai
kegiatan yang cukup cost effective untuk mengatasi masalah gizi khususnya masalah gizi
stunting (anak pendek jika dibandingkan dengan standar normal). Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2010, prevalensi stunting rata-rata nasional sebesar 36 persen. Sedangkan yang
dimaksud dengan intervensi spesifik adalah berbagai kegiatan program pembangunan yang
memberi pengaruh terhadap status gizi masyarakat terutama kelompok 1000 hari pertama,
misalnya penanggulangan kemiskinan, pendidikan, gender, air bersih, sanitasi dan kesehatan
lingkungan. Kegiatan sensitif ini merupakan kegiatan yang bersifat multi dan lintas sektor.
Intervensi gizi spesifik telah banyak dilaksanakan pada perbaikan gizi masyarakat di
Indonesia dan umumnya ditangani oleh kementerian kesehatan. Hampir semua intervensi gizi
spesifik telah dilaksanakan, namun cakupan dan kualitas kegiatan dari intervensi gizi spesifik
itu masih rendah.
Kegiatan gizi sensitif yang bersifat lintas sektoral, Indonesia telah mempunyai
pengalaman yang cukup panjang dan menunjukkan hasil yang baik. Misalnya pada saat
pelaksanaan program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) pada tahun 1970-1980-an. Pada
Program UPGK tersebut paling tidak melibatkan sektor kesehatan, pertanian, BKKBN, dalam
negeri dan organisasi kemasayarakatan (PKK). Namun sejak terjadinya krisis multi dimensi
pada tahun 1997-1998, kegiatan gizi sensitif ini mengalami kemunduran. Contoh lain dari
intervensi gizi sensitif adalah kegiatan yodisasi garam, yang melibatkan beberapa sektor
penting yaitu kesehatan, perindustrian, Badan POM, perdagangan dan dalam negeri. Contoh
lainnya adalah bantuan langsung bersyarat (conditional cash transfer) yang di Indonesia nama
programnya dikenal dengan nama Program Keluarga Harapan (PKH) yang tujuannya untuk
memperbaiki keadaan kesehatan dan gizi ibu hamil dan anak balita yang melibatkan sektor
sosial, pendidikan, kesehatan, dan dalam negeri.
Dalam perbaikan gizi masyarakat, kontribusi intervensi gizi sensitif lebih besar yaitu
sekitar 70 persen dibanding dengan intervensi spesifik yang hanya 30 persen. Oleh karena itu
kedua intervensi gizi tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan dan komprehensif.
Gerakan perbaikan gizi dengan fokus terhadap kelompok 1000 hari pertama kehidupan
pada tataran global disebut Scalling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan
Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan disingkat Gerakan 1000 HPK).
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
A. Latar Belakang
6
B.
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Gerakan 1000 HPK bukanlah inisiatif, institusi maupun pembiayaan baru melainkan
meningkatkan efektivitas dari inisiatif yang telah ada yaitu meningkatkan koordinasi termasuk
dukungan teknis, advokasi tingkat tinggi, dan kemitraan inovatif, dan partisipasi untuk
meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat, dan pembangunan. Hal ini perlu
didukung dengan kepemimpinan nasional dan daerah yang cukup kuat, meningkatkan
partisipasi seluruh pemangku kepentingan, bukan hanya dari pemerintah tetapi juga dunia
usaha, organisasi profesi dan lembaga kemasyarakatan.
Tiga elemen dari Gerakan 1000 HPK adalah: (i) Aksi pada tingkat Nasional. Untuk itu
diperlukan kepemimpinan yang kuat, berdasarkan atas data epidemiologi gizi, dan kapasitas
untuk menangani masalah gizi. (ii) Didasarkan atas bukti yang nyata dan intervensi yang
cost-effective. (iii) Pendekatan bersifat multisektor dengan prinsip kemitraan dalam hal
jaminan ketahanan pangan, proteksi sosial, kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi,
kesetaraan gender, dan tata kelola Pemerintahan yang baik.
Tiga strategi dalam Gerakan 1000 HPK adalah: (i) mobilisasi berbagai organisasi untuk
melakukan upaya bersama secara efektif, (ii) mendorong keterpaduan antar institusi, dan
(iii) mengidentifikasi dan mendorong kepemimpinan di bidang gizi.
C. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Pedoman ini bertujuan untuk menjadi acuan bagi berbagai pihak terkait dalam menyusun
perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatankegiatan gizi yang bersifat spesifik dan sensitif.
Tujuan Khusus
1. Tersedianya pilihan kegiatan gizi yang bersifat spesifik dan Sensitif, sesuai dengan
masalah gizi dan tugas masing-masing pemangku kepentingan;
2. Teridentifikasinya kebutuhan sumber daya pendukung
3. Tersedianya bahan advokasi yang sederhana dan mudah dipahami.
D. Pengguna Pedoman
Pengguna dari buku pedoman ini adalah: :
1. Unit perencana dan pelaksana di Kementerian dan Lembaga Pemerintahan yang
terkait dengan perbaikan gizi masyarakat,
2. Unit perencana dan pelaksana pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota,
3. Lembaga legislatif baik di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten dan kota,
4. Pemangku kepentingan lain yang berasal dari lembaga swasta, LSM, organisasi
profesi, perguruan tinggi, dan mitra kerja internasional.
7
BAB II. GERAKAN 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
A. VISI, MISI DAN GOALS GERAKAN 1000 HPK
i.
Visi
Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi untuk memenuhi hak dan berkembangnya
potensi ibu dan anak
ii.
Misi:
1. Menjamin kerjasama antar berbagai pemangku kepentingan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi setiap ibu dan anak
2. Menjamin dilakukannya pendidikan gizi secara tepat dan benar untuk
meningkatkan kualitas asuhan gizi ibu dan anak
iii.
Goals
Tabel 1. Tabel Indikator dan Data Dasar
No
Indikator
Data Dasar
(Baseline)
RPJMN
2014
SUN
Movement
WHO
2025
2015
Menurunkan proporsi anak balita
yang stunting sebesar 40 persen
2
Menurunkan proporsi anak balilta
yang menderita kurus (wasting)
kurang dari 5 persen.
Menurunkan anak yang lahir berat
badan rendah sebesar 30 persen
Tidak ada kenaikan proporsi anak
yang mengalami gizi lebih
3
4
5
6
Menurunkan proporsi ibu usia subur
yang menderita anemia sebanyak 50
persen
Meningkatkan prosentase ibu yang
memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan paling kurang 50 persen
35,6 %
(2010)
< 32 %
17,9 %
(2010)
< 15%
< 32 %
8,8 % (2010)
< 8,5 %
14,2 %
(2010)
Kenaikan tidak
melebihi
0,45% per
tahun
40 % (2001)
25 %
15,3 %
(2010)
20%
< 32
%
B. TAHAPAN GERAKAN 1000 HPK
i. Tahap Satu: Analisa Kondisi saat ini
1.
Komitmen politik untuk upaya perbaikan gizi masyarakat cukup kuat baik dalam
bentuk UU, PP, Perpres, Permen, dan Perda.
2.
Program perbaikan gizi secara nyata sudah dilaksanakan oleh K/L sesuai dengan
tugas pokok misalnya oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian,
Kementerian Perindustrian, Kementerian dalam Negeri, Kementerian Pendidikan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
1
8
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
dan Kebudayaan, Kementerian Sosial. Namun demikian upaya dari setiap K/L
tersebut masih terfragmentasi, belum diarahkan kepada goals yang disepakati.
Untuk meningkatkan kerjasama antar K/L sejak tahun 2000 telah disusun Rencana
Aksi Pangan dan Gizi Nasional (RAPGN) untuk setiap 5 tahun. Di tingkat daerah
telah pula disusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RADPG) melai tahun
2011.
3.
Sampai dengan tahun 2012 upaya perbaikan gizi masyarakat diarahkan terhadap
semua kelompok umur dengan sasaran utama mengatasi masalah kekurangan gizi
baik gizi kurang maupun gizi buruk. Sejak adanya Gerakan 1000 HPK dilakukan reorientasi penajaman sasaran yaitu fokus terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan
anak dibawah dua tahun terutama untuk mengatasi masalah stunting. Hal ini
didasarkan atas hasil Riskesda 2007 dan 2010 yang menunjukkan bahwa prevalensi
stunting adalah 36, 8 persen dan 35,6 persen. Data lain dari Riskesdas 2010
menunjukkan bahwa prosentase anak BBLR
8,8 persen, wasting 13,3 persen,
anemia pada wanita usia subur, ASI ekslusif 15,3 persen (2010).
4.
Untuk mengatasi masalah gizi pada dasarnya telah dilaksanakan program gizi yang
bersifat spesifik maupun program yang bersifat sensitif. Namun demikian ada
beberapa kegiatan gizi spesifik yang belum dilaksanakan yaitu antara lain
pemberian Kalsium pada ibu hamil dan pemberian Zink pada anak, selain itu
cakupan dari kegiatan program spesifik masih rendah. Kegiatan gizi yang bersifat
sensitif pada dasarnya sudah dilaksanakan sejak lama sejak UPGK, namun masih
perlu ditingkatkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan
evaluasi di berbagai tingkat administrasi.
5.
Dukungan sumber daya keuangan untuk pelaksanaan perbaikan gizi masih
terbatas, baik dalam APBN maupun dalam APBD. Walaupun terdapat
kecenderungan peningkatan anggaran setiap tahunnya terutama dalam APBN.
ii. Tahap Dua: Penyiapan Gerakan
9
1.
Komitmen politik untuk meningkatkan upaya perbaikan gizi cukup tinggi, hal ini
dibuktikan dengan diterbitkannya Perpres No…… tentang Gerakan Nasional
sadar gizi yang berisikan tentang tujuan, strategi, sasaran, kegiatan dan
pelaksanaan perbikan gizi baik ditingkat nasional maupun tingkat daerah. Semua
K/L yang mempunyai peranan penting dalam upaya perbaikan gizi telah
ditetapkan sebagai naggota yang dipimpin oleh Menkokesra yangbertanggung
jawab langsung kepada Presiden.
2.
Untuk memperkuat platform kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya
perbaikan gizi telah dirumuskan Kerangka Kebijakan Akselerasi Perbaikan Gizi Pada
1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk Negeri Dan Buku Pedoman Perencanaan
Program Akselerasi Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Untuk
Negeri. Diharapkan dengan adanya platform ini maka setiap pemangku
kepentingan mempunyai persepsi dan langkah – langkah yang sama untuk
mempercepat pencapaian upaya perbaikan gizi.
3.
Saat ini sedang disusun dua buah dokumen yaitu Naskah Akademik dan Pedoman
Perencanaan Program Akselerasi Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan untuk Negeri yang menjadi landasan upaya percepatan perbaikan gizi
baik di pusat maupun daerah yang didasarkan pada Perpres Gerakan Nasional
Sadar Gizi.
4.
Kegiatan intervensi gizi yang bersifat spesifik telah disepakati dan akan
ditingkatkan pelaksanaannya dengan dukungan kerjasama lintas program dan
lintas sektor yang terkait.
5.
Peningkatan mobilisasi pembaiayaan untukmendukung pelaksanaan program
perbaikan gizi terutama di daerah melaluipeningkatan APBD provinsi maupun
kabupaten dan kota.
1.
Pada tataran eksekutif akan ditetapkan ketua gugus tugas Gerakan Nasional Sadar
Gizi yang dipimpin oleh Menkokesra. Untuk membantu tugas gugus tugas ini
terdapat tim teknis yang dipimpin oleh Wamen PPN/Waka Bappenas. Pada tataran
legislatif telah dibentuk Kaukus Kesehatan yang tugas utamanya untuk
meningkatkan kesadaran dan dukungan politik dan anggaran dari anggota
legeslatif untuk program-program kesehatan dan perbaikan gizi.
2.
Berfungsinya gugus tugas Gerakan Nasional Sadar Gizi (dalam perpres) yang tugas
pokoknya mengkoordinasikan dan mensinkronkan penyusunan rencana dan
program kerja pada K/L dengan melaksanakan rapat koordinasi minimal satu kali
setiap tiga bulan.
3.
Terlaksananya pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan lintas sector dalam
upaya perbaikan gizi baik di tingkat nacional maupun tingkat daerah dengan cara
memonitor secara reguler pelaksanaan RANPG, RADPG dan platform Gerakan 1000
HPK.
4.
Terlaksananya program gizi sensitif oleh berbagai K/L terkait untuk mendukung
pelaksanaan program gizi yang spesifik.
5.
Menganalisis kesenjangan kebutuhan dana untuk pelaksanaan program perbaikan
gizi dan secara bertahap memenuhi kesenjangan tersebut baik dalam anggaran
APBN maupun APBD.
iv. Tahap Empat: Memelihara Kesinambungan Gerakan
1. Menjaga kelangsungan kepemimpinan untuk peningkatan program perbaikan gizi
secara terus menerus sesuai dengan penugasan dalam Perpres.
2. Memperkuat kinerja gugus tugas baik ditingkat nasional maupun di tingkat daerah
(provinsi dan kabupaten dan kota).
3. Memperkuat pelaksanaan kerjasama antar sektor melalui sinkronisasi kebijakan
antar sektor baik di pusat maupun daerah.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
iii. Tahap Tiga : Pelaksanaan dan Pengorganisasian Gerakan
10
4. Memperluas dan meningkatkan kegiatan gizi spesifik dan kegiatan gizi sensitif
sehingga menjangkau seluruh sasaran program.
5. Menjamin ketersediaan anggaran yang memadai baik APBN maupun APBD untuk
program perbaikan gizi dengan cara pemahaman bersama antara eksekutif dan
legeslatif.
C. STRATEGI GERAKAN 1000 HPK
a. Strategi Nasional
Tahap pertama: membangun komitmen dan kerjasama antar pemangku kepentingan.
Tahap kedua: Mempercepat pelaksanaan Gerakan Nasional Sadar Gizi, meningkatkan
efektifitas dan meningkatkan sumber pembiayaan.
Tahap ketiga: Memperluas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas pelaksanaan
dan memelihara kesinambungan kegiatan untuk mencapai indikator dampak yang
sudah disepakati.
b. Strategi Pelaksanaan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
1. Meningkatkan kapasitas kerjasama antar pemangku
percepatan kegiatan perbaikan gizi berdasarkan bukti.
11
2. Meningkatkan kapasitas
kepentingan
kepentingan
untuk
untuk memfasilitasi kerjasama antar pemangku
3. Meningkatkan kapasitas untuk melaksanakan kerjasama
menguntungkan antar berbagai pemangku kepentingan.
yang
saling
4. Meningkatkan kapasitas untuk pemantauan dan evaluasi kinerja bersama dalam
rangka pencapaian sasaran perbaikan gizi.
5. Meningkatkan kapasitas untuk identifikasi dengan berbagi pengalaman atau
model-model intervensi terkait untuk meningkatkan pemahaman dalam
pencapaian sasaran dan hal-hal yang harus dicegah.
6. Meningkatkan kapasitas untuk advokasi dalam rangka peningkatan komitmen
politik dan mobilisasi sumberdana dan bantuan teknis.
c. Strategi Mobilisasi Sumber Daya
1. Menghitung kebutuhan anggaran untuk program perbaikan gizi.
2. Menghitung kesenjangan anggaran antara kebutuhan dan ketersediaan saat ini.
3. Membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan secara terpadu baik dalam
penganggaran untuk intervensi spesifik gizi maupun kebijakan sensitif gizi jauh
lebih efektif jika dibandingkan bila dilaksanakan secara terpisah.
4. Mengkoordinasikan kegiatan advokasi secara nasional dan global untuk
mengurangi kesenjangan penganggaran dan untuk mobilisasi sumber daya
d. Prinsip-prinsip keterlibatan dalam Gerakan 1000 HPK
1. Transparan: semua pemangku kepentingan menunjukkan hasil dari aksi bersama
secara transparan dan jujur.
2. Inklusif: melalui kerjasama kemitraan antar pemaku
meningkatkan intervensi dan hasil yang diinginkan
kepentingan
untuk
3. Berbasis hak: bertindak sejalan dengan komitmen menegakkan keadilan dan hak
bagi semua perempuan, pria, dan anak-anak.
4. Kemauan untuk bernegosiasi: saat konflik muncul, secara bersama bertekad untuk
menyelesaikan konflik dan menuju arah yang lebih baik
5. Tanggungjawab bersama: semua pemangku kepentingan memiliki rasa
tanggungjawab bersama dalam menyelenggarakan kegiatan secara kolektif
sebagai bukti komitmen bersama.
6. Cost-effective: menyusun beberapa prioritas berdasarkan analisis berbasis bukti
dan menetapkan prioritas yang mempunyai daya ungkit paling besar dalam
pencapaian target namun dengan dana yang paling minimal.
7. Komunikasi terus menerus: komunikasi melalui berbagi pengalaman secara rutin
antar pemangku kepentingan termasuk hal yang berhasil dan yang gagal.
1. Pemangku Kepentingan
a. Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator gerakan 1000 HPK,
yang terdiri dari K/L, donor, organisasi masyarakat, dunia usaha dan mitra
pembangunan.
b. Donor
Tugas donor adalah untuk memperkuat kepemilikan nacional dan kepemimpinan,
berfokus pada hasil, mengadopsi pendekatan multisektoral, memfokuskan pada
efektivitas, mempromosikan akuntabilitas dan memperkuat kolaborasi dan inklusi
(melalui kerjasama kemitraan antar pemaku kepentingan untuk meningkatkan
intervensi dan hasil yang diinginkan).
c. Organisasi Kemasyarakatan
Tugas organisasi kemasyarakatan adalah memperkuat mobilisasi, advokasi,
komunikasi, riset dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat
untuk menangani kekurangan gizi.
d. Dunia Usaha
Dunia usaha bertugas untuk pengembangan produk, control kualitas, distribusi,
riset, pengembangan teknologi informasi, komunikasi, promosi perubahan perilaku
untuk hidup sehat.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
D. Kemitraan Dalam Gerakan
12
e. Mitra Pembangunan
Mitra pembangunan bertugas untuk memperluas dan mengembangkan kegiatan
gizi sensitif dan spesifik melalui harmonisasi kelahlian dan bantuan teknis antar
mitra pembangunan antara lain UNICEF, WHO, FAO dan IFAD (International Fund for
Agriculture and Development), SCN (Standing Committee on Nutrition).
2. Kegiatan Utama Gerakan 1000 HPK
a. Pemerintah
Tabel 2. Rencana Kegiatan Utama Pemerintah
No
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
No
1
Menetapkan Perpres Gerakan 1000
HPK
1
2
Menyusun Naskah Akademik
2
3
4
Menyusun Kerangka Program SUN
Menyusun Pedoman Perencanaan
Program SUN
Sosialiasi Gerakan 1000 HPK tingkat
nacional dan di daerah
Penyusunan kerangka monitoring
dan evaluasi
3
4
7
Pertemuan berkala Gugus Tugas
Nasional
7
8
Pertemuan berkala Tim Teknis Gugus
Tugas
Menyusun laporan berkala tentang
kemajuan Gerakan 1000 HPK
8
5
13
Jangka Pendek (18 Bulan)
6
9
5
6
9
10
11
12
Jangka Menengah (36 bulan)
Mobilisasi sumber dana dalam APBN dan
APBD, termasuk PPP dan CSR dan mitra
pembangunan internacional
Melakukan evaluasi pencapaian tujuan dan
sasaran dan pelaksanaan kegiatan
Meningkatkan kemitraan dengan donor
Meningkatkan kemitraan dengan dunia
usaha
Meningkatkan kemitraan dengan Lembaga
Kemasyarakatan
Meningkatkan kerjasama dalam rangka
sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan antar K/L
Meningkatkan kerjasama dalam rangka
sinkronisasi perencanaan dan
pengganggaran antar Pusat dan Daerah
Melakukan replikasi program/model yang
terbukti efektif
Advokasi kepada legislatif dan eksekutif
Menjaga kesinambungan pelaksanaan
Gerakan 1000 HPK
Mengintegrasikan Gerakan 1000 HPK pada
RPJMN 2015 – 2019
Menyusun laporan tahunan kemajuan
Gerakan 1000 HPK kepada Presiden
b. Donor
Tabel 3. Rencana Kegiatan Utama Donor
No
Jangka Pendek (18 Bulan)
1
Memperkuat dan memperluas
jaringan antar donor, untuk
mendukung Gerakan 1000 HPK
Mendukung gizi sebagai isu prioritas
nacional dan daerah
1.
Meningkatkan skala dan kualitas bantuan
kepada pemerintah
2.
Mendukung intensitas kerjasama
antar donor untuk menjamin
efisiensi dan efektifitas antar donor
Bekerjasama dengan pemerintah
untuk mengembangkan rencana
pembiayaan Gerakan 1000 HPK
3.
Meningkatkan kerjasama antara donor
untuk menjamin efisiensi bantuan yang
diberikan
Mendorong kerjasama antar negara dengan
prevalensi kekurangan gizi yang tinggi
3
4
5
6
4.
Melakukan review sector pangan dan gizi
untuk basis kebijakan RPJMN 2015-2019
Memutakhirkan perkiraan biaya
untuk intervensi gizi yang bersifat
spesifik dan sensitif
Memberikan bantuan teknis kepada
pemerintah untuk intervensi gizi
yang spesifik, gizi sensitif, pertanian
dan kesejahteraan soial
c. Lembaga Sosial Kemasyarakatan
Tabel 4. Rencana Kegiatan Utama Lembaga Sosial Kemasyarakatan
No
1.
2
3
4
5
Jangka Pendek (18 Bulan)
Memperluas kepersertaan antar
sector dan kelompok di tingkat
nasional dan daerah
Memperkuat keterkaitan antara LSK
dengan pemerintah dengan
menggunakan mekanismee yang
berlaku
Mengembangkan dan menyetujui
prinsip2 mediasi jika tidak terjadi
kesepahaman
Memberikan kontribusi dalam
perumusan kerangka program SUN
Melakukan mobilisasi dalam rangka
meningkatkan demand masyarakat
Jangka Menengah (36 bulan)
1.
Mengintegrasikan Gerakan 1000 Hari
Pertama Kehidupan ke dalam kegiatan LSK
2.
Membantu mengembangkan rencana
nacional dan menetapkan sasaran yang
ingin dicapai
3
4
5
Melakukan evaluasi dan penelitian yang
mengaitkan antara gizi dengan gender,
ketenagakerjaan, pertanian, pangan,
kesehatan, kemiskinan, jaminan sosial dan
pendidikan
Advokasi ke dunia internacional untuk
mendukung Gerakan 1000 HPK
Advokasi kepada pemerintah untuk
mobilisasi sumberdana yang lebih besar
untuk menangani kekurangan gizi
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
2
Jangka Menengah (36 bulan)
14
d. Dunia Usaha
Tabel 5. Rencana Kegiatan Utama Dunia Usaha
No
1.
2
3
4
5
Jangka Pendek (18 Bulan)
Memfasilitasi keterlibatan dunia
usaha dalam Gerakan 1000 HPK
Memberikan pedoman dan contoh
tentang keterlibatan dunia usaha
dalam Gerakan 1000 HPK
Memberikan pedoman dan mediasi
bila terjadi ketidak sepakahaman
dalam kebijakan maupun
pelaksanaan Gerakan 1000 HPK
Jangka Menengah (36 bulan)
1.
2.
3.
Bekerja secara nyata untuk mendukung
Gerakan 1000 HPK Nasional
Melaksanakan contoh bagaimana
pengusaha internacional mendukung
Gerakan 1000 HPK Global
Meningkatkan peran dunia usaha untuk
memperbaiki keadaan gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, ibu menyusui dan
anak baduta melalui penerapan CSR sesuai
dengan peraturan yang berlaku
Bekerja secara nyata untuk
mendukung strategi Gerakan 1000
HPK
Tukar menukar pengalaman dalam
sistem distribusi pangan dan gizi
termasuk penggunaan
teknologi/inovasi
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
e. Mitra Pembangunan (UN sistem)
15
Tabel 6. Rencana Kegiatan Utama Mitra Pembangunan (UN Sistem)
No
1.
2
3
4
Jangka Pendek (18 Bulan)
Membangun jaringan dan
memperluas kerjasama UN System
diluar 4 organisasi utama (UNICEF,
WFP, FAO dan WHO)
Membangun sistem untuk merespon
permintaan pemerintah
Bekerjasama dengan pemerintah dan
donor untuk mendukung rencana
pembiayaan Gerakan 1000 HPK
Memutakhirkan perkiraan biaya
untuk pelaksanaan program gizi
spesifik dan program gizi sensitif
No
1.
2.
Jangka Menengah (36 bulan)
Melakukan sinergitas agenda kegiatan
nasional dan global dalam rangka
menyelaraskan dan menghindari duplikasi
kegiatan
Bantuan teknis dan experties untuk
memperkuat Gerakan 1000 HPK
BAB III. KERANGKA PERUMUSAN INTERVENSI GIZI
A. Kerangka Pikir Penyebab Masalah Gizi
Untuk menjelaskan berbagai faktor penyebab masalah gizi, termasuk "Stunting",
lazimnya digunakan model UNICEF seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Dari model tersebut
diketahui penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung dari masalah gizi
adalah kurangnya asupan gizi dan terbatasnya pelayanan kesehatan dasar. Penyebab tidak
langsung adalah terbatasnya aksesibilitas pangan, pola asuh yang kurang baik, dan
terbatasnya kesediaan air minum dan sanitasi yang layak. Akar masalah dari penyebab
langsung dan tidak langsung adalah kemiskinan, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah,
daya beli yang rendah, sanitasi lingkungan yang buruk.
GAMBAR 1.
Sumber: World Bank 2011, diadaptasi dari UNICEF 1990 & Ruel 2008 dan disesuaikan dengan
kondisi Indonesia
B.
Jenis-jenis Intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif
Untuk mengatasi penyebab langsung dilaksanakan berbagai intervensi gizi spesifik
menurut kelompok sasaran, yaitu:
I.
Ibu hamil
1. Pemeriksaan kehamilan dan tablet tambah darah
2. Konseling menyusui
3. Suplementasi dengan zat gizi makro
4. Pengobatan kecacingan pada ibu hamil
5. Suplementasi kalsium
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
KERANGKA PIKIR P ENYE BAB MASALAH GIZI
16
6. Pengobatan malaria pada ibu hamil
7. Menghindar dari perokok pasif
8. Penggunaan kelambu berinsentisida
9. Pemberian cash transfer bersyarat (PKH)
II. Bayi Baru lahir
1. Konseling menyusui
2. Inisiasi Menyusu Dini
3. Pemeriksanaan kesehatan
4. Penundaan pengguntingan tali pusat
5. KIE Gizi
6. Imunisasi
7. Penanganan bayi BBLR
8. Pemantauan pertumbuhan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
III. Bayi dan Anak
17
1. Promosi ASI
2. KIE Pemberian MP ASI
3. Penanganan penyakit infeksi
4. Imunisasi
5. Cuci tangan
6. Penanganan gizi buruk akut
7. Pemberian MP ASI anak berusia diatas 6 bulan
8. Suplementasi vitamin A
9. Home fortification (micro nutrition fortification/sprinkle)
10. Pengobatan kecacingan
11. Penggunaan kelambu berinsektisida
12. Pemantauan pertumbuhan
Beberapa jenis intervensi gizi sensitif yang perlu dilaksanakan di Indonesia antara lain:
1. Penyediaan air minum dan sanitasi yang layak
2. Ketahanan Pangan dan Gizi, termasuk pengendalian harga pangan
3. Keluarga Berencana
4. Perlindungan kepada ibu hamil dan menyusui
5. Jaminan Kesehatan Masyarakat
6. Jaminan Persalinan Universal
7. Program Beras Miskin
8. Program Keluarga Harapan
9. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Generasi
10. Fortifikasi
11. Pendidikan Gizi Masyarakat
12. Kawasan bebas rokok
13. Wajib belajar 9 tahun
14. Penyediaan Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS)
15. Konseling calon pengantin
16. Subsidi pertanian termasuk subsidi pangan
17. Pengaturan label makanan
18. Promosi gizi seimbang dan aktivitas fisik
C. Permasalahan Dalam Pelaksanaan Intervensi Gizi
Dalam pelaksanaan intervensi gizi spesifik dan intervensi sensitif selama ini dijumpai
beberapa masalah seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Identifikasi Masalah Dalam Pelaksanaan Pelayanan
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
1.
Terbatasnya kecukupan dukungan sarana
dan prasarana
2.
Terbatasnya kecukupan dan kualitas tenaga
3.
Masalah Intervensi Gizi Sensitif
1.
Kurangnya pemahaman dan kesepakatan
tujuan bersama akan pentingnya menangani
masalah 1000 hari pertama
Lemahnya keterpaduan perencanaan dan
penganggaran
2.
Masih kurangnya regulasi yang mengatur
kemitraan (PPP dan CSR)
4.
Kurang terpadunya pelaksanaan pelayanan
3.
5.
Lemahnya monitoring dan Evaluasi
Rendahnya Equitas, transparansi saling
menguntungkan dalam kemitraan
6.
Kurangnya pemberdayaan masyarakat
4.
7.
Kurangnya pemberdayaan kelompok
potensial (al , institusi pendidikan gizi dan
organisasi profesi)
Perencanaan penganggaran masih
berorientasi pada kinerja tupoksi masingmasing yang belum memperhatikan
keterpaduan
8.
Rendahnya kegiatan pendidikan gizi
masyarakat
5.
Efektifitas pelaksanaan RAN PG dan RAD PG
yang berfokus pada 1000 hari pertama
9.
Belum adanya pembakuan kegiatan sebagai
acuan bagi para perencana untuk
mendukung implementasi intervensi spesifik
6.
Pengetahuan terhadap 1000 hari pertama
masih terbatas baik pada masyarakat umum
maupun kelompok potensial (OP, institusi
pendidikan)
7.
Masih lemahnya koordinasi perencanaan,
implementasi, monitoring dan evaluasi di
berbagai level administrasi
8.
Terbatasnya kemampuan masyarakat miskin
untuk memenuhi kebutuhan pangan dengan
gizi seimbang
9.
Terbatasnya jangkauan daerah yang tercover
kegiatan sensitif 1000 hari pertama
10. Belum adanya pembakuan kegiatan sebagai
acuan bagi para perencana untuk
mendukung implementasi intervensi sensitif
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Masalah Intervensi Gizi Spesifik
18
BAB IV. PERENCANAAN KEGIATAN UNTUK INTERVENSI
GIZI SPESIFIK DAN GIZI SENSITIF
A.
Pengantar
Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran untuk intervensi gizi Sensitif dan
intervensi spesifik, mengiukuti mekanisme yang sudah ada, baik APBN maupun APBD.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari perencanaan setiap sektor Kementerian/lembaga di
pusat dan SKPD di daerah. Koordinasi perencanaan dan penganggaran di Pusat dilakukan oleh
Bappenas, sedangkan di daerah dilaksanakan oleh Bappeda.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
B.
19
Langkah-langkah Penyusunan Rencana
Langkah-langkah dalam menyusun perencanaan dan penganggaran kegiatan gizi spesifik
dan Sensitif adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kegiatan gizi spesifik dan sensitif yang seharusnya dilakukan
2. Mengidentifikasi pencapaian kinerja kegiatan gizi spesifik dan sensitif yang dilakukan
3. Menentukan kegiatan spesifik dan sensitif yang kinerjanya rendah
4. Menentukan kegiatan yang diperlukan tetapi belum dilakukan
5. Menentukan target kinerja kegiatan gizi spesifik dan sensitif untuk setiap tahun
6. Mengidentifikasi sumberdaya tenaga, dana dan sarana untuk mencapai target kinerja,
yang bersumber dari APBN, APBD, dan swasta serta sumberlainnya yan dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Menyusun rencana kerja kementerian dan lembaga (RKA-KL) dan DPA di daerah
8. Mengusulkan RKA-KL ke DPR dan DPA ke DPRD
9. Melakukan kemitraan dengan swasta untuk pembiayaan kegiatan yang sensitif maupun
spesifik
C.
Rincian Kegiatan untuk setiap Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif
C. 1.
Intervensi Gizi Spesifik
Setiap intervensi gizi spesifik harus memiliki target yang jelas dan terukur untuk setiap
kelompok sasaran. Untuk pelaksanaan intervensi tersebut dilakukan serangkaian kegiatan yang
menyesuaikan dengan kondisi setempat
yang komponennya antara lain terdiri dari
pengadaan bahan, pelatihan petugas, KIE untuk individual dan kelompok, pemantauan, dan
bimbingan teknis (supervisi) dan penyusunan pedoman teknis.
Daftar rincian kegiatan dan target untuk setiap intervensi gizi spesifik dapat dilihat
pada tabel 8 .
i. Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Spesifik
Tabel 8. Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Spesifik
1
2
3
4
5
6
Kegiatan
Meningkatkan konsumsi pangan seharihari melalui perbaikan pendapatan
keluarga dan pendidikan gizi seimbang
Melanjutkan suplemen tablet besi-folat
dengan perencanaan dan pengawasan
yang lebih baik
Bagi ibu hamil yang kurus (diukur dengan
lingkar
lengan)
diberikan
bantuan
suplemen pangan sumber energi, dan
protein, yang diusahakan menggunakan
bahan pangan yang sudah difortifikasi
seperti garam (yodium), tepung terigu (zat
besi,seng, asam folat dan vitamin B1 dan
B2), dan minyak goreng (vitamin A)
Intensifkan pendidikan atau KIE gizi
sehingga setiap ibu hamil memahami
pentingnya tablet besi-folat dan merasa
membutuhkan untuk kesehatannya
Menerbitkan Peraturan Daerah tentang
peredaran garam beryodium agar sasaran
cakupan
rumah
tangga
yang
menkonsumsi garam beryodium yang
memenuhi syarat dapat meningkat
Pemberian pil besi pada ibu hamil di
daerah endemik malaria harus dilakukan
secara berhati-hati
No
7
8
9
10
11
12
Kegiatan
Peningkatan
Pemberantasan
malaria
didaerah endemik harus menjadi prioritas
Sosialisasi yang luas kepada masyarakat
tentang PP 33, 2012 sehingga masyarakat
dapat
ikut
berperan
dalam
pelaksanaannya
Melakukan evaluasi efektivitas atas
berbagai MP-ASI yang beredar di
masyarakat baik yang dilaksanakan oleh
pemerintah, LSM, maupun oleh industri
pangan
Memberi prioritas pada pengembangan
MP-ASI lokal untuk anak-anak masyarakat
miskin
Pendidikan gizi tentang ASI Eksklusif perlu
disertai pendidikan tentnag MP-ASI
Melakukan penelitian pengetahuan, sikap
dan perilaku (KAP) tentang MP-ASI di
berbagai kelompok sosial masyarakat
C.2 Intervensi Gizi Sensitif
Daftar Kegiatan intervensi gizi sensitif dapat dilihat pada Tabel 9. Secara umum setiap
intervensi perlu disusun rencana kegiatan yang secara umum terdiri :
1. Pendataan;
2. Pengadaan;
3. Pelatihan;
4. KIE;
5. Pemantauan;
6. Bimbingan teknis (supervisi);
7. Regulasi.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
No
20
i. Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Sensitif
Tabel 9. Kegiatan Dalam Rangka Intervensi Gizi Sensitif
No
Kegiatan
No
1
Perencanaan terpadu untuk menentukan
prioritas lokasi pembangunan
infrastruktur air bersih dan sanitasi
10
2
Mencegah kejadian luar biasa diare
karena akan berdampak pada
peningkatan kejadian kurang gizi akut
11
3
Peningkatan pendidikan kesehatan
tentang perilaku hidup bersih
12
4
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
5
21
6
7
8
9
Menjamin nilai tukar ("term of trade")
produk pertanian dan perkebunan yang
menguntungkan petani kecil
Menghidupkan kembali program
pemanfaatan tanaman pekarangan dan
kebun sekolah dikaitkan dengan
program makanan tambahan anak
sekolah (PMTAS)
Lebih mengefektifkan bantuan beras
RASKIN sehingga tiap keluarga dapat 15
kg beras seperti yang direncanakan,
dengan prioritas keluarga yang ada ibu
hamil dan menyusui.
Mengupayakan akses pangan pada
kelompok rawan pangan, khususnya ibu
hamil dan menyusui, dan baduta serta
remaja perempuan antara lain dengan
program keluarga harapan (BLT
bersyarat)
Meningkatkan produksi sayur dan buah
untuk mencukupi kebutuhan vitamin,
mineral dan serat dalam rangka
diversifikasi pangan
Menjamin pembangunan infrastruktur
perdesaan termasuk irigasi dan
penyediaan air bersih dan sanitasi
Kegiatan
Evaluasi bersama tentang hal-hal positip
dan negatip pengalaman program Gizi-KB
di UPGK
Adanya suatu pusat KIE gizi 1000 HPK
untuk mengelola kegiatan KIE Gizi
Penegakan hukum terhadap adanya
pelanggaran peraturan SNI wajib ,
terutama yodisasi garam
13
Peningkatan advokasi kepada pemerintah
daerah yang tingkat konsumsi garam
yodiumnya masih sangat rendah
14
Studi PSP (Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku) tentang gizi untuk mengetahui
tingkat pemahaman tentang gizi dan
masalah gizi dimasyarakat termasuk para
pelaku program
15
Pendidikan tentang Gizi Seimbang
menjadi topik ajaran dan bahasan utama
ditiap acara pendidikan atau KIE Gizi
dengan sasaran utama adalah guru SD
dan jurnalis
16
Pendidikan persiapan perkawinan yang
sehat ditinjau dari usia, kesehatan dan
budaya melalui program kerjasama
Kementerian Kesehatan dengan
Kementerian Agama, dan Dalam Negeri.
17
Memberikan kewenangan kepada
Puskesmas untuk memeriksa kesehatan
calon pengantin agar bebas dari
kekurangan gizi (kurus dan atau anemi)
18
Membahas sinkronisasi UU perkawinan
dan UU Perlindungan Anak yang
melibatkan anggota DPR, alim ulama,
pakar kesehatan dan budaya
BAB V. MONITORING DAN EVALUASI GERAKAN 1000 HPK
Untuk mengawal agar program percepatan yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan
dan sasaran, diperlukan suatu sistem monitoring dan evaluasi untuk mengetahui kemajuan,
hambatan, dan pencapaian tujuan program. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi yang akan
dikembangkan berupa proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator yang
telah ditetapkan sebelumnya yang dilakukan secara sistematis dan kontinyu sehingga dapat
dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program kerja Gerakan 1000 HPK
selanjutnya. Adapun evaluasi dirancang sebagai proses penilaian pencapaian tujuan dan
pengungkapan masalah kinerja Gerakan 1000 HPK untuk memberikan umpan balik bagi
peningkatan kualitas kinerja program pada masa mendatang.
Tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi gerakan 1000 HPK adalah untuk: 1).
Menghimpun data dan informasi secara periodik tentang pelaksanaan program gerakan 1000
HPK yang dapat digunakan untuk tindakan koreksi/perbaikan yang diperlukan; 2).
Menghimpun data dan informasi tentang pencapaian program kerja (kinerja) gerakan 1000
HPK dalam kerangka evaluasi input proses output berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan.
A. Indikator Proses
Indikator 1:
Meningkatkan
partisipasi pemangku
kepentingan dalam
berbagi pengalaman
pelaksanaan
1. Adanya komitmen
tertulis untuk
bergabung dalam
Gerakan 1000 HPK
Global
2. Terbentuknya Gugus
Tugas Gerakan 1000
HPK
Indikator 2: Terjaminnya
kebijakan yang koheren
dan adanya kerangka
legalitas program
1. Direviewnya kebijakan,
rencana dan strategi yang
ada
2. Finalisasi review kebijakan
3. Berfungsinya Gugus
Tugas Gerakan 1000
HPK secara efektif
3. Peraturan dan kebijakan di
validasi dan disetujui
4. Dicapainya komitmen
politik tingkat tinggi
untuk Gerakan 1000
HPK
4. Dilaksanakannya kebijakan
dan berbagai peraturan
secara efektif untuk
meningkatkan keadaan gizi
masyarakat
Indikator 3:
Menyelaraskan
program-program
sesuai dengan Kerangka
Program Gerakan 1000
HPK
1. Teridentifikasinya
program-program gizi
spesifik dan gizi
sensitif
2. Didiskusikannya
kerangka program dan
hasil dari Gerakan 1000
HPK yang akan dicapai
3. Disepakatinya
Kerangka Program
Gerakan 1000 HPK dan
diidentifikasinya
kesenjangan
4. Diatasinya kesenjangan
melalui upaya bersama
Indikator 4:
Teridentifikasinya sumbersumber pembiayaan
1. Terselesaikannya kerangka
pembiayaan spesifik gizi
2. Dipahaminya sumbersumber pembiayaan untuk
perbaikan gizi antar sektor
3. Mobilisasi dan harmonisasi
sumber pembiayaan untuk
mendukung kegiatan
prioritas
4. Teriidentifikasinya
kesenjangan sumber
pembiayaan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Tabel 10. Tabel Indikator Proses
22
B.
Indikator Intervensi Gizi Spesifik dan Gizi Sensitif
Indikator kinerja spesifik dan indikator sensitif pada dasarnya adalah indikator proses
yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap status gizi dan indikator output.
Indikator spesifik yang digunakan dalam panduan ini adalah sekumpulan indikator yang
direkomendasikan oleh Lancet/SUN yang secara rinci mengavaluasi ketersediaan
program/kegiatan dan pencapaian kinerja penurunan masalah gizi tertentu yang penanganan
masalahnya dilaksanakan oleh sektor kesehatan dan bertujuan untuk mengatasi penyebabpenyebab langsung masalah gizi kurang/gizi lebih. Indikator sensitif adalah sekelompok
indikator yang mengindikasikan proses yang dilaksanakan oleh sektor-sektor di luar
kesehatan, secara tidak langsung mempengaruhi output (status gizi).
1. Indikator Spesifik
Tabel 11. Tabel Indikator Spesifik
Sasaran
Indikator
Ibu Hamil
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
a. perlindungan
terhadap
kekurangan zat besi, asam
folat
dan
kekurangan
energi dan protein kronis
23
b. Perlindungan
terhadap
kekurangan Yodium
c. Perlindungan ibu hamil
terhadap malaria
% cakupan Suplementasi besi-folat
% cakupan Supplemen ibu dengan zat gizi mikro
% cakupan Ibu Hamil yang mendapat suplemen
% ibu hamil mengkonsumsi < 70 persen AKG
% cakupan ibu hamil mendapat pengobatan kecacingan
% cakupan ibu hamil mendapat suplementasi kalsium
% Ibu hamil terkespose asap rokok (perokok pasif)
Jumlah inisiasi Menyusui Dini dan ASI Ekslusif termasuk
konseling KB
% ibu mengkonsumsi garam beriodium










a. ASI Ekslusif



b. Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI













% cakupan ibu hamil mendapat pengobatan malaria
% Kelambu dengan Obat
Anak Umur 0 – 23 bulan
% cakupan Promosi ASI perorangan dan kelompok
% ibu melahirkan yang menunda pengguntingan takli pusar
% cakupan sasaran ter-ekspos KIE Gizi (Ketersediaan
updated pesan dan metode efektif;
% Cakupan KIE Pemberian MP-ASI
% cakupan Pemberian MP-ASI anak usia > 6 bulan;
% penurunan prevalensi stunted, underwight, wastede)
% anak memperoleh akses garam beriodium)
% cakupan Management Zinc pada diare
% cakupan Penanganan gizi buruk akut pada anak baduta
% cakupan Suplementasi Vitamin A
% cakupan baduta yang mengkonsumsi sprinkle;
% penurunan defisiensi zat gizi mikro)
% cakupan Pengobatan kecacingan;
% penurunan prevalensi kecacingan)
% cakupan Pemberian Cash bersyarat pada needy group
% cakupan Pemberian kelambu-obat pada needy group
Sasaran
Indikator
 % Cakupan imunisasi dasar
2. Indikator Sensitif
Sasaran
Penyediaan Air Bersih dan
Sanitasi
Ketahanan Pangan dan Gizi
Keluarga Berencana
Jaminan
Masyarakat
Kesehatan












Jaminan Persalinan Dasar

Fortifikasi Pangan




Pendidikan Gizi Masyarakat
Remaja Perempuan
C.


Indikator
% cakupan akses terhadap air bersih
% sanitasi yang layak
% cakupan cuci tangan dan PHBS;
% penduduk dengan konsumsi Kkal
% rumahtangga rawan pangan
Tingkat Konsumsi Energi/kapita/hari;
Tingkat Konsumsi Protein/kapita/hari;
Angka pemakaian kontrasepsi/CPR bagi perempuan menikah
usia 15 – 49 tahun
% angka kelahiran
% penduduk yang miskin yang tercakup program kesehatan
% puskesmas yang memebrikan pelayanan kesehatan dasar
bagi penduduk miskin
% rumah sakit yang memberikan pelayanan rujukan bagi
penduduk miskin
% ibu hami hamil yang mendapatkan penggantian biaya
persalinan melalui jampersal
%penduduk yang menikmati produk pangan difortifikasi
Jumlah jenis produk pangan yang difortifikasi
Meningkatnya materi KIE untuk sosialisasi dan advokasi
Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat
Usia menikah pertama anak perempuan
Jumlah remaja yang mengalami kehamilan
Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
Mekanisme monitoring dan Evaluasi program kerja gerakan sadar gizi disajikan pada
uraian di bawah ini, sedangkan aspek yang dimonitor dan dievaluasi disajikan pada Tabel 3.
1.
Pelaksana/Penanggungjawab Monev
a. Untuk kegiatan intervensi gizi spesifik merupakan tanggungjawab sektor kesehatan
dan khusus untuk kegiatan fortifikasi dilakukan bersama dengan sektor industri.
b. Untuk kegiatan yang bersifat intervensi gizi sensitif menjadi tanggungjawab sektor
terkait.
c. Untuk monitoring secara komprehensif yang mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi
sensitif dilakukan oleh gugus tugas gerakan nasional sadar gizi yang diketuai oleh
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Tabel 12. Tabel Indikator Sensitif
24
Wamen PPN/Waka Bappenas untuk tingkat pusat. Sedangkan ditingkat provinsi dan
kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Ketua Bappeda.
2.
Instrument
a. Format pencatatan dan pelaporan menggunakan format dan mekanisme pelaporan
yang sudah ada.
3.
Frekwensi Monev
a. Laporan kinerja pencapaian indikator gerakan sadar gizi berbasis komunitas
dilaksanakan melalui survei-survei yang reguler dilakukan, seperti RISKESDAS,
SUSENAS, atau survei khusus jika diperlukan.
b. Mekanisme untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian kinerja gerakan sadar gizi
dilakukan sekurangnya setiap semester.
4.
Analisis
a. Dalam analisis kinerja gerakan 1000 HPK, difokuskan pada indikator-indikator
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
b. Hasil analisis kinerja dibahas dalam gugus tugas gerakan 1000 HPK yang dilaksanakan
setiap semester, yang hasilnya digunakan memperbaiki kinerja program.
5.
Pelaporan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
a. Di tingkat kabupaten dan kota, hasil analisis kinerja gerakan disampaikan oleh Ketua
Bappeda kepada Bupati/walikota setiap semester.
25
b. Di tingkat Provinsi, hasil analisis kinerja gerakan disampaikan oleh Ketua Bappeda
kepada gubernur setiap semester.
c. Ditingkat Pusat, hasil analisis disampaikan oleh Menko Kesra sebagai ketua Gugus
Tugas Nasional kepada presiden setiap semester.
D. Indikator Hasil
Tabel 13. Tabel Indikator Hasil
No
Indikator
1
Menurunkan proporsi anak balita yang stunting sebesar 40 persen
2
3
4
5
6
Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting)
kurang dari 5 persen.
Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebesar 30
persen.
Tidak ada kenaikan proporsi anak yang mengalami gizi lebih.
Menurunkan proporsi ibu usia subur yang menderita anemia sebanyak
50 persen.
Meningkatkan prosentase ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6
bulan paling kurang 50 persen.
E.
Kelembagaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
Mekanisme monitoring dan evaluasi program kerja gerakan 1000 HPK disajikan pada
uraian di bawah ini, sedangkan aspek yang dimonitor dan dievaluasi disajikan pada Tabel 3.
1.
Kelembagaan
Untuk menghasilkan data dan informasi yang dibutuhkan, dibentuk gugus tugas
MONEV yang beranggotakan para pakar lintas sektor dan lintas disiplin yang bertugas
merumuskan
instrument
minitoring
dan
evaluasi,
mengumpulkan
dan
atau
mengkoordinasikan pengumpulan data dan informasi serta melakukan analisis untuk
menghasilkan rekomendasi dan kebijakan yang diperlukan. Gugus tugas dilengkapi dengan
seperangkat fasilitas yang dibutuhkan untuk mengembangkan pangkalan data-base gerakan
1000 HPK, melakukan analisis data dan perumusan kebijakan, baik dalam bentuk fasilitas
teknologi informasi, perangkat lunak, maupun data-data hasil kajian dari unit kerja yang tekah
ada (Riskesdas, Susenas, dll).
2.
Mekanisme
a.
Untuk program/kegiatan rutin yang dilaksanakan di unit kerja (LPD, LNPD, Pemda, unit
kerja lain) monitoring dan evaluasi menyatu dalam program kerja yang ada, namun
indikator yang digunakan sekurang-kurangnya harus mengacu pada indikator kinerja
kunci program gerakan 1000 HPK yang telah ditetapkan. Sumber informasi dikumpulkan
melalui supervisi, survei atau studi yang sudah ada atau dirancang khusus untuk
monitoring dan evaluasi pencapaian Gerakan 1000 HPK;
b.
Untuk program-program kegiatan yang baru yang belum ada dalam kegiatan rutin unit
kerja (LPD, LNPD, Pemda, unit kerja lain) monitoring dan evaluasi dikembangkan dan
dikoordinasikan dibawah Kedeputian Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan di
Bappenas dengan mengacu pada indikator kinerja kunci yang telah ditetapkan;
c.
Alur pengumpulan, analisis, dan formulasi rekomendasi kebijakan disusun oleh gugus
tugas lintas sektor-lintas disiplin kepada koordinator gerakan/program Gerakan 1000
HPK untuk ditindak-lanjuti;
d.
Monitoring input dan proses dilakukan tiap semester (setahun dua kali), sedangkan
monitoring output (indikator gizi sensitif dan gizi spesifik) akan dilakukan tahunan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Leading sektor untuk pelaksanaan gerakan/program Gerakan 1000 HPK adalah Badan
Perencanaan pembangunan Nasional (BAPPENAS), khususnya kedeputian Sumberdaya
Manusia dan Kebudayaan. Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
dilaksanakan di unit ini, sedangkan teknis monitoring dan evaluasi dapat dilakukan oleh
masing-masing lembaga pemerintah (LPD, LNPD) maupun pihak lain yang ditunjuk dengan
mengacu pada indikator kunci yang telah ditetapkan. Bila dipandang perlu pelaksana
monitoring dan evaluasi dapat mengembangkan indikator baru untuk memperkaya hasil
monitoring dan evaluasi bagi perbaikan dan atau pengembangan program gerakan 1000 HPK
di masa mendatang.
26
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
(ketersediaan pangan, konsumsi, cakupan program suplementasi) hingga tiga tahun
sekali (cakupan fortifikasi, prevalensi stunted, overweight).
27
BAB VI. PENUTUP
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
Dengan adanya Pedoman Perencanaan Program Gerakan Nasional Sadar Gizi Dalam
Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 Hari
Pertama Kehidupan) diharapkan semua pemangku kepentingan mempunyai persepsi,
komitmen dan langkah nyata yang terkoordinasi dalam penyusunan perencanaan dan
penganggaran untuk gerakan 1000 HPK ini di berbagai tingkat administrasi baik di pusat,
provinsi, kabupaten dan kota. Keberhasilan dari gerakan 1000 HPK ini selain ditentukan oleh
perencanaan yang sistematis dan terpadu, juga ditentukan oleh kepemimpinan di berbagai
tingkat administrasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Cesar G Victora, Linda Adair, Caroline Fall, Pedro C Hallal, Reynaldo Martorell, Linda
Richter, Harshpal Singh Sachdev, and for the Maternal and Child Undernutrition Study
Group. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human
capital. Lancet 2008. published online Jan 26. DOI: 10.1016/S0140-6736(07)61692-4
2. Barker DJP. Developmental Origins of Chronic Disease. Public Health 126 (2012) 185-9
3. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, et alfor the Maternal and Child Undernutrition Study
Group. Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequences. Lancet 2008. published online Jan 17. DOI: 10.1016/S01406736(07)61690-0.
4. Eriksson JG, Forsén TJ, Kajantie E, Osmond C, Barker DJP (2007) Childhood growth and
hypertension in later life. Hypertension 49:1415-1421.
5. M. T. Ruel (2008) Addressing the underlying determinants of undernutrition: Examples
of successful integration of nutrition in poverty-reduction and agriculture strategies,
21-29. In SCN News No.36.
6. UNICEF (United Nations Children’s Fund) (1990) Strategy for Improved Nutrition of
Children and Women in Developing Countries. Policy Review paper E/ICEF/1990/1.6,
UNICEF:New York.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
7. Department for International Development (2011) Scaling Up Nutrition: The UK’s
29
position paper on under-nutrition, UKAID, London.
8. Ministry of Health, Indonesia, 2007, "RISKESDAS." National Health Survey
9. Dewey, K.G., and K.H .Brown, 2003, "Update on technical issues concerning
complementary feeding of young children in developing countries and implications for
intervention programs," Food and Nutrition Bulletin, 24: 5–28.
10. Kosuke Kawai , Donna Spiegelman , Anuraj H Shankar & Wafaie W Fawzi. Maternal
multiple micronutrient supplementation and pregnancy outcomes in developing
countries: meta-analysis and meta-regression, Bulletin of the World Health Organization
2011;89:402-411B. doi: 10.2471/BLT.10.083758
11. Meera Shekar, Repositioning Repositioning Nutrition as Central to Development: A
Strategy for Large-Scale Action. World Bank, 2006, Washington D.C
12. Usha Ramakrishnan and Ray Yip
Experiences and Challenges in Industrialized
Countries: Control of IronDeficiency in Industrialized Countries. J. Nutr. 132: 820S–824S,
2002
13. Mathuram Santosham, Aruna Chandran, Sean Fitzwater, Christa Fischer-Walker,
Abdullah H Baqui, Robert Black. Progress and barriers for the control of diarrhoeal
disease. Lancet 2010; 376: 63–67
LAMPIRAN 1
Tabel 14. Format Tabel Pelaporan
No
Indikator Umum
Kondisi Awal
(2012)
Midterm
(2013)
Kondisi
Akhir (2015)
Sumber Data/
Informasi
1
2
3
4
5
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
dst
30
LAMPIRAN 2
Tabel 15. Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik Pada Kelompok Ibu Hamil
No
1
Intervensi
Suplementasi Besi
Folat
Target
Fe1 : 95 %
Fe3 : 90 %
1.
2.
3.
4.
5.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
2
31
Pemberian
makanan tambahan
pada ibu hamil
Kurang Energi
Protein (KEK)
200
Kabupaten
(semua bumil
KEK di daerah
dengan
prevalensi
Stunting
Tinggi)
1.
2.
3.
Kegiatan
Pengadaan Fe Folat dan distribusi
ke semua Sarana Pelayanan
Kesehatan (RS/RS Ibu dan Anak)
Supervisi terstruktur dan berkala
Pelatihan petugas
KIE bagi ibu hamil untuk
mengkonsumsi Fe dan gizi
seimbang
pencatatan dan pelaporan gizi dan
KIA oleh Kabid Kesga
Pengadaan PMT Bumil pada APBN
sesuai target
Pengadaan PMT Bumil pada APBD
di daerah mampu
Supervisi terstruktur dan Berkala
4.
Distribusi PMT ke semua Sarana
Pelayanan Kesehatan (RS/RS Ibu
dan Anak)
5. KIE bagi ibu hamil KEK untuk
mengkonsumsi PMT dan gizi
seimbang
6. Pemberian PMT 90 hari
7. Pengembangan PMT Bumil
berbahan lokal pabrikan
8. Pembakuan standar PMT bahan
lokal pabrikan Bumil KEK
9. Penambahan paket kegiatan PKH
Plus dengan Pangan bagi keluarga
ibu hamil
10. Pemberdayaan ekonomi mikro
bagi keluarga bumil KEK
11. Peningkatan Pendidikan
perempuan
12. Peningkatan Pelayanan KB
13. Pengadaan PMT Bumil bagi bumil
KEK dengan harga terjangkau
Instansi
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Dinkes
Kemenkes dan
Dinkes
Kemenkes dan
Dinkes
Kemenkes dan
Dinkes
Kemenkes dan
BPOM
Kemensos
Kemenkop
UKM, Kemen
PU,
Kemendagri
Kemendiknas,
Kemen PP
BKKBN,
Kemenkes
Dunia usaha
5
Penanggulangan
kecacingan pada
ibu hamil
200
kabupaten
(semua bumil
KEK di daerah
dengan
prevalensi
Stunting
Tinggi)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6
7
Suplemen kalsium
ibu hamil
Pemberian kelambu
berinsektisida dan
Pengobatan bagi
ibu hamil yang
positif malaria
TNA
95
%
ibu
hamil
di
daerah resiko
tinggi
dan
pengobatan
bagi
semua
ibu
hamil
yang positif
malaria
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penyusunan pedoman standar
pemberian obat cacing pada bumil
Penyediaan obat cacing melalui
APBN
KIE sanitasi dan cuci tangan pakai
sabun
Penyediaan air bersih
Penyediaan jamban
keluarga/komunal
Perbaikan Lingkungan
Penyusunan pedoman teknis
pemberian kalsium pada bumil
Pengadaan suplemen kalsium
KIE penggunaan suplemen kalsium
Pelatihan petugas
Pengadaan Rapid Diagnostik Tes
(RDT) malaria , obat kina/ACT
Pengadaan RDT, kina/ACT pada
APBD di daerah mampu
Supervisi terstruktur dan berkala
Distribusi RDT, kina/ACT ke semua
Sarana Pelayanan Kesehatan
(RS/RS Ibu dan Anak)
KIE bagi ibu hamil positif malaria
untuk mengkonsumsi RDT, obat
kina/ACT
Skrining RDT malaria bagi semua
ibu hamil pada kunjungan pertama
ANC
Pemberian obat kina/ACT bagi ibu
hamil yang positif malaria
Pemberian kelambu berinsektisida
KIE untuk penggunaan kelambu
berinsektisida
Perguruan
tinggi,
lembaga
penelitian, dan
dunia usaha
Kemenkes
Kemenkes
Kesehatan dan
Kemendikbud
Kemen. PU
Kemen. PU
Kemen. PU
dan Pemda
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes
Kemenkes dan
Swasta
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
14. Pengembangan produk PMT Bumil
32
Tabel 16. Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok 0-6 Bulan
No
1
2
Intervensi
Menunda
pengguntingan tali
pusat
Promosi menyusui
(konseling individu
dan kelompok)
Target
TNA
95%
1.
Kegiatan
Penyusunan protap
2.
Pelatihan petugas
3.
Pengawasan
Pelaksanaan
Training konselor dan
fasilitator Menyusui ASI
Eksklusif
1.
2.
3.
4.
5.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
6.
33
7.
8.
KIE IMD dan ASI
Eksklusif
Melakukan IMD
disemua sarana
pelayanan kesehatan
Sosialisasi dan
advokasi PP ASI
Permen Kesehatan
menindaklanjuti PP ASI
Pembentukan dan
pembinaan kader
motivator Kadarzi
Pelarangan iklan susu
formula di media masa
Peningkatan
pengawasan
implementasi PP ASI
9.
Instansi
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan dan
Sentra Laktasi
Indonesia
Kementerian
Kesehatan
Kemenakertrans,
Pemda, dan
Badan POM
Kemenakertrans,
Badan POM, serta
Pemda
Penyiapan ruang ASI
ditempat kerja dan
fasilitas umum
10. Pelarangan iklan susu
formula di media masa
Seluruh Instansi
11. Penegakan Hukum PP
ASI
Badan POM dan
Kepolisian
Kemenkominfo
Tabel 17. Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok
Umur 7-24 Bulan
2
Intervensi
Promosi
menyusui(konseling
individu dan
kelompok)
Komunikasi
perubahan perilaku
untuk memperbaiki
Pemberian Makanan
Pendamping ASI
Target
95%
Kegiatan
KIE melanjutkan
menyusui sampai
dengan 2 tahun
Instansi
Kementerian
Kesehatan
2.
Training konselor dan
fasilitator ASI Eksklusif
Kementerian
Kesehatan
3.
Sosialisasi dan
advokasi PP ASI
Kementerian
Kesehatan
4.
Permen Kes
menindaklanjuti PP ASI
Kementerian
Kesehatan
5.
Pembentukan dan
pembinaan kader
motivator Kadarzi
Kementerian
Kesehatan
1.
KIE MP ASI
2.
Konseling ASI disertai
dengan konseling MP
ASI makanan lokal
Komunikasi
Pembuatan MP ASI
lokal ditambah taburia
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
1.
Semua anak
umur 6-23
bulan
3.
3
Suplementasi Zink
1.
Uji efikasi produk
suplemen Zink dan gizi
mikro untuk mencegah
stunting
Kementerian
Kesehatan
2.
Implementasi
Suplementasi Zink dan
gizi mikro berdasarkan
hasil penelitian
Evaluasi dan
monitoring
suplementasi Zink
Pengadaan dan
distribusi tablet/syrup
Zink untuk anak
dengan diare melalui
APBN
Kementerian
Kesehatan
KIE penggunaan dan
pengawasan Zink
Manajemen dan
penyediaan kapsul
Vitamin A
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
3.
4
Zink untuk
manajemen diare
1.
2.
5
Suplemen Vitamin A
90%
Kementerian
Kesehatan
1.
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
No
1
34
No
Intervensi
Target
2.
3.
4.
5.
6.
6
Pemberian garam
iodium
90%
1.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
2.
35
Kegiatan
Peningkatan
pelaksanaan kampanye
bulan kapsul vitamin A
Mengoptimalkan
media KIE
Meningkatkan
konsumsi bahan
pangan sumber
vitamin A
Fortifikasi Vitamin A
pada minyak goreng
curah dan media lain
yang memungkinkan
Pengembangan
regulasi dan produk
kaya red palm oil
(RPO)
Penyuluhan konsumsi
garam beryodium
Pengadaan iodine test
3. Survey pemeriksaan
kadar yodium pada
urine
4. Survey konsumsi garam
yodium pad keluarga
8
Pencegahan kurang
gizi akut
1.
2.
Pengembangan Ready
to Use Therapheutic
Feeding (RUTF)
pabrikan berbasis
pangan lokal
Pelatihan petugas
3.
Penyediaan Terapeutik
Feeding Centre (TFC) di
setiap kecamatan yang
prevalensi gizi buruk
tinggi (diintegrasikan
dengan Puskesmas)
4.
Pemberdayaan
masyarakat untuk
mampu melakukan
perawatan lanjutan
Instansi
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Intervensi
Target
Kegiatan
Penyediaan air bersih
Instansi
Kementerian
Pekerjaan
Umum
6.
Penyediaan jamban
keluarga/komunal
Kementerian
Pekerjaan
Umum
7.
Perbaikan Lingkungan
Kementerian
PU dan
Pemda
1.
Perbaikan protap
pemberian obat cacing
sesuai standar
Pengadaan obat cacing
Kementerian
Kesehatan
5.
9
Pemberian Obat
Cacing
2.
3.
4.
5.
6.
7.
10
Fortifikasi besi dan
kegiatan
suplementasi
KIE pemberian obat
cacing
Monev
Kemitraan pengadaan
obat cacing dari non
pemerintah
Kemitraan KIE
Kebiasaan cuci tangan
dengan sabun
Perbaikan sanitasi
lingkungan
8.
Penyediaan air bersih
1.
Penyiapan bahan KIE
2.
KIE manfaat fortifikasi
3.
Pengawasan kadar zat
gizi yang
difortifikasikan di
dalam tepung terigu
sesuai SNI
4.
Law and forcement
fortifikasi terigu
Uji coba fortifikasi Fe
pada raskin
Revisi SNI fortifikasi
tepung terigu (Zink, Fe)
5.
6.
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Pekerjaan
Umum
Kementerian
Pekerjaan
Umum
Kementerian
Pekerjaan
Umum
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Badan POM
Kementerian
Perindustrian
Kementerian
Pertanian
Badan
Standardisasi
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
No
36
No
Intervensi
Target
Kegiatan
7.
11
Pemberian
Kelambuberinsektisida dan
obat Malaria
95 % ibu hamil
di daerah
resiko tinggi
dan
pengobatan
bagi semua ibu
hamil yang
positif malaria
1.
2.
3.
4.
5.
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
6.
37
7.
8.
9.
Peningkatan asupan
kaya zat besi
khususnya bahan
pangan asal hewani
Pengadaan Rapid
Diagnostik Tes (RDT)
malaria , obat kina/ACT
Pengadaan RDT,
kina/ACT pada APBD di
daerah mampu
Supervisi terstruktur
dan berkala
Distribusi RDT,
kina/ACT ke semua
Sarana Pelayanan
Kesehatan (RS/RS Ibu
dan Anak)
KIE bagi ibu hamil
positif malaria untuk
mengkonsumsi RDT,
obat kina/ACT
Skrining RDT malaria
bagi semua ibu hamil
pada kunjungan
pertama ANC
Pemberian obat
kina/ACT bagi ibu
hamil yang positif
malaria
Pemberian kelambu
berinsektisida
KIE untuk penggunaan
kelambu berinsektisida
Instansi
Nasional
Kementerian
Pertanian
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Tabel 18. Daftar Kegiatan Intervensi Gizi Sensitif
Intervensi
Pemantauan garam
iodium
Target
90%

 s
e
n
s
i
t
i
f
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
2
3
Mengurangi
konsumsi rokok dan
polusi udara dalam
rumah
Pemberian
makanan tambahan
pada ibu hamil
Kurang Energi
Protein (KEK) (SP)
1.
200 Kabupaten
(semua bumil
KEK di daerah
dengan
prevalensiStunti
ng Tinggi)
Kegiatan
Penyuluhan konsumsi garam
beryodium
Pengadaan iodine test
Survey pemeriksaan kadar yodium
pada urine
Survey konsumsi garam yodium
pada keluarga
Pengadaan garam beryodium
Pemeriksaan kadar iodium pada
tingkat rumah tangga
Pemeriksaan kadar yodium pada
tingkat pabrik
Perumusan Peraturan Daerah
tentang Konsumsi Yodium
Pengadaan KIO3
Pembinaan petani garam
Penegakan hukum
KIE tentang bahaya merokok
2. Penyusunan Perda anti merokok
3. Regulasi tentang pengaturan rokok
(pembatasan tempat, usia, iklan)
4. Regulasi peningkatan pajak rokok
5. Pengalihan petani tembakau
kepada komoditas lain
6. Penegakan hukum
7. Pengaturan iklan rokok
1. Penambahan paket kegiatan PKH
Plus dengan Pangan bagi keluarga
ibu hamil
2. Pemberdayaan ekonomi mikro
bagi keluarga bumil KEK
3. Peningkatan Pendidikan
perempuan
4. Peningkatan Pelayanan KB
5. Pengadaan PMT Bumil bagi bumil
KEK dengan harga terjangkau
6. Pengembangan produk PMT Bumil
Sektor Utama
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Perindustrian
Balai POM
Kementerian
Perindustrian
Perindag
Kementerian
Kesehatan
Kemendagri
Kemendagri,
Pemda, dan LSM
Kemenkeu
Kementan
Pemda
Kemenkominfo
Kementerian
Sosial
Kemenkop UKM,
Kemen PU,
Kemendagri
Kemendiknas,Ke
men PP
BKKBN,
Kemenkes
Dunia usaha
Perguruan tinggi,
lembaga
penelitian, dan
dunia usaha
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
No
1
38
4
5
Pemberian kelambu
berinsektisida dan
Pengobatan bagi
ibu hamil yang
positif malaria (SP)
95 % ibu hamil
di daerah resiko
tinggi dan
pengobatan
bagi semua ibu
hamil yang
positif malaria
Kegiatan pemberian
cash bersyarat
/Conditional cash
transfer (dengan
pendidikan gizi )
1. Perbaikan lingkungan untuk
mencegah perindukan vektor
(nyamuk malaria)
2. Mendorong CSR untuk pengadaan
RDT, kelambu berinsektisida dan
obat
Kementerian PU
dan Pemda
1. Menambahkan komponen
intervensi gizi dan pendidikan gizi
dalam kegiatan PKH
Kementerian
Sosial dan
Kementerian
Dalam Negeri
2. Integrasi modul gizi pada PNPM
generasi
Kementerian
Sosial dan
Kementerian
Dalam Negeri
Kemenko Bidang
Kesra
Kementerian
Sosial dan
Kementerian
Dalam Negeri
3. Memperluas cakupan kegiatan
PKH dan PNPM generasi
4. Meningkatkan kerjasama sektor
kesehatan dengan sosial, dagri,
pendidikan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
5. Training petugas kesehatan pada
daerah pelaksana PKH dan PNPM
generasi
39
6
Penyediaan Air
Bersih dan Sanitasi
Meningkatnya
persentase
rumah tangga
mempunyai
akses terhadap
air bersih
Meningkatnya
persentase
rumah tangga
mempunyai
akses terhadap
sanitasi yang
layak
7
Ketahanan Pangan
dan Gizi
Meningkatnya
persentase
1.
2.
Survei cakupan air bersih rumah
tangga
Pengadaan sarana air bersih
Dunia Usaha
Kementerian
Sosial dan
Kementerian
Dalam Negeri
 BPS
 Kemen PU
3.
Pelatihan pembangunan sarana air Kemen PU
bersih rumah tangga
 Kemenkes
4.
KIE tentang perilaku cuci tangan
pakai sabun
Kemendikbud
Kemenkes
5.
6.
Pemantauan mengenai kualitas air
Bimbingan teknis
Kemenkes
K/L terkait
7.
1.
Regulasi
Pendataan
Pemda
Kemenkes
2.
3.
4.
Pengadaan
Pelatihan
KIE
5.
6.
Pemantauan
Bimbingan Teknis
7. Regulasi
1. Survei tingkat konsumsi energi
rata-rata penduduk
Badan Pusat
Statistik
2. Peningkatan produksi pangan
3. Pelatihan tenaga penyuluh
lapangan pertanian
4. KIE untuk konsumsi pangan
1. Pendataan rumahtangga rawan
pangan
2. Pemberian beras miskin
Kementan dan
Kemenkes
BPS/Dewan
Ketahanan
Pangan
Kementerian
Pertanian
Badan Pusat
Statistik
Kemenkokesra
3. Pemantauan SKPG
BULOG
4. Bimbingan teknis dan supervisi
Kementan,
Kemenkes, dan
K/L terkait
5. Pemantauan tingkat konsumsi
6. Regulasi
Menurunnya
persentase
rumahtangga
rawan pangan
8
Keluarga Berencana
Meningkatnya
persentase
pemakaian
kontrasepsi
Kementerian
Pertanian
Kementerian
Pertanian
1. Pendataan
BKKBN
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
6. Bimbingan Teknis
7. Regulasi
9
Jaminan
Pembiayaan
Kesehatan
 Meningkatnya
persentase
penduduk
yang miskin
yang tercakup
program
kesehatan
 Meningkatnya
persentase
puskesmas
yang
memberikan
pelayanan
kesehatan
1. Pendataan
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
Kementerian
Kesehatan
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
penduduk yang
mengkonsumsi
kalori minimal
dibawah 2.000
kkal dan 1.400
kkal
40
10
Jaminan Persalinan
Dasar
dasar
bagi
penduduk
miskin
 Meningkatnya
persentase
rumah
sakit
yang
memberikan
pelayanan
rujukan bagi
penduduk
miskin
Meningkatnya
persentase ibu
hamil yang
mendapatkan
penggantian
biaya persalinan
melalui
jampersal
6. Bimbingan Teknis
7. Regulasi
1. Pendataan
2. Pengadaan
Kementerian
Kesehatan
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
6. Bimbingan Teknis
7. Regulasi
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
11
41
12
Fortifikasi Pangan
Pendidikan Gizi
Masyarakat
Meningkatn
ya
persentase
penduduk
yang
menikmati
produk
pangan
difortifikasi
 Meningkatn
ya
jumlah
jenis produk
pangan
yang
difortifikasi
 Meningkat
nya materi
KIE untuk
sosialisasi
dan
advokasi
 Meningkat
nya
pengetahu
an
masyarakat

1. Pendataan
2. Pengadaan
Kementerian
Pertanian
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
6. Bimbingan Teknis
7. Regulasi
1. Pendataan
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
6. Bimbingan Teknis
Kemendikbud
dan Kemenkes
Remaja Perempuan


7. Regulasi
1. Pendataan
BKKBN dan
Kemenkes
2. Pengadaan
3. Pelatihan
4. KIE
5. Pemantauan
6. Bimbingan Teknis
7. Regulasi
Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
13
terhadap
perilaku
hidup
bersih dan
sehat
Meningkat
nya
usia
menikah
pertama
anak
perempuan
Menurunny
a
jumlah
remaja
yang
mengalami
kehamilan
42
Download