Materi 4 Marketing Managing Marketing Information (Marketing Research) TIK: Setelah mempelajari bab ini, diharapkan anda mampu, 1. Menjelaskan pentingnya informasi bagi perusahaan dan pemahaman terhadap pasar. 2. Menjelaskan sistem informasi marketing dan mendiskusikan bagianbagiannya. 3. Menguraikan langkah-langkah dalam proses riset marketing. 4. Menjelaskan bagaimana perusahaan-perusahaan menganalisa dan mendistribusikan informasi marketing. 5. Mendiskusikan isu-isu khusus yang dihadapi para peneliti marketing, termasuk kebijakan publik dan isu-isu etika. A. Previewing the Concepts Kita akan melihat bagaimana perusahaan-perusahaan mengembangkan dan mengelola informasi berkaitan dengan unsur-unsur pasar yang penting – mengenai kustomer, kompetitor, produk-produk, dan program-program marketing. Kita akan menganalisa sistem-sistem informasi marketing yang didesain untuk memberikan informasi yang benar kepada manajer-manajer dalam format yang benar, pada waktu yang tepat untuk membantu mereka membuat keputusankeputusan pemasaran yang lebih baik. Kita juga akan melihat lebih dekat proses riset pemasaran dan beberapa pertimbangan riset-riset marketing khususnya. Untuk berhasil di pasar sekarang ini, perusahaan harus memahami bagaimana mengelola informasi marketing yang begitu banyak secara efektif. Bab ini dimulai dengan melihat kesalahan besar pemasaran klasik – keputusan yang sangat keliru (ill-considered) Coca-Cola beberapa tahun lalu ketika mengintroduksikan “new Coke” ke pasar. Keputusan perusahaan (Coca-Cola) berlandaskan dari hasil riset marketing yang mendalam, meskipun kenyataannya produk baru tersebut benar-benar gagal (di pasar). Sewaktu anda membaca kasus ini, tanyakan pada diri anda, bagaimana mungkin perusahaan sebesar Coca-Cola melakukan kesalahan fatal dalam risetnya. “The moral: If it can happen to Coca-Cola, it can happen to any company.” Untuk memberikan kepuasan dan nilai superior kepada pelanggan, perusahaan memerlukan informasi pada hampir setiap perubahan. Sebagaimana kasus “New Coke”, produk-produk dan program-program pemasaran yang baik dimulai dengan informasi: kajian mendalam mengenai kebutuhan dan keinginan konsumer. Perusahaan juga memerlukan banyak informasi mengenai kompetitor, resellers, dan pemain-pemain serta kekuatan-kekuatan lain di pasar. Dengan temuan-temuan teknologi informasi terbaru, perusahaan sekarang ini dapat memperoleh informasi dalam jumlah yang luar biasa. Meskipun data berlimpah, marketer seringkali mengeluh bahwa mereka masih kekurangan informasi yang mereka butuhkan. Dari riset terbaru menemukan bahwa separuh dari manajer-manajer yang disurvey mengatakan bahwa mereka tidak bisa menguasai informasi, meskipun banyak informasi yang datang kepada mereka. “Many companies sit on rich information but fail to manage and use it well.” Perusahaan harus mendisain sistem informasi pemasaran yang efektif sehingga mampu memberikan kepada manajer informasi yang benar, dalam format yang benar, pada ‘12 1 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana waktu yang tepat, untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan marketing lebih baik. B. Marketing Information System (MIS) MIS terdiri dari orang-orang, peralatan/instrumen, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, memilah, menganalisa, mengevaluasi dan menditribusikan tepat waktu informasi yang akurat kepada pembuat keputusan marketing. Figure 1, memperlihatkan bahwa MIS dimulai dan diakhiri oleh pengguna informasi—manajer marketing, patner internal dan eksternal, dan lain-lain—yang membutuhkan informasi marketing. Pertama, MIS menginter-aksikan pengguna informasi untuk menilai kebutuhan-kebutuhan informasi. Selanjutnya MIS mengembangkan informasi yang dibutuhkan, bisa berasal dari database internal perusahaan, kegiatan-kegiatan intelijen marketing, dan riset marketing. Kemudian MIS membantu pengguna-pengguna untuk menganalisa informasi dan memasukkan dalam format yang sesuai untuk membuat keputusan marketing dan untuk penanganan hubungan-hubungan pelanggan. Terakhir, MIS mendistribusikan informasi marketing dan membantu manajer menggunakannya dalam pembuatan keputusan mereka. 1. Assessing Marketing Information Needs Dalam merancang sistem informasi, perusahaan harus mempertimbangkan kebutuhankebutuhan dari semua pengguna—termasuk patner eksternal: seperti suppliers, resellers, atau agen-agen jasa marketing lainnya. Sistem informasi marketing yang baik memperhitungkan keinginan pengguna informasi terhadap apa yang mereka benar-benar butuhkan dan apa yang cocok untuk ditawarkan (“What they really need and what is feasible to offer?”). Perusahaan memulainya dengan menginterviu manajer-manajer untuk mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan. MIS harus memonitor lingkungan marketing untuk mendapatkan informasi yang diperlukan pembuat keputusan, yaitu informasi yang harus dimiliki untuk membuat ‘12 2 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana keputusan penting marketing. Terkadang, perusahaan tidak mampu menyediakan informasi yang diperlukan, mungkin karena tidak tersedia atau karena keterbatasan MIS. Biaya-biaya untuk memperoleh, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan informasi mungkin akan mahal. Perusahaan harus memutuskan apakah manfaat mendapatkan informasi sepadan dengan biaya yang tersedia, dan hal ini biasanya sulit untuk diperkirakan dengan tepat. 2. Developing Marketing Information. Marketer dapat memperoleh informasi yang diperlukan dari data internal, intelijen marketing, dan riset pasar Internal data Banyak perusahaan dalam membangun database internal yang ekstensif, dan pengumpulan informasi elektronik berasal dari sumber data di dalam perusahaan. Manajer marketing mengakses langsung dan memanfaatkan informasi di database, untuk mengidentifikasi peluang-peluang dan masalah, program perencanan, dan mengevaluasi kinerja pemasaran. Informasi di database dapat berasal dari banyak sumber. Departemen akutansi menyiapkan laporan-laporan keuangan dan catatan-catatan rinci penjualan, biaya-biaya, dan cash-flow. Bagian operasi melaporkan rencana dan jadual produksi, pengapalan atau pengiriman, dan inventarisasi.Tenaga penjual melaporkan reaksi resellers dan kegiatan-kegiatan pesaing. Departemen marketing melengkapi informasi berkaitan dengan demografik, psychografik, dan perilaku pembelian kustomer. Sementara departemen kustomer menyiapkan laporan mengenai kepuasan pelanggan atau masalah-masalah pelayanan. Riset yang dilakukan untuk satu departemen, juga dapat bermanfaat bagi departemen yang lainnya. Ini adalah contoh bagaimana satu perusahaan menggunakan database internalnya untuk membuat laporan dan keputusan marketing lebih baik. Database internal biasanya dapat diakses lebih cepat dan lebih murah dibanding sumber-sumber informasi lainnya, tapi juga dapat menimbulkan beberapa masalah. Karena informasi internal dikumpulkan untuk tujuan-tujuan tertentu, mungkin saja tidak lengkap atau dalam format yang salah untuk membuat keputusan marketing. Sebagai contoh, data penjualan dan biaya yang digunakan departemen akunting untuk menyiapkan laporan-laporan keuangan harus disesuaikan untuk kegunaan dalam mengevaluasi nilai segmen pelanggan tertentu, tenaga penjual, atau kinerja marketing channel. Data juga dapat ketinggalan dengan cepat, karena menyajikan database tetap terbaru/up-to-date memerlukan usaha-usaha besar. Lebih-lebih lagi, di perusahaan besar menghasilkan segunung informasi yang harus terintegrasikan dengan baik dan mudah diakses, sehingga manajer dapat mencari dengan mudah dan digunakan secara efektif. Marketing Intelligence (MI) MI ialah kumpulan dan analisa sistematik mengenai informasi yang tersedia secara umum mengenai kompetitor, dan perkembangan-perkembangan pasar atau lingkungan pemasaran. Tujuan intelijen marketing adalah untuk memperbaiki pembuatan keputusan strategik, menilai dan memantau bagaimana kondisi pesaing, dan memberikan peringatan-peringatan dini mengenai peluang-peluang dan ancaman. Teknik-teknik pengumpulan informasi bermacam-macam, mulai dari bertanya kepada karyawan perusahaan dan mem”benchmark” produk-produk pesaing, hingga riset di internet, mengunjungi pameran-pameran industri, dan pencarian melalui “rivals trash bins.” Informasi dapat dikumpulkan dari orang-orang dalam perusahaan—eksekutif, para insinyur dan ilmuwan, agen-agen pembelian, tenaga penjual. Perusahaan juga dapat mengumpulkannya melalui supplaier, resellers, dan pelangganpelanggan penting. Bisa juga didapat dengan mengamati pesaing-pesaing. Dengan membeli dan menganalisa produk-produk pesaing, mamantau penjualan mereka, pengecekan paten-paten yang baru, dan memeriksa beragam jenis bukti-bukti fisik. Misalnya, satu perusahaan secara teratur mengamati tempat parkir suatu perusahaan—bila tempat parkir terisi penuh mengindikasikan ‘12 3 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana banyak pekerjaan dan sedang berjalan baik, bila terisi separuh kemungkinan sedang masa-masa sulit. Peningkatan kegunaan intelijen marketing telah menimbulkan isu-isu etik/moral. Meskipun umumnya teknik-teknik yang digunakan adalah legal, dan beberapa dianggap bersaing secara licik (to be shrewdly competitive), beberapa etikanya di pertanyakan. Jelasnya perusahaan sebaiknya mengambil keuntungan dari informasi yang tersedia secara umum. Namun demikian perusahaan sebaiknya tidak melakukan kegiatan pengintaian sembunyi-sembunyi. Dengan sumbersumber intelijen yang tersedia sah sekarang ini, perusahaan tidak perlu melanggar hukum atau etika untuk memperoleh informasi yang baik. Marketing Research Riset marketing adalah rencana, kumpulan, analisa dan laporan secara sistematik data yang relevan mengenai situasi marketing tertentu yang dihadapi suatu organisasi. Misalnya, riset marketing dapat membantu marketer memahami kepuasan pelanggan dan perilaku pembelian. Juga dapat membantu dalam menilai potensi pasar dan pangsa pasar, atau untuk mengukur keefektifan harga, produk, distribusi, dan kegiatan-kegiatan promosi. Beberapa perusahaan besar mempunyai departemen riset sendiri yang bekerjasama dengan manajer marketing melakukan proyek riset marketing. Terkadang, perusahaan-perusahaan ini menggunakan spasialis-spesialis riset dari luar untuk konsultasi dengan manajemen mengenai masalah-masalah marketing tertentu dan melaksanakan studi riset marketing. Terkadang perusahaan hanya membayar kepada pihak luar untuk mendapatkan data pesaing dalam mendukung pembuatan keputusan perusahaan. Proses riset marketing meliputi empat langkah (lihat Figure 4.2): penetapan atau identifikasi masalah dan sasaran riset, pengembangan rencana riset, melaksanakan rencana riset, dan menginterpretasikan serta melaporkan temuantemuan. Defining the Problem and research Objectives Manajer marketing dan para peneliti harus benar-benar bekerja-sama dalam menatapkan masalah dan sepakat mengenai sasaran-sasaran riset. Manajer harus benar-benar memahami keputusan informasi mana yang dibutuhkan, sementara periset harus benar-benar memahami riset marketing dan cara untuk mendapatkan informasi. Penetapan masalah dan sasaran riset seringkali bagian tersulit dalam proses riset. Manajer mungkin saja mengetahui sesuatu yang salah, tanpa megetahui penyebab atau alasan-alasannya. Contoh, pada kasus “New Coke”, Coca-Cola menetapkan masalah risetnya terlalu sempit, yang hasilnya mendatangkan bencana bagi perusahaan. Pendefinisian masalah secara hati-hati akan menghindarkan perusahaan dari kerugian biaya dan lainnya. ‘12 4 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Setelah masalah ditetapkan secara berhati-hati, manajer dan periset harus menetapkan sasaran riset. Suatu proyek riset marketing bisa saja mempunyai satu dari tiga sasaran berikut: The Objective of Exploratory Research Sasaran riset eksploratory adalah untuk mengumpulkan informasi pendahuluan yang akan mendukung penetapan hipotesis masalah dan saran. The Objective of Descriptive Research ialah untuk menjelaskan hal-hal, seperti potensi pasar untuk suatu produk atau demografik dan sikap pelanggan yang membeli produk. The Objective of Causal Research ialah untuk menguji hipotesa mengenai hubungan sebab akibat. Misalnya, apakah penurunan 10 % biaya studi di sekolah tinggi swasta akan menyebabkan terjadinya peningkatan pendaftar karena biaya studi yang turun ? Para manajer seringkali memulai dengan riset eksploratory, dan diikuti dengan deskriptif atau kausal riset. Pernyataan atau statement mengenai masalah dan sasaran riset memandu keseluruhan proses riset. Manajer dan periset sebaiknya menempatkan pernyataan tersebut secara tertulis untuk memastikan bahwa mereka sepakat atas tujuan dan hasil-hasil yang akan diharapkan dari riset. Developing the Research Plan Setelah masalah dan sasaran riset ditetapkan, maka periset harus menentukan persisnya informasi apa yang diperlukan, membuat rencana pengumpulan informasi dengan efisien, dan menyampaikan rencana kepada manajemen (pimpinan). Garis besar rencana riset bersumber pada data-data yang ada dan mejelaskan pendekatan-pendekatan riset yang akan digunakan, metoda-metoda kontak, rencana-rencana penarikan contoh (sampling), dan perangkat-perangkat yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Sasaran riset harus diterjemahkan menjadi kebutuhan-kebutuhan informasi yang terarah. Misalnya, anggaplah Campbell memutuskan melakukan riset mengenai reaksi konsumen terhadap pengenalan mangkuk/cup baru tahan panas dan dapat digunakan pada oven microwave untuk wadah spaghetti FrancoAmerican dan SpaghettiOs-nya. Kemasan ini telah berhasil untuk wadah sup Campbell. Wadah ini harganya lebih mahal tapi memungkinkan konsumen untuk memanaskan spaghetti di oven microwave dan makan spaghetti tanpa perlu piring. Riset mungkin memerlukan informasi spesifik berikut: Karakteristik demografik, ekonomik, dan gaya hidup dari konsumen spaghettiOs saat ini (pasangan kerja sibuk mungkin memperoleh manfaat dengan kemasan baru sesuai dengan harga; keluarga dengan anak-anak mungkin menginginkan harga sedikit murah dan bersedia mencuci kemasan). Pola-pola pemakaian oleh konsumen untuk SpaghettiOs dan produkproduk terkait: berapa banyak mereka makan, dimana dan kapan, (kemasan baru mungkin saja cocok untuk orang dewasa ketika makan siang di perjalanan, tapi kurang nyaman untuk orang tua yang menyuapi makan siang anak). Reaksi-reaksi pengecer/retailer terhadap kemasan baru (gagal memperoleh dukungan retailer dapat merusak penjualan kemasan baru) Ramalan penjualan untuk kemasan baru dan sebelumnya (Akankah kemasan baru menghasilkan penjualan baru atau hanya penjualan dari kemasan lama? Apakah kemasan baru menaikkan keuntungan Campbell?) ‘12 5 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Manajer Campbell akan memerlukan informasi-informasi di atas dan informasi lainnya untuk memutuskan perlukah mengintroduksikan kemasan baru. Rencana riset sebaiknya dalam bentuk proposal tertulis, hal ini penting bila proyek riset besar dan kompleks atau bila perusahaan lain juga melakukan hal tersebut. Proposal sebaiknya meliputi atau mengcover masalah-masalah yang dihadapi manajemen dan sasaran-sasaran riset, sehingga membantu manajemen membuat keputusan. Proposal juga sebaiknya mencantumkan biaya-biaya riset. Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan manajer, rencana riset mungkin perlu mengumpulkan data sekunder, primer atau keduanya. Secondary data terdiri dari informasi yang telah tersedia atau telah terkumpul (oleh pihak lain) yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Primary data terdiri dari informasi yang terkumpul (dilakukan sendiri) untuk tujuan spesifik. Gathering Secondary Data Biasanya periset memulai pengumpulan informasi dari data sekunder. Data awal ini dapat diperoleh dari database internal perusahaan. Meskipun begitu, perusahaan dapat juga memperolehnya dari bermacam-macam sumber eksternal, termasuk penyedia data yang bersifat komersial atau dari sumber pemerintah atau lainnya: outside suppliers online database Data sekunder biasanya dapat diperoleh lebih cepat dengan biaya relatif murah dibandingkan data primer. Walaupun terkadang data sekunder dapat juga memunculkan masalah-masalah, karena peneliti tidak selalu mendapatkan semua data yang dibutuhkan dari sumber-sumber sekunder. Gathering Primary Data Data sekunder sebagai titik awal dimana periset memulai pencarian data, seringkali banyak membantu dalam menetapkan atau mengidentifikasi masalah-masalah dan sasaran-sasaran riset. Dalam banyak kasus, perusahaan juga harus mengumpulkan data primer. Sama seperti kualitas data sekunder, peneliti harus berhati-hati dalam pengumpulan data primer, data yang dikumpulkan harus relevan, akurat, up-to-date, dan tidak bias. Tabel 2, memperlihatkan bahwa perencanaan suatu pengumpulan data primer memerlukan sejumlah keputusan-keputusan terkait dengan pendekatan riset, metoda kontak/komunikasi, rencana penarikan contoh/sampling, dan instrumen riset yang diperlukan ‘12 6 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Pendekatan Riset 1. Observational Riset Meliputi pengumpulan data primer dengan mengamati orang-orang, aksi-aksi atau respon, dan situasi-situasi yang relevan. Misalnya, marketer produk kemasan makanan, mungkin mendatangi supermarket dan mengamati pengunjung toko ketika pengunjung melihatlihat isi toko: memilih dan memeriksa kemasan, dan membuat keputusan membeli. Atau sebuah bank mungkin mengevaluasi kemungkinan lokasi kantor cabang baru dengan melakukan pengamatan pola-pola perdagangan, kondisi lingkungan, dan lokasi persaingan dimana kantor cabang akan dibuka. 2. Survey Research Merupakan pendekatan riset yang paling banyak digunakan untuk pengumpulan data primer, karena paling cocok untuk pengumpulan informasi deskriptif. Perusahaan yang ingin mengetahui mengenai pengalaman, sikap, preperensi atau perilaku pembelian orang-orang, seringkali didapat dengan bertanya kepada konsumen secara langsung. Sebagian perusahaan menyediakan marketer untuk melihat secara komprehensif pola-pola pembelian melalui sistem data “single source”. Sistem data”single source” adalah sistem monitoring elektronik yang menghubungkan “exposure” konsumen terhadap iklan dan promosi TV (diukur menggunakan TV meter) dengan produk apa yang mereka beli di toko-toko. Kelebihan utama riset survey ialah dalam hal fleksibilitasnya. Metoda ini dapat digunakan untuk memperoleh beragam informasi yang berbeda disituasi berbeda. Akan tetapi, riset survey juga menghadapi beberapa masalah. Terkadang orang-orang tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan survey dikarenakan mereka lupa atau tidak terpikirkan apakah mereka melakukan dan mengapa. Orang-orang yang disurvey mungkin saja tidak ingin merespon untuk pertanyaan interviu yang tidak mereka ketahui, atau mungkin mereka menganggap pertanyaan terlalu bersifat pribadi. Responden mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka tidak ketahui agar kelihatan terkesan pintar/smart atau informatif. Mungkin juga untuk membantu pewawancara dengan cara memberikan jawaban-jawaban yang menyenangkan. Terakhir, orangorang sibuk mungkin tidak punya waktu atau merasa terganggu privacy mereka. 3. Experimental Research (ER) ER paling cocok untuk pengumpulan informasi yang bersifat kausal (sebab- akibat). Eksperimen meliputi seleksi kelompok-kelompok yang cocok dengan subyek-subyek, memberikan perlakuan berbeda kepada mereka, pengendalian faktor-faktor unrelated, dan pengujian terhadap perbedaan-perbedaan respon dalam kelompok. Oleh karena itu ER diperlukan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat. Misalnya, sebelum menambahkan Sandwich baru ke dalam daftar menu, McD melakukan eksperimen untuk menguji pengaruh penjualan terhadap dua harga berbeda pada produk sandwich yang sama. Produk ini diperkenalkan dengan harga berbeda antara satu kota dengan kota lainnya. Jika kondisi kedua kota sama, dan upayaupaya marketing lainnya juga sama, maka perbedaan dalam penjualan di dua kota kemungkin hanya terkait dengan harga yang ditetapkan. ‘12 7 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Contact Methods Informasi dapat dikumpulkan melalui mail, telephone, wawancara pribadi, atau online. Lihat tabel 3, yang memperlihatkan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metoda kontak. Mail Mail Questionnaires dapat berguna untuk mengumpulkan sejumlah besar informasi dengan biaya murah per-responden. Responden dapat memberikan jawaban-jawaban lebih jujur terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat personal bila menggunakan mail questionnaire. Cara ini juga tidak melibatkan pewawancara yang kemungkinan penyebab bias. Sayangnya, mail questionnaire tidak fleksibel — semua responden menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama dalam susunan yang sudah tetap (fixed). Mail surveys biasanya selesainya lama dan tingkat respon – jumlah orang-orang yang mengembalikan jawaban yang lengkap seringkali rendah. Oleh karenanya, peneliti sering hanya memiliki kendali rendah terhadap sampel (contoh wakil populasi yang disurvey) dari mail questionnaire. Bahkan dengan daftar “mailing” yang baik tetap sulit dikontrol siapa yang perlu dikirimi ‘mailing” untuk menjawab questionnaire. Telephone Telephone interviewing (TI) merupakan salah satu metoda terbaik untuk mengumpulkan data dengan cepat dan cara ini fleksibilitasnya lebih tinggi daripada mail questionnaires. Pewawancara dapat menjelaskan pertanyaanpertanyaan yang sulit kepada pihak yang diwawancarai, dan tergantung pada jawaban-jawaban yang mereka terima, si pewawancara dapat melewatkan beberapa pertanyaan tertentu tapi menggali lebih dalam dengan menambah pertanyaan-pertanyaan sesuai kepentingan wawancara. Tingkat respon cenderung lebih tinggi daripada mail questionnaires, dan pewawancara dapat bertanya kepada responden sesuai dengan karakteristik yang diinginkan atau bahkan dengan nama. Meskipun demikian, dengan TI, biaya per responden lebih tinggi daripada dengan mail . Juga, orang-orang kemungkinan tidak ingin mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi dengan si pewawancara. Metoda ini juga memungkinkan memunculkan bias dari si pewawancara – cara bicara pewawancara, bagaimana mereka mangajukan pertanyaan, dan perbedaanperbedaan lain mungkin mempengaruhi jawaban-jawaban responden. Hal lainnya ialah kemungkinan perbedaan pewawancara dalam mengiterpretasikan dan mencatat respon-respon berbeda, atau karena tenggat waktu sebagian pewawancara mungkin saja melakukan kecurangan dengan membuat jawabanjawaban tanpa melakukan wawancara atau hanya fiktif. ‘12 8 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Personal Interviewing (PI) PI berlangsung dalam dua bentuk – individual dan kelompok yang diwawancarai. Individual meliputi wawancara dengan orang-orang di rumah atau kantor, di jalanan, atau di pusat-pusat perbelanjaan. Wawancara seperti ini fleksibel. Pewawancara terlatih dapat mengarahkan yang diwawancara, menjelaskan pertanyaan-pertanyaan sulit, dan menggali isu-isu sesuai kebutuhan situasi. Akan tetapi PI memerlukan biaya mungkin 3 sampai 4 kali lebih mahal dari telephone interview. Group Interviewing (GI) Wawancara kelompok terdiri dari undangan enam hingga sepuluh orang untuk berbicara dengan moderator terlatih mengenai suatu produk, jasa, atau organisasi. Peserta biasanya dibayar dengan sejumlah uang untuk hadir. Moderator harus mengkondisikan agar diskusi berjalan bebas dan santai, agar interaksi kelompok akan menghasilkan respon perasaan dan pikiran responden yang sesungguhnya. Selama berlangsung diskusi, moderator menjadi pusat diskusi – karena itu dinamakan Focus Group Interviewing. Peneliti dan marketer mengamati diskusi kelompok fokus dari balik kaca satu arah (one way glass) dan mencatat komentar-komentar atau jawaban-jawaban atau merekamnya untuk dipelajari lebih lanjut. Focus group interviewing telah menjadi satu dari alat riset marketing utama untuk mendapatkan pemahaman mengenai yang dipikirkan dan dirasakan konsumen. Meskipun begitu, metode ini biasanya menggunakan ukuran sampel yang kecil atau sedikit untuk menghemat waktu dan biaya. Oleh karenanya sulit hasilnya untuk digeneralisasikan. Kelemahan lainnya ialah si pewawancara memungkinkan melakukan bias karena banyak kebebasan dalam wawancara pribadi. Sekarang ini banyak peneliti melakukan perubahan cara mereka melakukan focus Groups secara ‘live’. Penggunaan kamera dan sistem suara dua arah dan lain-lain. Online Marketing Research Majunya teknologi komunikasi menghasilkan sejumlah metoda kontak tenologi tinggi yang baru. Salah satunya ialah “Computer Assisted Telephone Interviewing (CATI)”, dimana pewawancara duduk depan komputer, membaca pertanyaan-pertanyaan di layar dan mengetik jawaban responden. Yang lainnya adalah ‘Completely Automated Telephone Surveys (CATS), dimana responden dihubungi melalui komputer dan ditanya pertanyaan-pertanyaan yang sudah direkam/dicatat. Responden memberikan respon dengan suara atau melalui “The phone’s touchpad”. Metoda kontak lainnya termasuk ‘disks-by-mail and computer-based fax surveys”. Teknologi terbaru untuk riset marketing adalah internet. Peneliti-peneliti marketing mengumpulkan data primer melalui online (internet) marketing research makin meningkat – internet surveys –experiments and online focus geoups. Web research menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan survey-survey tradisional dan focus groups. Keunggulan yang paling nyata adalah kecepatan dan murah. Online focus group memang memerlukan beberapa perencanaan terlebih dahulu, tapi hasil-hasilnya benar-benar cepat. Menggunakan internet untuk melakukan riset marketing, memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya, terbatasnya akses internet, menyulitkan dalam mendapatkan contoh yang representatif mewakili keseluruhan populasi/dalam kawasan yang luas. Masalah lainnya ialah kontrol terhadap sampel. Seorang eksekutif riset mengatakan, ‘jika anda tidak bisa melihat/bertemu dengan orang yang anda ajak bicara, bagaimana anda dapat mengetahui siapa sesungguhnya mereka? Dunia online samasekali tanpa kontak mata, bahasa tubuh, dan interaksi pribadi langsung yang terjadi pada riset tradisional, misal ‘focus group.’ Untuk mengatasi masalah-masalah sampel dan respon semacam ini, banyak perusahaan riset online menggunakan “Opt-in communities and respondent panels”. Kemajuan teknologi, seperti animasi terintegrasi (the integration of ‘12 9 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana animation), streaming audio and video, and virtual environments—akan membantu mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut. Sampling Plan Peneliti marketing biasanya menarik kesimpulan dari sekelompok besar konsumer dengan mempelajari sejumlah sample/contoh kecil dari total populasi konsumer. Sample adalah suatu segmen dari populasi terpilih untuk mewakili keseluruhan dari suatu populasi. Idealnya sample sebaiknya menjadi wakil, sehingga peneliti dapat membuat perkiraaan yang akurat mengenai pemikiran dan perilaku dari populasi yang lebih besar. Mendisain sample memerlukan tiga keputusan: Pertama, siapa yang akan di survey (apa unit penarikan contoh)? Jawaban untuk peretanyaan ini tidak selalu jelas/nyata. Misalnya, studi proses pengambilan keputusan untuk pembelian mobil keluarga, haruskah peneliti mewawancarai suami, istri, anggota-anggota keluarga yang lain, tenaga sales, dealer, atau semuanya? Peneliti harus menetapkan informasi apa yang dibutuhkan, dan siapa yang paling mungkin untuk memilikinya? Kedua, berapa banyak orang-orang yang akan disurvey (apa ukuran sample)? Sample besar akan memberikan hasil yang lebih baik, bisa diandalkan daripada sample kecil. Bukan suatu keharusan keseluruhan target market dijadikan sample atau dengan porsi besar untuk mendapatkan hasil yang bisa dipercaya. Karena jika pemilihan sample baik meskipun kurang dari 1 % dari populasi seringkali sudah cukup mewakili/bisa dipercaya. Ketiga, bagaimana sebaiknya memilih orang-orang yang dijadikan sample (bagaimana prosedure penarikan contoh)? Tabel 4.4, menjelaskan macam perbedaan sample. Menggunakan “probability samples”, setiap anggota populasi mempunyai peluang untuk dijadikan sample, dan peneliti dapat menghitung selang kepercayaaan untuk kesalahan penarikan contoh. Tapi bila biaya ‘probability sampling’ terlalu mahal atau terlalu lama, maka dapat menggunakan “nonprobability samples”, meskipun kesalahan penarikan contoh tidak dapat diukur. Research Instruments Dalam pengumpulan data primer, peneliti marketing mempunyai dua pilihan utama instrumen riset – Questionnaire dan perlengkapan/peralatan mekanik. ‘12 10 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Questionnaire merupakan instrumen yang paling umum, apakah dilakukan berhadapan langsung dengan orang-orang yang diwawancarai, melalui telepon, atau online. Quetionnaire sangat fleksibel, karena ada banyak cara untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan—pertanyaan tertutup (closed-end questions) termasuk semua jawaban yang mungkin dan membuat pilihan dari jawaban yang ada, misal pertanyaan ‘multiple choice’ dan pertanyaan skala/derajat. Pertanyaan terbuka (open-end questions), memungkinkan responden menjawab dengan kata-kata mereka sendiri. Pada survey pengguna penerbangan, Southwest mungkin bertanya, “What is your opinion of Southwest Airline?” atau mungkin bertanya untuk melengkapi satu kalimat: “When I choose an airline, the most important consideartion is…………….” Ini adalah contoh-contoh dari “open-end questions”, yang seringkali mengungkapkan lebih banyak dibandingkan “closed-end questions”, karena responden tidak dibatasi dalam hal menjawab. Open-end questions biasanya berguna khususnya pada riset eksploratory. Closed-end questions, sebaliknya menyediakan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang mudah untuk diterjemahkan dan ditabulasi. Peneliti juga harus hati-hati menggunakan kata-kata dan susunan pertanyaan, pertanyaan sederhana/tidak sulit, langsung, kata-kata tidak bias. Pertanyaan tertata dalam susunan yang logis. Pertanyaan pertama sebaiknya membuat orang tertarik untuk menjawab dan pertanyaan yang susah atau pribadi sebaiknya ditempatkan dibagian akhir. Sehingga responden tidak langsung bersikap difensif. Questionnaire yang tidak disiapkan dengan baik atau kurang berhati-hati biasanya mengandung banyak kesalahan-kesalahan (lihat Tabel 4.5). Meskipun qoestionnaire merupakan instrumen riset paling umum, peneliti juga menggunakan instrumen mekanik untuk memantau perilaku konsumer. Nielsen Media Research melengkapi perangkat “people meters” pada perangkat TV di rumah-rumah responden terpilih untuk merekam siapa yang melihat programprogram tertentu yang ada di TV. Retailers menggunakan “checkout scanners” untuk merekam pembelian konsumen. Peralatan mekanik lain untuk mengukur respon fisik subjek, misalnya kamera mata digunakan untuk mempelajari gerakan-gerakan mata responden untuk mengetahui apa yang menjadi fokus pertama mata dan berapa lama mata tertuju pada item tersebut, dll. ‘12 11 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Implementing the Research Plan Selanjutnya peneliti menjalankan rencana riset marketing ke dalam aksi/perbuatan. Kegiatan ini meliputi pengumpulan, prosesing, dan menganalisa informasi. Pengumpulan data dapat dilaksanakan oleh staf riset marketing perusahaan atau oleh perusahaan dari luar. Tahap pengumpulan data pada proses riset marketing umumnya paling banyak mengeluarkan biaya dan bagian yang berpeluang besar terjadi kesalahan. Peneliti harus melihat secara langsung jalannya pengumpulan data untuk memastikan bahwa rencana terlaksana dengan benar. Peneliti harus mendampingi ketika ada masalah saat kontak atau berkomunikasi dengan responden untuk mengatasi, mencegah atau meluruskan – bila ada responden yang menolak untuk bekerja sama atau yang memberikan jawaban-jawaban bias, dan ketika pewawancara melakukan kesalahankesalahan atau mengambil jalan pintas. Peneliti harus memproses dan menganalisa data yang terkumpul untuk memilah informasi-informasi dan temuan-temuan penting. Peneliti perlu mengecek data untuk keakuratan, kelengkapan dan pengkodean guna analisa selanjutnya, mentabulasi hasil-hasil dan menghitung rata-rata serta ukuran-ukuran statistik lainnya. Interpreting and Reporting the Findings Peneliti selanjutnya harus menerjemahkan temuan-temuan, membuat kesimpulan-kesimpulan, dan melaporkan hasil-hasilnya kepada manajemen. Peneliti sebaiknya tidak melakukan hal-hal yang membingungkan manajer dengan sejumlah teknik-teknik statistik yang rumit. Lebih baik peneliti menyampaikan temuan-temuan penting yang berguna bagi pimpinan dalam mengambil keputusan penting. Meskipun begitu interpretasi sebaiknya tidak diserahkan sepenuhnya hanya kepada peneliti. Mereka sebagai peneliti memang ahli dalam desain riset dan statistik, tapi manajer marketing lebih banyak mengetahui mengenai masalah dan keputusan-keputusan yang harus diambil. Riset sebaik apapun tidak ada artinya, jika manajer menerima secara buta interpretasi yang salah dari peneliti. Demikian pula manajer dapat melakukan kesalahan atau bias – karena kecenderungan menerima hasil-hasil riset yeng memperlihatkan apa yang manajer harapkan dan menolak apa-apa yang tidak diharapkan atau perkirakan. Dalam banyak kasus, temuan-temuan dapat diinterpretasikan dalam cara-cara berbeda, dan diskusi antara peneliti dengan manajer akan mendukung menuju interpretasi terbaik. Oleh karenanya, manajer dan peneliti harus benar-benar bisa bekerjasama ketika menginterpretasikan hasil-hasil riset dan keduanya harus saling bertanggung-jawab untuk proses riset dan keputusan keputusan yang dihasilkan. 3. Analyzing Marketing Information Informasi yang terkumpul di database internal dan melalui intelijen marketing serta riset marketing biasanya memerlukan analisa lebih lanjut. Manajer mungkin perlu dukungan dalam menggunakan informasi untuk kepentingan dan keputusankeputusan marketing. Dukungan termasuk analisa statistik lanjut, guna mempelajari lebih dalam baik hubungan-hubungan dari serangkaian data dan reliabilitas statistiknya, sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pasar, kegiatan-kegiatan marketing dan hasil-hasilnya. Analisa informasi mungkin juga meliputi sekumpulan model-model analisa yang mendukung marketer membuat keputusan-keputusan lebih baik. Model-model ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan “What if/bagaimana jika ..? dan Which is best/ Mana yang terbaik …?. Pakar-pakar marketing telah mengembangkan sejumlah model-model bauran pemasaran yang baik, merancang teritori penjualan dan rencana penjualan, memilih lokasi untuk outlet retail, mengembangkan bauran iklan secara optimal (advertising mixes) dan meramalkan penjualan produk baru. ‘12 12 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Customer Relationship Management (CRM) CRM adalah keseluruhan proses membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan pelanggan yang menguntungkan dengan penyampaian nilai dan kepuasan pelanggan yang superior. Tujuan CRM ialah untuk mengelola informasi detail mengenai pelanggan-pelanggan secara individu dan mengelola customer touch-points untuk memaksimalkan kesetiaan pelanggan. CRM terdiri dari soft-ware canggih dan perangkat analisa yang mengintegrasikan informasi pelanggan dari semua sumber, dengan analisa yang mendalam, dan hasilhasilnya digunakan untuk membangun hubungan-hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan. 4. Distributing and Using Marketing Information Informasi marketing tidak mempunyai harga atau nilai jika tidak digunakan untuk membuat keputusan-keputusan marketing menjadi lebih baik. Sehingga sistem informasi marketing harus menyediakan informasi untuk manajer-manajer dan yang lainnya dalam membuat keputusan-keputusan marketing atau kesepakatankesepakatan dengan pelanggan berbasis “a day-to-day.” Dalam beberapa kasus, ini berarti menyediakan kepada manajer laporan-laporan kinerja secara teratur, pembaruan intelijen (data), dan laporan mengenai hasil dari studi riset. Manajer marketing kemungkinan memerlukan informasi nonrutin untuk situasi-situasi tertentu dan keputusan-keputusan segera. Misalnya, manajer pejualan menghadapi masalah dengan banyaknya pelanggan, sehingga memerlukan ringkasan laporan penjualan dan keuntungan dari tahun lalu. Atau manajer toko retail yang menjual produk sangat laku memerlukan informasi untuk mengetahui tingkat inventaris terakhir di toko-toko lain yang terkait (the chain’s other stores). Banyak perusahaan menggunakan intranet untuk memfasilitasi proses-proses ini di perusahaan. Intranet menyediakan akses cepat untuk riset informasi, menyimpan laporan, mebagi dokumen kerja, kontak informasi untuk karyawan dan pihak-pihak lain. Dengan teknologi modern, para manajer marketing saat ini dapat memperoleh akses langsung ke sistem informasi kapanpun dan dari manapun. Mereka dapat berhubungan dengan sistem atau dimanapun melalui jaringan tanpa kabel – dimanapun mereka dapat menggunakan laptop dan tersambung. 5. Other Marketing Information Considerations Bagian ini juga membahass informasi marketing mengenai riset marketing di organisasi bisnis kecil dan nonprofit, dan riset marketing internasional. Terakhir membahas kebijakan publik dan isu-isu etika dalam riset marketing. Marketing Research in Small Businesses and Nonprofit Organizations Sama seperti di perusahaan besar, organisasi kecil memerlukan informasi pasar. Bisnis-bisnis yang baru mulai perlu informasi mengenai industri, pesaing-pesaing, pelanggan-pelanggan potensial, dan reaksi-reaksi terhadap penawaran pasar yang baru. Perusahaan-perusahaan kecil yang sudah berdiri harus mengikuti perubahanperubahan terhadap kebutuhan dan keinginan-keinginan pelanggan, reaksi-reaksi terhadap produk-produk baru, dan perubahan-perubahan di lingkungan persaingan. Manajer-manajer di organisasi kecil dan nonprofit seringkali mengira bahwa riset marketing hanya dapat dilakukan oleh pakar-pakar di perusahan besar dengan anggaran riset yang besar. Memang ada benarnya, studi-studi riset skala besar umumnya anggarannya melebihi bisnis kecil. Akan tetapi, banyak teknik-teknik riset marketing yang dibahas dalam bab ini, juga dapat digunakan oleh organisasi kecil dengan cara tidak begitu formal dan sedikit atau tanpa biaya. ‘12 13 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Manajer-manajer organisasi bisnis kecil dan nonprofit bisa memperoleh informasi marketing yang baik hanya dengan mengobservasi hal-hal yang ada diseputar bisnis mereka. Misalnya, retailers dapat mengevaluasi lokasi-lokasi baru dengan mengamati lalu-lintas kendaraan dan pejalan kaki. Mereka dapat mamantau iklaniklan pesaing dengan mengumpulkan iklan-iklan dari media lokal. Mereka dapat mengevaluasi bauran pelanggan mereka dengan mencatat berapa banyak dan tipetipe pelanggan yang belanja di toko pada waktu-waktu tertentu. Tambahan lagi, banyak manajer bisnis kecil yang secara rutin mendatangi pesaing-pesaing mereka dan bersosialisasi dengan pesaing-pesaing, sekaligus untuk melihat ke dalam perusahaan pesaing. Contohnya, Tom Coohell, seorang koki yang memiliki dua restauran di Atlanta, memberikan kepada manajernya tunjangan makan untuk makan malam di luar dan membawa kembali ide-ide pengalamannya untuk masukan ke perusahaan. Manajer dapat melakukan survey informal menggunakan sampel kecil. Direktur suatu musium seni dapat belajar mengenai pola pikir dari pameran-pameran besar dengan melakukan “informal focus groups” – mengundang sekelompok kecil orangorang seni untuk makan siang dan mendiskusikan topik-topik yang menarik mengenai pameran. Penjual retail dapat berdiskusi dengan pelanggan yang datang ke toko; Petugas rumah sakit dapat mewawancarai pasien-pasien, dan lain-lain. Manajer-manajer juga dapat melakukan sendiri percobaan-percobaan atau eksperimen sederhana. Misalnya dengan merubah tema-tema dalam mailing /surat pengumpulan data secara reguler dan mengamati hasilnya. Seorang manajer organisasi nonprofit dapat menemukan banyak cara mengenai strategi marketing mana yang berjalan baik. Dengan mengiklankan pada beragam koran, seorang manajer toko dapat mepelajari pengaruh iklannya, seperti: ukuran dan posisi iklan, harga kupon, dan media-media yang digunakan. Untuk memperoleh data sekunder, bisnis-bisnis kecil dapat memperoleh banyak sekali informasi hanya dengan sedikit biaya, yaitu melalui internet. Mereka dapat menjelajah WEB SITEs pesaing dan pelanggan, dan menggunakan internet untuk mengetahui isu-isu dan perusahaan tertentu. Ringkasnya, pengumpulan data sekunder, observasi, survey dan eksperimen semuanya dapat digunakan secara efektif oleh organisasi kecil dengan anggaran juga kecil. Meskipun, metoda-metoda riset informal ini kurang kompleks dan biaya kecil, tetap harus dijalankan secara hati-hati. Manajer harus berpikir cermat terkait dengan sasaran riset, formulasi pertanyaan-pertanyaan, memahami kesalahan-kasalahan yang mungkin muncul karena sampel yang kecil dan penelitipeneliti kurang berpengalaman. International marketing Research Peneliti marketing internasional mengikuti langkah-langkah yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti domestik, dimulai dengan menetapkan atau mendefinisikan masalah riset dan mengembangkan rencana riset untuk diinterpretasikan dan melaporkan hasil-hasilnya. Meskipun begitu, peneliti internasional akan banyak menghadapi kesulitan, selain itu permasalahan juga berbeda. Peneliti domestik berurusan dengan pasar yang relatif homogen dalam satu negara. Sementara peneliti internasional berurusan dengan pasar-pasar berbeda di banyak negara-negara yang juga berbeda. Pasar-pasar ini sering sangat beragam baik dari segi: tingkat perkembangan ekonomi, budaya dan adat istiadat, hingga pola-pola pembelian. Di banyak pasar luar negeri, peneliti internasional terkadang mengalami kesulitan sewaktu mendapatkan data sekunder yang baik. Peneliti marketing di US., dapat memperoleh data sekunder yang dapat diandalkan dari lusinan sumber riset domestik, sebaliknya di banyak negara hampir tidak ada sumber-sumber riset yang bisa diandalkan. Beberapa jasa (perusahaan) riset internasional terbesar yang beroperasi di banyak negara. Contohnya, AC Nielsen Corporation (dimiliki oleh VNU. NV, perusahaan riset marketing terbesar di dunia) mempunyai kantor-kantor di lebih 100 negara, dari China hingga Chile. Dan 65 % pemasukan dari 25 perusahaanperusahaan riset marketing terbesar dunia berasal dari operasi mereka di luar negeri. Akan tetapi, perusahaan-perusahaan ini relatif hanya beroperasi di negaranegara tertentu. Jadi, meskipun informasi sekunder tersedia, biasanya harus ‘12 14 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana diperoleh dari banyak sumber berbeda berdasarkan basis “country-by-country”, yang seringkali membuat informasi yang diperoleh sulit untuk disatukan atau dibandingkan. Dikarenakan terbatasnya data sekunder yang baik, peneliti internasional seringkali harus mengumpulkan sendiri data primer. Disini lagi-lagi peneliti berhadapan dengan masalah yang tidak akan ditemukan secara domestik. Contoh, mereka mungkin mengalami kesulitan untuk mengembangkan sampel yang baik. Peneliti di US dapat menggunakan buku petunjuk telepon terbaru, data sistem sensus, dan satu dari beberapa sumber-sumber data sosioekonomik untuk menyusun atau menetapkan sampel. Sayangnya, informasi semacam inipun umumnya tidak tersedia di banyak negara. Di banyak tempat di dunia untuk menjangkau responden seringkali tidak mudah. Peneliti di Meksiko tidak dapat mengandalkan telepon, internet, dan surat untuk melakukan pengumpulan data — umumnya pengumpulan data dilkakukan “door-todoor” dan terkonsentrasi di tiga atau empat kota-kota besar. Di beberapa negara, sedikit orang-orang yang memiliki telepon atau komputer pribadi. Misalnya, di US ada 668 telepon dan 554 PCs per 1.000 orang Amerika, sementara ada hanya 117 telepon dan 54 PCs per 1.000 orang di Meksiko. Di Ghana jumlah ini turun menjadi 11 telepon dan 3 PCs per 1.000 orang. Di beberapa negara, sistem posnya terkenal tidak bisa diandalkan. Di Brazil, sebagai contoh, diperkirakan 30 % surat-surat tidak pernah dikirimkan. Di banyak negara berkembang, jalan-jalan rusak, dan sistem transportasi membuat daerah-daerah tertentu sulit dijangkau, sehingga wawancara secara personal sulit dan mahal. Perbedaan-perbedaan budaya dari negara ke negara menyebabkan masalah tambahan untuk peneliti internasional. Bahasa adalah kendala yang paling besar. Contoh, questionnaires harus disiapkan dalam satu bahasa dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa di masing-masing negara yang diteliti. Respon selanjutnya harus diterjemahkan kembali ke bahasa asal peneliti untuk dianalisa dan diinterpretasikan. Hal ini menambah biaya riset dan memungkinkan resiko kesalahan atau error. Konsumen di negara berbeda juga berbeda dalam sikap mereka terhadap riset marketing. Orang-orang di satu negara mungkin saja sangat senang untuk merespon, di negara-negara lain bahkan tidak merespon sehingga menimbulkan kesulitan. Kebiasaan-kebiasaan di beberapa negara, mungkin melarang orang-orang berbicara dengan orang asing. Pada budaya-budaya tertentu, pertanyaanpertanyaan riset sering dianggap terlalu pribadi. Sebagai contoh, di banyak negaranegara latin Amerika, orang-orang merasa malu untuk berbicara dengan peneliti mengenai pilihan shampoo, deodorant, dan produk-produk perawatan pribadi. Demikian juga di negara-negara Muslim umumnya, focus group yang terdiri dari laki-laki dan perempuan adalah sesuatu yang taboo. Walaupun ada masalah-masalah tersebut di atas, pertumbuhan marketing internasional akhir-akhir ini, menyebabkan meningkatnya pelaksanaan riset marketing internasional. Perusahaan-perusahaan global memiliki sedikit pilihan dalam melaksanakan riset. Meskipun biaya dan masalah-masalah yang terkait dengan riset internasional mungkin tinggi. Public Policy and Ethics in Marketing Research Dua hal pokok terkait dengan kebijakan publik dan isu-isu moral dalam riset marketing ialah gangguan atau mencampuri urusan pribadi dan penyelah-gunaan temuan-temuan riset. Intrusions on Consumer Privacy Banyak konsumen bersikap positif terhadap riset marketing, dan percaya bahwa hal tersebut meberikan manfaat. Beberapa bahkan menikmati ketika di wawancara dan memberikan opini-opini mereka. Akan tetapi yang lainnya marah atau menolak keras atau bahkan tidak percaya pada riset marketing. Sebagian kecil konsumen hawatir bahwa peneliti mungkin menggunakan teknik-teknik rumit untuk menggali lebih dalam perasaan-perasaan responden dan selanjutnya menggunakan pengetahuan ini untuk memanipulasi pembelian responden. Atau mereka khawatir bahwa marketer sedang menyiapkan database yang sangat lengkap mengenai informasi pribadi kustomer. ‘12 15 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana Meningkatnya kejengkelan konsumer telah menjadi masalah utama di industri riset. Satu dari temuan riset terbaru menyampaikan bahwa 70 % warga Amerika mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan memiliki terlalu banyak informasi pribadi konsumer, dan 76 % merasa bahwa perusahaan menggunakan informasi yang terkumpul untuk menjual produk-produk mereka. Keprihatinan ini mengarah ke semakin rendahnya tingkat respon dari survey-survey di tahun-tahun terakhir ini. Studi lain juga menemukan, bahwa 59% konsumer menolak memberikan informasi untuk perusahaan, karena mereka pikir hal tersebut tidak terlalu penting atau terlalu pribadi, bahkan dari survey lima tahun terkahir lebih dari 42 %. Industri riset sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya ialah berdirinya Dewan Riset Marketing dan Opini “Your Opinion Counts Program” untuk mendidik konsumen mengenai manfaat dari riset marketing dan untuk membedakannya dari kegiatan sales dan database. Industri ini juga telah mempertimbangkan menerima standar-standar yang luas, mungkin berdasarkan pada Dewan Internasional untuk “Commerce’s International Code of Marketing and Social Reasearch Practise”. Dewan ini mengatur pokok-pokok tanggungjawab terhadap responden dan terhadap publik umumnya. Banyak perusahaan-perusahaan – termasuk IBM, CitiGroup, American Express, Bank of America, DoubleClick, EarthLink, and Microsoft menunjuk seorang “Chief Privacy Officer (CPO)”, yang bertugas untuk mendampingi secara pribadi konsumer yang melakukan bisnis dengan perusahaan. Terakhir, jika peneliti menyediakan atau memberikan nilai dalam pertukaran informasi, kustomer akan dengan senang hati melakukannya. Contohnya, pelanggan Amazon.Com tidak berkeberatan jika perusahaan membangun database dari produk-produk yang konsumen beli asal bisa memberikan rekomendasi produkproduk untuk keperluan yang akan datang. Cara ini menghemat waktu dan memberikan manfaat kepada konsumen. Begitu juga, pengguna Bizrate dengan senang hati melengkapi “rating survey e-tail sites” karena mereka dapat melihat keseluruhan “rating-rating” yang lain ketika mereka membuat keputusan membeli. Pendekatan terbaik bagi peneliti untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan adalah menjalankannya secara bertanggung-jawab dengan memberikan nilai/manfaat kepada responden/pelanggan, dan menghindari mencari informasi tanpa persetujuan pelanggan. Misuse of Research Findings Studi-studi riset merupakan perangkat persuasi/pendekatan yang sangat berpengaruh; perusahaan-perusahaan seringkali memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai pembenaran terhadap iklan dan promosi mereka. Meskipun begitu, sekarang ini banyak studi-studi riset tampak hanya sekedar jadi sarana untuk mendukung penjualan produk. Sebenarnya, dalam beberapa kasus, survey mengenai riset muncul hanya didisain untuk menghasilkan efek yang diharapkan. Sebagian kecil dari pembuat iklan dengan terang-terangan melakukan kecurangan dalam mendisain riset mereka. Umumnya penyalah-gunaan tidak begitu kentara. Pelajari contoh berikut: …Suatu studi oleh Chrysler membuktikan bahwa orang Amerika sangat menyukai Chriysler daripada Toyota, setelah dilakukan “test-driving” untuk kendaraan dari kedua produsen. Sayangnya, studi tersebut melibatkan hanya 100 orang dalam setiap tes untuk uji kendaraan. Yang lebih penting lagi, tak satupun orang-orang yang di tes atau di survey tersebut memilki mobil brand dari luar, sehingga tampaknya orang-orang yang disurvey lebih senang pada mobil Amerika. Jadi, manipulasi yang tidak kentara terhadap sample yang diamati atau pilihan atau kata-kata dari pertanyaan dapat berpengaruh sangat besar dalam manarik kesimpulan dari suatu riset. Mengetahui bahwa survey-survey dapat disalah-gunakan, beberapa asosiasi termasuk Asosiasi Marketing Amerika, Asosiasi Riset Marketing, dan lain-lain telah mengembangkan kode (etik) riset dan standar pelaksanaan. Terakhir, tindakan-tindakan yang tidak beretika dan tak sesuai tidak cukup hanya diatur (dalam regulasi). Setiap perusahaan harus menerima tanggung-jawab untuk mengawasi pelaksanaan dan laporan riset marketing perusahaan untuk melindungi kepentingan terbaik konsumen dan perusahaan itu sendiri. ‘12 16 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana ……Selamat Belajar !....... ‘12 17 Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Ir. Eddy S. Tumenggung MM. Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana