BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Anak Usia Dini
Setiap orang tua pasti mendambakan dan menanti-nantikan kehadiran anak,
selain sebagai suatu kebanggaan, juga diharapkan dengan menjadi penerus
keturunan bagi mereka. "Tangisan bayi yang baru lahir akan disambut dengan
penuh gembira dan harapan dari kedua orang tua."1
Anak adalah keturunan yang kedua setelah ibu bapak atau manusia yang
masih kecil. Masa dini adalah berkisar antara usia 3 sampai 6 tahun. Masa dini
juga bisa dikatakan suatu masa pada anak yang belum memasuki usia sekolah
dasar. Pakar psikologi berbeda pendapat dalam menetapkan batas umur anak usia
dini di antaranya:
Soemiarti Patmonodewo mengatakan "anak usia dini adalah mereka yang
berusia 3 sampai 6 tahun"2 mereka biasanya mengikuti program prasekolah atau
kindergeanten. Masa ini umumnya "anak usia prasekolah mengikuti program
penitipan anak antara 3 bulan sampai 5 tahun, kelompok bermain 3 tahun,
1
Zainudin, Anak dan Lingkungan Menurut Pandanga Islam, (Jakarta: Andes Utara Prima,
1984), 1.
2
Hadi Subrata, Meningkatkan Intelegensi Anak Balita (Jakarta: Gunung Mulia, 1988), 69.
16
17
sedangkan usia 4 sampai 6 tahun anak mengikuti program Taman KanakKanak."3
Jalaludin membagi masa usia dini kepada dua masa yaitu “masa antara 0
sampai 2 tahun, masa ini merupakan masa vital bagi anak dan masa 3 sampai 6
tahun, masa ini merupakan masa estetik bagi anak. Masa estetik adalah suatu
masa yang akan dapat dididik secara langsung yaitu melalui pembiasaan kepada
hal-hal yang baik”.4
Berdasarkan beberapa batasan pengertian di atas, maka yang dimaksud anak
usia dini adalah anak yang belum memasuki usia sekolah dasar, berumur sekitar
antara 3 sampai 6 tahun dididik secara langsung oleh kedua orang tuanya di
lembaga pendidikan informal (keluarga) serta dididik oleh guru di lembaga
pendidikan formal (TKA/TPA/RA).
B. Metode Kelompok
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
3
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Usia Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
19.
4
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 131.
18
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Sementara itu, Kemp5 mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya6 menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning7. Ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
5
Wina Senjaya, Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008, 45.
6
Ibid., 47.
7
Ibid.
19
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara
yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis
akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang
dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu8. Sedangkan model
pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali
8
Ibid., 96.
20
penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi
pembelajaran.
Metode Pembelajaran Kelompok atau dikenal coorperative learning
merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan proses kerjasama
pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Falsafah yang mendasari model
pembelajaran kelompok adalah falsafah homo homini socius yang menegaskan
bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Kerjasama menjadi
kebutuhan teramat penting bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerjasama tidak ada
individu, keluarga, masyarakat atau sekolah.
Dengan demikian model
pembelajaran kelompok mengandung makna bahwa “suatu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi menjadi kelompokkelompok kecil dan ada proses kerjasama antar anggota untuk mencapai tujuan
pembelajaran”.9
Permasalahan yang sering muncul dalam metode pembelajaran kelompok
antara lain ”kekhawatiran bahwa kelas menjadi ribut dan gaduh. Siswa yang
merasa tekun harus bekerja sendiri melebihi siswa lain dalam kelompok mereka
dan timbul anggapan bahwa temannya yang kurang mampu hanya nunut dari jerih
payah siswa yang pandai. Selain itu, siswa yang kurang mampu merasa minder
ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai. Kesan negatif lain
adalah timbulnya perasaan was-was dari anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik dan keunikan pribadi, siswa harus beradaptasi dengan kelompoknya.
9
Ndraha Tandziduhu, Manajemen Perguruan Tinggi. Jakarta: Bina Aksara. 1998, 23.
21
Permasalahan lain dalam pembelajaran kelompok adalah ”(1) siswa sulit
melakukan job description; (2) anggota kelompok banyak yang tidak melakukan
tugasnya; (3) situasi belajar tidak terkendali dan menyimpang dari rencana."10
Pembelajaran kelompok
yang dilakukan tanpa
perencanaan
justru
menimbulkan berbagai permasalahan, karena model pembelajaran ini mempunyai
perbedaan mendasar dengan sekedar belajar kelompok biasa. Roger dan David
Johnson menjelaskan bahwa “untuk mencapai hasil maksimal pembelajaran
kelompok harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) adanya saling
ketergantungan positif; (2) adanya tanggungjawab perseorangan; (3) adanya
komunikasi intensif antar anggota; (4) adanya tatap muka baik di dalam ataupun
diluar kelas; (5) adanya proses evaluasi kelompok.11
Kelompok dan team dibentuk dan dapat diatur dalam jumlah besar dengan
cara yang berbeda, mulai dari pertemuan informal satu atau dua individu,
bagaimanapun, siswa memiliki sejumlah karakteristik umum, termasuk manfaat
yang dapat diperoleh dari bekerja di sebuah kelompok antara lain:
a. Beberapa orang dapat membuat lebih banyak waktu;
b. Berbagai
pengetahuan
atau
keterampilan
atau
pengalaman
menginformasikan bentuk musyawarah dan keputusan;
c. Lebih banyak ide dapat dihasilkan;
d. Berbagai gagasan yang lebih besar dapat dihasilkan;
10
11
Ibid., 65.
Nizar Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta; Ciputat Pres. 2000, 59.
dan
22
e. Kesalahan dan jalan buntu dapat diidentifikasi dan dikoreksi atau
ditinggalkan lebih mudah;
f. Partisipasi meningkatkan komitmen.12
Dalam kehidupan nyata, bagaimanapun, kelompok dan tim jarang
menyadari semua potensi keuntungan karena faktor-faktor seperti:
a) Tidak adanya atau kurangnya koordinasi yang memadai atau organisasi;
b) Partisipasi tidak merata, mulai dari dominasi oleh satu atau lebih individu
untuk sebagian atau lengkap memilih keluar;
c) Efek status berbeda dan tekanan oleh sub-kelompok;
d) Tekanan (eksternal dan internal);
e) Tidak adanya pendekatan sistematis;
f) Tidak sehat atau ambigu atau mengubah prosedur pengambilan keputusan;
g) Prematur evaluasi hasil.13
Beberapa manifestasi belajar pada dinamika kelompok dilakukan oleh Bales
selama tahun 1950. Bales mengidentifikasi tiga fase interaksi ketika kelompokkelompok mengatasi masalah atau membuat keputusan yaitu pada tahap orientasi,
tahap evaluasi dan fase kontrol. Dalam rancangan penelitiaanya, informasi
pertama meminta dan diberikan, kemudian informasi dianalisis, dan akhirnya
tindakan dilakukan. Bales menemukan bahwa kelompok kerja membutuhkan
beberapa anggota yang menjaga hal-hal yang bergerak dalam cara yang
12
13
Soetomo, Dasar- dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional. 1993, 38.
Ibid., 42.
23
terkoordinasi ke arah tujuan, dan anggota lain yang memastikan bahwa hubungan
tetap harmonis.14
Selama tahap pembentukan, anggota kelompok cenderung cemas dan
akibatnya bergantung pada satu pemimpin. Siswa ingin mengetahui apa yang
dapat lakukan tentang situasi, tugas, parameter, metode yang diperbolehkan dan
standar perilaku yang diharapkan. Ketika siswa menemukan sesuatu yang baru,
siswa cenderung pindah ke tahap berikutnya. Di sini, resistensi dan argumen
sering muncul ke permukaan dalam bentuk tantangan kepada pemimpin, mungkin
dalam konflik antara anggota kelompok. Pada tahap ini pendapat menjadi
negosiasi terpolarisasi dan seterampil mungkin untuk diperlukan menjadi sebuah
keputusan. Di sini, kohesi kelompok mengembangkan standar yang telah
disepakati muncul. Tahap ini ditandai dengan pertukaran cukup terbuka
pandangan dan perasaan, dan dengan kerjasama yang ditunjukkan pada saling
mendukung. Peserta kini memiliki rasa identitas, dan merasa bahwa mereka
membuat kemajuan. Akhirnya, kelompok memasuki tahap melakukan. Di sini,
solusi mulai muncul, dengan perbedaan diselesaikan antarpribadi dan hubungan
beralih ke orang yang membantu untuk mendapatkan sesuatu. Energi tambahan
tampaknya akan tersedia sebagai keputusan akhir atau penyelesaian pindah tugas
lebih dekat. 15
14
Ibid., 43.
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
1987), 81.
15
24
Ukuran kelompok atau tim sangat mempengaruhi fungsi dan cara di mana
siswa cenderung untuk mengatur dirinya sendiri. Sebagai aturan umum,
kelompok-kelompok kecil cenderung kurang formal dalam perilaku siswa dan
kurang terorganisir dan terstruktur daripada kelompok besar. Kelompokkelompok sangat kecil cenderung informal, dan sering berfungsi efektif sebagai
kelompok tanpa pemimpin di mana setiap siswa memiliki status yang sama dan
suara yang sama, dengan tidak ada pemimpin yang dibutuhkan untuk
mengkoordinasikan pekerjaan siswa. Kelompok menengah (5-10 orang)
cenderung sedikit lebih formal dalam perilaku mereka, dan umumnya siswa lebih
efektif jika siswa mengambil peran pemimpin kelompok. Kelompok besar
(sesuatu yang lebih dari sekitar 10 orang) cenderung lebih formal, dan umumnya
sulit untuk berfungsi efektif. Sebagai kelompok tersebut menjadi semakin besar,
kebutuhan untuk aturan formal perilaku.16
Kelompok belajar bertujuan untuk merangsang diskusi kelompok interaktif
yang efektif, hal ini jelas diperlukan untuk menggunakan sekelompok ukuran
yang sesuai dalam setiap situasi tertentu. Ukuran kelompok yang optimum
tergantung pada berbagai faktor, termasuk tujuan dan sifat dari latihan dan setiap
kendala yang mungkin ditetapkan oleh logistik yang kedua. Banyak permainan
pendidikan dan simulasi, misalnya, menentukan jumlah peserta, terutama jika
mereka sangat terstruktur. Sebagai aturan umum, kelompok tidak harus lebih
besar dari sekitar 10 jika untuk bertindak sebagai sebuah kelompok yang efektif
16
Ibid., 86.
25
untuk interaksi kelompok yang baik dan mengembangkan keterampilan
kelompok, dan idealnya harus mengandung antara empat dan enam orang.17
Orang yang berbeda dalam kelompok cenderung untuk memainkan peran
yang berbeda ketika bekerja dalam kelompok atau tim. Pada tahun 1981, Belbin
mengidentifikasi delapan peran seperti itu, yaitu:
a) Ketua atau pemimpin yang menghargai apa yang menjadi tujuan adalah
memastikan semua pandangan didengar, dan menjaga hal-hal yang bergerak
dalam (idealnya) sebuah perusahaan, adil dan ramah.
b) Pekerja yang rajin atau pekerja keras, praktis dan disiplin, dan selalu menjaga
kepentingan tim (atau orang-orang dari organisasi yang lebih besar yang
membentuk bagian) kedepan.
c) Pekerja tim, yang mempromosikan semangat tim dan merespon positif kepada
orang-orang dan situasi.
d) Pembentuk, yang memiliki kemampuan di depan yang bersedia untuk
menantang ketidakefektifan, ketidakpuasan diri dan penipuan diri sendiri, dan
dapat mempengaruhi hal-hal dengan mengikuti.
e) Ide manusia, yang memiliki imajinasi, dan dapat membuat saran-saran baru
(meskipun ini tidak selalu terdengar)
f) Penyidik sumber daya, yang memiliki kemampuan untuk membuat kontak,
dapat merespon tantangan, dan mampu menimbang-nimbang apakah hal-hal
yang layak.
g) Para completer atau finisher, yang mengikuti hal-hal melalui, menunjukkan
kesimpulan, dan adalah sesuatu yang perfeksionis.
h) Evaluator memantau, yang keras kepala, memiliki rasa suara penghakiman,
dan dapat menilai kontribusi, kemajuan dan keberhasilan.18
Belbin menyatakan bahwa tim yang efektif idealnya berisi orang dengan
semua karakteristik di atas. Perhatikan bahwa hal ini tidak menuntut agar
seseorang menjadi delapan orang yang berbeda, karena orang kebanyakan mampu
17
Surahmad Winarno, Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung; Jemnars, 1980, 71.
18
Uhbiyati Nur. Ilmu Pendidikan Islam II (IPI). Bandung; Pustaka Setia.1997, 66.
26
memenuhi lebih dari satu peran. Memang, Belbin telah mengembangkan banyak
persepsi diri yang dirancang untuk membantu orang untuk mengidentifikasi peran
siswa yang terbaik dan paling cocok. Madu dan Mumford telah menekankan
bahwa peserta didik dan pemimpin harus mengembangkan berbagai gaya.
Dalam memilih metode belajar, guru harus melihat bahwa metode yang
cocok untuk memungkinkan siswa berinteraksi dengan satu sama lain. Pentingnya
interaksi tersebut dalam memberikan pendidikan yang seimbang kepada siswa.
Hasilnya adalah peningkatan progresif dalam penggunaan kelompok.19
Pendekatan ini sangat kuat dalam mencapai tujuan kognitif yang lebih tinggi
dari semua jenis, khususnya multi-faceted tujuan yang berhubungan dengan halhal seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterampilan siswa
yang kompleks. Ini juga merupakan sesuatu yang ideal untuk budidaya berpikir
kreatif dan proses berpikir divergen. Metode pembelajaran kelompok telah
ditemukan untuk menjadi senjata paling ampuh bagi guru untuk membantu siswa
mengembangkan sikap yang diinginkan seperti keterbukaan pikiran dan kemauan
untuk mendengarkan pendapat orang lain, dan untuk mengembangkan
keterampilan seperti keterampilan komunikasi dan interpersonal umum. 20
Kelompok
belajar
juga
memiliki
sejumlah
kelemahan,
misalnya,
menimbulkan sejumlah masalah kelompok itu sendiri, tidak sedikit kenyataan
bahwa seringkali sulit untuk menempatkan siswa ke dalam kurikulum pengajaran
19
Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
20
Nana Sudjana, Dasar-Dasar, 88.
182
27
yang normal. Hal ini berlaku dari beberapa latihan jenis studi permainan kasus.
Belajar kelompok seperti itu sering memerlukan peserta untuk menghadiri
pengarahan atau sesi tanya jawab untuk melaksanakan pekerjaan awal bisa
menyebabkan masalah yang komplek. 21
Salah satu potensi kelemahan dari semua metode pembelajaran kelompok
adalah siswa memerlukan kerjasama aktif dari para peserta didik jika siswa ingin
berhasil. Dalam kasus lain, siswa enggan untuk membuat komitmen pribadi yang
sangat nyata bahwa banyak kelompok memerlukan latihan, karena siswa tidak
merasa memiliki keterampilan yang diperlukan dan tidak ingin 'menampilkan diri'
di depan temannya. 22
Ini adalah ditunjukkan secara skematik
Gambar: Metode Kelompok
21
22
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), 132.
Ibid., 133.
28
Dalam situasi (a), guru atau
tutor kontrol diskusi, pola dasar menjadi
suksesi dialog antara guru dan siswa individu. Ini adalah pola komunikasi agak
terbatas yang sering terjadi dalam lingkungan kelompok jenis tutorial. Dalam
situasi (b), pola multi-cara, komunikasi yang berlangsung dalam diskusi
kelompok yang dikendalikan, di mana siswa dapat berinteraksi secara bebas
dengan satu sama lain, sehingga memungkinkan ide-ide yang akan dibangun.
Memang, dalam sebuah lingkungan kelompok, guru dituntut untuk terlibat aktif
dalam diskusi di semua, asalkan hal itu 'berangkat' ke arah yang benar. 23
Peran guru dalam belajar kelompok sangat penting untuk keterampilan dan
kemampuan beradaptasi. Pertama, guru harus menunjukkan kemampuan
organisasi yang baik dalam perencanaan dan penataan pengalaman belajar.
Setelah itu, mungkin peran lebih adaptif dan kurang otoriter atau otokratis
berbasis situasi. Tergantung pada bentuk, isi dan struktur teknik kelompok
diadopsi, dan setelah tujuan tertentu pendidikan, peran guru mungkin termasuk
bertindak sebagai pemimpin kelompok (memberikan arah yang kuat untuk
diskusi), fasilitator kelompok (menghasilkan ekspresi diri dan interaksi dalam
kelompok), netral ketua (mengendalikan prosedur, tetapi tidak memberikan
kontribusi substansial untuk diskusi), konsultan (memberikan bantuan informasi
sebagai dan bila diperlukan) atau hanya pengamat. 24
23
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 135.
24
R. Ibrahim dan Nana Sayodih Sukmadinata, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), 123
29
Dalam latihan kelompok, aspek lain yang penting dari peran guru dalam sesi
debriefing ini melibatkan peserta peristiwa yang terjadi selama latihan dan
'menarik keluar' setiap poin penting yang muncul, baik berhubungan dengan sifat
dan isi dari diskusi atau tentang proses dan interaksi dalam kelompok itu sendiri.
Jika
pendekatan
terstruktur
akan
digunakan,
kelompok
dapat
diselenggarakan dengan cara membahas materi pelajaran tertentu dalam cara yang
ditentukan oleh guru. Di sisi lain, jika pendekatan bebas untuk diadopsi, proses
kelompok akan jauh lebih 'berpusat pada siswa' dan fleksibel, dan sebagai
konsekuensinya, hasil belajar mungkin jauh lebih sulit untuk diprediksi. 25
Tiga strategi dalam membelajarkan siswa dengan sistem kelompok yaitu:
1. Pair-share (berpasangan lalu berbagi).
Pair-share terdiri dari dua siswa, cara membuat kelompok dengan
strategi Pair-share yaitu secara berpasangan siswa diajak untuk berbagi ide
atau bereksplorasi menjawab pertanyaan. Tipe Pair-share berguna saat
melatih siswa untuk berbicara dan belajar mendengarkan orang lain.26
Tipe tugas yang cocok untuk kelompok Pair-share adalah berbagi
pengalaman pribadi saat mengunjungi museum atau kunjungan lapangan
(field trip), memeriksa pekerjaan teman, berdiskusi dengan tema yang sulit,
atau berbagi pengalaman pribadi yang ada hubungannya dengan topik yang
sedang diajarkan.
Keuntungan dari tipe Pair-share adalah siswa punya banyak kesempatan
untuk berbagi dengan rekan satu grupnya dengan leluasa tanpa khawatir oleh
25
26
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta, Kalam Mulia, 1990), 163.
Zuhairini. Methodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Malang. IAIN.1993, 64.
30
gangguan yang biasanya terjadi dalam kelompok yang besar. Dengan grup
atau kelompok yang terdiri dari dua orang, siswa dengan kemampuan
interpersonal yang sedikit akan merasa nyaman.27
Kelemahan dari Pair-share adalah kelompok yang hanya terdiri dari dua
orang, siswa kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam.
2. Jigsaw
Cara membuat kelompok dalam grup jigsaw, siswa melakukan dua
fungsi sebagai orang yang meneliti (grup peneliti) atau mencari jawaban
kemudian setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan kemudian berubah
menjadi orang yang mengajarkan (grup ahli)28
Tipe kelompok Jigsaw akan berfungsi dengan baik apabila guru
mempunyai empat atau lima bagian dari sebuah topik untuk diteliti. Misalnya
apabila guru punya empat pertanyaan mengenai suku Baduy di Jawa Barat
(karate fisik, kebiasaan, adat istiadat, dan kepercayaan) Setiap grup meneliti
lima fakta dari setiap pertanyaan mengenai suku Baduy. Bila sudah selesai
kelompok-kelompok tersebut saling mengajarkan satu dengan lainnya
mengenai apa yang mereka teliti.
Keuntungan dari tipe jigsaw adalah dengan memberi siswa tanggung
jawab untuk mengajarkan dan belajar pada saat bersamaan, siswa sudah
27
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan
di Perguruan Tinggi. Bandung. Rosda Karya. 2005, 33.
28
Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional. Bandung; Remaja Rosda Karya. 2005, 77.
31
memperbaharui kemampuan mereka dalam mengajar dan meneliti (mencari
jawaban).29
Kelemahan dari pengelompokan jigsaw adalah ada beberapa tipe siswa
yang akan berjuang keras ketika guru menerapkan strategi pembelajaran
jigsaw ini. Biasanya masalah yang timbul dikarenakan waktu yang kurang dan
kemampuan mengajarkan guru yang masih terbatas.
3. Split-class discussion (membagi kelas menjadi dua untuk melakukan diskusi)
Cara membuat Split-class discussion yaitu dengan membagi kelas
menjadi dua kelompok, topik diskusi harus benar-benar menarik agar siswa
antusias, dalam membahas topic yang sedang didiskusikan serta harus
melibatkan semua siswa.30
Tipe tugas yang cocok untuk Split-class discussion adalah menyusun
meja menjadi empat bagian, dua deret menghadapi dua deret yang lainnya.
Gunakan bola yang tidak terlalu keras untuk dilempar ke belakang dan ke
depan. Siswa yang bebicara ialah siswa yang memegang bola, hal ini penting
untuk memastikan agar semua siswa mendapat kesempatan berbicara. Setiap
siswa memegang bola hanya satu kali.
Keuntungan dari Split-class discussion adalah seluruh anggota kelas
dapat mendengar sudut pandang yang berbeda. Saat mendengarkan siswa lain
berbicara siswa biasanya langsung merubah pendiriannya atau membuat
pendapatnya menjadi lebih tajam dan komprehensif. Kelemahan dari Split29
30
Mulyana Rohmat. Mengartikulasikan pendidikan Nilai. Bandung; Alfabeta. 2004, 29.
Nata Abudin. Filsafat Pendidikan Islam I. Jakarta: Wacana Ilmu, 1997, 12.
32
class discussion adalah ada beberapa tipe siswa yang kesulitan berbicara di
depan temannya sendiri dan menyukai grup yang lebih kecil.
C. Metode Hafalan
Dalam kaitan metode hafalan, penulis mengungkapkan sebuah metode
belajar dengan metode mnemonic adalah metode belajar dengan menggunakan
alat ungkit atau centolan-centolan dalam menghafal suatu pengetahuan teoritis
ataupun praktis sehingga proses belajar akan semakin mudah. Mnemonic (dibaca
“ne-mo-nik”)
merupakan
bantuan
ingatan.
Biasanya
mnemonic
sering
menggunakan alat verbal, terkadang menggunakan sejenis sajak kecil atau kata
khusus yang digunakan seseorang untuk mengingat sesuatu, seperti halnya suatu
daftar, terkadang juga menggunakan alat visual, kinestetik, ataupun audio.
Mnemonic menggunakan asosiasi antara bentuk atau rumusan yang mudah
diingat yang dapat dihubungkan kembali dengan data yang ingin diingat.
Hal ini berdasarkan prinsip bahwa ingatan manusia akan lebih mudah
mengingat informasi yang parsial, personal, mencengangkan, seksual, humor,
atau informasi yang berarti dari pada urutan yang berubah-ubah.31 Kata mnemonic
berasal dari bahasa Yunani yaitu mnemonikos yang memiliki hubungannya
dengan Mnemosyne (remembrance atau ingatan) sebutan nama bagi seorang dewi
ingatan dalam mithologi Yunani.32 Kedua kata tersebut merujuk pada kata mnema
31
Ibid., 36.
Al-Syaibany Omar Mohammad al-Toumy. Falsafah Pendidikan Islam. (Terj). Jakarta; Bulan
Bintang. 1979, 34.
32
33
(remembrance atau ingatan). Mnemonic pada saat itu sering dianggap dengan
seni mnemonic. Asumsi utamanya adalah karena dua hal: ingatan natural (alami)
dan ingatan arificial (buatan).33
Meskipun tehnik mnemonic ini dapat membantu lebih mudah dalam
menghafal segala sesuatu yang ingin kita ketahui dengan baik, terkadang manusia
harus mengandalkan hafalan di luar kepala (menghafal tanpa berfikir lebih
dahulu). Di bawah ini beberapa tehnik-tehnik mnemonic yang dapat digunakan
dalam mengingatatau menghafal.
Teknik-Teknik Mnemonic:
1. Akronim (Mnemonic Acronym System) Akronim merupakan penggunaan
setiap huruf pertama dari suatu kelompok kata (kalimat) menjadi suatu kata
baru. Biasanya penggunaan akronim ini berguna atau bermanfaat ketika
mengingat kata-kata tersebut menjadi urutan yang khusus –berarti bagi kita.34
Beberpa contoh penggunaan akronim seperti

L A S ER = Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation

SCRAM = Sentencesatau acrostics, Chunking, Rhymes & songs,
Acronyms, and Method of loci

NASA = National Aeronautics and Space Administration.(badan ruang
angkasa Amerika Serikat, singkatan dari)
33
Djamarah Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik Dalam, Interaksi Edukatif. Jakarta; Rineka
Cipta. 2000, 25.
34
Hamalik Oemar, Manajemen Belajar Diperguruan Tinggi; Pendekatan Sistem Kredit
Semester. Bandung; Sinar Baru. 1991, 76.
34

L KMD = Lembaga Keamanan Masyarakat Desa

KU D = Koperasi Unit Desa

• PR A MU KA = Praja Muda Karana

A B RI = Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Meskipun akronim sangat berguna sebagai bantuan ingatan, tetapi
memiliki beberapa kelemahan. Akronim berguna untuk hafalan di luar kepala,
tetapi tidak membantu dalam proses
pemahaman sesuatu yang dihafal.
Karena sungguh berbeda antara pemahaman dan hafalan, sedangkan materi
yang akan dihafal akan lebih mudah dihafal ketika materi tersebut dipahami.
Akronim sulit dibentuk karena tidak semua daftar kata itu dapat
dibentuk dengan baik
sehingga menjadi suatu kata baru yang memiliki
makna atau arti. Karenanya seperti yang lainnya, akronim bisa menyebabkan
lupa terlebih lagi jika tidak adanya komitmen untuk menghafal.
2. Akrostik (Mnemonic Acrostic System) Akrostik merupakan penggunaan setiap
huruf pertama dari suatu kelompok kata dan suku kata-suku kata lainnya
sehingga menjadi suatu kalimat. 35
Contoh akrostik.

Kings Phil Came Over for the Genes Special (Kingdom, Phylum, Class,
Order, Genus, Species)
35
Idris dan Jamal, Pengantar Pendidikan I. Jakarta; Grasindo. 1992, 87.
35

Warna pelangi Me = Merah Ji = Jingga Ku = Kuning Hi = Hijau Bi = Biru
Ni = Nila U = Ungu

Dasa Dharma Parmuka: 1. TA K – Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.CI N TA – Cinta Alam dan kasih sayang kepada sesama manusia 3.PA –
Patuh dan suka bermusyawarah 4.PA – Patriot yang sopan dan ksatria
5.RE – Rela menolong dan tabah 6.RA – Rajin, trampil dan gembira 7.HE
– Hemat, cermat dan bersahaja 8.DI – Disiplin, berani, dan setia 9.BER –
Bertanggung jawab dan dapat dipercaya 10.SU – Suci dalam pikiran,
perkataan, dan perbuatan
Seperti halnya akronim, akrostik sangat mudah dihafal dan akan sangat
berguna ketika kita perlu menghafal suatu daftar dalam urutan khusus –yang
memiliki arti atau makna. Salah satu kelebihan dari akronim adalah pada
akrostik kurangnya batasan kata.
Jika pada 0 = telor, hola hoop, cincin, bola, kelereng, bumi, mars,
matahari, goa 1. = tongkat, pedang, pensil, rokok, tiang, ulat bulu, sapu 2. =
angsa, gantungan baju, orang (duduk) sholat, zorro, keluarga berencana, peace
(salam dua jari) 3. = burung terbang, kelelawar, batman, gunung kembar, bra,
di dalam bra, pantat 4. = layar kapal, bendera, salah satu dari fantastic four, 5.
= kuda laut, kursi roda, orang hamil, ular kobra, tangan bajak laut 6. = tali
gantung diri, tongkat golf, belalai gajah, peniti 7. = kapak, cangkul, sabit,
clurit 8. = boneka salju, batu ditumpuk, orang-orangan di sawah, kaca mata,
36
teropong (binocular), lubang hidung 9. = raket, raket nyamuk elektrik,
kecebong, (maaf) spermatozoa, ikan paus, balon 10. = raja telor (telor bawa
tongkatatau pedang)
Bebeberapa teknik penggunaan metode akrostik sebagai berikut:
a. Metode Sistem Utama (Mnemonic Major System)
Metode utama merupakan metode mnemonic yang digunakan dengan
cara menghubungkan angka dengan huruf yang memiliki ciri dengan masingmasing angka tersebut kemudian dijadikan kunci dalam menghafal sejumlah
daftar atau suatu urutan. Metode sistem utama ini disebut juga sistem
mnemonic fonetik merupakan teknik mnemonic yang paling terkenal untuk
menghafal sejumlah bilangan. Metode system utama telah digunakan lebih
dari 300 tahun lalu yang diperkenalkan oleh Stanislaus Mink von Wennsshein
dan kemudian diadaptasi atau dikembangkan oleh Richard Grey. Dalam
metode system utama setiap digit digambarkan kedalam sejumlah huruf
konsonan. Adapun huruf vocal (A,I,U,E,O) dan huruf W atau H atau Y
sementara diabaikan dan dapat digunakan sebagai pengisi dalam kata-kata
yang dihasilkan dari urutan konsonan.
Inilah urutan sistem utama 0: s,z 1: d,t,th 2: n,ing 3: m 4: r 5: l 6:
j,sh,ch,zh (like the s in vision) 7: k,hard g 8: f,v 9: b,p Metode Loci (Loci
Method)
menghafal
Metode loci sering digunakan oleh para orator Yunani untuk
teks
pidato
mereka.
Metode
loci
merupakan
metode
menggabungkan penggunaan dari pengorganisasianatau pengelompokan,
37
ingatan visual, dan sosiasi atau penghubungan.Loci berarti lokasi adalah alat
mnemonik yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-tempat atau
benda- benda di lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin seseorang
ingat. 36
b. Metode Chunking
Biasanya penggunaan metode Chunking melibatkan tempat-tempat
sebagai ingatan visual kemudian mengingat segala sesuatu yang ada di tempat
tersebut untuk dihubungkan setiap bagiannya sehinga menjadi satu kesatuan
atau gabungan yang utuh. Dan segala sesuatu dari tempat tersebut berisi
segala sesuatu yang diingat atau hafal. Karena itu, penggunaan metode
Chunking mengharuskan seseorang memiliki kekuatan imajinasi yang kuat
untuk menggambarkan segala sesutu yang ingin diingatnya tersebut. Misalnya
akan memberikan presentasi yang mengandung tiga topik utama. Setiap
bagian presentasi akan dihubungkan dengan pasak (penanda) yang mewakili
urutan isi presentasi.
Misalnya, dalam sebuah ruangan kelas, pot tanaman yang ada di sudut
ruangan adalah hal pertama yang siswa lihat ketika maju ke depan. Memilih
pot tanaman itu untuk mengingatkan pada ucapan selamat pada guru dan
teman-teman di kelas. Piagam-piagam yang terpasang di dinding dipilih untuk
mengingatkan pada topik selanjutnya, dan mungkin pintu kelas dipilih untuk
mengingatkan bagian penutup dari presentasi yang akan seseorang sampaikan.
36
Isna Mansur. Diskursus Pendidikan Islam Yogyakarta. Global Pustaka Utama. 2001, 57.
38
Apabila ingin menggunakan metode Chunking, maka pilihlah tempat yang
akrab seperti rumah atau mobil. Contoh lain misalnya seseorang ingin
mengingat daftar belanjaan yang terdiri dari tomat, mi, pisang, dan saus
sambal. Seseorang tahu bahwa seseorang akan pulang ke rumah menyetir
mobil dan harus mampir ke swalayan dalam perjalanan pulang, maka
luangkanlah waktu untuk membayangkan ini. Tomat-tomat itu pecah dan
berserakan di bagasi mobil, kemudian menutup pintunya dan tomat-tomat itu
muncrat keluar. Bakmi bergelantungan di kaca spion, roti melompat ke luar
dari radio mobil, pisang terinjak di lantai, botol saus berada di atas kepalanya.
Kini, ketika seseorang memasuki mobil untuk pulang dari tempat kerja dan
ingin mengingat apa yang harus seseorang beli, seseorang hanya perlu melihat
ke bagasi, dan yang lain-lainnya akan bermunculan kembali dalam
bayangannya. Semakin aneh dan konyol imajinasi seseorang, semakin mudah
untuk mengingatnya.
Tekhnik Chunking umumnya digunakan untuk mengingat bilangan,
meskipun idealnya sama baiknya digunakan untuk mengingat segala sesuatu.
Chunking merupakan penggolongan atau pengelompokan sejumlah unit
menjadi item-item kecil. Dalam bilangan, “chunking” membaginya menjadi
beberapa bilangan demikin juga dalam sejumlah kalimat menjadi beberapa
bagian kata.
Contoh penggunaan metode chunking pada sejumlah bilangan berikut,
64831996. Kita dapat menghafal setiap bilangan tersebut per bilangan atau
39
kita dapat menghafalnya dengan memikirkannya menjadi per dua bilangan 64
83 19 96 atau dengan membaginya menjadi bilangan yang memilki arti bagi
kita seperti menjadi kelompok bilangan 1996.
Menghubungkan adalah proses mengaitkan atau mengasosiasikan satu
kata dengan kata yang lain melalui sebuah aksi atau gambaran. Strategi ini
biasa digunakan dengan sistem kata penanda untuk mengingatkan serangkaian
informasi dalam urutan tertentu.
c. Strategi Kata Penanda
Dengan strategi kata penanda, misalnya nomor telepon 438-0367 dapat
diingat dengan dihubungkan dengan (4) roda mobil mogok ditarik oleh bemo
beroda (3) sampai di sebuah sirkuit balap (8) yang kosong (0). Bemo beroda
(3) itu membawa telur setengah lusin (6) untuk makan selama semingu (7). 37
Atau seseorang ingin meyederhanakan proses mengingatnya dengan
mengkombinasikan nomor dalam beberapa unit, sehingga nomor 1945-1965
dapat diingat dengan tahun kemerdekaan Indonesia yang coba dikudeta oleh
PKI. Kunci dalam membuat hubungan adalah menggunakan imajinasi.
Hubungan yang dibentuk tidak perlu logis atau realistis, yang penting
hubungan itu memicu ingatan seseorang . 38
37
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam; Pemberdayaan, Pengembangan
Kurikulum, Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. Bandung; Nuansa Cendikia. 2003, 47.
38
Ali Imron. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta; Dunia pustaka. 1995, 89.
40
D. Kepribadian Islami Siswa
1. Pengertian Kepribadian Siswa
Perlu diketahui bahwasanya manusia sebagai bagian dari makhluk
hidup mempunyai pola pertumbuhan biologis yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya dalam pertumbuhan jasmaniahnya, akan tetapi dalam
suatu variabel tertentu yang dapat membedakan antara yang satu dengan
yang lainnya. Hal ini dikatakan oleh Retno Indayati, bahwa “tiap-tiap
individu tumbuh menurut caranya yang unik”, 39 maksud unik di sini adalah
antara individu yang satu dengan yang lain mempunyai ciri-ciri tertentu yang
berbeda. Kita amati adanya perbedaan nyata dari masing-masing individu,
ada yang tinggi, ada pula yang pendek, ada yang hitam, ada pula yang putih,
dan sebagainya. Keunikan pertumbuhan ini antara lain disebabkan oleh:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Perbedaan kondisi lingkungan internal.
Perbedaan kondisi lingkungan eksternal.
Perbedaan materi hereditas (pembawaan).
Perbedaan aktivitas.
Perbedaan kondisi fisiologis.
Perbedaan usia.
Perbedaan jenis kelamin.
Perbedaan hasil belajar.40
Demikian pula pertumbuhan psikis, ada pula sebagian individu yang
nampaknya mempunyai ciri-ciri atau sifat yang sama, misalnya daya tangkap,
daya pikir, daya pengamatan, dan lain-lain. Kekhususan itu nampak dalam
kehidupan sehari-hari yang biasanya dinamakan pribadi atau kepribadian.
39
40
Retno Indayati, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Tulungagung: IAIN Sunan Ampel, t.t.), 52
Ibid., 52-53
41
Dari keterangan di atas dapat diambil pengertian bahwa tiap-tiap
individu mempunyai cara yang khas yang disebut pribadi yang nampak
dalam kehidupan sehari-hari seperti pemarah, pemalu, periang, pendiam dan
sebagainya, yang dapat dilihat dalam waktu tertentu, misalnya dilihat dulu ia
diam, apakah di rumah, sekolah, dan lain-lain.
Di bawah ini penulis memaparkan tentang pengertian kepribadian
yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah:
a. Menurut Koswara mengutip pendapat Gordon Allport dalam bukunya
“Teori-teori Kepribadian” mengemukakan bahwa kepribadian adalah,
“suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang turut
menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas”. 41
Istilah “sistem psikofisik” dengan maksud menunjukkan bahwa
“jiwa” dan “raga” manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, serta di antara keduanya selalu terjadi
interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah “khas”
dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu
bertingkah laku dalam caranya sendiri karena setiap individu memiliki
kepribadiannya sendiri, tak ada dua orang yang berkepribadian sama,
dan karenanya tidak akan ada dua orang pun yang bertingkah laku
sama.42
41
42
Koswara, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Eresco, 1991), 11
Ibid.
42
b. Ahmad
Patoni
dalam
bukunya
Dinamika
Pendidikan
Anak
mendefinisikan kepribadian adalah, “apa yang menentukan perilaku
dalam situasi yang ditetapkan dan dalam kesadaran jiwa yang
ditetapkan”.43
c. Menurut Uswah Wardiana mengutip pendapat Newcomb dalam bukunya
Psikologi Umum mengemukakan bahwa kepribadian adalah, “organisasi
dari sikap-sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar
belakang terhadap perikelakuan”. 44
d. Ngalim Purwanto mengutip pendapat Sartain mendefinisikan kepribadian
adalah, “suatu organisasiatau susunan daripada sifat-sifat dan aspekaspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu
individu”.45
e. Menurut Kartini Kartono mendefinisikan kepribadian adalah satu totalitas
terorganisir dari disposisi-disposisi psikis manusia yang individual, yang
memberi kemungkinan untuk memperbedakan ciri-cirinya yang umum
dalam pribadi lainnya. 46
Terkait dengan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas
penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa, kepribadian ialah
totalitas dari psikologi yang kompleks dari individu sehingga nampak dalam
43
Achmad Patoni, et.al., Dinamika Pendidikan Anak, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 96
Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), 172.
45
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2004), 154
46
Kartini Kartono, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: Mandar Maju, 2005), 10
44
43
tingkah laku sehari-hari, sehingga sebenarnya pribadi itu adalah perpaduan
dari faktor luar individu yang kemudian akan timbul suatu pribadi yang unik
antara yang satu dengan yang lainnya, tidak ada yang sama betul. Artinya
tidak ada yang sama seratus persen dalam kepribadian dua individu.
Terkait dengan definisi kepribadian yang telah dikemukakan, terdapat
elemen-elemen penting yang mencirikan tentang kepribadian, yaitu bahwa:
a. Pada umumnya, definisi menekankan perlunya memahami arti perbedaanperbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian” keunikan dari setiap
individu ternyatakan. Dan melalui studi menggunakan kepribadian, sifatsifat individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan
menjadi jelas atau bisa lebih dipahami. Jadi kepribadian itu dipandang
sebagai sesuatu yang unik atau khas pada diri setiap orang.
b. Kepribadian sebagai suatu struktur atau organisasi hipotesis, dan tingkah
laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan diintegrasikan oleh
kepribadian, atau dengan kata lain, kepribadian dipandang sebagai
“organisasi” yang menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku.
c. Pentingnya melihat kepribadian dari sudut “sejarah hidup”, perkembangan,
dan
perspektif.
Kepribadian
menurut
para
teoritis
kepribadian
merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individual atas pengaruh
internal dan eksternal, yang mencakup faktor genetik atau biologis,
pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Dengan kata lain corak
44
dan keunikan kepribadian individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan. 47
Uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa, anak yang telah menemukan
pribadinya adalah anak yang dapat menempatkan dirinya di tengah-tengah
masyarakat dengan berbagai
aturan dan norma yang berlaku dalam
masyarakat, yang berhubungan dengan moral, sosial serta berbagai aturan
yang ada dan semakin orang itu dewasa, semakin jelaslah kepribadian orang
tersebut. Untuk itu anak harus mendapatkan bimbingan/didikan yang baik,
agar anak tersebut terbiasa dengan perbuatan yang baik pula.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa
Secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi setiap
individu yang (orang dewasa, anak-anak, anak didik, dan sebagainya) dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan
faktor yang berasal dari luar individu.
Dengan keterangan di atas dapat dimengerti bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak terbagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
a. Faktor Yang Terdapat Dalam Diri Anak Sendiri (Faktor Pembawaan)
Menurut Ngalim Purwanto, pembawaan ialah seluruh kemungkinankemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat
47
Wardiana, Psikologi, 173-174.
45
dalam suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benarbenar dapat diwujudkan (direalisasikan).48
Menurut Retno Indayati mengutip pendapat Mahfaudz Shalahudin
pembawaan adalah “kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang
bagi manusia menurut pola-pola, ciri-ciri serta sifat-sifat tertentu dari
suatu generasi ke generasi berikutnya dengan melalui plasma benih, yang
timbul pada saat konsepsi dan berlangsung sepanjang hidup salah satu.”49
Kemudian menurut Retno Indayati juga mengutip pendapat
Wasty Soemanto bahwa pembawaan adalah "pewarisan atau pemindahan
biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya melalui proses
genetic".50
Dari pernyataan para ahli di atas, penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa, pembawaan adalah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak
itu sendiri sejak ia keluar dari kandungan ibunya.
Para sarjana yang mendukung pendapat ini mengatakan bahwa
seluruh kehidupan manusia ditentukan oleh potensi-potensi yang dibawanya
sejak lahir, apakah orang menjadi jendral, pencuri, dan lain-lain, semuanya
sudah ditentukan sejak ia lahir yaitu dengan bakat-bakatnya, pandangan
ini atau aliran ini disebut nativisme. 51
48
Purwanto, Psikologi, 21.
Indayati, Ilmu, 66.
50
Ibid., 65
51
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2004), 177
49
46
Dengan demikian, dari beberapa pendapat di atas dapat dimengerti
bahwa faktor intern atau faktor pembawaan adalah salah satunya faktor
yang dapat mempengaruhi kepribadian yang baik maka akan lebih
manakala dalam perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh lingkungan
yang baik pula.
Dalam ajaran agama Islam telah dijelaskan bahwa pembawaan itu
adalah suatu fitrah yang telah dibawa setiap anak sejak lahir, akan tetapi
agama Islam juga menjelaskan bahwa proses kelanjutan proses itu bisa
dipengaruhi oleh adanya bimbingan dan oleh adanya pengaruh lingkungan.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw:
ََ‫قَالَََرسَ َولََللاََصَلََللاََعَلَيَه‬,َ‫َعَنََأَبََهََريََرة‬,َ‫َعَنََالَعََرج‬,َ‫ىالزنَد‬
َ َ‫َعَنََأَب‬,َ‫َعَنََمَالَك‬,َ‫حَدَثَنَاَالقَعَنَبَيي‬
ََ‫َكَلََمَ َولَ َودََيَ َولَدََعَلىََالَفَطََرةََفَأَبََواهََيَنَصََرانَهَ َاَ َويَهَ َودَنَهََاَ َولَجَسَانَهََكَمَاَتَنَاتَحََالَبَلََمَنََبَيَمَة‬:َ‫َوسَلَم‬
ََ‫َ<<للا‬:َ‫َأَفََريَتََمَنََيَ َوتَََوهَوََصَغٌََي؟َقَال‬,َ‫َيََرسَ َولََللا‬:َ‫َهَلََتَسََمَنََجَدَعَاءَ؟َقَالَوا‬:َ‫جَعَأ‬
َ >>َ‫انواَعَامَلَي‬
َ َ‫أَعَلَمََبَاَك‬
”Al- Qo’nabi bercerita kepada kami, dari Malik, dari Abi zinad,
dari A’roj, dari Abu hurairah, Nabi SAW. Bersabda: Setiap anak yang
dilahirkan, dilahirkan ata dasar fitrah. Maka ibu bapaknya yang
menasranikan atau mengyahudikan atau memajusikannya seperti
dilahirkannya unta Ibil dari unta Jam’ak (binatang yang selamat dari
bahaya). Apakah unta dapat diantikan oleh Jad’ak?Para sahabat
bertanya, Hai rasullulah bagaimana pendapatmu mengenai seorang anak
yang mati dalam keadaan masih kecil? Rasul menjawa: Allah lebih
47
mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan ”. (H.R. Bukhari dan
Muslim)52
Hadits Nabi di atas menekankan bahwa fitrah yang dibawa
semenjak lahir bagi anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan.
Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi
lingkungan sekitar, yang mungkin dapat dimodifikasikan atau dapat
diubah secara drastis manakala lingkungan itu tidak memungkinkan
menjadikannya lebih baik. 53
Dari sini nampak jelas bahwa pembawaan dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, dalam kaitannya dengan proses mempengaruhi faktor
pembawaan ini seorang guru dan juga orang tua mempunyai tugas,
peranan serta tanggung jawab yang sangat besar sekali.
b. Faktor Yang Terdapat Dari Luar (Lingkungan)
Seorang ahli psikologi Amerika (Sartain) mengatakan bahwa
lingkungan (environment) adalah semua kondisi-kondisi dalam dunia
ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan, perkembangan kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen
dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang
lain.54
52
Sulaiman Abi Dawud, Sunan Abu Dawud, Juz 4, (Qohirah: Dar al-Hadits, 1999), 214
Ibid.
54
Purwanto, Psikologi, 28
53
48
Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah lingkungan adalah faktor
yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia, namun bukan satusatunya faktor tanpa adanya faktor yang lain. 55
Terkait dengan pernyataan para ahli di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat
mempengaruhi tingkah laku manusia dari luar diri individu.
Dari penjelasan-penjelasan di atas penulis akan membahas
tentang faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian anak,
yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
Pembahasan ini bukannya mengesampingkan faktor lingkungan
psikis, akan tetapi kalau kita lihat dan kita amati, pada dasarnya
keberhasilan dari lingkungan psikis dalam membentuk kepribadian secara
langsung ataupun secara tidak langsung ditentukan oleh lingkungan
fisik.
Adapun faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi
kepribadian anak adalah:
1) Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan pendidik pertama dari pengalamanpengalaman anak sejak masa bayi hingga mandiri lepas dari tanggung
55
Abdul Rahaman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-qur’an, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005), 63.
49
jawab keluarga, seorang anak senantiasa berada dalam lingkungan
keluarga.
Sejak seorang anak dilahirkan oleh sang ibu maka dengan
sendirinya telah berusaha berinteraksi dengan orang lain dalam upaya
pembentukan kepribadiannya. Dalam alam barunya ini, ia akan
menemukan berbagai macam pengaruh, terutama adalah lingkungan
keluarga, karena lingkungan inilah yang akan memberikan pendidikan
yang pertama dan utama pada si anak.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ini, orang tua
sangat berperan untuk membentuk kepribadiannya. Demikian pula
tindakan-tindakan dan kebijaksanaan keluarga serta kebiasaankebiasaan yang ada di keluarga dan alam sekitarnya dapat pula
mempengaruhi dan membentuk kepribadian anak.
Sebagai gambaran betapa pentingnya faktor lingkungan
keluarga dalam membentuk dan mempengaruhi anak, Retno Indayati
mengatakan bahwa,
Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan rumah yang sehat
dengan suasana keluarga penuh kasih sayang dan dorongan,
maka besar kemungkinan bahwa mereka akan memiliki tingkat
kesehatan mental dan emosi yang baik, dan tumbuhlah individu
dengan pribadi yang baik pula. Sebaliknya, manakala mereka
berada dalam situasi protektif dan membatasi tingkah laku
maka besar kemungkinan mereka cenderung mengidap penyakit
50
mental dan emosional, karena kondisi yang tidak wajar dan
menekan.56
Demikian pula keluarga yang besar (banyak anggotanya) akan
berlainan pula pengaruhnya daripada keluarga yang kecil (sedikit
anggotanya). Keluarga yang mampu dalam memberi pengaruhnya
terhadap kepribadian anak juga berlainan pula dengan keluarga yang
kurang mampu. Demikian pula keluarga yang berpendidikan tinggi
akan lain pula pengaruhnya terhadap kepribadian seorang anak jika
dibandingkan dengan keluarga yang berpendidikan rendah.
Demikian pula anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
kurang kerjasama di antara keluarga, kurang bersatu atau bahkan
tidak ada patokan-patokan hidup yang baik dalam tingkah laku
keluarga dan orang tua tidak berusaha menyembunyikan rasa
ketidakcocokan mereka dan anak dibiarkan berusaha sendiri untuk
menemukan kepribadian yang menurutnya dianggap baik, maka
rumah tangga yang demikian itu akan menghambat anak dalam
bersikap yang diterima oleh masyarakat disekitarnya.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan pusat lembaga pendidikan kedua setelah
keluarga, dalam sekolah baik formal maupun non formal dapat
mempengaruhi kepribadian anak, sehingga dengan demikian sekolah
56
Indayati, Ilmu, 78-79
51
mempunyai kewajiban memberikan pendidikan bagi warga masyarakat
sesuai dengan haluan yang pasti dan diperlukan dalam masyarakat
ataupun negara yang bersangkutan.
Mengenai pentingnya anak ditempatkan pada lingkungan
sekolah, menurut M. Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan
adalah karena sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir
anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu
pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut
menentukan pola pikir serta kepribadian anak. 57
Di sekolah di bawah asuhan guru-guru anak-anak memperoleh
pengajaran dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam
pengetahuan dan ketrampilan, yang akan dijadikan bekal dalam
kehidupan nanti di masyarakat. Memberi bekal ilmu pengetahuan
dan ketrampilan pada anak inilah sebenarnya adalah tugas utama
di sekolah. Sehingga tepat sekali jika dikatakan bahwa kehidupan
sekolah adalah jembatan bagi anak-anak yang menghubungkan
kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat adalah semua orang atau manusia lain
yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan masyarakat ada yang
kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh
57
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 131
52
secara langsung seperti dalam kehidupan sehari-hari dengan orang
lain, keluarga kita, teman-teman, kawan sekolah, dan sebagainya.
Kemudian pengaruh secara tidak langsung melalui radio, televisi,
membaca buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. 58
Kemudian mengenai pengaruh lingkungan masyarakat terhadap
kepribadian anak ada yang bersifat positif dan juga ada yang bersifat
negatif. Yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif adalah
segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan
perkembangan anak, yaitu pengaruh-pengaruh yang menuju kepada
hal-hal yang baik dan berguna bagi kehidupan anak itu sendiri,
maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama. Pengaruh yang
positif dari masyarakat banyak kita jumpai dalam perkumpulanperkumpulan pemuda, organisasi pelajar atau mahasiswa, maupun
organisasi yang lain. Tetapi perlu ditekankan di sini, bahwa organisasi
atau perkumpulan pemuda yang memberikan pengaruh positif ini ialah
perkumpulan pemuda yang dikelola secara baik dan “legal”, bukan
organisasi perkumpulan pemuda dan diorganisasi secara baik tetapi
tidak legal atau dengan kata lain ilegal. Seperti halnya dengan adanya
group-group pemuda pada akhir-akhir ini yang gerak tingkah lakunya
sebagian besar lebih mendekati dengan geng-geng di luar negeri.
58
Ibid., 131-132.
53
Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat
negatif adalah segala macam pengaruh yang menuju pada hal-hal
yang tidak baik dan merugikan bagi pendidikan dan perkembangan
anak sendiri, maupun tidak baik dan merugikan kepada kehidupan
bersama.
Hal ini bisa terlihat pada realita yang ada di masyarakat yang
menunjukkan
banyaknya
pengaruh
negatif
yang
seolah-olah
telah terorganisasikan dan terlembagakan. Oleh karena itulah sudah
seharusnya dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan
kepada anak-anaknya, dengan siapa anaknya bergaul, bukannya
dimaksudkan untuk membedakan mana lawan dan mana kawan,
tetapi justru untuk mengajar anak dan menjaganya untuk tidak
terlanjut memperoleh pengaruh-pengaruh yang tak diinginkan.
3. Membentuk Kepribadian Islami
Sebenarnya arti kepribadian mengandung cakupan arti yang cukup
luas sebagaimana yang penulis uraikan di muka, tetapi kalau kita teliti secara
cermat menunjukkan bahwa kepribadian itu tidak terbentuk mendadak akan
tetapi memerlukan proses yang cukup panjang.
Pada zaman dahulu sering terjadi kontroversi mengenai apakah
kepribadian itu lebih ditentukan oleh faktor dalam (pembawaan) ataukah
54
faktor dari luar (lingkungan). Pada zaman sekarang ini, sebagaimana dikatakan
oleh Saifudin Azwar bahwa:
Tidak ada lagi ahli psikologi yang berpandangan ekstrim untuk
menyatakan bahwa kepribadian adalah atribut bawaan yang ditentukan
oleh faktor-faktor keturunan secara murni maupun yang sebaliknya
untuk menyatakan bahwa kepribadian hanya ditentukan oleh faktor
lingkungan sebagai hasil belajar semata. 59
Proses pembentukan kepribadian pada diri individu sampai dengan
umur 4 tahun biasanya hanya ditangani oleh keluarga yang caranya dilakukan
secara tradisional, artinya menurut warisan dari orang tuanya masing-masing
sehingga jarang terjadi keseragaman, baik mengenai cara atau materi sebagai
alat bantunya. Dalam hal ini titik berat pendekatannya diletakkan pada
penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik agar anak mendapat kesempatan
berkembang dalam masyarakat, sehingga kebiasaan ini nantinya terbawa
sampai si anak menginjak usia dewasa.
Ajakan untuk menghayati, ataupun untuk menanyakan siapa yang
membuat langit, siapa yang menurunkan hujan, siapa yang mengatur siang,
siapa yang mengatur malam adalah salah satu cara yang baik untuk
mengatakan bahwa Tuhan itu ada. Pengetahuan tentang adanya Tuhan akan
melekat pada jiwa anak apabila ia telah memasuki usia remaja.
Pada dasarnya masyarakat luas tidak hanya menyajikan serta
menjanjikan hasil pengaruh kepribadian yang positif saja, akan tetapi juga
59
1996),75
Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Bandung: Pustaka Pelajar Offset,
55
mempengaruhi kepribadian anak dalam segi negatif. Pembentukan kepribadian
dari masyarakat yang positif ini mengarah pada pergaulan yang mengacu
pada kegiatan keagamaan, dan juga sosial yang didalamnya banyak diajarkan
rasa cinta kasih dan hormat terhadap sesamanya. Perasaan sama dalam
tanggung jawab dan sepenanggungan, membantu pada yang membutuhkan,
setia kawan, dan sebagainya semua banyak ditemukan dan didapati dalam
ajaran agama.
Sedangkan pergaulan negatif yang sering nampak dalam kehidupan
masyarakat misalnya adalah pergelaran orkes pentas musik atau sejenis yang
disertai dengan minum-minuman keras, main kartu judi, dan sebagainya. Hal
ini mampu memberikan dampak negatif yang akhirnya dapat membentuk
kepribadian atau watak individu yang tak hanya merugikan dirinya sendiri
akan tetapi juga pada masyarakat sekitarnya.
Oleh sebab itu sebagai orang tua yang menginginkan dalam
pembentukan pribadi anaknya agar mempunyai pribadi yang terpuji harus
secara dini memantau pergaulan anaknya agar memilih teman bergaul di
dalam masyarakat yang baik atau juga dapat ditempatkan dalam pondok
pesantren, sehingga anak mampu beretika dan berakhlak mulia.
Selain orang tua, selanjutnya tugas pembentukan pribadi yang islami
ini adalah tugas seorang guru ketika anak berada di sekolah. Ungkapan jawa
menyatakan bahwa guru merupakan sosok manusia yang harus digugu dan
ditiru. Ini menunjukkan bahwa segala perilaku guru baik itu berupa ucapan
56
maupun tindakan selalu akan menjadi panutan bagi peserta didik. Dalam hal
mengajar, kemampuan guru mengorkestrasi kelas akan menjadi tolok ukur
keberhasilan dalam mengajar.
Apa yang dilakukan guru ketika mengajar juga menjadi ukuran bagi
keberhasilan belajar siswa. Ketika guru agama Islam dalam menanamkan
pengetahuan keislaman hanya sebatas pemberian atau pencagaran saja, akan
berimbas pada ketidaktertarikan anak didik dalam menerima materi pelajaran
serta sulit untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan di masyarakat.
Apa lagi ditambah dengan perilaku guru agama Islam yang menyimpang dari
apa yang diajarkan kepada anak didik, akan berakibat fatal bagi akhlak anak
didik.
Sehingga dalam hal ini, “seorang guru ketika mengajar hendaknya
berniat untuk memperoleh keridhaan Allah, dan jangan menjadikannya
sebagai perantara untuk mendapatkan kemewahan duniawi, melainkan untuk
beribadah.”60
Seorang guru hendaknya memelihara kedua tangan atau pandangan
serta lainnya (ketika mengajar) dari hal – hal yang tidak perlu, melainkan
memandang anak didik dengan pandangan yang mengandung maksud sesuai
dengan kebutuhan, kemudian duduk di tempat duduk yang dapat terlihat oleh
semua anak didik.
60
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid : Studi Pemikiran
Tasawuf Al-Ghozali, (Bandung: RajaGrafindoPersada, 2001), h. 93-94
57
Sehingga dengan sistem yang demikian para siswa akan mengikuti
perbuatan baik yang dilakukan oleh gurunya dan para siswa dibimbing
menuju Allah yang memberikan kecerdasan dan kesempurnaan akal kepada
manusia, sehingga ia menjadi amat cerdas dan brilian.
Tidak membatasi proses pendidikan dengan batasan usia dan lamanya
belajar. Karena hakekat pendidikan adalah hak setiap manusia yang harus
dipenuhi oleh negara. Allah mengamanahkan penguasa negara untuk benarbenar memenuhi kebutuhan umat tanpa syarat termasuk pendidikan
Selain itu peran dari kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan juga
mempengaruhi terbentuknya kepribadian yang islami. Pemerintah harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum berdasarkan aqidah islam untuk semua institusi
pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi). Filterisasi terhadap pahampaham sesat dan menyesatkan bisa dijalankan melalui standar kurikulum
Islami. Sehingga harapannya tidak lagi masuk di materi sekolah tentang
teori Darwin, ekonomi ribawi, serta filsafat liberal-sekuler dan lainnya
yang tidak sesuai dengan Aqidah Islam.
b. Seleksi dan kontrol ketat terhadap para tenaga pendidik. Penetapan
kualifikasi berupa ketinggian syakhsiyah islamiyah dan kapabilitas
mengajar. Jika sudah didapatkan tenaga pendidikan yang sesuai
kualifikasi, negara harus menjamin kesejahteraan hidup para tenaga
pendidik agar mereka bisa fokus dalam penelitian dan pengembangan ilmu
bagi anak didik dan tidak disibukkan aktivitas mencari penghasilan
tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
c. Menyajikan content pendidikan dengan prinsip Fikru lil Amal (Link and
Match atau ilmu yang bisa diamalkan). Artinya jangan sampai isi materi
pendidikan tidak membumi (tidak bisa diterapkan) sehingga tidak
berpengaruh dan tidak memotivasi anak didin untuk mendalaminya.61
61
Ibid.
58
4. Membina Pribadi yang Islami
Seorang anak sejak lahir dari rahim ibu, ia tumbuh dan berkembang
menurut tahap-tahap perkembangannya sendiri-sendiri, sehingga hasil
perkembangannya berupa bentuk-bentuk kepribadian yang berlainan dan
unik pula. Keunikan ini disebabkan karena antara pribadi yang satu dengan
yang lainnya tidak ada yang sama.
Sebenarnya pada tahap-tahap tertentu manusia yang satu dengan yang
lainnya mempunyai persamaan. Misalnya sama-sama dalam masa bayi, masa
anak-anak, masa remaja dan masa tua. Kunci agar tahap persamaan ini adalah
antara manusia yang satu dengan yang lain bisa hidup rukun dan damai
adalah setiap manusia itu harus mempunyai pribadi yang baik. Pribadi yang
baik itu adalah merupakan kesanggupan dari konsekuensi manusia untuk
hidup dengan tenang tanpa mengganggu dan merasa diganggu oleh manusia
yang lain. Cepat atau lambat untuk membina pribadi yang baik harus
diusahakan sendiri secara sepenuh hati. Membina pribadi ini dapat pula
dilakukan dengan membaca teori-teori kepribadian para pakar yang
disenangi,
sehingga
timbul
perasaan
dan
daya
tarik
untuk
mengidentifikasikan dirinya sendiri seperti apa yang menjadi idolanya.
Dalam membina pribadi ini Agus Sujanto dkk., memberikan motivasi
dengan
kata-kata,
“biarlah
orang
lain
lebih
baik
59
dari kita, yang penting adalah kita sekarang harus lebih dari kita yang
kemarin”.62
Perlu diketahui pula biasanya niat yang baik dalam berbuat, bersikap,
atau pula bertindak disertai pula dengan perasaan rendah diri dan minder.
Perasaan rendah diri dan minder yang berlebihan akan tidak menguntungkan
bahkan anak mengucilkan diri dari masyarakat luas. Dengan menanamkan
rasa ingin mencoba sesuatu, itulah akan dapat menghilangkan rasa rendah
diri dan minder yang berlebihan. Akan tetapi perlu juga diingat rasa percaya
diri yang berlebihan juga kurang baik karena akibatnya akan menimbulkan
sikap kurang hati-hati.
Menurut D. H. Gulo, untuk membina pribadi diri sendiri ada beberapa
cara, di antaranya adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Kepercayaan pada diri sendiri.
Sikap optimis.
Sikap berhati-hati.
Sikap tak bergantung pada orang lain.
Sikap tak mementingkan diri sendiri.
Ketahanan menghadapi kepayahan.
Toleransi.
Ambisi.
Kepekaan sosial (simpatik).63
Aspek-aspek di atas jika dilaksanakan dengan baik maka akan mampu
membina dan membentuk kepribadian dengan baik tanpa merugikan orang
lain.
62
63
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 155
Ibid., 158.
Download