BAB II

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Drill
1. Pengertian Metode Drill
Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli
memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya
definisi-definisi tersebut sama. Diantaranya:
a.
Menurut Roestiyah, ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai
suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan
latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari.1
b.
Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap
dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan
terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara
praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap-siagakan.2
c.
Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang penyajian
materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan
dengan cara latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat
dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.3
1
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 125.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan …, 349.
3
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru, (Bandung:
PT. Rosda Karya, 2006), 133.
2
9
10
d.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, metode drill
adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu.4
Metode Drill (metode latihan) yang peneliti lakukan pada
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan cara mengulang-ulang dalam
melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan haditsnya sehingga peserta didik
terbiasa dan memiliki ketrampilan serta ketangkasan dalam melafalkan
ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, semakin sering mengulang-ulang maka
peserta didik menjadi hafal ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
2. Tujuan Penggunaan Metode Drill
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar
siswa:
a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan
gerak dalam olahraga.
b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan
hal
lain,
seperti
hubungan
sebab-akibat
banyak
hujan-banjir;
penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.5
4
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 95.
5
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar…, 125.
11
3. Syarat-syarat Metode Drill
Dalam menjalankan metode drill, ada beberapa syarat yang harus
ditempuh untuk hasil yang optimal. Antara lain:
a. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
1) Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
2) Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
3) Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi.
b. Latihan-latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat
otomatik.
c. Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan
murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
d. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid
tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
e. Latihan diberikan secara sistematis.
f. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan
pengarahan dan koreksi.
g. Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.6
4. Kelebihan Metode Drill
a. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
6
http://bio-sanjaya.blogspot.com/2014/04/pengertian-metode-drill-macam-juga.html
12
b. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta didik yang
berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus
yang berguna kelak dikemudian hari
c. Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana peserta
didik yang disiplin dalam belajarnya dana mana yang kurang dengan
memperhatikan
tindakan
dan
perbuatan
peserta
didik
disaat
berlangsungnya pengajaran
d. Pada pelajaran agama dengan metode drill (latihan siap) ini peserta
didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal
kepada Allah.
5. Kelemahan Metode Drill
a. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan dalam
kondisi belajar
b. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik
melakukan sesuatu secara mekanis.7
c. Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti)
terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana peserta didik
dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan
secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang
berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berpikir.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan …, 350.
7
13
d. Dapat menghambat insiatif peserta didik, dimana insiatif dan minat
peserta didik yang berbeda dengan petunjuk pendidik dianggap suatu
penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.8
e. Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana
serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.9
f. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan
atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan
keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
g. Dalam pelaksanaannya metode ini memakan waktu/proses yang cukup
banyak/lama.
h. Dalam pelajaran agama memerlukan ketelatenan/ketekunan serta
kesabaran dari pendidik maupun dari peserta didik.
5. Prinsip-prinsip metode drill
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan
metode drill, antara lain:
a. Waktu yang digunakan dalam drill cukup tersedia
b. Drill hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan
perkembangan peserta didik
c. Drill memiliki daya tarik dan merangsang peserta didik untuk belajar
dan berlatih secara sungguh-sungguh
d. Dalam latihan (drill) pertama yang diutamakan ketepatan kemudian
kecepatan, kemudian kedua-duanya
8
9
Ibid, 350
http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/04/pengertian-metode-drill-macam-juga.html
14
e. Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial
f. Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu
siswa
g. Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan
h. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pendidik, terutama pelajaran
agama
B. Hafalan (Al-Hifzh)
Al-Hifzh (hafalan) secara bahasa (etimologi) adalah lawan dari pada
lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang
menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.10
Sedangkan menurut Khurrsam Murad mengatakan:
Al-Hifzh adalah kata yang dalam arti sempitnya berarti “menghafal”
yang meliputi pengertian dan praktek. Tidak ada kata yang tepat
dalam bahasa Inggris termasuk bahasa Indonesia yang dapat
merefleksikan arti yang utuh dan sebenarnya dari kata “hifzh”.11
Sedangkan Al-Hifzh menurut istilah (terminology) adalah tidaklah
berbeda baik secara bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminology),
dari segi pengungkapannya dan menalarkannya. Namun ada dua perkara asasi
yang membedakan antara penghafal Al-Qur’an, penghafal al-hadits, penghafal
syair-syair, mutiara-mutiara hikmah, tamsil, teks-teks sastra dan lain-lainnya
yaitu:
Abdurrab Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2005), 23.
11
Khurram Murad, Membangun Generasi Qur’ani, (Jakarta: Media Da’wah, 1999), 96-97.
10
15
a. Penghafal Al-Qur’an di tuntut untuk menghafal secara keseluruhan baik
hafalan maupun ketelitian. Sebab itu tidaklah di sebut penghafal yang
sempurna orang yang menghafal Al-Qur’an setengahnya saja atau
sepertiganya, dan tidak menyempurnakannya. Dan hendaknya hafalan itu
berlangsung dalam keadaan cermat, sebab jika tidak begitu implikasinya
adalah bahwa seluruh umat Islam dapat di sebut penghafal Al-Qur’an,
karena setiap muslim dapat dipastikan bisa membaca Al-Fatihah
mengingat membaca surat ini merupakan salah satu rukun sholat, menurut
mayoritas mazhab.
Dalam konteks ini, istilah penghafal Al-Qur’an atau pemangku
keutuhan Al-Qur’an hampir-hampir tidak dipergunakan kecuali bagi
orang yang hafal semua ayat Al-Qur’an dengan hafalan yang tepat dan
berkompeten untuk mengajarkan kepada orang lain dengan berlandaskan
kaidah-kaidah tilawah dan asas-asas tajwid yang benar.
b. Menekuni,
merutinkan
dan
mencurahkan
segenap
tenaga
untuk
melindungi hafalan dari kelupaan. Maka barang siapa yang telah (pernah)
menghafal Al-Qur’an kemudian lupa sebagian atau seluruhnya, karena
disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti ketuaan atau sakit,
tidaklah dinamakan penghafal. Orang seperti itu tidaklah bisa disebut
pemangku keutuhan Al-Qur’an. Hal ini mengingat perbedaan antara AlQur’an dan Hadits atau lain-lainnya.12
12
Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal…, 25-27.
16
Hifadz
merupakan alat yang penting agar Al-Qur’an meresap
dalam diri kita. Menghafal tidak bersifat mekanis atau ritual, tetapi
merupakan perbuatan melibatkan seluruh jiwa dan perasaan. Dengan hifzh
kita dapat membaca Al-Qur’an dalam sholat dan memikirkan artinya saat
kita berdiri menghadap Allah SWT. Selain itu, Al-Qur’an dapat diucapkan
dengan lidah agar bersemayam dalam hati dan pikiran sehingga dapat
menjadi pendamping secara tetap. Bahkan dengan melibatkan perasaan
dan hati saat membaca Al-Qur’an dan memahami apabila Al-Qur’an dapat
dihafalkan.13 Oleh karena itu, perlu disediakan sebagian waktu yang
dimiliki untuk Al-Qur’an. Dan lakukan dengan cara yang sistematis dan
bacalah selalu Al-Qur’an secara regular maka akan mudah untuk
mempertahankannya dalam ingatan.
Mengenai hukum menghafal Al-Qur’an, apakah hukumnya wajib
atas semua umat? Ataukah wajib atas sebagiannya saja?. Dalam hal ini
para ulama menegaskan bahwa menghafal Al-Qur’an jangan sampai
terputus
jumlah
(bilangan)
tawatur
didalamnya,
sehingga
tidak
dimungkinkan untuk penggantian dan pengubahan. Apabila di antara
kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang
lainnya, tetapi jika tidak ada sam,a sekali, maka berdosalah semuanya.14
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai
pedoman hidup dan sumber-sumber hukum; tidak semuanya manusia
sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat di hafal kecuali kitab
13
14
Murad, Membangun…, 97.
Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal…,19.
17
suci Al-Qur’an
dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup
menghafalkannya.15
C. Perencanaan Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Keberhasilan
Hafalan Surat Pendek Pada Siswa
Menurut Hamdani, hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam
menggunakan metode drill adalah sebagai berikut :
1. Tahap 1 : Latihan Terkontrol
Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru:
a. memberikan sejumlah latihan soal dan meminta supaya siswa
mengerjakannya.
b. memberi arahan dan petunjuk-petunjuk cara pengerjaan untuk
menyelesaikan soal guru.
c. memberi bantuan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam
menyelesaikan soal.
d. memberikan jawaban yang benar atas soal tersebut.
2. Tahap 2 : Latihan mandiri
Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru:
a. Memberikan beberapa soal.
Meminta siswa supaya mengerjakan soal tersebut dengan
memberikan batas waktu yang cukup.
Muhaimin Zen, Tata Cara /Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-petunjuknya,
(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1985), 35.
15
18
b. Meminta supaya hasil pekerjaan masing-masing siswa dikumpulkan
kepada guru
c. Menilai hasil pekerjaan siswa.16
D. Pelaksanaan Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Keberhasilan
Hafalan Surat Pendek Pada Siswa
Latihan dapat dilaksanakan di dalam berbagai kegiatan belajar, baik
secara lisan maupun secara tulisan, dalam bentuk mental maupun fisik.
Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai kegiatan belajar,
tidaklah berarti bahwa setiap kali metode ini harus dipakai dalam semua
aktivitas pembelajaran.17 Penggunaan metode ini tergantung kepada
keperluan-keperluan khusus, misalnya pembentukan kebiasaan mengerjakan
sholat, membaca Al Qur'an dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode drill beberapa komponen yang harus disiapkan, seperti:
1. Kesiapan Langkah Pelaksanaan Metode Drill
Langkah yang dapat ditempuh dalam metode latihan (drill) terbagi
dalam tiga bagian pokok, sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada tahap ini perlu dipersiapkan terutama mental murid untuk
menerima pelajaran yang akan disajikan kepada mereka pada langkah
pelajaran inti. Hal yang harus dilakukan seperti:
16
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 273.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 95
17
19
1) Memberikan penjelasan seperlunya tentang suatu kegiatan yang
perlu dilaksanakan dengan menggunakan metode drill. Tujuanya
adalah untuk memberikan gambaran perbuatan yang perlu dicapai
dengan menggunakan metode, sehingga murid memahaminya.
Penggambaran itu disertai contoh-contoh perbuatan yang perlu
dilaksanakan.
2) Apabila keterangan-keterangan yang diberikan telah cukup, perlu
kiranya diberi latihan pendahuluan sebagai persiapan untuk
melaksanakan latihan yang sesungguhnya. Guru memberikan
contoh yang benar dalam bentuk gerak maupun ucapan kemudian
murid menirukan.
b. Pelajaran inti
1) Murid melaksanakan latihan yang mempunyai kesukaran-kesukaran
yang masih dapat diatasi oleh murid. Latihan ini diulang-ulang
sampai murid benar-benar telah dapat melaksanakan gerak maupun
bacaan yang menjadi materi pembelajaran dengan metode drill.
2) Mengadakan kontrol atau mengadakan koreksi terhadap latihan.
Diagnosa kesalahan-kesalahan pada waktu melaksanakan tugas
latihan. Bila ditemukan kesalahan langsung dianalisa, dibicarakan
seperlunya diperbaiki kemudian dilatih lagi.
c. Penutup
1) Melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang
dilaksanakan oleh murid.
20
2) Memberikan latihan penenangan.18
2. Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Metode Drill
Dalam melaksanakan metode drill, ada beberapa peranan guru
yang dapat dikemukakan, diantaranya sebagai berikut:
a. Guru dapat memberi contoh kegiatan yang akan dilatih.
b. Guru selalu memperhatikan langkah-langkah yang dilaksanakan di
dalam metode drill.
c. Supaya pelaksanaan metode drill lebih efektif dan tidak memboroskan
waktu serta tenaga, maka guru perlu memperhatikan tingkat latihan
yang perlu dicapai.
d. Guru perlu memperhatikan adanya latihan-latihan pendahuluan yang
perlu diajarkan.
e. Guru perlu menghindarkan seawal mungkin kesalahan-kesalahan yang
diperbuat murid.
3. Peran Murid Dalam Pelaksanaan Metode Drill
Peranan murid yang diharapkan dari metode drill, antara lain:
a. Agar murid berusaha sedemikian rupa sehingga mempunyai gambaran
yang jelas bagaimana ia harus berbuat dalam latihan ini.
b. Murid perlu dengan secermat mungkin memperhatikan petunjukpetunjuk yang diberikan oleh guru terutama tentang kesalahankesalahan yang dilakukan.
18
http://rofieducation..com/2011/04/dasar-pemikiran-drill-bab-2.html, Diakses tanggal
21
c. Diusahakan dalam melaksanakan latihan, tidak ada keraguan pada
murid.
Langkah tersebut merupakan langkah pembelajaran yang sistematis
dan keruntutan proses mesti ditempuh, namun tidak boleh dilupakan motivasi
bisa menjadi sangat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Motivasi dapat berbentuk materi maupun moril. Hal ini
disampaikan dalam Sa’ad Riyadh bahwa anak dalam mempelajari maupun
menghafal Al Qur'an membutuhkan motivasi, baik berupa materi maupun
moril. Untuk anak yang masih kecil, motivasi berbentuk materi itu lebih
mengena, karena anak akan merasa segera memetik hasil dari jerih payah.
Hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan waktu, dimana waktu
pelaksanaan menghafal dengan metode drill, perlu dijadwalkan dalam jadwal
pelajaran, dimana waktu pelaksanaan menghafal harus dipilih pada waktu
yang tepat. Anak dengan kondisi segar tentunya akan membantu
meningkatkan kemampuan menghafal anak. Dalam pemilihan waktu ini Sa’ad
Riyadh menambahkan bahwa pemilihan waktu yang tepat termasuk
keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pendidikan agar mencapai
keberhasilan.
Menghafal merupakan kegiatan yang dilaksanakan dan hafalan
merupakan kompetensi yang diharapkan. Hafalan surat-surat pendek menjadi
materi pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa banyak materi
hafalan perlu adanya pengawasan hafalan. Dengan adanya agenda pengawasan
akan diketahui kemampuan hafalan anak seperti yang dituliskan oleh Sa’ad
22
Riyadh yaitu agenda dalam sepekan atau sebulan dapat diberlakukan untuk
mengawasi keberlangsungan dan perkembangan hafalan Al Qur'an.
E. Penilaian Keberhasilan Hafalan Surat Pendek Pada Siswa dengan
Penerapan Metode Drill
Penilaian dalam kurikulum 2013 semua indikator ditagih atau diuji dan
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dikuasai
dan belum dikuasai oleh peserta didik. Ada tujuh pendekatan teknik atau yang
dapat digunakan dalam penilaian pada tingkat satuan pendidikan, yaitu: teknik
atau metode penilaian unjuk kerja, project work, tertulis, produk, portofolio,
karakter dan penilaian diri.
1. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
suatu hal. Penilai ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu.
Ada penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena
apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.19
Penilaian unjuk kerja diukur melalui elemen-elemen sebagai
berikut:
a. Kualitas penyelesaian pekerjaan.
19
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007), hal 295
23
b. Keterampilan menggunakan alat-alat
c. Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja
sampai selesai.
d. Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi
yang diberikan
e. Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar
dan simbol-simbol.20
Pengamatan atau observasi terhadap unjuk kerja peserta didik
dapat menggunakan alat/instrumen berupa:
a. Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja dengan rating
scale memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah
terhadap penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu
kompetensi. Rating scale terentang dari sangat kompetensi sampai
sangat tidak kompeten. Misal : rentang 1 = sangat tidak kompeten,
2 = tidak kompeten, 3 = agak kompeten (cukup), 4 = kompeten dan
5 = sangat kompeten.
b. Daftar cek (sheck list), penilaian unjuk kerja dapat dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi pada
umumnya berbentuk check list (v) karena hanya berupa daftar
pertanyaan yang jawabannya tinggal memberi tanda check list pada
jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
20
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi…, 145
24
2. Teknik Penilaian Project Work
Project Work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta
didik dalam periode atau waktu tertentu. Penilaian project work dilakukan
mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga
penyajian data. Project work juga akan memberikan informasi tentang
pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran
tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan kemampuan peserta didik untuk mengkomunikasikan informasi.
Dalam melakukan penilaian project work harus memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a. Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih
topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta
penulisan laporan.
b. Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan
tahapan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dalam pembelajaran.
c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil
karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa
petunjuk, arahan serta dukungan proyek kepada peserta didik.
3. Penilaian Tertulis
Dalam penilaian tertulis, soal-soal diberikan dalam bentuk tertulis
dan jawaban tes juga tertulis. Ada beberap hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan penilaian tertulis diantaranya:
25
a. Tempat
pelaksanaan
tes
harus
kondusif
dan
jauh
dari
kegaduhan/keramaian yang sangat mendukung konsentrasi peserta
didik yang mengikuti tes.
b. Tempat duduk peserta didik diatur sedemikian rupa, sehingga
kemungkinan kerjasama dalam menjawab soal tes atau melakukan
kecurangan-kecurangan dapat diminimalis.
c. Sistem pencahayaan diruang tes harus diatur sedemikian rupa.
d. Seorang guru yang bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaan tes
bersikap dan bertindak wajar.
e. Guru atau pengawas membacakan tata tertib sebelum pelaksanaan tes.
f. Dibuatkan daftar hadir yang diisi peserta didik.
g. Untuk menghindari kesulitan dikemudian hari, dibuat berita acara
pelaksanaan tes yang ditandatangani oleh semua pengawas dan
identitas berita acara pelaksanaan diisi lengkap.
Pelaksanaan tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Bentuk penilaian uraian (subjective test)
Guru yang menggunakan alat tes yang berbentuk subjective
test, dalam membuat soal sekaligus dengan kunci jawaban disertai
dengan
pedoman
jawaban
dan
pedoman
penskorannya.
Pemeriksaan hasil tes dengan jalan membandingkan antara lembar
jawaban dengan kunci jawaban. Dalam pemeriksaan hasil tes
bentuk subjective test harus memperhatikan hal-hal berikut:
26
a) Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes didasarkan pada
standar mutlak, artinya penentuan nilai secara mutlak
berdasarkan prestasi individual.
b) Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes didasarkan pada
standar relatif, artinya penentuan nilai berdasarkan pada
prestasi kelompok.
b. Bentuk penilaian objective test. Test obyektif (objective test) yang juga
dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) tes ya
tidak dan tes model baru (now types test) adalah salah satu jenis tes
hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat
dijawab oleh tes tee dengan jalan memilih satu dipasangkan pada
masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan)
jawabannya berupa kata-kata atau simbol tertentu pada tempat atau
ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir-butir item
yang bersangkutan.21 Ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat
dipergunakan untuk mengoreksi test objective, diantaranya: kunci
berdampingan, kunci sistem karbon, kunci sistem tusukan, dan kunci
berjendela.
21
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan…, 106
27
4. Penilaian Produk
Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Ada 3 tahapan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian produk, diantaranya:
a. Tahap persiapan. Menilai ketrampilan merencakan, merancang,
menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk.
b. Tahap produksi. Menilai kemampuan memilih dalam menyeleksi dan
menggunakan bahan, alat, metode dan teknik kerja.
c. Tahap penilaian. Menilai produk yang dihasilkan peserta didik sesuai
kriteria yang ditetapkan.
Teknik penilaian produk dapat digunakan dua cara yaitu
penilaian holistik dan penilaian analitik.
1) Penilaian dengan cara holistik yaitu penilaian yang berdasarkan
kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap
appraisal.
2) Penilaian analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.22
5. Penilaian Portofolio
Penilaian
portofolio
merupakan
proses
penilaian
yang
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan
perkembangan
kemampuan
khususnya
aspek
psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu.
22
Mimin Haryatim, Model dan Teknik Penilaian…, 57
28
Secara umum portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau
catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan
teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa,
jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru,
catatan hasil wawancara guru dengan siswa laporan kegiatan siswa dan
karangan atau jurnal yang dibuat siswa.23
Dalam melakukan penilaian portofolio harus memperhatikan
hal-hal berikut:
1) Asli, artinya karya/tugas yang dinilai adalah asli sebagai hasil
karya peserta didik
2) Rasa saling kepercayaan antara guru dan peserta didik, baik dalam
proses penilaian maupun dalam proses menjaga kerahasiaan
informasi hasil belajar sehingga tidak bocor kemana-mana.
3) Join Ownership, antara guru dengan peserta didik memiliki rasa
saling memiliki terhadap berkas-berkas portofolio, sehingga ada
upaya dari peserta didik untuk terus memperbaiki karyanya.
4) Identitas yang tercantum dalam portofolio sebaiknya berisi tentang
bukti yang mampu menumbuhkan semangat peserta didik untuk
terus meningkatkan kreativitasnya.
5) Adanya kesesuaian antara informasi hasil belajar dengan
pencapaian indikator dari setiap kompetensi.
6) Penilaian portofolio mencakup penilaian proses belajar dan hasil
belajar.
23
Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi …, 192
29
7) Penilaian
portofolio
terintegrasi
dengan
kegiatan
proses
pembelajaran.
Langkah-langkah model/teknik penilaian portofolio sebagai berikut:
a) Menjelaskan pada peserta didik bahwa kumpulan karya/tugas tidak
hanya dinilai oleh guru tapi juga digunakan kembali oleh peserta
didik untuk mengetahui kemampuan ketrampilan, bakat dan minat
yang dimiliki terhadap suatu mata pelajaran.
b) Menentukan bersama antara guru dan peserta didik terhadap
sampel-sampel portofolio yang akan dibuat.
c) Kumpulkan dan simpanlah semua portofolio masing-masing
peserta didik dalam satu map folder dirumah masing-masing atau
dengan loker sekolah.
d) Berilah identitas waktu dari setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga bisa terlihat perbedaan kualitas dari waktu
ke waktu.
e) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio beserta bobotnya
dengan peserta didik sebelum membuat karya.
f) Peserta didik diminta untuk menilai hasil karyanya secara
berkesinambungan dengan dibimbing oleh guru.
g) Bila hasil portofolio tidak memuaskan maka peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaikinya.
h) Membuat jadwal untuk membahas portofolio bersama orang
tua/wali agar orang tua mengetahui perkembangan belajar anaknya.
30
Salah satu cara penilaian portofolio, atau pembuatan rubrik
adalah dengan menggunakan kriteria:
a) Bukti terjadinya proses berfikir
b) Mutu kegiatan atau penyelidikan
c) Keragaman pendekatan
Hasil penilaian portofolio pada umumnya dapat berbentuk
skor, grafik, atau deksriptif. Pekerjaan guru selanjutnya adalah
membuat suatu rumusan bagaimana dianalisis dan ditafsirkan sehingga
kesimpulan akhir tentang kemampuan peserta didik sudah merupakan
nilai keseluruhan berbagai aspek.24
6. Penilaian Karakter
Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter
yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang
telah diikutinya. Pembentukan karakter memang tidak bisa terbentuk
dalam waktu singkat, tapi indicator perilaku dapat dideteksi secara dini
oleh guru.
Contoh format penilaian karakter yang penulis adopsi dari E.
Mulyasa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Penilaian Karakter Peserta Didik
Jenis Karakter
Bertanggungjawab
Percaya diri
24
a.
b.
c.
d.
a.
Indikator Perilaku
Melaksanakan kewajiban
Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan
Menaati tata tertib sekolah
Menjaga kebersihan lingkungan
Pantang menyerah
Sumarna Surapranata, dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum
2004. (Bandung: Remaja Rosdayakarya, 2004), 196-197
31
Saling menghargai
Bersikap santun
Kompetitif
Jujur
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Berani menyatakan pendapat
Berani bertanya
Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan
Berpenampilan tenang
Menerima perbedaan pendapat
Memaklumi kekurangan orang lain
Mengakui kelebihan orang lain
Dapat bekerjasama
Membantu orang lain
Menerima nasihat guru
Menghindari permusuhan dengan teman
Menjaga perasaan orang lain
Menjaga ketertiban
Berbicara dengan tenang
Berani bersaing
Menunjukkan semangat berpretasi
Berusaha ingin lebih maju
Memiliki keinginan untuk tahu
Tampil beda dan unggul
Mengemukakan apa adanya
Berbicara secara terbuka
Menunjukkan fakta yang sebenarnya
Menghargai data
Mengakui kesalahannya
7. Penilaian Diri
Adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.25 Penilaian diri
dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu
penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah,
sebagai berikut:
a. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan pencapaian
indikator yang akan dinilai.
b. Menentukan kriteria/acuan yang akan digunakan.
25
Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP SD/MI SMP dan SMA/SMK, (Yogyakarta:
Pustaka Yustisia, 2007), 374
32
c. Merancang
dan
merumuskan
format
penilaian
(pedoman
penskoran, skala penilaian, kriteria penilaian dan lain-lain).
d. Meminta peserta didik melakukan evaluasi diri.
e. Guru menganalisis hasil penilaian secara acak.
f. Hasil analisis daripada hasil evaluasi diri peserta didik disampaikan
kepada peserta didik sehingga dapat dijadikan sebagai umpan balik
untuk melakukan pembinaan terhadap peserta didik).
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini
adalah:
1. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Uswatun
Hasanah
dengan
judul:“Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui Metode
Drill di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit
Kota Pekalongan” oleh (IAIN Walisongo, 2011).26
Fokus Penelitian: Metode drill mengefektifkan pembelajaran baca tulis alQur’an di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit
Kota Pekalongan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Metode
drill
telah
dapat
mengefektifkan pembelajaran baca tulis Al-Quran di Madrasah Salafiyah
Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan, hal ini dapat
di lihat dari kenaikan nilai kemampuan membaca dan menulis siswa.
Uswatun Hasanah, “Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui Metode Drill di
Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan” IAIN
Walisongo, 2011
26
33
2.
Penelitian yang dilakukan oleh Ani Farihatun Nisa yang berjudul:
“Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Khoiriyah
Tirtomoyo Pakis Malang” oleh (UIN Malang, 2009).27
Fokus Penelitian (a) Perencanaan peningkatan hasil belajar
matematika
dan
tanya
perkalian
jawab,
(b)
dengan
menggunakan
Pelaksanaan
peningkatan
metode
hasil
drill
belajar
matematika perkalian dengan menggunakan metode drill dan tanya
jawab,(c) Evaluasi peningkatan hasil belajar matematika perkalian dengan
menggunakan metode drill dan Tanya jawab pada siswa kelas III MI AlKhoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode drill dan
Tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar matematika perkalian serta
dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini
terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa.
3.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiladan Irwahyudi berjudul: “Penerapan
Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil
Belajar siswa kelas III pada pelajaran Matematika di SDN Pulerejo 02
Bakung kabupaten Blitar” (UIN Malang, 2010).28
Ani Farihatun Nisa “Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang”,
UIN Malang, 2009
28
Wiladan Irwahyudi, “Penerapan Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya
meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III pada pelajaran Matematika di SDN Pulerejo 02
Bakung kabupaten Blitar” UIN Malang, 2010
27
34
Fokus
penelitian
ini
adalah
(1)
Mendeskripsikan
proses
perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan
(resitasi) dan drill dalam upaya meningkatkan hasil belajar perkalian dan
pembagian pada mata pelajaran Matematika kelas III SDN Pulerejo 02
kecamatan Bakung kabupaten Blitar, (2) Mendeskripsikan proses
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan
(resitasi) dan drill dalam meningkatkan hasil belajar perkalian dan
pembagian pada mata pelajaran Matematika kelas III SDN Pulerejo 02
Kecamatan Bakung kabupaten Blitar, (3) Mendeskripsikan proses
mengevaluasi pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan
(resitasi) dan drill dalam meningkatkan hasil belajar perkalian dan
pembagian pada mata pelajaran Matemtika siswa kelas III SDN Pulerejo
02 kecamatan Bakung kabupaten Blitar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes
individual pada post tes siklus I, dan post tes siklus II terjadi peningkatan
yang signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan post tes siklus I sebesar
71,43% atau sebanyak 5 siswa dari 7 peserta tes yang dinyatakan lulus.
Sedangkan yang gagal sebanyak 2 siswa atau sebesar 28, 57%. Setelah
dilakukan tindakan dengan menggunakan metode resitasi dan drill selama
dua siklus (3 kali pertemuan). Kemudian pada siklus II
meningkat
menjadi 85,71% atau sebanyak 6 siswa dari 7 peserta tes yang dinyatakan
lulus. Sedangkan yang gagal sebanyak 1 siswa atau sebesar 14, 29%. Hal
ini menunjukkan bahwa 90% siswa berhasil mempelajari perkalian yang
35
hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka pada
mata pelajaran Matematika dengan menerapkan metode resitasi dan drill.
4.
Penelitian yang dilakukan oleh Fina Harta Muslikhah yang berjudul:
“Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU
Miftahul Huda Di Jabung Kabupaten Malang” (UIN Malang, 2009).29
Fokus penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan mata pelajaran AlQur’an Hadits siswa kelas V B MINU Miftahul Huda di Jabung
Kabupaten Malang. (2) Penerapan metode drill dan sort card dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits siswa kelas V B MINU Miftahul Huda di Jabung Kabupaten
Malang.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda di
Jabung Kabupaten Malang telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran
berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap
dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta
tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahamkan kepada peserta
didik terhadap pelajaran yang di sajikan dengan mengaplikasikan metode
drill dan sort card (2) Metode drill dan sort card dapat meningkatkan
motivasi belajar Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas VB semester genap
tahun ajaran 2008/2009 di MINU MIftahul Huda di Jabung Kabupaten
Fina Harta Muslikhah “Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi
belajar sisw pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda Di
Jabung Kabupaten Malang”, UIN Malang, 2009
29
36
Malang. Hal ini dapat diketahui bahwa motivasi siswa meningkat karena
bisa dilihat pada tanggapan siswa yang dicapai siswa meningkat.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Lukman Hakim yang berjudul:
“Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah
Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal” oleh (IAIN
Walisongo Semarang, 2006). 30
Fokus Penelitian ini adalah: (1). Penerapan Metode Keteladanan
dalam
Pendidikan
Akhlak
di
Madrasah
Diniyah
Awaliyah
Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal; (2). Faktor yang menjadi
penunjang dan penghambat Penerapan Metode Keteladanan dalam
Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah
Lanji Patebon Kendal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pendidikan akhlak
yang dikembangkan di Madrasah Diniyah Awwaliyah Miftahussalafiyah
adalah dengan menggunakan keteladanan dari guru, yaitu dengan
menerapkan berbagai keteladanan sikap yang baik dari guru kepada siswa,
misalnya kelembutan dan kasih sayang, banyak senyum dan ceria, lemah
lembut dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah
laku sesuai dengan misi yang diembannya. Disamping keteladanan guru
yang diajarkan di Madrasah, keteladanan orang tua juga harus
dikembangkan di rumah oleh keluarga. Keluarga di rumah memiliki
potensi yang sangat drastis dan praktis dalam memberikan keteladanan
Agus Lukman Hakim, “Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah
Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal” IAIN Walisongo Semarang, 2006.
30
37
kepada anak-anaknya dibandingkan orang lain, unsur lain, atau kelompok
lain.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis tentunya mendapatkan
kesempatan dan ruang untuk mengadakan penelitian guna melengkapi temuan
penelitian yang sudah ada. Adapun penelitian yang akan peneliti lakukan
adalah “Penerapann Metode Drill dalam meningkatkan Keberhasilan Hafalan
Surat Pendek (Studi Multi Situs di MI Tarbiyatul Banin Wal Banat Kedung
Sigit
dan MI Thoriqul Huda Kerjo Kecamatan Karangan Kabupaten
Trenggalek)”.
Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan
Penelitian yang dilakukan.
No
Peneliti Terdahulu
1 Uswatun Hasanah, 2011 “Peningkatan
Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran
melalui Metode Drill di Madrasah
Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal
Banyurip Alit Kota Pekalongan”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis AlQuran melalui Metode Drill.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Metode drill telah dapat mengefektifkan
pembelajaran baca tulis Al-Quran di
Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul
Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan,
hal ini dapat di lihat dari kenaikan nilai
kemampuan membaca dan menulis siswa.
2 Ani Farihatun Nisa, 2009 “Penggunaan
Metode drill dan Tanya Jawab untuk
meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Perkalian Pada Siswa Kelas III MI AlKhoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang”
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui Penggunaan Metode drill
dan Tanya Jawab untuk meningkatkan
Persamaan dan Perbedaan
Persamaan:
Penelitian ini difokuskan pada
Strategi yang digunakan oleh
guru
dalam
pembelajaran
dengan metode drill, dilakukan
di Madrasah Ibtidaiyah.
Perbedaan:
Peneliti terdahulu dengan
menggunakan
metode drill
dalam pembelajaran baca tulis
Al-Quran.
Persamaan:
Sama-sama
menggunakan
metode drill
Perbedaan:
Peneliti terdahulu
menggunakan metode Tanya
jawab untuk meningkatkan
hasil belajar siswa
38
3
4
Hasil Belajar Matematika Perkalian.
Hasil penelitian ini menunjukkan metode
drill
dan
tanya
jawab
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika
perkalian serta dalam pelaksanaannya
dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Wiladan Irwahyudi, 2010 “Penerapan
Metode Resitasi dan Metode Drill
sebagai upaya meningkatkan Hasil
Belajar siswa kelas III pada pelajaran
Matematika di SDN Pulerejo 02 Bakung
kabupaten Blitar”
Penelitian
ini
mengkaji
tentang
Penerapan Metode Resitasi dan Metode
Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil
Belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
90% siswa berhasil
mempelajari
perkalian yang hasilnya bilangan tiga
angka dan pembagian bilangan tiga
angka pada mata pelajaran Matematika
dengan menerapkan metode resitasi dan
drill.
Fina Harta Muslikhah, 2009 “Penerapan
metode Drill dan Sort Card dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
siswa kelas VB MINU Miftahul Huda Di
Jabung Kabupaten Malang”
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui Penerapan metode Drill dan
Sort Card dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa pada mata pelajaran AlQur’an
Hadits.
Hasil
Penelitian
menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa
kelas VB MINU Miftahul Huda di
Jabung Kabupaten
Malang telah
menunjukkan
bahwa
proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan
efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari
sikap dan keantusiasan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran,
serta tidak memerlukan waktu yang lama
untuk memahamkan kepada peserta didik
terhadap pelajaran yang di sajikan
Persamaan:
Penelitian ini dan yang peneliti
lakukan dengan metode drill
Perbedaan:
Peneliti terdahulu
menggunakan metode resitasi
sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar siswa.
Persamaan:
Sama-sama-menerapkan
metode drill
Perbedaan:
Peneliti terdahulu dengan
menggunakan metode sort
card penelitian yang dilakukan
dengan studi multi situs, di
Madrasah Ibtidaiyah dengan
kabupaten yang berbeda.
39
5
dengan mengaplikasikan metode drill
dan sort card (2) Metode drill dan sort
card dapat meningkatkan motivasi
belajar Al-Qur’an Hadits pada siswa
kelas VB semester genap tahun ajaran
2008/2009 di MINU MIftahul Huda di
Jabung Kabupaten Malang. Hal ini dapat
diketahui
bahwa
motivasi
siswa
meningkat karena bisa dilihat pada
tanggapan siswa yang dicapai siswa
meningkat.
Agus Lukman Hakim, 2006. “Penerapan
Metode Keteladanan dalam Pendidikan
Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah
Miftahussalafiyah
Lanji
Patebon
Kendal”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Penerapan Metode Keteladanan dan
Faktor yang menjadi penunjang dan
penghambat
Penerapan
Metode
Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di
Madrasah
Diniyah
Awaliyah
Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model
pendidikan
akhlak
yang
dikembangkan di Madrasah Diniyah
Awwaliyah Miftahussalafiyah adalah
dengan menggunakan keteladanan dari
guru, yaitu dengan menerapkan berbagai
keteladanan sikap yang baik dari guru
kepada siswa, misalnya kelembutan dan
kasih sayang, banyak senyum dan ceria,
lemah lembut dalam tutur kata, disiplin
ibadah dan menghias diri dengan tingkah
laku
sesuai
dengan
misi
yang
diembannya. Disamping keteladanan
guru yang diajarkan di Madrasah,
keteladanan orang tua juga harus
dikembangkan di rumah oleh keluarga.
Keluarga di rumah memiliki potensi yang
sangat drastis dan praktis dalam
memberikan keteladanan kepada anakanaknya dibandingkan orang lain, unsur
lain, atau kelompok lain. .
Persamaan:
Penelitian ini sama-sama
menerapkan metode
pembelajaran.
Perbedaan:
Peneliti terdahulu dengan
menggunakan metode
keteladanan dalam pendidikan
akhlak.
40
G. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian adalah pandangan atau model pola pikir yang
menunjukkan permasalahan yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan
jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.31
Paradigma penelitian dalam tesis ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan
Penerapan metode
drill
Pelaksanaan
Penilaian
Keberhasilan
Hafalan
Surat Pendek
pada Siswa
Faktor pendukung
dan faktor
penghambat
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Penelitian ini intinya akan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan,
penilaian dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan Metode Drill
dalam meningkatkan Keberhasilan Hafalan Surat Pendek di MI Tarbiyatul
Banin Wal Banat Kedung Sigit dan MI Thoriqul Huda Kerjo Kecamatan
Karangan Kabupaten Trenggalek.
31
Sugiono, Metode Penelitian Adminitrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Bandung: Alfabeta,
2006), 43.
Download