BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Drill 1. Pengertian Metode Drill Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya definisi-definisi tersebut sama. Diantaranya: a. Menurut Roestiyah, ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.1 b. Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap-siagakan.2 c. Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.3 1 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), 125. Ramayulis, Metodologi Pendidikan …, 349. 3 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006), 133. 2 9 10 d. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, metode drill adalah suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaankebiasaan tertentu.4 Metode Drill (metode latihan) yang peneliti lakukan pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan cara mengulang-ulang dalam melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan haditsnya sehingga peserta didik terbiasa dan memiliki ketrampilan serta ketangkasan dalam melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, semakin sering mengulang-ulang maka peserta didik menjadi hafal ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. 2. Tujuan Penggunaan Metode Drill Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa: a. Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olahraga. b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitung mencongak. c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan-banjir; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.5 4 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 95. 5 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar…, 125. 11 3. Syarat-syarat Metode Drill Dalam menjalankan metode drill, ada beberapa syarat yang harus ditempuh untuk hasil yang optimal. Antara lain: a. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan. 1) Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan. 2) Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas. 3) Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi. b. Latihan-latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik. c. Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani. d. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah. e. Latihan diberikan secara sistematis. f. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi. g. Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.6 4. Kelebihan Metode Drill a. Peserta didik memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya. 6 http://bio-sanjaya.blogspot.com/2014/04/pengertian-metode-drill-macam-juga.html 12 b. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para peserta didik yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak dikemudian hari c. Pendidik lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana peserta didik yang disiplin dalam belajarnya dana mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan peserta didik disaat berlangsungnya pengajaran d. Pada pelajaran agama dengan metode drill (latihan siap) ini peserta didik menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah. 5. Kelemahan Metode Drill a. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan dalam kondisi belajar b. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah-olah peserta didik melakukan sesuatu secara mekanis.7 c. Dapat menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti) terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana peserta didik dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan hapalan tersebut tanpa suatu proses berpikir. Ramayulis, Metodologi Pendidikan …, 350. 7 13 d. Dapat menghambat insiatif peserta didik, dimana insiatif dan minat peserta didik yang berbeda dengan petunjuk pendidik dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya.8 e. Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.9 f. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan. g. Dalam pelaksanaannya metode ini memakan waktu/proses yang cukup banyak/lama. h. Dalam pelajaran agama memerlukan ketelatenan/ketekunan serta kesabaran dari pendidik maupun dari peserta didik. 5. Prinsip-prinsip metode drill Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode drill, antara lain: a. Waktu yang digunakan dalam drill cukup tersedia b. Drill hendaklah disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan peserta didik c. Drill memiliki daya tarik dan merangsang peserta didik untuk belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh d. Dalam latihan (drill) pertama yang diutamakan ketepatan kemudian kecepatan, kemudian kedua-duanya 8 9 Ibid, 350 http://bio-sanjaya.blogspot.com/2012/04/pengertian-metode-drill-macam-juga.html 14 e. Pada waktu latihan harus diutamakan yang esensial f. Latihan dapat memenuhi perbedaan kemampuan dan kecakapan individu siswa g. Dapat menyelingi latihan, sehingga tidak membosankan h. Diperlukan kesabaran dan ketelatenan dari pendidik, terutama pelajaran agama B. Hafalan (Al-Hifzh) Al-Hifzh (hafalan) secara bahasa (etimologi) adalah lawan dari pada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafal dengan cermat dan termasuk sederetan kaum yang menghafal.10 Sedangkan menurut Khurrsam Murad mengatakan: Al-Hifzh adalah kata yang dalam arti sempitnya berarti “menghafal” yang meliputi pengertian dan praktek. Tidak ada kata yang tepat dalam bahasa Inggris termasuk bahasa Indonesia yang dapat merefleksikan arti yang utuh dan sebenarnya dari kata “hifzh”.11 Sedangkan Al-Hifzh menurut istilah (terminology) adalah tidaklah berbeda baik secara bahasa (etimologi) maupun secara istilah (terminology), dari segi pengungkapannya dan menalarkannya. Namun ada dua perkara asasi yang membedakan antara penghafal Al-Qur’an, penghafal al-hadits, penghafal syair-syair, mutiara-mutiara hikmah, tamsil, teks-teks sastra dan lain-lainnya yaitu: Abdurrab Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), 23. 11 Khurram Murad, Membangun Generasi Qur’ani, (Jakarta: Media Da’wah, 1999), 96-97. 10 15 a. Penghafal Al-Qur’an di tuntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitian. Sebab itu tidaklah di sebut penghafal yang sempurna orang yang menghafal Al-Qur’an setengahnya saja atau sepertiganya, dan tidak menyempurnakannya. Dan hendaknya hafalan itu berlangsung dalam keadaan cermat, sebab jika tidak begitu implikasinya adalah bahwa seluruh umat Islam dapat di sebut penghafal Al-Qur’an, karena setiap muslim dapat dipastikan bisa membaca Al-Fatihah mengingat membaca surat ini merupakan salah satu rukun sholat, menurut mayoritas mazhab. Dalam konteks ini, istilah penghafal Al-Qur’an atau pemangku keutuhan Al-Qur’an hampir-hampir tidak dipergunakan kecuali bagi orang yang hafal semua ayat Al-Qur’an dengan hafalan yang tepat dan berkompeten untuk mengajarkan kepada orang lain dengan berlandaskan kaidah-kaidah tilawah dan asas-asas tajwid yang benar. b. Menekuni, merutinkan dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalan dari kelupaan. Maka barang siapa yang telah (pernah) menghafal Al-Qur’an kemudian lupa sebagian atau seluruhnya, karena disepelekan dan diremehkan tanpa alasan seperti ketuaan atau sakit, tidaklah dinamakan penghafal. Orang seperti itu tidaklah bisa disebut pemangku keutuhan Al-Qur’an. Hal ini mengingat perbedaan antara AlQur’an dan Hadits atau lain-lainnya.12 12 Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal…, 25-27. 16 Hifadz merupakan alat yang penting agar Al-Qur’an meresap dalam diri kita. Menghafal tidak bersifat mekanis atau ritual, tetapi merupakan perbuatan melibatkan seluruh jiwa dan perasaan. Dengan hifzh kita dapat membaca Al-Qur’an dalam sholat dan memikirkan artinya saat kita berdiri menghadap Allah SWT. Selain itu, Al-Qur’an dapat diucapkan dengan lidah agar bersemayam dalam hati dan pikiran sehingga dapat menjadi pendamping secara tetap. Bahkan dengan melibatkan perasaan dan hati saat membaca Al-Qur’an dan memahami apabila Al-Qur’an dapat dihafalkan.13 Oleh karena itu, perlu disediakan sebagian waktu yang dimiliki untuk Al-Qur’an. Dan lakukan dengan cara yang sistematis dan bacalah selalu Al-Qur’an secara regular maka akan mudah untuk mempertahankannya dalam ingatan. Mengenai hukum menghafal Al-Qur’an, apakah hukumnya wajib atas semua umat? Ataukah wajib atas sebagiannya saja?. Dalam hal ini para ulama menegaskan bahwa menghafal Al-Qur’an jangan sampai terputus jumlah (bilangan) tawatur didalamnya, sehingga tidak dimungkinkan untuk penggantian dan pengubahan. Apabila di antara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi jika tidak ada sam,a sekali, maka berdosalah semuanya.14 Al-Qur’an adalah kitab suci bagi pemeluk agama Islam, sebagai pedoman hidup dan sumber-sumber hukum; tidak semuanya manusia sanggup menghafal dan tidak semua kitab suci dapat di hafal kecuali kitab 13 14 Murad, Membangun…, 97. Nawabuddin dan Ma’arif, Teknik Menghafal…,19. 17 suci Al-Qur’an dan hamba-hamba yang terpilihlah yang sanggup menghafalkannya.15 C. Perencanaan Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Keberhasilan Hafalan Surat Pendek Pada Siswa Menurut Hamdani, hal-hal yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode drill adalah sebagai berikut : 1. Tahap 1 : Latihan Terkontrol Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru: a. memberikan sejumlah latihan soal dan meminta supaya siswa mengerjakannya. b. memberi arahan dan petunjuk-petunjuk cara pengerjaan untuk menyelesaikan soal guru. c. memberi bantuan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam menyelesaikan soal. d. memberikan jawaban yang benar atas soal tersebut. 2. Tahap 2 : Latihan mandiri Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru: a. Memberikan beberapa soal. Meminta siswa supaya mengerjakan soal tersebut dengan memberikan batas waktu yang cukup. Muhaimin Zen, Tata Cara /Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-petunjuknya, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1985), 35. 15 18 b. Meminta supaya hasil pekerjaan masing-masing siswa dikumpulkan kepada guru c. Menilai hasil pekerjaan siswa.16 D. Pelaksanaan Penerapan Metode Drill dalam Meningkatkan Keberhasilan Hafalan Surat Pendek Pada Siswa Latihan dapat dilaksanakan di dalam berbagai kegiatan belajar, baik secara lisan maupun secara tulisan, dalam bentuk mental maupun fisik. Meskipun metode ini dapat digunakan dalam berbagai kegiatan belajar, tidaklah berarti bahwa setiap kali metode ini harus dipakai dalam semua aktivitas pembelajaran.17 Penggunaan metode ini tergantung kepada keperluan-keperluan khusus, misalnya pembentukan kebiasaan mengerjakan sholat, membaca Al Qur'an dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode drill beberapa komponen yang harus disiapkan, seperti: 1. Kesiapan Langkah Pelaksanaan Metode Drill Langkah yang dapat ditempuh dalam metode latihan (drill) terbagi dalam tiga bagian pokok, sebagai berikut: a. Pendahuluan Pada tahap ini perlu dipersiapkan terutama mental murid untuk menerima pelajaran yang akan disajikan kepada mereka pada langkah pelajaran inti. Hal yang harus dilakukan seperti: 16 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 273. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Anas, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 95 17 19 1) Memberikan penjelasan seperlunya tentang suatu kegiatan yang perlu dilaksanakan dengan menggunakan metode drill. Tujuanya adalah untuk memberikan gambaran perbuatan yang perlu dicapai dengan menggunakan metode, sehingga murid memahaminya. Penggambaran itu disertai contoh-contoh perbuatan yang perlu dilaksanakan. 2) Apabila keterangan-keterangan yang diberikan telah cukup, perlu kiranya diberi latihan pendahuluan sebagai persiapan untuk melaksanakan latihan yang sesungguhnya. Guru memberikan contoh yang benar dalam bentuk gerak maupun ucapan kemudian murid menirukan. b. Pelajaran inti 1) Murid melaksanakan latihan yang mempunyai kesukaran-kesukaran yang masih dapat diatasi oleh murid. Latihan ini diulang-ulang sampai murid benar-benar telah dapat melaksanakan gerak maupun bacaan yang menjadi materi pembelajaran dengan metode drill. 2) Mengadakan kontrol atau mengadakan koreksi terhadap latihan. Diagnosa kesalahan-kesalahan pada waktu melaksanakan tugas latihan. Bila ditemukan kesalahan langsung dianalisa, dibicarakan seperlunya diperbaiki kemudian dilatih lagi. c. Penutup 1) Melaksanakan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilaksanakan oleh murid. 20 2) Memberikan latihan penenangan.18 2. Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Metode Drill Dalam melaksanakan metode drill, ada beberapa peranan guru yang dapat dikemukakan, diantaranya sebagai berikut: a. Guru dapat memberi contoh kegiatan yang akan dilatih. b. Guru selalu memperhatikan langkah-langkah yang dilaksanakan di dalam metode drill. c. Supaya pelaksanaan metode drill lebih efektif dan tidak memboroskan waktu serta tenaga, maka guru perlu memperhatikan tingkat latihan yang perlu dicapai. d. Guru perlu memperhatikan adanya latihan-latihan pendahuluan yang perlu diajarkan. e. Guru perlu menghindarkan seawal mungkin kesalahan-kesalahan yang diperbuat murid. 3. Peran Murid Dalam Pelaksanaan Metode Drill Peranan murid yang diharapkan dari metode drill, antara lain: a. Agar murid berusaha sedemikian rupa sehingga mempunyai gambaran yang jelas bagaimana ia harus berbuat dalam latihan ini. b. Murid perlu dengan secermat mungkin memperhatikan petunjukpetunjuk yang diberikan oleh guru terutama tentang kesalahankesalahan yang dilakukan. 18 http://rofieducation..com/2011/04/dasar-pemikiran-drill-bab-2.html, Diakses tanggal 21 c. Diusahakan dalam melaksanakan latihan, tidak ada keraguan pada murid. Langkah tersebut merupakan langkah pembelajaran yang sistematis dan keruntutan proses mesti ditempuh, namun tidak boleh dilupakan motivasi bisa menjadi sangat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dapat berbentuk materi maupun moril. Hal ini disampaikan dalam Sa’ad Riyadh bahwa anak dalam mempelajari maupun menghafal Al Qur'an membutuhkan motivasi, baik berupa materi maupun moril. Untuk anak yang masih kecil, motivasi berbentuk materi itu lebih mengena, karena anak akan merasa segera memetik hasil dari jerih payah. Hal yang lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan waktu, dimana waktu pelaksanaan menghafal dengan metode drill, perlu dijadwalkan dalam jadwal pelajaran, dimana waktu pelaksanaan menghafal harus dipilih pada waktu yang tepat. Anak dengan kondisi segar tentunya akan membantu meningkatkan kemampuan menghafal anak. Dalam pemilihan waktu ini Sa’ad Riyadh menambahkan bahwa pemilihan waktu yang tepat termasuk keterampilan yang dibutuhkan dalam proses pendidikan agar mencapai keberhasilan. Menghafal merupakan kegiatan yang dilaksanakan dan hafalan merupakan kompetensi yang diharapkan. Hafalan surat-surat pendek menjadi materi pelaksanaan pembelajaran. Untuk mengetahui seberapa banyak materi hafalan perlu adanya pengawasan hafalan. Dengan adanya agenda pengawasan akan diketahui kemampuan hafalan anak seperti yang dituliskan oleh Sa’ad 22 Riyadh yaitu agenda dalam sepekan atau sebulan dapat diberlakukan untuk mengawasi keberlangsungan dan perkembangan hafalan Al Qur'an. E. Penilaian Keberhasilan Hafalan Surat Pendek Pada Siswa dengan Penerapan Metode Drill Penilaian dalam kurikulum 2013 semua indikator ditagih atau diuji dan hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dikuasai dan belum dikuasai oleh peserta didik. Ada tujuh pendekatan teknik atau yang dapat digunakan dalam penilaian pada tingkat satuan pendidikan, yaitu: teknik atau metode penilaian unjuk kerja, project work, tertulis, produk, portofolio, karakter dan penilaian diri. 1. Teknik Penilaian Unjuk Kerja Teknik penilaian unjuk kerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Penilai ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu. Ada penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.19 Penilaian unjuk kerja diukur melalui elemen-elemen sebagai berikut: a. Kualitas penyelesaian pekerjaan. 19 Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007), hal 295 23 b. Keterampilan menggunakan alat-alat c. Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai. d. Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan e. Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar dan simbol-simbol.20 Pengamatan atau observasi terhadap unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat/instrumen berupa: a. Skala penilaian (rating scale), penilaian unjuk kerja dengan rating scale memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah terhadap penguasaan/ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi. Rating scale terentang dari sangat kompetensi sampai sangat tidak kompeten. Misal : rentang 1 = sangat tidak kompeten, 2 = tidak kompeten, 3 = agak kompeten (cukup), 4 = kompeten dan 5 = sangat kompeten. b. Daftar cek (sheck list), penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi pada umumnya berbentuk check list (v) karena hanya berupa daftar pertanyaan yang jawabannya tinggal memberi tanda check list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 20 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi…, 145 24 2. Teknik Penilaian Project Work Project Work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode atau waktu tertentu. Penilaian project work dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Project work juga akan memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada proses pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan peserta didik untuk mengkomunikasikan informasi. Dalam melakukan penilaian project work harus memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Kemampuan pengelolaan, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b. Relevansi, kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman ketrampilan dalam pembelajaran. c. Keaslian, proyek yang dilakukan peserta didik adalah hasil karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta dukungan proyek kepada peserta didik. 3. Penilaian Tertulis Dalam penilaian tertulis, soal-soal diberikan dalam bentuk tertulis dan jawaban tes juga tertulis. Ada beberap hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian tertulis diantaranya: 25 a. Tempat pelaksanaan tes harus kondusif dan jauh dari kegaduhan/keramaian yang sangat mendukung konsentrasi peserta didik yang mengikuti tes. b. Tempat duduk peserta didik diatur sedemikian rupa, sehingga kemungkinan kerjasama dalam menjawab soal tes atau melakukan kecurangan-kecurangan dapat diminimalis. c. Sistem pencahayaan diruang tes harus diatur sedemikian rupa. d. Seorang guru yang bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaan tes bersikap dan bertindak wajar. e. Guru atau pengawas membacakan tata tertib sebelum pelaksanaan tes. f. Dibuatkan daftar hadir yang diisi peserta didik. g. Untuk menghindari kesulitan dikemudian hari, dibuat berita acara pelaksanaan tes yang ditandatangani oleh semua pengawas dan identitas berita acara pelaksanaan diisi lengkap. Pelaksanaan tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Bentuk penilaian uraian (subjective test) Guru yang menggunakan alat tes yang berbentuk subjective test, dalam membuat soal sekaligus dengan kunci jawaban disertai dengan pedoman jawaban dan pedoman penskorannya. Pemeriksaan hasil tes dengan jalan membandingkan antara lembar jawaban dengan kunci jawaban. Dalam pemeriksaan hasil tes bentuk subjective test harus memperhatikan hal-hal berikut: 26 a) Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes didasarkan pada standar mutlak, artinya penentuan nilai secara mutlak berdasarkan prestasi individual. b) Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes didasarkan pada standar relatif, artinya penentuan nilai berdasarkan pada prestasi kelompok. b. Bentuk penilaian objective test. Test obyektif (objective test) yang juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) tes ya tidak dan tes model baru (now types test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (items) yang dapat dijawab oleh tes tee dengan jalan memilih satu dipasangkan pada masing-masing items atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir-butir item yang bersangkutan.21 Ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi test objective, diantaranya: kunci berdampingan, kunci sistem karbon, kunci sistem tusukan, dan kunci berjendela. 21 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan…, 106 27 4. Penilaian Produk Adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Ada 3 tahapan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian produk, diantaranya: a. Tahap persiapan. Menilai ketrampilan merencakan, merancang, menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk. b. Tahap produksi. Menilai kemampuan memilih dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, metode dan teknik kerja. c. Tahap penilaian. Menilai produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan. Teknik penilaian produk dapat digunakan dua cara yaitu penilaian holistik dan penilaian analitik. 1) Penilaian dengan cara holistik yaitu penilaian yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal. 2) Penilaian analitik yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.22 5. Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan khususnya aspek psikomotor/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu. 22 Mimin Haryatim, Model dan Teknik Penilaian…, 57 28 Secara umum portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.23 Dalam melakukan penilaian portofolio harus memperhatikan hal-hal berikut: 1) Asli, artinya karya/tugas yang dinilai adalah asli sebagai hasil karya peserta didik 2) Rasa saling kepercayaan antara guru dan peserta didik, baik dalam proses penilaian maupun dalam proses menjaga kerahasiaan informasi hasil belajar sehingga tidak bocor kemana-mana. 3) Join Ownership, antara guru dengan peserta didik memiliki rasa saling memiliki terhadap berkas-berkas portofolio, sehingga ada upaya dari peserta didik untuk terus memperbaiki karyanya. 4) Identitas yang tercantum dalam portofolio sebaiknya berisi tentang bukti yang mampu menumbuhkan semangat peserta didik untuk terus meningkatkan kreativitasnya. 5) Adanya kesesuaian antara informasi hasil belajar dengan pencapaian indikator dari setiap kompetensi. 6) Penilaian portofolio mencakup penilaian proses belajar dan hasil belajar. 23 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi …, 192 29 7) Penilaian portofolio terintegrasi dengan kegiatan proses pembelajaran. Langkah-langkah model/teknik penilaian portofolio sebagai berikut: a) Menjelaskan pada peserta didik bahwa kumpulan karya/tugas tidak hanya dinilai oleh guru tapi juga digunakan kembali oleh peserta didik untuk mengetahui kemampuan ketrampilan, bakat dan minat yang dimiliki terhadap suatu mata pelajaran. b) Menentukan bersama antara guru dan peserta didik terhadap sampel-sampel portofolio yang akan dibuat. c) Kumpulkan dan simpanlah semua portofolio masing-masing peserta didik dalam satu map folder dirumah masing-masing atau dengan loker sekolah. d) Berilah identitas waktu dari setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga bisa terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. e) Menentukan kriteria penilaian sampel portofolio beserta bobotnya dengan peserta didik sebelum membuat karya. f) Peserta didik diminta untuk menilai hasil karyanya secara berkesinambungan dengan dibimbing oleh guru. g) Bila hasil portofolio tidak memuaskan maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaikinya. h) Membuat jadwal untuk membahas portofolio bersama orang tua/wali agar orang tua mengetahui perkembangan belajar anaknya. 30 Salah satu cara penilaian portofolio, atau pembuatan rubrik adalah dengan menggunakan kriteria: a) Bukti terjadinya proses berfikir b) Mutu kegiatan atau penyelidikan c) Keragaman pendekatan Hasil penilaian portofolio pada umumnya dapat berbentuk skor, grafik, atau deksriptif. Pekerjaan guru selanjutnya adalah membuat suatu rumusan bagaimana dianalisis dan ditafsirkan sehingga kesimpulan akhir tentang kemampuan peserta didik sudah merupakan nilai keseluruhan berbagai aspek.24 6. Penilaian Karakter Penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya. Pembentukan karakter memang tidak bisa terbentuk dalam waktu singkat, tapi indicator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh guru. Contoh format penilaian karakter yang penulis adopsi dari E. Mulyasa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 2.1 Penilaian Karakter Peserta Didik Jenis Karakter Bertanggungjawab Percaya diri 24 a. b. c. d. a. Indikator Perilaku Melaksanakan kewajiban Melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan Menaati tata tertib sekolah Menjaga kebersihan lingkungan Pantang menyerah Sumarna Surapranata, dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: Remaja Rosdayakarya, 2004), 196-197 31 Saling menghargai Bersikap santun Kompetitif Jujur b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. Berani menyatakan pendapat Berani bertanya Mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan Berpenampilan tenang Menerima perbedaan pendapat Memaklumi kekurangan orang lain Mengakui kelebihan orang lain Dapat bekerjasama Membantu orang lain Menerima nasihat guru Menghindari permusuhan dengan teman Menjaga perasaan orang lain Menjaga ketertiban Berbicara dengan tenang Berani bersaing Menunjukkan semangat berpretasi Berusaha ingin lebih maju Memiliki keinginan untuk tahu Tampil beda dan unggul Mengemukakan apa adanya Berbicara secara terbuka Menunjukkan fakta yang sebenarnya Menghargai data Mengakui kesalahannya 7. Penilaian Diri Adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.25 Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut: a. Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan pencapaian indikator yang akan dinilai. b. Menentukan kriteria/acuan yang akan digunakan. 25 Tim Pustaka Yustisia, Panduan Lengkap KTSP SD/MI SMP dan SMA/SMK, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2007), 374 32 c. Merancang dan merumuskan format penilaian (pedoman penskoran, skala penilaian, kriteria penilaian dan lain-lain). d. Meminta peserta didik melakukan evaluasi diri. e. Guru menganalisis hasil penilaian secara acak. f. Hasil analisis daripada hasil evaluasi diri peserta didik disampaikan kepada peserta didik sehingga dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan pembinaan terhadap peserta didik). F. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah dengan judul:“Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui Metode Drill di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan” oleh (IAIN Walisongo, 2011).26 Fokus Penelitian: Metode drill mengefektifkan pembelajaran baca tulis alQur’an di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode drill telah dapat mengefektifkan pembelajaran baca tulis Al-Quran di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan, hal ini dapat di lihat dari kenaikan nilai kemampuan membaca dan menulis siswa. Uswatun Hasanah, “Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui Metode Drill di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan” IAIN Walisongo, 2011 26 33 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ani Farihatun Nisa yang berjudul: “Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” oleh (UIN Malang, 2009).27 Fokus Penelitian (a) Perencanaan peningkatan hasil belajar matematika dan tanya perkalian jawab, (b) dengan menggunakan Pelaksanaan peningkatan metode hasil drill belajar matematika perkalian dengan menggunakan metode drill dan tanya jawab,(c) Evaluasi peningkatan hasil belajar matematika perkalian dengan menggunakan metode drill dan Tanya jawab pada siswa kelas III MI AlKhoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode drill dan Tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar matematika perkalian serta dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar siswa. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Wiladan Irwahyudi berjudul: “Penerapan Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III pada pelajaran Matematika di SDN Pulerejo 02 Bakung kabupaten Blitar” (UIN Malang, 2010).28 Ani Farihatun Nisa “Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Perkalian Pada Siswa Kelas III MI Al-Khoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang”, UIN Malang, 2009 28 Wiladan Irwahyudi, “Penerapan Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III pada pelajaran Matematika di SDN Pulerejo 02 Bakung kabupaten Blitar” UIN Malang, 2010 27 34 Fokus penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan proses perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan (resitasi) dan drill dalam upaya meningkatkan hasil belajar perkalian dan pembagian pada mata pelajaran Matematika kelas III SDN Pulerejo 02 kecamatan Bakung kabupaten Blitar, (2) Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan (resitasi) dan drill dalam meningkatkan hasil belajar perkalian dan pembagian pada mata pelajaran Matematika kelas III SDN Pulerejo 02 Kecamatan Bakung kabupaten Blitar, (3) Mendeskripsikan proses mengevaluasi pembelajaran dengan menerapkan metode penugasan (resitasi) dan drill dalam meningkatkan hasil belajar perkalian dan pembagian pada mata pelajaran Matemtika siswa kelas III SDN Pulerejo 02 kecamatan Bakung kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes individual pada post tes siklus I, dan post tes siklus II terjadi peningkatan yang signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan post tes siklus I sebesar 71,43% atau sebanyak 5 siswa dari 7 peserta tes yang dinyatakan lulus. Sedangkan yang gagal sebanyak 2 siswa atau sebesar 28, 57%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode resitasi dan drill selama dua siklus (3 kali pertemuan). Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 85,71% atau sebanyak 6 siswa dari 7 peserta tes yang dinyatakan lulus. Sedangkan yang gagal sebanyak 1 siswa atau sebesar 14, 29%. Hal ini menunjukkan bahwa 90% siswa berhasil mempelajari perkalian yang 35 hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka pada mata pelajaran Matematika dengan menerapkan metode resitasi dan drill. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Fina Harta Muslikhah yang berjudul: “Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda Di Jabung Kabupaten Malang” (UIN Malang, 2009).29 Fokus penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan mata pelajaran AlQur’an Hadits siswa kelas V B MINU Miftahul Huda di Jabung Kabupaten Malang. (2) Penerapan metode drill dan sort card dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas V B MINU Miftahul Huda di Jabung Kabupaten Malang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda di Jabung Kabupaten Malang telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahamkan kepada peserta didik terhadap pelajaran yang di sajikan dengan mengaplikasikan metode drill dan sort card (2) Metode drill dan sort card dapat meningkatkan motivasi belajar Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas VB semester genap tahun ajaran 2008/2009 di MINU MIftahul Huda di Jabung Kabupaten Fina Harta Muslikhah “Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi belajar sisw pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda Di Jabung Kabupaten Malang”, UIN Malang, 2009 29 36 Malang. Hal ini dapat diketahui bahwa motivasi siswa meningkat karena bisa dilihat pada tanggapan siswa yang dicapai siswa meningkat. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Lukman Hakim yang berjudul: “Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal” oleh (IAIN Walisongo Semarang, 2006). 30 Fokus Penelitian ini adalah: (1). Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal; (2). Faktor yang menjadi penunjang dan penghambat Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pendidikan akhlak yang dikembangkan di Madrasah Diniyah Awwaliyah Miftahussalafiyah adalah dengan menggunakan keteladanan dari guru, yaitu dengan menerapkan berbagai keteladanan sikap yang baik dari guru kepada siswa, misalnya kelembutan dan kasih sayang, banyak senyum dan ceria, lemah lembut dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laku sesuai dengan misi yang diembannya. Disamping keteladanan guru yang diajarkan di Madrasah, keteladanan orang tua juga harus dikembangkan di rumah oleh keluarga. Keluarga di rumah memiliki potensi yang sangat drastis dan praktis dalam memberikan keteladanan Agus Lukman Hakim, “Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal” IAIN Walisongo Semarang, 2006. 30 37 kepada anak-anaknya dibandingkan orang lain, unsur lain, atau kelompok lain. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis tentunya mendapatkan kesempatan dan ruang untuk mengadakan penelitian guna melengkapi temuan penelitian yang sudah ada. Adapun penelitian yang akan peneliti lakukan adalah “Penerapann Metode Drill dalam meningkatkan Keberhasilan Hafalan Surat Pendek (Studi Multi Situs di MI Tarbiyatul Banin Wal Banat Kedung Sigit dan MI Thoriqul Huda Kerjo Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek)”. Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang dilakukan. No Peneliti Terdahulu 1 Uswatun Hasanah, 2011 “Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran melalui Metode Drill di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peningkatan Pembelajaran Baca Tulis AlQuran melalui Metode Drill. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode drill telah dapat mengefektifkan pembelajaran baca tulis Al-Quran di Madrasah Salafiyah Ibtidaiyah Hidayatul Athfal Banyurip Alit Kota Pekalongan, hal ini dapat di lihat dari kenaikan nilai kemampuan membaca dan menulis siswa. 2 Ani Farihatun Nisa, 2009 “Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Hasil Belajar Matematika Perkalian Pada Siswa Kelas III MI AlKhoiriyah Tirtomoyo Pakis Malang” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penggunaan Metode drill dan Tanya Jawab untuk meningkatkan Persamaan dan Perbedaan Persamaan: Penelitian ini difokuskan pada Strategi yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dengan metode drill, dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah. Perbedaan: Peneliti terdahulu dengan menggunakan metode drill dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran. Persamaan: Sama-sama menggunakan metode drill Perbedaan: Peneliti terdahulu menggunakan metode Tanya jawab untuk meningkatkan hasil belajar siswa 38 3 4 Hasil Belajar Matematika Perkalian. Hasil penelitian ini menunjukkan metode drill dan tanya jawab dapat meningkatkan hasil belajar matematika perkalian serta dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif dan efesien. Wiladan Irwahyudi, 2010 “Penerapan Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas III pada pelajaran Matematika di SDN Pulerejo 02 Bakung kabupaten Blitar” Penelitian ini mengkaji tentang Penerapan Metode Resitasi dan Metode Drill sebagai upaya meningkatkan Hasil Belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% siswa berhasil mempelajari perkalian yang hasilnya bilangan tiga angka dan pembagian bilangan tiga angka pada mata pelajaran Matematika dengan menerapkan metode resitasi dan drill. Fina Harta Muslikhah, 2009 “Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda Di Jabung Kabupaten Malang” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan metode Drill dan Sort Card dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran AlQur’an Hadits. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa (1) Pelaksanaan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits siswa kelas VB MINU Miftahul Huda di Jabung Kabupaten Malang telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dari sikap dan keantusiasan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, serta tidak memerlukan waktu yang lama untuk memahamkan kepada peserta didik terhadap pelajaran yang di sajikan Persamaan: Penelitian ini dan yang peneliti lakukan dengan metode drill Perbedaan: Peneliti terdahulu menggunakan metode resitasi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Persamaan: Sama-sama-menerapkan metode drill Perbedaan: Peneliti terdahulu dengan menggunakan metode sort card penelitian yang dilakukan dengan studi multi situs, di Madrasah Ibtidaiyah dengan kabupaten yang berbeda. 39 5 dengan mengaplikasikan metode drill dan sort card (2) Metode drill dan sort card dapat meningkatkan motivasi belajar Al-Qur’an Hadits pada siswa kelas VB semester genap tahun ajaran 2008/2009 di MINU MIftahul Huda di Jabung Kabupaten Malang. Hal ini dapat diketahui bahwa motivasi siswa meningkat karena bisa dilihat pada tanggapan siswa yang dicapai siswa meningkat. Agus Lukman Hakim, 2006. “Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Penerapan Metode Keteladanan dan Faktor yang menjadi penunjang dan penghambat Penerapan Metode Keteladanan dalam Pendidikan Akhlak di Madrasah Diniyah Awaliyah Miftahussalafiyah Lanji Patebon Kendal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pendidikan akhlak yang dikembangkan di Madrasah Diniyah Awwaliyah Miftahussalafiyah adalah dengan menggunakan keteladanan dari guru, yaitu dengan menerapkan berbagai keteladanan sikap yang baik dari guru kepada siswa, misalnya kelembutan dan kasih sayang, banyak senyum dan ceria, lemah lembut dalam tutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laku sesuai dengan misi yang diembannya. Disamping keteladanan guru yang diajarkan di Madrasah, keteladanan orang tua juga harus dikembangkan di rumah oleh keluarga. Keluarga di rumah memiliki potensi yang sangat drastis dan praktis dalam memberikan keteladanan kepada anakanaknya dibandingkan orang lain, unsur lain, atau kelompok lain. . Persamaan: Penelitian ini sama-sama menerapkan metode pembelajaran. Perbedaan: Peneliti terdahulu dengan menggunakan metode keteladanan dalam pendidikan akhlak. 40 G. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian adalah pandangan atau model pola pikir yang menunjukkan permasalahan yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian.31 Paradigma penelitian dalam tesis ini dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan Penerapan metode drill Pelaksanaan Penilaian Keberhasilan Hafalan Surat Pendek pada Siswa Faktor pendukung dan faktor penghambat Gambar 2.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini intinya akan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan faktor pendukung dan penghambat penggunaan Metode Drill dalam meningkatkan Keberhasilan Hafalan Surat Pendek di MI Tarbiyatul Banin Wal Banat Kedung Sigit dan MI Thoriqul Huda Kerjo Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. 31 Sugiono, Metode Penelitian Adminitrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Bandung: Alfabeta, 2006), 43.