judul : analisis pengaruh biaya promosi terhadap

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut dalam menemukan
dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional meretensi para
nasabahnya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam
melakukan retensi nasabah ini adalah; pertama karena semakin mahalnya biaya
perolehan nasabah baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah
adanya kenyataan bahwa tingkat kemampulabaan perusahaan berbanding lurus
dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan nasabah secara permanen.
Jones dan Sanser dalam buku Hurriyati (2005 : 126) yang mempelajari
persiapan penerapan berbagai
kesempatan
perdagangan di
era
globalisasi
berkeyakinan bahwa di era perdagangan bebas yang tidak terproteksi sama sekali,
maka yang menjadi tumpuan perusahaan untuk tetap mampu bertahan hidup adalah
nasabah-nasabah yang loyal. Untuk itulah, perusahaan dituntut untuk mampu
memupuk keunggulan kompetitifnya masing-masing melalui upaya-upaya yang
kreatif, inovatif serta efisien, sehingga menjadi pilihan dari banyak nasabah yang
pada gilirannya nanti diharapkan ”loyal”.
Loyalitas nasabah memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,
mempertahankan nasabah yang lama dan baru khususnya di era perdagangan bebas.
Alasannya karena dengan loyalitas nasabah akan berdampak terhadap kinerja
1
2
perusahaan dan dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini
menjadi alasan utama bagi perusahaan untuk menarik dan mempertahankan
nasabahnya. Usaha untuk memperoleh nasabah yang loyal tidak dapat dilakukan
sekaligus, namun melalui beberapa tahapan mulai dari mencari nasabah potensial
sampai memperoleh partners.
Nasabah yang loyal karena ingin melakukan hubungan dengan perusahaan,
loyalitas nasabah merupakan ukuran kedekatan nasabah pada perusahaan, termasuk
kemungkinan memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa
kemungkinan nasabah mengubah dukungannya terhadap kontrak kerja sama dengan
perusahaan
pembiayaan,
berapa
kemungkinan
keinginan
nasabah
untuk
meningkatkan citra positif suatu perusahaan. Jika perusahaan tidak mampu
memuaskan nasabah, maka nasabah akan bereaksi dengan cara exit (nasabah
menyatakan berhenti menjadi nasabah).
Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, maka penulis memilih obyek
penelitian pada perusahaan PT. Askrindo yaitu perusahaan yang bergerak di bidang
jasa pelayanan asuransi kredit, dimana dalam menjalankan aktivitas perusahaan,
maka perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor apa yang mempengaruhi
loyalitas nasabah dalam melakukan asuransi kredit pada perusahaan. Dimana
faktor-faktor tersebut adalah : tarif, pelayanan, promosi dan modal. Keempat faktor
tersebut sangat penting dan perlu diperhatikan oleh perusahaan agar nasabah tetap
loyal dan setia menjadi nasabah pada PT. Askrindo di Makassar. Dimana dengan tarif
3
atau biaya administrasi serta bunga kredit perbulan yang rendah, maka akan tetap
menjadi nasabah pada PT. Askrindo, selain itu mengenai apabila pelayanan yang
diberikan oleh perusahaan kepada nasabah memuaskan, kemudian deangan adanya
promosi yang dilakukan oleh perusahaan maka akan tetap menjadi nasabah dan akan
melakukan pengambilan kredit kepada PT. Askrindo, sedangkan faktor yang keempat
yakni modal, apabila perusahaan kurang mempunyai dana atau modal untuk
membelanjai segala aktivitas pembiayaan yang diinginkan oleh nasabah tidak akan
ada nasabah yang mengambil kredit pada PT. Askrindo. Oleh karena itu maka
perusahaan perlu memperhatikan keempat faktor tersebut, hal ini dimaksudkan untuk
dapat mempengaruhi loyalitas nasabah pada PT. Askrindo.
Sebagai gambaran awal berikut ini akan disajikan perkembangan jumlah
nasabah pada perusahaan PT. Askrindo di Makassar dari tahun 2008 s/d tahun 2010
yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Nasabah
Tahun 2008 s/d Tahun 2010
Jumlah Nasabah
Perkembangan Jumlah
(Orang)
Nasabah (%)
2008
131
-
2009
143
9,16
2010
150
4,89
Rata-rata
141
7,02
Tahun
Sumber : PT. Askrindo di Makassar
4
Dari data tersebut di atas nampak bahwa perkembangan jumlah nasabah
selama tiga tahun terakhir ini (tahun 2008 s/d tahun 2010) senantiasa mengalami
peningkatan setiap tahunnya, dimana rata-rata perkembanmgan jumlah nasabah
mengalami peningkatan sebesar 7,02% setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat
bahwa pada tahun 2009 perkembangan jumlah nasabah meningkat sebesar 9,16%,
dan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4,89%.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik memilih dalam
judul : “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah Pada
PT. Askrindo di Makassar “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
dikemukakan masalah pokok dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah tarif, pelayanan, promosi dan citra berpengaruh secara signifikan
terhadap loyalitas nasabah pada PT. Askrindo di Makassar.
2. Faktor apakah yang berpengaruh dominan terhadap loyalitas nasabah pada PT.
Askrindo di Makassar.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji pengaruh tarif, pelayanan, promosi dan citra terhadap loyalitas
nasabah pada PT. Askrindo di Makassar.
5
2. Untuk mengkaji faktor yang berpengaruh dominan terhadap loyalitas nasabah
pada PT. Askrindo di Makassar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan loyalitas nasabah pada
PT. Askrindo di Makassar.
2. Untuk melatih kemampuan yang dimiliki penulis dengan menerapkan dan
membandingkan teori yang telah didapat dibangku kuliah dengan kenyataan yang
ada di perusahaan
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lanjutan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah dalam pengambilan
kredit pembiayaan.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penguraian dan pembahasan, maka penulisan skripsi ini
di bagi dalam enam bab sebagai berikut :
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
Bab kedua membahas tentang tinjauan pustaka yang meliputi pengertian
pemasaran, fungsi pemasaran, pengertian loyalitas nasabah, karakteristik loyalitas,
6
tingkatan loyalitas nasabah, serta faktor–faktor yang mempengaruhi loyalitas
nasabah, kerangka pikir, dan hipotesis.
Bab ketiga merupakan bab metode penelitian yang meliputi daerah penelitian,
metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode
analisis, definisi operasional variabel.
Bab keempat membahas tentang gambaran umum perusahaan yang terdiri dari
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian tugas.
Bab kelima merupakan bab pembahasan yang di dalamnya terdiri dari
karakteristik responden, analisis tanggapan responden mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas nasabah, Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah pada
PT. Askrindo di Makassar, pengujian hipotesis.
Bab keenam merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dan saransaran yang dianggap perlu.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran (marketing) merupakan sebuah konsep ilmu dalam strategi bisnis
yang bertujuan untuk mencapai kepuasan berkelanjutan bagi stakeholder (nasabah,
karyawan, pemegang saham). Sebagai ilmu, marketing merupakan ilmu pengetahuan
yang obyektif, yang diperoleh dengan penggunaan instrumen-instrumen tertentu
untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam membentuk, mengembangkan,
mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan dalam jangka panjang antara
produsen dan konsumen atau pemakai. Sebagai strategis bisnis, marketing merupakan
tindakan penyesuaian suatu organisasi yang berorientasi pasar dalam menghadapi
kenyataan bisnis, baik dalam lingkungan mikro maupun makro yang terus berubah.
Pasar sekarang berubah sangat cepat, nasabah sangat sensitif terhadap harga,
kompetitor baru bermunculan, saluran distribusi baru dan saluran komunikasi baru
juga semakin canggih-internet, teleconference dan teknologi yang mendukung pasar
menjadi pendukung bangkitnya otomasi penjualan dan pemasaran.
Masalah utama di pasar sekarang ada terjadinya kelebihan kapasitas yang
mengakibatkan terjadinya “hiperkompetisi”, terlalu banyak mengejar nasabah yang
jumlahnya terus berkurang, kebanyakan produk kurang diferensiasi akibatnya banyak
perusahaan yang mengalami penurunan pangsa pasar, stagnasi, bahkan bangkrut
karena tidak dapat bersaing.
7
8
Menurut Rangkuti (2009 : 21) berpendapat bahwa : ”Pemasaran merupakan
suatu interaksi yang berusaha untuk menciptakan hubungan pertukaran dan
bukan merupakan cara yang sederhana yang hanya sekedar untuk menghasilkan
penjualan.”
Kotler (2008 : 9) mengemukakan bahwa : “Pemasaran adalah suatu
proses yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.”
Selanjutnya Machfoedz (2005 : 2) berpendapat bahwa : "Pemasaran
merupakan proses sosial dan manajerial yang digunakan oleh individu dan kelompok
mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pembuatan dan
pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain."
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Pemasaran terjadi pada saat orang memutuskan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan melalui pertukaran. Pertukaran ialah tindakan untuk memperoleh
sesuatu yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai
pengganti. Pertukaran merupakan salah satu cara di antara berbagai cara orang
mendapatkan barang yang diinginkan. Misalnya, orang yang lapar dapat memperoleh
9
makanan dengan memancing, berburu, atau mengumpulkan buah-buahan. Mereka
dapat meminta makanan atau menerimanya dari orang lain. Sebagai pengganti
semua itu mereka dapat menawarkan uang, atau barang lain sebagai pengganti
makanan.
2.2 Pengertian Loyalitas Nasabah
Perubahan lingkungan ekonomi yang berdampak pada proses keputusan beli
nasabah. Daya beli konsumen yang menurun tajam telah mengondisikan konsumen
pada situasi yang lebih terbatas menyangkut pilihan produk yang diinginkannya.
Meskipun pemasar sudah memiliki segmen nasabah yang dianggap loyal, namun
tekanan-tekanan persaingan yang gencar yang sengaja diarahkan untuk mengubah
loyalitas nasabah, tidak dapat diabaikan karena akan berlanjut dengan perpindahan
merek.
Dalam jangka panjang, loyalitas nasabah menjadi tujuan bagi perencanaan
pasar strategik dijadikan dasar pengembangan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan. Dalam lingkungan persaingan global yang semakin ketat dengan
masuknya produk-produk inovatif ke pasaran di satu sisi, dan kondisi pasar yang
jenuh untuk produk-produk tertentu di sisi lain, maka tugas mengelola loyalitas
nasabah menjadi tantangan manajerial yang tidak ringan.
Loyalitas nasabah akan menjadi kunci sukses, tidak hanya dalam jangka
pendek, tetapi keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Hal ini karena loyalitas
nasabah memiliki nilai strategis bagi perusahaan, lihat suksesnya IBM, Cola,
10
Singapore Airlines, Xerox, dan sejumlah merek lain tidak terlepas dari ikatan yang
kuat dari nasabahnya, yaitu loyalitas.
Nasabah yang loyal karena puas dan ingin meneruskan hubungan pembelian,
loyalitas nasabah merupakan ukuran kedekatan nasabah pada sebuah merek, nasabah
menyukai merek, merek menjadi top of mind (merek pertama yang muncul) jika
mengingat sebuah kategori produk, komitmen merek yang mendalam memaksa
preferensi pilihan untuk melakukan pembelian, membantu nasabah mengindentifikasi
perbedaan mutu, sehingga ketika berbelanja akan lebih efisien. Argumentasi ini
memperkuat dan menjadi penting bagi nasabah untuk melakukan pembelian ulang.
Loyalitas nasabah merupakan perilaku yang terkait dengan merek sebuah
produk, termasuk kemungkinkan memperbarui kontrak di masa yang akan datang,
berapa kemungkinan nasabah mengubah dukungannya terhadap merek, berapa
kemungkinan keinginan nasabah untuk meningkatkan citra positif suatu produk. Jika
produk tidak mampu memuaskan nasabah, nasabah akan bereaksi dengan cara exit
(nasabah menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan voice (nasabah
menyatakan ketidakpuasan secara langsung pada perusahaan).
Menurut Subagyo (2010 : 13) berpendapat bahwa : “Loyalitas nasabah
merupakan pembelian ulang sebuah merek secara konsisten oleh nasabah.”
Istilah loyalitas sudah sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun
praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam
konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Menurut
11
Hasan (2008 : 81) dalam banyak literatur mengemukakan definisi loyalitas sebagai
berikut :
“1. Sebagai konsep generik, loyalitas merek menunjukkan
kecenderungan konsumen untuk membeli sebuah merek tertentu
dengan tingkat konsistensi yang tinggi.
2. Sebagai konsep perilaku, pembelian ulang kerap kali dihubungkan
dengan loyalitas merek (brand loyalty). Perbedaannya, bila loyalitas
merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek
tertentu, perilaku pembelian ulang menyangkut pembelian merek
yang sama secara berulang.
3. Pembelian ulang merupakan hasil dominan perusahan (a) berhasil
membuat produknya menjadi satu-satunya alternatif yang tersedia,
(b) yang terus-menerus melakukan promosi untuk memikat dan
membujuk nasabah membeli kembali merek yang sama.”
Selanjutnya Dick dan Basu dalam Umar (2003 : 16) mengemukakan bahwa :
"Loyalitas nasabah sebagai komitmen nasabah terhadap suatu merek dan pemasok,
berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten."
Loyalitas nasabah terhadap merek merupakan salah satu dari aset merek, yang
menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas, karena untuk membangunnya banyak
tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa loyalitas nasabah bagi perusahaan antara lain :
1. Mengurangi biaya pemasaran
Nasabah setia dapat mengurangi biaya pemasaran. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa biaya untuk mendapatkan nasabah baru enam kali lebih
besar dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan nasabah yang ada.
Biaya iklan dan bentuk-bentuk promosi lain dikeluarkan dalam jumlah besar,
12
belum tentu dapat menarik nasabah baru, karena tidak gampang membentuk sikap
positif terhadap merek.
2. Trade leverage
Loyalitas terhadap merek menyediakan trade leverage bagi perusahaan. Sebuah
produk dengan merek yang memiliki nasabah serta akan menarik para distributor
untuk memberikan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan merek lain di
toko yang sama. Merek yang memiliki citra kualitas tinggi, akan memaksa
konsumen membeli secara berulang-ulang merek yang sama bahkan mengajak
konsumen lain untuk membeli merek tersebut.
3. Menarik nasabah baru
Nasabah yang puas dengan merek yang dibelinya dapat memengaruhi konsumen
lain. Nasabah yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada 8
hingga
10
orang.
Sebaliknya,
bila
puas
akan
menceritakan
bahkan
merekomendasikan kepada orang lain untuk memilih produk yang telah
memberikan kepuasan.
4. Merespon ancaman pesaing
Loyalitas terhadap merek memungkinkan perusahaan memiliki waktu untuk
merespon tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pesaing. Jika pesaing
mengembangkan produk yang lebih superior, perusahaan memiliki kesempatan
untuk membuat produk yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu, karena bagi
pesaing relatif sulit untuk memengaruhi nasabah-nasabah yang setia. Mereka
butuh waktu yang relatif lama. Karena pentingnya loyalitas nasabah, maka
13
loyalitas nasabah terhadap merek dianggap sebagai aset perusahaan dan
berdampak besar terhadap pangsa pasar serta profitabilitas perusahaan.
5. Nilai kumulatif bisnis berkelanjutan
Upaya mempertahankan (retensi) nasabah dan loyal pada produk perusahaan
sepanjang customer lifetime value, dengan cara menyediakan produk yang
konstan dibutuhkan secara teratur dengan harga per unit yang lebih rendah.
6. Word of mouth communication
Nasabah yang memiliki loyalitas terhadap produk akan bersedia bercerita hal-hal
baik (positive word of mouth) tentang perusahaan dan produknya kepada orang
lain, teman dan keluarga yang jauh persuasif daripada iklan.
Loyalitas terhadap merek melibatkan fungsi dari proses-proses psikologis
yang menunjukkan bahwa ketika nasabah loyal terhadap merek-merek tertentu,
nasabah
secara
aktif
akan
memilih
merek,
terlibat
dengan
merek
dan
mengembangkan sikap positif terhadap merek.
Kini konsep loyalitas nasabah yang dalam perkembangan awalnya lebih
menitik beratkan pada aspek perilaku, dikembangkan lebih luas lagi dengan
melibatkan sikap dan perilaku. Loyalitas dipandang sebagai hubungan erat antara
sikap relatif dengan perilaku pembelian ualng. Pandangan amat bermanfaat bagi
pemasar. Pertama dari segi validitas dapat digunakan untuk memprediksi apakah
loyalitas yang terlihat dari perilaku pembelian ulang terjadi karena memang sikapnya
yang positif (senang) terhadap produk tersebut ataukah hanya karena situasi tertentu
yang memaksanya (spurious loyalty). Kedua, memungkinkan pemasar melakukan
14
identifikasi terhadap faktor yang dapat menguatkan atau melemahkan konsisten
loyalitas.
2.3 Karakteristik Loyalitas
Pada awal perkembangannya loyalitas nasabah lebih dikaitkan dengan
perilaku. Ini dapat dilihat dari teori belajar tradisional (classical dan intrumental
conditioning) yang cenderung melihat loyalitas dari aspek perilaku. Konsumen
dianggap mempunyai loyalitas terhadap suatu merek tertentu jika ia telah membeli
merek yang sama tersebut sebanyak tiga kali berturut-turut. Kendalanya adalah
kesulitan dalam membedakan antara yang benar-benar setia dengan yang palsu
meskipun perilakunya sama.
Hampir sama dengan konsep loyalitas dari teori belajar tradisional, Jacoby
dan Kynes dalam Suryani (2008 : 148) menyatakan loyalitas nasabah mempunyai
empat unsur karakteristik, yaitu :
1. Dipandang sebagai kejadian non random. Maksudnya adalah apabila nasabah
mengetahui manfaat dari merek-merek tertentu dan manfaat ini sesuai dengan
kebutuhannya, maka dapat dipastikan ia akan setia terhadap merek tersebut.
2. Loyalitas terhadap merek merupakan respon perilaku yang ditunjukkan sepanjang
waktu selama memungkinkan. Respon perilaku ini menggambarkan adanya
komitmen atau keterlibatan terhadap merek tertentu sepanjang waktu. Dalam hal
ini apabila konsumen memandang merek tersebut memiliki arti penting bagi
dirinya, biasanya jenis produk yang berhubungan dengan konsep diri, maka
kesetiaan akan menjadi lebih kuat.
15
3. Loyalitas terhadap merek dikarakteristikkan dengan adanya proses pengambilan
keputusan yang melibatkan alternatif-alternatif merek yang tersedia. Konsumen
memiliki looked set, yaitu merek-merek tertentu yang turut diperhitungkan
berkaitan dengan keputusan pembelian. Dengan demikian tidak menutup
kemungkinan konsumen akan loyal terhadap lebih dari satu merek dalam satu
jenis produk.
2.4 Tingkatan Loyalitas Nasabah
Proses seorang nasabah menjadi nasabah yang loyal terhadap perusahaan
terbentuk melalui beberapa tahapan. Menurut Hurriyati (2005 : 132), adapun
tingkatan tahapan loyalitas menurut beberapa pendapat para ahli dapat diuraikan
dibawah ini :
1. Tahapan Loyalitas menurut Niegel Hill
Menurut Niegel Hill (1996 : 60) loyalitas nasabah dapat dibagi menjadi enam
tahapan yaitu : Suspect, prospect, customer, clients, advocates dan partners.
Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan dibawah ini :
a. Suspect
Meliputi semua orang yang diyakini akan membeli (membutuhkan)
barang/jasa, tetapi belum memiliki informasi tentang barang dan jasa
perusahaan.
16
b. Prospect
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan jasa tertentu, dan
mempunyai kemampuan untuk membelinya. Pada tahap ini, meskipun mereka
belum melakukan pembelian tetapi telah mengetahui keberadaan perusahaan
dan jasa yang ditawarkan melalui rekomendasi pihak lain (word of mouth).
c. Customer
Pada tahap ini, nasabah sudah melakukan hubungan transaksi dengan
perusahaan, tetapi tidak mempunyai perasaan positif terhadap perusahaan,
loyalitas pada tahap ini belum terlihat.
d. Clients
Meliputi semua nasabah yang telah membeli barang/jasa yang dibutuhkan dan
ditawarkan perusahaan secara teratur, hubungan ini berlangsung lama dan
mereka telah memiliki sifat retention.
e. Advocates
Pada tahap ini, Clients secara aktif mendukung perusahaan dengan
memberikan rekomendasai kepada orang lain agar mau membeli barang/jasa
diperusahaan tersebut
f. Partners
Pada tahap ini telah terjadi hubungan yang kuat dan saling menguntungkan
antara perusahaan dengan nasabah, pada tahap ini pula nasabah berani
menolak produk/jasa dari perusahaan lain.
17
2. Tahapan Loyalitas Menurut Hermawan Kertajaya
Kartajaya (2003 : 100) membagi tahapan loyalitas nasabah kedalam lima
tingkatan mulai dari terrorist customer sampai advocator customer, lebih jelasnya
tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Terrorist Customer, adalah nasabah yang suka menjelek-jelekkan merek
perusahaan dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan layanan
yang diberikan perusahaan. Nasabah seperti ini bersikap seperti terroris yang
suka menyusahkan perusahaan.
b. Transactional customer, yaitu nasabah yang memiliki hubungan dengan
perusahaan yang sifatnya sebatas transaksi, nasabah seperti ini membeli satu
atau dua kali, sesudah itu dua tidak mengulangi pembeliannya, atau apabila
melakukan pembelian lagi sifatnya kadang-kadang. Nasabah yang memiliki
sifat seperti ini mudah datang dan pergi karena tidak memiliki relationship
yang baik dengan produk/merek perusahaan, basis relationship-nya adalah
transaksional.
c. Relationship customer, dimana tipe nasabah ini nilai ekuitasnya lebih tinggi
dibanding dua jenis nasabah di atas, nasabah jenis ini telah melakukan repeat
buying dan pola hubungannya dengan produk atau merek perusahaan adalah
relasional.
d. Loyal customer, nasabah jenis ini tidak hanya melakukan repeat buying, tapi
lebih jauh lagi sangat loyal dengan produk dan merek perusahaan. Bila ada
18
orang lain yang menjelekkan perusahaan, nasabah ini tetap bertahan, dia tetap
bersama perusahaan seburuk apapun orang menjelekkan perusahaan.
e. Advocator customer, jenis nasabah yang terakhir adalah advocator customer,
nasabah dengan tingkatan tertinggi, nasabah semacam ini sangat istimewa dan
excellent, mereka menjadi aset terbesar perusahaan bila perusahaan
memilikinya. Advocator customer adalah nasabah yang selalu membela
produk dan merek perusahaan, nasabah yang menjadi juru bicara yang baik
kepada nasabah lain dan nasabah yang marah apabila ada orang lain
menjelek-jelekkan merek perusahaan.
3. Tingkatan nasabah menuju loyalitas menurut Syafruddin Chan
Tingkatan nasabah menuju loyalitas menurut Chan (2003 : 24) dibagi menjadi
empat tahapan, yaitu :
a. Emas (Gold) merupakan kelompok nasabah yang memberikan keuntungan
terbesar kepada perusahaan. Biasanya kelompok ini adalah Heavy user yang
selalu membeli dalam jumlah yang besar dan frekuensi pembeliannya tinggi.
Mereka tidak sensitive terhadap harga, tidak segan mengeluarkan uang untuk
sesuatu yang hanya bisa dinikmati pada masa yang akan datang, mau
mencoba sesuatu yang baru yang ditawarkan oleh perusahaan, dan yang
paling penting memiliki komitmen untuk tidak berpaling kepada pesaing.
Ciri-ciri dari nasabah emas ini adalah :
1) Mereka masih memiliki potensi untuk terus memperbesar sumbangan
profitnya bagi perusahaan.
19
2) Mereka termasuk orang yang mapan, dan cenderung tidak punya masalah
dengan keuangannya
3) Mereka cukup pintar, dan sadar bahwa berpindah ke pesaing akan
membawa risiko bagi kelangsungan suplai produk atau jasa, maupun
kenyamanan yang telah didapatkan selama ini.
4) Jumlah mereka yang banyak, tetapi memiliki peran yang cukup besar
dalam menentukan kesuksesan perusahaan.
Untuk mengimbangi adanya nasabah emas tersebut. Perusahaan harus
menjalankan langkah-langkah berikut :
1) Siap memberikan pelayanan terbaik yang dimiliki
2) Siap dan responsive memberikan pelayanan purna jual terbaik
3) Siap lebih proaktif memonitor perubahan yang terjadi di pasar dan mem
berikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan yang unik
b. Perak (Silver), kelompok ini masih memberikan keuntungan yang besar
walaupun posisinya masih di bawah gold tier. Mereka mulai memperhatikan
tawaran potongan harga hal ini dikarenakan mereka cenderung sensitive
terhadap harga, mereka pun tidak seloyal gold. Walaupun mereka sebenarnya
heavy user, tetapi pemenuhan kebutuhannya diperoleh dari berbagai
perusahaan, tergantung penawaran yang lebih baik.
c. Perunggu (Bronze). Kelompok ini paling besar jumlahnya. Mereka adalah
kelompok yang spending levelnya relatif rendah. Driver terkuatnya untuk
bertransaksi semata-mata didorong oleh potongan harga yang besar, sehingga
20
mereka juga dikenal sebagai kelompok pemburu diskon. Dengan demikian,
margin yang diterima perusahaan juga relatif kecil. Akibatnya, perusahaan
tidak berpikir untuk memberikan pelayanan premium kepada mereka.
Terlepas dari average spending level yang rendah, kelompok ini masih
dibutuhkan oleh perusahaan untuk menggenapkan pemenuhan target
penjualan tahunan.
d. Besi (iron), adalah kelompok nasabah yang membebani perusahaan, tipe
nasabah seperti ini memiliki kecenderungan untuk meminta perhatian lebih
besar dan cenderung bermasalah, membuat perusahaan berfikir lebih baik
menyingkirkan mereka dari daftar nasabah. Ciri-ciri lain dari nasabah ini
adalah sebagai berikut :
1) Potensi profit yang akan didapatkan dari kelompok nasabah ini sangat
kecil, dan bahkan tidak ada sama sekali.
2) Mereka memiliki kemungkinan berjuang untuk mengatur pengeluarannya
3) Mereka tidak berpikir jangka panjang. Transaksi yang dilakukan hanya
berdasarkan kebutuhan hari ini dan selalu membanding-bandingkan
dengan perusahaan pesaing untuk mencari harga yang paling murah.
4) Mereka nasabah yang banyak jumlahnya tetapi paling sedikit nilai
transaksinya.
5) Sleeping customer, yang telah memanfaatkan fasilitas perusahaan tetapi
tidak melakukan transaksi.
21
4. Tahapan loyalitas menurut Stanley A. Brown
Menurut Stanley A. Brown (2000 : 58) loyalitas nasabah memiliki tahapan sesuai
dengan customer lifetime value. Tahapan tersebut adalah :
a. The Courtship
Pada tahap ini, hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan nasabah
terbatas pada transaksi, nasabah masih mempertimbangkan produk dan harga.
Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik,
maka mereka akan berpindah.
b. The Relationship
Pada tahapan ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan
nasabah, loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan
harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan konsumen akan melihat
produk pesaing, selain itu pada tahap ini terjadi hubungan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
c. The Marriage
Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak
dapat dipisahkan, loyalitas terbentuk akibat adanya tingkat kepuasan yang
tinggi. Pada tahapan ini nasabah akan terlibat secara pribadi dengan
perusahaan dan loyalitas tercipta seiring dengan kepuasan terhadap
perusahaan dan ketergantungan nasabah. Tahapan Marriage yang sempurna
diterjemahkan
kedala
advocate
costumer
yaitu
nasabah
yang
22
merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan
masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan
Tahapan loyalitas tersebut sebanding dengan customer life time value.
Menurut Chan (2003 : 83) Lifetime value adalah profit yang dihasilkan oleh
masing-masing nasabah dalam waktu tertentu. Semakin lama seseorang
menjadi nasabah, maka semakin besar value nasabah tersebut bagi
perusahaan. Oleh karena itu kebijakan pemasaran yang diterapkan harus dapat
mempertahankan nasabah dalam jangka waktu panjang. Life time dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan
dengan penetapan strategi pemasaran.
Strategi yang dilakukan perusahaan kaitannya dengan tahapan loytalitas
menurut Stanley (2000 : 69), dibagi menjadi
tiga tahap. Tahap pertama
adalah customer Acquisition, strategi ini dilakukan ketika konsumen berada
pada tingkatan The Fokus utama perusahaan pada tahapan ini adalah
mendapatkan nasabah baru dengan cara membuat data base nasabah sebagai
acuan mendapatkan nasabah baru, dengan melakukan berbagai riset.
Selanjutnya pada tahapan kedua, strategi yang dilakukan perusahaan adalah
strategic customer care, yaitu memperhatikan nasabah dengan melakukan
berbagai pendekatan dan merancang program khusus untuk merebut kembali
nasabah yang telah pergi atau beralih ke pesaing.
23
5. Tahapan loyalitas menurut Jill Griffin
Sementara itu, Griffin (2002 : 35) membagi tahapan loyalitas nasabah sebagai
berikut :
a. Suspects
Meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan
tetapi belum tahun apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa yang
ditawarkan
b. Prospect
Adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk atau jasa tertentu
dan mempunyai kemampuan untuk membelinya. Para prospect ini, meskipun
mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan
perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah
merekomendasikan barang/jasa tersebut padanya.
c. Disqualified prospects
Yaitu prospects yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu, tetapi
tidak mempunyai kebutuhan akan barang/jasa tersebut, atau tidak mempunyai
kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut.
d. First time customers
Yaitu nasabah yang membeli untuk pertama kalinya. Mereka masih menjadi
nasabah yang baru.
24
e. Repeat customers
Yaitu nasabah yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua
kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas produk yang
sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk yang berbeda
dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
f. Clients
Clients membeli semua barang/jasa yang ditawarkan dan mereka butuhkan.
Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis nasabah ini sudah kuat
dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk
pesaing.
g. Advocates
Seperti halnya clients, advocates membeli barang/jasa yang ditawarkan dan
yang mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu
mereka
mendorong teman-teman
mereka
agar
membeli
barang/jasa
perusahaan tersebut pada orang lain, dengan begitu secara tidak langsung
mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan.
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah adalah sebagai
berikut :
25
1. Tarif
Dalam dunia bisnis tarif/harga mempunyai banyak istilah. Sebagai contoh
dalam dunia bisnis asuransi tarif disebut bunga, bisnis konsultan dan pialang disebut
fee, bisnis indutri manufaktur disebut harga, sedangkan dalam bisnis angkutan dan
perhotelan disebut tarif.
Menurut Siswanto, (2009 : 65) mengemukakan bahwa tarif adalah sejumlah
uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang mereka
perdagangkan dan (sesuatu yang lain) yang diadakan perusahaan untuk memuaskan
keinginan konsumen”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas bahwa sesuatu yang lain itu dapat
berupa kebanggaan memiliki produk yang telah tenar mereknya, jaminan mutu,
perasaan aman karena memiliki produk itu, serta perasaan puas. Bagi para produsen
untuk membangun ketenaran merek dibutuhkan upaya dan biaya promosi penjualan
yang seringkali tidak sedikit jumlahnya. Untuk menciptakan mutu produk yang tinggi
dibutuhkan upaya dan biaya riset untuk pengembangan produk.
Menurut menurut Lamb, dkk. Terjemahan (2006 : 268) bahwa: “Tarif
merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu
barang maupun jasa”. Tarif atau harga adalah pertukaran barang dan jasa. Juga
pengorbanan waktu karena menunggu untuk memperoleh barang dan jasa. Misalnya,
banyak orang menunggu seharian di kantor tiket penerbangan Southwest. Bahkan
kemudian, beberapa orang tidak memperoleh diskon tiket yang mereka harapkan
sebelumnya. Harga juga mungkin meliputi “martabat yang hilang” bagi seseorang
26
yang kehilangan pekerjaannya dan harus mengharapkan kemurahan hati orang lain
untuk memperoleh makanan dan pakaian.
Oleh karena penetapan harga mempengaruhi pendapatan total dan biaya total,
maka keputusan dan strategi penetapan harga memegang peranan penting dalam
setiap perusahaan. Sementara itu, dari sudut pandang konsumen, harga seringkali
digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan
manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat tarif tertentu, bila
manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula.
Demikian pula sebaliknya, pada tingkat tarif tertentu, nilai suatu barang dan jasa akan
meningkat seiring dengan meningkatnya manfaat yang dirasakan. Sering pula dalam
penentuan nilai suatu barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan
kemampuan barang atau jasa substitusi (sumber literatur).
Gregorius, (2002 : 149) mengatakan bahwa : “Tarif dapat diartikan sebagai
jumlah uang (satuan moneter) dan atau aspek lain (non-moneter) yang mengandung
utilities/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk”.
Berdasarkan pengertian tarif yang ditetapkan ini, maka konsumen akan
mengambil keputusan apakah dia membeli barang tersebut atau tidak. Konsumen juga
menetapkan berapa jumlah yang harus dibeli berdasarkan harga tersebut. Sudah
barang tentu keputusan dari konsumen ini tidak hanya didasarkan kepada harga
semata-mata, tetapi ada faktor-faktor yang menjadi pertimbangan, misalnya kualitas
27
dari barang, kepercayaan terhadap merek dan sebagainya. Meskipun demikian
masalah tarif tak boleh diabaikan oleh perusahaan.
2. Pelayanan
Salah satu cara agar penjualan jasa satu perusahaan lebih unggul dibandingkan
para pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dan bermutu
yang memenuhi tingkat kepentingan konsumen. Tingkat kepentingan konsumen
terhadap jasa yang akan mereka terima dapat dibentuk berdasarkan pengalaman dan
saran yang mereka peroleh. Konsumen memilih pemberi jasa berdasarkan peringkat
kepentingan. Dan setelah menikmati jasa tersebut mereka cenderung akan
membandingkannya dengan yang mereka harapkan.
Menurut Soegito (2007 : 152) mengemukakan bahwa: “Pelayanan (service)
adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan suatu pihak kepada pihak
lainnya yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan
sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik.”
Sedangkan Barata (2006 : 23) mengemukakan bahwa : “Pelayanan adalah
daya tarik yang besar bagi para pelanggan, sehingga korporat bisnis seringkali
menggunakannya sebagai alat promosi untuk menarik minat pelanggan.”
Tingkat kualitas pelayanan tidak dapat dinilai berdasarkan sudut pandang
perusahan tetapi harus dipandang dari sudut pandang pelanggan. Karena itu, dalam
merumuskan strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada
kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelanggan.
28
3. Promosi (promotion)
Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya.
Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan untuk
mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan. Promosi juga dikatakan
sebagai proses berlanjut karena dapat menimbulkan rangkaian kegiatan perusahaan
yang selanjutnya. Karena itu promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi agar melakukan
pertukaran dalam pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada umumnya adalah
periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung, serta hubungan
masyarakat dan publisitas.
4. Citra
Identitas dan citra perlu dibedakan. Identitas terdiri dari berbagai cara yang
diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasi dirinya atau memposisikan diri atau
produknya. Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya
(Philip Kotler, 2002: 338). Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang di luar kontrol
perusahaan. Fakta banyak citra memiliki kehidupan tersendiri diperlihatkan oleh
masalah Nike dalam mempertahankan daya tariknya terhadap pasar anak muda yang
berubah-ubah.
Ada enam makna atau tingkat pengertian yang bisa disampaikan kepada
konsumen antara lain:
29
1. Atribut
Suatu merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Contoh: Mercedes
menyatakan suatu yang mahal, dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama,
bergengsi tinggi, cepat dan aman.
2. Manfaat
Suatu merek lebih dari serangkaian atribut, karena yang dibeli oleh konsumen
sesungguhnya adalah manfaat bukannya atribut. Atribut hanya diperlukan untuk
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Contoh Mercedes berarti
kinerja tinggi, keamanan, gengsi dan kenyamanan.
4. Kepribadian
Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Jika merek itu merupakan orang,
binatang, atau suatu obyek, apa yang akan terpikirkan oleh kita ? Mercedes
mencerminkan seorang pemimpin yang masuk akal (orang), singa yang
memerintah (binatang), istana yang megah (obyek).
5. Pemakai
Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk
tersebut. Misalnya kita akan terkejut bila melihat seorang sekretaris berumur 20
tahun sedang mengendarai Mercedes. Padahal yang diharapkan adalah seorang
pimpinan puncak berumur 55 tahun dibelakang kemudi. Pemakainya adalah orang
yang menghargai nilai budaya, dan kepribadian produk tersebut. Oleh karena itu,
30
jika suatu perusahaan hanya memperlakukan merek sebagai nama, maka
perusahaan tersebut tidak melihat tujuan merek yang sebenarnya.
2.6 Kerangka Pikir
PT. Askrindo adalah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa
asuransi kredit, dimana dalam menjalankan aktivitas usahanya maka perusahaan
perlu melakukan evaluasi mengenai loyalitas atau kesetiaan nasabah terhadap jasa
asuransi kredit yang ditawarkan oleh perusahaan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas nasabah pada PT. Askrindo di Makassar adalah : tarif,
pelayanan, promosi dan citra.
Dimana tarif berkaitan dengan tingkat bunga yang ditetapkan oleh perusahaan,
pelayanan berkaitan dengan perlakuan karyawan PT. Askrindo dalam melayani
nasabah, promosi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberitahukan,
menginformasikan, membujuk dan mempengaruhi nasabah untuk mengambil kredit
pada PT. Askrindo, sedangkan modal adalah dana yang dimiliki oleh perusahaan
untuk membiayai segala bentuk jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh perusahaan.
Keempat variabel tersebut perlu diperhatikan oleh perusahaan, hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana loyalitas atau kesetiaan nasabah pada PT. Askrindo di
Makassar.
Untuk lebih jelasnya akan disajikan bagan kerangka pikir dalam penelitian
yang dapat dilihat melalui skema sebagai berikut :
31
Skema 2.1
Kerangka Pikir
Tarif
Pelayanan
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi loyalitas
nasabah
Loyalitas Nasabah
Promosi
Citra
2.7 Hipotesis
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka dikemukakan hipotesis
yang merupakan dugaan sementara terhadap masalah pokok yang diajukan sebagai
berikut :
1. Diduga bahwa tarif, pelayanan, promosi, dan citra berpengaruh signifikan
terhadap loyalitas nasabah pada PT. Askrindo di Makassar.
2. Diduga bahwa faktor berpengaruh dominan terhadap loyalitas nasabah pada
PT. Askrindo, adalah tarif.
32
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya, 2006, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Cetakan Ketiga, Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Chandra Gregorius, 2002, Strategi dan Program Pemasaran, Edisi Pertama,
Cetakan Pertama, Penerbit : Andi Offset, Jakarta
Eddy Soeryatno Soegito, 2007, Marketing Research : Panduan Bagi Manajer,
Pimpinan Perusahaan Organisasi, Penerbit : Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Hasan Ali, 2008, Marketing, Cetakan Pertama, Penerbit : MedPress, Yogyakarta
Hurriyati, Ratih, 2005, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan
Pertama, Penerbit : Alfabeta, Bandung
Kotler Philip, dan Kevin Lane Keller, 2008, Manajemen Pemasaran, Terjemahan
Hendra Teguh, Edisi Ketigabelas, Jilid Satu dan Dua, Penerbit : Prenhalindo,
Jakarta
Lamb, Jr, W. Charles, dkk, 2006, Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit : Salemba
Empat, Jakarta.
Machfoedz, Mahmud, 2005, Pengantar Pemasaran Modern, Cetakan Pertama,
Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta
Rangkuti Freddy, 2009, Strategi Promosi yang Kreatif, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Sarjono Haryadi, dan Winda Julianita, 2011. SPSS vs Lisrel, Sebuah Pengatar,
Aplikasi Untuk Reset, Edisi Pertama, Jilid Satu, Penerbit : Salemba Empat,
Jakarta
Siswanto Sutojo, 2009, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit : Damar
Mulia Pustaka, Jakarta
Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin, 2006, Aplikasi Statistika Dalam
Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit : Pustaka Setia, Bandung
33
Subagyo Ahmad, 2010, Marketing In Business, Studi Kasus UMK & LKM, Edisi
Pertama, Penerbit : Mitra Wacana Media, Jakarta
Suryani, Tatik, 2008, Perilaku Konsumen : Implikasi pada Strategi Pemasaran,
Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit : Graha Ilmu, Jakarta.
Umar Husain, 2003, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan Ketiga,
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
-------------------, 2003, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Cetakan Pertama,
Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta
Download