MODUL PERKULIAHAN ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Btoadcasting Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh 85009 Dr (C) Afdal Makkuraga Putra, M.Si Abstract Kompetensi Pada bab ini mehasiswa akan mempelajari tentang pengertian etika dan moral Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiwa diharapkan dapat menjelaskan kembali tentang pengertian etika dan moral KOMUNIKASI DAN PENGETAHUAN 1. Ilmu Pengetahuan Dahulu kala, semua ilmu pengetahuan yang dikenal dewasa ini pernah menjadi bagian dari filsafat, yang dianggap sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan (mater scientiarium). Filsafat masa itu mancakup pula segala usaha-usaha pemikiran mengenai masyarakat. Lama kelamaan, dengan perkembangan zaman dan tumbuhnya peradaban manusia, pelbagai ilmu pengetahuan yang semula tergabung dalam filsafat memisahkan diri dan berkembang mengejar tujuan masing-masing. Astronomi (ilmu tentang bintang-bintang) dan fisika (ilmu alam) merupakan cabang-cabang filsafat yang pertama-tama memisahkan diri yang kemudian diikuti oleh kimia, biologi dan geologi. Pada awal ke 19 dua ilmu pengetahuan baru muncul, yaitu psikologi (ilmu yang mempelajari perlakuan dan sifat-sifat manusia) dan sosiologi (ilmu yang mempelajari masyarakat. Astronomi, pada mulanya merupakan bagian dari filsafat yang bernama kosmologi, sedangkan filsafat alamih, kejiwaan dan social masing-masing menjadi fisika, psikologi dan sosiologi. Apakah ilmu pengetahuan itu? Agust Comte berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika, dan bahwa setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terakhir, yaitu tahap llmiah. Menurut Moh Hatta (pendiri Republik Indonesia), definisi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). Defenisi tersebut dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan --Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat diamati panca indera manusia -Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..." Menurut Soerjono Soekanto ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. ‘13 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta di atas, kita dapat melihat bahwa sifatsifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang... 1. Berdiri secara satu kesatuan, 2. Tersusun secara sistematis, 3. Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data), 4. Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset. 5. Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga dapat dimengerti dan dipahami maknanya. 6. Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini. 7. Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia mampu menciptakan pemikiranpemikiran yang lebih berkembang dari sebelumnya. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto unsur-unsur ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan 2. Tersusun sistematis 3. Menggunakan pemikiran 4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (objektif) Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), tahkhyul dan peneranganpenerangan lain yang keliru (misinformation). Misalnya ada kepercayaan sebagaian masyarakat kita, bahwa gerhana bulan adalah peristiwa dimana seekor naga menelan bulan. Untuk melepaskannya maka manusia harus membunyikan kentongan sekeraskerasnya agar sang naga mau melepas bulan sehingga bisa kembali menyinari bumi di malam hari. Kepercayaan seperti itu tidak bisa dibuktikan kebenarannya, karena sesuangguhnya gerhana bulan adalah fenomema alam biasa yang terjadi ketika bumi berada di antara matahari dan bulan serta berada dalam satu garis. Hal ini menyebabkan hanya sebagian kecil sinar matahari yang mencapai bulan. Tujuan pengetahuan adalah mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidak pastian tersebut di atas. ‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sangat penting untuk digaris bawahi, pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas), oleh karena tidak semua buah pikiran merupakan pengetahuan. Pernah ada pikiran bahwa untuk menghemat uang negara maka presiden dipilih seumur hidup. Nanti sang priseden meninggal baru diadakan pemilihan umum. Buah pikiran seperti ini tentu tidak bisa disebut sebagai pengetahuan, karena bertentangan dengan niai-nilai demokrasi. Tidak semua pengetahuan merupakan suatu ilmu; hanya pengetahuan yang tersusun secara sistemetis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematis artinya urutan-urutan tertentu dari unsure-unsur yang merupakan suatu kebulatan, sehingga dengan adanya sistematika tersebut akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Sistem tersebut adalah suatu kontrstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai. Artinya setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan yang lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran dan tidak dapat diraba ataupun dipegang. Sistem dalam ilmu pengetahuan harus bersifat dinamis artinya, system tersebut harus menggunakan cara-cara yang selalu disesuaikan dengan taraf perkembangan ilmu pengetahuan pada suatu saat. Tak kalah penting Ilmu pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan dan diketahui oleh public, sehingga dapat diperiksa dan ditelaah oleh umum yang mungkin berbeda pikiran dengan ilmu pengetahuan yang dikemukakan. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang ditelaah oleh public berkembang terus menerus. Apakah Komunikasi merupakan suatu ilmu pengetahuan? Untuk menjawab criteria tersebut bias dilihat denga menggunakan criteria sebagai berikut: 1. Kriteria yang pertama disebut sebagai Objektif. Artinya objek kajian yang terdiri dari suatu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun dari dalam. Apa objek ilmu komunikasi? Pertama adalah masyarakat yang melakukan pengriman pesan (objek material pertama) dan media ( objek material kedua) 2. Metodis, artinya pengetahuan yang didapat secara metodis merupakan syarat ilmu yang kedua.1 Ilmu komunikasi memiliki metede tertentu. Secara umum metode itu termaktub dalam metode-metode ilmiah ilmu social. 1 Metodis berasal dari bahasa Yunani, Metodos yang artinya cara atau jalan. Dalam bahasa umum metodis artinya metode ilmiah. Lihat Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, 2007 hal 23. ‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Sistematis artinya kontrstruksi yang abstrak dan teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai. Pengertian-pengertian dalam Ilmu komunikasi pada prinsipnya sudah mencapai kesepakatan. 4. Universal artinya kebenaran yang hendak dicapai bukan kebenaran yan tertentu melainkan bersifat umum, artinya dapat digeneralisasi. 2. Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Meskipun komunikasi telah dipelajari semenjak dahulu kala, namun baru menjadi topik penting setelah abad ke 20. W. Barnet Pearce menjelaskan perkembangan komunikasi sebagai penemuan yang revolusioner (revolutionary discovery) dengan ditandai oleh maraknya penemuan teknologi komunikasi seperti radio, televisi, telepon, satelit dan jaringan computer yang selanjutnya berkembang menjadi industri, bisnis dan politik global. Intinya komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini. Intensitas ketertarikan terhadap studi komunikasi dimulai setelah PD I. Akibat maraknya penemuan pelbagai teknologi yang barengi oleh meningkatnya tingkat melek huruf membuat komunikasi menjelma sebagai topik yang hangat. Tak bisa dipungkiri bahwa ilmu komunikasi maju dan berkembang pesat akibat pengaruh filsafat progresif dan pragmatis yang memang berkembang di abad ke 20. Kecenderungan itu memicu munculnya keinginan untuk memperbaiki masyarakat (civil society) melalui perubahan-perubahan sosial yang meluas. Dasar-dasar Ilmu komunikasi berkembang pesat dalam tradisi akademik di Amerika Serikat sepanjang abad ke 20. Sepanjang abad itu, negara yang kerap dijuluki Paman Sam itu “bergerak maju” dalam kerangka penemuan-penemuan teknologi tinggi, meningkatkan kualitas masyakat, melawan tirani dan membangun kapitalisme. Ilmu komunikasi menjadi figur sentral dalam gerak maju tersebut yang ditandai dengan: propaganda dan pembetukan opini public; pemajuan ilmu-ilmu sosial; penguatan peranan media dalam bisnis, pemasaran dan periklanan. Setelah PD II legitimasi disiplin ilmu sosial diakui secara penuh, hal tersebut berbuah pada meningkatnya minat terhadap studi komunikasi. Banyak universitas dan sekolahsekolah membuka jurusan komunikasi atau komunikasi massa, meskipun kajiannya masih eklektif dan multidisiplin. Peneliti-peneliti dalam berbagai bidang pun mempertimbangkan komunikasi sebagai proses kedua. Misalnya psikologi mempelajari perilaku individu dan melihat komunikasi ‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagai prilaku khusus. Sosiolog yang fokus pada masyarakat dan proses sosial memandang komunikasi sebagai salah satu faktor sosial. Antropolog yang mengkaji budaya juga memandang komunikasi sebagai sebuah tema yang besar. Pendekatan terhadap studi komunikasi juga bebeda diberbagai belahan dunia. Begitupula antara teori komunikasi di Amerika dan Eropa juga berbeda. Peneliti-peneliti di Amerika mengkaji ilmu komunikasi dengan pendekatan kuantitif untuk mencoba mencapai objektivitas. Meskipun memang belum ada kesepakatan di antara para peneliti apa itu objektivitas, tetapi metode kuantitatif menjadi standar untuk beberapa tahun. Di sisi lain, investigasi orang-orang Eropa tentang teori komunikasi dipengaruhi oleh sejarah, budaya dan sikap kritis yang ilhami oleh tradisi marxisme. Hal itu menyebabkan muncul dua cara yakni prosedur ilmiah yang kuat di Eropa, dan sikap kritis dan perspektif kualitatif berkembang serius di Amerika Utara. Sarjana-sarjana komunikasi juga sudah membedakan antara teori komunikasi dari pespektif Timur dan Barat. Teori komunikasi Timur cenderung fokus pada “keseluruhan dan kesatuan”. sedangkan di Barat mengukur bagian-bagian tanpa selalu mengintegrasikan bagian-bagian itu ke dalam satu proses kesatuan yang utuh. Kemudian, teori Barat didominasi oleh pandang-pandangan individualime dengan menganggap manusia aktif memenuhi keinginan-keinginan pribadinya. Teori Timur umumnya memadang hasil-hasil komunikasi sebagai sesuatu yang berlangsung secara alamiah tanpa direncanakan. Selanjutya, perbedaan antara Timur dan Barat berkaitan dengan bahasa dan gagasan. Teori Barat didominasi oleh Bahasa. Sedangkan di Timur, simbol verbal, khususnya ucapan dimainkan dan dilihat dengan keragu-raguan (skepticisms). Bagi filusuf Asia, apa yang disebut pengatahuan atau intuisi diperoleh dari pengalaman langsung manusia. Dalam perspektif Barat, hubungan (relationship) itu berarti berada di antara dua atau lebih dua manusia. Sedangkan di Timur, hubungan itu bermakna lebih kompleks, karena menyangkut status, peranan, dan kekuasaan seseorang dalam kehidupan sosialnya. 3. Teori Apa yang dimaksud dengan teori? Teori dapat diartikan sebagai konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Bisa juga berati terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan defenisi-defenisi yang secara konseptual mengorganisasi aspek-aspek dunia empiris secara sistematis. Teori berfungsi sebagai petunjuk untuk memahami, menjelaskan, mengartikan, menilai sesuatu hal. Abraham Kaplan mengatakan bahwa formasi sebuah teori bukan hanya ‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi merupakan cara melihat fakta, mengorganisasikan fakta dan mewakili fakta tersebut. Sebuah teori sesungguhnya bukan hanya sebuah penjelasan, tetapi sebuah cara dalam memaket realitas (packaging reality) dan sebuah cara dalam memahami sesuatu. Teori adalah sebuah sistem pemikiran atau cara pandang. Kita tidak pernah memandang realitas secara murni. Sebenarnya, kita harus menyusun konsep dan simbol untuk mendefinisikan apa yang kita lihat, dan teori menyediakan lensa untuk mengamati dan mengalami sesuatu. Terdapat Empat elemen yang harus dilihat memenuhi sebuah teori: 1. Asumsi filosofi (philosophical assumption), asumsi filosofi terdiri atas tiga tipe utama, yakni epistimologi (epistemology), ontologi (ontology) dan aksiologi (axiology). 2. Konsep (concept) atau kategori. Konsep adalah sesuatu yang dikelompokkan kedalam kategori konseptual sesuai dengan sifat yang diamati. Konsep menjelaskan kepada kita, apa yang teori pandang dan apa teori anggap penting. 3. Penjelasan (explanation). Ini adalah bagian lain dari teori yang mengidentifikasi pola hubungan diantara variable-variabel. Ada dua jenis penjelasan; penjelasan sebab-akibat (causal explanation) dan penjelasan praktis (practical explanation). 4. Prinsip atau asas (principles). Sebuah prinsip adalah petunjuk yang dapat menafsirkan sebuah kejadian, membuat penilaian apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Prinsip terdiri dari tiga bagian: (1) identifikasi kejadian (2) menyusun serangkaian norma atau nilai dan (3) penegasan sebuah hubungan antara tingkatan sebuah tindakan dengan kemungkinan akibat yang ditimbulkan. Menurut Little John terdapat dua tipe teori: Pertama Nomothetic theory yang didefenisikan sebagai untuk mencari universalitas atau hukum-hukum umum. Secara tradisional terdapat empat langkah yang lazim ditempuh: (1) membuat pertanyaan (2) menyusun hipotesis (3) menguji hipotesis tersebut dan (4) merumuskan teori. Pendekatan ini sering disebut sebagai metode hipotetis-deduktif (hypothetic-deductive method) atau tradisi variable analitis (variable-analytic tradition). Kedua, Teori praktis (Practical theory). Teori praktis merupakan kebalikan dari nomothetic teori. Practical theory dibuat untuk memahami banyaknya perbedaan tentang sesuatu hal dan menyediakan pemahaman untuk mengambil tindakan guna mencapai suatu tujuan. ‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bila dilihat dari sudut epistimologi practical theory cenderung mengasumsikan manusia berperan aktif dalam menciptakan ilmu pengetahuan. Dari sudut ontologi, practical theory cenderung mengambil pendekatan tindakan dengan berasumsi bahwa manusia menciptakan arti terhadap sesuatu hal, memperhatikannya, membuat pilihan dan dengan sengaja melakukan tindakan. Sedangkan dari sudut axiologi teori menjadi penjelas dan menunjukkan bagaimana manusia menerjemahkan dan bertindak dalam berbagai situasi sosial dan budaya. Sementara lainnya lebih evaluatif, membuat penilaian umum tentang pemahaman budaya yang umum. Dari segi konsep, practical theory umumnya tidak bersifat universal. Manusia bertindak berbeda-beda sesuai dengan sitausi yang dihadapinya. Kata dan tindakan yang digunakan manusia untuk menujukkan pemahaman terhadap sesuatu hal yang juga berubah-ubah dari waktu ke waktu. Dari sudut explanation, practical theory cenderung menggunakan kepentingan praktis sebagai dasar penjelasnya. Sedangkan dari sudut prinsip (principles), practical theory berbeda dengan nomothetic theory. Di sini practical theory memandang prinsip sebagai petunjuk untuk pemikiran dan tindakan (reflection and action). Terdapat tiga tingkatan dalam mengembangkan sebuah teori atau disebut sebagai inquiry model. Pertanyaan (question), pengamatan (observation) dan teori (theory). Pada level pertama (pertanyaan), pertanyaan dapat bermacam-macam bentuk. Pertanyaan tentang defenisi membutuhkan konsep sebagai jawaban, mencari penjelasan apa yang kita amati atau simpulkan. Level kedua (pengamatan), disini ilmuwan-ilmuwan mencari jawaban dengan memperhatikan fenomena-fenomena di bawah sebuah investigasi (penelitian). Dalam melakukan penelitian ilmuwan biasanya menggunakan metode-metode, misalnya; metode wawancara. Level ketiga, menyusun jawaban (construction answer), di sini ilmuwan mencoba menjelaskan dan menerangkan sesuatu untuk menilai dan menafsirkan apa yang mereka telah amati. Level ini sering disebut sebagai level teori. Untuk menilai sebuah teori komunikasi, setidaknya dibutuhkan enam hal: 1. Theoretical scope (lingkup teoritis) adalah bersandar pada prinsip-prinsip general (umum). Atau gagasan bahwa penjelasan teori harus bersifat umum untuk memperluas sebuah observasi tunggal. Stanley Deets mengatakan bahwa ada beberapa teori yang gagal bila dihadapkan pada kondisi di luar teori tersebut dikembangkan. 2. Logical Consistency (Konsistensi Logis) ‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori harus masuk akal dan mempunyai konsistensi logis internal yang jelas dan tidak kontradiktif. Teori harus memberikan memberikan penjelasn yang baik sehingga memperlihatkan kepada kita bagaimana konsep-konsep yang ada di dalamnya bekerja bersama dan hasil apa yang mengikuti interaksi tersebut. Konsistensi logis berarti bahwa teori tersebut “saling terkait” dan tidak mengkontradiski dirinya sendiri, baik dengan mengemukakan dua proporsi yang saling bertentangan atau melalui kegagalan untuk beroperasi sesuai dengan parameter asumsinya. 3. Heuristic Value, merujuk pada jumlah penelitian dan pemikiran baru yang dimunculkan oleh suatu teori. Teori dinilai baik hingga pada batas di mana teori tersebut dapat menghasilkan pandangan dan penelitian baru. 4. Validity Validity secara umum diartikan sebagai kebenaran sebuah teori. Ada tiga kriteria menilai sebuah validitas teori: (1) nilai (value), dalam hal ini merujuk pada kegunaan atau pentingnya sebuah teori. (2) kesesuaian (correspondence), pertanyaan yang diajukan disini adalah, apakah konsep dan hubungan-hubungan khusus dapat diamati secara nyata? (3) kemampuan mengeneralisasi (generalizability) . 5. Parsimony, adalah kesederhaan logis. Bila dua teori sama-sama valid, maka yang paling sederhanalah yang paling baik. Inilah yang disebut sebagai parsimony. Parsimoni merujuk pada kesederhanaan penjelasan yang diberikan oleh sebuah teori. 6. Utility (Kegunaan) Kriteria ini merujuk pada kegunaan teori, atau nilai praktisnya. Teori yang baik memiliki kegunaan (utility) dalam hal teori tersebut dapat memberitahukan banyak hal kepada kita mengenai komunikasi dan prilaku manusia. Kriteria untuk mengevaluasi Teori Komunikasi Ruang Lingkup : Apa yang menjadi batasan-batasan dari penjelasan sebuah teori? Konsistensi Logis ‘13 9 : Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Apakah klaim-klaim yang dikemukakan teori sesuai Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dengan asumsinya? Apakah prinsip-prinsip teori saling bertentangan? Parsimoninya : Apakah teori dapat memberikan penjelasan mengenai fenomena yang sedang diamati dengan sesederhana mungkin? Kegunaan : Apakah teori itu berguna atau praktis? Keterujian : Dapatkah teori itu ditunjukkan kekeliruannya? Heurisme : Apakah teori telah digunakan dalam penelitian secara luas serta mendorong cara berpikir baru mengenai komunikasi? Pengujian Waktu : Berapa lama teori digunakan dalam melakukan penelitian komunikasi? 4. Tahap-tahap Perkembangan Ilmu Komunikasi Rangkuman berikut ini akan menceritakan tahap-tahap perkembangan ilmu komunikasi dari tahun ke tahun: A. Tahap Retorika dan Pidato (Rhetoric and Speech) Tahap awal perkembangan ilmu komunikasi ditandai dengan maraknya studi pidato dan retorika yang berkembang di Yunani kuno. Teori pertama yang muncul pada tahap ini disebut Retorika (rhetoric) yang dikembangkan oleh Corax lalu disempurnakan oleh muridnya bernama Tisias. Teori ini berhubungan dengan kecakapan berdebat di ruangruang pengadilan atau bisa disebut juga kecakapan melakukan persuasi. Corax dan Tisias mengembangkan konsep-konsep dalam menata pesan. Mereka menyarankan agar sebuah pesan hendaknya terdiri dari tiga hal: pengantar (introduction), batang tubuh (body) dan penutup/kesimpulan (conclution). Georgia Leontini yang pertama kali menyarankan penggunaan unsur gaya dan mimik emosi dalam berpidato. Sedangkan menurut Socrates ‘13 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahwa pidato itu adalah sebuah seni, dan orator sebaiknya mendapatkan pelatihan sehingga menjadi seorang orator yang handal Cicero (106-43 sebelum Masehi) dan Quintilian (35-95 Masehi) turut memberikan kontribusi bagi tumbuhkembangnya teori komunikasi. Seperti halnya Plato dan Aristoteles, Cicero juga mengembangkan teori retorika dan memandang komunikasi dalam dua aspek yakni akademika dan praktis. B. Tahap Perkembangan Pidato dan Jurnalistik (1900an-1930an) Pada awal abad ke 20 pidato menjadi studi yang menarik, yang ditandai dengan munculnya berbagai perhimpunan para orator yang diikuti dengan pertemuan-pertemuan ilmiah studi pidato, antara lain pertemuan tahunan Perhimpunan Nasional para Pengajar Pidato Umum (The National Association of Academic Teacher of Public Speaking). Sejalan dengan hal tersebut, muncul pula berbagai jurnal-jurnal pidato, misalnya, Quarterly Journal of Public Speaking yang diterbitkan pertamakali tahun 1915 yang selajutnya diikuti dengan terbitnya Quarterly Journal of Speech dan Communication Monographs yang diterbitkan tahun 1934. Ditemukannya radio para tahun 1920 dan televisi pada tahun 1940 berpengaruh pada makin meluasnya praktek-praktek jurnalistik. Kedua medium baru ini memiliki sumbangan yang besar bagi tumbuhkembangnya ilmu komunikasi. Studi komunikasi tidak lagi terbatas pada pidato dan jurnalistik. Banyak sekali ilmuwan di luar komunikasi yang mulai mengkaji ilmu baru ini, misalnya antropolog, psikolog dan sosiolog yang menitikkan perhatiannya pada komunikasi dan perannya dalam proses sosial. Sumbangan mereka makin memperkaya studi ilmu komunikasi. C. Tahap Pertumbuhan Lintas Disiplin (1940an dan 1950an) Masuknya sejumlah ilmuwan diluar ilmu komunikasi yang mengkaji komunikasi di awal tahun 1940an-1950an makin memperlebar bidang kajian ilmu komunikasi. Ilmu komunikasi menjadi kajian lintas disiplin. Antropologi misalnya, kajian yang khusus mengkaji pada posisi dan gerak-gerak tubuh tertentu dalam konteks budaya merupakan dasar umum berkembangnya studi komunikasi nonverbal. Demikian halnya dengan psikologi yang mengkaji tentang persuasi, propaganda dan bagaimana membentuk opini public. Sama halnya dengan ilmu sosiologi dan politik ‘13 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang mengkaji peran media massa dalam berbagai aktivitas sosial dan politik. Di sini mulai mengemuka, bagaimana peran media dalam membentuk prilaku pemilih (voting behavior). Tak hanya Ilmu Zoologi (zoology) bahkan sudah meneliti bagaimana binatang saling berkomunikasi. Studi Pidanto dan Retorika juga mengalami pertumbuhan yang meluas, studi ini memperlebar bidang kajiannya misalnya; suara, diksi, debat, teater, psikologi pidato dan patologi pidato. D. Tahap Penggabungan (1960an) Pertumbuhan lintas disiplin yang terjadi di tahun 40-50an melahirkan penggabungan (integration) yang melahirkan studi tersendiri dalam ilmu komunikasi. Misalnya ilmuwan politik yang mengkaji peranan komunikasi dalam pemerintahan, opini public, propaganda dsb menjadikan dasar berkembangnya studi komunikasi politik (political communication). Demikian juga dengan ilmu administrasi yang mengkaji organisasi, manajemen, dan kepemimpinan melahirkan studi komunikasi organisasi (organizational communication). Antropologi dan linguistik melahirkan studi komunikasi lintas budaya (intercultural communication). E. Tahap Perluasan dan Spesialisasi (1970-awal 1980an) Tahun 70an dan awal tahun 80an menjadi awal perluasan dan spesialisasi dalam bidang ilmu komunikasi. Studi baru dalam ilmu komunikasi yang lahir dari penggabungan lintas disiplin, seperti komunikasi organisasi, komunikasi politik, komunikasi lintas budaya menjadi makin menarik bagi para ilmuwan dan praktisi untuk mempelajarinya. Hal tersebut mendorong munculnya berbagai macam publikasi dan jurnal-jurnal ilmu komunikasi. Bila di awal tahun 1930-an, jurnal komunikasi yang bisa ditemui tak lebih dari 4 buah, maka di akhir dekade tahun 1970-an, menurut Ulrich’s International Periodical Dictionary mencatat setidaknya terdapat 137 jurnal dan publikasi ilmu komunikasi. Perluasan dan peragaman studi komunikasi juga terefleksi di universitas dan sekolah-sekolah tinggi komunikasi. Bila pada awalnya hanya disebut sebagai jurusan Pidato (speech), di era tahun 70-an berubah menjadi jurusan komunikasi (communication). Kata komunikasi makin popular saja. Makin populernya ilmu komunikasi memuat kebingungan mengartikan dan membedakan makna komunikasi. Kata komunikasi menjadi multi tafsir. Komunikasi bisa bermakna “disiplin ilmu,” “kegiatan,” atau “profesi”. Untuk memudahkan pengertian tersebut maka sejumlah ‘13 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ilmuwan mengusulkan misalnya kata ilmu komunikasi (communication science atau communication studies) merujuk pada ilmu komunikasi sebagai disiplin ilmu. Sedangkan profesi komunikasi (communication professional) merujuk pada komunikasi sebagai bidang pekerjaan. Sejalan dengan makin tingginya penemuan teknologi komunikasi, terjadi juga kekaburan penggunaan kata “communication” dan “communications.” Communication artinya aktivitas pengiriman dan penerimaan pesan, baik melalui media maupun tatapmuka. Sedangkan “communications” merujuk pada pengertian media atau pesan yang ditrasmisikan melalui media. F. Tahap Era Informasi (akhir tahun 1980an-1990-an) Era informasi ditandai dengan dua hal pokok yakni: (1) informasi sebagai komoditi, (2) terjadinya konvergensi media. Informasi sebagai komoditi bermakna informasi dijadikan sebagai barang ekonomi yang dapat diperdagangkan. Komunikasi dan informasi kini menjadi pusat dari bisnis telekomuniasi, penerbitan, internet dan industri computer. Sedangkan konvergensi media merujuk pada meluasnya kegunaan suatu medium komunikasi. Misalnya bila pada awalnya TV hanya digunakan untuk menyaksikan programprogram yang disiarkan oleh stasiun TV, kini TV melebar fungsinya menjadi alat untuk menkmati internet, DVD, foto-foto pribadi, video games dsb. Telepon yang awalnya kabel telepon hanya diperuntukkan percakapan, kini bisa digunakan untuk fax, internet, modem,dsb. Daftar Pustaka Stephen W. Littlejhon & Karen A.Fross, Teori Komunikasi. Salemba Komunika: Jakarta, 2010 West, Richard & Lynn Turner, Pengantar Teori Komunikasi Salemba Komunika: Jakarta, 2009. Black, James & Dean Champion, 1992 Metode dan Masalah Penelitian Sosial . (terjemahan), Bandung : Eresco Denzin, Norman & Yvonna. Lincoln, 2005, The Sage Handbook of Qualitative Research. London : Sage Publication ‘13 13 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Moleong, Lexy J. 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Ritzer, George & Douglas J.Goodman, 2003, Teori Sosiologi Modern (terjemahan) Jakarta: Kencana Prenada: Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan, dan Pornografi. Kanisius: Yogyakarta, 2007. Suseno, Frans Magnis. Etika Dasar Kanisius: Yogyakarta, 1989. West, Richard & Lynn H, Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Salemba Humanika, Jakarta, 2008. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bakti, Bandung 2003 Ardianto, Elvinaro & Bambang Q-Anees. Filsafat Imu Komunikasi. Simbiosa Rekatama Media, Bandung, ‘13 14 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Pengampu Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id