URL 02: Sistem Struktur Bangunan Tinggi Pada dasarnya setiap sistem struktur pada suatu bangunan merupakan penggabungan berbagai elemen struktur secara tiga dimensi yang cukup rumit. Fungsi utama dari sistem struktur terutama untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui fondasi. Beban yang bekerja pada bangunan terdiri dari beban vertikal, horizontal, perbedaan temperatur, getaran, dan sebagainya. Sistem struktur dalam proses perancangannya selalu dihadapi oleh beberapa kendala, diantaranya: persyaratan arsitektural, sistem mekanikal dan elektrikal, metode konstruksi dan aspek ekonomi. Dalam berbagai sistem struktur baik menggunakan bahan beton bertulang, baja maupun komposit, selalu ada komponen (sub sistem) yang dapat dikelompokkan dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk menahan gaya lateral. Portal Penahan Momen + Dinding Geser Kantilever Dinding Geser Kopel Sistem Struktur Penahan Gaya Gravitasi Rangka Pengaku Konsentris Rangka Pengaku Eksentris Sistem Struktur Penahan Gaya Lateral Sistem Penahan Gaya Gravitasi Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan. Struktur lantai yang merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan, sehingga pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, diantaranya: a. Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai makin berkurang dimensi kolom dan fondasi serta makin dimungkinkan menggunakan bentang yang lebih besar. b. Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi. c. Dapat menyediakan tempat/ruang bagi saluran utilitas yang diperlukan. d. Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api. e. Memungkinkan bagi kesinambungan pekerjaan konstruksi, jika pelaksanaan pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang. f. Dapat mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat lantai (perancah – ‘steiger’). Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan balok induk (‘girders’) atau anak balok (‘beams’) atau rusuk (‘ribs’ atau ‘joists’), yang ketebalannya tergantung pada bentang, beban dan kondisi tumpuannya Pelat Satu Arah ('One Way Slab') Pelat Rusuk Satu Arah ('One Way Rib Slab') Pelat Dua Arah ('Two Way Slab on Beam') Pelat Tanpa Balok Tanpa Kepala Kolom ('Flat Plate') Pelat Tanpa Balok Dengan Kepala Kolom ('Flat Slab') Pelat Rusuk Dua Arah ('Waffle Slab') Pelat satu arah (‘one way slab’) ditumpu oleh balok anak yang ditempatkan sejajar satu dengan lainnya, dan perhitungan pelat dapat dianggap sebagai balok tipis yang ditumpu oleh banyak tumpuan. Pelat rusuk satu arah (‘one way rib/joist slab’) ditumpu oleh rusuk, anak balok yang jarak satu dengan lainnya sangat berdekatan, sehingga secara visual hampir sama dengan pelat satu arah. Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan perbandingan lx ly 2, disebut pelat dua arah, sehingga perhitungan pelat perlu dilakukan dengan menggunakan pendekatan dua arah; biasanya dengan menggunakan tabel tertentu. Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok, tetapi langsung oleh kolom. Jenis pertama, pelat lantai ditumpu langsung oleh kolom tanpa penebalan di sekeliling kolom (‘drop panel’) dan/atau kepala kolom (‘column capital’), sehingga beban vertikal langsung dipikul oleh kolom dari segala arah (‘flat plate’). Sedang jenis kedua, pada puncak kolom terdapat penebalan pelat lantai dan/atau kepala kolom (‘flat slab’), sehingga dapat memikul gaya geser atau momen lentur yang lebih besar. Pelat wafel (‘waffle slab’) adalah pelat dua arah yang ditumpu oleh rusuk dua arah. Pelat ini memberikan kekakuan yang cukup besar, sehingga dapat memikul beban vertikal atau dapat digunakan untuk bentang lantai yang besar. Sistem Penahan Gaya Lateral Hal yang penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas dan kemampuannya untuk menahan gaya lateral, baik yang disebabkan oleh angin atau gempa bumi. Beban angin lebih terkait pada dimensi ketinggian bangunan, sedang beban gempa lebih terkait pada massa bangunan. Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem pangaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat gaya horizontal tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan (‘P- Effect’). Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah portal penahan momen, dinding geser atau rangka pengaku. Portal penahan momen terdiri dari komponen (sub-sistem) horizontal berupa balok dan komponen (sub-sistem) vertikal berupa kolom yang dihubungkan secara kaku (‘rigid joints’). Kekauan portal tergantung pada dimensi balok dan kolom, serta proporsional terhadap jarak lantai ke lantai dan jarak kolom ke kolom. Dinding geser (‘shear wall’) didefinisikan sebagai komponen struktur vertikal yang relatif sangat kaku. Dinding geser pada umumnya hanya boleh mempunyai bukaan sedikit (sekitar 5%) agar tidak mengurangi kekakuannya. Fungsi dinding geser berubah menjadi dinding penahan beban (‘bearing wall’), jika dinding geser menerima beban tegak lurus dinding geser. Rangka pengaku (‘braced frame’) terdiri dari balok dan kolom yang ditambahkan pengaku diagonal. Adanya pengaku diagonal ini akan berpengaruh pada fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai di mana pengaku tersebut ditempatkan. Rangka pengaku banyak digunakan pada bangunan tinggi yang menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang sering digunakan, diantaranya adalah pengaku diagonal tunggal/ganda, pengaku ‘K’ (horizontal/vertikal), atau rangka pengaku eksentris. Pada bangunan tinggi sering digunakan gabungan antara portal penahan momen dengan dinding geser, terutama pada bangunan tinggi yang dibangun di daerah yang terkena pengaruh gempa bumi. Penggabungan antara portal dan dinding geser, terutama bagi bangunan tinggi dengan struktur beton. Hal ini dapat memberikan hasil yang baik untuk memperoleh kekenyalan/daktilitas (‘ductility’) dan kekakuan sistem struktur. Ditahan Oleh Portal Ditahan Oleh Dinding Geser Gaya Lateral Portal Penahan Momen (Individual) Dinding Geser (Individual) Gabungan Portal dan Dinding Geser Vdinding geser Vtotal Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pada pusat bangunan. Dinding geser yang ditempatkan pada bagian dalam bangunan biasa disebut dengan inti struktural (‘structural cored’). Pembebanan pada Bangunan Beban Mati (BM) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta peralatan tetap (‘fixed equipment’) yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu (perlengkapan/peralatan bangunan). Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Berat Sendiri Bahan Bangunan & Komponen Gedung -------------------------------------------------------------------------------------BAHAN BANGUNAN Baja 7850 kg/m3 Batu Alam 2600 kg/m3 Batu Belah/Bulat/Gunung 1500 kg/m3 Batu Karang 700 kg/m3 Batu Pecah (Split) 1450 kg/m3 Besi Tuang 7250 kg/m3 Beton (untuk struktur) 2200 kg/m3 Beton Bertulang 2400 kg/m3 Kayu (Kelas I) 1000 kg/m3 Kerikil, Koral (kering udara sampai lembab) 1650 kg/m3 Pasangan Batu Merah 1750 kg/m3 Pasangan Batu Belah/Bulat/Gunung 2200 kg/m3 Pasangan Batu Cetak 2200 kg/m3 Pasangan Batu Karang 1450 kg/m3 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 kg/m3 Pasir (jenuh air) 1800 kg/m3 Pasir Kerikil, Koral (kering udara – lembab) 1850 kg/m3 Tanah, Lempung & Lanau (kering – lembab) 1700 kg/m3 Tanah, Lempung & Lanau (basah) 2000 kg/m3 Tanah Hitam (Timbel) 11400 kg/m3 KOMPONEN GEDUNG Adukan, per cm tebal: - dari Semen 21 kg/m2 - dari Kapur, Semen Merah atau Tras 17 kg/m2 Aspal, per cm tebal 14 kg/m2 Dinding Pasangan Bata Merah: - Satu Batu 450 kg/m2 - Setengah Batu 250 kg/m2 Dinding Batako Berlubang: - Tebal Dinding 20 cm 200 kg/m2 - Tebal Dinding 10 cm 120 kg/m2 Dinding Batako Tanpa Lubang: - Tebal Dinding 15 cm 300 kg/m2 - Tebal Dinding 10 cm 200 kg/m2 Langit-Langit: - Serat Semen, tebal maksimum 4 mm 11 kg/m2 - Kaca, dengan tebal 3 – 4 mm 10 kg/m2 Lantai Kayu dengan Balok (rumah tinggal) 40 kg/m2 Penggantung Plafon (bentang maks. 5 m) 7 kg/m2 Penutup Atap: - Genteng/Kaso/Reng per m2 luas atap 50 kg/m2 2 - Sirap/Kaso/Reng per m luas atap 24 kg/m2 - Serat Semen Gelombang (tebal maks. 5 mm) 11 kg/m2 - Alumnium Gelombang 5 kg/m2 Penutup Lantai (Terasso, Keramik & Beton) 24 kg/m2 --------------------------------------------------------------------------------------Pendekatan lain dalam menghitung Beban Mati dapat dilakukan dengan memperhatikan struktur bangunan yang digunakan, sebagaimana tertera dalam Tabel di bawah ini: Beban Mati menurut Jenis Struktur Bangunan -----------------------------------------------------------------------------------Jenis Struktur Beban Mati (kg/m2) -----------------------------------------------------------------------------------Beton Bertulang: - Portal 0,30 x 2400 = 720 - Portal & Inti/Dinding Geser 0,35 x 2400 = 840 - Tabung dalam Tabung 0,40 x 2400 = 960 - Kotak/Panil 0,20 x 2400 = 480 Baja: - Ketinggian < 30 lantai 100 - Ketinggian > 30 lantai 150 - Balok anak 20 - Balok induk 35 - ‘Deck plate’ 15 - Kolom 30 Komposit - Ketinggian < 30 lantai 100 + 480 = 580 - Ketinggian > 30 lantai 150 + 480 = 630 Partisi 100 Elemen Arsitektural (‘finishing’) 100 -----------------------------------------------------------------------------------Selanjutnya, perkiraan berat tulangan baja pada konstruksi beton bertulang dan volume beton untuk fondasi dapat dilihat pada : Perkiraan Volume Tulangan Baja dan Beton -----------------------------------------------------------------------------------------Uraian Perkiraan Volume ------------------------------------------------------------------------------------------Pelat Lantai 1% luas penampang beton = 200 kg/m3 beton Balok 3% luas penampang beton = 300 kg/m3 beton Kolom 4% luas penampang beton = 400 kg/m3 beton Fondasi: Basemen 0,5 m3 beton per m2 lantai basemen Rakit 1,2 m3 beton per m2 lantai fondasi ------------------------------------------------------------------------------------------Beban Hidup (BH) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu bangunan, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah (‘moveable equipment’), mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan dan dapat diganti selama masa hidup dari bangunan itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap bangunan tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energi kinetik) butiran air. Beban hidup tidak termasuk Beban Angin dan Beban Gempa. Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, beban hidup pada lantai bangunan dapat dilihat pada Tabel berikut: Beban Hidup pada Lantai Gedung ------------------------------------------------------------------------------------------------------Lantai dan tangga rumah tinggal 200 kg/m2 Lantai dan rumah tinggal sederhana 125 kg/m2 Lantai sekolah, kantor, toko, restoran, hotel, asrama & rumah sakit 250 kg/m2 Lantai ruang olah raga 400 kg/m2 Lantai ruang dansa 500 kg/m2 Lantai dan balkon ruang pertemuan, bioskop, ibadah 400 kg/m2 Panggung penonton dengan penonton berdiri 500 kg/m2 Tangga, bordes tangga dan gang bangunan umum 300 kg/m2 Tangga, bordes tangga dan gang gedung pertemuan 500 kg/m2 Lantai ruang perelengkapan gedung pertemuan 250 kg/m2 Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan, ruang mesin 400 kg/m2 Lantai gedung parkir bertingkat: - untuk lantai bawah 800 kg/m2 - untuk lantai tingkat lainnya 400 kg/m2 Balkon yang menjorok bebas ke luar 300 kg/m2 ------------------------------------------------------------------------------------------------------Beban Angin (BA) Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m 2, dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m2. Jika ada kemungkinan kecepatan angin mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar, maka tekanan tiup harus dihitung menurut rumus: v2 (kg/m2) p 16 di mana : v adalah kecepatan angin dalam m/det. Beban Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur bangunan ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. Setiap struktur bangunan, menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1726 – 2002), harus direncanakan dan dilaksanakan untuk menahan suatu beban geser dasar akibat gempa (V) dalam arah-arah yang ditentukan menurut rumus: V di mana C.I .Wt R :C I R Wt adalah faktor dari respon spektra (Gambar 3.4.) adalah Faktor Keutamaan fungsi bangunan adalah Faktor Reduksi Gempa adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup Wt 1,05BM 0,3BH a. Koefisien Gempa Dasar Koefisien dasar gempa harus ditentukan dari Gambar Respon Spektra dan Gambar wilayah gempa. Dengan memakai waktu getar alami (T) struktur seperti ditentukan: T 0,085 H T 0,06 H 0,09 H T B 3 3 4 4 untuk Portal Baja untuk Portal Beton untuk struktur lainnya di mana : H adalah tinggi bangunan B adalah panjang bangunan pada arah yang ditinjau Gambar Wilayah Gempa di Indonesia Gambar Respons Spektra b. Faktor Keutamaan Waktu ulang dari kerusakan struktur gedung akibat gempa akan diperpanjang dengan pemakaian suatu Faktor Keutamaan yang nilainya lebih besar dari 1,0. Suatu faktor yang lebih besar harus dipakai pada bangunan pusat pelayanan utama yang penting bagi usaha penyelamatan setelah gempa terjadi (rumah sakit), gedung-gedung monumental dan bangunan-bangunan yang dapat mendatangkan bahaya luar biasa kepada khalayak umum (reaktor nuklir). Faktor Keutamaan untuk berbagai jenis bangunan dapat dilihat pada Tabel ini: Faktor Keutamaan – I ------------------------------------------------------------------------------------------Jenis Gedung I1 I2 I ------------------------------------------------------------------------------------------Gedung Umum (hunian, niaga dan kantor) 1,0 1,0 1,0 Monumen dan bangunan monumental Gedung Penting (Rumah Sakit, Instalsi Air Bersih, Pembangkit Tenaga Listrik, Pusat Penyelamatan Keadaan Darurat, Fasilitas Radio dan Televisi) Gedung tempat penyimpanan bahan Berbahaya (gas, bahan bakar minyak, asam, dan bahan beracun) 1,0 1,6 1,6 1,4 1,0 1,4 1,6 1,0 1,6 Cerobong, Tangki, dan Menara 1,5 1,0 1,5 -----------------------------------------------------------------------------------------Catatan: I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur gedung. I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa dengan penyesuaian umur gedung tersebut. I adalah nilai yang dapat dikalikan 80% untuk bangunan gedung yang ijin penggunaannya diterbitkan sebelum berlakunya standar ini. c. Faktor Duktilitas Struktur – R Faktor daktilitas maksimum (m), faktor reduksi gempa maksimum (Rm), dan faktor tahanan lebih struktur (f) dan tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung dapat dilihat pada berikut: Faktor Daktilitas, Reduksi Gempa dan Tahanan Lebih Struktur -----------------------------------------------------------------------------------------------------Sistem dan subsistem Uraian Sistem Pemikul m Rm f Struktur Gedung Beban Gempa ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Dinding Penumpu Rangka Rangka Pemikul Momen Dinding geser beton bertulang 2,7 4,5 2,8 Dinding dengan rangka baja ringan dan ‘bracing’ tarik 1,8 2,8 2,2 ‘Bracing’ memikul beban gravitasi - baja - beton bertulang (tidak untuk wilayah gempa 5 dan 6) 2,8 4,4 2,2 1,8 2,8 2,2 Rangka ‘bracing’ eksentris baja (RBE) 4,3 7,0 2,8 Dinding geser beton bertulang 3,3 5,5 2,8 Rangka ‘bracing’ biasa: - baja - beton bertulang (tidak untuk wilayah gempa 5 dan 6) 3,6 5,6 2,2 3,6 5,6 2,2 Rangka ‘bracing’ konsentris khusus - baja 4,1 6,4 2,2 Dinding geser beton bertulang: - berangkai daktail - kantilever daktail penuh - kantilever daktail parsial 4,0 3,6 3,3 6,5 6,0 5,5 2,8 2,8 2,8 Rangka pemikul momen khusus (SRPMK) - baja 5,2 - beton bertulang 5,2 8,5 8,5 2,8 2,8 -----------------------------------------------------------------------------------------------------Uraian Sistem Pemikul m Rm f Sistem dan subsistem Struktur Gedung Beban Gempa ------------------------------------------------------------------------------------------------------Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) Sistem Ganda 3,3 5,5 2,8 Rangka pemikul momen biasa (SRPMB) - baja 2,7 - beton bertulang 2,1 4,5 3,5 2,8 2,8 Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 4,0 6,5 2,8 5,2 8,5 2,8 2,6 4,2 2,8 4,0 6,5 2,8 5,2 8,5 2,8 Dinding geser - Beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang - beton bertulang dengan SRPMB baja - beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang RBE baja - dengan SRPMK baja - dengan SRPMB baja 2,6 4,2 2,8 4,0 2,6 6,5 4,2 2,8 2,8 4,0 6,5 2,8 2,6 4,2 2,8 Rangka ‘bracing’ konsentris khusus - baja dengan SRPMK baja - baja dengan SRPMB baja 4,6 2,6 7,5 4,2 2,8 2,8 Struktur Kolom Kantilever Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2,0 Interaksi Dinding Geser dengan Rangka Beton bertulang biasa (tidak untuk (wilayah gempa 3, 4, 5, dan 6) 3,4 5,5 2,8 Subsistem Tunggal Rangka terbuka baja 5,2 8,5 2,8 Rangka terbuka beton bertulang 5,2 8,5 2,8 Rangka beton bertulang dengan balok pratekan (disesuaikan dengan indeks baja total) 3,3 5,5 2,8 Dinding geser beton bertulang berangkai daktail penuh 4,0 6,5 2,8 Dinding geser beton bertulang kantilever daktail parsial 3,3 5,5 2,8 Rangka ‘bracing’ biasa - baja dengan SRPMK baja - baja dengan SRPMB baja - beton bertulang dengan SRPMK beton bertulang (tidak untuk wilayah gempa 5 dan 6) - beton bertulang dengan SRPMM beton bertulang (tidak untuk wilayah gempa 5 dan 6) ------------------------------------------------------------------------------------------------------Beban geser dasar akibat gempa (V), selanjutnya harus dibagikan sepanjang tinggi bangunan menjadi beban-beban horizontal terpusat (gaya gempa tingkat, Fi), yang mempunyai titk tangkap pada masing-masing taraf lantai tingkat, menurus rumus: Fi Wi .hi .V Wi .hi di mana : hi adalah ketinggian lantai sampai taraf i diukur dari dasar bangunan. W i adalah massa lantai pada taraf i Dan Momen Guling tingkat, Mi adalah: Mi H hi .M E H di mana : H adalah tinggi bangunan ME adalah momen guling bangunan