BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan landasan utama dalam bisnis dan masyarakat. Kemampuan untuk mengenali kebutuhan dan keinginan konsumen dan mengkombinasikannya dengan kondisi pasar merupakan kegiatan utama bagi suatu perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan agar tetap eksis. Pengertian pemasaran menurut Stanton (dalam Basu Swasta dan Irawan 2003:5): ” Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan–kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menetukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.” Sedangkan pengertian pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2000:7): ”Pemasaran adalah proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.” Pengertian pemasaran dari kedua pendapat di atas menerangkan bahwa kegiatan pemasaran mencakup ruang lingkup kegiatan yang sangat luas yang dimulai dari menentukan kebutuhan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Dengan kata lain kegiatan pemasaran bermula dan berakhir pada konsumen. Bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen (pasar), maka kegiatan pemasaran akan bermula dan berakhir pada konsumen. Artinya dimulai dari menetukan apa yang diinginkan konsumen dan diakhiri dengan kepuasan konsumen. Pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat mutlak bagi kelangsungan hidup perusahaan seperti yang tercermin dalam konsep pemasaran. Konsep pemasaran yang dikemukakan oleh Dharmmesta dan Irawan (2000:10): ”Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kepuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.” Dari konsep pemasaran diatas jelaslah bahwa perusahaan harus mampu 7 8 memberikan kepuasan kepada konsumennya dengan mengetahui apa yang menjadi kebutuhannya agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang. 2.1.1 Fungsi Pemasaran Menurut Philip Kotler (2002:559) mengatakan bahwa fungsi pemasaran: 1. Mengumpulkan informasi mengenai pelanggan, pesaing, serta pelaku dan kekuatan lain yang ada saat ini maupun yang potensial dalam lingkungan pemasaran. 2. Mengembangkan dan menyebarkan komunikasi persuasif untuk merangsang pembelian. 3. Mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan syarat lain, sehingga transfer kepemilikan dapat dilakukan. 4. Menanggung resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi saluran pemasaran. 5. Mengatur kesinambungan penyimpanan dan pergerakan produk sampai ke pelanggan akhir. Dalam penelitian ini, sisi pemasaran akan difokuskan pada peningkatan pergerakan produk sampai ke pelanggan akhir dengan meningkatkan loyalitas konsumen berdasarkan atas konsep kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen, dan switching barrier. 2.2 Kepuasan Konsumen Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai.’ Menurut Kotler (2000:52) kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya.Oliver dalam Tjiptono (2005) merumuskan kepuasan konsumen dirumuskan sebagai evaluasi purna beli, dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk dan jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. 9 2.2.1 Konsep Kepuasan Konsumen Dalam konsep kepuasan konsumen terdapat dua elemen yang mempengaruhi, yaitu harapan dan kinerja. Kinerja adalah persepsi konsumen terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi produk. Harapan adalah perkiraan konsumen tentang apa yang akan diterima apabila ia mengkonsumsi produk (barang atau jasa). Kepuasan konsumen dapat digambarkan seperti yang ditunjukan pada gambar sebagai berikut: Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Konsumen Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan Produk Harapan Pelanggan Nilai Produk bagi Pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Sumber: Tjiptono (2008) Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari kualitas pelayanan dikurangi harapan konsumen (Zeithaml dan Bitner, 2008) dengan kata lain pengukuran kepuasan konsumen dirumuskan sebagai berikut: 1. Service quality < Expectation Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan perusahaan buruk. Selain tidak memuaskan juga tidak sesuai dengan harapan konsumen. Jika service quality yang diberikan perusahaan lebih kecil dari expectationkonsumen, maka akan mengakibatkan ketidakpuasan terhadap konsumen. 2. Service quality = Expectation Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan tidak ada keistimewaan. Jika nilai kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan sama dengan harapan konsumen, maka muncul kepuasan yang biasa diinginkan konsumen. 3. Service quality > Expectation Bila ini terjadi dapat dikatakan bahwa konsumen merasakan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tidak hanya sesuai dengan kebutuhan, namun 10 sekaligus memuaskan dan menyenangkan. Jika kualitas pelayanan lebih besar dari harapan yang diinginkan konsumen, maka akan membuat kepuasan konsumen sangat luar biasa. Pelayanan ketiga ini disebut pelayanan prima (excellent service) yang selalu diharapkan oleh konsumen. 2.2.2 Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen Terdapat empat metode yang banyak digunakan dalam mengukur kepuasan konsumen. Kotler dalam Tjiptono (2005:336) yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para konsumen untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran, komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa dan lain-lain. 2. Ghost Shopping Salah satu metode untuk mengetahui gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah dengan memperkerjakan beberapa ghost shoppers untuk berperan sebagai konsumen potensial jasa perusahaan dan pesaing. 3. Last Customer Analysis Perusahaan semestinya menghubungi para konsumen yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok agar dapat memahami mengapa hal ini terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. 2.2.3 Dimensi Kepuasan Konsumen Tingkat kepuasan konsumen dapat ditentukan berdasar pada limafaktor utama yang harus diperhatikan oleh sebuah perusahaan (Irawan, 2009), yaitu: 1. Kualitas produk Konsumen akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2. Kualitas pelayanan Konsumen akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan yang diharapkan terutama untuk industri jasa. 11 3. Emosional Konsumen akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap konsumen tersebut apabila menggunakan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan. 4. Harga Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai lebih tinggi kepada konsumennya. 5. Biaya Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa, cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 2.3 Kepercayaan Konsumen Kepercayaan merupakan tulang punggung dari sebuah bisnis. Membangun kepercayaan untuk hubungan jangka panjang dengan konsumen adalah suatu faktor yang penting untuk menciptakan loyalitas konsumen. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh konsumen, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Kepercayaan konsumen menurut Mowen, et. al (2002:312) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut,dan manfaatnya. Zeithaml (2006:119), menyebutkan bahwa kepercayaan kepada penyedia jasa adalah rasa aman dan terpenuhinya harapan konsumen, sementara Young (2006:1) mendefinisikan konsep kepercayaan sebagai gabungan antara emosi dan penilaian yang dapat berkembang dan berubah dari waktu ke waktu, dan masih banyak studi lain yang membahas tentang teori kepercayaan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan konsumen adalah sebuah perasaan yang timbul dari konsumen untuk bergantung pada produk atau jasa yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. 12 2.3.1 Komponen Kepercayaan Konsumen Young and Daniel (2006:3) dalam jurnalnya yang berjudul Trust: Looking Forward and Back merangkum komponen dan hubungan yang akan membentuk trust dalam hubungan bisnis. Terdapat dua elemen didalamnya, yaitu emotional elements (emotion mix) dan calculations elements (assessment mix). Dalam hal ini, komponen emosi dibedakan atas tiga fungsi, antara lain: 1. Membangun sebuah hubungan ( to allow the building) Emosi yang dapat membangun sebuah hubungan yang baik antara konsumen dengan penyedia jasa, adalah suatu perasaan konsumen yang tertarik, mengagumi, dan menyukai hasil atau kinerja penyedia jasa. 2. Menjaga sebuah hubungan (sustaining) Jenis emosi yang dapat membantu menjaga hubungan positif antara konsumen dan penyedia jasa adalah seperti rasa aman, menghargai, dan percaya atas kinerja penyedia jasa. 3. Menikmati sebuah hubungan (enjoying) Sikap konsumen yang memberikan apresiasi atau penilaian yang tinggi terhadap kinerja penyedia jasa serta kepuasan yang didapatkan, merupakan kunci dalam menikmati hubungan yang saling menguntungkan. Ketiga jenis fungsi dari emosi tersebut dapat digabungkan kedalam satu komponen, yaitu emotional elements yang sebenarnya dapat dibagi atas enam perasaan emosi yang utama, diantaranya: 1. Menyukai Sikap konsumen yang dinilai berdasarkan kesan konsumen terhadap penyedia jasa, serta kesukaan konsumen atas produk maupun jasa yang ditawarkan. 2. Mengagumi Merupakan ketertarikan konsumen atas produk dan jasa yang ditawarkan. 3. Menghargai Terdiri atas kepercayaan konsumen pada kemampuan penyedia jasa dalam mewujudkan harapan yang mereka inginkan. 4. Yakin Keyakinan konsumen untuk mempercayai jasa yang diberikan oleh penyedia jasa dapat memenuhi kebutuhan mereka serta kepuasan konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia jasa. 13 5. Menerima Persepsi konsumen atas produk dan jasa yang diberikan pihak penyedia jasa. 6. Keamanan Perasaan aman dan yakin atas kinerja penyedia jasa serta mempercayai dapat memenuhi kebutuhan kosumen. 2.3.2 Dimensi Kepercayaan Konsumen Menurut Luarn dan Lin (2003:156) kepercayaan konsumen adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas atau kejujuran dari sebuah perusahaan dan kemampuan menepati janji dengan indikatornya, yaitu: 1. Kebaikan (benevolence) Adalah perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka. 2. Kompetensi (competency) Adalah kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai. 3. Memungkinkan (predictability) Adalah konsistensi perilaku pihak yang dipercaya (konsumen). 2.4 Switching Barrier Menurut Supriyanto dan Ernawaty (2009), switching barrier adalah upaya dari sebuah perusahaan membentuk rintangan pengalihan ke tempat layanan lain, sehingga konsumen enggan rugi karena perlu pengeluaran biaya lebih besar apabila pindah. Hambatan berpindah adalah faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan biaya dan waktu apabila konsumen beralih ke perusahaan lain (Dick dan Basu, 1994 dalam Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, 2006:198). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa switching barrier adalah suatu tindakan dari perusahaan yang di upayakan dalam melakukan penyesalan, apabila konsumen beralih kepada merek lain. 2.4.1 Dimensi Switching Barrier Ada beberapa dimensi switching barrier menurut Bansal & Taylor, Gremler dan Beown (dalam Ranaweera & Prabhu, 2003); Keaveney (1995) yaitu: 14 1. Hambatan waktu Adalah kuantitas waktu yang dibutuhkan konsumen untuk berpindah ke perusahaan lain. 2. Hambatan biaya Adalah jumlah biaya yang dibutuhkan konsumen untuk berpindah ke perusahaan lain. 3. Hambatan usaha Adalah jumlah tenaga yang harus dikeluarkan atau disisihkan oleh konsumen untuk berpindah ke perusahaan lain. 2.5 Loyalitas Konsumen Loyalitas adalah respon perilaku pembelian yang dapat terungkap secara terus menerus oleh pengambil keputusan dengan memperhatikansatu ataulebih merek alternatif dari sejumlah merek sejenis dan merupakan fungsi proses psikologis. Perlu ditekankan bahwa hal tersebut berbedadengan perilaku membeli ulang, loyalitas konsumen menyertakan aspek perasaan, tidak melibatkan aspek afektif didalamnya (Dharmesta, dalam Diah Dharmayanti, 2006:37-38). Olson (dalam Trisno Mushanto, 2004 128) berpendapat bahwa loyalitas konsumen merupakan dorongan perilaku untuk melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan konsumen terhadap suatu produk maupun jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut yang membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang terjadi secara berulang-ulang. Menurut Ali Hasan (2008:83) loyalitas konsumen didefinisikan sebagai orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang- ulang.Konsumen merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. Menurut Gremler dan Brown (dalam Ali Hasan, 2008:83) bahwa loyalitas konsumen adalah konsumen yang tidak hanya membeli ulang suatu barang dan jasa, tetapi juga mempunyai komitmen dan sikap yang positif terhadap perusahaan jasa, misalnya dengan merekomendasikan orang lain untuk membeli. 15 2.5.1 Manfaat Loyalitas Konsumen Griffin (2002:13) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain: 1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen baru lebih mahal). 2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan dan lain-lain). 3. Mengurangi biaya turn over konsumen (karena pergantian konsumen lebih sedikit). 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. 6. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll). Untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap, karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan. 2.5.2 Jenis Loyalitas Konsumen Menurut Jill Griffin (2005:20-24) empat jenis loyalitas yang berbeda muncul bila keterkaitan rendah dan tinggi diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi. 1. Tanpa loyalitas Untuk berbagai alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk atau jasa tertentu.Tantangannya adalah menghindari membidik sebanyak mungkin orang-orang seperti itu dan lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan. 2. Loyalitas yang lemah Keterkaitan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah (inertia loyalty).Pelanggan ini membeli 16 karena kebiasaan.Loyalitas jenis ini paling umum terjadi pada produk atau jasa yang sering dibeli. 3. Loyalitas tersembunyi Tingkat preferensi yang relatif tinggi digabung dengan tingkat pembelian berulang yang rendah menunjukkan loyalitas tersembunyi (latent loyalty). Bila pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi, pengaruh situasi dan bukan pengaruh sikap yang menentukan pembelian berulang. 4. Loyalitas premium Jenis loyalitas yang paling dapat ditingkatkan, terjadi bila ada tingkat keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang juga tinggi.Ini merupakan jenis loyalitas yang paling disukai untuk semua pelanggan disetiap perusahaan. 2.5.3 Dimensi Loyalitas Konsumen Menurut Griffin (2002:31), loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli, konsumen yang loyal adalah orang yang: 1. Melakukan pembelian berulang secara teratur Konsumen melakukan pembelian ulang karena puas terhadap produk. Hal ini terjadi secara berkala dan konsisten. 2. Membeli antar lini produk atau jasa Konsumen membeli produk yang lain dengan merek atau di perusahaan yang sama. 3. Mereferensikan kepada orang lain Mengajak orang lain membeli produk serta memberitahukan keunggulan produk. 4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Konsumen tidak mudah beralih kepada produk pesaing, karena puas terhadap kualitas produk yang sesuai kebutuhanya. 17 2.6 Model Penelitian Model penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: Gambar 2.2 Model Penelitian Kepuasan Konsumen (X1) -Kualitas produk -Kualitas pelayanan -Emosional -Harga -Biaya H1 Loyalitas Konsumen (Y) Kepercayaan Konsumen (X2) -Kebaikan -Kompetensi -Memungkinkan Switching Barrier (X3) H2 -Melakukan pembelian berulang secara teratur -Membeli antar lini produk atau jasa -Mereferensikan kepada orang lain -Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. H3 -Hambatan Waktu -Hambatan Usaha -Hambatan Biaya Sumber: Dr. Bahram Kheiry, Maryam Alirezapour (2012) 2.7 Rancangan Uji Hipotesis Pendugaan awal dimana diduga loyalitas konsumen dipengaruhi oleh kepuasan konsumen telah diuji sebelumnya oleh Dr. Bahram Kheiry, Maryam Alirezapour (2012) dimana ditemukan bahwa memang kepuasan konsumen dapat mempengaruhi loyalitas konsumen, sehingga hipotesis untuk tujuan pertama adalah: 18 H1: Kepuasan Konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Selanjutnya untuk tujuan kedua yaitu mengetahui pengaruh kepercayaan konsumen terhadap loyalitas konsumen: Menurut penelitian yang dijalankan oleh Matti Mäntymäki (2010) dijelaskan bahwa memang kepercayaan konsumen secara partial mampu mempengaruhi loyalitas konsumen, sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H2: Kepercayaan Konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Untuk tujuan ketiga, menurut Moon-Koo Kima, Myeong-Cheol Park, DongHeon Jeong (2011) dijelaskan bahwa switching barrier memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen, sehingga hipotesis untuk tujuan ketiga adalah: H3: Switching barrier memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen. Dan untuk tujuan keempat, menurut Chatura Ranaweera (2003) dijelaskan bahwa secara serentak, keseluruhan variabel bebas yaitu kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen dan switching barrier memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen, sehingga hipotesis untuk tujuan keempat adalah: H4: kepuasan konsumen, kepercayaan konsumen dan switching barrier memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas konsumen.