sekolah tinggi agama islam negeri (stain)

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman ini adalah zaman yang penuh dengan persaingan dari segala aspek
kehidupan, terutama dibidang pengetahuan dan ilmu teknologi, bila kita tidak arief
menghadapinya maka kita akan terpurut dalam kehidupan hanyut oleh arus zaman
tanpa daya, dan salah satu senjata ampuh yang bisa melawannya adalah ilmu
pengtahuan dan kecerdasan. Persoalannya adalah apakah kita sudah memenuhi syarat
sebagai manusia yang cerdas baik lahir maupun bathin? Dan untuk sampai ketingkat
kecerdasan itu harus melalui penddikan baik yang sifatnya formal maupun non formal,
hal ini pun sudah dilaksanakan mulai dari kota sampai kepelosok desa tapi
kenyataaanya masih banyak siswa yang bermutu rendah (inferior) padahal telah
dilengkapi tenaga-tenaga pengajar lulusan sarjana pendidikan yang notabene
mempelajari tentang bagaimana menjadi guru yang baik dan profesional.
Perlu dipahami bahwa kriteria utama untuk mengajar dengan sukses ialah:
apakah mengajar itu berhasil atau tidak, sukses atau tidaknya mengajar ditentukan
oleh hasilnya mengajar itu. Berhasil bila anak-anak bersungguh sungguh belajar
sesuatu, misalnya ia bertambah pandai main piano, volley, memecahkan soal aljabar,
menggunakan bahasa inggris, memahami sejarah dan lain sebagainya. Sebab sukses
dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan
lama dan yang dapat dipergunakan oleh sipengajar dalam hidupnya. Jadi atas dasar ini
1
2
kita bisa ambil kesimpulan bahwa guru di nilai berhasil jika mampu mengubah siswa
kearah yang lebih baik, atau dengan kata lain menjadi siswa yang cerdas dan salah
satu yang dapat kita lihat pada guru yang berhasil adalah : mampu meningkatkan
keaktifan mental siswa yang diajarnya. Dalam Undang-Undang Pendidikan Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 disebutkan, bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Guru tidak hanya menarik perhatian siswa yang diajarnya tapi dia harus
meningkatkan aktifitas siswa-siswanya dengan satu atan lain cara, guru juga harus
menemukan metode-metode untuk meningkatkan pikiran siswa-siswa pada apa yang
sedang disajikannya. Setiap guru yang berhasil atau sukses senantiasa berusaha untuk
membangkitkan reaksi dalam fikiran setiap siswanya. Dan selalu mencoba untuk
membawa pikiran siswa-siswanya secara aktif terhadap apa-apa yang sedang
disajikannya.
Secara fundamental tentang pentingnya profesionalisme guru, terhadap
peningkatan prestasi siswa, karena guru yang tidak professional tidak akan mungkin
bisa mengarahkan siswa yang berprestasi dengan demikian terdapat cukup alasan
mengenai pentingnya profesionalisme guru dalam kegiatan proses belajar mangajar.
Profesi guru saat ini masih banyak di bicarakan orang,atau masih sajah dipertanyakan
1
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta:
Cemerlang, 2005), h. 70
3
orang, baik dikalangan pendidik maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan selama
dasawarsa terakhir hampir setiap hari media massa khususnya media cetak baik harian
maupun mingguan memuat berita tentang guru, dimana belum keseluruhan guru
mencapai tingkat professional yang ideal. Ada yang punya latar belakang pendidikan
S-1 tapi belum sepenuhnya menguasai kompetensi guru dan hal ini sangat berdampak
pada keberhasilan maupun prestasi yang dimiliki oleh siswa di sekolah atau madrasah
yang disebabkan oleh ketidaksiapan guru dalam penguasaan terhadap bahan ajar dan
pengalaman belajar. Oleh karena itu penulis sangat tertarik mengangkat permasalahan
ini.
Berdasarkan pengamatan awal bahwa MAS Hubbul Wathan Toli-Toli
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe (1) tenaga pendidik yang memiliki
latar belakang pendidikan yang beraneka ragam dan tentunya tingkat profesionalisme
guru-guru MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
Konawe perlu diadakan suatu penelitian kerena adanya keanekaragaman latar
belakang tersebut yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pendidikan siswa
MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. (2)
hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak memiliki rata-rata 65. Untuk
mewujudkan hasil belajar yang lebih baik dapat didukung oleh kelengkapan fasilitas
dan kurikulum juga sangat ditentukan oleh profesionalisme guru. Olehnya itu amatlah
penting para guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto
Kabupaten Konawe, untuk memiliki profesionalisme sebagai penunjang utama dalam
proses belajar mangajar agar para siswa mampu menghadapi tantangan dimasa yang
4
akan datang serta memiliki mutu pendidikan yang handal yang nantinya bisa bersaing
dengan lembaga pendidikan lain serta para lulusannya dapat diterima pada perguruan
tinggi lainnya.
Berdasarkan pengamatan di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka penulis dapat membatasi
permasalahannya, yaitu:
a. Profesionalisme
guru
di
MAS
Hubbul
Wathan
Toli-Toli
Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
b. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan
Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
c. Pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto
Kabupaten Konawe.
5
2. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ?.
b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS
Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe?.
c. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ?.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh positif
profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah
akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
Konawe”.
D. Definisi Operasional
1. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam mentransfer pengetahuan
baik dari segi kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penguasaan
metode dan penilain evaluasi sehingga siswa dengan mudah menyerap ilmu
yang diterimanya.
6
2. Prestasi belajar siswa adalah perolehan nilai siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dalam hal ini perolehan nilai semester atau nilai raport siswa
pada mata pelajaran aqidah akhlak semester II tahun akademik 2011/2012.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di
MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
c. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
2. Kegunaan Penelitian
a. Dapat memberikan kontribusi bagi para guru-guru dan tenaga kependidikan,
sehingga tujuan yang ingin dicapai terlaksana dengan baik.
b. Dapat meningkatkan mutu pendidikan siswa di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
c. Sebagai tambahan referensi di perpustakaan STAIN Kendari.
d. Begitupun halnya bagi peneliti selanjutnya, skripsi ini dapat dijadikan bahan
referensi.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Profesionalisme Guru
1. Definisi Profesionalisme Guru
Sosok guru merupakan pribadi yang ideal dan layak ditiru tidak saja bagi
peserta didik tetapi pada masyarakat secara umum. Menurut Undang-Undang No. 14
tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang
khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dan menengah”.
Menurut bahasa kata profesi berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu profesional
yang artinya menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu, sedangkan menurut istilah profesi dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual.
Dari pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya
pekerjaan profesi dikhususkan kepada seseorang yang mempunyai keahlian yang
dilandasi oleh persyaratan tertentu, terutama persyaratan akademis atau tingkat
kualifikasi yang telah diperoleh dalam lembaga pendidikan, terutama pendidikan
profesi. Ungkapan kata “profesi” telah memasyarakat tanpa memikirkan ketetapan
penggunaannya atau pemakaiannya. Para ahli berpendapat suatu jenis pekerjaan
digolongkan sebagai suatu profesi bila pekerjaan tersebut yang karena sifat dan
kekhususannya memerlukan pengetahuan, dan keahlian khusus yang diperoleh melalui
pendidikan khusus dengan disiplin ilmu tertentu dan dikembangkan dengan berbagai
usaha penelitian dan pengembangan yang pelaksanaannya terikat oleh suatu kode etik
7
8
yang dibuat dan ditegakkan organisasi bersangkutan dan menuntut cara tanggung
jawab baik individu maupun korp. Dikemukakan bahwa:
Mengajar harus dihargai sebagai suatu jabatan (profesi), hal itu adalah suatu
bentuk dari pengabdian kepada masyarakat yang menghendaki dari guru-guru
pengetahuan, keahlian dan kecakapan khusus yang didapat dan dipelihara
melalui studi sungguh-sungguh yang terus-menerus (mengajar/mendidik)
menghendaki pada rasa tanggung jawab dari seseorang demi seseorang maupun
dari korps atau mendidik dan kesejatraan murid-murid yang diasuhnya.1
Demikian pula diungkapkan :
Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut keahlian dan keterampilan khusus
di bidang pendidikan dan pengajaran. Jabatan guru bukan sebagai okupsi atau
pekerjaan yang sekedar mencari nafkah dengan modal pengetahuan dan
keterampilan yang pas-pasan. Jabatan guru bukan sekedar ‘hobi’ dan bukan pula
vokasinal atau kejuruan belaka, tetapi guru adalah suatu jabatan profesional.2
Menilik dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung
menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara
menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak
didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya
sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab
terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang
mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis,
bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin
1
Buletin C:/MD-Surat, Kode Etik Guru, Kendari, 2001, h. 1
2
Ahmad Rohani, H. M dan H. Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 103
9
sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan
didapat citra baik dalam profesi itu.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya
memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya
secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.
Sebagaimana dikemukakan Rochman Natawidjaya bahwa:
Untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan
menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Di sisi lain,
guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai
gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan
filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.3
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa guru adalah penanggung
jawab dalam kegiatan belajar mengajar yang langsung memberikan kemungkinankemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif.
Guru profesional memiliki persyaratan minimal, antara lain: memiliki
kualifikasi pendidikan profesi, memiliki kompetensi keilmuan berkomunikasi yang
baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif, mempunyai etos kerja dan
menunjukkan komitmen tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan
pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi
3
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
mengajar, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 2
10
profesi, internet, buku, seminar dan lain-lain. Mengenai hal ini Oemar Hamalik
mengemukakan syarat keahlian khusus yang harus dimiliki seorang guru, yaitu
sebagai berikut:
1. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus
berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan.
2. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami
gangguan jiwa ataupun kelainan.
3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi
pendidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada
tugas dan jabatannya.
4. Pesyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap
susila yang tinggi.
5. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang
memberi bekal guna tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.4
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa guru merupakan salah
satu jenis profesi yang dalam kiprah kerja, profesinya terikat dengan seperangkat nilai
dan norma etika jabatan yang disebut “Kode Etik”. Artinya kode etik
adalah:”Pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan semua guru yang terlibat dalam
bidang/usaha pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup
sehari-hari”.5 Adapun kode etik guru, meliputi:
a. Guru berbakti membimbing anak didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang anak didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
keberhasilan proses belajar-mengajar.
4
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h. 9
5
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Malang:
Bina Aksara, 1982), h. 281
11
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya utnuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama ter
hadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
persatuan guru Republik Indonesia sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melakukan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.6
Selain itu, yang tidak kalah pentingnya bagi seorang guru dalam mencapai
tujuan pengajaran adalah memiliki kompetensi diri. Berhubung kompetensi ini bersifat
profesional, maka tindakan seorang guru tersebut perlu ditandai dengan oleh rentetan
perbuatan diagnosis-tindakan rediagnosis-penyesuaian tindakan yang terus-menerus.
Rangkaian perbuatan ini perlu agar dalam membimbing, mengajar dan mengadakan
evaluasi kemajuan anak didik, meningkat sesuai tujuan pendidikan. Tindakannya
diharapkan menyentuh ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik.
Ada beberapa cara meningkatkan peran serta guru di dalam kelas:
1) Peran Instruksional. Yaitu peran menyampaikan sejumlah materi
pembelajaran yang berupa informasi, fakta serta tugas dan keterampilan yang
harus dikuasai oleh anak didik. Dalam hal ini, seorang guru harus mempunyai
kualifikasi dan kompetensi dalam penguasaan kurikulum, materi pelajaran,
metode pengajaran dan mampu menerapkan teknik-teknik evaluasi yang
efektif.
2) Peran Pendidik. Yaitu peran keteladanan. Support moril dan proses
penanaman nilai agar anak didik menjadi dewasa, cerdas dan berakhlak mulia.
Dalam hal ini, seorang guru biasanya menjadi figur di dalam kelas dan teladan
rilldalam kehidupan di lingkungan sekolah, bahkan seringkali menggantikan
figur orang tua yang mempercayakan pendidikan kepadanya.
6
Buletin C:/MD-Surat, Op. cit., h. 5
12
3) Peran Manajerial. Yaitu peran kepemimpinan untuk mengorganisir kelas agar
berfungsi optimal dan nyaman, sehingga siswa betah dan serius dalam
menyerap keseluruhan pesan instruksional dan educational.7
Jadi, seorang pendidik harus mampu mengarahkan dan membimbing anak
didiknya, bisa mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-ide terbaik yang
dimilikinya, dan seorang guru harus tahu secara detail latar belakang psikologi,
ekonomi, budaya anak didik agar membaca setiap aspek problematika dan keunggulan
yang dimiliki mereka. Begitu pun sebagai manajer dalam lingkungan kelas, seorang
guru dituntut pula mengadakan dan mengembangkan hubungan dengan sekolah lain,
masyarakat sekitar sekolah, termasuk memanfaatkan SDM yang ada dilingkungannya.
Dengan demikian, berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas
dapat disimpulkan bahwa guru
merupakan seorang yang bertanggung jawab,
memegang peranan yang sangat penting dan berwenang terhadap pendidikan anak
didik dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terdapat tanggung
jawab untuk membawa anak didik pada suatu pendewasaan berfikir atau taraf
perkembangan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan.
7
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Komite
Madrasah, (Jakarta: Proyek Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketata;aksanaan pada Madrasah PAI
Sekolah Umum Tingkat Dasar, 2003), h. 43
13
2. Ciri-Ciri Guru Profesional
Kematangan profesi guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki
keahlian, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang tinggi. Menurut Muhammad
Surya, “Guru yang profesional ialah guru yang memiliki keahlian, baik yang
menyangkut
materi
keilmuan
yang
dikuasainya
maupun
keterampilan
metodologinya”.8
Dari penjelasan di atas, telah jelas diketahui bahwa guru profesional harus
benar-benar memiliki keahlian dan keterampilan apabila hendak menjadi seorang
tenaga pengajar atau guru. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan
pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun
metode.
Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar berdasarkan
itu, seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada muridmuridnya didepan kelas. Akan tetapi dia adalah seorang tenaga profesional yang dapat
menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan
masalah yang dihadapinya. Dengan demikian seorang guru hendaklah bercita-cita
tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegas serta berkeprikemanusiaan
yang mendalam.
8
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Maha Putra
Adidaya, 2003), h. 141.
14
Adapun ciri-ciri guru profesional berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 sebagai berikut :
1. Mempunyai kompetensi pedagogic
Yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan
pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus
dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut : Merencanakan
Pembelajaran, Melaksanakan Pembelajaran dan Menilai Hasil Pembelajaran.
Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan
bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan
tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan.
2. Mempunyai kompetensi kepribadian
Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlaq mulia, arif, berwibawa
dan menjadi teladan bagi peserta didik.
3. Mempunyai kompetensi profesi
Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban
untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila
seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana
mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi disekolah.
Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu
harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal
tersebut.
4. Mempunyai kompetensi sosial
Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan
peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan
berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan
seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan
muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan
bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan
dengan gurunya.9
Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang
pendidikan sebagai berikut:
9
UU RI No. 14 Tahun 2005, UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Cemerlang, 2005), h. 8.
15
1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh
pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari
sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi
dibidang keguruan, misalnya harus mempelajari psikologi, metodil dan lainlan.
3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat
melaksanakan pekerjaan profesional.
4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja
yang diperbolehkan bekerja.
5. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada
masyarakat.10
Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dibidang kependidikan dalam
kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru
lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu,
guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar
ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional
kependidikan.
1. Tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif.
2. Guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki
komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan
memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat
terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan
yang efektif.
3. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan
luas perspektifnya.11
10
Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com, diakses, 1
Desember 2011) 2011
11
2011) 2011
Beta, Profesionalisme Guru, (online) (http://beta.pikiran-rakyat.com, diakses, 1 Desember
16
Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangantantangan
yang
dihadapi
oleh
sektor
pendidikan
sebagai
suatu
sistem.
Perlu ditegaskan bahwa selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan, keterampilan
dan tanggap terhadap ide pembaharuan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan
keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya mash memerlukan persyaratan khusus yang
bersifat mental. Persyaratan khusus ini adalah fakor yang menyebabkan seseorang itu
merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk menjadi seorang
pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau ”
panggilan hati nurani”. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk
melakukan kegiatannya.
Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well.
Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti
dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu
bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas
barulah, sang guru menjadi teladan atau role model.
3. Pengembangan Profesionalisme Guru
a. Tujuan pengembangan profesional guru
Pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan
yang sungguhpun memiliki keragaman yang jelas, terdapat banyak kesamaan.
Sebagaimana Sudarwan Danim mengatakan :
1.
Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang
efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhankebutuhan sosial
17
2.
3.
Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu para guru dalam
rangka mengembangkan pribadinya secara luas
Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk
menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya seperti halnya di membantu
siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi
tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.12
Dari ketiga kebutuhan untuk pengembangan profesional guru tersebut,
kebutuhan pertama bahwa terkait langsung dengan kepedulian kemasyarakatan guru
ditempat mereka berdomisili, kebutuhan kedua terkait dengan spirit dan moral guru di
sekolah tempat mereka bekerja dan kebutuhan ketiga mungkin yang paling penting
karena sebagai proses seleksi untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan
dalam berbagai kegiatan pelatihan dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
b. Inisiatif pengembangan profesi guru
Sekarang ini, sejumlah modal telah ditanamkan diberbagai universitas dan
sekolah-sekolah distrik dan pemerintah negara bagian untuk memberi penguatan
terhadap aktivitas pengembangan guru. Sehingga kita mengambil gambaran tentang
inisiatif dalam “kegiatan pengembangan profesional guru adalah:
1).Mendirikan
lembaga baru dan memantapkan usaha-usaha.2)Usaha-usaha terprogram dengan
kurikulum yang dikhususkan”.13
Dari pernyataan di atas penjelasan yang pertama bahwa mengambil dana-dana
dari negara federal dan negara bagian digunakan untuk mendirikan lembaga baru yang
disebut pusat-pusat kegiatan guru dan menguatkan kemampuan sekolah dalam
12
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51.
13
Ibid., h. 55.
18
memperbaiki program pendidikan. Penjelasan yang kedua adalah program
pengembangan profesional didesain sedemikian rupa tanpa ada yang dibedakan dalam
penyusunan kurikulum.
c. Komponen-komponen pelatihan
Kebanyakan literatur yang membahas masalah pelatihan memuat hasil
pengkajian tentang elemen-elemen pelatihan. Elemen-elemen yang terpaut dalam
proses pelatihan dikombinasikan dengan berbagai cara, yang diarahkan untuk
menciptakan kondisi pengembangan profesional dalam irama masa depan yang baik,
atas dasar gaya-gaya atau penguasaan pendekatan-pendekatan baru.
Dari hasil analisis terhadap sejumlah literatur, maka komponen utama
pelatihan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penyajian teori
Peragaan atau pendemonstrasian keterampilan-keterampilan atau model
Praktik yang disimulasikan dan setting kelas
Umpan balik terstruktur
Umpan balik open-ended
Pembekalan untuk aplikasi.14
Komponen-komponen
di
atas,
baik
secara
sendiri-sendiri
maupun
perpaduannya, ditata sedemikian rupa bagi pengembangan aktivitas pendidikan.
Dengan irama dan gaya tertentu, model yang tepat, praktik dengan kondisi yang
disimulasikan, dan dikelas dikombinasikan dengan pemanfaatan umpan balik,
sehingga perubahan dapat diperoleh. Ketika menerapkan pendekatan-pendekatan baru
diperlukan teori. Presentasi teori-teori itu dilakukan melalui diskusi dan melatih
14
Ibid., h. 59-60.
19
peserta pelatihan untuk aplikasi. Hal ini harus dilakukan sebaik mungkin, dengan cara
penguasaan kompetensi dasar guru, yaitu:
1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media sumber belajar
5. Menguasai landasan kependidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.15
Kaitannya dengan uraian di atas, guru dalam lingkungan kelas mempunyai
peran yang sangat besar. Karena itu, guru harus mempunyai inisiatif dan kreatifitas
dalam mengelola kelas terutama dalam menangkap potensi sekaligus kelemahan anak
didik.
Sehubungan
dengan
profesionalisme
seseorang,
Wolmer
dan
Mills
mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai profesi, apabila
memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut:
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya:
a. Memiliki pengetahuan umum yang luas
b. Memiliki keahlian khusus yang mendalam
2. Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya:
a. Adanya keterikatan dalam suatu organisasi professional
b. Memiliki otonomi jabatan
c. Memiliki kode etik jabatan
d. Merupakan karya bakti seumur hidup
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional,
maksudnya:
a. Memperoleh dukungan masyarakat
b. Mendapat pengesahan dan perlindungan hokum
15
Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 84-85
20
c. Memiliki persyaratan kerja yang sehat
d. Memiliki jaminan hidup yang layak.16
4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Guru hendaknya mampu melaksanakan peranannya sebagai pendidik secara
optimal. Guru juga dituntut melakukan perubahan-perubahan terhadap dirinya maupun
peserta didiknya. Guru adalah figur pemimpin sebagai arsitek yang memiliki tanggung
jawab membentuk kepribadian dan daya intelektual murid-muridnya.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, guru senantiasa diperhadapkan pada
masalah pengelolan pengajaran, terutama dalam pengelolaan kelas. Sebagaimana
Abdurrahman mengungkapkan bahwa :
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pengajaran antara lain hubungan
interpersonal dan fungsional komponen pendidikan, tersedianya fasilitas, sarana
dan prasarana pendidikan dan pengajaran, sistem pendidikan yang berlaku, dan
kualitas guru atau pengelola.17
Guru sebagai pengemban tugas mulia yaitu melatih, mengajar dan mendidik
murid-murid, selain itu guru mempunyai tugas yang banyak. Tugas guru sebenarnya
bukan di sekolah saja, tetapi bisa dikatakan dimana saja mereka berada. Dirumah guru
sebagai orang tua atau ayah, ibu sebagai pendidik bagi putera-puterinya, dimana
dimasyarakat dipandang sebagai tokoh teladan baik dalam sikap maupun perbuatan.
Sebagaimana dinyatakan oleh Tim Didaktik Kurikulum Institut Kependidikan bahwa :
16
Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com, diakses, 1
Desember 2011) 2011
17
Abdurrahman H., Pengelolaan Pengajaran, Cet. VII, (Ujung Pandang: Bintang Selatan,
1994), h. 124.
21
Dalam hubungannya dengan tugas di sekolah, guru dalam tugas mendidik dan
mengajar murid-murid adalah berupaya membimbing, memberikan petunjuk,
teladan, bantuan, penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan,
keterampilan, nilai-nilai, norma-norma, kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikapsikap dan sifat-sifat yang baik.18
Dari hal tersebut di atas dapat dipahami dengan jelas tentang masalah tersebut.
Guru bukan hanya bertugas di sekolah tetapi di masyarakat dan dimana saja mereka
berada. Sejalan dengan itu, Uzer Usman mengemukakan bahwa :
Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruangan kelas, tetapi juga
diperlukan oleh masyarakat lingkungannya, bahkan pada hakekatnya, guru
merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan seorang guru
merupakan faktor condissio sinequanon yang tidak mungkin digantikan
komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih dahulu dalam
era kontemporer ini.19
Dalam
melaksanakan
tugasnya
guru
harus
mampu
memaknai
pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai pembentukan kompetensi dan
perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Sehubungan dengan itu, Mulyasa
mengemukakan bahwa :
Untuk kepentingan melaksanakan fungsinya, setidaknya guru melaksanakan 19
peran guru yakni sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,
pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, motivator, aktor,
emansipator, evaluator (penilai), pengawet dan sebagai kulminator.20
18
Tim Dikdaktik Metodik Kurikulum, IKP, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses
Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 11.
19
Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995),
h. 11.
20
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptalajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan.
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 36-37.
22
Dalam konteks pengelolaan pengajaran, posisi guru menjadi sangat strategis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, maka guru dituntut untuk
memiliki kompetensi tentang pengelolaan pengajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa
fungsi pengelolaan kelas yang ideal adalah bagaimana seorang guru mampu
memposisikan diri sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana dan dinamika
siswanya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan guru adalah perwujudan
tugas, fungsi dan kedudukannya dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas
secara khusus dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara umum.
B. Hakikat Prestasi Belajar Siswa
1. Definisi Prestasi Belajar
“Prestasi dapat diartikan sebagai apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan
hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja”.21
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai penghubung sikap.22
Dengan melihat rumusan tersebut di atas, maka prestasi belajar merupakan
hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui kegiatan berpikir dan bekerja, sehingga
21
Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar,( Bandung : Tarsiti, 1993), h. 21
22
WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi), (Jakarta, :Grasindo, 1996), h. 53
23
dapat diketahui dan dilaksanakan oleh anggota jasmani dan rohani serta dapat
diwujudkan dalam sikap dan perbuatan.
Dalam uraian di atas memberikan pengertian bahwa prestasi belajar adalah
suatu bukti yang telah dicapai oleh seseorang dengan melalui usaha dalam mengikuti
pelajaran.
Sejauhmana prestasi yang di capai seorang murid dalam belajar, maka
perlu di lakukan evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang di
capai murid setelah preses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian prestasi
dapat diartikan sebagai hasil yang di peroleh karena adanya aktifitas belajar yang telah
dilakukan. Proses belajar yang di lakukan oleh murid akan menghasilkan perubahanperubahan dalam pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan prilaku,
dimana perubahan tersebut akan nampak sebagai prestasi belajar dari murid yang
bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dengan kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses belajar, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses tersebut. Para ahli mengemukakan pendapat yang
berbeda-beda tentang prestasi tentang pandangan yang mereka anut. Dalam kaitanya
dengan prestasi belajar, Munandar dalam bukunya Haryadi yang berjudul
perkembangan peserta didik mengatakan bahwa :” prestasi mewujudkan dari minat,
bakat dan kemampuan”.23 Selanjutnya Winkel mengemukakan prestasi belajar adalah ;
23
h. 59
Lisnawati Simanjuntak dkk, Metode Mengajar Mate-Matika,( Jakrta: Rineka Cipta, t.th),
24
“suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”24
Senada dengan pendapat tersebut Purwanto mengatakan bahwa prestasi belajar
adalah :” hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam rapor”.25
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti berasumsi bahwa prestasi belajar adalah
bobot nilai yang dicapai seorang murid yang di tetapkan dalam sebuah rapor sebagai
wujud hasil usaha murid tersebut dalam proses belajar. bobot nilai yang telah
ditetapkan tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya
prestasi belajar seseorang.
Di sisi lain, dalam bukunya A. Surjadi menjelakan pula bahwa belajar
berlangsung apabila perubahan- perubahan berikut ini terjadi :
a.
b.
c.
d.
e.
Penambahan informasi
Pemgembangan atau meningkatkan pengertian.
Penerimaan sikap-sikap baru
Memperoleh penghargaan baru
Megerjakan sesuatu dengan apa yang telah dipelajari.26
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat belajar adalah suatu proses
yang memberikan pengalaman dalam arti seseorang dan membimbingnya kepada
24
Sugeng Haryadi, Perkembangan Peserta Didik, (Semarang :Ikip Semarang Press, 1995),
25
Ibid.h. 49.
26
Surjadi A, Membuat Sistem Aktif Belajar, (Bandung : Cet.I, Bira Cipta, 1993), h. 2
h. 48
25
perubahan-perubahan yang lahir dan batin. Perubahan yang dimaksud tentunya sangat
dipengaruhi oleh hal yang dipelajarinya.
Sementara itu, kaitannya dengan hal tersebut, dalam konteks belajar prestasi
memiliki makna yang spesifik yaitu menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai anak
didik dalam tahap tertentu melalui kegiatan evaluasi. Adapun pengertian prestasi
belajar menurut Winkel, adalah “bukti keberhasilan suatu usaha yang dapat dicapai
dalam mengikuti pelajaran”.27 Begitupun Sudirman L. menyatakan bahwa :”Prestasi
belajar adalah hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu,
yang diperolehnya melalui kegiatan evaluasi standar biasanya disimbolkan dengan
nilai angka yang diberikan oleh guru yang bersangkutan“.28
Menilik dari uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar dapat
diartikan yaitu merupakan hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui kegiatan
berpikir dan bekerja, sehingga dapat diketahui dan dilaksanakan oleh anggota jasmani
dan rohani serta dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan. Makna prestasi belajar
tersebut menyangkut hasil usaha peserta didik dalam merubah perilakunya melalui
kegiatan belajar yang kemudian diukur oleh guru melalui evaluasi untuk mengetahui
dan menetapkan tingkat pengetahuan, kemampuan atau daya serap murid pada mata
pelajaran bersangkutan.
27
Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1994), h. 102.
28
Sudirman L, Belajar yang Efektif dan Efisien, (Jakarta : Buni Aksara, 1999), h. 42.
26
Adapun prestasi belajar yang dimaksud penulis dalam pembahasan ini
dititikberatkan dan difokuskan pada prestasi belajar murid dalam waktu tertentu.
Misalnya dalam satu semester, dimana hasil penilaiannya dinyatakan dengan angka
skala 1 sampai 10 baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar
berdasarkan ketentuan penilaian secara objektif menyeluruh dan berkesinambungan.
Dengan demikian prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai
akibat perolehan-perolehan pada individu yang melakukan usaha secara sadar untuk
mencapainya. Usaha sadar yang dimaksud adalah aktivitas jasmani dan rohani, oleh
karena itu maka prestasi belajar murid dapat dikatakan sebagai cakapan nyata seorang
murid setelah menerima dan mempelajari sejumlah materi mata pelajaran. Hal ini
dapat dilihat dalam penguasaan murid terhadap ilmu pengetahuan, sikap, pengertian,
minat penghargaan dan penguasaan diri mencakup segala segi pribadi.
2. Jenis-Jenis Prestasi Belajar
Dalam sistem pendidikan Nasional atau rumusan pendidikan mempunyai
beberapa tujuan, baik itu beberapa tujuan, baik itu tujuan kurikulumnya maupun
tujuan instruksional, pada penelitian ini menggunakan klasifikasi hasil belajar (prestasi
belajar). Prestasi belajar menurut Benyamin Bloom secara garis besar dibagi 3 ranah,
yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.
a. Ranah kognitif.
Pada ranah ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge).
2. Pemahaman (comprehension).
27
3.
4.
5.
6.
Penerapan (application).
Penguraian (analysis).
Pemanduan (syntesis).
Penilaian (evaluatif).29
Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif ini tergantung pada tingkat
kedalaman belajar yang dialami oleh siswa. Dengan pengertian bahwa perubahan yang
terjadi pada ranah diharapkan seorang siswa mampu melakukan pemecahan terhadap
masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan bidang studi yang dihadapinya.
b. Ranah affektif.
Adapun jenis katagori dalam ranah ini adalah sebagai hasil dari belajar yang
mulai dari tingkat dasar sampai yang kompleks, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Menerima rangsangan (receving).
Merespon rangsangan (responding).
Menilai sesuatu (valuing).
Mengorganisasi nilai (organization).
Menginternalisasikan (mewujudkan) nilai-nilai (characteazion by value or
value compleks).30
Pada ranah afektif ini harapkan siswa mampu lebih peka terhadap nilai dan
etika yang berlaku, dalam bidang ilmunya perubahan yang terjadi cukup mendasar,
maka siswa tidak hanya menerimanya dan memperhatikan saja, melainkan mampu
melakukan satu sistem nilai yang berlaku dalam bidang ilmunya. Pada tipe belajar ini
ditampak pada siswa pada berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
29
Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990), h. 22-23
30
Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa,
1996), h. 71-72
28
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai dan teman di kelas dan kebiasaan di
lingkungan yang baik.
c. Ranah psikomotorik.
Dalam ranah psikomotorik ini erat sekali dengan ketrampilan yang bersifat
konkret, walaupun demikian tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat konkret,
walaupun demikian tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat mental
(pengetahuan dan sikap). Dalam hal ini belajar merupakan tingkah laku yang nyata
dan dapat dialami.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
merupakan sebuah proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku seseorang yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Baik
yang meliputi aspek kognitif, affektif dan psikomotorik, maupun aspek-aspek yang
lain sehingga perubahan sifat yang terjadi pada masing-masing aspek tersebut
tergantung pada tingkat kedalaman belajar.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap
anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga.
Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku
lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Dalam proses
belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul
dari anak.
29
Prestasi belajar siswa pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik berasal dari dirinya (internal) maupun di luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar
yang di capai murid pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor.
Oleh karena itu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar murid penting sekali
artinya dalam rangka membantu murid mencapai prestasi belajar yang seoptimal
mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Bila hasil belajar murid menunjukkan nilai tinggi berarti pengetahuan
pemahaman dan penghayatan serta daya serap murid pada mata pelajaran yang telah
diajarkan oleh guru tergolong baik. Demikian pula sebaliknya hasil belajar atau nilai
rendah merupakan gambaran rendahnya tingkat pengetahuan atau daya murid pada
mata pelajaran yang telah diikutinya. Dengan demikian akan terdapat perbedaan hasil
belajar pada setiap peserta didik. Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Adapun faktor-faktor yang di maksud adalah :
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal), yaitu faktor jasmaniah
(fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari dirinya
seperti panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Faktor
fisiologi yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi
yang di miliki. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur tertentu seperti sikap,
kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.
b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu faktor sosial yang terdiri atas
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan kelompok, faktor
budaya seperti adat-istiadat, iptek dan kesediaan, faktor lingkungan fisik
seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar, faktor spiritual atau keagamaan.31
31
Muh. User Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990) h. 10
30
Faktor yang terdapat dalam diri siswa (intern) melipti kecerdasan, motivasi,
bakat dan minat. Dan faktor dari luar murid (ekstern) meliputi lingkungan keluarga
dan masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Faktor Internal
a. Kecerdasan atau intelegensi
Kemampuan belajar murid sangat di tentukan tinggi rendahnya intelegensinya
orang yang memuliki intelegensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai
dengan tingkat sebaya
b. Bakat
Prestasi belajar murid disamping dipengaruhi faktor kecerdasan atau
intelegensi sebagaimana di uaraikan di atas juga dapat dipengaruhi masing-masing
murid. Dalam proses belajar bakat murid juga memang peranan dalam mencapai
prestasi yang baik, tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat di tentukan
oleh bakat yang di milikinya seperti belajar keterampilan, hasil atau prestasi yang
baik.
c. Minat
Kegiatan yang diminati seorang di perhatikan terus menerus yang disertai rasa
sayang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.bahkan
pelajaran yang menarik minat murid lebih mudah dipelajari dan disimpan karena
minat menambah semangat dalam belajar.
31
d. Motivasi
Dalam proses belajar mengajar memberi motivasi terhadap peserta didik sangat
di perhatikan, sehingga mereka terdorong untuk selalu meningkatkan prestasinya.
Dalam hal ini guru harus dapat memberikan motivasi kepada muridnya agar tujuan
dari proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal
2. Faktor eksternal
a. Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam kel;urga sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merukan lembaga pendidikan formal tempat anak didik/ murid
menimba ilmu pengetahuan maka keadaan sekolah harus benar-benar bersih aman dan
nyaman sehingga murid dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan tenag
dan mampu menyerap semua pelajaran yang di terimanya dan pada akhirnya akan
menyebabkan prestasi belajar murid meningkat.
c. Lingkungan Masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar murid masyarakat sekitar sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembagan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari
anak akan lebih banyak bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya.
32
Prestasi belajar yang dicapai murid pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara
berbagai faktor tersebut oleh karena itu, pengenalan terhadap guru mengenai faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar murid penting sekali artinya dalam rangka
membantu murid mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Dengan adanya hasil-hasil penelitian yang ditemukan dapat memberikan
kemudahan kepada peneliti untuk melakukan peneliti dengan objek penelitian yang
berbeda, akan tetapi variabel-variabel penelitian relevan. Salah satunya hasil-hasil
penelitianyang relevan yaitu a.n. Nina dengan judul penelitian yaitu pengaruh
kelompok kerja guru (KKG) terhadap peningkatan kemampuan profesional guru di SD
Negeri Ulu Lakara Kec. Palangga Selatan Kab. Konsel. Dari hasil penelitian
ditemukan bahwa Kondisi obyektif kelompok kerja guru di SD Negeri Ulu Lakara
berada pada kategori tinggi yaitu sebayak 25 responden yang berada pada interval 61 –
80%. Kondisi obyektif kemampuan profesionalisme guru di SD Negeri Ulu Lakara
dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 25 responden yang berada pada interval 61-80%.
Hubungan kelompok kerja guru terhadap peningkatan kemampuan profesional guru
dalam kategori sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa
keofisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,97, selanjutnya r hit dibandingkan dengan
r tab, ketentuan apabila r hit > r tab terdapat pengaruh, ternyata r hit 0,97 > r tab 0,396.
33
Adapun hasil perhitungan uji t (signifikan) di temukan, t hit = 19,01, ketentuan
apabila dibandingkan dengan t hit > t tab maka terdapat signifikan, tenyata t hit =
19,01 > ttab = 2,060, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara variabel x dengan
variabel y signifikan. Selanjutnya hasil koefisien korelasi yang ditemukan
dikuadratkan agar memperoleh keofisien determin yaitu 0,972 = 0,94. Hal ini berarti
varian yang terjadi pada variabel terikat (y) 94% ditentukan oleh varian bebas (x).
Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh kelompok kerja guru terhadap
peningkatan kemampuan profesional guru sebesar 94% dan sisanya 6% di pengaruhi
oleh faktor lain.
Selain itu, a.n. Maal Alwi, judul : Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Anak Didik di SDN Petoaha Kota Kendari. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat dikemukakan bahwa deskripsi seberapa baik profesionalisme guru di
SDN Petoaha Kota Kendari, menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil perhitungan uji pihak kiri yang telah dilakukan, berdasarkan dk 28 dan α =
5%, ternyata harga ttabel untuk uji satu pihak = 1.699, karena thitung lebih besar dari
harga ttabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ha (21.94 > 1.699), maka Ha diterima
dan Ho ditolak. Adapun deskripsi seberapa baik mutu pendidikan anak didik di SDN
Petoaha Kota Kendari, menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat
dilihat dari hasil perhitungan uji dua pihak yang telah dikemukakan di atas,
berdasarkan dk 28 dan α = 5%, ternyata harga ttabel untuk uji dua pihak = 2.048,
34
karena thitung lebih besar dari harga ttabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ha (9.2 >
2.048), maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa yang menjadi perbedaan dengan
variabel penelitian ini adalah terletak pada variabel y (yang dipengaruhi), lokasi
penelitian dan hasil penelitiannya juga berbeda. Dengan demikian penelitian tersebut
mempunyai perbedaan dan dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khsusunya
serta pada pembaca pada umumnya, sehingga patutlah kiranya peneliti mengucapkan
terimah kasih serta apresiasi yang setinggi-tingginya demi kelancaran penelitian ini.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi judul, maka sifat dan jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif deskriptif, yaitu mendeskripsikan masalah yang diteliti yakni pengaruh
profesional guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di
MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
Data yang ditemukan akan dijabarkan dalam bentuk angka-angka, sehingga mencapai
kesimpulan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan
Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan sejak
diterimanya proposal ini dan disetujui untuk melakukan penelitian, mulai bulan Juli
s/d Oktober 2012.
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y dengan
gambar sebagai berikut :
X
Y
Keterangan:
X : Profesionalisme guru
Y : Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak
35
36
Berdasarkan gambar di atas maka anak panah menunjukkan pengaruh antara
variabel X terhadap variabel Y. Jadi dalam penelitian dapat ditentukan bahwa terdapat
pengaruh profesional guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah
akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
Konawe.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi pada prinsipnya adalah “semua anggota kelompok manusia, binatang,
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana
menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. 1
Tabel 1
Distribusi Populasi Penelitian
Jenis Kelamin
No
Kelas/Tingkat
L
P
1. Kelas X
7
3
2. Kelas XI
12
5
3. Kelas XII
11
9
Total
30
17
Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan tahun 2012.
Jumlah
10
17
20
47
Berdasarkan tabel tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian yaitu
seluruh siswa yang berjumlah 47 orang.
2. Sampel Penelitian
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.2 Sedangkan menurut Susanto sampel adalah “himpunan bagian
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 53.
37
atau sebagian dari populasi”.3 Mengenai sistim pengambil sampel, penulis mengacu
pada pendapat Suharsimi Arikunto bahwa: “Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua, akan tetapi jika subyeknya di atas 100 maka dapat diambil antara
10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.4
Mengingat populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil secaa
kesuluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga sampel dalam penelitian ini
yaitu 47 orang siswa.
E. Kisi-Kisi Instrumen
Judul :
Pengaruh Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAS Hubbul Wathan
Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe.
Variabel
Indikator
Item
Penelitian
- Perencanaan pembelajaran
1,2,3,4
- Kemampuan penguasaan materi
5,6,7,8,
- Pengelolaan kelas
9,10,11,
Profesionalisme
- Penguasaan metode
12,13,
guru
- Penilaian evaluasi
14,15
(X)
Perolehan nilai setelah mengikuti proses belajar
Nilai
Prestasi belajar
mengajar pada mata pelajaran aqidah akhlak
semester
siswa pada mata
atau nilai
pelajaran
raport
aqidah akhlak
(Y)
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007),
3
Gempur Santoso, Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), h. 46
h.81.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis), (Jakarta: Edisi Revisi,
Meitang Putra, 1992), h. 107
38
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan sebagai berikut:
1. Angket (kuesioner), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
angket yang memuat keseluruhan pertanyaan tentang profesionalisme guru
kepada responden untuk dijawab secara objektif. Skala pengukuran
menggunakan Skala Liker dengan empata (4) opsi yaitu: (a) Selalu skornya 4,
(b) Sering skornya 3, (c) Kadang-kadang skornya 2, dan (d) tidak pernah 1.
2. Dokumentasi, yaitu mencatat atau menyalin hal–hal yang berhubungan judul
penelitian, dalam hal ini profil sekolah, jumlah siswa dan dafatar nama guru,
serta nilai raport siswa.
G. Teknik Analisis Data
Tehnik analisa data yang penulis gunakan ialah statistik deskriptif dan
infrensial yaitu menampilkan data berupa angka-angka, menghitung rata-rata,
persentase (%) distribusi frekuensi kemudian mendeskripsikannya dan ditarik
kesimpulan. Adapun perolehan prosentasenya dengan menggunakan rumus :
P
f
X 100%
N
Keterangan: P
f
N
: Persentase
: Frekuensi
: Jumlah responden
Distribusi frekuensi relatif ini juga dinamakan tabel persentase yang kemudian
diinterpretasikan dalam bentuk uraian yang kemudian ditarik kesimpulan, berdasarkan
kategorisasi sebagai beirkut :
39
Interval
81-100%
61-80%
41-60%
21-40%
0-20%
Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
Adapun untuk mengetahui persamaan regresi dari tiap variabel, digunakan
rumus analisis regresi sederhana5, yaitu:
Y’= a + b x
b=
n ∑XY – (∑X) (∑Y)
n ∑X2 – (∑X) 2
a=
(∑Y) (∑X2) – (∑X) (∑XY)
n ∑X2 – (∑X) 2
Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh profesionalisme guru terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah menggunakan
koefisien determinasi yang dinyatakan KD : r2 X 100%.
KD
rxy
: koefisien determinasi
: korelasi product moment
Sedangkan untuk mencari korelasi (r2) menggunakan rumus korelasi product
moment (Person), sebagai berikut:
5
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2008), h. 256
40
n ∑XY-(∑X) (∑Y)
r xy
=
Keterangan :
√ { n ∑X2 -
rxy
X
Y
N
(∑X) 2 } { n ∑Y2 - (∑Y) 2 }
= Korelasi antara variabel X dan Y
= Skor profesionalisme guru
= Skor prestasi belajar siswa pada mapel aqidah akhlak
= Jumlah sampel.
Kemudian dilanjutkan dengan uji F untuk menguji signifikansi korelasi regresi
variabel (X) dan variabel (Y), dengan persamaan sebagai berikut:
F hitung =
RJK Re g (b / a )
RJK Re s
Kaidah pengujian:
 Jika F hitung ≥Ftabel maka tolak H0 terima Ha artinya signifikan
 Jika F hitung ≤ F tabel maka tolak Haterima H0 artinya tidak signifikan
Dimana:
Ha= ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi
belajar siswa pada mapel aqdah akhlak.
H0= tidak ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap
prestasi belajar siswa pada mapel aqdah akhlak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
41
A. Profil MA Hubbul Wathan
Nama madrasah ini adalah MA Hubbul Wathan, dengan No. Statistik
Madrasah 312 740 308 019 yang terletak di Jl. Poros Wisata Labaga No. 17 Desa ToliToli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabuaten Konawe. Madrasah ini dipimpin oleh
Bapak Bakri, S. Ag, dengan NPWP madrasah 02.678.795.2-811.000, dengan akte
pendirian yayasan leg.01/II/10/1999. Madrasah ini berada dibawah yayasan pesantren
modern Hubbul Wathan, dengan luas wilayah 20.000 M2.
Yang menjadi pondasi dalam sebuah lembaga pendidikan adalah guru karena
guru merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah sekolah tetapi ada komponen –
komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga
keberhasilan itu dapat tercapai yaitu kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru
dan orang tua murid. Dengan terjalinnya komponen tersebut maka guru akan
menjalankan tugasnya tanpa beban dan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab
seorang guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar yang mentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga sebagai tenaga pendidik yang memberikan sebuah
pengalaman dan bimbingan terhadap siswa dalam meraih prestasi yang baik. Oleh
karena itu guru harus memiliki rencana, target serta keterampilan demi kepentingan
anak didik.
Kegiatan pembelajaran di MA Hubbul Wathan di jalankan oleh 13 orang guru
41
yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru yang berstatus PNS sebanyak 4 orang termasuk
kepala sekolah dan 9 orang guru yang masih GTT diantaranya mengajar sebagai guru
42
kelas dan guru bidang studi. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di MA Hubbul
Wathan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel : 1
Daftar Guru MA Hubbul Wathan Tahun 2012
No
Nama Guru
Jabatan / Tugas
Ket
1
2
Bakri, S.Ag
Asmar Pagala, S.Ag, M.Si
3
Basran, S.Pd
Fiqih
Aqidah akhlak,
qurdist
B.Indonesia
4
5
6
7
8
Saifilloh, AMd
Rasmin
Sukmawati, S.Pi
Sri Indayani, S.Pd
Ulfiah,SE
Kepala madrasah
Wakamad
Kurikulum
Wakamad
Kesiswaan
Wali kelas XII
BK
Wali kelas X
Ka.Perpustakaan
Bendahara
TIK
Geografi, PPKN
Biologi, Matematika
B.Inggris
Ekonomi,
Matematika
9
Marniati, S.Pd.I
B.Arab,
10 Jumriatin Ahmad,S.Sos
Sosiologi, Sejarah
11 Ilman Frienly, S.Pd.I
Seni budaya
penjaskes
12 Rasniaty,S.Pd
Fisika, kimia
13 Husni
SKI
Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan Tahun 2012.
Wali kelas XI
-
Berdasarkan data di atas, bahwa guru yang berada di MA Hubbul Wathan
cukup maksimal untuk menjalankan proses kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga
berjalan dengan baik.
Siswa atau anak didik merupakan faktor pendidikan yang berperan aktif dalam
kegiatan belajar mengajar (KBM), karena siswa merupakan obyek sekaligus subyek
dalam proses belajar mengajar (PBM). MA Hubbul Wathan saat ini mempunyai siswa
sebanyak 47 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 30 orang dan siswa
43
perempuan sebanyak 17 orang yang tersebar pada kelas X sampai kelas XII,
selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel : 2
Daftar Siswa MA Hubbul Wathan Tahun 2012
Jenis Kelamin
No
Kelas/Tingkat
L
P
1. Kelas X
7
3
2. Kelas XI
12
5
3. Kelas XII
11
9
Total
30
17
Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan
Jumlah
10
17
20
47
Dari data tabel di atas dapat diketahui penyebaran siswa pada setiap
kelas/tingkatan dimana kelas X laki-laki berjumlah 7 orang dan siswa perempuan 3
orang sehingga keseluruhannya berjumlah 10 orang, untuk kelas XI berjumlah 17
orang dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 5
orang, untuk siswa kelas XII, laki-laki berjumlah 11 orang dan perempuan 9 orang
sehingga seluruhnya berjumlah 20`orang. Jadi total siswa MA Hubbul Wathan
berjumla 47 siswa.
Sarana dan prasarana yang menunjang, sangat penting bagi keberadaan sekolah
itu, karena salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan adalah sarana
dan prasarana yang memadai, dengan sarana dan prasarana yang memadai akan
mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Sarana merupakan fasilitas atau alat-alat pendidikan yang dapat digunakan
secara langsung dalam proses pembelajaran. Sedangkan prasarana dimaksudkan
sebagai sesuatu yang memberikan manfaat secara tidak langsung, namun
keberadaannya sangat mendukung berlangsungnya kegiatan pendidikan di
sekolah.32
44
MA Hubbul Wathan telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup tapi
masih perlu di tingkatkan kualitas maupun kauntitasnya sesuai dengan kemajuan
zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Keberadaan
sarana dan prasarana di MA Hubbul Wathan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel : 3
Keadaan Sarana dan Prasarana di MA Hubbul Wathan
Sarana dan Prasarana
Jumlah/Luas
20.000 M2
Tanah
Gedung
1. Ruangan belajar
2. Kantor
3. Ruangan guru
Meja
1. Meja KS
2. Meja guru/TU
3. Meja siswa
4. Meja tamu
Kursi/bangku
1. Kursi KS
2. Kursi guru/TU
3. Kursi siswa
Papan Data/Nama
1. Papan Data Siswa
2. Papan Data Guru
3. Papan Daftar Nilai Uan/UAS
4. Papan data kelembagaan
5. Papan pengumuman
6. Papan tulis/milamin
7. Papan nama
Lemari
1. Lemari arsip
2. Lemari buku/perpustakaan
Buku
1. Buku sumber
2. Buku pegangan guru
3. Buku referensi
32
Saifuloh, Ka. TU, Wawancara, Toli-Toli, 21 Juli 2012
3 lokal
1 lokal
1 ruangan
1 buah
12 buah
50 buah
1 unit
1 buah
12 buah
50 buah
1 buah
1buah
1 buah
3 buah
1 buah
3 buah
4 buah
2 buah
3 buah
30 jld/150 exp
50 jld/200 exp
20 jld/20 exp
Ket
Baik
5 rusak
4 rusak
5 rusak
1 rusak
1 rusak
1 rusak
Baik
45
4. Buku pegangan siswa
8
Alat bantu pengajaran
1. Papan tulis
2. Spidol
9
Alat olah raga
1. Bola kaki
2. Bola voly
3. Bola takraw
4. Net badminton
5. Net takraw
6. Raket
7. shuttlecock
10 Alatkesenian
1. qasidah rabana
11 Lain-lain
1. baik air
2. wc guru
3. wc siswa
Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan
40 buah
3 buah
5 lusin
1 rusak
1 rusak
1 buah
1buah
2 buah
1 buah
1 buah
6 buah
2 bambu
2 rusak
1 rusak
1 paket
Baik
3 unit
1 unit
2 unit
1 rusak
1 rusak
1 rusak
Menyimak uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana MA
Hubbul Wathan sudah cukup namun masih harus dibenahi dengan menambah sarana
dan prasarana yang ada atau mengganti sarana yang telah rusak.
B. Deskripsi Data Variabel Profesionalisme Guru di MA Hubbul Wathan
Kecamatan Lalonggasumeeto Kabuaten Konawe
Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung
menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara
menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak
didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya
sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab
terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang
mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis,
46
bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin
sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan
didapat citra baik dalam profesi itu. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru
dalam mentransfer pengetahuan baik dari segi kemampuan penguasaan materi,
pengelolaan kelas, penguasaan metode, penilain evaluasi sehingga siswa dengan
mudah menyerap ilmu yang diterimanya
Deskripsi data tabulasi angket variabel profesionalisme guru disajikan dalam
lampiran 2. Data yang terkumpul pada beberapa tabel angket tersebut, dapat
ditemukan bahwa jumlah skor variabel profesionalisme guru, adalah = 2241. Untuk
mengetahui lebih jelasnya tentang pengukuran responden dari jawaban angket dapat
diuraikan sebagai berikut:
Tabel : 4
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, mengelolah pembelajaran
dalam kelas dengan baik
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
10
21.28
2. Sering
23
48.94
3. Kadang-kadang
14
29.79
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1
Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden atau 21.28%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 23 responden atau 48.94%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 14 responden atau 29.79% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %.
47
Tabel : 5
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menyusun RPP sebelum
mengajar
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
10
21.28
2. Sering
28
59.57
3. Kadang-kadang
9
19.15
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 2.
Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden atau 21.28%
yang menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 28 responden atau 59.57%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 responden atau 19.15% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %.
Tabel : 6
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, melakukan evaluasi
pembelajaran setiap akhir proses belajar mengajar
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
24
51.06
2. Sering
20
42.55
3. Kadang-kadang
3
6.38
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 3.
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu,
sebanyak 24 responden atau 51.06%, yang menyatakan sering sebanyak 20 orang atau
42.55 %, dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %.
Tabel : 7
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menggunakan berbagai
metode dalam proses pembelajaran secara bervariasi
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
48
1.
2.
3.
4.
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
Jumlah
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 7.
7
9
28
3
47
14.89
19.15
59.57
6.38
100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa yang menyatakan selalu,
sebanyak responden 7 atau 14.89%, 9 responden yang menjawab sering atau 19.15%
dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 28 responden atau 59.57% serta yang
menjawab tidak pernah sebanyak 3 responden atau 6.38%.
Tabel : 8
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, berwibawa dan dapat
dijadikan suri tauladan yang baik
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
28
59.57
2. Sering
14
29.79
3. Kadang-kadang
5
10.64
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 5.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu,
sebanyak 28 responden atau 59.57%, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden
atau 29.79%, Sedangkan 5 responden atau 10.64% menyatakan kadang-kadang, dan
yang menyatakan tidak pernah kosong atau 0%.
Tabel : 9
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menguasai materi
pembelajaran secara optimal sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dan
diserap dengan baik
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
10
21.28
49
2.
3.
4.
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
Jumlah
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 6.
29
3
5
47
61.70
6.38
10.64
100 %
Dari data diatas menunjukakan bahwa responden yang menjawab selalu,
sebanyak 10 responden atau 21.28%, 29 responden atau 61.70% menyatakan sering
dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% serta yang
menjawab tidak pernah sebanyak 5 resonden atau 10.64%.
Tabel : 10
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, berkepribadian mantap serta
berakhlak mulia sehingga dapat dijadikan sebagai figur yang baik
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
25
53.19
2. Sering
14
29.79
3. Kadang-kadang
8
17.02
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 4.
Dari data tersebut responden yang menjawab selalu sebanyak 25 responden
atau 53.19%, sebanyak 14 responden atau 29.79% menjawab sering dan, 8 responden
atau 17.02% yang menyatakan kadang-kadang serta yang menyatakan tidak pernah
sebanyak tidak ada atau 0%.
Tabel : 11
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, dapat meciptakan suasana
nyaman di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
26
55.32
50
2.
3.
4.
Sering
Kadang-kadang
Tidak pernah
Jumlah
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8.
21
47
44.68
0
0
100 %
Berdasarkan tebel tersebut, bahwa responden yang menjawab selalu, sebanyak
26 responden atau 55.32%, serta 21 responden yang menyatakan sering atau 44.68%.
Dan yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah tidak ada atau 0%.
Tabel : 12
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, dapat berinteraksi secara baik
dengan masyarakat yang ada disekitar sekolah
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
38
80.85
2. Sering
9
19.15
3. Kadang-kadang
0
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9.
Dari data tersebut responden yang menjawab selalu, sebanyak 38 responden
atau 80.85%, sebanyak 9 responden atau 19.15% menjawab sering dan, yang
menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah sama sekali tidak ada atau 0%.
Tabel : 13
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak, tidak mampu memecahkan masalah
yang anda hadapi di sekolah
51
No
1.
2.
3.
4.
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Selalu
21
Sering
22
Kadang-kadang
4
Tidak pernah
Jumlah
47
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 10.
Persentase (%)
44.68
46.81
8.51
0
100 %
Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden atau 44.68 %
yang menyatakan selalu dan yang menyatakan sering sebanyak 22 responden atau
46.81% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 4 responden atau
8.51% dan yang menyatakan tidak pernah, tidak ada atau 0 %.
Tabel : 14
Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, memberikan materi
pembelajaran aqidah akhlak berdasarkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan
dengan cara mencari materi yang kontenporer
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
17
36.17
2. Sering
25
53.19
3. Kadang-kadang
5
10.64
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 11.
Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden atau 36.17%
menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 25 responden atau 53.19%
sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5 responden atau 10.64% dan
yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %.
Tabel : 15
Tanggapan responden tentang materi pembelajaran aqidah akhlak dapat membentuk
sikap anda dalam kehidupan sehari-hari
52
No
1.
2.
3.
4.
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Selalu
13
Sering
26
Kadang-kadang
7
Tidak pernah
1
Jumlah
47
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 12.
Persentase (%)
27.66
55.32
14.89
2.13
100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu
sebanyak 13 responden atau 27.66%, yang menyatakan sering sebanyak 26 orang atau
55.32%, dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 7 responden atau 14.89% dan
yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 responden atau 2.13%.
Tabel : 16
Tanggapan responden tentang dalam proses pendidikan di sekolah anda dapat berjalan
dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
9
19.15
2. Sering
13
27.66
3. Kadang-kadang
19
40.43
4. Tidak pernah
6
12.77
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa yang menjawab selalu sebanyak
responden 9 atau 19.15%, 13 responden yang menjawab sering atau 27.66% dan yang
menyatakan kadang-kadang sebanyak 19 responden atau 40.43% serta yang menjawab
tidak pernah sebanyak 6 responden atau 12.77%.
Tabel : 17
53
Tanggapan responden tentang dengan materi aqidah akhlak dapat meningkatkan
perilaku anda dalam keidupan sehari-hari
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
21
44.68
2. Sering
14
29.79
3. Kadang-kadang
12
25.53
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 14.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu
sebanyak 21 responden atau 44.68%, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden
atau 29.79%, Sedangkan 12 responden atau 25.53% menyatakan kadang-kadang, dan
yang menyatakan tidak pernah kosong atau 0%.
Tabel : 18
Tanggapan responden tentang disekolah anda, proses pendidikan dapat berjalan sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan
No
Tanggapan Responden
Frekuensi (F)
Persentase (%)
1. Selalu
17
36.17
2. Sering
27
57.45
3. Kadang-kadang
3
6.38
4. Tidak pernah
0
Jumlah
47
100 %
Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15.
Dari data di atas menunjukakan bahwa responden yang menjawab selalu
sebanyak 17 responden atau 36.17%, 27 responden atau 57.45% menyatakan sering
dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% serta yang
menjawab tidak pernah tidak ada atau 0%.
Berdasarkan hasil tabulasi angket tentang profesionalisme guru di MAS
Hubbul Wathan ( variabel X), maka dapat disimpulkan berdasarkan kategorisasi di
bawah ini :
54
Tabel : 19
Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Profesionalisme Guru di MAS Hubbul Wathan
Interval
Frekuensi
Persentase (%)
Kategori
81 – 100 %
18
38.3
Sangat Tinggi
61 – 80 %
29
61.7
Tinggi
41 – 60 %
0
0
Sedang
21 – 40 %
0
0
Rendah
0 - 20 %
0
0
Rendah Sekali
N=47
100%
Berdasarkan kategorisasi pada tabel terdsebut di atas, bahwa profesionalisme
guru di MAS Hubbul Wathan yaitu terdapat dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat
bahwa responden yang berada pada interval 61 – 80% sebanyak 29 orang atau 61.7%,
dan 18 responden berada pada interval 81-100% dalam kategori sangat tinggi,
sehingga dapat disimpulkan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan pada
umumnya berkategori tinggi. Kemudian dapat pula ditayangkan dalam bentuk grafik
histogram sebagai berikut:
persentase
100
61.7
50
0
0
0
sangat rendah
rendah
38.3
0
sedang
tinggi
sangat
tinggi
kategori
Gambar 1. Garafik histogram frekuensi tentang kategorisasi profesionalisme guru di
MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe
55
C. Deskripsi Data Variabel Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak MAS Hubbul Wathan Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe
Tolok ukur dari prestasi belajar siswa pada dasarnya secara spesifik dapat
dilihat dari nilai rapor pada setiap semester. Meskipun demikian indikator hasil belajar
siswa sesungguhnya aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotoriknya juga turut
menentukan tingkat kemampuan siswa yang dicapai rata-rata yang telah ditentukan
yaitu 75.
Namun dalam penelitian ini aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku)
siswa tidak dapat diperoleh datanya secara lengkap. Keadaan disebabkan tingkat
kesulitan guru dalam melakukan penilaian sikap maupun perilaku siswa. Memang
terdapat kelemahan dalam proses evaluasi belajar yang diberlakukan, karena tingkat
prestasi siswa hanya dapat diukur dan mengacu pada nilai rapor berdasarkan hasil
ujian saja (kognitif). Sementara untuk penilaian, sikap dan perilaku tergantung tingkat
obyektifitas guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, pihak sekolah mengarahkan
guru untuk melakukan penilaian tersebut ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Kemudian, untuk mengantisipasi kelemahan tersebut, khusus pada mata
pelajaran aqidah akhlak penilaian afektif dan psikomotorik dilakukan dengan jalan
melakukan penilaian tersendiri di luar nilai rapor, yaitu penilaian sikap dan perilaku
siswa tetap dilakukan oleh guru tetapi tidak memberikan pengaruh pada nilai rapor.
Penilaian tersebut diperlukan ketika seorang siswa benar-benar memiliki masalah yang
menyangkut pelanggaran moral di sekolah. Meskipun demikian sebenarnya dalam
penilaian kognitif juga telah terkumulasi penilaian afektif dan psikomotorik. Dengan
56
demikian, dapat diasumsikan bahwa penilaian terhadap hasil belajar siswa bukan
hanya nilai secara akademik yaitu melalui nilai yang tertera di rapor dari hasil ujian
(kognitif), tetapi
yang terpenting adalah
penilaian dari segi
afektif dan
psikomotoriknya. Apabila ketiga aspek tersebut sinergis, maka dapat dikatakan bahwa
itulah hasil belajar yang diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan indikator penilaian hasil
belajar siswa sesuai nilai rapor siswa semester genap 2011/2012, khususnya pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak, dan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel : 20
Daftar Nilai Raport Siswa pada mata Pelajaran Aqidah Akhlak (Y)
No. Responden
Nilai Semseter 2
Kategori
1
90
Sangat tinggi
2
80
Tinggi
3
75
Tinggi
4
70
Cukup
5
80
Tinggi
6
85
Sangat tinggi
7
65
Tinggi
8
80
Tinggi
9
70
Cukup
10
80
Tinggi
11
65
Cukup
12
85
Sangat tinggi
13
70
Cukup
14
80
Tinggi
15
70
Cukup
16
80
Tinggi
17
75
Tinggi
18
70
Cukup
19
65
Cukup
20
75
Tinggi
21
70
Cukup
22
80
Sangat tinggi
57
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
∑
65
80
70
75
75
85
80
75
70
75
75
70
70
85
65
75
80
85
75
65
70
65
90
85
75
3540
Rata-rata
Nilai min
Nilai max
Sumber data: Kantor MAS Hubbul Wathan, tahun 2012.
Cukup
Tinggi
Cukup
Cukup
Cukup
Tinggi
Tinggi
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Tinggi
Cukup
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Cukup
Cukup
Cukup
Sangat tinggi
Tinggi
Tinggi
75.32
65
90
Tabel : 21
Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak
No
Kelas
Frekuensi Nilai Tengah
Fx i
xi 2
F xi 2
Interval
( f)
(x i )
1
61 – 70
18
65
4225
1170
1368900
2
71 – 80
21
75
5625
1575
2480625
3
81 - 90
8
85
7225
680
462400
47
225
17075
3425
4311925
Jumlah
58
1. Nilai rata-rata ( X )
=
 fxi
n
=
3540
47
= 75.32
nfxi  (fxi ) 2
n( n  i )
2
2. Standar Deviasi
=
=
47 x4311925  (3425) 2
47(47  1)
=
202660475  11730625
2162
=
190929850
2162
=
88311
= 297.17
= S2
3. Varians
= 297.17 2
= 88310
Tabel : 22
Hasil rekapitulasi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak (Y)
N
Nilai Min
Nilai Max
Mean
Median
Modus
SD
47
65
90
75.32
78
75
297.17
Sumber data: Hasil rekapitulasi angket
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan dapat dijelaskan dengan kategorisasi
sebagai berikut:
59
Tabel : 23
Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak
Interval
Frekuensi
Persentase
Kategori
81 -100
8
17.02
Sangat tinggi
61 - 80
39
82.98
Tinggi
41 - 60
0
0
Cukup tinggi
21 – 40
0
0
Rendah
0 - 20
0
0
Sangat rendah
N =47
100%
Berdasarkan kategorisasi pada tabel terdsebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul
Wathan adalah terdapat 39 responden yang berada pada interval 61 - 80%, dengan
persentasi sebesar 82.98%, hal ini termasuk dalam kategori tinggi. Selanjutnya dapat
ditayangkan dalam bentuk grafik dengan diagram balok sebagai berikut:
persentase
100
82.98
80
60
40
20
17.02
0
0
0
0
sangat
rendah
rendah
cukup
tinggi
tinggi
tinggi
sekali
kategori
Gambar 2. Grafik Histogram Prestasi Belajar Siswa Pada Mapel Aqidah Akhlak di
MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe
60
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
siswa di MAS Hubbul Wathan semester genap menunjukkan bahwa nilai hasil belajar
siswa senantiasa mengalami peningkatan dari tiap semester. Ini menunjukkan
keberhasilan pelaksanaan pendidikan di MAS Hubbul Wathan.
D. Analisis Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa
pada Mata elajaran Aqidah Akhlak di MAS Hubbul Wathan
Berdasarkan lampiran 2 dan 3, maka untuk mengetahui persamaan regresi dari
tiap variabel di gunakan rumus analisis regresi luiner sederhana. Selanjutnya untuk
mencari hubungan antara variabel x dan y data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment Person dengan rumus sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Tabel : 24
Data Hasil Rekapitulasi Nilai Angket Variabel X dan Y
X
Y
Xy
X2
Y2
56
90
3136
8100
5040
52
80
2704
6400
4160
50
75
2500
5625
3750
50
70
2500
4900
3500
56
80
3136
6400
4480
44
85
1936
7225
3740
49
65
2401
4225
3185
52
80
2704
6400
4160
45
70
2025
4900
3150
53
80
2809
6400
4240
47
65
2209
4225
3055
53
85
2809
7225
4505
53
70
2809
4900
3710
51
80
2601
6400
4080
48
70
2304
4900
3360
52
80
2704
6400
4160
51
75
2601
5625
3825
46
70
2116
4900
3220
61
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
∑
Ratarata
48
45
47
43
42
51
47
48
48
52
48
48
46
50
44
46
45
50
44
49
47
39
45
42
43
44
48
43
41
2241
47.68
65
75
70
80
65
80
70
75
75
85
80
75
70
75
75
70
70
85
65
75
80
85
75
65
70
65
90
85
75
3540
75.32
2304
2025
2209
1849
1764
2601
2209
2304
2304
2704
2304
2304
2116
2500
1936
2116
2025
2500
1936
2401
2209
1521
2025
1764
1849
1936
2304
1849
1681
107553
4225
5625
4900
6400
4225
6400
4900
5625
5625
7225
6400
5625
4900
5625
5625
4900
4900
7225
4225
5625
6400
7225
5625
4225
4900
4225
8100
7225
5625
268900
Dari hasil tabulasi angket diatas maka diketahui bahwa :
∑X
= 2241
∑Y
∑(X2)
= 107553
∑(Y2) = 268900
∑ (XY)
= 169230
N
= 3540
= 47
3120
3375
3290
3440
2730
4080
3290
3600
3600
4420
3840
3600
3220
3750
3300
3220
3150
4250
2860
3675
3760
3315
3375
2730
3010
2860
4320
3655
3075
169230
62
Mencari nilai b dan a
b = n ∑ (XY) – (∑X) (∑Y)
n (∑X2 ) – (∑X )2
= 47 (169230) – (2241) (3540)
47 (107553) – (2241) 2
= 7953810 – 7933140
5054991 – 5022081
=
20670
32910
b = 0.628
a = ∑Y – b∑X
N
= 3540 – (0.628) (2241)
47
= 3540 – (1407.52)
47
= 2132.48
47
= 45.372
Berdasarkan perhitungan di temukan nilai harga b dan harga a, di peroleh
persamaan regresi sebagai berikut :
Y’ = 45.372 + 0.628 (x)
X = (47.68)
Y’ = a + b x
= 45.372 + 0.628 (47.68)
63
= 45.372 + 29.947
= 75.319
Dengan nilai harga b dan harga a = y’ sebesar 75.319, hal ini mengandung
makna bahwa variabel prestasi belajar siswa (Y) dipengaruhi oleh variabel
profesionalisme guru (X) dengan sumbangan sebesar 75.319. Adapun untuk mencari
pengaruh variabel dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya
koefisien determinasi maka terlebih dahulu mencari korelasi (r2) dengan menggunakan
rumus korelasi prodact moment, sebagai berikut :
N XY  ( X )( Y )
rXY =
( NX
2
 (X ) 2 ) ( NY 2  (Y )) 2

47. 169230 - (2241) (3540)
=
√ { (47. 107553) – (2241) 2 } { (47. 268900) - (3540)2 }
7953810 - (7933140)
=
√ {(5054991) – (5022081)} { (12638300) – (12531600)}
20670
=
√ { (32910)} { (106700)}
20670
=
√ 3511497000
64
=
20670
59257.88
=
0,349
Berdasarkan perhitungan diatas maka keofisien korelasi yang ditemukan
sebesar 0,349, diketahui, untuk n = 47, taraf signifikan 5%, maka r tab = 0,288.
ketentuannya bila r hit lebih kecil dari r tab (r hit < r tab), maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hit lebih besar dari r tab (r hit > r tab), maka Ha
diterima. Ternyata r hit (0,349) lebih besar dari r tab (0,288). Jadi karena r hit > r tab
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif profesionalisme guru
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak. Pengaruh tersebut
berlaku untuk sampel yang berjumlah 47 orang.
Selanjutnya untuk mengetahui
besarnya kontribusi variabel profesionalisme guru (X) terhadap variabel prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak (Y) dapat dirumuskan dengan
menggunakan koefisien determinan dengan cara mengkuadratkan koefisien yang
ditemukan, adapun rumusnya KD= r2 X 100%.
= 0.349 2
100%
= 0.122 × 100%
= 12.17%
Hal ini berarti variabel yang terjadi pada variabel terikat (Y) 12.17%
dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan
pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
65
aqidah akhlak sebesar 12.17%. Kemudian untuk menguji hipotesis penelitian maka
digunakan uji signifikansi dengan menggunakan uji-F :
1. Mencari jumlah kuadrat residu (JK Re g ( a ) ) dengan rumus:
JK Re g ( a ) =
(Y ) 2
n
=
(3540) 2
47
=
(12531600)
47
= 266629.8
2. Mencari jumlah kuadrat regresi (JK Re g ( b / a ) ) dengan rumus:
(X )(Y ) 

JK Re g ( b / a ) = bXY 

n


(2241)(3540) 

= 0.628169230 

47


7933140 

= 0.628169230 

47 

= 0.628169230  168790.2
= 0.628 x 439.79
= 276.19
3. Mencari jumlah kuadrat residu (RJK Re s ) dengan rumus :
JK Re s = Y 2  JK Re g (b / a )  JK Re g ( a )
66
= 268900 - 276.19 – 266629.8
= 1994.03
4. Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJK Re g ( a ) ) dengan rumus:
RJK Re g ( a ) = JK Re g ( a ) =266629.8
5. Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJK Re g ( b / a ) ) dengan rumus:
RJK Re g ( b / a ) = JK Re g ( b / a ) = 276.19
6. Mencari jumlah kuadrat residu (RJK Re s ) dengan rumus :
JK Re s =
=
JK Re s
n2
1994.03
47  2
= 44.31
Sehingga F hitung sebagai berikut :
F hitung =
=
RJK Re g (b / a )
RJK Re s
276.19
44.31
= 6.233
Kemudian mencari nilai F tabel dengan rumus :
F tabel = F (1.a )( dk Re g (b / a ))( dk Re s )
= F ( 6.233)( dk Re g (b / a )1)),( dk Re s  47 2
67
= F (.0,05),(1, 44
Cara mencari tabel= angka : 1
45
= Pembilang
= Penyebut
F tabel = 4.06
Setelah melihat nilai dari F hitung dan F tabel di atas maka diperoleh bahwa
F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan
Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe.
E. Pembahasan
Penelitian ini berjudul pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan, dilaksanakan pada
bulan Juli s/d Oktober 2012, dengan sampel penelitian sebanyak 47 orang siswa.
Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung
menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara
menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak
didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya
sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab
terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang
mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis,
68
bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin
sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan
didapat citra baik dalam profesi itu.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya
memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya
secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang
dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya.
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam mentransfer pengetahuan
baik dari segi perencanaan, kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas,
penguasaan metode dan teknik evaluasi sehingga siswa dengan mudah menyerap ilmu
yang diterimanya. Dari hasil tabulasi angket tentang variabel profesionalisme guru
ditemukan bahwa terdapat dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa
responden yang berada pada interval 61 – 80% sebanyak 29 orang atau 61.7%, dan 18
responden berada pada interval 81-100% dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat
disimpulkan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan berada pada kategori
tinggi.
Prestasi belajar adalah suatu bukti yang telah dicapai oleh seseorang dengan
melalui usaha dalam mengikuti pelajaran. Sejauhmana prestasi yang dicapai seorang
siswa dalam belajar, maka perlu dilakukan evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah preses belajar mengajar berlangsung.
69
Dengan demikian prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang di peroleh karena adanya
aktifitas belajar yang telah dilakukan. Proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman, pengetahuan, keterampilan,
nilai, sikap dan prilaku, dimana perubahan tersebut akan nampak sebagai prestasi
belajar dari siswa yang bersangkutan.
Prestasi belajar adalah bobot nilai yang dicapai seorang siswa yang ditetapkan
dalam sebuah rapor sebagai wujud hasil usaha siswa tersebut dalam proses belajar.
bobot nilai yang telah ditetapkan tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk
mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Lebih jelasnya prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan, dapat dilihat
berdasarkan nilai raport siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak yaitu siswa yang
memperoleh nilai antara 61-80 sebanyak 39 oranga siswa atau 82.98%, dan yang
memperoleh nilai antara 81-100 sebanyak 8 orang siswa atau 17.02%. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah
akhlak berada dalam kategori tinggi dengan persentase 82.98% dari 39 siswa yang
memperoleh nilai antara 61-80, dengan nilai rata-rata sebesar 75.32.
Hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y = 45.372
+ 0.628 (x), dengan nilai harga b dan harga a = y’ sebesar 75.319, hal ini mengandung
makna bahwa variabel prestasi belajar siswa (Y) dipengaruhi oleh variabel
profesionalisme guru (X) dengan sumbangan sebesar 75.319. Sedangkan keofisien
korelasi yang ditemukan sebesar 0,349, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang
positif profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
70
aqidah akhlak. Pengaruh tersebut berlaku untuk sampel yang berjumlah 47 orang.
Diketahui, untuk n = 47, taraf signifikan 5%, maka harga r tab = 0,288. ketentuannya
bila r hit lebih kecil dari r tab (r hit < r tab), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi
sebaliknya bila r hit lebih besar dari r tab (r hit > r tab), maka Ha diterima.Ternyata r
hit (0,349) lebih besar dari r tab (0,288). Jadi karena r hit > r tab maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif profesionalisme guru terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak, besarnya pengaruh
profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah
akhlak sebesar 12.17%.
Berdasarkan analisis uji-F ditemukan nilai dari F hitung (6.233) dan F tabel (4.06),
maka diperoleh bahwa F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah
akhlak di MAS Hubbul Wathan.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai akhir dari penelitian di MAS Hubbul Wathan, penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan temukan data kategori tinggi,
hal ini ditunjukkan bahwa dari 47 responden terdapat 29 orang atau 61.7%,
dalam kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan profesionalisme guru di
MAS Hubbul Wathan berada pada kategori tinggi.
2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul
Wathan adalah terdapat 39 orang siswa yang mencapai kategori tinggi atau
sebesar 82.98%. Dengan demikian data prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran aqidah akhlak pada umumnya berada dalam kategori tinggi, dengan
nilai rata-rata 75.32.
3. Terdapat pengaruh yang positif dan siginifikan profesionalisme guru terhadap
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul
Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe. Hal ini ditunjukkan
pada hail uji F bahwa F hit (6.233) lebih besar dari F tab (4.06). Sedangkan
besanya pengauh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan sebesar 12.17%.
71
72
B. Saran-Saran
Sebagai implikasi dari penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut :
1. Diharapkan agar semua komponen terus bekerja sama dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di MAS Hubbul Wathan, sehingga prestasi belajar siswa
terus mengalami peningkatan yang signifikan.
2. Sekiranya kinerja dari para guru lebih ditingkatkan lagi, dan menambah
khasanah keilmuannya dengan cara ikut aktif dalam kegiatan keguruan,
simposium, loka karya dan seminar-seminar.
3. Kepada
guru
diharapkan
kesadarannya
untuk
selalu
meningkatkan
profesionalismenya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di
sekolah, karena tugas yang dikerjakan selain merupakan tanggung jawab
kepada pemerintah dan masyarakat juga merupakan pengabdian untuk
mendapatkan ridho Allah SWT.
73
73
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com,
diakses, 1 Desember 2011) 2011
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis), Jakarta: Edisi
Revisi, Meitang Putra, 1992.
Abdurrahman H., Pengelolaan Pengajaran, Cet. VII, Ujung Pandang: Bintang
Selatan, 1994.
Barnadib, Imam, Pendidikan Perbandingan (Buku Dasar I Dasar-Dasar), Cet. II,
Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Buletin C:/MD-Surat, Kode Etik Guru, Kendari, 2001.
Beta, Profesionalisme Guru, (online) (http://beta.pikiran-rakyat.com, diakses, 1
Desember 2011) 2011
Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman
Komite Madrasah, Jakarta: Proyek Pemberdayaan Kelembagaan dan
Ketata;aksanaan pada Madrasah PAI Sekolah Umum Tingkat Dasar, 2003.
Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, Bandung : Tarsiti, 1993
Haryadi,Sugeng, Perkembangan Peserta Didik, Semarang :Ikip Semarang Press, 1995
Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media Karya Anak
Bangsa, 1996
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional : Menciptalajaran Yang Kreatif Dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Rohani, Ahmad, H. M dan H. Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.
Santoso, Gempur, Metodologi Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta,
2007.
-------------, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2008
Syafrudin, Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat
Pers, 2002.
Surya, Muhammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Maha Putra
Adidaya, 2003.
Surjadi A, Membuat Sistem Aktif Belajar, Bandung : Cet.I, Bira Cipta, 1993
Sudirman L, Belajar yang Efektif dan Efisien, Jakarta : Buni Aksara, 1999
Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1990
Setiawati, Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 1990
Tim Dikdaktik Metodik Kurikulum, IKP, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum
Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.
Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen,
Bandung: Fokus Media, 2006
Usman, Muh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1995.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005,
(Jakarta: Cemerlang, 2005
Undang-Undang Guru dan Dosen,
Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
mengajar, Bandung: PT. Rineka Cipta, 1992.
Winkel, WS. Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi), Jakarta, :Grasindo, 1996
-------------------, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia, 1994
75
PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DI MAS HUBBUL WATHAN DESA TOLI-TOLI KECAMATAN
LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE
Proposal diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar proposal
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
OLEH :
JUMNIATI
NIM. 08010101082
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2011
76
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan proposal saudari Jumniati, Nim. 08010101082
mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari, setelah dengan seksama
meneliti dan mengoreksi proposal yang bersangkutan dengan judul: “pengaruh
profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqiah akhlak
di MAS Hubbul Wathan Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten
Konawe”, memandang bahwa proposal tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah
dan dapat disetujui untuk diseminarkan.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya.
Kendari,
Desember 2011.
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj. St. Fatimah Kadir, MA
Nip. 196709231993032003
St. Aisyah Mu’min, S. Ag, M. Pd
NIP. 197205319980324
ii
77
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... .
DAFTAR ISI ..................................................................................................
i
ii
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................
C. Hipotesis ....................................................................................
D. Definisi Operasional ..................................................................
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...............................................
1
4
5
5
6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Profesionalisme Guru………………………………….
1. Definisi Profesionelisme Guru ..............................................
2. Ciri-Ciri Guru Profesional………………………………….
3. Pengembangan Profesionelisme Guru ..................................
4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru.........................................
B. Hakikat Pestasi Belajar Siswa .....................................................
1. Definisi Pestasi Belajar Siswa ..............................................
2. Jenis-Jenis Pestasi Belajar ....................................................
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...........
C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ..........................................
7
7
13
16
20
22
22
26
28
32
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..........................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
C. Variabel Penelitian .....................................................................
D. Populasi dan Sampel ..................................................................
E. Kisi-Kisi Instrumen .....................................................................
F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
G. Teknik Analisa Data ..................................................................
35
35
35
36
37
38
38
DAFTAR PUSTAKA
iii
78
Download