1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman ini adalah zaman yang penuh dengan persaingan dari segala aspek kehidupan, terutama dibidang pengetahuan dan ilmu teknologi, bila kita tidak arief menghadapinya maka kita akan terpurut dalam kehidupan hanyut oleh arus zaman tanpa daya, dan salah satu senjata ampuh yang bisa melawannya adalah ilmu pengtahuan dan kecerdasan. Persoalannya adalah apakah kita sudah memenuhi syarat sebagai manusia yang cerdas baik lahir maupun bathin? Dan untuk sampai ketingkat kecerdasan itu harus melalui penddikan baik yang sifatnya formal maupun non formal, hal ini pun sudah dilaksanakan mulai dari kota sampai kepelosok desa tapi kenyataaanya masih banyak siswa yang bermutu rendah (inferior) padahal telah dilengkapi tenaga-tenaga pengajar lulusan sarjana pendidikan yang notabene mempelajari tentang bagaimana menjadi guru yang baik dan profesional. Perlu dipahami bahwa kriteria utama untuk mengajar dengan sukses ialah: apakah mengajar itu berhasil atau tidak, sukses atau tidaknya mengajar ditentukan oleh hasilnya mengajar itu. Berhasil bila anak-anak bersungguh sungguh belajar sesuatu, misalnya ia bertambah pandai main piano, volley, memecahkan soal aljabar, menggunakan bahasa inggris, memahami sejarah dan lain sebagainya. Sebab sukses dalam mengajar hendaknya dinilai berdasarkan hasil-hasil yang mantap atau tahan lama dan yang dapat dipergunakan oleh sipengajar dalam hidupnya. Jadi atas dasar ini 1 2 kita bisa ambil kesimpulan bahwa guru di nilai berhasil jika mampu mengubah siswa kearah yang lebih baik, atau dengan kata lain menjadi siswa yang cerdas dan salah satu yang dapat kita lihat pada guru yang berhasil adalah : mampu meningkatkan keaktifan mental siswa yang diajarnya. Dalam Undang-Undang Pendidikan Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 disebutkan, bahwa : Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Guru tidak hanya menarik perhatian siswa yang diajarnya tapi dia harus meningkatkan aktifitas siswa-siswanya dengan satu atan lain cara, guru juga harus menemukan metode-metode untuk meningkatkan pikiran siswa-siswa pada apa yang sedang disajikannya. Setiap guru yang berhasil atau sukses senantiasa berusaha untuk membangkitkan reaksi dalam fikiran setiap siswanya. Dan selalu mencoba untuk membawa pikiran siswa-siswanya secara aktif terhadap apa-apa yang sedang disajikannya. Secara fundamental tentang pentingnya profesionalisme guru, terhadap peningkatan prestasi siswa, karena guru yang tidak professional tidak akan mungkin bisa mengarahkan siswa yang berprestasi dengan demikian terdapat cukup alasan mengenai pentingnya profesionalisme guru dalam kegiatan proses belajar mangajar. Profesi guru saat ini masih banyak di bicarakan orang,atau masih sajah dipertanyakan 1 Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Cemerlang, 2005), h. 70 3 orang, baik dikalangan pendidik maupun diluar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir hampir setiap hari media massa khususnya media cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru, dimana belum keseluruhan guru mencapai tingkat professional yang ideal. Ada yang punya latar belakang pendidikan S-1 tapi belum sepenuhnya menguasai kompetensi guru dan hal ini sangat berdampak pada keberhasilan maupun prestasi yang dimiliki oleh siswa di sekolah atau madrasah yang disebabkan oleh ketidaksiapan guru dalam penguasaan terhadap bahan ajar dan pengalaman belajar. Oleh karena itu penulis sangat tertarik mengangkat permasalahan ini. Berdasarkan pengamatan awal bahwa MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe (1) tenaga pendidik yang memiliki latar belakang pendidikan yang beraneka ragam dan tentunya tingkat profesionalisme guru-guru MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe perlu diadakan suatu penelitian kerena adanya keanekaragaman latar belakang tersebut yang berdampak terhadap peningkatan kualitas pendidikan siswa MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. (2) hasil belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak memiliki rata-rata 65. Untuk mewujudkan hasil belajar yang lebih baik dapat didukung oleh kelengkapan fasilitas dan kurikulum juga sangat ditentukan oleh profesionalisme guru. Olehnya itu amatlah penting para guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe, untuk memiliki profesionalisme sebagai penunjang utama dalam proses belajar mangajar agar para siswa mampu menghadapi tantangan dimasa yang 4 akan datang serta memiliki mutu pendidikan yang handal yang nantinya bisa bersaing dengan lembaga pendidikan lain serta para lulusannya dapat diterima pada perguruan tinggi lainnya. Berdasarkan pengamatan di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, maka penulis dapat membatasi permasalahannya, yaitu: a. Profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. b. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. c. Pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. 5 2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ?. b. Bagaimana prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe?. c. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe ?. C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Terdapat pengaruh positif profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe”. D. Definisi Operasional 1. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam mentransfer pengetahuan baik dari segi kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penguasaan metode dan penilain evaluasi sehingga siswa dengan mudah menyerap ilmu yang diterimanya. 6 2. Prestasi belajar siswa adalah perolehan nilai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam hal ini perolehan nilai semester atau nilai raport siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak semester II tahun akademik 2011/2012. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mendeskripsikan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. b. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. c. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. 2. Kegunaan Penelitian a. Dapat memberikan kontribusi bagi para guru-guru dan tenaga kependidikan, sehingga tujuan yang ingin dicapai terlaksana dengan baik. b. Dapat meningkatkan mutu pendidikan siswa di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. c. Sebagai tambahan referensi di perpustakaan STAIN Kendari. d. Begitupun halnya bagi peneliti selanjutnya, skripsi ini dapat dijadikan bahan referensi. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Profesionalisme Guru 1. Definisi Profesionalisme Guru Sosok guru merupakan pribadi yang ideal dan layak ditiru tidak saja bagi peserta didik tetapi pada masyarakat secara umum. Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, “Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus dengan tugas mengajar, yang pada jenjang pendidikan dan menengah”. Menurut bahasa kata profesi berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu profesional yang artinya menyatakan mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, sedangkan menurut istilah profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental bukan pekerjaan manual. Dari pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya pekerjaan profesi dikhususkan kepada seseorang yang mempunyai keahlian yang dilandasi oleh persyaratan tertentu, terutama persyaratan akademis atau tingkat kualifikasi yang telah diperoleh dalam lembaga pendidikan, terutama pendidikan profesi. Ungkapan kata “profesi” telah memasyarakat tanpa memikirkan ketetapan penggunaannya atau pemakaiannya. Para ahli berpendapat suatu jenis pekerjaan digolongkan sebagai suatu profesi bila pekerjaan tersebut yang karena sifat dan kekhususannya memerlukan pengetahuan, dan keahlian khusus yang diperoleh melalui pendidikan khusus dengan disiplin ilmu tertentu dan dikembangkan dengan berbagai usaha penelitian dan pengembangan yang pelaksanaannya terikat oleh suatu kode etik 7 8 yang dibuat dan ditegakkan organisasi bersangkutan dan menuntut cara tanggung jawab baik individu maupun korp. Dikemukakan bahwa: Mengajar harus dihargai sebagai suatu jabatan (profesi), hal itu adalah suatu bentuk dari pengabdian kepada masyarakat yang menghendaki dari guru-guru pengetahuan, keahlian dan kecakapan khusus yang didapat dan dipelihara melalui studi sungguh-sungguh yang terus-menerus (mengajar/mendidik) menghendaki pada rasa tanggung jawab dari seseorang demi seseorang maupun dari korps atau mendidik dan kesejatraan murid-murid yang diasuhnya.1 Demikian pula diungkapkan : Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut keahlian dan keterampilan khusus di bidang pendidikan dan pengajaran. Jabatan guru bukan sebagai okupsi atau pekerjaan yang sekedar mencari nafkah dengan modal pengetahuan dan keterampilan yang pas-pasan. Jabatan guru bukan sekedar ‘hobi’ dan bukan pula vokasinal atau kejuruan belaka, tetapi guru adalah suatu jabatan profesional.2 Menilik dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis, bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin 1 Buletin C:/MD-Surat, Kode Etik Guru, Kendari, 2001, h. 1 2 Ahmad Rohani, H. M dan H. Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 103 9 sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan didapat citra baik dalam profesi itu. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Sebagaimana dikemukakan Rochman Natawidjaya bahwa: Untuk melaksanakan tugas profesionalnya, guru itu perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Di sisi lain, guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran hasil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filsafat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.3 Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa guru adalah penanggung jawab dalam kegiatan belajar mengajar yang langsung memberikan kemungkinankemungkinan bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif. Guru profesional memiliki persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi, memiliki kompetensi keilmuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif, mempunyai etos kerja dan menunjukkan komitmen tinggi terhadap profesinya serta selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus (continous improvement) melalui organisasi 3 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar mengajar, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1992), h. 2 10 profesi, internet, buku, seminar dan lain-lain. Mengenai hal ini Oemar Hamalik mengemukakan syarat keahlian khusus yang harus dimiliki seorang guru, yaitu sebagai berikut: 1. Persyaratan fisik, yaitu kesehatan jasmani yang artinya seorang guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan. 2. Persyaratan psychis, yaitu sehat rohani yang artinya tidak mengalami gangguan jiwa ataupun kelainan. 3. Persyaratan mental, yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi pendidikan, mencintai dan mengabdi serta memiliki dedikasi yang tinggi pada tugas dan jabatannya. 4. Pesyaratan moral, yaitu memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki sikap susila yang tinggi. 5. Persyaratan intelektual, yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi yang diperoleh dari lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang memberi bekal guna tugas dan kewajibannya sebagai pendidik.4 Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa guru merupakan salah satu jenis profesi yang dalam kiprah kerja, profesinya terikat dengan seperangkat nilai dan norma etika jabatan yang disebut “Kode Etik”. Artinya kode etik adalah:”Pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan semua guru yang terlibat dalam bidang/usaha pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari”.5 Adapun kode etik guru, meliputi: a. Guru berbakti membimbing anak didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang anak didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar-mengajar. 4 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Op. Cit., h. 9 5 Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, (Malang: Bina Aksara, 1982), h. 281 11 e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya utnuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama ter hadap pendidikan. f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. g. Guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial. h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi persatuan guru Republik Indonesia sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. i. Guru melakukan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.6 Selain itu, yang tidak kalah pentingnya bagi seorang guru dalam mencapai tujuan pengajaran adalah memiliki kompetensi diri. Berhubung kompetensi ini bersifat profesional, maka tindakan seorang guru tersebut perlu ditandai dengan oleh rentetan perbuatan diagnosis-tindakan rediagnosis-penyesuaian tindakan yang terus-menerus. Rangkaian perbuatan ini perlu agar dalam membimbing, mengajar dan mengadakan evaluasi kemajuan anak didik, meningkat sesuai tujuan pendidikan. Tindakannya diharapkan menyentuh ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didik. Ada beberapa cara meningkatkan peran serta guru di dalam kelas: 1) Peran Instruksional. Yaitu peran menyampaikan sejumlah materi pembelajaran yang berupa informasi, fakta serta tugas dan keterampilan yang harus dikuasai oleh anak didik. Dalam hal ini, seorang guru harus mempunyai kualifikasi dan kompetensi dalam penguasaan kurikulum, materi pelajaran, metode pengajaran dan mampu menerapkan teknik-teknik evaluasi yang efektif. 2) Peran Pendidik. Yaitu peran keteladanan. Support moril dan proses penanaman nilai agar anak didik menjadi dewasa, cerdas dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, seorang guru biasanya menjadi figur di dalam kelas dan teladan rilldalam kehidupan di lingkungan sekolah, bahkan seringkali menggantikan figur orang tua yang mempercayakan pendidikan kepadanya. 6 Buletin C:/MD-Surat, Op. cit., h. 5 12 3) Peran Manajerial. Yaitu peran kepemimpinan untuk mengorganisir kelas agar berfungsi optimal dan nyaman, sehingga siswa betah dan serius dalam menyerap keseluruhan pesan instruksional dan educational.7 Jadi, seorang pendidik harus mampu mengarahkan dan membimbing anak didiknya, bisa mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-ide terbaik yang dimilikinya, dan seorang guru harus tahu secara detail latar belakang psikologi, ekonomi, budaya anak didik agar membaca setiap aspek problematika dan keunggulan yang dimiliki mereka. Begitu pun sebagai manajer dalam lingkungan kelas, seorang guru dituntut pula mengadakan dan mengembangkan hubungan dengan sekolah lain, masyarakat sekitar sekolah, termasuk memanfaatkan SDM yang ada dilingkungannya. Dengan demikian, berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan seorang yang bertanggung jawab, memegang peranan yang sangat penting dan berwenang terhadap pendidikan anak didik dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru terdapat tanggung jawab untuk membawa anak didik pada suatu pendewasaan berfikir atau taraf perkembangan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. 7 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Komite Madrasah, (Jakarta: Proyek Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketata;aksanaan pada Madrasah PAI Sekolah Umum Tingkat Dasar, 2003), h. 43 13 2. Ciri-Ciri Guru Profesional Kematangan profesi guru ditandai dengan perwujudan guru yang memiliki keahlian, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang tinggi. Menurut Muhammad Surya, “Guru yang profesional ialah guru yang memiliki keahlian, baik yang menyangkut materi keilmuan yang dikuasainya maupun keterampilan metodologinya”.8 Dari penjelasan di atas, telah jelas diketahui bahwa guru profesional harus benar-benar memiliki keahlian dan keterampilan apabila hendak menjadi seorang tenaga pengajar atau guru. Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Guru adalah orang yang pekerjaannya atau profesinya mengajar berdasarkan itu, seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada muridmuridnya didepan kelas. Akan tetapi dia adalah seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegas serta berkeprikemanusiaan yang mendalam. 8 Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung: Maha Putra Adidaya, 2003), h. 141. 14 Adapun ciri-ciri guru profesional berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) pasal 10 ayat 1 sebagai berikut : 1. Mempunyai kompetensi pedagogic Yaitu meyangkut kemampuan mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan tidak terlepas dari tugas pokok yang harus dikerjakan guru. Tugas-tugas tersebut menyangkut : Merencanakan Pembelajaran, Melaksanakan Pembelajaran dan Menilai Hasil Pembelajaran. Selain tugas pokok dalam pengelolaan pembelajaran, guru juga melakukan bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakulikuler, serta melaksanakan tugas tambahan yang diamanahkan oleh lembaga pendidikan. 2. Mempunyai kompetensi kepribadian Yaitu menyangkut kepribadian yang mantap, berahlaq mulia, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik. 3. Mempunyai kompetensi profesi Yaitu menyangkut penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Sebagai tenaga pendidik dalam bidang tertentu sudah merupakan kewajiban untuk menguasai materi yang menyangkut bidang tugas yang diampu. Apabila seorang guru tidak menguasai materi secara luas dan mendalam, bagaimana mungkin mampu memahami persoalan pembelajaran yang dihadapi disekolah. Oleh karena itu, untuk menjadi profesional dalam bidang tugas yang diampu harus mempelajari perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan hal tersebut. 4. Mempunyai kompetensi sosial Yaitu menyangkut kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik, sesama guru, wali murid dan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan salah satu penentu keberhasilan seseorang dalam kehidupan. Komunikasi dan interaksi yang diharapkan muncul antara guru dengan siswa berkaitan dengan interaksi yang akrab dan bersahabat. Dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki keterbukaan dengan gurunya.9 Selanjutnya Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian dibidang pendidikan sebagai berikut: 9 UU RI No. 14 Tahun 2005, UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Cemerlang, 2005), h. 8. 15 1. Diakui oleh masyarakat dan layanan yang diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja yang dikategorikan sebagai suatu profesi. 2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi dibidang keguruan, misalnya harus mempelajari psikologi, metodil dan lainlan. 3. Diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional. 4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja yang diperbolehkan bekerja. 5. Memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat.10 Bagi guru yang merupakan tenaga profesional dibidang kependidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai. Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. 1. Tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. 2. Guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. 3. Guru sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.11 10 Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com, diakses, 1 Desember 2011) 2011 11 2011) 2011 Beta, Profesionalisme Guru, (online) (http://beta.pikiran-rakyat.com, diakses, 1 Desember 16 Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan dalam menjawab tantangantantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem. Perlu ditegaskan bahwa selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan serta wawasan yang lebih luas sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya mash memerlukan persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus ini adalah fakor yang menyebabkan seseorang itu merasa senang, karena merasa terpanggil hati nuraninya untuk menjadi seorang pendidik/guru. Oleh Waterink, faktor khusus itu disebut dengan istilah rouping atau ” panggilan hati nurani”. Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seorang guru untuk melakukan kegiatannya. Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya, guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model. 3. Pengembangan Profesionalisme Guru a. Tujuan pengembangan profesional guru Pengembangan profesional guru dimaksudkan untuk memenuhi tiga kebutuhan yang sungguhpun memiliki keragaman yang jelas, terdapat banyak kesamaan. Sebagaimana Sudarwan Danim mengatakan : 1. Kebutuhan sosial untuk meningkatkan kemampuan sistem pendidikan yang efisien dan manusiawi, serta melakukan adaptasi untuk penyusunan kebutuhankebutuhan sosial 17 2. 3. Kebutuhan untuk menemukan cara-cara untuk membantu para guru dalam rangka mengembangkan pribadinya secara luas Kebutuhan untuk mengembangkan dan mendorong keinginan guru untuk menikmati dan mendorong kehidupan pribadinya seperti halnya di membantu siswanya dalam mengembangkan keinginan dan keyakinan untuk memenuhi tuntutan pribadi yang sesuai dengan potensi dasarnya.12 Dari ketiga kebutuhan untuk pengembangan profesional guru tersebut, kebutuhan pertama bahwa terkait langsung dengan kepedulian kemasyarakatan guru ditempat mereka berdomisili, kebutuhan kedua terkait dengan spirit dan moral guru di sekolah tempat mereka bekerja dan kebutuhan ketiga mungkin yang paling penting karena sebagai proses seleksi untuk menentukan mutu guru-guru yang akan disertakan dalam berbagai kegiatan pelatihan dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. b. Inisiatif pengembangan profesi guru Sekarang ini, sejumlah modal telah ditanamkan diberbagai universitas dan sekolah-sekolah distrik dan pemerintah negara bagian untuk memberi penguatan terhadap aktivitas pengembangan guru. Sehingga kita mengambil gambaran tentang inisiatif dalam “kegiatan pengembangan profesional guru adalah: 1).Mendirikan lembaga baru dan memantapkan usaha-usaha.2)Usaha-usaha terprogram dengan kurikulum yang dikhususkan”.13 Dari pernyataan di atas penjelasan yang pertama bahwa mengambil dana-dana dari negara federal dan negara bagian digunakan untuk mendirikan lembaga baru yang disebut pusat-pusat kegiatan guru dan menguatkan kemampuan sekolah dalam 12 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), h. 51. 13 Ibid., h. 55. 18 memperbaiki program pendidikan. Penjelasan yang kedua adalah program pengembangan profesional didesain sedemikian rupa tanpa ada yang dibedakan dalam penyusunan kurikulum. c. Komponen-komponen pelatihan Kebanyakan literatur yang membahas masalah pelatihan memuat hasil pengkajian tentang elemen-elemen pelatihan. Elemen-elemen yang terpaut dalam proses pelatihan dikombinasikan dengan berbagai cara, yang diarahkan untuk menciptakan kondisi pengembangan profesional dalam irama masa depan yang baik, atas dasar gaya-gaya atau penguasaan pendekatan-pendekatan baru. Dari hasil analisis terhadap sejumlah literatur, maka komponen utama pelatihan adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Penyajian teori Peragaan atau pendemonstrasian keterampilan-keterampilan atau model Praktik yang disimulasikan dan setting kelas Umpan balik terstruktur Umpan balik open-ended Pembekalan untuk aplikasi.14 Komponen-komponen di atas, baik secara sendiri-sendiri maupun perpaduannya, ditata sedemikian rupa bagi pengembangan aktivitas pendidikan. Dengan irama dan gaya tertentu, model yang tepat, praktik dengan kondisi yang disimulasikan, dan dikelas dikombinasikan dengan pemanfaatan umpan balik, sehingga perubahan dapat diperoleh. Ketika menerapkan pendekatan-pendekatan baru diperlukan teori. Presentasi teori-teori itu dilakukan melalui diskusi dan melatih 14 Ibid., h. 59-60. 19 peserta pelatihan untuk aplikasi. Hal ini harus dilakukan sebaik mungkin, dengan cara penguasaan kompetensi dasar guru, yaitu: 1. Menguasai bahan 2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas 4. Menggunakan media sumber belajar 5. Menguasai landasan kependidikan 6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran 8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.15 Kaitannya dengan uraian di atas, guru dalam lingkungan kelas mempunyai peran yang sangat besar. Karena itu, guru harus mempunyai inisiatif dan kreatifitas dalam mengelola kelas terutama dalam menangkap potensi sekaligus kelemahan anak didik. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang, Wolmer dan Mills mengemukakan bahwa pekerjaan itu baru dikatakan sebagai profesi, apabila memenuhi kriteria atau ukuran-ukuran sebagai berikut: 1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya: a. Memiliki pengetahuan umum yang luas b. Memiliki keahlian khusus yang mendalam 2. Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya: a. Adanya keterikatan dalam suatu organisasi professional b. Memiliki otonomi jabatan c. Memiliki kode etik jabatan d. Merupakan karya bakti seumur hidup 3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya: a. Memperoleh dukungan masyarakat b. Mendapat pengesahan dan perlindungan hokum 15 Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 84-85 20 c. Memiliki persyaratan kerja yang sehat d. Memiliki jaminan hidup yang layak.16 4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Guru hendaknya mampu melaksanakan peranannya sebagai pendidik secara optimal. Guru juga dituntut melakukan perubahan-perubahan terhadap dirinya maupun peserta didiknya. Guru adalah figur pemimpin sebagai arsitek yang memiliki tanggung jawab membentuk kepribadian dan daya intelektual murid-muridnya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, guru senantiasa diperhadapkan pada masalah pengelolan pengajaran, terutama dalam pengelolaan kelas. Sebagaimana Abdurrahman mengungkapkan bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan pengajaran antara lain hubungan interpersonal dan fungsional komponen pendidikan, tersedianya fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan dan pengajaran, sistem pendidikan yang berlaku, dan kualitas guru atau pengelola.17 Guru sebagai pengemban tugas mulia yaitu melatih, mengajar dan mendidik murid-murid, selain itu guru mempunyai tugas yang banyak. Tugas guru sebenarnya bukan di sekolah saja, tetapi bisa dikatakan dimana saja mereka berada. Dirumah guru sebagai orang tua atau ayah, ibu sebagai pendidik bagi putera-puterinya, dimana dimasyarakat dipandang sebagai tokoh teladan baik dalam sikap maupun perbuatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Tim Didaktik Kurikulum Institut Kependidikan bahwa : 16 Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com, diakses, 1 Desember 2011) 2011 17 Abdurrahman H., Pengelolaan Pengajaran, Cet. VII, (Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1994), h. 124. 21 Dalam hubungannya dengan tugas di sekolah, guru dalam tugas mendidik dan mengajar murid-murid adalah berupaya membimbing, memberikan petunjuk, teladan, bantuan, penerangan, pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma, kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikapsikap dan sifat-sifat yang baik.18 Dari hal tersebut di atas dapat dipahami dengan jelas tentang masalah tersebut. Guru bukan hanya bertugas di sekolah tetapi di masyarakat dan dimana saja mereka berada. Sejalan dengan itu, Uzer Usman mengemukakan bahwa : Guru tidak hanya diperlukan oleh para murid diruangan kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat lingkungannya, bahkan pada hakekatnya, guru merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan seorang guru merupakan faktor condissio sinequanon yang tidak mungkin digantikan komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih dahulu dalam era kontemporer ini.19 Dalam melaksanakan tugasnya guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Sehubungan dengan itu, Mulyasa mengemukakan bahwa : Untuk kepentingan melaksanakan fungsinya, setidaknya guru melaksanakan 19 peran guru yakni sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong, motivator, aktor, emansipator, evaluator (penilai), pengawet dan sebagai kulminator.20 18 Tim Dikdaktik Metodik Kurikulum, IKP, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 11. 19 Muh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h. 11. 20 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptalajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 36-37. 22 Dalam konteks pengelolaan pengajaran, posisi guru menjadi sangat strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, maka guru dituntut untuk memiliki kompetensi tentang pengelolaan pengajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa fungsi pengelolaan kelas yang ideal adalah bagaimana seorang guru mampu memposisikan diri sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana dan dinamika siswanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peranan guru adalah perwujudan tugas, fungsi dan kedudukannya dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas secara khusus dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara umum. B. Hakikat Prestasi Belajar Siswa 1. Definisi Prestasi Belajar “Prestasi dapat diartikan sebagai apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan hasil yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja”.21 Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai penghubung sikap.22 Dengan melihat rumusan tersebut di atas, maka prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui kegiatan berpikir dan bekerja, sehingga 21 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar,( Bandung : Tarsiti, 1993), h. 21 22 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi), (Jakarta, :Grasindo, 1996), h. 53 23 dapat diketahui dan dilaksanakan oleh anggota jasmani dan rohani serta dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan. Dalam uraian di atas memberikan pengertian bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti yang telah dicapai oleh seseorang dengan melalui usaha dalam mengikuti pelajaran. Sejauhmana prestasi yang di capai seorang murid dalam belajar, maka perlu di lakukan evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang di capai murid setelah preses belajar mengajar berlangsung. Dengan demikian prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang di peroleh karena adanya aktifitas belajar yang telah dilakukan. Proses belajar yang di lakukan oleh murid akan menghasilkan perubahanperubahan dalam pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan prilaku, dimana perubahan tersebut akan nampak sebagai prestasi belajar dari murid yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat di pisahkan dengan kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses belajar, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses tersebut. Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda tentang prestasi tentang pandangan yang mereka anut. Dalam kaitanya dengan prestasi belajar, Munandar dalam bukunya Haryadi yang berjudul perkembangan peserta didik mengatakan bahwa :” prestasi mewujudkan dari minat, bakat dan kemampuan”.23 Selanjutnya Winkel mengemukakan prestasi belajar adalah ; 23 h. 59 Lisnawati Simanjuntak dkk, Metode Mengajar Mate-Matika,( Jakrta: Rineka Cipta, t.th), 24 “suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”24 Senada dengan pendapat tersebut Purwanto mengatakan bahwa prestasi belajar adalah :” hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor”.25 Berdasarkan pendapat diatas, peneliti berasumsi bahwa prestasi belajar adalah bobot nilai yang dicapai seorang murid yang di tetapkan dalam sebuah rapor sebagai wujud hasil usaha murid tersebut dalam proses belajar. bobot nilai yang telah ditetapkan tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang. Di sisi lain, dalam bukunya A. Surjadi menjelakan pula bahwa belajar berlangsung apabila perubahan- perubahan berikut ini terjadi : a. b. c. d. e. Penambahan informasi Pemgembangan atau meningkatkan pengertian. Penerimaan sikap-sikap baru Memperoleh penghargaan baru Megerjakan sesuatu dengan apa yang telah dipelajari.26 Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat belajar adalah suatu proses yang memberikan pengalaman dalam arti seseorang dan membimbingnya kepada 24 Sugeng Haryadi, Perkembangan Peserta Didik, (Semarang :Ikip Semarang Press, 1995), 25 Ibid.h. 49. 26 Surjadi A, Membuat Sistem Aktif Belajar, (Bandung : Cet.I, Bira Cipta, 1993), h. 2 h. 48 25 perubahan-perubahan yang lahir dan batin. Perubahan yang dimaksud tentunya sangat dipengaruhi oleh hal yang dipelajarinya. Sementara itu, kaitannya dengan hal tersebut, dalam konteks belajar prestasi memiliki makna yang spesifik yaitu menunjukkan hasil belajar yang telah dicapai anak didik dalam tahap tertentu melalui kegiatan evaluasi. Adapun pengertian prestasi belajar menurut Winkel, adalah “bukti keberhasilan suatu usaha yang dapat dicapai dalam mengikuti pelajaran”.27 Begitupun Sudirman L. menyatakan bahwa :”Prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu, yang diperolehnya melalui kegiatan evaluasi standar biasanya disimbolkan dengan nilai angka yang diberikan oleh guru yang bersangkutan“.28 Menilik dari uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar dapat diartikan yaitu merupakan hasil dari suatu usaha yang diperoleh melalui kegiatan berpikir dan bekerja, sehingga dapat diketahui dan dilaksanakan oleh anggota jasmani dan rohani serta dapat diwujudkan dalam sikap dan perbuatan. Makna prestasi belajar tersebut menyangkut hasil usaha peserta didik dalam merubah perilakunya melalui kegiatan belajar yang kemudian diukur oleh guru melalui evaluasi untuk mengetahui dan menetapkan tingkat pengetahuan, kemampuan atau daya serap murid pada mata pelajaran bersangkutan. 27 Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : Gramedia, 1994), h. 102. 28 Sudirman L, Belajar yang Efektif dan Efisien, (Jakarta : Buni Aksara, 1999), h. 42. 26 Adapun prestasi belajar yang dimaksud penulis dalam pembahasan ini dititikberatkan dan difokuskan pada prestasi belajar murid dalam waktu tertentu. Misalnya dalam satu semester, dimana hasil penilaiannya dinyatakan dengan angka skala 1 sampai 10 baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar berdasarkan ketentuan penilaian secara objektif menyeluruh dan berkesinambungan. Dengan demikian prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai akibat perolehan-perolehan pada individu yang melakukan usaha secara sadar untuk mencapainya. Usaha sadar yang dimaksud adalah aktivitas jasmani dan rohani, oleh karena itu maka prestasi belajar murid dapat dikatakan sebagai cakapan nyata seorang murid setelah menerima dan mempelajari sejumlah materi mata pelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam penguasaan murid terhadap ilmu pengetahuan, sikap, pengertian, minat penghargaan dan penguasaan diri mencakup segala segi pribadi. 2. Jenis-Jenis Prestasi Belajar Dalam sistem pendidikan Nasional atau rumusan pendidikan mempunyai beberapa tujuan, baik itu beberapa tujuan, baik itu tujuan kurikulumnya maupun tujuan instruksional, pada penelitian ini menggunakan klasifikasi hasil belajar (prestasi belajar). Prestasi belajar menurut Benyamin Bloom secara garis besar dibagi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. a. Ranah kognitif. Pada ranah ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge). 2. Pemahaman (comprehension). 27 3. 4. 5. 6. Penerapan (application). Penguraian (analysis). Pemanduan (syntesis). Penilaian (evaluatif).29 Perubahan yang terjadi pada ranah kognitif ini tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dialami oleh siswa. Dengan pengertian bahwa perubahan yang terjadi pada ranah diharapkan seorang siswa mampu melakukan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan bidang studi yang dihadapinya. b. Ranah affektif. Adapun jenis katagori dalam ranah ini adalah sebagai hasil dari belajar yang mulai dari tingkat dasar sampai yang kompleks, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Menerima rangsangan (receving). Merespon rangsangan (responding). Menilai sesuatu (valuing). Mengorganisasi nilai (organization). Menginternalisasikan (mewujudkan) nilai-nilai (characteazion by value or value compleks).30 Pada ranah afektif ini harapkan siswa mampu lebih peka terhadap nilai dan etika yang berlaku, dalam bidang ilmunya perubahan yang terjadi cukup mendasar, maka siswa tidak hanya menerimanya dan memperhatikan saja, melainkan mampu melakukan satu sistem nilai yang berlaku dalam bidang ilmunya. Pada tipe belajar ini ditampak pada siswa pada berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap 29 Nana Sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), h. 22-23 30 Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996), h. 71-72 28 pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai dan teman di kelas dan kebiasaan di lingkungan yang baik. c. Ranah psikomotorik. Dalam ranah psikomotorik ini erat sekali dengan ketrampilan yang bersifat konkret, walaupun demikian tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat konkret, walaupun demikian tidak terlepas dari kegiatan belajar yang bersifat mental (pengetahuan dan sikap). Dalam hal ini belajar merupakan tingkah laku yang nyata dan dapat dialami. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan sebuah proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku seseorang yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Baik yang meliputi aspek kognitif, affektif dan psikomotorik, maupun aspek-aspek yang lain sehingga perubahan sifat yang terjadi pada masing-masing aspek tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak. 29 Prestasi belajar siswa pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dirinya (internal) maupun di luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang di capai murid pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor. Oleh karena itu faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar murid penting sekali artinya dalam rangka membantu murid mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bila hasil belajar murid menunjukkan nilai tinggi berarti pengetahuan pemahaman dan penghayatan serta daya serap murid pada mata pelajaran yang telah diajarkan oleh guru tergolong baik. Demikian pula sebaliknya hasil belajar atau nilai rendah merupakan gambaran rendahnya tingkat pengetahuan atau daya murid pada mata pelajaran yang telah diikutinya. Dengan demikian akan terdapat perbedaan hasil belajar pada setiap peserta didik. Perbedaan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Adapun faktor-faktor yang di maksud adalah : a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal), yaitu faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari dirinya seperti panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Faktor fisiologi yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang di miliki. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. b. Faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan kelompok, faktor budaya seperti adat-istiadat, iptek dan kesediaan, faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar, faktor spiritual atau keagamaan.31 31 Muh. User Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990) h. 10 30 Faktor yang terdapat dalam diri siswa (intern) melipti kecerdasan, motivasi, bakat dan minat. Dan faktor dari luar murid (ekstern) meliputi lingkungan keluarga dan masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Faktor Internal a. Kecerdasan atau intelegensi Kemampuan belajar murid sangat di tentukan tinggi rendahnya intelegensinya orang yang memuliki intelegensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat sebaya b. Bakat Prestasi belajar murid disamping dipengaruhi faktor kecerdasan atau intelegensi sebagaimana di uaraikan di atas juga dapat dipengaruhi masing-masing murid. Dalam proses belajar bakat murid juga memang peranan dalam mencapai prestasi yang baik, tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat di tentukan oleh bakat yang di milikinya seperti belajar keterampilan, hasil atau prestasi yang baik. c. Minat Kegiatan yang diminati seorang di perhatikan terus menerus yang disertai rasa sayang. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan.bahkan pelajaran yang menarik minat murid lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah semangat dalam belajar. 31 d. Motivasi Dalam proses belajar mengajar memberi motivasi terhadap peserta didik sangat di perhatikan, sehingga mereka terdorong untuk selalu meningkatkan prestasinya. Dalam hal ini guru harus dapat memberikan motivasi kepada muridnya agar tujuan dari proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal 2. Faktor eksternal a. Keadaan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam kel;urga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. b. Keadaan Sekolah Sekolah merukan lembaga pendidikan formal tempat anak didik/ murid menimba ilmu pengetahuan maka keadaan sekolah harus benar-benar bersih aman dan nyaman sehingga murid dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan tenag dan mampu menyerap semua pelajaran yang di terimanya dan pada akhirnya akan menyebabkan prestasi belajar murid meningkat. c. Lingkungan Masyarakat Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar murid masyarakat sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembagan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya. 32 Prestasi belajar yang dicapai murid pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut oleh karena itu, pengenalan terhadap guru mengenai faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar murid penting sekali artinya dalam rangka membantu murid mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Dengan adanya hasil-hasil penelitian yang ditemukan dapat memberikan kemudahan kepada peneliti untuk melakukan peneliti dengan objek penelitian yang berbeda, akan tetapi variabel-variabel penelitian relevan. Salah satunya hasil-hasil penelitianyang relevan yaitu a.n. Nina dengan judul penelitian yaitu pengaruh kelompok kerja guru (KKG) terhadap peningkatan kemampuan profesional guru di SD Negeri Ulu Lakara Kec. Palangga Selatan Kab. Konsel. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Kondisi obyektif kelompok kerja guru di SD Negeri Ulu Lakara berada pada kategori tinggi yaitu sebayak 25 responden yang berada pada interval 61 – 80%. Kondisi obyektif kemampuan profesionalisme guru di SD Negeri Ulu Lakara dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 25 responden yang berada pada interval 61-80%. Hubungan kelompok kerja guru terhadap peningkatan kemampuan profesional guru dalam kategori sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian bahwa keofisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,97, selanjutnya r hit dibandingkan dengan r tab, ketentuan apabila r hit > r tab terdapat pengaruh, ternyata r hit 0,97 > r tab 0,396. 33 Adapun hasil perhitungan uji t (signifikan) di temukan, t hit = 19,01, ketentuan apabila dibandingkan dengan t hit > t tab maka terdapat signifikan, tenyata t hit = 19,01 > ttab = 2,060, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara variabel x dengan variabel y signifikan. Selanjutnya hasil koefisien korelasi yang ditemukan dikuadratkan agar memperoleh keofisien determin yaitu 0,972 = 0,94. Hal ini berarti varian yang terjadi pada variabel terikat (y) 94% ditentukan oleh varian bebas (x). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh kelompok kerja guru terhadap peningkatan kemampuan profesional guru sebesar 94% dan sisanya 6% di pengaruhi oleh faktor lain. Selain itu, a.n. Maal Alwi, judul : Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Didik di SDN Petoaha Kota Kendari. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa deskripsi seberapa baik profesionalisme guru di SDN Petoaha Kota Kendari, menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji pihak kiri yang telah dilakukan, berdasarkan dk 28 dan α = 5%, ternyata harga ttabel untuk uji satu pihak = 1.699, karena thitung lebih besar dari harga ttabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ha (21.94 > 1.699), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Adapun deskripsi seberapa baik mutu pendidikan anak didik di SDN Petoaha Kota Kendari, menunjukkan hasil yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan uji dua pihak yang telah dikemukakan di atas, berdasarkan dk 28 dan α = 5%, ternyata harga ttabel untuk uji dua pihak = 2.048, 34 karena thitung lebih besar dari harga ttabel atau jatuh pada daerah penerimaan Ha (9.2 > 2.048), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa yang menjadi perbedaan dengan variabel penelitian ini adalah terletak pada variabel y (yang dipengaruhi), lokasi penelitian dan hasil penelitiannya juga berbeda. Dengan demikian penelitian tersebut mempunyai perbedaan dan dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khsusunya serta pada pembaca pada umumnya, sehingga patutlah kiranya peneliti mengucapkan terimah kasih serta apresiasi yang setinggi-tingginya demi kelancaran penelitian ini. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dilihat dari segi judul, maka sifat dan jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu mendeskripsikan masalah yang diteliti yakni pengaruh profesional guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. Data yang ditemukan akan dijabarkan dalam bentuk angka-angka, sehingga mencapai kesimpulan. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan sejak diterimanya proposal ini dan disetujui untuk melakukan penelitian, mulai bulan Juli s/d Oktober 2012. C. Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y dengan gambar sebagai berikut : X Y Keterangan: X : Profesionalisme guru Y : Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak 35 36 Berdasarkan gambar di atas maka anak panah menunjukkan pengaruh antara variabel X terhadap variabel Y. Jadi dalam penelitian dapat ditentukan bahwa terdapat pengaruh profesional guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi pada prinsipnya adalah “semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. 1 Tabel 1 Distribusi Populasi Penelitian Jenis Kelamin No Kelas/Tingkat L P 1. Kelas X 7 3 2. Kelas XI 12 5 3. Kelas XII 11 9 Total 30 17 Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan tahun 2012. Jumlah 10 17 20 47 Berdasarkan tabel tersebut, maka yang menjadi populasi penelitian yaitu seluruh siswa yang berjumlah 47 orang. 2. Sampel Penelitian “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.2 Sedangkan menurut Susanto sampel adalah “himpunan bagian 1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 53. 37 atau sebagian dari populasi”.3 Mengenai sistim pengambil sampel, penulis mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto bahwa: “Apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, akan tetapi jika subyeknya di atas 100 maka dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.4 Mengingat populasi kurang dari 100 orang, maka peneliti mengambil secaa kesuluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga sampel dalam penelitian ini yaitu 47 orang siswa. E. Kisi-Kisi Instrumen Judul : Pengaruh Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MAS Hubbul Wathan Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe. Variabel Indikator Item Penelitian - Perencanaan pembelajaran 1,2,3,4 - Kemampuan penguasaan materi 5,6,7,8, - Pengelolaan kelas 9,10,11, Profesionalisme - Penguasaan metode 12,13, guru - Penilaian evaluasi 14,15 (X) Perolehan nilai setelah mengikuti proses belajar Nilai Prestasi belajar mengajar pada mata pelajaran aqidah akhlak semester siswa pada mata atau nilai pelajaran raport aqidah akhlak (Y) 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), 3 Gempur Santoso, Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), h. 46 h.81. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis), (Jakarta: Edisi Revisi, Meitang Putra, 1992), h. 107 38 F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan sebagai berikut: 1. Angket (kuesioner), yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket yang memuat keseluruhan pertanyaan tentang profesionalisme guru kepada responden untuk dijawab secara objektif. Skala pengukuran menggunakan Skala Liker dengan empata (4) opsi yaitu: (a) Selalu skornya 4, (b) Sering skornya 3, (c) Kadang-kadang skornya 2, dan (d) tidak pernah 1. 2. Dokumentasi, yaitu mencatat atau menyalin hal–hal yang berhubungan judul penelitian, dalam hal ini profil sekolah, jumlah siswa dan dafatar nama guru, serta nilai raport siswa. G. Teknik Analisis Data Tehnik analisa data yang penulis gunakan ialah statistik deskriptif dan infrensial yaitu menampilkan data berupa angka-angka, menghitung rata-rata, persentase (%) distribusi frekuensi kemudian mendeskripsikannya dan ditarik kesimpulan. Adapun perolehan prosentasenya dengan menggunakan rumus : P f X 100% N Keterangan: P f N : Persentase : Frekuensi : Jumlah responden Distribusi frekuensi relatif ini juga dinamakan tabel persentase yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk uraian yang kemudian ditarik kesimpulan, berdasarkan kategorisasi sebagai beirkut : 39 Interval 81-100% 61-80% 41-60% 21-40% 0-20% Kategori Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Adapun untuk mengetahui persamaan regresi dari tiap variabel, digunakan rumus analisis regresi sederhana5, yaitu: Y’= a + b x b= n ∑XY – (∑X) (∑Y) n ∑X2 – (∑X) 2 a= (∑Y) (∑X2) – (∑X) (∑XY) n ∑X2 – (∑X) 2 Kemudian untuk mengetahui besarnya pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak adalah menggunakan koefisien determinasi yang dinyatakan KD : r2 X 100%. KD rxy : koefisien determinasi : korelasi product moment Sedangkan untuk mencari korelasi (r2) menggunakan rumus korelasi product moment (Person), sebagai berikut: 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Alfabeta, 2008), h. 256 40 n ∑XY-(∑X) (∑Y) r xy = Keterangan : √ { n ∑X2 - rxy X Y N (∑X) 2 } { n ∑Y2 - (∑Y) 2 } = Korelasi antara variabel X dan Y = Skor profesionalisme guru = Skor prestasi belajar siswa pada mapel aqidah akhlak = Jumlah sampel. Kemudian dilanjutkan dengan uji F untuk menguji signifikansi korelasi regresi variabel (X) dan variabel (Y), dengan persamaan sebagai berikut: F hitung = RJK Re g (b / a ) RJK Re s Kaidah pengujian: Jika F hitung ≥Ftabel maka tolak H0 terima Ha artinya signifikan Jika F hitung ≤ F tabel maka tolak Haterima H0 artinya tidak signifikan Dimana: Ha= ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mapel aqdah akhlak. H0= tidak ada pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mapel aqdah akhlak. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 A. Profil MA Hubbul Wathan Nama madrasah ini adalah MA Hubbul Wathan, dengan No. Statistik Madrasah 312 740 308 019 yang terletak di Jl. Poros Wisata Labaga No. 17 Desa ToliToli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabuaten Konawe. Madrasah ini dipimpin oleh Bapak Bakri, S. Ag, dengan NPWP madrasah 02.678.795.2-811.000, dengan akte pendirian yayasan leg.01/II/10/1999. Madrasah ini berada dibawah yayasan pesantren modern Hubbul Wathan, dengan luas wilayah 20.000 M2. Yang menjadi pondasi dalam sebuah lembaga pendidikan adalah guru karena guru merupakan ujung tombak keberhasilan sebuah sekolah tetapi ada komponen – komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga keberhasilan itu dapat tercapai yaitu kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru dan orang tua murid. Dengan terjalinnya komponen tersebut maka guru akan menjalankan tugasnya tanpa beban dan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab seorang guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar yang mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai tenaga pendidik yang memberikan sebuah pengalaman dan bimbingan terhadap siswa dalam meraih prestasi yang baik. Oleh karena itu guru harus memiliki rencana, target serta keterampilan demi kepentingan anak didik. Kegiatan pembelajaran di MA Hubbul Wathan di jalankan oleh 13 orang guru 41 yang terdiri dari Kepala Sekolah, guru yang berstatus PNS sebanyak 4 orang termasuk kepala sekolah dan 9 orang guru yang masih GTT diantaranya mengajar sebagai guru 42 kelas dan guru bidang studi. Untuk lebih jelasnya tentang keadaan guru di MA Hubbul Wathan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel : 1 Daftar Guru MA Hubbul Wathan Tahun 2012 No Nama Guru Jabatan / Tugas Ket 1 2 Bakri, S.Ag Asmar Pagala, S.Ag, M.Si 3 Basran, S.Pd Fiqih Aqidah akhlak, qurdist B.Indonesia 4 5 6 7 8 Saifilloh, AMd Rasmin Sukmawati, S.Pi Sri Indayani, S.Pd Ulfiah,SE Kepala madrasah Wakamad Kurikulum Wakamad Kesiswaan Wali kelas XII BK Wali kelas X Ka.Perpustakaan Bendahara TIK Geografi, PPKN Biologi, Matematika B.Inggris Ekonomi, Matematika 9 Marniati, S.Pd.I B.Arab, 10 Jumriatin Ahmad,S.Sos Sosiologi, Sejarah 11 Ilman Frienly, S.Pd.I Seni budaya penjaskes 12 Rasniaty,S.Pd Fisika, kimia 13 Husni SKI Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan Tahun 2012. Wali kelas XI - Berdasarkan data di atas, bahwa guru yang berada di MA Hubbul Wathan cukup maksimal untuk menjalankan proses kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga berjalan dengan baik. Siswa atau anak didik merupakan faktor pendidikan yang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), karena siswa merupakan obyek sekaligus subyek dalam proses belajar mengajar (PBM). MA Hubbul Wathan saat ini mempunyai siswa sebanyak 47 orang, yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 30 orang dan siswa 43 perempuan sebanyak 17 orang yang tersebar pada kelas X sampai kelas XII, selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel : 2 Daftar Siswa MA Hubbul Wathan Tahun 2012 Jenis Kelamin No Kelas/Tingkat L P 1. Kelas X 7 3 2. Kelas XI 12 5 3. Kelas XII 11 9 Total 30 17 Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan Jumlah 10 17 20 47 Dari data tabel di atas dapat diketahui penyebaran siswa pada setiap kelas/tingkatan dimana kelas X laki-laki berjumlah 7 orang dan siswa perempuan 3 orang sehingga keseluruhannya berjumlah 10 orang, untuk kelas XI berjumlah 17 orang dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan perempuan berjumlah 5 orang, untuk siswa kelas XII, laki-laki berjumlah 11 orang dan perempuan 9 orang sehingga seluruhnya berjumlah 20`orang. Jadi total siswa MA Hubbul Wathan berjumla 47 siswa. Sarana dan prasarana yang menunjang, sangat penting bagi keberadaan sekolah itu, karena salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan adalah sarana dan prasarana yang memadai, dengan sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sarana merupakan fasilitas atau alat-alat pendidikan yang dapat digunakan secara langsung dalam proses pembelajaran. Sedangkan prasarana dimaksudkan sebagai sesuatu yang memberikan manfaat secara tidak langsung, namun keberadaannya sangat mendukung berlangsungnya kegiatan pendidikan di sekolah.32 44 MA Hubbul Wathan telah memiliki sarana dan prasarana yang cukup tapi masih perlu di tingkatkan kualitas maupun kauntitasnya sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Keberadaan sarana dan prasarana di MA Hubbul Wathan dapat dilihat pada tabel di bawah ini : No 1 2 3 4 5 6 7 Tabel : 3 Keadaan Sarana dan Prasarana di MA Hubbul Wathan Sarana dan Prasarana Jumlah/Luas 20.000 M2 Tanah Gedung 1. Ruangan belajar 2. Kantor 3. Ruangan guru Meja 1. Meja KS 2. Meja guru/TU 3. Meja siswa 4. Meja tamu Kursi/bangku 1. Kursi KS 2. Kursi guru/TU 3. Kursi siswa Papan Data/Nama 1. Papan Data Siswa 2. Papan Data Guru 3. Papan Daftar Nilai Uan/UAS 4. Papan data kelembagaan 5. Papan pengumuman 6. Papan tulis/milamin 7. Papan nama Lemari 1. Lemari arsip 2. Lemari buku/perpustakaan Buku 1. Buku sumber 2. Buku pegangan guru 3. Buku referensi 32 Saifuloh, Ka. TU, Wawancara, Toli-Toli, 21 Juli 2012 3 lokal 1 lokal 1 ruangan 1 buah 12 buah 50 buah 1 unit 1 buah 12 buah 50 buah 1 buah 1buah 1 buah 3 buah 1 buah 3 buah 4 buah 2 buah 3 buah 30 jld/150 exp 50 jld/200 exp 20 jld/20 exp Ket Baik 5 rusak 4 rusak 5 rusak 1 rusak 1 rusak 1 rusak Baik 45 4. Buku pegangan siswa 8 Alat bantu pengajaran 1. Papan tulis 2. Spidol 9 Alat olah raga 1. Bola kaki 2. Bola voly 3. Bola takraw 4. Net badminton 5. Net takraw 6. Raket 7. shuttlecock 10 Alatkesenian 1. qasidah rabana 11 Lain-lain 1. baik air 2. wc guru 3. wc siswa Sumber data : Kantor MA Hubbul Wathan 40 buah 3 buah 5 lusin 1 rusak 1 rusak 1 buah 1buah 2 buah 1 buah 1 buah 6 buah 2 bambu 2 rusak 1 rusak 1 paket Baik 3 unit 1 unit 2 unit 1 rusak 1 rusak 1 rusak Menyimak uraian tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana MA Hubbul Wathan sudah cukup namun masih harus dibenahi dengan menambah sarana dan prasarana yang ada atau mengganti sarana yang telah rusak. B. Deskripsi Data Variabel Profesionalisme Guru di MA Hubbul Wathan Kecamatan Lalonggasumeeto Kabuaten Konawe Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis, 46 bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan didapat citra baik dalam profesi itu. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam mentransfer pengetahuan baik dari segi kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penguasaan metode, penilain evaluasi sehingga siswa dengan mudah menyerap ilmu yang diterimanya Deskripsi data tabulasi angket variabel profesionalisme guru disajikan dalam lampiran 2. Data yang terkumpul pada beberapa tabel angket tersebut, dapat ditemukan bahwa jumlah skor variabel profesionalisme guru, adalah = 2241. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang pengukuran responden dari jawaban angket dapat diuraikan sebagai berikut: Tabel : 4 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, mengelolah pembelajaran dalam kelas dengan baik No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 10 21.28 2. Sering 23 48.94 3. Kadang-kadang 14 29.79 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 1 Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden atau 21.28% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 23 responden atau 48.94% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 14 responden atau 29.79% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %. 47 Tabel : 5 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menyusun RPP sebelum mengajar No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 10 21.28 2. Sering 28 59.57 3. Kadang-kadang 9 19.15 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 2. Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 10 responden atau 21.28% yang menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 28 responden atau 59.57% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 9 responden atau 19.15% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %. Tabel : 6 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, melakukan evaluasi pembelajaran setiap akhir proses belajar mengajar No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 24 51.06 2. Sering 20 42.55 3. Kadang-kadang 3 6.38 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 3. Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu, sebanyak 24 responden atau 51.06%, yang menyatakan sering sebanyak 20 orang atau 42.55 %, dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %. Tabel : 7 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran secara bervariasi No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 48 1. 2. 3. 4. Selalu Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah Sumber data : Hasil olahan data item nomor 7. 7 9 28 3 47 14.89 19.15 59.57 6.38 100 % Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa yang menyatakan selalu, sebanyak responden 7 atau 14.89%, 9 responden yang menjawab sering atau 19.15% dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 28 responden atau 59.57% serta yang menjawab tidak pernah sebanyak 3 responden atau 6.38%. Tabel : 8 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, berwibawa dan dapat dijadikan suri tauladan yang baik No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 28 59.57 2. Sering 14 29.79 3. Kadang-kadang 5 10.64 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 5. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu, sebanyak 28 responden atau 59.57%, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden atau 29.79%, Sedangkan 5 responden atau 10.64% menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan tidak pernah kosong atau 0%. Tabel : 9 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, menguasai materi pembelajaran secara optimal sehingga materi yang disampaikan dapat diterima dan diserap dengan baik No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 10 21.28 49 2. 3. 4. Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah Sumber data : Hasil olahan data item nomor 6. 29 3 5 47 61.70 6.38 10.64 100 % Dari data diatas menunjukakan bahwa responden yang menjawab selalu, sebanyak 10 responden atau 21.28%, 29 responden atau 61.70% menyatakan sering dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% serta yang menjawab tidak pernah sebanyak 5 resonden atau 10.64%. Tabel : 10 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, berkepribadian mantap serta berakhlak mulia sehingga dapat dijadikan sebagai figur yang baik No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 25 53.19 2. Sering 14 29.79 3. Kadang-kadang 8 17.02 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 4. Dari data tersebut responden yang menjawab selalu sebanyak 25 responden atau 53.19%, sebanyak 14 responden atau 29.79% menjawab sering dan, 8 responden atau 17.02% yang menyatakan kadang-kadang serta yang menyatakan tidak pernah sebanyak tidak ada atau 0%. Tabel : 11 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, dapat meciptakan suasana nyaman di dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 26 55.32 50 2. 3. 4. Sering Kadang-kadang Tidak pernah Jumlah Sumber data : Hasil olahan data item nomor 8. 21 47 44.68 0 0 100 % Berdasarkan tebel tersebut, bahwa responden yang menjawab selalu, sebanyak 26 responden atau 55.32%, serta 21 responden yang menyatakan sering atau 44.68%. Dan yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah tidak ada atau 0%. Tabel : 12 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, dapat berinteraksi secara baik dengan masyarakat yang ada disekitar sekolah No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 38 80.85 2. Sering 9 19.15 3. Kadang-kadang 0 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 9. Dari data tersebut responden yang menjawab selalu, sebanyak 38 responden atau 80.85%, sebanyak 9 responden atau 19.15% menjawab sering dan, yang menyatakan kadang-kadang atau tidak pernah sama sekali tidak ada atau 0%. Tabel : 13 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak, tidak mampu memecahkan masalah yang anda hadapi di sekolah 51 No 1. 2. 3. 4. Tanggapan Responden Frekuensi (F) Selalu 21 Sering 22 Kadang-kadang 4 Tidak pernah Jumlah 47 Sumber data : Hasil olahan data item nomor 10. Persentase (%) 44.68 46.81 8.51 0 100 % Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 21 responden atau 44.68 % yang menyatakan selalu dan yang menyatakan sering sebanyak 22 responden atau 46.81% sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 4 responden atau 8.51% dan yang menyatakan tidak pernah, tidak ada atau 0 %. Tabel : 14 Tanggapan responden tentang guru aqidah akhlak anda, memberikan materi pembelajaran aqidah akhlak berdasarkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan dengan cara mencari materi yang kontenporer No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 17 36.17 2. Sering 25 53.19 3. Kadang-kadang 5 10.64 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 11. Data tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden atau 36.17% menyatakan selalu, yang menyatakan sering sebanyak 25 responden atau 53.19% sedangkan yang menjawab kadang-kadang sebanyak 5 responden atau 10.64% dan yang menyatakan tidak pernah tidak ada atau 0 %. Tabel : 15 Tanggapan responden tentang materi pembelajaran aqidah akhlak dapat membentuk sikap anda dalam kehidupan sehari-hari 52 No 1. 2. 3. 4. Tanggapan Responden Frekuensi (F) Selalu 13 Sering 26 Kadang-kadang 7 Tidak pernah 1 Jumlah 47 Sumber data : Hasil olahan data item nomor 12. Persentase (%) 27.66 55.32 14.89 2.13 100 % Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu sebanyak 13 responden atau 27.66%, yang menyatakan sering sebanyak 26 orang atau 55.32%, dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 7 responden atau 14.89% dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 responden atau 2.13%. Tabel : 16 Tanggapan responden tentang dalam proses pendidikan di sekolah anda dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 9 19.15 2. Sering 13 27.66 3. Kadang-kadang 19 40.43 4. Tidak pernah 6 12.77 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 13. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa yang menjawab selalu sebanyak responden 9 atau 19.15%, 13 responden yang menjawab sering atau 27.66% dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 19 responden atau 40.43% serta yang menjawab tidak pernah sebanyak 6 responden atau 12.77%. Tabel : 17 53 Tanggapan responden tentang dengan materi aqidah akhlak dapat meningkatkan perilaku anda dalam keidupan sehari-hari No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 21 44.68 2. Sering 14 29.79 3. Kadang-kadang 12 25.53 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 14. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan selalu sebanyak 21 responden atau 44.68%, yang menyatakan sering sebanyak 14 responden atau 29.79%, Sedangkan 12 responden atau 25.53% menyatakan kadang-kadang, dan yang menyatakan tidak pernah kosong atau 0%. Tabel : 18 Tanggapan responden tentang disekolah anda, proses pendidikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan No Tanggapan Responden Frekuensi (F) Persentase (%) 1. Selalu 17 36.17 2. Sering 27 57.45 3. Kadang-kadang 3 6.38 4. Tidak pernah 0 Jumlah 47 100 % Sumber data : Hasil olahan data item nomor 15. Dari data di atas menunjukakan bahwa responden yang menjawab selalu sebanyak 17 responden atau 36.17%, 27 responden atau 57.45% menyatakan sering dan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 3 responden atau 6.38% serta yang menjawab tidak pernah tidak ada atau 0%. Berdasarkan hasil tabulasi angket tentang profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan ( variabel X), maka dapat disimpulkan berdasarkan kategorisasi di bawah ini : 54 Tabel : 19 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Profesionalisme Guru di MAS Hubbul Wathan Interval Frekuensi Persentase (%) Kategori 81 – 100 % 18 38.3 Sangat Tinggi 61 – 80 % 29 61.7 Tinggi 41 – 60 % 0 0 Sedang 21 – 40 % 0 0 Rendah 0 - 20 % 0 0 Rendah Sekali N=47 100% Berdasarkan kategorisasi pada tabel terdsebut di atas, bahwa profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan yaitu terdapat dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa responden yang berada pada interval 61 – 80% sebanyak 29 orang atau 61.7%, dan 18 responden berada pada interval 81-100% dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan pada umumnya berkategori tinggi. Kemudian dapat pula ditayangkan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut: persentase 100 61.7 50 0 0 0 sangat rendah rendah 38.3 0 sedang tinggi sangat tinggi kategori Gambar 1. Garafik histogram frekuensi tentang kategorisasi profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe 55 C. Deskripsi Data Variabel Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak MAS Hubbul Wathan Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe Tolok ukur dari prestasi belajar siswa pada dasarnya secara spesifik dapat dilihat dari nilai rapor pada setiap semester. Meskipun demikian indikator hasil belajar siswa sesungguhnya aspek kognitif, aspek afektif dan psikomotoriknya juga turut menentukan tingkat kemampuan siswa yang dicapai rata-rata yang telah ditentukan yaitu 75. Namun dalam penelitian ini aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku) siswa tidak dapat diperoleh datanya secara lengkap. Keadaan disebabkan tingkat kesulitan guru dalam melakukan penilaian sikap maupun perilaku siswa. Memang terdapat kelemahan dalam proses evaluasi belajar yang diberlakukan, karena tingkat prestasi siswa hanya dapat diukur dan mengacu pada nilai rapor berdasarkan hasil ujian saja (kognitif). Sementara untuk penilaian, sikap dan perilaku tergantung tingkat obyektifitas guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, pihak sekolah mengarahkan guru untuk melakukan penilaian tersebut ketika proses belajar mengajar berlangsung. Kemudian, untuk mengantisipasi kelemahan tersebut, khusus pada mata pelajaran aqidah akhlak penilaian afektif dan psikomotorik dilakukan dengan jalan melakukan penilaian tersendiri di luar nilai rapor, yaitu penilaian sikap dan perilaku siswa tetap dilakukan oleh guru tetapi tidak memberikan pengaruh pada nilai rapor. Penilaian tersebut diperlukan ketika seorang siswa benar-benar memiliki masalah yang menyangkut pelanggaran moral di sekolah. Meskipun demikian sebenarnya dalam penilaian kognitif juga telah terkumulasi penilaian afektif dan psikomotorik. Dengan 56 demikian, dapat diasumsikan bahwa penilaian terhadap hasil belajar siswa bukan hanya nilai secara akademik yaitu melalui nilai yang tertera di rapor dari hasil ujian (kognitif), tetapi yang terpenting adalah penilaian dari segi afektif dan psikomotoriknya. Apabila ketiga aspek tersebut sinergis, maka dapat dikatakan bahwa itulah hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan indikator penilaian hasil belajar siswa sesuai nilai rapor siswa semester genap 2011/2012, khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan diperoleh data sebagai berikut: Tabel : 20 Daftar Nilai Raport Siswa pada mata Pelajaran Aqidah Akhlak (Y) No. Responden Nilai Semseter 2 Kategori 1 90 Sangat tinggi 2 80 Tinggi 3 75 Tinggi 4 70 Cukup 5 80 Tinggi 6 85 Sangat tinggi 7 65 Tinggi 8 80 Tinggi 9 70 Cukup 10 80 Tinggi 11 65 Cukup 12 85 Sangat tinggi 13 70 Cukup 14 80 Tinggi 15 70 Cukup 16 80 Tinggi 17 75 Tinggi 18 70 Cukup 19 65 Cukup 20 75 Tinggi 21 70 Cukup 22 80 Sangat tinggi 57 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 ∑ 65 80 70 75 75 85 80 75 70 75 75 70 70 85 65 75 80 85 75 65 70 65 90 85 75 3540 Rata-rata Nilai min Nilai max Sumber data: Kantor MAS Hubbul Wathan, tahun 2012. Cukup Tinggi Cukup Cukup Cukup Tinggi Tinggi Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup Tinggi Cukup Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Cukup Cukup Cukup Sangat tinggi Tinggi Tinggi 75.32 65 90 Tabel : 21 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak No Kelas Frekuensi Nilai Tengah Fx i xi 2 F xi 2 Interval ( f) (x i ) 1 61 – 70 18 65 4225 1170 1368900 2 71 – 80 21 75 5625 1575 2480625 3 81 - 90 8 85 7225 680 462400 47 225 17075 3425 4311925 Jumlah 58 1. Nilai rata-rata ( X ) = fxi n = 3540 47 = 75.32 nfxi (fxi ) 2 n( n i ) 2 2. Standar Deviasi = = 47 x4311925 (3425) 2 47(47 1) = 202660475 11730625 2162 = 190929850 2162 = 88311 = 297.17 = S2 3. Varians = 297.17 2 = 88310 Tabel : 22 Hasil rekapitulasi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak (Y) N Nilai Min Nilai Max Mean Median Modus SD 47 65 90 75.32 78 75 297.17 Sumber data: Hasil rekapitulasi angket Berdasarkan data tersebut dapat diketahui prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan dapat dijelaskan dengan kategorisasi sebagai berikut: 59 Tabel : 23 Distribusi Frekuensi dan Kategorisasi Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Interval Frekuensi Persentase Kategori 81 -100 8 17.02 Sangat tinggi 61 - 80 39 82.98 Tinggi 41 - 60 0 0 Cukup tinggi 21 – 40 0 0 Rendah 0 - 20 0 0 Sangat rendah N =47 100% Berdasarkan kategorisasi pada tabel terdsebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan adalah terdapat 39 responden yang berada pada interval 61 - 80%, dengan persentasi sebesar 82.98%, hal ini termasuk dalam kategori tinggi. Selanjutnya dapat ditayangkan dalam bentuk grafik dengan diagram balok sebagai berikut: persentase 100 82.98 80 60 40 20 17.02 0 0 0 0 sangat rendah rendah cukup tinggi tinggi tinggi sekali kategori Gambar 2. Grafik Histogram Prestasi Belajar Siswa Pada Mapel Aqidah Akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe 60 Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa di MAS Hubbul Wathan semester genap menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa senantiasa mengalami peningkatan dari tiap semester. Ini menunjukkan keberhasilan pelaksanaan pendidikan di MAS Hubbul Wathan. D. Analisis Pengaruh Profesionalisme Guru terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata elajaran Aqidah Akhlak di MAS Hubbul Wathan Berdasarkan lampiran 2 dan 3, maka untuk mengetahui persamaan regresi dari tiap variabel di gunakan rumus analisis regresi luiner sederhana. Selanjutnya untuk mencari hubungan antara variabel x dan y data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Person dengan rumus sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Tabel : 24 Data Hasil Rekapitulasi Nilai Angket Variabel X dan Y X Y Xy X2 Y2 56 90 3136 8100 5040 52 80 2704 6400 4160 50 75 2500 5625 3750 50 70 2500 4900 3500 56 80 3136 6400 4480 44 85 1936 7225 3740 49 65 2401 4225 3185 52 80 2704 6400 4160 45 70 2025 4900 3150 53 80 2809 6400 4240 47 65 2209 4225 3055 53 85 2809 7225 4505 53 70 2809 4900 3710 51 80 2601 6400 4080 48 70 2304 4900 3360 52 80 2704 6400 4160 51 75 2601 5625 3825 46 70 2116 4900 3220 61 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 ∑ Ratarata 48 45 47 43 42 51 47 48 48 52 48 48 46 50 44 46 45 50 44 49 47 39 45 42 43 44 48 43 41 2241 47.68 65 75 70 80 65 80 70 75 75 85 80 75 70 75 75 70 70 85 65 75 80 85 75 65 70 65 90 85 75 3540 75.32 2304 2025 2209 1849 1764 2601 2209 2304 2304 2704 2304 2304 2116 2500 1936 2116 2025 2500 1936 2401 2209 1521 2025 1764 1849 1936 2304 1849 1681 107553 4225 5625 4900 6400 4225 6400 4900 5625 5625 7225 6400 5625 4900 5625 5625 4900 4900 7225 4225 5625 6400 7225 5625 4225 4900 4225 8100 7225 5625 268900 Dari hasil tabulasi angket diatas maka diketahui bahwa : ∑X = 2241 ∑Y ∑(X2) = 107553 ∑(Y2) = 268900 ∑ (XY) = 169230 N = 3540 = 47 3120 3375 3290 3440 2730 4080 3290 3600 3600 4420 3840 3600 3220 3750 3300 3220 3150 4250 2860 3675 3760 3315 3375 2730 3010 2860 4320 3655 3075 169230 62 Mencari nilai b dan a b = n ∑ (XY) – (∑X) (∑Y) n (∑X2 ) – (∑X )2 = 47 (169230) – (2241) (3540) 47 (107553) – (2241) 2 = 7953810 – 7933140 5054991 – 5022081 = 20670 32910 b = 0.628 a = ∑Y – b∑X N = 3540 – (0.628) (2241) 47 = 3540 – (1407.52) 47 = 2132.48 47 = 45.372 Berdasarkan perhitungan di temukan nilai harga b dan harga a, di peroleh persamaan regresi sebagai berikut : Y’ = 45.372 + 0.628 (x) X = (47.68) Y’ = a + b x = 45.372 + 0.628 (47.68) 63 = 45.372 + 29.947 = 75.319 Dengan nilai harga b dan harga a = y’ sebesar 75.319, hal ini mengandung makna bahwa variabel prestasi belajar siswa (Y) dipengaruhi oleh variabel profesionalisme guru (X) dengan sumbangan sebesar 75.319. Adapun untuk mencari pengaruh variabel dapat digunakan teknik statistik dengan menghitung besarnya koefisien determinasi maka terlebih dahulu mencari korelasi (r2) dengan menggunakan rumus korelasi prodact moment, sebagai berikut : N XY ( X )( Y ) rXY = ( NX 2 (X ) 2 ) ( NY 2 (Y )) 2 47. 169230 - (2241) (3540) = √ { (47. 107553) – (2241) 2 } { (47. 268900) - (3540)2 } 7953810 - (7933140) = √ {(5054991) – (5022081)} { (12638300) – (12531600)} 20670 = √ { (32910)} { (106700)} 20670 = √ 3511497000 64 = 20670 59257.88 = 0,349 Berdasarkan perhitungan diatas maka keofisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,349, diketahui, untuk n = 47, taraf signifikan 5%, maka r tab = 0,288. ketentuannya bila r hit lebih kecil dari r tab (r hit < r tab), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hit lebih besar dari r tab (r hit > r tab), maka Ha diterima. Ternyata r hit (0,349) lebih besar dari r tab (0,288). Jadi karena r hit > r tab maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak. Pengaruh tersebut berlaku untuk sampel yang berjumlah 47 orang. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel profesionalisme guru (X) terhadap variabel prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak (Y) dapat dirumuskan dengan menggunakan koefisien determinan dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan, adapun rumusnya KD= r2 X 100%. = 0.349 2 100% = 0.122 × 100% = 12.17% Hal ini berarti variabel yang terjadi pada variabel terikat (Y) 12.17% dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Dengan demikian, hal ini dapat diartikan pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran 65 aqidah akhlak sebesar 12.17%. Kemudian untuk menguji hipotesis penelitian maka digunakan uji signifikansi dengan menggunakan uji-F : 1. Mencari jumlah kuadrat residu (JK Re g ( a ) ) dengan rumus: JK Re g ( a ) = (Y ) 2 n = (3540) 2 47 = (12531600) 47 = 266629.8 2. Mencari jumlah kuadrat regresi (JK Re g ( b / a ) ) dengan rumus: (X )(Y ) JK Re g ( b / a ) = bXY n (2241)(3540) = 0.628169230 47 7933140 = 0.628169230 47 = 0.628169230 168790.2 = 0.628 x 439.79 = 276.19 3. Mencari jumlah kuadrat residu (RJK Re s ) dengan rumus : JK Re s = Y 2 JK Re g (b / a ) JK Re g ( a ) 66 = 268900 - 276.19 – 266629.8 = 1994.03 4. Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJK Re g ( a ) ) dengan rumus: RJK Re g ( a ) = JK Re g ( a ) =266629.8 5. Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJK Re g ( b / a ) ) dengan rumus: RJK Re g ( b / a ) = JK Re g ( b / a ) = 276.19 6. Mencari jumlah kuadrat residu (RJK Re s ) dengan rumus : JK Re s = = JK Re s n2 1994.03 47 2 = 44.31 Sehingga F hitung sebagai berikut : F hitung = = RJK Re g (b / a ) RJK Re s 276.19 44.31 = 6.233 Kemudian mencari nilai F tabel dengan rumus : F tabel = F (1.a )( dk Re g (b / a ))( dk Re s ) = F ( 6.233)( dk Re g (b / a )1)),( dk Re s 47 2 67 = F (.0,05),(1, 44 Cara mencari tabel= angka : 1 45 = Pembilang = Penyebut F tabel = 4.06 Setelah melihat nilai dari F hitung dan F tabel di atas maka diperoleh bahwa F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe. E. Pembahasan Penelitian ini berjudul pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan, dilaksanakan pada bulan Juli s/d Oktober 2012, dengan sampel penelitian sebanyak 47 orang siswa. Guru profesional harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang langsung menyentuh masalah inti pendidikan, yaitu pengetahuan dan keterampilan cara-cara menimbulkan dan mengarahkan proses pertumbuhan yang terjadi dalam diri anak didik yang sedang mengalami proses pendidikan. Seseorang yang mengaku dirinya sebagai guru tentu memiliki sikap pengabdian dan loyalitas serta tanggung jawab terhadap jabatannya, sekaligus kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdianya. Sebab bidang keahlian dan keterampilan bersifat dinamis, 68 bergerak terus, mencari bentuk-bentuk pengabdian yang semakin lama semakin sempurna. Jika semua itu dimiliki oleh para guru, maka dengan sendirinya akan didapat citra baik dalam profesi itu. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu menguasai berbagai hal sebagai kompetensi yang dimilikinya. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru dalam mentransfer pengetahuan baik dari segi perencanaan, kemampuan penguasaan materi, pengelolaan kelas, penguasaan metode dan teknik evaluasi sehingga siswa dengan mudah menyerap ilmu yang diterimanya. Dari hasil tabulasi angket tentang variabel profesionalisme guru ditemukan bahwa terdapat dalam kategori tinggi, hal ini dapat dilihat bahwa responden yang berada pada interval 61 – 80% sebanyak 29 orang atau 61.7%, dan 18 responden berada pada interval 81-100% dalam kategori sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan berada pada kategori tinggi. Prestasi belajar adalah suatu bukti yang telah dicapai oleh seseorang dengan melalui usaha dalam mengikuti pelajaran. Sejauhmana prestasi yang dicapai seorang siswa dalam belajar, maka perlu dilakukan evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah preses belajar mengajar berlangsung. 69 Dengan demikian prestasi dapat diartikan sebagai hasil yang di peroleh karena adanya aktifitas belajar yang telah dilakukan. Proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap dan prilaku, dimana perubahan tersebut akan nampak sebagai prestasi belajar dari siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar adalah bobot nilai yang dicapai seorang siswa yang ditetapkan dalam sebuah rapor sebagai wujud hasil usaha siswa tersebut dalam proses belajar. bobot nilai yang telah ditetapkan tersebut kemudian dijadikan tolak ukur untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Lebih jelasnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan, dapat dilihat berdasarkan nilai raport siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak yaitu siswa yang memperoleh nilai antara 61-80 sebanyak 39 oranga siswa atau 82.98%, dan yang memperoleh nilai antara 81-100 sebanyak 8 orang siswa atau 17.02%. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak berada dalam kategori tinggi dengan persentase 82.98% dari 39 siswa yang memperoleh nilai antara 61-80, dengan nilai rata-rata sebesar 75.32. Hasil analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan regresi Y = 45.372 + 0.628 (x), dengan nilai harga b dan harga a = y’ sebesar 75.319, hal ini mengandung makna bahwa variabel prestasi belajar siswa (Y) dipengaruhi oleh variabel profesionalisme guru (X) dengan sumbangan sebesar 75.319. Sedangkan keofisien korelasi yang ditemukan sebesar 0,349, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang positif profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran 70 aqidah akhlak. Pengaruh tersebut berlaku untuk sampel yang berjumlah 47 orang. Diketahui, untuk n = 47, taraf signifikan 5%, maka harga r tab = 0,288. ketentuannya bila r hit lebih kecil dari r tab (r hit < r tab), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hit lebih besar dari r tab (r hit > r tab), maka Ha diterima.Ternyata r hit (0,349) lebih besar dari r tab (0,288). Jadi karena r hit > r tab maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak, besarnya pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak sebesar 12.17%. Berdasarkan analisis uji-F ditemukan nilai dari F hitung (6.233) dan F tabel (4.06), maka diperoleh bahwa F hitung ≥ F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan. 71 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai akhir dari penelitian di MAS Hubbul Wathan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan temukan data kategori tinggi, hal ini ditunjukkan bahwa dari 47 responden terdapat 29 orang atau 61.7%, dalam kategori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan profesionalisme guru di MAS Hubbul Wathan berada pada kategori tinggi. 2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan adalah terdapat 39 orang siswa yang mencapai kategori tinggi atau sebesar 82.98%. Dengan demikian data prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak pada umumnya berada dalam kategori tinggi, dengan nilai rata-rata 75.32. 3. Terdapat pengaruh yang positif dan siginifikan profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan Toli-Toli Kec. Lalonggasumeeto Kab. Konawe. Hal ini ditunjukkan pada hail uji F bahwa F hit (6.233) lebih besar dari F tab (4.06). Sedangkan besanya pengauh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqidah akhlak di MAS Hubbul Wathan sebesar 12.17%. 71 72 B. Saran-Saran Sebagai implikasi dari penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut : 1. Diharapkan agar semua komponen terus bekerja sama dalam meningkatkan kualitas pendidikan di MAS Hubbul Wathan, sehingga prestasi belajar siswa terus mengalami peningkatan yang signifikan. 2. Sekiranya kinerja dari para guru lebih ditingkatkan lagi, dan menambah khasanah keilmuannya dengan cara ikut aktif dalam kegiatan keguruan, simposium, loka karya dan seminar-seminar. 3. Kepada guru diharapkan kesadarannya untuk selalu meningkatkan profesionalismenya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah, karena tugas yang dikerjakan selain merupakan tanggung jawab kepada pemerintah dan masyarakat juga merupakan pengabdian untuk mendapatkan ridho Allah SWT. 73 73 DAFTAR PUSTAKA Artikel Pendidikan, Profesionalisme Guru, (online) (http://www.infoskripsi.com, diakses, 1 Desember 2011) 2011 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis), Jakarta: Edisi Revisi, Meitang Putra, 1992. Abdurrahman H., Pengelolaan Pengajaran, Cet. VII, Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1994. Barnadib, Imam, Pendidikan Perbandingan (Buku Dasar I Dasar-Dasar), Cet. II, Yogyakarta: Andi Offset, 1991. Buletin C:/MD-Surat, Kode Etik Guru, Kendari, 2001. Beta, Profesionalisme Guru, (online) (http://beta.pikiran-rakyat.com, diakses, 1 Desember 2011) 2011 Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Komite Madrasah, Jakarta: Proyek Pemberdayaan Kelembagaan dan Ketata;aksanaan pada Madrasah PAI Sekolah Umum Tingkat Dasar, 2003. Hamalik, Oemar, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, Bandung : Tarsiti, 1993 Haryadi,Sugeng, Perkembangan Peserta Didik, Semarang :Ikip Semarang Press, 1995 Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996 Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional : Menciptalajaran Yang Kreatif Dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Rohani, Ahmad, H. M dan H. Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Santoso, Gempur, Metodologi Pendidikan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 74 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, Alfabeta, 2007. -------------, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008 Syafrudin, Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Surya, Muhammad, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Maha Putra Adidaya, 2003. Surjadi A, Membuat Sistem Aktif Belajar, Bandung : Cet.I, Bira Cipta, 1993 Sudirman L, Belajar yang Efektif dan Efisien, Jakarta : Buni Aksara, 1999 Sudjana, Nana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990 Setiawati, Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1990 Tim Dikdaktik Metodik Kurikulum, IKP, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Fokus Media, 2006 Usman, Muh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, (Jakarta: Cemerlang, 2005 Undang-Undang Guru dan Dosen, Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar mengajar, Bandung: PT. Rineka Cipta, 1992. Winkel, WS. Psikologi Pengajaran (Edisi Revisi), Jakarta, :Grasindo, 1996 -------------------, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia, 1994 75 PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MAS HUBBUL WATHAN DESA TOLI-TOLI KECAMATAN LALONGGASUMEETO KABUPATEN KONAWE Proposal diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti seminar proposal pada Program Studi Pendidikan Agama Islam OLEH : JUMNIATI NIM. 08010101082 JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SULTAN QAIMUDDIN KENDARI 2011 76 PERSETUJUAN PEMBIMBING Pembimbing penulisan proposal saudari Jumniati, Nim. 08010101082 mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sultan Qaimuddin Kendari, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi proposal yang bersangkutan dengan judul: “pengaruh profesionalisme guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran aqiah akhlak di MAS Hubbul Wathan Desa Toli-Toli Kecamatan Lalonggasumeeto Kabupaten Konawe”, memandang bahwa proposal tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diseminarkan. Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya. Kendari, Desember 2011. Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hj. St. Fatimah Kadir, MA Nip. 196709231993032003 St. Aisyah Mu’min, S. Ag, M. Pd NIP. 197205319980324 ii 77 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................... . DAFTAR ISI .................................................................................................. i ii iii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. C. Hipotesis .................................................................................... D. Definisi Operasional .................................................................. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 1 4 5 5 6 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Profesionalisme Guru…………………………………. 1. Definisi Profesionelisme Guru .............................................. 2. Ciri-Ciri Guru Profesional…………………………………. 3. Pengembangan Profesionelisme Guru .................................. 4. Tugas dan Tanggung Jawab Guru......................................... B. Hakikat Pestasi Belajar Siswa ..................................................... 1. Definisi Pestasi Belajar Siswa .............................................. 2. Jenis-Jenis Pestasi Belajar .................................................... 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ........... C. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 7 7 13 16 20 22 22 26 28 32 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... C. Variabel Penelitian ..................................................................... D. Populasi dan Sampel .................................................................. E. Kisi-Kisi Instrumen ..................................................................... F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... G. Teknik Analisa Data .................................................................. 35 35 35 36 37 38 38 DAFTAR PUSTAKA iii 78