BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Jasa Pemasaran merupakan suatun proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut. Dengan demikian pemasaran merupakan proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar. Pemasaran memberi pengertian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk-produk dan jasa-jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan konsumen, dan kegiatan-kegiatan para pesaing. Jasa sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan sesuatu. Oleh sebab itu, jasa memiliki beberapa karakteristik unik yang membedakannya dari barang dan berdampak pada cara memasarkannya. Menurut Lovelock, et al (2010:16), jasa adalah suatu aktifitas ekonomi yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain. Sering kali kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (time-based), dalam bentuk suatu kegiatan (performances) yang akan membawa hasil yang diinginkan kepada penerima, obyek, maupun aset-aset lainnya yang menjadi tanggung jawab dari pembeli. Sebagai pertukaran dari uang, waktu dan upaya, pelanggan jasa berharap akan mendapatkan nilai (value) dari suatu akses ke barang-barang, tenaga kerja, tenaga ahli, fasilitas, jejaring dan sistem tertentu; tetapi para pelanggan biasanya tidak akan mendapatkan hak milik dari unsur-unsur fisik yang terlibat dalam penyediaan jasa tersebut. 9 Selanjutnya menurut Kotler dalam Hurriyati (2008:27), mengemukakan pengertian jasa (service), “A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product”. Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh suatu pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikkan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Dan menurut Zeithaml dan Bitner dalam Sunyoto (2012:187), mengemukakan bahwa, “Service is all economic activities whose output is not a physical product or contraction is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms, (such as convenience, amusement, timelines, comfort or health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”. Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktifitas ekonomi dengan output selain produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersama serta memberikan nilai tambah (misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan, atau kesehatan) secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pertamanya. Dan berbagai definisi diatas, tampak bahwa didalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud, tetapi jasa dapat diproduksi dan dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Pemasaran Jasa menurut Payne dalam Hurriyati (2008:42) merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan demikian manajemen 10 pemasaran jasa merupakan proses penyelarasan sumber-sumber sebuah organisasi terhadap kebutuhan pasar. Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatankegiatan para pesaing. Fungsi pemasaran terdiri dari tiga komponen yaitu bauran pemasaran, kekuatan pasar dan proses penyelerasan. 2.1.1 Karakteristik jasa Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk (fisik) (Tjiptono, 2009:7) adalah sebagai berikut : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda; maka jasa adalah perbuatan , tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha. Hal tersebut yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2. Tidak Terpisahkan (Inseparability) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 3. Beragam (Variability/heterogenity/inconsistency) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut di produksi. 4. Mudah Lenyap (Perishability) Bahwa jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Karena sifat jasa itu mudah lenyap. 11 5. Kurang kepemilikan (Lack of ownership) Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbangan dan pendidikan). Menurut Wheatley dalam Alma (2005:244), ada beberapa perbedaan anatara jasa dan barang, antara lain : 1. Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi. 2. Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud, dapat dilihat, diras,dicium, memiliki berat, ukuran dan lain-lain. 3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada waktu yang lama. 4. Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan. 5. Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian halnya dengan marketing jasa. 6. Usaha jasa sangat mementingkan unsur manusia. 7. Distribusinya bersifat langsung, dari produsen kepada konsumen. 2.1.2 Pengertian Kualitas Layanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2006). Dengan demikian, kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. 12 Menurut Kotler (2009) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut : (1) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan (2) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan (3) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Layanan Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Tjiptono (2006:273) untuk mengevaluasi kualitas jasa pelanggan umumnya menggunakan 5 dimensi sebagai berikut : 1. Tangibles / Bukti langsung Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi 13 konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan. 2. Reliability / Keandalan Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. 3. Responsiveness / Ketanggapan Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. 14 4. Assurance / Jaminan Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. 5. Emphaty / Empati Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. 15 2.2 Kepuasan Nasabah Menurut Umar (2005:65) dalam bukunya mengatakan bahwa “Kepuasan nasabah adalah tingkat perasaan nasabah setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya”. Menurut Kotler dan Keller (2007:177) dalam bukunya Manajemen Pemasaran mengatakan bahwa : “ Kepuasan nasabah adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan”. Sejumlah ahli memberikan definisi mengenai kepuasan pelangan. Kotler (2013) mendefinisikan kepuasan pelanggan/nasabah sebagai perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu produk setelah membandingkan kinerja produk tersebut dengan yang diharapkan. Kepuasan konsumen merupakan hasil evaluasi menyeluruh konsumen atas kinerja produk yang dikonsumsinya. Kepuasan merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap loyalitas konsumen. Seorang nasabah, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi nasabah dalam waktu yang lama. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan nasabah. Agar tujuan tersebut tercapai, maka setiap perusahaan harus berupaya menghasilkan dan menyampaikan barang dan jasa yang diinginkan nasabah dengan harga yang pantas (reasonable). Dengan demikian tiap perusahaan harus mampu memahami perilaku nasabah pada dasar sasarannya karena kelangsungan 16 hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah. Nasabah yang puas terhadap produk dan jasa pelayanan cenderung untuk membeli kembali produk dan menggunakan kembali jasa pada saat kebutuhan yang sama muncul kembali dikemudian hari. Dalam suatu proses konsumsi, pelanggan tidak akan berhenti hanya samapai pada proses konsumsi. Pelanggan akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai evaluasi alternative pasca konsumsi. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi adalah pelanggan merasa puas (satisfaction) atau tidak puas (dissatisfaction) terhadap konsumsi produk atau jasa yang sudah dilakukannya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali atau mengkonsumsi produk tersebut. Menurut Lupyoadi dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa (2006:52) untuk menentukan kepuasan nasabah ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan antara lain : 1. Kualitas produk, yaitu nasabah akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu nasabah akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. 3. Emosi, yaitu nasabah akan mersa bangga dan mendapatkan kenyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk 17 dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat nasabah merasa puas terhadap merek tertentu, 4. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada nasabah. 5. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. 2.2.1 Manfaat dan Pengukuran Kepuasan Nasabah Kepuasan nasabah mempunyai banyak sekali manfaat bagi perusahaan. Mengutip pendapat Anderson yang ditulis dalam Tjiptono (2008:198), manfaatmanfaat spesifik kepuasan nasabah meliputi : 1. Keterkaitan positif loyalitas nasabah, hal ini berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan (terutama melalui pembelian ulang, cross selling, dan Up selling). 2. Menekan biaya nasabah dimasa depan. 3. Menekan volatilitas dan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas dimasa depan, meningkatnya toleransi harga. 4. Rekomendasi positif, nasabah cenderung lebih reseptif terhadap product line extension, dan new add-on service yang ditawarkan perusahaan. 5. Meningkatnya bargaining power relatif perusahaan terhadap jejaring pemasok, mitra bisnis dan saluran distribusi. 2.2.2 Pengukuran Kepuasan Nasabah 18 Kepuasan didefinisikan sebagai perasaaan senang atau kecewa seseorang dari membandingkan kinerja produk yang dirasakan dalam hubungan dan harapannya (Kotler 2009,21). Menurut Zikmund, McLeod dan Gilbert kepuasan didefinisikan sebagai evaluasi setelah pembelian hasil dari perbandingan antara harapan sebelum pembelian dengan kinerja sesungguhnya. Sedangkan menurut Kotler (2009, 21), kepuasan merupakan fungsi dari kinerja yang dirasakan (perceived performance) dan harapan (expectations). Jika kinerja produk atau jasa lebih rendah dari harapan, konsumen akan merasa tidak puas. Jika kinerja sesuai harapan maka konsumen akan merasa puas, jika kinerja sampai melebihi harapan, maka konsumen akan merasa sangat puas (delighted). Pada hakekatnya tujuan bank adalah memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada nasabahnya sehingga nasabahnya tersebut merasa puas dan nyaman akan pelayanan yang diberikan oleh pihak bank. Untuk dapat mengetahui tingkat kepuasan nasabah pada suatu bank, maka perlu diukur bagaimana kondisi kepuasan nasabah pada bank tersebut. 2.2.3 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan Kotler et. al. dalam Fandy Tjiptono mengidentifikasikan ke dalam 4 (empat) metode untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu Sistem Keluhan dan Saran, Ghost Shopping, Lost Customer Analysis, Survey Kepuasan Pelanggan (a) Sistem Keluhan Pelanggan Perusahaan memberi kesempatan kepada pelanggan atas produk, jasa dan pelayanan yang diberikan perusahaan. (b) Ghost Shopping Pada model ini perusahaan mengunakan “orang dalam” untuk berperan sebagai pelanggan baik untuk produk perusahaan maupun produk pesaing. 19 (c) Lost Customer Analysis Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu dapat terjadi dengan tujuan untuk mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan. (d) Survey Kepuasan Pelanggan Melalui survai perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan-balik (feedback) secara langsung dari pelanggan dan merupakan suatu tindakan yang menggambarkan bahwa perusahaan menaruh perhatian para pelanggan. Menurut Umar (2008:25), ada 6 konsep umum yang dipakai untuk mengukur kepuasan nasabah, yaitu : 1. Kepuasan pelanggan keseluruhan Caranya, yaitu dengan menanyakan nasabah mengenai tingkat kepuasan atau jasa yang bersangkutan serta menilai dan membandingkan dengan tingkat kepuasaan nasabah keseleruhan atau jasa yang mereka terima dari para pesaing. 2. Dimensi kepuasan nasabah Prosesnya melalui empat langkah, pertama, mengidentifikasi dimensidimensi kunci kepuasan nasabah. Kedua, meminta nasabah menilai jasa perusahaan berdasarkan item-item spesifik seperti kecepatan layanan atau keramahan staf pelayanan terhadap nasabah. Ketiga, meminta nasabah menilai jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Keempat, meminta nasabah menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka ada dikelompok penting dalam menilai kepuasan nasabah keseluruhan. 3. Konfirmasi harapan 20 Pada cara ini kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan nasabah dengan kinerja actual jasa yang dijual perusahaan. 4. Minat pembelian ulang Kepuasaan nasabah diukur berdasarkan apakah mereka akan mengadakan pembelian ulang atas jasa yang sama dia konsumsi. 5. Kesediaan untuk merekomendasi Cara ini merupakan ukuran yang penting, apalagi bagi jasa yang pembelian ulangnya relatif lama, seperti jasa pendidikan tinggi. 6. Ketidakpuasan nasabah Dapat dikaji misalnya dalam hal komplain, biaya garansi, word of mounth yang negatif, serta defections. Faktor utama penentu kepuasan pelangan adalah persepsi pelangan/nasabah terhadap kualitas jasa. Pencapaian, kepuasan pelangan/nasabah melalui Kualitas Pelayanan dapat ditingkatkan dengan beberapa pendekatan(Lupiyoadi,2006:193)yaitu : a. Memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelangan/nasabah. b. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi didalam perbaikan proses pelayanan. c. Memberi kesempatan kepada pelangan untuk menyampaikan keluhan lewat saran dan kritik dengan sarana yang disediakan perusahaan. d. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasara. Puas atau tidak puas adalah evaluasi yang dihasilkan dengan membandingkan antara harapan dengan kenyataan. Dalam mengevaluasi kepuasan 21 terhadap produk, jasa atau perusahaan tertentu, pelanggan/nasabah umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan pelanggan/nasabah meliputi : 1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok atau jasa inti yang dibeli atau dirasakan oleh pelanggan apakah dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dalam bertransaksi. 2. Ciri-ciri keistimewaan tambahan (features), karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya fasilitas-fasilitas yang paling memudahkan pelanggan untuk menyampaikan keluhan. 3. Keandalan (reliability), perusahaan menjamin bahwa produknya hanya kemungkinan kecil akan mengalami kegagalan dalam menyelesaikan permasalahan yang diambil pelanggan. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), sejauh mana karakteristik desain produk atau pelayanan memenui standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk atau jasa tersebut dapat terus digunakan dan dirasakan manfaatnya. 6. Kemampuan untuk melayani (serviceability), meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan, serta penangan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purnajual, yang juga mencakup pelayanan keluhan yang dibutuhkan. 7. Estetika, daya tarik produk atau jasa terhadap indera, misalnya respon atau tanggapan yang cepat dari semua staf perusahaan terhadap keluhan yang terjadi. 22 8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), citra dan reputasi produk atau jasa, serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Perusahaan menciptakan kepercayaan dibenak pelanggan bahwa perusahaan mampu memberikan bantuan yang cepat dalam setiap keluhan. 2.2.4 Perilaku Konsumen Manusia mempunyai sifat aquistve yang artinya manusia selalu ingin lebih dalam mendapatkan keaneka ragaman barang dan jasa yang dibutuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut konsumen harus memutuskan kapan membeli, berapa jumlah yang harus dibeli dan kapan melakukan pembelian bukan hal yang mudah, oleh karena itu konsumen dalam melakukan pembelian dipengaruhi oleh beberapa pertimbangan atau pendekatan diantaranya adalah pendekatan psikologis dan pendekatan sosiokultural. Motivasi konsumen melakukan kegiatan aktivitas pembelian relevansinya dengan pendekatan pendistribusiannya, ekonomi misalnya tentang sedangkan relevansinya pendapatan, harga dan pendekatan psikologis adalah bagaimana konsumen belajar tentang produk, pengaruh kebutuhan dan rangsangan individual atas prilaku pembelian dan persepsi yang dimiliki oleh konsumen tentang diri sendiri dan produk yang dibeli sedangkan relevansinya pendekatan sosiokultural dimungkinkan ada pengaruh perilaku konsumen secara kelompok atas perilaku konsumen secara individu difusi ide-ide antara berbagai kelompok dan pengaruh kultural anggota-anggotanya. Pengambilan keputusan konsumen itu sendiri merupakan proses dari merasakan (perceiving) dan mengevaluasikan informasi perolehan merek, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek memenuhi kebutuhannya dan menentukan pilihan pada sebuah merek. 23 Setelah konsumen membuat keputusan, pengevaluasian pasca pembelian, terjadilah umpan balik. Selama melakukan evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan mungkin akan mengubah pola perolehan informasi, mengevaluasikan merek dan memilih merek sebagai pengalaman mengkonsumsi kembali merek yang sama. Putaran umpan balik juga terjadi pada faktor lingkungan. Pada saat yang bersamaan, konsumen mengkonsumsikan pembeliannya dan pengalaman mengkonsumsinya kepada teman dan keluarga. Sementara pemasaran melacak tanggapan konsumen dalam bentuk data penjualan dan pangsa pasar, namun informasi ini tidak memberikan pengetahuan konsumen membeli atau menyediakan informasi atas kekuatan dan kelemahan merek produk pemasaran dalam situasi persaingan. Karena itu riset pemasaran masih diperlukan guna merumuskan strategi pemasaran yang lebih baik untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 2.3 Loyalitas Nasabah Pengertian Loyalitas nasabah sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Nasabah yang setia adalah mereka yang sanagat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkan kepada siapapun yang mereka kenal. Menurut Fandy Tjiptono dalam bukunya Pemasaran Jasa (2006:105) pengertian loyalitas nasabah adalah : “ Terciptanya kepuasan nasabah dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap produk serta membuat 24 suatu rekomendasi dari mulut ka mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusaaahan”. Loyalitas nasabah merupakan hal paling pokok bagi kelangsungan hidup sebuah bank. Loyalitas memiliki hubungan dengan profitabilitas. Itulah sebabnya bebagai upaya dilakukan oleh sebuah bank untuk mempertahankan loyalitas nasabahnya. Berbagai upaya diantaranya membuat produk yang menarik, meningkatkan kualitas pelayanan, promisi, iming-iming hadiah yang spektakuler, harga dan cost yang menarik, tampilan gedung (interior dan ekterior) yang menarik dan nyaman, lokasi yang strategis, proses yang cepat dan karyawan yang ramah dan menarik. Kesemua itu mengharuskan bank mengeluarkan biaya yang sangat besar demi membangun loyalitas nasabah. Loyalitas adalah kesetiaan pelanggan/nasabah mencerminkan niatan berperilaku (intended behavior) berkenaan dengan suatu produk atau jasa. Niatan berperilaku di sini mencakup kemungkinan pembelian mendatang atau pembaharuan kontrak jasa atau sebaliknya, juga seberapa mungkin pelanggan akan beralih ke penyedia layanan atau merek lainnya. Kesetiaan pelanggan dapat diukur dengan perilaku dan sikap. Ukuran pertama mengacu perilaku pelanggan pada pengulangan untuk memperoleh atau membeli kembali barang / jasa yang pernah dinikmati. Sedangakan ukuran sikap mengacu pada sebuah intensitas untuk memperoleh kembali dan merekomendasikan kepada orang lain. Pelanggan/Nasabah yang loyal atau setia adalah orang yang melakukan pembelian ulang dari perusahaan yang sama, serta memberikan informasi yang positif kepada pihak potensial lain dari mulut ke mulut. 25 Pelanggan tetap loyal, maka perusahaan harus meyakinkan pelanggannya bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan produk atau jasa yang bernilai secara terus menerus. Dalam konteks ini, menguraikan 4 (empat) fase atau tingkatan loyalitas, yaitu: 1. Cognitive loyalty Di sini, loyalitas terbentuk berdasarkan informasi semata. Loyalitas kognitif lebih didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat dan kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak baik, pelanggan akan mudah pindah ke produk lain. Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan karena adanya rangsangan pemasaran. 2. Affective loyalty Sikap merupakan fungsi dari kognisi pada periode awal pembelian (masa sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah dengan kepuasan di periode berikutnya (masa setelah konsumsi). Pada loyalitas afektif, kerenta-nan pelanggan lebih banyak terfokus pada tiga faktor, yaitu ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi dari pemasar maupun pelanggan merek lain, dan upaya mencoba produk lain. 3. Conative loyalty Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu. Niat merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa sebelum konsumsi) dan sikap pada masa setelah konsumsi. Maka loyalitas konatif merupakan suatu loyalitas yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan pembelian. Hasil penelitian Crosby dan Taylor (1983) yang menggunakan model runtutan sikap: keyakinan – sikap – niat memperlihatkan komitmen untuk melakukan (niat) menyebabkan preferensi pemilih tetap stabil selama 3 tahun. 26 4. Action loyalty Aspek konatif atau niat untuk melakukan berkembang menjadi perilaku dan tindakan. Niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan kondisi yang mengarah pada kesiapan bertindak dan keinginan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan tindakan tersebut. Pelanggan yang terintegrasi penuh pada tahap loyalitas tindakan dapat dihipotesiskan sebagai pelanggan yang rendah tingkat kerentanannya untuk berpindah ke produk lain 2.3.1 Manfaat Loyalitas Nasabah Kotler dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2007:23) menyatakan bahwa kesetiaan terhadap merek merupakan salah satu dari aset merek, yang menunjukkan mahalnya nilai sebuah loyalitas, karena untuk membangunnya banyak tantangan yang harus dihadapi serta membutuhkan waktu yang sangat lama. Lebih lanjut dijelaskan bahwa manfaat kesetiaan terhadap merek bagi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi biaya pemasaran Pelanggan/Nasabah setia dapat mengurangi biaya pemasaran, beberapa penelitian menunjukkan bahwa biaya untuk mendapatkan nasabah baru enam kali lebih besar dibandingkan dengan biaya untuk mempertahankan nasabah yang sudah ada. Biaya iklan dan bentuk-bentuk lain dikeluarkan dalam jumlah besar belum tentu dapat menarik nasabah baru karena tidak gampang membentuk sikap positif terhadap produk. 2. Trade leverage Loyalitas terhadap produk menyediakan trade leverage bagi perusahaan. Produk yang memiliki citra kualitas tinggi akan memaksa nasabah membeli 27 secara berulang-ulang untuk memakai produk yang sama bahkan mengajak nasabah lain untuk membeli produk tersebut. 3. Menarik nasabah baru Nasabah baru yang puas dengan produk yang dibelinya dapat mempengaruhi nasabah lain. Sedangkan nasabah yang tidak puas akan menyampaikan ketidakpuasaannya kepada orang lain juga. 4. Merespoin ancaman pesaing Loyalitas terhadap produk memungkinkan perusahaan memiliki waktu untuk merespon tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pesaing. Jika pesaing mengembangkan produk yang lebih superior, perusahaan memiliki kesempatan untuk membuat produk yang lebih baik dalam jangka waktu tertentu karena bagi pesaing relatif sulit untuk mempengaruhi nasabah yang setia. Karena pentingnya kesetiaan terhadap merek maka loyalitas tersebut dianggap sebagai aset perusahaan dan berdampak besar terhadap pangsa pasar serta profitability perusahaan. 2.3.2 Tahapan Loyalitas Nasabah Brown dalam Hurriyati (2005) mengungkapkan bahwa loyalitas nasabah/pelanggan terdiri atas tiga tahap, yaitu sebagai berikut : 1. The Courtship Pada tahap ini hubungan yang terjalin antara perusahaan dengan pelanggan terbatas pada transaksi, pelanggan masih mempertimbangkan produk dan harga. Apabila penawaran produk dan harga yang dilakukan pesaing lebih baik maka mereka akan berpindah. 28 2. The Relationship Pada tahapan ini tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dengan pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan harga dan produk, walaupun tidak ada jaminan konsumen akan melihat produk pesaing. Selain itu pada tahap ini terjadi hubungan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. 3. The Marriage Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Pelanggan akan terlibat secara pribadi dengan perusahaan dan loyalitas tercipta seiring dengan kepuasan terhadap perusahaan dan ketergantungan pelanggan. Tahapan marriage yang sempurna diterjemahkan ke dalam Advote customer yaitu pelanggan yang merekomendasikan produk perusahaan kepada orang lain dan memberikan masukan kepada perusahaan apabila terjadi ketidakpuasan. 2.3.3 Karakteristik Loyalitas Sedangkan konsumen yang loyal terhadap suatu produk atau jasa memiliki beberapa karakter, di antaranya: 1. Konsumen yang loyal cenderung lebih percaya diri pada pilihannya. 2. Konsumen yang loyal lebih memilih untuk mengurangi risiko dengan melakukan pembelian berulang terhadap merek yang sama. 3. Konsumen yang loyal lebih mengarah pada kesetiaan terhadap suatu merek. 4. Kelompok konsumen minor cenderung untuk lebih loyal. Karakteristik pelanggan yang loyal adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pembelian ulang secara teratur (makes reguler repeat purchase). 29 Loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih. Tingkat kepuasan terhadap toko akan mempengaruhi mereka untuk membeli kembali. 2. Membeli di luar lini produk/jasa (purchases across product and service lines). Membeli di luar lini produk dan jasa artinya keinginan untuk membeli lebih dari produk dan jasa yang telah ditawarkan oleh perusahaan. Pelanggan yang sudah percaya pada perusahaan dalam suatu urusan maka akan percaya juga untuk urusan lain. 3. Mereferensi toko kepada orang lain, artinya menarik pelanggan baru untuk perusahaan (Refers other). Pelanggan yang loyal dengan sukarela merekomendasikan perusahaan kepada teman-teman dan rekannya. 4. Menunjukkan kekebalan daya tarik dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition). Tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan perusahaan sejenis lainnya. 2.4 Hubungan antara Variabel 2.4.1. Hubungan Kualitas layanan dengan Loyalitas Nasabah Penemuan menunjukkan bahwa kualitas layanan merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi loyalitas nasabah. Kondisi ini mungkin saja disebabkan karena pelangan sudah sangat kritis terhadap masalah-masalah layanan sehingga memutuskan loyal terhadap suatu layanan, pelanggan harus pada posisi puas terlebih dahulu terhadap layanan yang diberikan. Dengan lebih memperhatikan indikator-indikator pada dimensi yang terdapat dalam kualitas 30 layanan yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy pihak perusahaan dapat meningkatkan kualitas layanan kearah yang lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang diungkap oleh Olorunniwo (2006) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan positif antara kualitas layanan dengan niat pembelian. Hubungan antara kualitas layanan, kepuasan, niat pembelian diperoleh bahwa kualitas layanan memiliki dampak yang signifikan terhadap niat pembelian. Qin dan Prybutok(2008) juga mengungkapkan ada pengaruh signifikan antara kualitas layanan terhadap loyalitas nasabah. 2.4.2 Hubungan Kepuasan Nasabah dengan Loyalitas Nasabah Variabel kepuasan nasabah terdiri atas tiga indikator yaitu Kepuasan dari kualitas layanan, kualitas produk, dan kepuasan secara keseluruhan. Semakin tinggi kepuasaan nasabah maka semakin tinggi keinginan mereka untuk berlaku loyal dengan melakukan pembelian ulang, sebaliknya bila kepuasan yang mereka rasakan rendah, maka akan rendah pula keinginan mereka untuk berlaku loyal dengan tidak melakukan pembelian ulang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Virvilaite et al.(2009) menyatakan bahwa kepuasan adalah faktor terpenting yang berpengaruh terhadap loyalitas nasabah. Para ilmuwan menyatakan bahwa dalam hubungan jangka panjang nasabah tidak hanya mengharapkan kualitas tinggi dari layanan utama tetapi juga manfaat tambahan dari melanjutkan suatu hubungan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Croonin dan Taylor mendapatkan hubungan kepuasan nasabah memiliki pengaruh terhadap niat membeli. Kepuasan nasabah akan berpengaruh pada niat pembelian ulang. Hal senada juga ditemukan oleh Olorunniwo (2006) dalam studi imperiknya, bahwa kepuasan nasabah berpengaruh positif terhadap loyalitas nasabah. 31 2.5. Penelitian Terdahulu Untuk mengadakan penelitian, tidak terlepas dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan tujuan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang sedang dilakukan, selain itu juga bertujuan untuk membandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian. No Peneliti Tahun Variabel yang Diteliti Alat Hasil Analisis 1. Adinoto 2011 Nursiana Independen: Kualitas Layanan SPSS Dependen :Loyalitas Nasabah loyalitas nasabah dipengaruhi kepuasan nasabah tetapi tidak dipengaruhi nilai yang dirasakan nasabah. 2. 3. 4. Hidup Marsudi Yusnaini 2011 2010 Dwi Ariyani dan Febrina 2010 Independen : SPSS Kualitas Layanan berpengaruh Dependen :Loyalitas Nasabah nasabah. Independen : Kualitas SPSS ENDARWITA kualitas atas kepuasan pelayanan yang Layanan Internet Banking dominan Dependen : Kepuasan dan kepuasan Loyalitas dimensi responsiveness. Independen :Kualitas Layanan SPSS Dependen :Loyalitas mempengaruhi nasabah adalah kualitas layanan terbukti berpengaruh secara signifikan Rosinta 5. Kualitas layanan cenderung terhadap kepuasan pelanggan 2013 Independen : Kualitas layanan SPSS dan kualitas produk Dependenn : Kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan baik Kepuasan terhadap kepuasan nasabah nasabah dan loyalitas nasabah maupun loyalitas nasabah untuk kualitas sedangkan pelayanan berpengaruh lebih besar dari pada terhadap loyalitas 6. Dibyo Iskandar 2012 Independen : Kualitas SPSS Kualitas pelayanan Pelayanan berpengaruh positif Dependen : Loyalitas Nasabah signifikan terhadap kepuasan nasabah. 32 dan 2.6 Kerangka Pemikiran Sesuai dengan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, penelitian ini akan meneliti sejauh mana pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap kepuasan nasabah Implikasinya loyalitas pada Bank Central Asia cab Glodok Plaza. Kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat dalam gambar berikut ini : Kualitas Layanan Kepuasan Loyalitas Kualitas Layanan : 1. 2. 3. 4. 5. Bukti Langsung Kehandalan Daya Tanggap Jaminan Empati Kepuasan : 1. 2. 3. 4. Sistem Keluhan dan Saran Ghost Shopping Lost Customer Analysis Survey Kepuasan Pelangan Loyalitas : 1. 2. 3. 4. Melakukan Pembelian Ulang Melakukan Pembelian Lini Produk/Jasa Memberikan Referensi kepada orang lain Menunjukkan kekebalan daya tarik dari pesaing 33