IC - Teknik Elektro UMK

advertisement
Evolusi Teknologi Elektronik
(Rockett, 1991; McCanny & White, 1987)
1900-an: Tabung Vakum.
• 1905 Tabung vakum dioda elektronik pertama
dikembangkan (Fisikawan Inggris J. Ambrose
Fleming)
– Mengizinkan perubahan arus AC  arus DC.
• 1906 Tabung vakum trioda elektronik pertama
dikembangkan (insiyur Amerika Lee DeForest)
– Mengizinkan  sinyal dapat terkontrol dan
dikuatkan
– Teknologi elektronik  lahir.
Akhir 1940-an: Transistor.
• 1947 Transistor bipolar (dwikutub) point-contact
ditemukan (Tim Lab Bell Bardeen, Shockley, and
Brattain  Nobelprize in physics)
• 1951 Junction field-effect transistor (JFET)
ditemukan
• 1952 Fabrikasi single-crystal silicon.
• 1954 Pengembangan Oxide masking process
Tek-IC
ABM 1
Evolusi Tek. Elektronik (cont’d)
Akhir 1950-an: Penemuan-2 Kunci IC
• 1958 IC silikon pertama dikembangkan (Texas
Instrument's Jack Kirby).
• 1959 Planar process u/ mendistribusi transistor
pda Siilikon, dgn lapisan oksida pasif u/
memproteksi persambungan (junctions),
dikembangkan (Fairchild Semiconductor's Noyce
and Moore.
– A modern version of this process is used today.
1960's: Small Scale Integration (SSI),
termuat sampai 20 gates per chip.
• 1960 Transistor Metal-Oxide-Silicon (MOS)
transistor ditemukan.
• 1962 Logik Transistor-transistor (TTL) dikembangkan
• 1963 Complementary Metal Oxide Silicon (CMOS)
ditemukan.
Tek-IC
ABM 2
Evolusi Tek. Elektronik (cont’d)
Akhir 1960-an: Medium Scale
Integration (MSI), 20-200 gates per chip.
• 1968 MOS memory circuits diperkenalkan.
1970-an: Large Scale Integration (LSI),
200-5000 gates per chip.
• 1970 8-bit MOS calculator chips diperkenalkan
(7 micrometer chip geometries).
• 1971 16-bit Microprocessors diperkenalkan.
1980's: Very Large Scale Integration
(VLSI), > 5000 gates per chip.
• 1981 Very High Speed Integration (VHSIC),
tens's of thousands of gates per chip (1.5
micrometer chip geometries).
• 1984 0.5 micrometer chip geometries.
Tek-IC
ABM 3
Teknologi Rangkaian Logika
Digital
Teknologi Komponen Diskrit
(tahun 50-an –awal 60-an)
bipolar
TRL
DTL
Teknologi IC
(tahun awal 60-an - sekarang)
bipolar
RTL
TTL
I2L
MOS
ECL
PMOS
NMOS
CMOS
biCMOS
Tek-IC
ABM 4
Teknologi Rangkaian Logika
Digital (cont’d)
Teknologi Bipolar
• TRL (Transistor Resistor Logic)
– Jumlah resistor dimaksimalkan (resistor  devais
termurah)
• DRL (Dioda Transistor Logic)
– Kinerja ditingkatkan dgn mengganti kebanyakan
resistor dgn dioda semikonduktor
• RTL (Resistor Transistor Logic)
– Teknologi mikroelektornika pertama
– Menggunakan banyak transistor dan hanya sedikit
resistor
• TTL (Transistor Transistor Logic)
– transistors  berjumlah banyak dan terkait
laungsung satu sama lain; Sampai sekarang tetap
menjadi teknologi bipolar paling populer
• I2L (Integrated-injection logic)
– technology mereduksi kerapatan packing dari devais
bipolar devices ke suatu ukuran mendekati ukurana
devais MOS  melalui “compressing” suatu
rangkaian logika yang terdiri dari dua transistor
menjadi suatu satuan tunggal (a single unit).
Tek-IC
ABM 5
Teknologi Rangkaian Logika
Digital (cont’d)
• ECL (emmitter-coupled logic)
– Devais dikembangkan u/ aplikasi-2 yg
membutuhkan kecepatan yang sangat tinggi
(extremely high speed).
– Mengkonsumi lebih banyak energi/power,
– digunakan secara ekslusif pada komputer-2 Cray
Teknologi MOS
•
•
•
•
Menawarkan reduksi dalam hala persyaratan ruang
yang besar dan konsumsi daya/energi yang tinggi dari
devais-2 bipolar.
Rangkaian elektronik MOS pertama  devais MOS pchannel (PMOS) karena paling mudah dibuat.
Tek. MOS lebih maju, devais MOS n-channel (NMOS)
menggantikan devais PMOS karena teknologinya
menawarkan kinerja kec. yg lebih tinggi u/ kerapatan,
kompleksitas dan biaya yg sama.
Kebutuhan akan konsumsi daya yg lebih rendah 
pengembangan devais-2 complementary MOS (CMOS)
devices yg lebih besar tapi konsumsi dayanya lebih
efisien
Tek-IC
ABM 6
Teknologi Rangkaian Logika
Digital (cont’d)
•
Meskipun keuntungan kerapatan dan efisiensi daya dari
teknologi MOS, namun teknologi high-speed bipolar
masih tetap dikembangakn  teknologi biCMOS :
kombinasi keuntungan kecepatan dari tek. Bipolar
modern dgn keuntungan ruang dan daya dari tek. MOS.
(Oldham, 1991).
Tek-IC
ABM 7
Rangkaian Terintegrasi
(IC) Monolitik
Definisi Rangkaian Terintegrasi (IC):
•
Realisasi secara fisik dari elemen-elemen
rangkaian yang secara terpisah tetapi
merupakan kesatuan yang berada di atas atau di
dalam sebuah badan yang kontinyu ( a
continuous body) untuk membentuk satu
rangkaian
–
Misalkan, dalam sebuah potongan kristal tunggal
Si, diatasnya terbentuk  rangkaian yang memiliki
fungsi tertentu dengan, transistor, dioda,
kapasitor, dll, disebut rangkaian terintegrasi (IC)
Karakteristik IC:
1.
2.
3.
4.
Tek-IC
Ukuran kecil
Harganya murah
Keandalan tinggi
Tepat untuk mempertinggi kinerja (performance)
ABM 8
Rangkaian Terintegrasi (IC)
Monolitik (cont’d)
Perbedaan IC menurut:
1. Struktur
2. Fungsi
3. Tingkat integrasi
•
Pembagian menurut struktur:
–
–
–
•
Semikonduktor IC  Bipolar, MOS
IC lapisan (monolitik)
IC hybrid  lapisan tipis dan lapisan tebal
Pembagian menurut Fungsi:
–
IC Digital  DTL (dioda-transistor logic), TTL
(transistor-transistor logic), CML (cuurent mode
logic), dll
–
IC Linier  Penguat bidang lebar, Penguat
operasional (Op-Amp),dll.
•
Pembagian menurut tingkat integrasi:
–
–
–
–
Tek-IC
IC SSI  mengandung < 24 gate
IC MSI  mengandung 24 –100 gate
IC LSI  mengandung > 100 gate
dst
ABM 9
Rangkaian Terintegrasi (IC)
Monolitik (cont’d)
Definisi Monolitik:
• Mono: tunggal; lithos: batu  batu tunggal
• Pada IC monolitik  sejumlah komponen aktif
(mis transistor) dan komponen pasif (mis. resistor,
kapasitor, dll) berada dalam sekerat Si (biasa
disebut CHIP, DIE, atau PELLET)
• Dalam fabrikasi:
– Basis-basis dan emitor-emitor dari transistor-2 dan
komponen-2 lain dibentuk bersamaan
• Dalam hal transistor planar
tunggal :
 sejumlah transistor mempunyai “common collector”
(kolletor yg bersama-sama)
dibentuk pada keping
(wafer), kemudian dipotongpotong menjadi satu persatu
• Dalam hal IC monolitik:
 isolasi dan interkoneksi
setelah dibentuk kemudian
dipotong-potong dari wafer
itu
Tek-IC
ABM 10
Rangkaian Terintegrasi (IC)
Monolitik (cont’d)
Catatan:
• IC Hybrid: komponen-2 (spt transistor) dibuat
diatas substrat keramik yg terhubung satu sama
lain membentuk rangkaian dgn jalur kawat logam
dsb.
• IC monolitik
– sangat baik u/ rangkain yg memiliki fungsi yg sama
– Interkoneksi dilakukan hanya dgn 1 atau proses 
harganya lebih murah dan reabilitasnya lebih tinggi,
ketimbang IC-hybrid
Tek-IC
ABM 11
4 Langkah Fabrikasi IC
(Harrison 1989; Chen 1987)
STAGE
LOCATION
CYCLE TIME
YIELD
1. Wafer Fabrication
Fabrication
Plant
20-40 days
92%
(good wafers)
2. Wafer Probe
Fabrication
Plant
3-5 days
25-75%
(higher
for mature
products)
(die bank inventory)
3. Chip Assembly
Assembly
Plant
3-10 days
92-98%
(units out
per unit
started)
4. Chip test
Assembly
Plant
4-15 days
10-92%
(low for new
products)
(final goods inventory)
Tek-IC
30-70 days
(overall)
30-40%
(overall)
ABM 12
Fabrikasi Wafer
•
•
Tek-IC
Selama proses wafer  berbagai layer-2 dari
substansi-2 dibentuk didalam wafer atau dideposit
pada permukaannya terkait dgn plan dari desainer
rangkaian.
Layer-2 ini umumnya dibentuk sbb:
1. Oksidasi: A thin film of oxide is formed or (less
commonly) deposited on the surface of the wafer
in a process.
2. Photolithography (proses photoengraving
atau dikenal juga sebagai "masking" atau
"imaging") digunakan u/ mentransfer suatu pola
yg diharapkan pada permukaan wafer silikon.
3. Etching: Bagian permukaan oksida dibawah pola
(pattern) kemudian dibuang/dilarutkan.
4. Doping: proses terakhir, ketidak-murnian
diberikan ke permukaan yg diekspose u/
membentuk elemen-2 devais seperti source dan
drain sebuah transistor.
Thin films juga dapat dideposit pada wafer u/ form
elemen-2 seperti gate polysilicon gate dari sebuah
transistor.
ABM 13
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Oksidasi:
•
•
•
Jika Si diekspose ke oksigen atau uap H20 pada
temperatur tinggi (kira-2 900-1000 oC), Si bereaksi
dgn oksigen membentuk layer kontinyu silicon dioxide
(SiO2).
Dalam proses ini (biasa disebut oksidasi thermal atau
basah) bagian dari substrat Si dikonsumsi u/
membentuk ketebalan oksida akhir yg lebih kecil dari
50%.
Layer oksida ini dapat digunakan sebagai (Maly,
1987):
1.
2.
3.
4.
Mask dalam proses difusi dopant
Passivator Junction,
Pengisolasi oksida medan, atau
Dielektrik gate pada transistor-2 MOS.
Lithografik
•
•
Tek-IC
Diinspirasikan oleh proses engraving lithograpfik
secara fisikal (atau contact printing) yg digunakan
dalam bisnis percetakan  u/ mentranfer pola-pola yg
diharapkan diatas permukaan-2 (surfaces).
Digunakan optical photolithography atau sinar
elektron (electron-beam) meskipun tidak umum atau
X-ray lithography  u/ menentukan pola-2, layer by
layer, diatas sebuah wafer.
ABM 14
Fabrikasi Wafer (cont’d)
•
•
Setelah layer terpola, layer dapat di-etching ke
permukaan yg dipilih (biasanya oksida) u/ menghasilkan
elemen-2 devais.
Dengan menggunakan teknik-2 optikal, 0.75 micrometer
chip geometries (bandingkan dgn 7 micrometer
geometries di tahun 1970) dapat berisi ribuan gates.
Tek-IC
ABM 15
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
Tek-IC
Pertama, keseluruhan permukaan (biasanya tercover oksida) dari sebuah wafer di-cover dgn
sebuah thin film dari photoresist,
a light-sensitive polymer yg mengubah
solubiltasnya dalam sebuah pengembangan
solution (carian) ketika dieksposed ke UV light.
film dioles/dilumuri dgn menempatkan setetes
penahan ( a drop of the resist) pada dan
memutarnya dgn cepat (rapidly spinning)
Wafer kemudian dibakar u/ mengeringkan film
 sehingga menyebabkannya terlekat lebih kuat
pada wafer
Permukaan tercover-resist dari wafer diekspose
ke UV light melalui sebuah photomask, dimana
area bersih (clear)dan opaque merepresentasikan pola yg akan ditranfer. Mask mencegah UV
light ke daerah opaque, sedangkan radiasi yg
dizinkan diberikan ke daerah clear, yg mengubah
solubilitas dari photoresist yg diinginkan/ditekankan.
ABM 16
Fabrikasi Wafer (cont’d)
6.
Kemudian, tahanan dikembangkan dgn mencuci
wafer ke dalam pelarut (solvent) yg membuang
(removes) film:
–
–
7.
Tek-IC
mask telah bersih clear, jika sebuah photoresist
positif digunakan  memerlukan exposure lebih
lama, dan menghasilkan resolusi lithografik lebih
baik
Opaque, jika photoresist negatif digunakan 
waktu lebih singkat ketimbang photoresists positif
Kemudian, wafer dibakar u/ mengunakan photoresist yg tertinggal.
ABM 17
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Lithografik Sinar-X dan Berkas Elektron (Electron Beam)
1.
Lithografik Sinar-X:
•
Sinar-X- (sebagai ganti sinar-UV) digunakan u/
mengekspose photoresist.
Radiasi sinar-X-ray  panjang gelombangnya <
panjang gelombang radiasi UV,
Dikembangkan
sebagai
sebuah
teknik
yang
mengizinkan adanya reduksi tambahan dimensi
minimum dari elemen-2 rangkaian.
Disamping itu teknik lithografik optikal yg sedikit
mahak telah disempurnakan  diperoleh elemen
rangkaian dgn dimensi mimimum mendekati ukuran
jika dikembangkan dgn teknik sinar-X (0,5
micrometer). Sehingga kelelebihan yg banyak dari
lithografi sinar-X belum direalisasi (Oldham, 1991).
Lithografik sinar-X dan optikal, keduanya merupakan
proses parallel dimana permukaan (atau die) dari
sebuah wafer tercoating–resit photo-sensitive resistcoated wafer dieksposes ke radiasi melalui sebuah
photomask.
Pertanyaan: jika pola rangkaian dapat ditulis langsung
pada sebuah photomask, kenapa tahap mask dtidak
di-skip dan menulis pola rangkaian langsung dia tas
wafer ? - jawabannya adalah teknik berkas elektron
•
•
•
•
•
Tek-IC
ABM 18
Fabrikasi Wafer (cont’d)
2.
•
•
•
•
Tek-IC
Lithografik Berkas Elektron (E-Beam)
Dengan menggunakan E-Beams, pola rangkaian ditulis
langsung pada sebuah resist yg sensitif-elektron (an
electron-sensitive resist) melalui scanning secara
serial suatu E-beam yg melintasi wafer pada pola yg
diharapkan.
Resolusi pola sangat tinggi (Very high pattern
resolution) dapat dicapai dgn menggunakan E-beams.
Akan tetapi, teknik ini umumnya jarang digunakan,
karena
– Peralatan E-beam lebih kompleks dan mahal,
– Electron-sensitive resists yg tersedia memiliki
sensitifitas yg rendah,
– dan Eksposure E-beam(serial) jauh lebih lama
dibandingkan ekposure optikal dan X-ray (paralel)
– Contoh: eksposure optikal parallel sebuah wafer 6
inci (dgn resolusi 0.75 micrometer)  60 detik,
sedangkan eksposure E-beam  > 600 detik
(Elliott, 1986, 1989).
Lithografik E-beam sangat mahal  hanya digunakan
u/ master copies yg perlu akurasi tinggi
ABM 19
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Photomasks (Oldham, 1977, 1991)
• Sebuah photomask  (tipikal) plate glass 5 inch
yg memiliki sebuah pola daerah clear atau opague,
diulang diatas permukaannya, yg menentukan
sebuah layer tunggal dari suatu rangkaian.
• Antara 15-20 mask biasa digunakan saat ini u/
mendeskripsikan sebuah rangkaian keseluruhan
Tek-IC
ABM 20
Fabrikasi Wafer (cont’d)
• Photomasks  dibuat melalui rancangan rangkaian
yg dilayout dgn berbantukan CAD-tools.
• Transfer rancangan rangkaian ke photomask tipikal
dilakukan dgn scanning suatu sinar optikal
computer-controlled optical atau sinar elektron
beam yg melintasi photographic plate pada pola
(pembesaran X10) yg ditentukan u/ sebuah layer
rangkaian.
• Pola ini (disebut RETICLE), kemudian di cek
kebenarannya, dan versi terreduksinya di
reproduksi dan (berualng-ulang) diproyeks side by
side pd sebuah final mask.
• Sederetan mask tereproduksi (biasa disebut
submasters), kemudian dibentuk dan dikirim ke
lab fabrikasi wafer dimana kemudian digunakan u/
memproduksi ribuan wafer per minggu
Tek-IC
ABM 21
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Etching (Oldham 1977, 1991; Maly 1987)
•
Setelah tahap fotolithografik, bidang material
wafer yg tidak terproteksi oleh photoresist yg
dikuatkan dibuang (removed) dalam suatu proses
 etching.
Teknik Etching dikarakteristikan oleh
•
–
–
•
Selektivitas-nya: material mana yg diserang oleh agent
eteching; contoh, suatu agent etching melarutkan
(dissolve) silicon oxide, tetapi tidak pada silicon atau
photoresist)
Tingkat anisotropik: kecenderungan etch hanya dalam
satu arah, berbeda dgn etching istropik yg tidak
diharapkan  secara simulatan ke segala arah.
•
Etching  fisikal atau kimiawi atau kombinasi
keduanya.
Dua Tipe Etching:
1.
Etching Fisikal:
–
–
2.
Menyertakan pembombardiran wafer dgn ion-ion
berenergi tinggi yg men“chip off” material
sangat anistropik tetapi tidak selektif.
Etching Kimiawi:
dilakukan pada dua lngkungan (dimana bahan-2 kimia
digunakan u/ melarutkan (dissolve) material yg dipilih):
–
–
Tek-IC
Cairan/larutan (wet) atau
Gas (dry, atau plasma)
ABM 22
Fabrikasi Wafer (cont’d)
• Etching Kimiawi Basah:
– Wafer diletakkan didalam bahan kimia cair yg
sangat selektif tetapi isotroprik
– Bahan ini men-dissolve suatu permukaan yg
diekspose mis suatu oksida
– Tetapi etch yg isotropik seperti ini menghasilkan
suatu pola yg berbeda secara signifikan dari pola yg
diharapkan.
• Etching Kimiawi Kering:
– wafer dibombardir dgn bahan kimia gas yg sangat
selektif
– Bahan ini melarutkan material permukaan tertentu
(terekspose).
– Etching ini memkombinasikan keuntungan dari
Etching fisikal dan kimiawi basah yaitu keduaduanya sangat anistropik dan sangat selektif
Tek-IC
ABM 23
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Metode Doping (Implantasi Ion)
(Picraux & Peercy, 1985; Oldham 1977).
•
U/ membuat elemen rangkaian aktif spt transistors,
impurities (yaitu, digunakan u/membuat daerah
transistor tipe-n dan tipe-p) harus dikenalkan secara
selektif. Dua teknik doping yg biasa digunakan:
1.
2.
Difusi
Implantasi Ion .
Difusi
•
•
•
•
•
1.
2.
Tek-IC
Permukaan wafer surface diekspose ke suatu impuritiy
(spt boron atau fosfor) pada temperratur tinggi (~
1000 derajat)
Impurity memasuki silicon dimanapun proses
photolithographic telah meninggalkannya tanpa
terproteksi.
Pada temperature ini, impurities berdifusi secara
lambat ke bagian terbesar dari wafer.
Kedalaman dari difusi impurities ditentukan oleh
temperatur dan lamanya wafer dipertahankan pd
temperatur tsb.
Dua perlakuan panas ( heat treatments)
Pada temperatur "deposit“: temperatur dimana
kontrol jumlah impurity yg diberikan paling baik
Pada temperatur "diffusion drive-in" (biasanya tinggi)
yaitu temperatur dimana kebanyakan impurity
berdifusi)  biasa digunakan.
contoh: Layer dalam1 micrometer dari fosfor dapat
didifusi kira-2 1 jam pada 1100 F
ABM 24
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Implantasi Ion
•
•
•
•
Impurities diberikan ke daerah tak-terproteksi dari
wafer pada temperatur ruang melalui pemercepatan
ion-2 dopant (atom-2 melucuti datu atau lebih
elektronnya) ke energi tinggi sehingga ion-2 tsb terarah
ke wafer dan menjadi tertanam (embedded)
Kedalaman ion dopant yg tertanaman (embedded)
tergantung pada massanya dan energi pemercepatnya.
Ketika ion dopant mengalir ke Si, ion tsb dapat merusak
susunan kristal. Namun, kerusakan ini dapat diatasi
melalui perlakuan panas yg moderat  proses
annealing.
Implantasi Ion mengizinkan kontrol tingkat dopant yg
lebih akurat  dapat digunakan u/ memberikan
impurites melalui layer oksida jika diharapkan, dan
dapat digunakan u/ memberikan yg sulit u/
mendeposit dari suatu uap temperatur tinggi.
Tek-IC
ABM 25
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Deposisi Thin Films
(Oldham 1977, 1991; Maly 1987)
•
•
Layer teratas dari IC terdiri dari thin films terdeposit,
misal aluminum, u/ membentuk kontak logam antara
elemen-2 devais.
Dua metode deposisi umum:
1.
Evaporation  terbagi dua:
•
•
Tek-IC
Deposisi uap fisikal (physical vapor deposition(
PVD)): digunakan u/ mendeposit logam-2 spt Al
Deposisi uap kimiawi (Chemical vapor
deposition (CVD)): digunakan
menumbuhkan/memelihara oksida dan silikon
polikristal ( yang kemudian didoped  sehingga
berfungsi spt logaml)
ABM 26
Fabrikasi Wafer (cont’d)
Catatan:
•
•
Evaporation dilakukan dgn memanaskan material yg
akan dievaporasi (biasanya Al) didalam suatu vakum
dgn membordirnya dgn elektron energi-tinggi, dan
meletakkan wafer yg akan di-coating di atas material.
Wafers biasanya diputar selama aluminum
berevaporasi  u/ menyakinkan “uniform coverage”.
Ketebelan Al yg dievaporsi  0,5-1 micrometer.
2.
Sputtering
•
•
Wafer diletakkan dibawah material yg akan dideposit.
Material kemudian dibombardir dgn ion-2 yg
menhamburkan atom, yg turun berlimpah ke wafer.
Sputtering dari alloys lebi mudah dibandingkan
evaporation karena laju evaporasi berbeda u/ elemenelemen yg berbeda.
Silicon-aluminum alloys biasa digunakan sebagai
sumber logam karena mereka mencegah silikon dalam
wafer bereaksi dgn alumnium terdeposit( yg
menyebabkan “short circuits”).
Catatan: pada deposisi uap kimiawi, material
terdeposit merupakan produk reaksi kimia (dalam
sebuah uap) pada permukaan substrat wafer.
Contoh: Silikon polykristal dapat ditumbuhkan pada
permukaan wafer melalui dekomposisi silane gas
(SiH4) ke wafer tsb.
•
•
•
•
Tek-IC
ABM 27
Teknik Fabrikasi
Tiga metode fundamental
•
•
•
1.
U/ membentuk IC-monolitik (misL Transistor)
Metode-2 digunakan u/ membentuk sebuah struktur
empat lapisan dan mengisolasi transistor satu sama
lain
Perbedaan pembentuk daerah isolasi karena distribusi
ketidakmurnian  akibatnya perbedaan karakteristik
transistor-2
Metode Difusi Epitaksi:
–
–
2.
Metode kolektor yg didifusikan:
–
3.
Sebuah daerah isolasi tipe-n (yg menjadi kolektor
transistor) didifusikan secara selektif ke dalam
subtrat tipe-p
Metode difusi tripel:
–
Tek-IC
Lapisan epitaksi tipe-n diatas substrat Si tipe-p
Didifusikan ketidak-murnian tipe-p secara selektif
diatasnya hingga menembus mencapai substrat 
maka terbentuk daerah tiep-n terisolasi  menjadi
daerah kolektor transistor
U/ membentuk daerah isolasi tipe-p diatas
substrat tipe-n (sebuah daerah isolasi yang
menjadi kolektor transistor), ketidak murnian tipep didifusikan dua arah dari permukaan secara
selektif, dan dari sisi lain, dgn intensif  sehingga
kedua daerah yg didifusi slaing bertemu
ABM 28
Teknik Fabrikasi (cont’d)
Catatan:
•
Metode difusi eptikasi  banyak digunakan, karena
banyak keuntungannya:
– Tebal keping wafer tidak dibatasi
– Pembentukan laipsan epitaksi tidak tergantung pada
subtrat-p
– Jumlah bahan yg di-dop-kan bebas
– Akibatnya: kapasitansi antara kolektor dan subtrat dapat
tidak bergantung pada konsentrasi daerah kolektor
•
Metode kolektor didifusi 
– Konsentrasi ketidak murnian daerah kollektor menurun
dibagian yg jauh dari persambungan basis-kollektor 
menyebabkan kerusakan yaitu ada daerah deplesi yg
meluas ke daerah basis
– Selain itu, karena kosnetrasi ketidak munian pada daerah
persmabungan basis-kollektor adalah tinggi  maka
tegangan breakdown rendah
– Dalam hal ini, kapasitansi antara basis dan kolektor
dintentukan oleh daerah kolektor dimana konsentrasi
donornya tinggi
•
Metode difusi tripel 
– Karena daerah kolektor didop secara uniform, tidak
masalha dgn kapasitansi
– Tapi difusi termal subtrat memakan waktu yg lama 
difusi jangakaunnya terbatas
– Akbitanya: Wafer tidak dapat dipertembal tanpa batas
Tek-IC
ABM 29
Diagram alir pembentukan IC
transistor (S. Rika Rio)
Epiktasi Si
Pembersihan lapisan
epitaksi
Difusi dari lapisan
terpedam
Oksidasi dan
Etsa foto
Difusi isolasi
Oksidasi dan
Etsa foto
Difusi basis
Oksidasi dan
Etsa foto
Difusi emiter
Oksidasi dan
Etsa foto
Difusi emas
Pembentukan
Lapisan u/ inter
koneksi Al
Etsa foto
skrab
Bonding
butiran
penutupan
Tek-IC
Bonding
terminal
IC Komplit
ABM 30
Download