Bisnis Indonesia – 27/05/2017, Hal. 5 OJK Minta Seluruh Asuransi Terlibat 26/05/2017 PROFESIONALISME AGEN ASURANSI : Lisensi Menjadi Kunci Utama http://koran.bisnis.com/read/20170526/444/656867/Lisensi%20Menjadi%20Kunci%20Utama Masifnya kerja sama antara perusahaan asuransi jiwa dan perbankan mengindikasikan jalur pemasaran banccasurance bakal terus meningkat. Kondisi itu yang membuat para agen asuransi harus putar otak untuk mengembalikan eksistensi lini keagenan. Tentu bukan suatu tugas yang mudah untuk memutar balik lagi keagenan menjadi leader dalam kanal distribrusi pemasaran asuransi. Dalam hal ini, para agen asuransi dituntut lebih profesional supaya nasabah menganggukkan kepala sebagai ungkapan setuju untuk berasuransi. Untuk menjadi seorang agen asuransi yang profesional tentu tidak instan atau gratis. Nelly Husnayati, Kepala Departemen Hubungan Antar Lembaga Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), mengatakan untuk menjadi profesional para agen asuransi harus memiliki lisensi. “Lisensi wajib tidak bisa tidak, hal tersebut untuk memproteksi nasabah. Agen tidak bisa menjual tanpa lisensi,” kata Nelly dalam Seminar Agen Asuransi, Kamis(24/5). Tidak hanya sampai di situ, dia mengungkapan setelah mendapatkan lisensi agen asuransi harus mengikuti program lanjutan yaitu Continous Profesional Development, sehingga para agen asuransi dapat mengembangakan kompetensi baik dalam pelayanan maupun pengetahuan produk. Meski dari segi pendapatan premi asuransi, lini keagenan sudah mulai menyusut dibandingkan dengan bancassurance. Pihaknya mengaku optimis keagenan tetap mampu bertumbuh apabila agen asuransi terus meningkatkan profesionalitasnya. Apalagi penetrasi asuransi di Indonesia masih kecil di bawah 3%. “Seharusnya ini jadi potensi para agen. Agen asuransi masih menjadi tulang punggung,” katanya. Menurutnya, agen asuransi merupakan pekerjaan mulia. Agen masih dinilai penting untuk memberikan edukasi secara intensif kepada nasabah. Pasalnya peran agena asuransu tidak hanya sebagai penjual produk namun mengedukasi. Agen Berlisensi Meningkat Berdasarkan data yang dihimpun AAJI, pertumbuhan jumlah agen asuransi berlisensi terus meningkat. Sebanyak 414,9 ribu agen pada 2014 meningkat menjadi 512,6 ribu agen, pada 2016 meningkat kembali menjadi 543,1 ribu agen. “Kami berencana juga mempercepat untuk merealisasikan program dari OJK 10 juta agen asuransi dengan mengadakan roadshow,” katanya. Yasril Y. Rasyid, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Periode 2015-2017 menambahkan berbeda dengan agen asuransi jiwa, agen asuransi umum lebih bergerak lambat lantaran pendapatan premi utama asuransi umum bukan dari keagenan. “ Di asuransi umum baru menyumbang 28 ribu agen asuransi,” katanya. Guna lebih meningkatkan kinerja keagenan, Yasril mengungkapkan agen juga harus mulai berubah dan kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital. Pasalnya degan perkembnagan teknologi dapat menjadi sebuah tantangan dan ancaman. Pihaknya mencontohkan banyaknya e-commerce yang muncul saat ini, dapat menjadi sebuah wadah atau market place untuk agen. Agen asuransi dapat menjual produk melalui kerjasama dengan channel tersebut. “Banyak modus yang berbeda dengan teknlogi digital, PAAI juga harus bisa mengatisipasi hal tersebut, supaya agen dapat menjadi agregator di e-commerce,” jelas Yasril. Hal senada diungkapkan Donny Adi Wiguna, Ketua Bidang Pelatihan PAAI. Dia mengatakan dalam globalisasi produk asuransi terdapat big data yang memungkinkan pembeli dan penjual tanpa melakukan tatap muka sampai dengan pengambilan keputusan. “Harus ada kekuatan mengumpulkan yang berbeda. Agen tidak bisa bekerja dengan cara yang lama, harus lebih profesional,” katanya. Selain itu, Tri Djoko Santoso, Chairman Financial Planning Standard Boards Indonesia menambahkan agen asuransi juga harus mulai memetakan potensi pasar yang disasar, seperti masyarakat middle class. “Harus lebih tahu pasar dimana ia (agen) akan masuk. Karena semakin tinggi edukasi masyarakat pasti akan semakin membutuhkan produk keuangan,” kata Tri Djoko. Menurutnya, pasar masyarakat menengah menjadi potensi besar para agen asuransi. Pasalnya berdasarkan survei, terdapat 135 juta masyarakat menengah sampai dengan tahun 2030. Oleh karena itu, agen asuransi harus meningkatkan awareness terhadap profesinya supaya dapat berkompetisi. “Kompetisi di sini bicara kualitas bukan kuantitas, meski agen ada sebanyak 10 juta namun ada 5 yang fraud ,semua juga akan kena dampak,” jelasnya. Asteria Desi Kartika Sari Majalah Investor – Edisi Mei, Hal. 16 Prudential Bayar Klaim Rp 9,9 Triliun Majalah Investor – Edisi Mei, Hal. 16 Wana Artha Dukung Program Literasi Keuangan WARTAEKONOMI 26/05/2017 Sambut Ramadan, AXA Mandiri Ajak Netizen Berbuat Baik http://m.wartaekonomi.co.id/berita142453/sambut-ramadan-axa-mandiri-ajak-netizen-berbuatbaik.html Memasuki bulan suci Ramadhan 1438 H, PT AXA Mandiri Financial services (AXA Mandiri) meluncurkan program yang bertajuk Tantangan Kebaikan. Program yang masih berada di bawah payung kampanye #Rencanakan Lebih ini mengajak masyarakat untuk berbuat baik melalui hal sederhana, namun berdampak positif bagi sesama dengan memanfaatkan sosial media. President Director of AXA Mandiri, Jean Philippe Vandenschrick menjelaskan bahwa program Tantangan Kebaikan merupakan inisiatif yang dilakukan AXA Mandiri untuk mengaja k masyarakat berpartisipasi langsung dalam menyebarkan perbuatan baik yang bermanfaat bagi sesama, baik di masa kini maupun di masa depan. Hal ini sejalan dengan pesan yang disampaikan AXA Mandiri melalui kampanye R encanakan Lebih, yaitu meningkatkan kualitas hidup dan mencapai impian dengan cara merencanakan lebih dan berbuat lebih dimana perencanaan yang dibuat di masa kini akan mempengaruhi hidup di masa depan. "Pengguna media sosial di Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu, AXA Mandiri melihat bagaima na pemanfaatan media sosial, dalam hal ini Instagram dan facebook, dapat berdampak positif terhadap sesama. Dengan media sosial, siapa pun dapat terlibat, karena berbuat baik tidak melihat latar belakang usia maupun strata sosial. Setiap tantangan perbuatan baik yang anda lakukan kami hargai dan selanjutnya didonasikan. Kami berharap donasi tersebut akan mendatangkan manfaat bagi penerimanya sesuai dengan tujuan AXA Mandiri yaitu empower people to live a better life,” ungkap Jean. Dia menambahkan selama 30 hari di bulan Ramadhan, masyarakat khususnya netizen harus mengunggah foto kegiatan ke media sosial sesuai tema yang ditentukan. Pada akhir program, AXA Mandiri akan mendonasikan sejumlah uang yang dihitung dari setiap foto yang diunggah. Pada program ini, setiap foto tantangan kebaikan yang diunggah sesuai dengan syarat dan ketentuan, AXA Mandiri akan menyisihkan lima ribu rupiah untuk kemudian dikumpulkan dan didonasikan. “Untuk itu, AXA Mandiri turut mengajak serta komunitas dan yayasan yang akan menyalu rkan donasi dari para netizen,”tambahnya, Lebih lanjut Jean menjelaskan bahwa Tantangankebaikan menjadi cara AXA Mandiri dalam mengajak masyarakat untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi sesama. Oleh karena itu, AXA Mandiri juga merasa perlu memberikan apresiasi kepada komunitas Indorelawan yang selama ini telah memberikan aksi nyata dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Sementara itu, dana yang terkumpul dari setiap partisipasi netizen akan disumbangkan kepada beberapa yayasan yang bergerak di bidang kemanusiaan dan diharapkan dapat membantu kegiatan mereka. 26/05/2017 Sasar UKM, Zurich Tekankan Pentingnya Berasuransi http://infobanknews.com/sasar-ukm-zurich-tekankan-pentingnya-berasuransi/ Jakarta – Penyedia jasa asuransi PT Zurich Insurance Indonesia (ZII) dan PT Zurich Topas Life (ZTL) menyasar wirausaha kecil dan menengah (UKM) untuk diberikan edukasi terkait asuransi umum dan jiwa lewat kursus asuransi online secara gratis dengn menggandeng HarukaEDU, perusahaan start up berbasis edukasi teknologi (ed-tech). Kewirausahaan memiliki peranan penting dalam menyokong perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) jumlah UMKM di Indonesia mencapai 99,99 persen dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit usaha. Di sisi lain, kesadaran akan pentingnya asuransi di kalangan wirausaha ini masih terbilang rendah. Sebagai gambaran, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) tahun 2013 mencatat hampir 90 persen pelaku UKM di Indonesia belum terlalu memikirkan soal asuransi ataupun bagaimana cara melindungi bisnis mereka. Pengusaha skala kecil dan menengah biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi dengan tingkat ketergantungan yang lebih besar pada pemilik usaha, dibanding perusahaan yang lebih besar. Contoh risiko yang mungkin terjadi misalnya kebakaran pada toko yang dikelola, kecurian, kebanjiran sampai dengan kematian pada pelaku usaha. Dengan demikian, akses ke asuransi menjadi sangat penting bagi pengusaha skala mikro dan menengah tersebut, dimana ada kebutuhan untuk memahami risiko, mengurangi ketidakpastian, dan mengubahnya menjasi risiko yang dapat dikelola. Zurich melihat kondisi ini sebagai peluang untuk memperkuat komitmennya dalam membantu masyarakat Indonesia khususnya pelaku usaha memahami dan memproteksi dirinya dari risiko lewat edukasi. Pihaknya ingin menjangkau masyarakat Indonesia, termasuk kalangan publik dan wirausaha, dengan edukasi yang tepat, baik untuk asuransi umum dan jiwa. Kursus ini dirancang secara unik mengikuti kondisi nyata yang bisa muncul di kehidupan para wirausaha, sehingga peserta dapat dengan mudah mengaitkan materi dengan rutinitas bisnis mereka. “Kami harap di akhir kursus, para peserta akan mampu memahami bagaimana mengelola bisnis dan risiko personal dengan lebih baik,” ujar Presiden Direktur PT Zurich Topas Life, Peter Huber dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat, 26 Mei 2017. Zurich Proteksi Education Program merupakan bagian dari komitmen Zurich dalam mewujudkan himbauan OJK kepada seluruh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) untuk meningkatkan pengetahuan keuangan di dalam masyarakat Indonesia sekaligus meningkatkan penetrasi produk dan jasa keuangan. Presiden Direktur PT Zurich Insurance Indonesia Philippe Danielski menambahkan, seiring dengan komitmen jangka panjang perusahaan, Zurich ingin menunjukkan upaya terbaik dalam mewujudkan misi pemerintah. Edukasi mengenai proteksi adalah kunci untuk menjembatani protection gap di Indonesia. “Kami secara strategis mengedukasi pasar akan pentingnya proteksi lewat beberapa seri edukasi guna membantu masyarakat menyadari risiko dan bagaimana menanganinya. Kami percaya ketika seseorang dibekali dengan pengetahuan proteksi yang lebih baik, mereka akan mulai membangun rencana keuangan yang lebih matang untuk bisnis dan pribadi,” ucapnya. (*) By Rezkiana Nisaputra Bisnis Indonesia – 29/05/2017, Hal. 21 (Berita Photo) Program Ramadhan AXA Mandiri Bisnis Indonesia – 29/05/2017, Hal. 21 (Berita Photo) Karyawan Menawarkan 27/05/2017 EMISI SAHAM P3I : OJK Minta Seluruh Asuransi Terlibat http://koran.bisnis.com/read/20170527/434/657064/emisi-saham-p3i-ojk-minta-seluruh-asuransiterlibat BOGOR — Otoritas Jasa Keuangan meminta seluruh perusahaan asuransi untuk menyerap saham baru yang diterbitkan PT Pusat Pelatihan Perasuransian Indonesia (P3I) dengan nilai total mencapai Rp300 miliar. Dana hasil penerbitan saham baru itu akan digunakan untuk pembangunan pusat pelatihan sumber daya manusia bagi industri asuransi nasional di Bogor, Jawa Barat. Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Firdaus Djaelani mengatakan bahwa pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu pekerjaan rumah bagi pemangku kepentingan di sektor asuransi agar kinerja industri bisa melesat. Dia menilai hingga saat ini standar SDM di perusahaan asuransi masih berbeda-beda. Selain itu, kualitasnya pun masih kurang bersaing bila dibandingkan dengan SDM di sektor jasa keuangan lain, khususnya perbankan, dan industri asuransi di negara lain. Oleh karena itu, dia menegaskan seluruh perusahaan asuransi harus terlibat dalam pengembangan fasilitas tersebut. “OJK sudah berkomitmenm sehingga kami akan dorong terus keterlibatan asuransi. Saya akan tagih,” ujarnya di sela-sela groundbreaking pusat pelatihan asuransi Indonesia di Bogor, Jawa Barat pada Jumat (26/5). Firdaus mengatakan nilai investasi pengembangan proyek yang mencapai Rp300 miliar. Oleh karena itu, jika seluruh perusahaan asuransi terlibat, realisasi pengembangan itu diyakini berlangsung lebih cepat. Di samping itu, dia mengatakan ke depan OJK akan mewajibkan seluruh SDM yang baru direkrut perusahaan asuransi untuk mengikuti pelatihan di fasilitas tersebut. Para tenaga ahli khusus, seperti underwriter dan aktuaris, dalam setiap jenjang karirnya akan wajib mengikuti pelatihan khusus. “OJK akan menetapkan peraturan itu. Nanti, setiap level harus punya sertifikasi dan juga standar kualifikasi yang diinginkan untuk setiap keahlian,” ungkapnya. Direktur Utama Pusat Pelatihan Perasuransian Indonesia Yasril Y Rasyid mengatakan pihaknya segera merealisasikan emisi saham baru itu setelah melakukan groundbreaking. Menurutnya, fasilitas tersebut merupakan impian lama dari para pemangku kepentingan di sektor asuransi. Untuk mewujudkan misi itu, jelasnya, P3I dibentuk pada akhir Maret 2017 dengan modal dasar senilai Rp16 miliar dan modal disetor Rp4 miliar dengan nilai nominal saham Rp1 juta per saham. Pemegang saham pendiri adalah PT Reasuransi Maipark Indonesia dan PT Indolife Pensiontama dengan masingmasing 50% kepemilikan. Namun, jelasnya, proyek pengembangan fasilitas dengan total luas 8 hektare itu membutuhkan dana pengembangan senilai Rp300 miliar. “Kami akan melakukan emisi saham baru sesuai nilai proyek dan segera kami tawarkan kepada perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia,” ujarnya. Yasril, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Reasuransi Maipark Indonesia, menjelaskan fasilitas ini akan menyediakan penginapan dengan layanan sekelas hotel bintang empat sebanyak 200 kamar, sejumlah ruang pendidikan dan pertemuan baik indoor dan outdoor, fasilitas olahraga, dan outbond. Menurutnya, pusat pelatihan itu diproyeksikan sudah mulai dimanfaatkan pada akhir 2018. Sebagai informasi, Hendrisman Rahim, yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Direktur Umum PT Asuransi Jiwasraya (Persero) akan menjabat sebagai Komisaris Utama Pusat Pelatihan Perasuransian Indonesia. Direktur Utama PT Indolife Pensiontama Andreas Soewatjono akan menjadi komisaris di perusahaan baru tersebut. Sementara itu, dua direksi P3I lainnya adalah Harry Poerwanto, yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Pengurus DPLk Indolife, dan Budi Setyarso, yang juga menjabat Direktur Utama PT Jasa Raharja (Persero). Corporate Marketing & Communication Director PT Prudential Life Assurance Nini Sumohandoyo menyatakan pihaknya siap untuk mendukung pengembangan fasilitas pelatihan tersebut. “Kalau untuk pendidikan kami pasti dukung,” ujarnya. Dia menilai hingga saat ini SDM di sektor asuransi nasional terbilang sudah cukup baik sehingga industri masih terus bertumbuh. Namun, dia meyakini sejulah upaya pengembangan mutu tenaga kerja di sektor ini, termasuk penyediaan fasilitas itu, akan semakin meningkatkan kualitasnya. Ke depan, dia menilai keberadaan fasilitas itu pun perlu didukung dengan keberadaan rencana progra, kurikulum, dan penyelenggaraan pelatihan yang profesional. Kepala Departemen Keanggotaan dan Kepatuhan Asosiasi Asuransi Jiwa Rista Qatrini Manurung juga menegaskan pihaknya siap untuk mendukung pengembangan itu. Menurutnya, fasilitas ini akan sangat bermanfaat bagi banyak program baru yang dapat disusun bagi peningkatan kualtias SDM asuransi. “Ide pembangunan ini sangat bagus dan kami melihat ini sungguh serisu sebab sudah ada entitas PT, manajemen, dan timeline pembangunan dalam 2 tahun, serta total budget. Pelaku tentu bisa urunan dan AIA selalu mendukung program nasional,” ungkapnya. Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai ke depan penyediaan fasilitas ini perlu didukung dengan sillabus pelatihan yang sesuai kondisi terbaru dan diakui oleh lembaga profesi internasional. “itu harus diusahakan dan memang tidak mudah. Tantangan lain adalah menyediakan tenaga pengajar yang punya kompetensi tidak hanya dari sisi akademisi, tetapi juga praktisi.” Oktaviano DB Hana